PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Framudyo Jati Mahasiswa Universitas Gunadarma Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Email :
[email protected]
Pembimbing : Dr. Armaini Akhirson, SE., MMA Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok
Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang seberapa besar pengaruh dari struktur corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur corporate governance. Struktur corporate governance yang digunakan meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manjerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, ukuran dewan direksi, dan keberadaan komite audit. Variabel dependennya adalah kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Uji regresi diketahui pada model ROA didapat nilai adjusted R2 ROA sebesar 0.078, yang berarti variasi pada variabel institusional, manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, ukuran dewan direksi dan keberadaan komite audit dapat menjelaskan variasi pada variabel ROA sebesar 7,8 % sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi. Sedangkan nilai adjusted R2 ROE sebesar 0.014, yang berarti variasi pada variabel institusional, manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, ukuran dewan direksi dan keberadaan komite audit dapat menjelaskan variasi pada variabel ROE sebesar 1,4 % sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel struktur corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang di ukur dengan ROA dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel struktur corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang di ukur dengan ROE.
Kata Kunci : Struktur Corporate Governance, Kinerja Perusahaan.(DAFTAR PUSTAKA, 20032008) Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
PENDAHULUAN Ketika Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi, wacana dan tuntutan terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin meningkat. Banyak perusahaan baik publik maupun privat yang runtuh dikarenakan corporate governance yang lemah. Corporate governance menjadi masalah yang vital bagi kesejahteraan tidak hanya bagi pemilik dan pemegang saham perusahaan, tetapi juga meliputi pekerja dan orang-orang yang berada dimasyarakat secara keseluruhan. Istilah corporate governance sudah sangat umum didengar di seluruh dunia sejak dahulu. Di Indonesia sendiri istilah corporate governance baru benar-benar menjadi pusat perhatian sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi ini menurut Harahap (2003) yang dikutip oleh Lastanti (2004), ada dua aspek yaitu, aspek internal dan eksternal. Aspek internal meliputi seluruh masalah fundamental perekonomian masingmasing negara. Sedangkan aspek eskternal meliputi kurangnya pengawasan kelembagaan, praktek perbankan yang tradisional dan keputusan investasi yang kurang tepat. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2000) juga menjelaskan, bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara lebih rinci, terminologi corporate governance dapat dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari Dewan Direksi, Dewan Komisaris, pengurus atau pengelola perusahaan, dan para pemegang saham. Selain corporate governance merupakan faktor yang signifikan terhadap kondisi krisis, corporate governance mampu menjelaskan perbedaan kinerja antar negara selama periode krisis, dan juga mampu menjelaskan perbedaan kinerja antar perusahaan dalam suatu negara tertentu. Penelitian mengenai dampak penerapan corporate governance pada kinerja perusahaan sangat menarik dilakukan pada periode krisis. Darmawati (2004) mengutip penelitian Milton (2002) menyatakan corporate governance menjadi sesuatu yang lebih penting dalam kondisi krisis keuangan karena dua alasan. Pertama, ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas menjadi lebih parah pada periode krisis. Kedua, krisis dapat mendorong para investor untuk lebih memperhatikan pentingnya keberadaan corporate governance. Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah mekanisme pengawasan dewan komisaris dan komite audit suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham, dan pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Sehingga penerapan konsep corporate governance di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan stakeholders. Corporate governance atau tata kelola perusahaan merupakan mekanisme pengendalian untuk mengatur dan mengelola bisnis dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan dan akuntabilitas perusahaan guna mempertimbangkan kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan (stakeholder), tidak hanya para pemegang saham (shareholder). Dengan praktek tata kelola perusahaan yang baik akan menigkatkan nilai perusahaan diantaranya kinerja keuangan perusahaan, mengurangi resiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri dan meningkatkan harga saham perusahaan dalam jangka panjang seperti riset yang dilakukan McKinsey (2002) yang dikutip oleh Raharjo dan Amelia Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
(2004) yang menyatakan bahwa 51 % investor menuntut adanya transparansi sebagai acuan dalam melakukan pembelian saham perusahaan oleh investor institusional. Dengan kata lain corporate governance akan menciptakan kinerja perusahaan yang baik dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan. Di sisi lain, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap mekanisme corporate governance sebagai alat monitoring. Berdasarkan penelitian Lastanti (2004) menyatakan bahwa aktifitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengolahan perusahaan yang mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham sehingga nilai perusahaan meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian 1. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik manajer. 2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. 3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah tenaga kerja sebagai ukuran untuk size perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini di gambarkan melalui nilai total aktiva, total asset dan kapitalisasi pasar. 4. Pertumbuhan Penjualan Perusahaan memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi pada umumnya membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga mendorong perusahaan melakukan perbaikan dalam penerapan corporate governance dalam rangka menurunkan biaya modal. 5. Ukuran Dewan Direksi Komposisi dewan direksi sering digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan kolusi dan dominasi direksi. Jumlah dewan direksi yang besar kurang efektif dalam memonitor manajemen. Direksi sangat berpengaruh diperusahaan karena dewan direksi adalah eksekutor dalam perusahaan. Direksi diukur dengan jumlah anggota dewan direksi.
Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
6. Komite Audit Komite audit merupakan sebuah komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor serta anggota independen. Komite audit ditugaskan untuk memberikan pengawasan pada auditor perusahaan internal dan eksternal, serta memastikan manajemen tersebut melakukan tindakan korektif yang tepat secara berkala dan dapat mengontrol kelemahan, ketidak sesuaian dengan kebijakan, hukum dan regulasi. 7. Kinerja Perusahaan Dalam peneitian ini digunakan dua indikator mengukur kinerja perusahaan yaitu Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Berikut penjelasannya : Return on Asset (ROA) Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Semakin besar semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Return on Equity (ROE) Rasio ini menunjukan beberapa persen diperolehnya laba bersih bila diukur dari modal pemilik, semakin besar semakin baik. Metode Analisis 1. Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif ini berguna sebagai alat untuk menganalisa data dengan cara menggambarkan sampel yang telah ada tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Analisis ini menghitung mean dan standar deviasi. 2. Pengujian Asumsi Klasik Dalam melakukan analisis regresi logistik perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi logistik. Didalam penelitian ini dilakukan 4 pengujian asumsi klasik, yaitu : a. Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk itu penelitian ini menggunakan metode analisis grafik. Metode ini melihat normal probability plot yang membanding distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi normal. b. Uji Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara variabel independen mempunyai hubungan langsung (berkorelasi) yang sangat kuat. Multikolinearitas terjadi jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10 atau nilai tolerance lebih kecil 0,10 . Konsekuensi dari multikolinearitas akan menyebabkan koefisien regresi nilainya kecil, standart error regresi nilainya besar sehingga pengujian individunya menjadi tidak signifikan. Ciri adanya multikolinearitas adalah R² tinggi, F-test signifikan namun ttestnya banyak yang tidak signifikan. c. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian autokorelasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
dengan error periode sebelumnya dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Permasalahan autokorelasi hanya relevan digunakan jika data yang dipakai adalah data time series sedangkan untuk data cross-section tidak perlu dilakukan. d. uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas. 3.
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis ini mengunakan regresi berganda. Pengujian ini menggunakan t-test dan F-test dengan taris signifikasi 5%. Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis : Model analisis untuk menguji struktur corporate governance terhadap (Ha1, Ha2, Ha3, Ha4, Ha5, Ha6) digunakan alat analisis regresi berganda. Y = βo + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) + β5(X5) + β6(X6) + e................(1)
Keterangan : Y = Kinerja Perusahaan (X1) = Kepemilikan institusional (X2) = Kepemilikan manjerial (X3) = Ukuran Perusahaan (X4) = Pertumbuhan Penjualan (X5) = Ukuran dewan direksi (X6) = Keberadaan Komite Audit βo = Konstanta e = error a. Uji t (Uji individu) Pengujian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata atau tidak antara variabel yang diteliti, tetapi variabel tersebut tidak saling terkait. Variabel yang diuji dengan menggunakan pengujian merupakan variabel yang terdistribusi secara normal. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis Ho = α1 =α2 =α3 =0 Ha = β1 =β2 =β3 =0 Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Ho ≠ α1 ≠ α2 ≠ α3 ≠ 0 Ha ≠ β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 Artinya ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
2. Dasar pengambilan keputusan a. Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas : Jika sig.
tingkat kesalahan (0,05), maka Ho diterima b. Pengambilan keputusan berdasarkan t hitung : Jika t hitung> t tabel, maka Ho ditolak Jika -t hitung< -t tabel, maka Ho ditolak Diketahui bahwa nilai t-tabel dengan tingkat signifikan 0,05 sebesar ±2,000. b. Uji F (Uji Serentak) Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan dari variabel-variabel dependen yang bertujuan apakah secara bersama-sama seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian F adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis Ho = β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0 Ho = α1 = α2 = α3 = α4 = α5 = 0 Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ho = β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0 Ho = α1 ≠ α2 ≠ α3 ≠ α4 ≠ α5 ≠ 0 Artinya ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Menentukan keputusan Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05 maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : a) Jika signifikansi F statistik < 0.05 atau F hitung > F tabel maka Ho ditolak yang berarti semua variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen. b) Jika signifikansi F statistik > 0.05 atau F hitung < F tabel maka Ho diterima yang berarti semua variabel independen secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen. c. Uji Model Fit Uji Model Fit digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang di uji dalam model regresi. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
memprediksi variasi variabel dependen. Nilai Adjusted R2 digunakan pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mendapat informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah antara lain : 1. Apakah terdapat pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap ROA ? 2. Apakah terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap ROA ? 3. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaaan terhadap ROA? 4. Apakah terdapat pengaruh antara pertumbuhan penjualan terhadap ROA ? 5. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran dewan diereksi terhadap ROA? 6. Apakah terdapat pengaruh antara keberadaan komite audit terhadap ROA ? 7. Apakah terdapat pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap ROE ? 8. Apakah terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap ROE ? 9. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaaan terhadap ROE? 10. Apakah terdapat pengaruh antara pertumbuhan penjualan terhadap ROE ? 11. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran dewan diereksi terhadap ROE? 12. Apakah terdapat pengaruh antara keberadaan komite audit terhadap ROE ?
HASIL PENELITIAN Tabel Rangkuman Hipotesis Hasil Penelitian
Ket H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12
B -0.083 -0.493 -10.94 -0.017 1.941 -3.471 -0.069 -0.024 -3.802 -0.007 1.733 -3.29
Std. Error .064 .208 3.707 .036 1.159 3.002 .069 .225 3.998 .039 1.250 3.237
Beta -.129 -.253 -.464 -.044 .256 -.115 -.104 -.012 -.157 -.018 .223 -.106
t - 1.295 -2.367 -2.952 -.453 1.675 -1.156 -.998 -.109 -.951 -.173 1.387 -1.016
Sig. Tolerance 0.198 .917 0.02 .798 0.004 .370 0.651 .982 0.097 .390 0.25 .927 0.321 .917 0.913 .798 0.344 .370 0.863 .982 0.169 .390 0.321 .927
DW 1.643 1.643 1.643 1.643 1.643 1.643 1.643 1.643 1.643 1.643 1.643 1.643
VIF 1.091 1.253 2.706 1.019 2.566 1.079 1.091 1.253 2.706 1.019 2.566 1.079
Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
signifikan/ tidak signifikan tidak signifikan signifikan signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan
Analisis : Kepemilakan institusional (Ho1) tidak signifikan karena tidak terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan kinerja perusahaan maka penelitian ini sejalan dengan Ujiyantho(2007) karena kepemilikan institusional akan membuat kinerja perusahaan terikat untuk memenuhi target laba investor, sehingga cenderung terjadi manipulasi laba. Pertumbuhan penjualan(Ho4) tidak signifikan penelitian ini sejalan dengan damawati (2004) karena perusahaan yang ingin tumbuh membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga sulit perusahaan tersebut sulit menerapkan corporate governance. Ukuran Dewan Direksi(Ho5) tidak signifikan sejalan dengan Ujiyantho(2007) karena ukuran dewan direksi tidak dilihat dari besar kecilnya dewan direksi akan tetapi tergantung dari norma dan kepercayaan yang diterima dalam organisasi. Komite audit tidak signifikan karena tidak terdapat hubungan antara komite audit dengan kinerja perusahaan, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Klien (2002), menyatakan bahwa perusahaan yang membentuk komite audit mempunyai hubungan yang positif dengan kualitas kinerja terhadap laba perusahaan sehingga dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi nilai dari perusahaan. Kepemilikan institusional(Ho7) tidak signifikan karena karena tidak terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan kinerja perusahaan maka penelitian ini sejalan dengan Ujiyantho(2007) karena kepemilikan institusional akan membuat kinerja perusahaan terikat untuk memenuhi target laba investor, sehingga cenderung terjadi manipulasi laba. Kepemilikan manajerial (Ho8) tidak signifikan karena adanya sifat insentif yang dimiliki manajemen dan mereka cenderung berusaha melakukan persejajaran kepentingan. Ukuran perusahaan (Ho9) tidak signifikan sejalan dengan teori dasar karena ukuran perusahaan terhadap corporate governance masih belum jelas arahnya,karena perusahaan besar lebih sulit dimonitor. Pertumbuhan penjualan(Ho10) tidak signifikan penelitian ini sejalan dengan damawati (2004) karena perusahaan yang ingin tumbuh membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga sulit perusahaan tersebut sulit menerapkan corporate governance. Ukuran dewan direksi (Ho11) tidak signifikan sejalan dengan Ujiyantho(2007) karena ukuran dewan direksi tidak dilihat dari besar kecilnya dewan direksi akan tetapi tergantung dari norma dan kepercayaan yang diterima dalam organisasi. Komite audit (Ho12) tidak signifikan karena tidak terdapat hubungan antara komite audit dengan kinerja perusahaan Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Klien (2002), menyatakan bahwa perusahaan yang membentuk komite audit mempunyai hubungan yang positif dengan kualitas kinerja terhadap laba perusahaan sehingga dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi nilai dari perusahaan. Tabel Hasil Uji Model Fit Adjusted R2 ROA ROE 0.078 0.014 Sumber : data diolah SPSS 15
Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
Uji Model Fit digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang di uji dalam model regresi. Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil : Dari hasil uji regresi diatas diketahui pada model ROA regresi didapat nilai adjusted R2 ROA sebesar 0.078, yang berarti variasi pada variabel institusional, manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, ukuran dewan direksi dan keberadaan komite audit dapat menjelaskan variasi pada variabel ROA sebesar 7,8 % sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi. Sedangkan nilai adjusted R2 ROE sebesar 0.014, yang berarti variasi pada variabel institusional, manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, ukuran dewan direksi dan keberadaan komite audit dapat menjelaskan variasi pada variabel ROE sebesar 1,4 % sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi.
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, ukuran dewan direksi, dan keberadaan komite audit terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh struktur corporate governance terhadap kinerja perusahaan pada 34 perusahaan manufaktur dengan pengamatan penelitian 3 tahun, maka di dapat kesimpulan sebagai berikut : a.
b.
Corporate governance berpengaruh signifikan terhadap model pertama kinerja perusahaan dengan ROA. Hal ini memperlihatkan bahwa struktur corporate governance atau tata kelola dengan kinerja perusahaan yang dapat memberikan pengaruh terhadap laba yang diinginkan perusahaan dari perputaran aktivanya. Corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap model ke dua kinerja perusahaan dengan ROE. Hal ini memperlihatkan bahwa corporate governance atau tata kelola perusahaan belum dapat memberikan pengaruh terhadap keuntungan yang diharapkan oleh parapemegang saham.
Saran Untuk dapat menghasilkan kesimpulan dari hasil penelitian yang lebih baik, maka beberapa saran dapat diterapkan dalam penelitian selanjutnya: 1. Melakukan penambahan periode pengamatan penelitian selama 5 tahun, sehingga sampel yang digunakan semakin banyak. 2. Melakukan pengamatan penelitian pada sektor lain, seperti pada perusahaan non manufaktur. 3. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya disempurnakan dengan menambah variabel penelitian, terutama variabel independen proporsi dewan komisaris independen, dan kepemilikan publik.
Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
DAFTAR PUSTAKA Boediono, Gideon Setyo B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September. Daniri, Mas Achmad. 2005. “Good Corporate Governance”. Ray Indonesia, Jakarta. Darmawati, Deni; Khomsiyah; R.Rahayu. 2004. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahan”. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Bali, 2-3 Desember. Djanegara, Moermahadi Soerja. 2008. “Menuju Good Corporate Governance”. Kesatuan Press. Bogor. Effendi, Muh. Arief. 2009. “The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2005. “ Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan S. 2007. “Teori Akuntansi”. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. “Indonesia Capital Directory Market”, 2005 - 2007. Bursa Efek Indonesia. “Jakarta Stock Exchange”, 2007.webset: hhtp:www.Jsx.com Lastanti, Hexana Sri. 2005. “Hubungan Corporate Governance Dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar”. Konferensi Nasional Akuntansi. Machfoedz, Mas’ud dan Suranta, Eddy. 2003. “Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Prasetyantoko, A. (2008). “Corporate Governance: Pendekatan Institusional”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Puspa Midiastuti, Pranata dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Pengendalian Internal Perusahaan pada Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan. Jakarta. Siallagan, Hamonagan & Mas’ud Machfoedz. 2006. “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus.
Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522
Sugiarto. 2006. “Good Corporate Governance Manmpukah Meningkatkan Perusahaan?” . Jurnal Akuntabilitas, Vol 6, No 1. September : hal 34-46
Kinerja
Sulistyanto, H. Sri. 2008. “Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris”. Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia. Suprayitno, G et al. 2004. “Komitmen Menegakan Good Corporate Governance”. Jakarta: IICG Suranta, Eddy dan Pratana dan Puspa Midiastuty. 2005. “ Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Praktek Manajemen Laba”. Konferensi Nasional Akuntansi. Sutejo, Siswanto & E John Aldridge. (2005). “Good Corporate Governance”. PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta. Tjager, I Nyoman; Alijoyo, f. Antonius 2003. “Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia”. PT. Prenhallindo, Jakarta. Ujiyantho, Muh. Arief. 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli 2007.
Jurusan Akuntansi, fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009) 20205522