PENGARUH STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi Eksperimen di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan)
oleh:
NINA NUR INAYAH NIM : 103017027246
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI Skripsi
berjudul:
“Pengaruh
Strategi
Think-Talk-Write
(TTW)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa” disusun oleh Nina Nur Inayah, Nomor Induk Mahasiswa 103017027246, Jurusan Pendidikan Matematika. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.
Jakarta, Agustus 2008
Yang Mengesahkan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Kadir, M.Pd
Otong Suhyanto, M.Si
NIP. 150265632
NIP. 150293239
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nina Nur Inayah NIM : 103017027246 Jurusan : Pendidikan Matematika Angkatan Tahun : 2003/2004 Alamat : Jl. RE Martadinata No. 22 Rt 12 Rw 05 Desa Mauk Timur Kecamatan Mauk Tangerang 15530
Kabupaten
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil belajar Matematika Siswa adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen: 1. Nama
: Dr. Kadir, M.Pd
NIP
: 150265632
Dosen Jurusan
: Pendidikan Matematika
2. Nama
: Otong Suhyanto, M.Si
NIP
: 150293239
Dosen Jurusan
: Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, Agustus 2008
Nina Nur Inayah
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi
berjudul
“Pengaruh
Strategi
Think-Talk-Write
(TTW)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Jakarta, dan dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 18 September 2008 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S. Pd) dalam bidang pendidikan matematika. Jakarta, 24 September 2008 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
.....................
.......................
.....................
........................
......................
........................
......................
........................
Ketua Jurusan (Ketua Jurusan/Program Studi) Maifalinda Fatra, M. Pd NIP.: 150 277 129 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Otong Suhyanto, M. Si NIP.: 150 293 239 Penguji I Maifalinda Fatra, M. Pd NIP.: 150 277 129 Penguji II Drs. H. M. Ali Hamzah NIP.: 150 210 082 Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP.: 150 231 356
UJI REFERENSI Nama
: Nina Nur Inayah
NIM
: 103017027246
Jur/Fak
: Pendidikan Matematika/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
: Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap
Hasil
Belajar Matematika Siswa
No 1
2
3 4 5 6
7 8 9
Judul Buku dan Nama Pengarang R.soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdijknas, 2000), h. 43. Wahyudin Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika,(bandung, disertasi, 1999), h. 271. Wahyudin Kemampuan Guru Matematika… h. 253. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2003), h.255. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika…h. 71. Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Journal Matematika dan pendidikan matematika, UIN, 02 Desember 2006), Vol.1, h. 197 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rosda, 2004), Cet ke-9, h. 90. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.21. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rosda, 2004), Cet ke-9, h. 91.
Paraf Pembimbing I Pembimbing II
10 11
12
13
14 15 16 17 18
19
20
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekata... , h. 132. Paul Suparno, Konstruktivisme dan Dampaknya Terhadap Pendidikan, (http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1 996/11/18/0236.html) Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2008), Cet ke-1, h. 91. Constructivism and the Five E’s, artikel ini diakses pada tanggal 20 Mei 2008, di http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph /pinatubo/page4.html. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 92. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 93. Constructivism and the Five E’s, http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph /pinatubo/page4.html, 20 Mei 2008 Guru,PembelajaranKonstuktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=liha t&id=66, 13 April 2007. Nuryani Y. Rustaman Dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Surabaya: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press), cet 1, 2005), hal. 171 M. Khoiruddin, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembelajaran, http://www.google.co.id/search?hl=id&lr=lan g_id&client=firefoxa&channel=s&rls=org.mozilla:enUS:official&hs=1xJ&q=pembelajaran+konstr uktivisme&start=10&sa=N, 1 juli 2008, hal 1. Tumbuh Kembang, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ke Depan, http://tumbuhkembang.blogspot.com/2007/08/ konstruktivisme-dalam-pembelajaran-ke.html, 1 Juli 2008. Important People in the Development of the Theory of Constructivism, http://www.constructivisme.com/chd.gse.gme. edu/immersion/konwledgebase/index.htm, 20 Mei 2008.
22 23 24
25
26 27
28 29
30
31 32
33 34
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 94. Konstruktivisme dan Pembelajaran, http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/04/ 48/, 1 Juli 2008. Pembelajaran Konstruktivisme, http://gurubeasiswa.blogspot.com/2007/12/pembelajaran -matematika-dengan-teori.html, 1 Juli 2008, hal 3 Fadjar Shadiq, Implikasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar,http://www.google.co.id/search?client= firefox-a&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aofficial&channel=s&hl=id&q=pembe lajaran+konstruktivisme&meta=lr%3Dlang_id &btnG=Telusuri+dengan+Google, 1 Juli 2008, hal 7-9. Pembelajaran Konstruktivisme, http://gurubeasiswa.blogspot......, hal 4, 1 Juli 2008. Hamzah, “Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme”dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, No. 040, Tahun ke-8, November 2002. h. 67 Guru, Pembelajaran Konstruktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=liha t&id=66, 13 April 2007, hal 3. The Maryland Virtual High School of Sciense and Mathematics, 5 E’s Lesson Components, , http://mvhsl.mbhs.edu/mvhsproj/learningcycle /lcmodel.html, 29 Maret 2007. Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007, Jakarta, h.101. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 94. Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode Konstruktivisme, Metamorfosa, Vol. 1 No 2, Oktober 2006, Jakarta, h. 51 Guru, Pembelajaran Konstruktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=liha t&id=66, hal 4, 13 April 2007. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
35
36 37
38 39 40 41 42 43 44 45
46
47
Harapan, 1990), h. 190. R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi Keadaan masa kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdiknas, 1999/2000), h. 11. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah …, h.191. Ismail et.al, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (PMAT44471/4SKS/modul.112), (Jakarta: Universitas terbuka, 2000), h. 1.15. Sukardjono, Filasafat dan Sejarah Matematika (Jakarta; UT, 2000), cet. 1, h. 1.3 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet ke-2, h. 252. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA, 2003), h. 17. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet Ke-2, h. 119. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), Cet Ke-7, h.22. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar...h.121. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses...h. 2223. Bansu Irianto Ansari, Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU (Bandung: Disertasi UPI, 2003),h.36. http://www.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela -curiculum-03/writing/think_talk_write.html , 19 Februari 1999 Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Untuk Meninhgkatkan Kemampuan Representasi Matematika Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, (Bandung: Tesis, 2005), h. 55. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 85. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 86.
48 49 50 51 52 53 54
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 8788. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2005), h. 41 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006),h. 185. Tim MKPBM, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA UPI, 2003), h. 148. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.208 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…,h.210. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…, h. 218
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Kadir, M.Pd
Otong Suhyanto, M.Si
NIP. 150265632
NIP. 150293239
ABSTRAK Nina Nur Inayah. Pengaruh Strategi Thnik-Talk-Write Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2008 Penelitian ini dilakukan atas suatu masalah kurang pahamnya siswa terhadap konsep pada materi yang dipelajari sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Penggunaan strategi Think-Talk-Write pada proses pembelajaran ini dilakukan untuk mengarahkan siswa belajar secara mandiri dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas peningkatan hasil belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan bangun datar. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dilakukan penelitian eksperimen yang bertempat di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2008. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, karena hanya ada dua kelas maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara merandom dua kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang diujikan adalah tes uji coba kepada kedua kelas yang berupa hasil belajar matametika siswa, sedangkan teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t untuk menguji hipotesis. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai thitung = 2,09, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % = 1,98. Sehingga didapatkan thitung > ttabel, yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu, data menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan strategi Think-Talk-Write lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian strategi Think-Talk-Write dalam pembelajaran matematika berpengaruh secara nyata terhadap hasil belajar matematika siswa.
Kata Kunci: Strategi Think-Talk-Write, Hasil Belajar Matematika Siswa
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan, dimana berbagai permasalahan tersebut hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. Berkenaan dengan hal itu, Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Ankabut ayat 43 yang berbunyi:
☺ Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” Berdasarkan ayat ini jelas bahwa orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan adalah orang-orang yang mampu memahami apa yang sudah diberikan-Nya, baik dari segi ilmu pengetahuan umum maupun ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan agama. Dalam
perkembangan
Ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
dan
penguasaanya, Matematika mempunyai peranan yang sangat penting. Semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin banyak menuntut matematika untuk menemukan bentuk-bentuk baru sebagai pembantunya. Kenyataan tersebut mungkin menjadi dasar mengapa Matematika dijadikan bidang studi yang dipelajari oleh siswa dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Mempelajari matematika sebenarnya adalah mempelajari ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak yang tersusun secara hierarkis. Menanamkan ide atau konsep yang abstrak ini merupakan persoalan yang tidak mudah dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar jika tidak diimbangi dengan metode dan pendekatan mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa. R.Soedjadi merumuskan tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu: 1. Mempersipkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. 2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.1 Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat dinilai dari sejauh mana perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Hal ini dapat dicapai melalui proses belajar mengajar yang efektif, efisien, dan bermakna. Salah satu cara untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran matematika yang memerlukan keaktifan siswa baik secara fisik, intelektual, maupun emosional. Disinilah dituntut kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan model, strategi, pendekatan, dan metode 1
R.soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdijknas, 2000), h. 43.
pembelajaran yang ada dalam upaya peningkatan penguasaan konsep-konsep matematika. Untuk itu, model dan pendekatan pembelajaran matematika di kelas pun seharusnya dimodifikasi agar siswa sebagai generasi penerus memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi, baik dalam pemahaman maupun kemampuan komunikasi matematikanya. Dalam hal ini tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi, namun guru harus mampu mendorong siswa belajar mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan komunikasi matematika. Disamping perubahan pada model pembelajaran di kelas, guru atau tenaga pendidik juga diharapkan mampu berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika. Al Ghazali dalam Asrorun Ni’am Sholeh memberikan batasan yang ketat bagi profesi pendidik sebagai prasyarat yang harus dipenuhi: 1) Pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta mampu memperlakukan mereka sebagaimana anak sendiri; 2) Pendidik meakukan aktivitas karena Allah SWT; 3)Pendidik harus mampu memberikan nasehat yang baik kepada anak didik; 4) Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang destruktif; 5) Mengetahui tingkat nalar dan intelektualitas anak didik; 6) Pendidik harus mampu menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin ilmu yna lain; dan 7) Pendidik harus mampu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini dan secara khusus memberikan materi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya. Berkenaan dengan hal itu, Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat An Nahl ayat 125 yang berbunyi:
☺ ☺
☺ ☺ Artinya: ” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.” Ayat ini jelas bahwa guru harus mengajarkan yang benar kepada siswanya, salah satunya adalah menerapkan strategi yang tepat yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, baik dari segi kognitif maupun dari segi kejiwaannya. Sehingga hasilnya akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. namun demikian, pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran matematika di Indonesia masih mengalami banyak kendala, diantaranya kualitas pembelajaran matematika yang masih rendah. Hal ini ditandai dengan rendahnya penguasaan siswa dalam pelajaran matematika
dibandingkan
dengan
mata
pelajaran
lain.
Wahyudin
mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan atau hasil belajar terhadap matematika cenderung rendah.2 Salah satu penyebab rendahnya penguasaan atau hasil belajar siswa dalam matematika adalah siswa tidak memahami konsep-konsep atau persoalan-persoalan yang diberikan dalam pembelajaran matematika. Pemahaman terhadap suatu konsep matematika berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika yang lain. Masalah lain dalam pembelajaran matematika adalah banyaknya keluhan yang muncul baik dari siswa maupun orang tua tentang pelajaran matematika. Sebagian besar orang menganggap hal yang berkaitan dengan matematika adalah hal yang sukar untuk dimengerti. Begitu pula pandangan 2
Wahyudin Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika,(bandung, disertasi, 1999), h. 271.
siswa terhadap pelajaran matematika di sekolah, mereka menganggap pelajaran matematika sulit untuk dipelajari. Selain itu siswa merasa cepat bosan dengan pembelajaran matematika yang monoton, akibatnya siswa cenderung tidak menyukai matematika. Wahyudin mengungkapkan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang cukup sukar untuk dipahami, karena menurut mereka rumus-rumus atau persoalan dalam matematika terlalu banyak dan sukar dipahami.3 Model pembelajaran yang umumnya dipakai seolah-olah adalah model pembelajaran klasikal. Erman mengemukakan bahwa pada model pembelajarn klasikal guru mengajar sejumlah siswa, biasanya sampai 30 sampai dengan 40 orang siswa dalam sebuah ruangan.4 Para siswa memiliki kemampuan minimum dan diasumsikan memiliki kecepatan belajar yang relative sama. Dengan kondisi ini, kondisi belajar siswa yang sacara individual baik menyangkut kecepatan belajar, kesulitan belajar sukar diperhatikan oleh guru. Pada umumnya cara guru dalam menentukan kecepatan menyajikan materi dan tingkat kesukaran materi kepada siswanya berdasarkan informasi kemampuan siswa secara umum. Guru nampaknya sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar, dan lain-lain sepenuhnya ada di tangan guru. Model pembelajaran klasikal membuat guru menjadi pusat utama kegiatan belajar di kelas, yang akhirnya siswa sukar untuk diperhatikan mengenai kondisi individualnya. Siswa terkesan pasif dan menerima apa kata guru. Kondisi ni umumnya membuat kejenuhan bagi siswa yang kurang teroptmalkan potensinya dan berujung pada rendahnya efektifitas belajar siswa. Pembelajaran yang diharapkan pada saat ini adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana peran aktif siswa sangat ditekankan di dalamnya. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning)
3
Wahyudin Kemampuan Guru Matematika… h. 253. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2003), h.255. 4
agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktifitas seperti komunikasi matematika. Menurut teori belajar konstruksivisme, fokus utama dalam belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Cobb mendefinisikan bahwa belajar matematika merupakan proses di mana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.5 Dengan demikian guru berperan sebagai fasilitator yakni menyediakan kondisi belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan matematikanya. Banyak model atau pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan prinsip dasar konstruksivisme, salah satunya adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Strategi pembelajaran TTW yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin (1996: 82) menyebutkan bahwa penerapan TTW memungkinkan seluruh siswa mengeluarkan ide-ide di belakang pemikirannya, membangun secara tepat untuk berpikir dan refleksi, mengorganisasikan ide-ide, serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis.6 Strategi TTW lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen dengan 3-5 siswa, dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkan melalui tulisan. Berdasarkan paparan di atas diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
“PENGARUH
STRATEGI
THINK-TALK-WRITE
(TTW)
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA”.
5
Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika…h. 76. Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Jurnal Matematika dan pendidikan matematika, UIN, 02 Desember 2006), Vol.1, h. 197 6
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apakah penggunakan strategi TTW dapat membuat siswa lebih siap dan aktif dalam proses pembelajaran? 2. Apakah pembelajaran dengan strategi think-talk-write mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa? 3. Apakah pembelajaran dengan
strategi TTW lebih efektif dari pada
pembelajaran yang tidak menggunakan strategi TTW? 4. bagaimanakah respon siswa terhadap strategi TTW? Pembatasan Masalah Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka diberikan batasan masalah dari penelitian ini yaitu: Penelitian ini diilakukan pada siswa kelas VII MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan semester genap tahun ajaran 2007/2008 dengan pokok bahasan bangun datar. Strategi pembelajaran think-talk-write adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya
menuliskan
dengan
bahasa
sendiri
hasil
belajar
yang
diperolehnya. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah nilai tes formatif pada pokok bahasan bangun datar. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menetapkan perumusan masalah di atas yaitu: Apakah penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa?
Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui kualitas peningkatan hasil belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan strategi TTW dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini dilakukan, diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat atau kegunaan, antara lain: 1. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperkaya
kepustakaan
pendidikan, khususnya mengenai pengaruh penerapan strategi Think-TalkWrite (TTW) terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun datar. Serta menjadi bahan masukan bagi peneliti yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah (guru) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan memberikan inovasi baru yaitu penerapan strategi Think-Talk-Write pada pokok bahasan bangun datar. 3. Bagi siswa, pembelajaran matematika dengan strategi TTW diharapkan dapat melatih belajar secara aktif dan mandiri dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi /materi pelajaran. Belajar menurut Muhibin Syah mengutip pendapat Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan, yaitu: 1) Rumusan pertama berbunyi: belajar adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. 2) Rumusan kedua berbunyi: belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.7 Ada suatu hukum yang sangat terkenal dari teori gestalt yaitu hukum Pragnanz yang kurang lebih berarti “teratur, seimbang, atau harmonis”. Belajar merupakan upaya mencari dan menemukan Pragnanz, keteraturan, keharmonisan dari sesuatu yang dipelajari. Untuk menemukan Pragnanz diperlukan adanya pemahaman atau insight. Menurut Ernest Hilgard ada 6 ciri dari belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet ke-9, h. 90.
1)
Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar
2)
Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu
3)
Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi
4)
Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba
5)
Belajar dengan pemahaman dapat diulangi
6)
Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain.8
9
Dalam pandangan psikologis secara umum mendefinisikan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan itu Reber membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relative permanent change ini respons potensiality which occurs as a result of reinforced practise, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.9 Dari pendapat tersebut, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan-latihan yang dilakukan berulang dan pengalaman yang sifatnya relatif menetap, bukan bersifat sementara atatu tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam. 1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
8
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.21. 9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan..., (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet ke-9, h. 91.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran.10 Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesui dengan proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta caracara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar pada pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa. Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku untuk menuju ke arah yang lebih baik yang membawa hasil dari sebuah pengalaman. Adapun perubahan tingkah laku itu mencakup berbagai aspek, seperti aspek: kognitif, afektif, dan aspek psikomotorik. Menurut teori konstruktivisme, fokus utama dalam pembelajaran matematika adalah memberdayakan siswa untuk berpikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Cobb (1991) dalam Erman mengatakan bahwa dari perspektif konstruktivis, belajar matematika bukanlah suatu proses ‘pengepakan’ pengetahuan secara hati-hati, melainkan tentang mengorganisir aktifitas, di mana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir konseptual. Cobb (1992) juga mengatakan bahwa belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Paul Suparno mengemukakan bahwa dalam pengertian konstruktivisme, belajar adalah suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dibuat sendiri oleh pelajar atau orang yang mau
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan... , h. 132.
mengerti.11 Orang itulah yang aktif berpikir, membuat konsep, dan mengambil makna. Guru atau pendidik disini hanyalah membantu agar proses konstruksi itu berjalan. Guru bukan mentransfer pengetahuan sebagai yang sudah tahu, tetapi membantu agar anak didik membentuk pengetahuannya. Dalam belajar sistem ini, peran murid diutamakan dan keaktivan murid untuk membentuk pengetahuan dinomorsatukan. Semua peralatan, bahan, lingkungan dan fasilitas disediakan untuk membantu pembentukan itu. Murid diberri kesempatan mengungkapkan pemikirannya akan suatu masalah, tanpa dihambat. Dengan dibiasakan berpikir sendiri dan mempertanggung jawabkan pemikirannya, murid akan terlatih untuk menjadi pribadi yang sungguh mengerti, yang kritis, kreatif, dan rasional.
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama dalam Martinis dengan ide utamanya sebagai berikut: 1. Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa membentuk pengerahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke dalam pikiran. Akomodasi adalah penyusunan kembali (modifikasi) struktur kognitif karena adanya informasi baru, sehingga informasi itu mempunyai tempat. 2. Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan linkungannya. Adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Andaikan dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkunganya, terjadilah ketidaksetimbangan. Akibatnya terjadilah akomodasi dan struktur yang ada mengalami perubahan atau struktur baru timbul. 3. Andaikan
dengan
mengadakan
proses
adaptasi
ketidakseimbangan
asimilasi
terhadap
seseorang
tidak
lingkungannya,
(disequilibrium).
Akibatnya
dapat
terjadilah terjadilah
akomodasi, dan struktur yang ada mengalami perubahan atau struktur baru timbul. 4. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang. Tetapi bila terjadi kembali kesetimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan intelektual anak dipengeruhi 11
oleh
faktor
sosial.
Lingkungan
Paul Suparno, Konstruktivisme dan Dampaknya (http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/11/18/0236.html)
sosial
dan
Terhadap Pendidikan,
pembelajaran secara natural mempengaruhi perkembangan anak dalam meningkatkan kekomplekan dan kesistematikan kognitif.12 Pada pembelajaran konstruktivisme, guru berusaha sebisa mungkin untuk memberikan sistem pembelajaran yang tidak monoton. Pembelajaran ini banyak sekali digunakan dalam pembelajaran sains, dengan tuntunan berikut ini: belajar sesuatu yang baru dan berusaha mengetahui pemahaman yang telah ada lebih mendalam. Hal ini merupakan tahap awal dari eksplorasi, dimana siswa dapat menggabungkan antara pengalaman sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.13 Metode pembelajaran seperti itu disebut metode konstruktivisme. Selain Piaget, Konstruksivis yang lain yaitu Vygostsky dalam Martinis
berpendapat
bahwa
perkembangan
intelektual
anak
dipengaruhi oleh lingkungan sosial.14 Lingkungan sosial dan pembelajaran secara natural mempengaruhi perkembangan anak dalam meningkatkan kekomplekkan dan kesisitematisan kognitif. Berkaitan dengan
anak
dan
lingkungan
belajarnya
menurut
pandangan
konstruktivisme, Martinis mengutip dari Driver dan Bell mengajukan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara persoanal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber. Berkaitan dengan pembelajaran
12
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2008), Cet ke-1, h. 91. 13 Constructivism and the Five E’s, artikel ini diakses pada tanggal 20 Mei 2008, di http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html. 14 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 92.
Brooks & Brooks menambahkan delapan visi pembelajaran yang berbasis konstruktivis sebagai berikut: 1. Pembelajaran disajikan secara utuh menuju bagian-bagian yang penekanannya pada konsep-konsep besar (big concepts) 2. Menggali pertanyaan siswa sangat dihargai 3. Aktivitas pembelajaran dititikberatkan pada sumber data utama dan memanipulasi bahan-bahan atau alat peraga. 4. Siswa
dipandang
sebagai
pemikir
dengan
memunculkan
permasalahan. 5. Guru secara umum bertindak dengan cara interaktif, dan mediator lingkungan bagi siswa. 6. Guru menggali konsepsi siswa, sehingga memahami sajian konsepsi siswa untuk penggunaan pelajaran berikutnya. 7. Penilaian hasil belajar siswa terkait dengan pembelajaran dan terjadi
melalui
pengamatan
guru
terhadap
pekerjaan
dan
penampilan siswa serta portofolio. 8. Siswa sebaiknya bekerja dalam kelompok15 Filsafat tentang pembelajaran, yang menunjukkan pembelajar butuh untuk dibangun pemahaman mereka, yang biasa disebut kontruktivisme. Sudah banyak diteliti dan ditulis oleh para ahli teori pembelajaran dan kognisi. Seperti Jean Piaget, Eleanor Duckworth, George Hein dan Howard Gardener telah mendalami metode pembelajaran ini.16 Konstruktivisme berarti bersifat membangun, dalam konteks Filsafat Pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya dan modern. Dalam proses pembelajaran konsep ini menghendaki agar anak didik dapat mengembangkan
15
kemampuannya
secara
konstruktif
untuk
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 93. Constructivism and the Five E’s, http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html, 20 Mei 2008 16
menyesuaikan diri dengan tuntutan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.17 Menurut Fensham (1994:5) penganut konstruktivisme memiliki pandangan tentang hal-hal yang dialami atau diceritakan secara aktif oleh diri mereka sendiri. Makna yang dibangun bergantung pada pengetahuan yang sudah ada pada diri seseorang. Oleh karena pengalaman dan hasil bacaan perorangan berbeda-beda, maka hasil pemaknaan juga boleh jadi menjadi amat berbeda.18 Salah satu ahli pendidikan dari Indonesia berpendapat bahwa pendekatan
pembelajaran
konstruktivisme
merupakan
proses
pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam benak atau pikiran manusia. John Dewey mengutakan lagi teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara terus menerus.19 Pendapat lain menyatakan bahwa: Konstruktivisme merupakan cara pandang (filosofist) yang menganjurkan perubahan proses pembelajaran skolastik (baik formal maupun non formal dan informal) melalui
pengenalan,
penyusunan,
dan
penetapan
tangkapan
pengetahuan berdasar reaksi (di dalam pikiran) peserta didik. Ilmu pengetahuan tidak boleh dipindahkan kepada peserta didik (transfer knowledge) dalam bentuk yang serba “sempurna”/”jadi” melalui program pengajaran guru (Teacher Centered Learning).20
17
Guru,PembelajaranKonstuktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, 13 April 2007. 18 Nuryani Y. Rustaman Dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Surabaya: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press), cet 1, 2005), hal. 171 19 M. Khoiruddin, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembelajaran, http://www.google.co.id/search?hl=id&lr=lang_id&client=firefoxa&channel=s&rls=org.mozilla:enUS:official&hs=1xJ&q=pembelajaran+konstruktivisme&start=10&sa=N, 1 Juli 2008, hal 1. 20 Tumbuh Kembang, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ke Depan, http://tumbuhkembang.blogspot.com/2007/08/konstruktivisme-dalam-pembelajaran-ke.html, 1 Juli 2008.
Menurut paham konstruktivisme di atas, ilmu pengetahuan sekolah tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada murid, tapi murid perlu dibina untuk memperoleh pengetahuan itu sendiri dengan pengalaman masing-masing. Banyak ahli pskilogi dan pendidikan yang berkutat meneliti metode pembelajaran tersebut. Seperti yang sudah penulis jabarkan di atas. Berikut ini sumbangan pemikiran dari John Dewey tentang pendekatan konstruktivisme. Bagi Dewey, berfikir adalah mengubah, mengorganisasi kembali, membentuk makna. Dewey kerap berkata pada pembaca bahwa: “ Mind is active, a verb and not a noun” (Fosnot, 1996, p.126) Dewey
menegaskan
bahwa
penting
bagi
siswa
untuk
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman yang dimaksud Dewey adalah lingkungan sosial, dimana siswa bersamasama menganalisa objek permasalahan dan atau menciptakan sendiri komunitas untuk saling bertukar pikiran. 21 Akhir-akhir ini para ahli mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piaget. pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses belajar anak membangun
pengetahuannya
sendiri
dan
memperoleh
banyak
pengetahuan di luar sekolah (Dahar, 1989:160). Oleh karena itu setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selam berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat beberapa hal yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme, yaitu : (1) peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna; (2) pentingnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa mengkonstruksi pengetahuan; (3) mengaitkan antara gagasan siswa dengan informasi baru di kelas (Tasker, 1992: 30). Konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan kesempatan 21
Important People in the Development of the Theory of Constructivism, http://www.constructivisme.com/chd.gse.gme.edu/immersion/konwledgebase/index.htm, 20 Mei 2008.
yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berpikir para siswa. Implementasi
teori
konstruktivisme
dalam
pembelajaran,
Menurut Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi
pengetahuan
matematika
dengan
cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.22 Ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, maka otaknya akan terbentuk struktur kognitif tertentu. Struktur kognitif itu disebut skemata yang merupakan suatu organisasi mental yang akan memudahkan individu untuk menghadapi tuntutan lingkungannya semakin meningkat. Siswa tidak boleh diberikan bagian-bagian yang terpisah, penyerdehanaan masalah, dan pengulangan keterampilan dasar, tetapi sebaliknya: siswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang kompleks, terlihat samar-samar, dan masalah yang tidak beraturan. Masalah-masalah yang kompleks itu harus dihubungkan pada aktivitas dan tugas yang otentik, karena keberagaman situasi yang dihadapi tersebut, seperti juga aplikasi yang mereka hadapi tentang dunia nyata.23 Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995:222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungin proses 22
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 94. Konstruktivisme dan Pembelajaran, http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/04/48/, 1 Juli 2008. 23
keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pmbelajaran, materi, dan sumber.24 Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan akan terbentuk atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya, sebagaimana dinyatakan Bodner (1986:873): “… knowledge is constructed as the learner strives to organize his or her experience in terms of preexisting mental structures”. Dengan demikian, belajar matematika merupakan proses memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Di samping itu, pentingnya kemampuan memecahkan masalah, terutama di saat para siswa sudah bekerja atau di saat mempelajari materi lain, akan menuntut adanya perubahan proses pembelajaran di kelas-kelas, termasuk di Sekolah Dasar di seluruh Indonesia. Berdasarkan
penjelasan
dan
contoh
di
atas,
implikasi
konstruktivisme pada pembelajaran di antaranya adalah:25 1. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak mesti diikuti dengan hasil yang bagus pada siswanya. Setiap siswa SD harus mengkonstruksi (membangun) pengetahuan matematika di dalam benaknya masing-masing berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam benaknya. 2. Tugas setiap guru adalah memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan matematika dibangun atau dikonstruksi para siswa 24
Pembelajaran Konstruktivisme, http://gurubeasiswa.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-dengan-teori.html, 1 Juli 2008, hal 3. 25 Fadjar Shadiq, Implikasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar,http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aofficial&channel=s&hl=id&q=pembelajaran+konstruktivisme&meta=lr%3Dlang_id&btn G=Telusuri+dengan+Google, 1 Juli 2008, hal 7-8.
sendiri dan bukan ditanamkan oleh para guru. Para siswa harus dapat
secara
aktif
mengasimilasikan
dan
mengakomodasi
pengalaman baru ke dalam kerangka kognitifnya. Karenanya, pembelajaran matematika akan menjadi lebih efektif bila guru membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna 3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan dan yang dibuat para siswa untuk mendukung model-model itu. Karenanya, para guru harus mau bertanya dan mau mengamati pekerjaan siswanya. Setiap kesalahan siswa harus menjadi umpan balik dalam proses penyempurnaan rancangan proses pembelajaran berikutnya. 4. Pada konstruktivisme, siswa perlu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri untuk masing-masing konsep matematika sehingga peranan
guru
dalam
mengajar
bukannya
“menguliahi”,
menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan matematika pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-kontruksi mental yang diperlukan. Pada akhirnya mudah-mudahan tulisan ini akan lebih menjelaskan dan dapat meyakinkan para guru, akan perlunya perubahan ini. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak menurut Poedjiadi adalah sebagai berikut:26 (a) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. (b) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah 26
Pembelajaran Konstruktivisme, http://guru-beasiswa.blogspot......, hal 4, 1 Juli 2008.
seringkali
dilakukan
melalui
belajar
kelompok
dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (c) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Menurut Wheatley dalam jurnal Hamzah, dua prinsip utama dalam pembelajaran konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognitif bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.27 Pendapat lain mengatakan prinsip dari konstruktivisme sebagai berikut:28 1. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. 2. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 3. Mencari dan menilai pendapat siswa. 4. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. 5. Menilai belajar siswa dalam konteks pengajaran. Konstruktivisme
memiliki
beberapa
tahap
yang
dapat
menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:29 1. Persiapan, pada tahap ini terdapat aktivitas untuk menarik perhatian siswa, menstimulasi cara berfikir siswa dan menolong mereka untuk menerima pengetahuan yang baru. Biasanya dengan
27
Hamzah, “Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme”dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, No. 040, Tahun ke-8, November 2002. h. 67 28 Guru, Pembelajaran Konstruktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, 13 April 2007, hal 3. 29 The Maryland Virtual High School of Sciense and Mathematics, 5 E’s Lesson Components, , http://mvhsl.mbhs.edu/mvhsproj/learningcycle/lcmodel.html, 29 Maret 2007.
metode; demonstrasi, membaca dari media koran, jurnal, buku, literature, biografi, dan menganalisis grafik. 2. Pencarian, pada tahap ini siswa diberi waktu untuk berfikir, berencana, berinvestigasi dan mengorganisasi informasi. Dengan melakukan metode-metode berikut; mengumpulkan informasi agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan open-ended dan untuk membuat keputusan, pemecahan masalah, mengkonstruksi model, eksperimen. 3. Penjelasan, siswa melakukan analisis terhadap pencarian yang dilakukan. Pemahaman mereka diklarifikasi dan dimodifikasi karena aktivitas bayangan. Dengan menggunakan metode-metode berikut ini: analisis dan penjelasan siswa, mengeluarkan gagasan, berdiskusi. 4. Perluasan, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk meluaskan dan menguatkan pengertian mereka akan konsep dan menerapkan situasi yang sebenarnya. Dengan menggunakan metode pembelajaran berikut ini: pemecahan masalah, eksperimen inquiri, aktivitas kemampuan berpikir, membuat keputusan. 5. Evaluasi, dimana guru dan siswa menggenerasi alat dan rubrik. Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang berfokus pada bagaimana siswa dapat memahami konsep tentang materi yang diajarkan. Dimana siswa dapat membangun sendiri pemahamannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, tentunya dengan prosedur di atas. Tahap-tahap dalam pembelajaran konstruktivisme tercantum dalam berbagai persepsi dari beberapa ahli. Tapi memiliki satu tujuan, diantaranya dari Ari Widodo, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:30 1) Pendahuluan, tahap penyiapan pembelajaran untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 30
Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007, Jakarta, h.101.
2) Eksploitasi, tahap pengidentifikasian dan pengaktifan pengetahuan awal pembelajaran. 3) Restrukturisasi,
tahap
restrukturisasi
pengetahuan
awal
pembelajaran agar terbentuk konsep yang diharapkan. 4) Aplikasi, tahap penerapan konsep yang telah dibangun pada konteks/kondisi yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum menurut Horsley (1990: 59) dalam Martinis mengutarakan bahwa pembelajaran dengan teori konstruktivisme meliputi empat tahapan: 1) Tahap apersepsi, ini berguna untuk mengungkapkan konsepsi awal siswa dan membangkitkan motivasi belajar 2) Tahap eksplorasi 3) Tahap diskusi dan penjelasan konsep 4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep. Sehubungan dengan itu Tytler (1996: 20) lebih merincikan lagi rancangan pembelajaran dengan teori ini yaitu: 1) Memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengemukakan
gagasannya dengan bahasanya sendiri. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya, sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif. 3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. 4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. 5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. 6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.31 Konstruktivis menurut Piaget adalah dimana siswa akan mempunyai pengalaman belajar jika mereka aktif berpartisipasi. Shapiro
(1994)
menyatakan
bahwa
di
dalam
kelas
yang
mengaplikasikan metode konstruktivis, siswa mempunyai sifat dan perilaku yang sama dengan saintis: Siswa membangun hipotesa, 31
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 94.
mengumpulkan data dengan melakukan percobaan atau observasi, dan membangun konsep berdasarkan hipotesis dan fakta yang mereka peroleh.32 Setiap model, strategi atau metode pendidikan memiliki keurangan
dan
kelebihan
masing-masing.
Adakalanya
cocok
menggunakan metode yang satu dan tidak cocok dengan metode lainnya.
Berikut
ini
akan
dijelaskan
kelebihan
dari
metode
konstruktivisme, diantaranya: 1. Pembelajaran melekat dalam lingkungan belajar yang komplek, realistis, dan relevan. 2. Menyediakan negosiasi sosial, dan tanggungjawab bersama sebagai bagian dari pembelajaran. 3. Mendukung pandangan beragam dan menggunakan representasi yang juga beragam terhadap isi yang dipelajari. 4. Meningkatkan kesadaran diri dan pengertian bahwa pengetahuan itu dibangun. 5. Mendorong kesadaran dalam pembelajaran. Kekurangan dari metode konstruktivisme adalah sebagai berikut:33 1. Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah bertahun-tahun menggunakan pendekatan tradisional. 2. Guru konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran dan memilih menggunakan media. 3. Pendekatan konstruktifis menuntut perubahan siswa evaluasi, yang mungkin belum bisa diterima oleh otoritas pendidik dalam waktu dekat.
32
Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan Konstruktivisme, Metamorfosa, Vol. 1 No 2, Oktober 2006, Jakarta, h. 51 33 Guru, Pembelajaran Konstruktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, hal 4, 13 April 2007.
dengan
Metode
4. Fleksibilitas kurikulum mungkin masih sulit diterima oleh guru yang terbiasa dengan kurikulm terkontrol. 5. Siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang baru.
b. Pengertian Matematika Matematika merupakan alat yang efisien dan diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan, karena tanpa bantuan matematika ilmu pengetahuan tidak akan mengalami kemajuan yang berarti. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan, apa yang disebut matematika. Para ahli matematika mendefinisikan matematika dari tinjauan yang berbeda diantaranya ada yang
mengatakan
bahwa
matematika
adalah
bahasa
yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang
matematika bersifat artifisial
yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya sekumpulan rumus-rumus mati.34 Pendapat
lain
mengatakan
bahwa
matematika
adalah
pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.35
Matematika
merupakan
bahasa
artifisial
yang
dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah. Matematika mempunyai kelebihan dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif, sedangkan bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif.36 Suatu rumus yang jika ditulis dalam bahasa
34
Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), h. 190. 35 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi Keadaan masa kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdiknas, 1999/2000), h. 11. 36 Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah …, h. 191.
verbal memerlukan kalimat yang panjang, sedangkan jika ditulis dalam bahasa matematika cukup ditulis dengan model yang sederhana. Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematica, yang bermula dari bahasa yunani mathematike dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berkaitan pula dengan kata mathanein yang berfikir atau belajar. Dalam kamus besar bahasa indonesia, mathematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Depdikbud).37 Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar. Matematika dapat digunakan untuk memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau paling sedikit ada kemungkinan benar. Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan penemuan, di situ setiap hari ide-ide baru diketemukan. Matematika adalah cara berpikir yang digunakanuntuk memecahkan semua jenis persoalan di dalam sains, pemerintah dan industri ia adalah bahasa lambang yang dipahami oleh semua bangsa berbudaya di dunia bahkan dipercaya bahwa matematika akan menjadi bahasa yang dipahami oleh penduduk di planet mars (jika di sana ada penduduknya!). matematika adalah seni, seperti halnya musik, penuh dengan simetri, pola dan irama yang dapat sangat menyenangkan.38 Menurut Abdurrahman, dalam buku pendidikan bagi anak berkesulitan belajar menuliskan: Menurut Johnson dan Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988: 430) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen 37
Ismail et.al, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (PMAT44471/4SKS/modul.112), (Jakarta: Universitas terbuka, 2002), h. 1.15. 38 Sukardjono, Filasafat dan Sejarah Matematika (Jakarta; UT, 2000), cet. 1, h. 1.3
dan kualitas. Kline (1981: 172) juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar deduktif.39 Menurut Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.40
c. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya seorang subyek didik dalam menyelesaikan program belajar yang dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Dalam hal ini penentu baik atau tidaknya hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena siswalah yang bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam bentuk nilai atau diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan sesudah belajar. Ada empat unsur utama dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses pembelajaran pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat 39
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet ke-2, h. 252. 40 Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA, 2003), h. 17.
pengetahuan
ilmiah
yang
dijabarkan
dari
kurikulum
untuk
disampaikan atau dibahas dalam proses pembelajaran agar sampai pada tujuan yang ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan yang berbeda sejalan dengan filsafatnya. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khususnya dapat tercapai.41 Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.42 Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Hasil belajar adalah nilai hasil pengajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu. Menurut Syaiful Djamarah ketercapaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi beberapa kriteria, yaitu: 1) Istimewa/maksimal, apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 2) Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
41
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet Ke-2, h. 119. 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet Ke-7, h.22.
3) Baik/minimal, apabila hanya 60%-75% bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.43 Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom dan rekanrekannya membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif, meliputi: pengetahuan, pemaahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah afektif, meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. 3) Ranah
psikomotor,
meliputi:
persepsi,
kesiapan,
gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, dan kreatifitas.44 Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya seorang subyek didik dalam menyelesaikan program belajar yang dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Dalam hal ini penentu baik atau tidaknya hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena siswalah yang bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam bentuk nilai atau diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan sesudah belajar. Hasil belajar matematika di tingkat sekolah dasar dan menengah umumnya dinyatakan dengan nilai (angka), sehingga siswa yang belajar matematika akan mempunyai kemampuan baru tentang matematika sebagai tambahan dari kemampuan yang telah ada. Hasil belajar matematika adalah tolak ukur keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar matematika dengan tujuan kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sebelum seorang guru menilai hasil belajar siswa dalam penguasaan terhadap 43 44
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar...h.121. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses...h. 22-23.
mata pelajaran yang ditekuninya, guru tersebut sebaiknya mengukur hasil belajar siswa dalam penguasaan pelajaran tersebut. Kegiatan pengukuran hasil belajar siswa dapat dilakukan antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya.
2. Strategi Think-Talk-Write (TTW) a. Pengertian Think-Talk-Write (TTW) Untuk
merealisasikan
pembelajaran
matematika
yang
melibatkan siswa secara aktif, dewasa ini telah dikembangkan berbagai strategi pembelajaran matematika baik yang melibatkan penggunaan alat bantu seperti multimedia ataupun tidak. Salah satunya adalah strategi think-talk-write (TTW). Strategi TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar,
dan
membagi
ide
bersama
teman
kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan.45 TTW is a strategi that facilitates the oral rehearsal of language and writing fluency. It is based on the understanding that learning is a social behavior. It encourages students to think, talk, and then write regarding a topic.46
45
Bansu Irianto Ansari, Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU (Bandung: Disertasi UPI, 2003),h.36. 46 http://www.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela-curiculum03/writing/think_talk_write.html , 19 Februari 1999
Esensinya strategi pembelajaran ini melibatkan tiga aspek penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika yaitu: 1. Think (Berpikir) Think diartikan sebagai berpikir. Resnick dalam Hera Sri Mudzakir mengutarakan pengertian berpikir sebagai suatu proses yang melibatkan operasi mental seperti klarifikasi, induksi, deduksi, dan penalaran, atau merupakan suatu kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.47 Menurut Marpaung dalam Hera Sri Mudzakir menyatakan bahwa proses yang terjadi pada saat berpikir dimulai dengan penerimaan atau penemuan informasi yang datangnya dari diri siswa itu sendiri atau dari luar, kemudian siswa mengolahnya, menyimpan, dan memanggil kembali informasi tersebut dari ingatanya. Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan, siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian diterjemahkan dalam bahasa sendiri. Wiederhold (1997) dalam Martinis menyatakan bahwa membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan
47
Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Untuk Meninhgkatkan Kemampuan Representasi Matematika Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, (Bandung: Tesis, 2005), h. 55.
memerikasa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu, belajar rutin atau membuat dan menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama dan setelah membaca. 48 Membuat catatan mempertinggi pengetahuan siswa bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi bagian yang integral dalam pembelajaran. Kemampuan membaca secara komprehensif secara umum dianggap berfikir, meliputi membaca baris demi baris atau membaca yang penting saja. 2. Talk (Berbicara atau Berdialog) Setelah siswa berpikir dan mendokumentasikan hasilnya, aspek berikutnya yang harus dilakukan adalah tahap talk yang diartikan sebagai berbicara atau berdiskusi. Talk menjadi penting dalam matematika karena: (1) apakah itu tulisan, gambaran, isyarat, atau percakapan merupakan perantara matematika
ungkapan
matematika
adalah
bahasa
mengkomunikasikan
bahasa
yang
sebagai
bahasa
spesial
sehari-hari;
manusia.
dibentuk (2)
untuk
pemahaman
matematika dibangun melalui interaksi dan percakapan antara sesama individual yang merupakan aktivitas sosial yang bermakna;
(3)
cara
utama
partisipasi
komunikasi
dalam
matematika adalah melalui talk. Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi, dan membuat definisi; (4) pembentukan ide melalui proses talking. Dalam proses ini, pikiran seringkali dirumuskan, diklatrifikasi atau direvisi; (5) internalisasi ide. 48
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 85.
Dalam proseds konversi matematika internalisasi dibentuk melalui berpikir dan memecahkan masalah; (6) meningkatkan dan menilai kualitas berpikir. Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat mempersipkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan. 49 Berdasarkan uraian di atas fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk tampil berbicara. Keterampilan berkomunikasi dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan idenya melalui tulisan. Selanjutnya berkomunikasi atau dialog baik antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. Hal ini dapat terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog, sekaligus mengkonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan melalui dialog. 3. Write (Menulis) Selanjutnya fase write yaitu menuliskan hasil diskusi atau dialog pada lembar kerja yang disediakan (lembar aktivitas siswa). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi
atau
berdialog
antar
teman
dan
kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari. Paparan di atas sejalan dengan pandangan Shield dan Swinson dalam Martinis yang menyatakan bahwa aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat perkembangan mengemukakan
konsep aktivitas
siswa.
Mesingilia
menulis
siswa
dan bagi
Winowska guru
dapat
memantau: (1) kesalahan siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa
49
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 86.
terhadap ide yang sama; (2) keterangan yangn nyata dari prestasi siswa.50 Dalam tahap ini aktivitas siswa adalah sebagai berikut:: 1. Menulis solusi terhadap masalah atau pernyataan yang diberikan termasuk perhitungan. 2. Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun table agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti. 3. mengoreksi semua pekerjaan. 4. meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya. Peranan dan keutamaan think-talk-write serta tugas-tugas yang dilakukan siswa dalam menggunakan strategi ini, secara rasional diharapkan bahwa pembelajaran dengan strategi thinktalk-write dapat meningkatkan hasil belajar matematka siswa. b. Pelaksanaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang diharapkan dapat menjawab permasalahn pokok dalam penelitian ini, seperti yang telah disebutkan pada latar belakang masalah, dirancang suatu desaign pembelajaran yang menggunakan strategi think-talk-write dengan memperhatikan karakteristik seperti yang telah disebutkan di atas. Desaignnya tampak pada gambar 1.
50
h. 87-88.
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik
Mengembangkan
Kemampuan....,
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW: 1. Guru menjelaskan secara garis besar tentang materi yang akan dibahas. 2. Guru membagi teks bacaan berupa lembar kerja siswa yang memuat
situasi
masalah
dan
petunjuk
serta
prosedur
pelaksanannya. 3. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think) 4. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. 5. Siswa
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuan
sebagai
hasil
kolaborasi (write). 6. Setelah selesai melalui tahap think, talk, dan write, guru memerintahkan salah satu kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Guru
Belajar bermakna dengan strategi TTW Dampak
Menjelaskan secara garis besar materi yang akan dibahas
Situasi Masalah melalui pemberian LKS
THINK
TALK
WRITE
Siswa
Aktivitas Siswa
Aktivitas Siswa
Membaca teks yang ada di LKS dan membuat catatan secara individual
Siswa secara individu
Interaksi dengan grup untuk membahas situasi masalah
Siswa secara kelompok
Konstruksi pengetahuan hasil dari Think dan Talk secara individual
Siswa secara individu
Hasil belajar matematika siswa
Gambar 1: Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW
3. Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sangat sulit untuk dipelajari oleh para siswa disekolah-sekolah, apalagi dengan rumus-rumus atau persoalan dalam matematika terlalu banyak dan sukar untuk dipahami. selain itu siswa merasa cepat bosan dengan pembelajaran matematika yang monoton, akibatnya siswa cenderung tidak menyukai matematika. Agar hal tersebut dapat tidak terus berulang maka para guru matematika senantiasa selalu mencoba dan terus berusaha mencari metode atau strategi yang tepat yang sesuai dengan materi dalam matematika, sehingga proses belajar mengajar akan lebih efisien, efektif, dan bermakna. Para guru juga selalu berusaha
kreatif mencari strategi
pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan bervariasi sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk lebih menyenangi pelajaran matematika dan terus ingin belajar matematika sehingga dapat mencapai keberhasilan yang terus membaik dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi Think-Talk-Write (TTW) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menyenangkan, rileks, dan menarik dengan lebih mementingkan proses untuk mendapatkan hasil belajar matematika yangt lebih
baik.
Strategi
Think-Talk-Write
(TTW)
diyakini
dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, dapat membuat siswa lebih aktif, lebih berani dalam mengungkapkan pendapat karena belajar dengan
kelompok, dan lebih rileks karena adanya doingmath dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ini menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Sebelumnya guru menjelaskan secara garis besar tentang materi yang akan dibahas, setelah itu guru memberikan LKS kepada siswa, kemudian siswa secara individu diperintahkan untuk memasuki tahap Think dengan waktu yang telah ditentukan, tahap Think ini bertujuan agar siswa memahami soal yang ada di LKS kemudian menulis catatan kecil tentang apa yang diketahui atau apa yang tidak difahami untuk dibawa ke forum diskusi. Setelah selesai guru membagikan kelompok yang telah ditentukan secara heterogen sebanyak 3-5 orang siswa kemudian siswa langsung berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk membahas soal-soal yang ada di LKS yang disertai doingmath dengan waktu yang telah ditentukan. Pada tahap ini guru sebagai mediator lingkungan belajar. Setelah selesai melaui tahap Talk, guru memerintahkan kepada siswa untuk memasuki tahap Write. Pada tahap ini siswa secara individu langsung menuliskan hasil diskusi yang telah dilakukan. Setelah selesai melalui tahap Think-Talk-Write guru memerintahkan perwakilan kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 4. Strategi Pembelajaran Konvensional Ruseffendi (1991: 231) memandang bahwa strategi pembelajaran konvensional sama dengan pembelajaran tradisional yaitu proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ekspositori. Siswa dalam kelas ini dianggap memiliki kemampuan pada syarat minimal,
minat, kepentingan, kecakapan, dan kecepatan belajar yang diasumsikan relatif sama51 Pembelajaran matematika konvensional ini menurut Silver dan Smith (1996: 20) dalam Hera mengatakan bahwa tugas dan peran guru secara esensial hanya memindahkan atau menyalurkan pengetahuan dan memvalidasi jawaban siswa, sedangkan siswa diharapkan untuk belajar sendiri dalam keadaan kelas yang tenang dan sunyi. Berdasarkan pengertian di atas, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional guru menyajikan pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang telah dipersipkan secara rapi, sistematis, dan lengkap. Sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Tetapi pada strategi pembelajaran konvensional ini dominasi guru banyak berkurang karena tidak terus menerus bicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Pada pembelajaran dengan strategi konvensional ini siswa belajar lebih aktif seperti siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya atau disuruh membuatnya di papan tulis. Ciri umum strategi pembelajaran konvensional adalah definisi dan teorema disajikan oleh pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar kemudian latihansoal. Secara garis besar, prosedur pelaksanaannya kurang menekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental siswa, sehingga banyak orang beranggapan bahwa strategi pembelajaran konvensional menghasilkan belajar menghafal dan kurang efektif belajar bermakna. Secara umum strategi pembelajaran konvensional sama dengan cara mengajar biasa (tradisional), namun di dalam strategi pembelajaran konvensional dominasi guru berkurang, guru tidak terus berbicara, guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang diperlukan saja. 51
Hera Sri Mudzakkir, strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Think-Talk-Write untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, (jurnal Matematika, Vol. 1, 02 desember 2006).
5. Materi Bangun Datar 1) Segi Empat Segiempat adalah suatu bidang datar yang dibentuk/dibatasi oleh empat garis lurus sebagai sisinya. Bangun datar segi empat yang akan dibahas meliputi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.
Persegi Panjang Pengertian Persegi panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, dan keempat sudutnya siku-siku. Sifat-sifat persegi panjang Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. Setiap sudutnya siku-siku. Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang dan saling berpotongan di titik pusat persegi. Mempunyai 2 sumbu simetri yaitu sumbu vertikal dan horizontal. Mempunyai 4 cara dalam menempati bingkainya. Keliling dan luas persegi panjang a. Keliling K = 2 (p + l)
b. Luas
L = p×l Persegi/Bujur Sangkar Pengertian Persegi / bujur sangkar adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang.
Sifat – sifat persegi / bujur sangkar a. Semua sisinya sama panjang dan sisi yang berhadapan sejajar. b. Setiap sudutnya siku-siku c. Mempunyai diagonal yang sama panjang, berpotongan di tangah-tengah, dan membentuk sudut siku-siku.
d. Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonaldiagonalnya. e. Memiliki 4 sumbu simetri. f. Memiliki 8 cara dalam menempati bingkainya. Keliling dan luas persegi / bujur sangkar Keliling persegi / bujur sangkar K = 4s
Luas persegi / bujur sangkar
L = s2 Jajargenjang 1. Pengertian Jajargenjang adalah segiempat dengan kekhususan yaitu sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang. 2. Sifat-sifat jajargenjang a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. b. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar. c. Mempunyai dua buah diagonal yang berpotongan di satu titik dan salai saling membagi dua sama panjang. d. Mempunyai simetri putar tingkat dua dan tidak memiliki simetri lipat. 3. Keliling dan luas jajargenjang a. Keliling K = 2 (m + n )
b. Luas L = a×t
Belah Ketupat 1. Pengertian Belah ketupat adalah segi empet yang dibentuk dari segitiga sama kaki dan bayangannya, dengan alas sebagai sumbu cermin. 2. Sifat-sifat belah ketupat a. Semua sisinya sama panjang. b. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya. c. Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan saling tegak lurus. d. Kedua diagonal belah ketupat merupakan sumbu simetrinya. 3. Keliling dan luas belah ketupat a.
Keliling K = 4s
b.
Luas
L=
1 × d1 × d 2 2
E. Layang-layang 1. Pengertian Layang-layang merupakan segiempat yng dibentuk oleh dua segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpit. 2. Sifat-sifat layang-layang
a. Pada layang-layang terdapat dua pasang sisi yang sama panjang. b. Pada layang-layang terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama besar. c. Pada layang-layang terdapat satu sumbu simetri yang merupakan diagonal
terpanjang.
d. Pada layang-layang, salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal dan tegak lurus terhadap diagonal lainnya. 3. Keliling dan luas layang-layang a. Keliling K = 2 (x + y )
b. Luas
L=
1 × d1 × d 2 2
F. Trapesium
1. Pengertian Trapesium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi berhadapan sejajar. 2. Sifat-Sifat Trapesium Sifat umum trapesium a. AB sejajar DC b.
3. Keliling dan luas Trapesium a. Keliling K = alas + atap + kaki1 + kaki2
b. Luas L=
1 (a + b ) × t 2
2) Segitiga
Pengertian Segitiga adalah bidang datar yang dibatasi oleh tiga garis lurus dan membentuk tiga sudut. Jenis-Jenis Segitiga Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi-sisinya Segitiga sama kaki Segitiga sama kaki terbentuk dari dua segitiga siku-siku kongruen yang berimpit pada sisi siku-siku yang sama panjang Segitiga sama sisi Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang. Segitiga sebarang Segitiga sebarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak sama panjang. Jenis segitiga ditinjau dari sudut-sudutnya a. Segitiga yang ketiga sudutnya lancip disebut segitiga lancip b. Segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku disebut segitiga siku-siku
c. Segitiga yang salah satu sudutnya tumpul disebut segitiga tumpul. Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi-sisi dan besar sudutnya a. Segitiga sama kaki
Segitiga siku-siku
Segitiga lancip sama kaki
sama kaki
Segitiga tumpul sama kaki
b. Segitiga sama sisi Segitiga sama sisi bila dikaitkan dengan besar sudut-sudutnya adalah besar tiap sudutnya 60°. c. Segitiga sebarang Sifat-Sifat Segitiga 1. Segitiga siku-siku Segitiga siku-siku mempunyai dua sisi siku-siku yang mengapit sudut siku-siku dan satu sisi miring (hypotenusa). 2. Segitiga sama kaki Dua sisi yang sama panjang, sisi tersebut sering disebut kaki segitiga. Dua sudut yang sama besar yaitu sudut yang berhadapan dengan sisi yang panjangnya sama. Satu sumbu simetri. 3. Segitiga sama sisi a. Tiga sisi yang sama panjang b. Tiga sudut yang sama besar c. Tiga sumbu simetri. Keliling dan Luas Segitiga Keliling dan luas Segitiga a. Keliling
K = a+b+c
b. Luas 1 ×a×t 2
L=
Penelitian yang Relevan Bansu
Irianto
Ansari,
“Menumbuhkembangkan
dalam
kemampuan
disertasinya pemahaman
yang dan
berjudul
Komunikasi
Matematika Siswa SMU Melalui Think-Talk-Write”, (Studi eksperimen pada siswa kelas I SMUN di kota Bandung), memberikan kesimpulan bahwa hasil penelitiannya yang menggunakan strategi pembelajaran think-talk-write memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa baik langsung maupun tidak langsung.
Kerangka Berpikir Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses pembelajaran,
pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan
langsung dari guru kepada siswa, tetapi siswa mengonstruksi pengetahuannya sendiri menurut kemampuan kognitif yang dimilikinya. Adapun Pembelajaran yang
dikembangkan
saat
ini
salah
satunya
adalah
pembelajaran
konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana peran aktif siswa sangat ditekankan di dalamnya.Dalam proses pembelajaran ini guru bukan lagi sebagai pusat utama kegiatan belajar di kelas, sehingga siswa terkesan pasif dan mengikuti apa kata guru, tetapi guru sebagai pendorong siswa belajar agar siswa dapat mengkonstrksi sendiri pengetahuannya.
Dalam belajar matematika, seorang guru harus mempunyai banyak ide dan kreativitas dalam mendesain pembelajaran, sehingga siswa merasa senang dengan matematika dan terhindar dari kejenuhan dan berujung pada rendahnya hasil belajar siswa. Selain itu guru juga harus mempunyai banyak strategi pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan pokok bahasan dalam pelajaran matematika
yang
dapat
mendorong
siswa
untuk
mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri dan merangsang keaktifan siswa, sehingga siswa lebih memahami pelajaran matematika. Salah satu strategi yang sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme adalah strategi pembelajaran think-talk-write (TTW). Penggunaan strategi pembelajaran TTW dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk menjadikan siswa aktif dan dapat mengkonstruksi belajarnya secara mandiri, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep matematika. Dengan demikian maka diharapkan penggunaan strategi pembelajaran think-talk-write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Pengajuan Hipotesis Sesuai dengan pemilihan pokok masalah yang diajukan dan landasan teori yang melandasi penelitian ini, maka perumusan hipotesis sebagai berikut: Ho: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan strategi TTW dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi TTW. Ha: Rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan strategi TTW lebih tinggi daripada siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi TTW.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan pada semester genap tahun ajaran 2007/2008. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen, yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian ini dilakukan
terhadap
kelompok-kelompok
homogen,
dengan
membagi
kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamat, yaitu kelompok X1 dan kelompok X2. Kelompok X1 adalah kelompok dengan perlakuan pemberian strategi TTW dan kelompok X2 adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan strategi TTW. Perlakuan ini diberikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu pada pokok bahasan bangun datar. Setelah penguasaan materi pelajaran, kedua kelompok diberi tes yang sama. Hasil tes tersebut kemudian diolah sehingga dapat diketahui apakah rata-rata hasil belajar antara kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Two
Group
Randdomized Subject Post Test Only. Untuk pelaksanaan diperlukan 2 kelompok, yaitu: 1. Kelas
eksperimen
adalah
kelompok
siswa
yang
diajar
dengan
menggunakan model pembelajaran TTW. 2. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang tidak diajar dengan menggunakan model pembelajaran TTW (konvensional).
Tabel 1 Desain Penelitian
Kelompok
Perlakuan
Tes
(R)E
XE
T
(R)K
Xk
T
Keterangan: R : Proses pemilihan subjek secara random E
: Kelompok yang diajar dengan menggunakan strategi think-talk-write (kelompok eksperimen)
K : Kelompok yang diajar tidak menggunakan strategi think-talk-write (kelompok kontrol) XE : Perlakuan terhadap objek berupa kegiatan belajar menggunakan strategi think-talk-write Xk : Perlakuan terhadap objek berupa kegiatan belajar dengan tidak menggunakan strategi think-talk-write T : Tes hasil belajar Populasi dan Sampel 1. Populasi a. Populasi Target Populasi target penelitian adalah seluruh siswa-siswi MTsN 19 Pondok Labu yang terdaftar pada tahun ajaran 2007/2008. b. Populasi Terjangkau populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTsN 19 Pondok Labu
yang terdaftar pada tahun
2007/2008. 2. Sampel Sampel yang diambil berasal dari populasi terjangkau. Pada penelitian ini populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VII tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 96 siswa yang terdiri dari dua kelas. Maka cara pengambilan sampelnya dengan cara mengocok dua kelas tersebut yakni kelas VII. 1 dan kelas VII. 2. pengocokan ini dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Peneliti memperoleh data dari: 1). Tes Tes ini berupa tes hasil belajar matematika pada pokok bahasan bangun datar setelah pokok bahasan tersebut selesai diajarkan. Tes tersebut diberikan pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen sebagai kelompok yang diberi pengajaran dengan strategi TTW dan kelompok kontrol sebagai kelompok yang tidak diberi pengajaran dengan strategi TTW.. 2). Non Tes a. Angket Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi think-talk-write (TTW). b. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan pada setiap pertemuan untuk mengamati kegiatan belajar siswa kelas eksperimen. c. Catatan Lapangan Catatan lapangan ini digunakan pada setiap pertemuan untuk mengamati proses tindakan pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa: 1. Tes Tes ini merupakan tes hasil belajar matematika yang berupa tes objektif sebanyak 24 soal. Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Uji tes ini dilakukan satu kali yaitu postest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah perlakuan. Sebelum digunakan, soal tersebut diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas. a. Pengujian validitas
Uji validitas yaitu untuk mengetahui apakah soal itu valid atau tidak.52 Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yang berarti suatu instrument dipandang valid apabila telah cocok dengan indikator. Soal dikaitkan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi sesuai dengan pokok pembahasan bangun datar. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi point biserial. Rumus: rpbi =
M p − Mt SDt
p q
keterangan: rpbi = koefisien korelasi biserial, dalam hal ini adalah koefisien
validitas butir soal M p = rerata skor dari subyek yang menjawab benar untuk butir soal
yang dicari validitasnya. M t = rerata skor total 52
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2005), h. 41
SDt = simpangan baku skor total p
= proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang dimaksud = proporsi sisws yang menjawab salah pada butir soal yang
q
dimaksud (q = 1 – p).53 Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan rhit dibandingkan dengan rtabel Product Moment yaitu 0,320 karena n = 38. Jika hasil perhitungan rhit ≥ rtabel, maka soal tersebut valid. Jika hasil penelitian rhit < rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. b. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas yaitu untuk mengetahui apakah soal itu reliabel. Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Reliabel tes dengan konsentrasi hasil belajar matematika pada penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus kuder-Richardson 20 (KR-20 ).: 2 ⎛ k ⎞ ⎛⎜ s t − ∑ pi qi Rumus: r11 = ⎜ ⎟ 2 st ⎝ k − 1 ⎠ ⎜⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
Keterangan: k
= Banyak butir soal (item) yang valid
pi
= Proporsi banyak subyek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi
= Proporsi banyak subyek yang menjawab salah pada butir soal ke-i, jadi qi = 1 - pi
st
2
= Varians skor total.54
c. Pengujian Taraf Kesukaran 53
Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006),h. 185. 54 Tim MKPBM, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA UPI, 2003), h. 148.
Perhitungan taraf kesukaran soal bertujuan untuk mengetahui apakah tes tergolong soal-soal mudah, sedang, dan sukar. Agar sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan, untuk itu digunakan rumus: P=
B JS
Keterangan: P : Indeks Kesukaran B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes.55
Klasifikasi indeks kesukaran:
d.
IK = 0,71-1,00
= Mudah
= 0,31-0,70
= Sedang
= 0,00-0,30
= Sukar.56
Daya Pembeda Soal
Daya
pembeda
adalah
kemampuan
suatu
soal
untuk
membedakan kemampuan siswa. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminan yang berkisar pada 0,00 sampai 1,00. pada indeks diskriminan ini dikenal tanda negatif yang berarti bahwa suatu soal itu terbalik dalam mengukur kemampuan siswa. Rumus yang digunakan untuk menemukan indeks diskriminan adalah:
D=
BA BB − = PA − PB J A BB
Keterangan: 55
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.208 56 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…,h.210.
D
= Daya pembeda
JA
= Banyaknya peserta kelompok atas
JB
= Banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
BB
dengan benar =
PA
BA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan JA
benar =
PB
BB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab JB
dengan benar.2 Untuk mengetahui daya penilaian pembeda tiap-tiap soal indeks diskriminan diklasifikasikan sebagai berikut: 0,71-1,00 = Soal tersebut baik sekali 0,41-0,70 = Soal tersebut baik 0,21-0,40 = Soal tersebut cukup 0,00-0,20 = Soal tersebut jelek.57 2. Non Tes a. Angket Angket ini sebanyak 25 soal yang digunakan
untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW. Uji Validitas
Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas item. Hal ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya item tes hasil angket yang valid. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas product moment. Dengan rumus sebagai berikut: 57
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…, h. 218.
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X
2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes hasil angket yang sudah valid. Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach: 2 2 ⎡ k ⎤⎡ St − ∑ Si ⎤ r11 = ⎢ ⎢ ⎥ 2 St ⎣ k − 1⎥⎦ ⎢⎣ ⎥⎦
Keterangan:
∑ Si
= Koefisien reliabilitas tes
r11 k
= Banyaknya butir item yang sudah valid
St2
= Varian total
2
Si
2
= Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir soal.
b. Lembar Observasi Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati kegiatan belajar siswa kelas eksperimen, cara pengisiannya dengan penceklisan pada setiap item aktivitas siswa. c. Catatan Lapangan Catatan lapangan yang digunakan untuk mengamati proses kegiatan belajar mengajar di kelas eksperimen berupa deskripsi proses kegiatan belajar mengajar.
Teknik Analisis Data 1. Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji liliefors karena datanya berupa data tunggal. Adapun cara untuk mencari Uji Normalitas adalah sebagai berikut: 1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar 2) Tentukan nilai Z i =
Dengan:
Xi − X S
Zi = skor baku Xi = skor data X = nilai rata-rata S = simpangan baku
3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi Berdasarkan tabel Zi dan disebut dengan F(Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel) 4) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn
yang lebih kecil atau
sama dengan Zi jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z), maka: S (Z i ) =
Banyaknya Z1 , Z 2 ,..., Z n yang ≤ Z i n
5) Hitunglah selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 6) Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini kita namakan L0. 7) Memberikan interpretasi, L0 dengan membandingkannya dengan Lt, Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors. 8) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga L0 dan Lt yang telah didapat. Apabila L0 < Lt maka sampael berasal dari distribusi normal. b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan uji homogenitas dua varian, di maksud untuk melihat perbedaan nilai kelompok eksperimen dan kelompok
control. Uji homogenitas yang digunakan yaitu Uji Fisher, dengan rumus sebagai berikut: 1) Tentukan Hipotesis: 2) Bagi data menjadi dua kelompok 3) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok 4) Tentuka Fhitung dengan rumus S1
F=
S2
2 2
=
Varians terbesar Varians terkecil
n ∑ X i − (∑ X i ) 2 2
dimana
S2 =
n(n − 1)
5) Tentukan taraf nyata yang akan digunakan 6) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) 7) Tentukan kriteria pengujian: a) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen. b) Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen. 2. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data yang menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis dengan uji t. uji hipotesis ini dilakukan unutk mengetahui apakah penggunaan strategi TTW berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun datar.
t hit =
X1 − X 2 S gab
1 1 + n1 n2
dengan
2
S gab =
(n E − 1)S E 2 + (n K − 1)S K 2 nE + nK − 2
Keterangan: XE
= Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen.
XK
= Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
nE
= Jumlah siswa kelompok eksperimen
nK
= Jumlah siswa kelompok kontrol
Sgab
= Varians total kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian tolak H0 jika thitung > ttabel Hipotesis Statistik Hippotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: H0 : µE = µK Ha : µE > µK Keterangan: µE = Rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan strategi think-
talk-write (TTW) µK = Rata-rata hasil belajar matematika yang tidak menggunakan strategi
think-talk-write (TTW)
BAB IV HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di MTsN 19 Jakarta. Pada penelitian ini digunakan dua kelas sampel. Kelas VII-1 sebagai kelas kontrol yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional, sedangkan kelas VII-2
sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Materi matematika yang diajarkan pada penelitian ini adalah matematika bangun datar segiempat dan segitiga. Untuk mengetahui hasil belajar kedua kelompok, setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lalu kedua kelompok tersebut diberikan tes berupa post tes. Sebelumnya, tes tersebut diuji cobakan terlebih dahulu kepada kelas selain kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas VIII. 4 yang berjumlah 38 siswa. Setelah dilakukan uji coba dan dilakukan uji validitas (lampiran 10), dari 35 soal pilihan ganda yang diuji cobakan diperoleh 24 soal yang valid dan 11 soal yang tidak valid
Data hasil belajar matematika pada materi bangun datar segiempat dan segitiga
dengan
strategi
pembelajaran
Think-Talk-Write
(TTW)
dan
Pembelajaran Konvensional disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, histogram dan poligon berikut:
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen Nilai
Batas
Frekuensi
Nyata
Absolut
Komulatif
Relatif (%)
38 - 43
37,5 - 43,5
6
6
12,5
44 - 49
43,5 - 49,5
3
9
6,25
50 - 55
49,5 - 55,5
5
14
10,42
56 - 61
55,5 - 61,5
12
26
25
62 - 67
61,5 - 67,5
11
37
22,92
68 - 73
67,5 - 73,5
4
41
8,33
74 - 79
73,5 - 79,5
7
48
14,58
48 Secara visual hasil belajar matematika yang diberi TTW disajikan dalam histogram dan poligon berikut.
F
y
r
14
e 12 k 10 u
8
e
6
n
4
s
2
i 37,5
43,5
49,5
55,5
61,5
67,5
73,5
79,5 x
Interval Data Gambar 2: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar matematika Kelas Eksperimen
Berdasarkan Tabel 2, histogram dan poligon distribusi frekuensi hasil belajar matematika kelas eksperimen dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 22 siswa atau sekitar 45,8 % memiliki nilai di atas rata-rata dan 26 siswa atau sekitar 54,2 % nilainya berada di bawah rata-rata. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol Nilai
Batas
Frekuensi
Nyata
Absolut
Komulatif
Relatif (%)
38 - 43
37,5 - 43,5
8
8
16,67
44 - 49
43,5 - 49,5
6
14
12,5
50 - 55
49,5 - 55,5
13
27
27,08
56 - 61
55,5 - 61,5
6
33
12,5
62 - 67
61,5 - 67,5
9
42
18,75
68 - 73
67,5 - 73,5
3
45
6,25
74 - 79
73,5 - 79,5
3
48
6,25
48
Secara visual hasil belajar matematika yang tidak diberi TTW disajikan dalam histogram dan poligon berikut.
F
y
r
14
e 12 k 10 u
8
e
6
n
4
s
2
i 37,5
43,5
49,5
55,5
61,5
67,5
73,5
79,5 x
Interval Data Gambar 3: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 3, histogram dan poligon distribusi frekuensi hasil belajar matematika kelas kontrol dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 21 siswa atau sekitar 43,75 % memiliki nilai di atas rata-rata dan 27 siswa atau sekitar 56,25 % nilainya berada di bawah rata-rata. Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kontrol
Statistik
Kelas Eksperimen
Kontrol
Nilai Terendah
38
38
Nilai Terbesar
79
75
Mean
59,875
55,375
Median
60,5
54,11
Modus
60,75
52,5
Varians
121,39
110,28
Simpangan Baku
11,02
10,50
Berdasarkan data hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar segiempat dan segitiga pada Tabel 4, kelompok eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) diperoleh rentangan nilai dari 38 sampai 79 dengan nilai rata-rata 59,875, simpangan baku 11,02 dan varians 121,39. Sedangkan untuk kelompok kontrol yang mneggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rentang nilai 38 sampai 75 dengan nilai rata-rata 55,375, simpangan baku 10,50 dan varians 110,28.
B. Pengujian Persyaratan Penelitian Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Berdasarkan perhitungan uji normalitas data, didapat Lhitung untuk kelas eksperimen sebesar 0,109 dan pada tabel harga kritis Lt untuk n = 48 pada taraf signifikansi α = 0,05 adalah 0,128 karena L0 < Lt maka sampel pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol didapat harga L0 = 0,110 dan pada table harga kritis Lt untuk n = 48 pada taraf signifikan α = 0,05, diperoleh Lt = 0,128. karena L0 < Lt maka sampel pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Variabel Kelas Eksperimen
Jumlah Sampel 48
Taraf Signifikansi 0,05
Lhitung (L0) 0,109
Ltabel (Lt) 0,128
Keterangan Normal
Kelas Kontrol
48
0,05
0,110
0,128
Normal
Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Dari hasil perhitungan (lampiran 24), diperoleh nilai varians kelas eksperimen adalah 121,39 dan varians kelas kontrol adalah 110,28. Sehingga didapat Fhitung = 1,10. Dengan taraf signifikan α = 0,05 untuk dbpembilang = 47 dan dbpenyebut = 47, dengan interpolasi didapat Ftabel = 1,6397. Karena Fhitung < Ftabel, artinya H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang
homogen. Uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Uji Homogenitas
Varians Kelas Eksperimen 121,39
Kelas Kontrol 110,28
Taraf Signifikan
Fhitung
Ftabel
Keterangan
0,05
1,10
1,6397
Data Homogen
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Perhitungan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) terhadap hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan uji prasyarat yang telah dilakukan, diperoleh dua kelompok yang berdistribusi normal dan homogen, maka uji-t yang digunakan adalah: t =
X1 − X 2 S gab
1 1 + n1 n 2
Dengan taraf signifikan α = 0,05 dan db = 94, maka pada thitung diperoleh 2,09 dan ttabel sebesar 1,98 (lampiran 25). Dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Uji-t db
thitung
ttabel
Kesimpulan
94
2,09
1,98
H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 7 terlihat thitung > ttabel (2,09 > 1,98), hal ini menjelaskan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima.
Berarti terdapat perbedaan
nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dengan siswa yang tidak diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Dengan kata lain, hasil belajar kelas yang menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih tinggi dari pada kelas yang tidak menggunakan strategi Think-
Talk-Write (TTW). Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi
Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dari pembelajaran yang tidak menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran, pada pertemuan pertama memang siswa kebingungan apa yang harus dilakukan pada tahap
think, tapi setelah beberapa pertemuan selanjutnya dan atas bimbingan guru sebagian besar siswa berangsur-angsur dapat berpikir secara sistematis dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Suatu masalah dapat diselesaikan dengan baik apabila seseorang memiliki kesadaran tentang apa yang mereka ketahui dan bagaimana mereka melakukannya. Melalui strategi TTW ini siswa dapat lebih memahami konsep-konsep matematika karena melalui tahap think ini siswa dapat menganalisis tujuan isi teks. Dan dengan membuat catatan kecil siswa dapat membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan. Kemudian tahap talk siswa dapat lebih paham karena dibangun melalui percakapan antara sesama individual yang merupakan aktifitas sosial yang bermakna. Pada tahap inipun siswa lebih aktif, berani mengungkapkan pendapat terhadap pengetahuan yang telah dimilikinya tentang materi yang sedang dipelajari. Sehingga membuat siswa lebih mandiri dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan juga terlihat pada tahap write sebagian besar siswa dapat menuliskan hasil diskusinya dengan baik di LKS. Siswa dapat mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman. Dan dengan menulis siswa lebih paham tentang konsep-konsep materi yang ia pelajari. Karena penelitian dilakukan di sekolah yang tidak ada pengklasifikasian kelas (pembedaan kelas antara siswa pintar dan siswa kurang pintar), maka hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih yang dapat langsung mengikuti proses pembelajaran dan siswa yang lain masih merasa kaku dengan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-
Write (TTW). Namun hal ini dapat disejajarkan dengan pemberian LKS sebagai bahan latihan di sekolah dan di rumah dengan tujuan agar siswa semakin paham tentang materi yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini siswa tidak hanya diajak untuk selalu mengerjakan soal-soal, berpikir untuk menyelesaikan soal-soal tetapi siswa juga diberi doing math seperti membuat jajar genjang yang berasal dari persegi panjang secara berkelompok dan menjelaskan cara penyusunannya, agar siswa merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Adapun nilai rata-rata lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan kegiatan belajar mengajar disajikan pada Gambar 4 berikut. y
100 90 80
N I L A I
R A T A R A T A
70 60 50 40 30 20 10 1
2
3
4
Pertemuan ke
5
6
7
8
x
Gambar 4: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Lembar Keja Siswa (LKS) pada Setiap Pertemuan Selama Proses KBM
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa pada pertemuan ke-1 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 56, pada pertemuan ke-2 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 62, pada pertemuan ke-3 diperoleh nilai ratarata LKS siswa sebesar 47, pada pertemuan ke-4 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 51, pada pertemuan ke-5 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 62, pada pertemuan ke-6 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 74, pada pertemuan ke-7 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 78, pada pertemuan ke-8 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 82. Dengan demikian, nilai rata-rata LKS siswa yang didapat dari setiap pertemuan tidak selalu meningkat karena pada setiap pertemuan mempunyai materi pokok bahasan yang tingkat kesulitannya berbeda.
Deskripsi Respon Terhadap Strategi Think-Talk-Write (TTW) Setelah melakukan penelitian di kelas eksperimen yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan strategi TTW dan kelas kontrol yaitu pembelajaran yang tidak menggunakan strategi TTW, peneliti menyebarkan angket kepada kelas eksperimen saja, angket ini dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa terhadap strategi TTW. Setelah angket tersebut disebar ke kelas eksperimen, dan dilakukan uji validitas, dari 25 soal terdapat 5 soal yang tidak valid. Sehingga ada 20 soal yang valid (lampiran 28). Berdasarkan perhitungan reliabilitas, dari 20 soal yang valid diperoleh reliabilitas sebesar = 0,902. Dengan demikian reliabilitas soal tergolong tinggi. Data hasil angket tanggapan siswa terhadap strategi TTW disajikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi, histogram dan poligon berikut:
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Strategi TTW Batas
Nilai
Frekuensi
Nyata
Absolut
Komulatif
Relatif (%)
38 - 43
37,5 - 43,5
3
3
6,25
44 - 49
43,5 - 49,5
4
7
8,33
50 - 55
49,5 - 55,5
9
16
18,75
56 - 61
55,5 - 61,5
10
26
20,83
62 - 67
61,5 - 67,5
8
34
16,67
68 - 73
67,5 - 73,5
12
46
25
74 - 79
73,5 - 79,5
2
48
4,17
48 Secara visual hasil angket tanggapan siswa terhadap TTW disajikan dalam histogram dan poligon berikut.
F
y
r
14
e 12 k 10 u
8
e
6
n
4
s
2
i 37,5
43,5
49,5
55,5
61,5
67,5
73,5
79,5 x
Interval Data Gambar 5: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Berdasarkan data Tabel 8, histogram dan poligon distribusi frekuensi hasil angket tanggapan siswa terhadap strategi TTW dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 30 siswa atau sekitar 62,5 % memiliki nilai di atas rata-rata dan 18 siswa atau sekitar 37,5 % nilainya berada di bawah rata-rata. Adapun untuk mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap strategi TTW adalah dengan menggunakan kategori berikut. Kategori : Skala (1
2
3
4)
Skor maksimum : 20 x 4 = 80 Skor netral
: 20 x 2,5 = 50
Skor minimum
: 20 x 1 = 20
Kriteria: Baik
: 60 < X ≤ 80
(N = 25)
Sedang
: 50 < X ≤ 60
(N = 16)
Kurang
: X ≤ 50
(N = 7)
Berdasarkan kriteria di atas diperoleh 25 orang siswa atau 52,08 % mempunyai nilai rata-rata antara 60 sampai 80, 16 orang siswa atau 33,33 % mempunyai nilai rata-rata antara 50 samapi 60, dan 7 orang siswa atau 14,58 % mempunyai nilai rata-rata di bawah atau sama dengan 50. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW
mendapat respon yang baik dari siswa yang diajar dengan menggunakan TTW. Berdasarkan hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat disimpulkan juga bahwa sebagian besar siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW. Mereka bersemangat dan tertarik untuk belajar materi bangun datar dengan menggunakan strategi TTW dari pada pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan selain karena strategi TTW ini merupakan strategi yang baru digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi bangun datar dan aturan mainnya, siswa juga merasa tertantang dengan soal-soal yang diberikan. Dan dengan adanya kelompok belajar siswa tidak merasa terlalu sulit dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan karena siswa dapat bertukar pikiran dan bebas mengemukakan ide dengan teman sekelompoknya. Dengan pembelajaran seperti tu mereka merasa lebih rileks dalam belajar dan mereka merasa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sehingga mereka bisa lebih memahami konsep pada materi yang telah dipelajari.
Keterbatasan Penelitian
Beberapa tahap yang terdapat pada strategi TTW antara lain tahap think yaitu aktivitas berpikir, tahap talk yaitu aktivitas berbicara/diskusi dengan teman sekelompoknya, dan tahap write yaitu aktivitas menulis, menuliskan hasil diskusinya dengan teman sekelompoknya belum bisa dilaksanakan
dengan sempurna. Hal ini disebabkan karena penelitian dilakukan di sekolah yang tidak ada pengklasifikasian kelas ( pembedaan kelas antara siswa pintar dan siswa kurang pintar), sehingga hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih yang dapat langsung mengikuti proses pembelajaran dan siswa yang lain masih merasa kaku dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Selain itu disebabkan karena dalam satu kelas siswanya terlalu banyak yaitu 48 siswa sedangkan ruangan tidak terlalu luas. Hal itu membuat peneliti sedikit kesulitan dalam mengatur pembagian kelompok dan mengontrol jalannya diskusi. Pembelajaran dengan menggunakan TTW yang diberi doing
math membuat siswa lebih antusias karena dapat belajar lebih rileks dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk menunjang pembelajaran berlangsung dengan lancar peneliti sebelumnya memerintahkan kepada seluruh siswa untuk membawa perlalatan yang dibutuhkan. Kesulitan yang terjadi adalah tidak semua siswa membawa peralatan yang dibutuhkan maka terjadi sedikit kegaduhan karena siswa saling meminjam peralatan antara satu dengan yang lain. Adapula siswa yang tidak membawa peralatan dan dia pun hanya diam saja tanpa ada usaha, sehingga pada menit-menit terakhir pengerjaan soal, siswa tersebut masih belum dapat menyelesaikan semua soal-soal yang diberikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberi Think-Talk-
Write secara signifikan lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional atau strategi pembelajaran Think-Talk-Write dalam pembelajaran matematika berpengaruh secara nyata terhadap hasil belajar matematika siswa. Hasil Angket tanggapan siswa terhadap strategi Think-Talk-Write menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-
Write membuat siswa lebih mandiri, berani mengungkapkan pendapat, dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat lebih paham terhadap materi pelajaran dan lebih tertarik terhadap matematika. Dengan demikian sebagian besar siswa mempunyai respon yang baik terhadap strategi Think-Talk-Write.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Agar siswa dapat lebih terlatih untuk membangun pengetahuan dan pemahaman konsep matematiknya, sebaiknya frekuensi penggunaan strategi Think-Talk-Write TTW lebih ditingkatkan dalam proses belajar mengajar sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 2. Guru mempunyai kreativitas dalam memberikan dorongan dan semangat belajar siswa-siswanya, serta menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga anak tidak jenuh dan bisa aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
3. Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dapat dijadikan salah satu alternaif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menjadi salah satu 70 solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kualitas dunia pendidikan matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 2, 2003. Ansari, Bansu Irianto, Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU, Bandung: Disertasi UPI, 2003.
Constructivism and the Five E’s, http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html, 20 Mei 2008 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 2, 2002. Ghazali, Syukur, H, A, “Menciptakan Lingkungan yang Kontruktivistik Bagi Pembelajaran Bahasa”, dalam, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 16 No. 1, 2003. Guru,PembelajaranKonstuktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, 13 April 2007
Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Hamzah, Konstruktivisme”dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, No. 040, Tahun ke-8, November 2002. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Ismail et.al, PMAT44471/4SKS/modul.1-12, Jakarta: Universitas terbuka, 2000. Khoiruddin, M, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembelajaran, http://www.google.co.id/search?hl=id&lr=lang_id&client=firefoxa&channel=s&rls=org.mozilla:enUS:official&hs=1xJ&q=pembelajaran+konstruktivisme&start=10&sa=N, 1 juli 2008. Mudzakir, Hera Sri. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, Journal Matematika dan pendidikan matematika, UIN, 02 Desember, Vol.1, 2006. Mudzakir, Hera Sri, Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Untuk Meninhgkatkan Kemampuan Representasi Matematika Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, Bandung: Tesis, 2005. Nuryani, Y, Rustaman Dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Surabaya: Penerbit Universitas Negeri Malang, UM Press, cet 1, 2005.
Ramli, Munasprianto, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode Konstruktivisme, Metamorfosa, Vol. 1 No 2, Oktober 2006.
Penanganan Belajar Setiawan, Deni, bintalenta.com/images/artikel003.php)
Siswa,
(http://www.sd-
Shadiq, Fadjar, Implikasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar, http://www.google.co.id/search?client=firefoxa&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aofficial&channel=s&hl=id&q=pembelajaran+konstruktivisme&met a=lr%3Dlang_id&btnG=Telusuri+dengan+Google, 1 juli 2008. Sholeh, Asrorun Ni’am, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Elsa, 2004. Simangunsong, Sukino Wilson. Matematika Untuk SMP kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2004. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 4, 2003. Soedjadi, R, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi Keadaan masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, Jakarta: Depdiknas, 1999/2000. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2005. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2005. Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 1996. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. 7, 2001. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Sukardjono, Filasafat dan Sejarah Matematika, Jakarta; UT, cet. 1, 2000
Terhadap Pendidikan, Suparno, Paul, Konstruktivisme dan Dampaknya (http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/11/18/0236.html) Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Jakarta: Rosda, 2004. The Maryland Virtual High School of Sciense and Mathematics, 5 E’s Lesson Components, , http://mvhsl.mbhs.edu/mvhsproj/learningcycle/lcmodel.html, 29 Maret 2007. Tim MKPBM, Evaluasi pembelajaran Matematika, Bandung: JICA UPI, 2003. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICAUPI, 2003. Wahyudin, Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika,(bandung, disertasi, 1999), h. 271. Widodo, Ari, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007. Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, Cet.1, 2008.
Tumbuh Kembang, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ke Depan, http://tumbuhkembang.blogspot.com/2007/08/konstruktivisme-dalampembelajaran-ke.html, 1 Juli 2008. Important People in the Development of the Theory of Constructivism, http://www.constructivisme.com/chd.gse.gme.edu/immersion/konwledgebas e/index.htm, 20 mei 2008. Konstruktivisme dan Pembelajaran, http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/04/48/, 1 Juli 2008. Pembelajaran Konstruktivisme, http://guru-beasiswa.blogspot......, hal 4, 1 Juli 2008. Http://www.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela-curiculum03/writing/think_talk_write.html , 19 Februari 1999 Http://Id.wikipedia.org/wiki/Angka.
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Persegi Panjang : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam
pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifatsifatnya. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari. 5. Materi Ajar
Persegi Panjang 6. Metode Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil 7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan
Alokasi waktu
Pendahuluan
• Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan - Mengingatkan kembali persegi panjang 5 menit yang pernah dipelajari di SD. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memahami materi selanjutnya.
Kegiatan Inti
• Guru menjelaskan secara garis besar tentang persegi panjang • Pembagian LKS 01 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 01, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya. • Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk. • Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 01. • Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. • Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap write ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 01, berdasarkan hasil diskusi. • Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru membantu seperlunya • Guru memberikan penghargaan pada setiap team • Guru memberikan LKS PR 01
Penutup
10 menit
35 menit
5 menit
20 menit
5 menit
• Guru menyampaikan materi selanjutnya.
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 01 (persegi panjang), mistar, kertas origami, kertas berpetak, gunting,
model persegi panjang. •
Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 (RPP) KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Persegi : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam
pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat. 3. Indikator a. Menjelaskan pengertian persegi menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi dengan kata-kata sendiri. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi dengan kata-kata sendiri ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari 5. Materi Ajar Persegi 6. Metode Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
• Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 01. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari. • Guru menjelaskan secara garis besar tentang persegi • Pembagian LKS 02 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 02, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya. • Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk. • Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 02. • Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. • Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 02, berdasarkan hasil diskusi. • Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya • Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok • Guru memberikan LKS PR 02. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
Alokasi waktu
5 menit
10 menit
35 menit
5 menit
20 menit
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 02 (persegi), kertas origami, kertas berpetak, gunting, mistar, model persegi, lem. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3 (RPP) KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Jajargenjang : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam
pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat. 3. Indikator a. Menjelaskan pengertian jajargenjang berdasarkan sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas jajargenjang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian jajargenjang menurut sifat-sifatnya.. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas jajargenjang. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari 5. Materi Ajar Jajar genjang 6. Metode Pembelajaran
Pendekatan Strategi
: Konstruktivisme : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
• Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 02. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari. • Guru menjelaskan secara garis besar tentang jajargenjang. • Pembagian LKS 03 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 03, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya. • Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk. • Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 03. • Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. • Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 03, berdasarkan hasil diskusi. • Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
Alokasi waktu
5 menit
10 menit
35 menit
5 menit
20 menit
Penutup
• Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu 5 menit seperlunya • Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok • Guru memberikan LKS PR 03. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 03 (jajargenjang), mistar, kertas origami, kertas berpetak, gunting, model jajargenjang • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
lem,
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4 (RPP) KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Belah ketupat : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengetian belah ketupat menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas belah ketupat. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian belah ketupat menurut sifat-sifatnya. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan rumus keliling dan luas belah ketupat. d. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari 5. Materi Ajar Belah ketupat 6. Metode Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
• Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 03. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memahami materi selanjutnya. • Guru menjelaskan secara garis besar tentang belah ketupat. • Pembagian LKS 04 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 04, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya. • Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk. • Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 04. • Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. • Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing.Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 04, berdasarkan hasil diskusi. • Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya • Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok • Guru memberikan LKS PR 04. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
Alokasi waktu
5 menit
10 menit
35 menit
5 menit
20 menit
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 04 (belah ketupat), kertas origami, kertas berpetak, gunting, mistar, model belah ketupat, lem. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 5 (RPP) KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Layang-layang : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengertian layang-layang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas layang-layang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian layang-layang. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat sudutnya. c. Siswa dapat menghubungkan dua buah variabel untuk menemukan luas layang-layang. d. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari 5. Materi Ajar Layang-layang 6. Metode Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
• Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 04. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari. • Guru menjelaskan secara garis besar tentang layanglayang. • Pembagian LKS 05 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 05, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya. • Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk. • Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 05. • Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. • Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individual menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 05, berdasarkan hasil diskusi • Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya • Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok • Guru memberikan LKS PR 05. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
Alokasi waktu
5 menit
10 menit
35 menit
5 menit
20 menit
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 05 (layang-layang), kertas origami, kertas berpetak, gunting, mistar, model layang, lem • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 6 (RPP) KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Trapesium : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengertian trapesium menurut sifat-sifatnya.. b. Menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas trapesium. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian trapesium menurut sifat-sifatnya.. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas trapesium. d. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari 5. Materi Ajar Trapesium 6. Metode Pembelajaran Pendekatan :Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
• Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 05. • Motivasi: - Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah seharihari. • Guru menjelaskan secara garis besar tentang trapesium • Pembagian LKS 06 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 06, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya. • Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk. • Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 06. • Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. • Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 06, berdasarkan hasil diskusi. • Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya • Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok • Guru memberikan LKS PR 06. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
Alokasi waktu
5 menit
10 menit
35 menit
5 menit
20 menit
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 06 (trapesium), kertas origami, kertas berpetak, gunting, mistar, model trapesium, lem. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 7 (RPP) KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Segitiga : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segitiga.
3. Indikator Menjelaskan segitiga dan jenis-jenis segitiga.
4. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan segitiga dan jenis-jenis segitiga 5. Materi Ajar Jenis-jenis segitiga 6. Metode Pembelajaran Pendekatan :Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
• Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 06. • Motivasi: - Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah seharihari. • Guru menjelaskan secara garis besar tentang segitiga • Pembagian LKS 07 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 07, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya. • Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk. • Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 07. • Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. • Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 07, berdasarkan hasil diskusi. • Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya • Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok • Guru memberikan LKS PR 07. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
Alokasi waktu
5 menit
10 menit
35 menit
5 menit
20 menit
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 07 (segitiga), kertas origami, gunting, mistar, model segitiga, lem. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 8 (RPP) KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Segitiga : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segitiga.
3. Indikator a. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas segitiga. b. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas segitiga. b. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari. 5. Materi Ajar Keliling dan Luas Segitiga 6. Metode Pembelajaran Pendekatan :Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
• Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 07. • Motivasi: - Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah seharihari. • Pembagian LKS 08 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 08, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya. • Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk. • Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 08. • Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan. • Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 08 berdasarkan hasil diskusi. • Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru membantu seperlunya • Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok.
Alokasi waktu
5 menit
10 menit
35 menit
5 menit
20 menit
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 08 (Segitiga), model segitiga. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) KELAS KONTROL Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Persegi Panjang : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
10. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah. 11. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat. 12. Indikator a. Menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 13. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifatsifatnya. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang . d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari. 14. Materi Pembelajaran Persegi Panjang 15. Metode Pembelajaran Konvensional 16. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan Apersepsi :-Mengingatkan kembali tentang persegi panjang yang pernah dipelajari di SD. -Guru meminta siswa untuk memberikan contoh persegi panjang yang ada di dalam kelas. Motivasi : Siswa dapat mngaplikasikannya dalam kehidupan seharihari. Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan bentuk persegi panjang yang terbuat dari karton b. Bersama siswa guru membahas tentang sifat-sifat, keliling, dan luas pada persegi panjang. c. Bersama siswa guru menjelaskan keliling dan luas persegi panjang d. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Siswa dan guru melakukan refleksi c. Guru memberikan tugas (PR) 17. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model persegi panjang dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 18. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 (RPP) KELAS KONTROL Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Persegi : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat. 3. Indikator a. Menjelaskan pengertian persegi menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi . d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi menurut sifat-sifatnya. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi . d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran Persegi 6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan Apersepsi :-Mengingatkan kembali tentang persegi yang pernah dipelajari di SD. -Guru meminta siswa untuk memberikan contoh persegi yang ada di dalam kelas. Motivasi : Siswa dapat mngaplikasikannya dalam kehidupan seharihari. Kegiatan inti a. Bersama siswa guru membahas tentang sifat-sifat, keliling, dan luas pada persegi. b. Bersama siswa guru menjelaskan keliling dan luas persegi. c. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Siswa dan guru melakukan refleksi i. Guru memberikan tugas (PR) 8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model persegi dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3 (RPP) KELAS KONTROL Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Jajargenjang : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat. 3. Indikator a. Menjelaskan pengertian jajargenjang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas jajargenjang . d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian jajargenjang menurut sifat-sifatnya. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas jajargenjang . d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran Jajargenjang 6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan Apersepsi :-Membahas PR -Guru menjelaskan materi dengan kehidupan sehari-hari. Motivasi : Siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan model jajargenjang, dan bersama siswa guru menjelaskan pengertian jajargenjang. b. Bersama siswa guru membahas sifat-sfat, keliling, dan luas jajargenjang c. Siswa mengerjakan latihan yang ada di buku paket Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Siswa dan guru melakukan refleksi ii. Guru memberikan tugas (PR) 8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model jajargenjang dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4 (RPP) KELAS KONTROL Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Bangun Datar : Belah Ketupat : VII / 2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat. 3. Indikator a. Menjelaskan pengertian belah katupat menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas belah ketupat. d. Menerapkan konsep keliling dan luas utuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian belah ketupat menurut sifatsifatnya. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat belah katupat ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas belah katupat. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran Belah ketupat 6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan Apersepsi : Membahas PR Motivasi : Siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan segitiga sama kaki dan pencerminannya untuk membahas belah ketupat b. Bersama siswa guru membahas sifat-sifat, keliling, dan luas belah ketupat c. Siswa mengerjakan latihan yang ada di buku paket Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Siswa dan guru melakukan refleksi c. Guru memberikan tugas (PR) 8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model belah ketupat dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 5 (RPP) KELAS KONTROL
Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Layang-layang : VII/2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat. 3. Indikator a. Menjelaskan pengertian layang-layang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas layang-layang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat Menjelaskan pengertian layang-layang menurut sifat-sifatnya. b. Siswa Menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas layanglayang. d. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran Layang-layang 6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan Apersepsi : Mengingatkan kembali tentang sifat-sifat layang-layang yang pernah dipelajari di SD Motivasi : Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah sehari-hari Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan penggabungan dua segitiga sama kaki untuk membahas layang-layang b. Bersama siswa dengan tanya jawab ditanyakan tentang sifat-sifat layang-layang c. Bersama siswa, guru membahas tentang keliling dan luas layanglayang d. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru. Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Guru dan siswa melakukan refleksi c. Siswa diberi tugas (PR) 8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model layang-layang dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 6 (RPP) KELAS KONTROL
Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Trapesium : VII/2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat. 3. Indikator a. Menjelaskan pengertian trapesium menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas trapesium. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah seharihari. 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian trapesium menurut sifat-sifatnya. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas trapesium. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran Trapesium 6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan Apersepsi : Membahas PR Motivasi : Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah sehari-hari Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan bentuk trapesium yang terbuat dari karton b. Bersama siswa guru membahas tentang sifat-sifat, keliling, dan luas pada trapesium. c. Bersama siswa guru menjelaskan keliling dan luas trapesium. d. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru. Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Guru dan siswa melakukan refleksi c. Siswa diberi tugas (PR) 8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model trapesium dari karton. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 7 (RPP) KELAS KONTROL
Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Segitiga : VII/2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segitiga. 3. Indikator Menjelaskan segitiga dan jenis-jenis segitiga 4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat segitiga 5. Materi Pembelajaran Segitiga 6. Metode Pembelajaran Konvensional 7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan Apersepsi : Mengingatkan siswa pada segitiga yang pernah dipelajari di SD Motivasi : Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah sehari-hari Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan bentuk segitiga yang terbuat dari karton b. Bersama siswa guru membahas tentang jenis-jenis segitiga bertdasarkan sisi atau sudutnya. c. Bersama siswa guru menjelaskan jenis segitiga berdasarkan sifatsifatnya. d. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru
Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Guru dan siswa melakukan refleksi c. Siswa diberi tugas (PR) 8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model segitiga dari karton. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 8 (RPP) KELAS KONTROL
Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester Alokasi Waktu Tahun Pelajaran
: Matematika : Segitiga : VII/2 : 2 x 40 menit : 2008
1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segitiga. 3. Indikator Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas segitiga 4. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas segitiga 5. Materi Pembelajaran Segitiga 6. Metode Pembelajaran Konvensional 7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan Apersepsi : Membahas PR Motivasi : Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah sehari-hari Kegiatan inti a. Bersama siswa guru menjelaskan keliling dan luas segitiga. b. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Guru dan siswa melakukan refleksi
c. Siswa diberi tugas (PR)
8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan. 9. Penilaian • Teknik Instrumen • Bentuk Instrumen
Lampiran 3
: Tes tertulis : Pilihan ganda (PG)
Nama Kelompok
:………………………. :……………………….
Tanggal :……………….
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan. Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di lembar jawaban pada kolom catatan kecil) 2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya. 3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang disediakan.
Persegi Panjang Perhatikan gambar di bawah ini! A
B
D
C
1. Diketahui persegi panjang ABCD dengan ukuran panjang AB = 6 cm dan panjang BC = 4 cm. a. Gambarlah persegi panjang di kertas berpetak. Gunakanlah mistar. b. Gambarlah persegi panjang di kertas origami. Gunakanlah mistar. Dan guntinglah persegi panjang tersebut. c.
Ada berapa persegi panjang menempati bingkainya! dan ada berapa sumbu simetri persegi panjang?
d. Dari kegiataan di atas coba sebutkan sifat-sifat persegi panjang! 2. Dari soal no. 1, Berapa meterkah jarak yang ditempuh, jika kita mulai berjalan dari A ke B, B ke C, C ke D, dan D ke A? 3. dari kasus di atas, maka apakah rumus keliling persegi panjang? 4. Dari soal no. 1, berapakah luas persegi panjang ABCD tersebut? 5. dari kasus di atas, apakah rumus luas persegi panjang? Untuk selanjutnya coba kamu selesaikan soal berikut ini! 1. Diketahui luas sebuah persegi panjang PQRS adalah 150 cm2, panjang PQ = 15 cm. Hitunglah panjang QR dan keliling PQRS tersebut? 2. Bagian atap suatu rumah yang berbentuk persegi panjang
memiliki ukuran
8 m x 6 m. atap rumah itu akan ditutup genteng yang berukuran 40 cm x 30 cm. Tentukan banyaknya genteng yang dibutuhkan.
1.
Panjang
Lebar
12 cm
10 cm 20 cm
Keliling 70 cm
170 cm2
17 25 cm
Luas
130 cm
2. Diketahui luas sebuah persegi panjang adalah 240 cm2 dan panjangnya adalah 20 cm. Hitunglah: a. Lebar persegi panjang tersebut. b. Keliling persegi panjang tersebut. 3. Sebuah papan tulis memiliki keliling 460 cm dan lebarnya 80 cm. hitunglah panjang dan luas papan tulis tersebut. 4. Lantai berukuran 15 m x 12 m akan ditutup ubin persegi yang berukuran 30 cm x 30 cm. Berapa banyak ubin yang harus disediakan?
Nama Kelompok
:………………………. :……………………….
Tanggal :……………….
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan. Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di lembar jawaban pada kolom catatan kecil) 2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya. 3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang disediakan.
Persegi Perhatikan Gambar di bawah ini! A
B
D
C
1. Diketahui persegi ABCD dengan panjang sisinya adalah 4 cm. a. Gambarlah persegi di kertas berpetak. Gunakanlah mistar. b. Gambarlah persegi di kertas origami. Gunakanlah mistar.Gunting persegi tersebut. b. Ada berapa cara persegi menempati bingkainya? dan berapa sumbu simetri bangun persegi? d. dari kegiatan di atas, sebutkan sifat-sifat persegi!
2. Dari soal no. 1. berapakah keliling persegi? 3. Dari kasus di atas, apakah rumus keliling persegi? 4. Dari soal nomor 1, berapakah luasnya? 5. Dari kasus di atas, apa rumus dari luas persegi? Untuk selanjutnya coba kamu selesaikanlah soal berikut! 1. Jika s, K, L berturut-turut menyatakan panjang sisi, keliling, dan luas suatu persegi. Lengkapilah table berikut ini. Sisi
Keliling
Luas
16 cm 72 cm 1156 cm2 676 cm2 2.
Diberikan perssegi panjang dengan ukuran 15 cm x 10 cm. Tentukan banyaknya persegi berisi 2 cm dalam persegi panjang tersebut!
1. s
K
L
15 cm 40 cm 625 cm2 23 68 cm 2. Diberikan perssegi panjang dengan ukuran 18 cm x 15 cm. tentukan banyaknya persegi berisi 3 cm dalam persegi panjang tersebut! 3. Sebuah persegi ABCD mempunyai panjang sisi adalah (x + 20) cm dan kelilingnya adalah 120 cm. Tentukan: a. Nilai x. b. Luas persegi ABCD.
Nama Kelompok
:………………………. :……………………….
Tanggal :……………….
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan. Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di lembar jawaban pada kolom catatan kecil) 2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya. 3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang disediakan.
Jajargenjang 1. Diketahui jajargenjang ABCD, DE ⊥ AB, panjang AB = 7 cm, BC = 5 cm, dan DE = 4 cm. a. Gambarlah jajargenjang di kertas berpetak. Gunakanlah mistar. b. Guntinglah jajargenjang di kertas origami. Gunakanlah mistar. Guntinglah jajargenjang tersebut. c. Ada berapa cara jajargenjang menempati bingkainya? dan berapa sumbu simetri jajargenjang? d. Dapatkah kamu menyebutkan persamaan dan perbedaan antara persegi panjang dan jajargenjang? 2. Dari soal nomor 1, berapakah keliling jajargenjang tersebut? 3. Apa kasus di atas, apa rumus keliling jajargenjang? 4. Perhatikan gambar di bawah ini!
D
C
A
E
B
a. Gambarlah di kertas origami. Gunakanlah mistar. Gunting jajargenjang tesebut. Gunting garis DE. Kemudian potongan tesebut letakkan di garis BC. Bangun apa yang akan terbentuk? b. dari kegiatan di atas, bagaimana luas jajargenjang dibanding dengan luas bangun baru tersebut? Untuk selanjutnya coba kamu selesaikan soal-soal berikut ini. 1. Perhatikan gambar di bawah ini! D
E
4,8 cm
F 60
18 cm
o
A
a. Besar sudut lainnya! b. Berapa keliling dan luas ABCD? c. Hitung panjang BF!
B
C
6 cm
1. Perhatikan gambar! Tentukan nilai x dan y D
C x+20
3x A
40o
2y-60 B
2. Gambarlah jajargenjang EFGH. EF ⊥ HM, FG ⊥ HN, jika EF = 20 cm, FG = 15 cm, dan HM = 12 cm. Maka hitunglah: a. Luas jajargenjang EFGH b. Keliling Jajargenjang EFGH. c. Panjang HN.
Nama Kelompok
:………………………. :……………………….
Tanggal :……………….
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1.
Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan. Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya. 2. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang disediakan.
Belah Ketupat
1. Diketahui belah ketupat ABCD
dengan panjang AB = 5 cm, AC = 6 cm,
BD = 8 cm. a. Gambarlah belah ketupat tersebut di kertas berpetak. Gunakanlah mistar dan busur. b. Gambarlah belah ketupat di kertas origamai. Gunakanlah mistar dan busur. Kemudian guntinglah belah ketupat tersebut. c. Ada berapa cara belah ketupat menempati bingkainya? dan ada berapa sumbu simetrinya? d. Dari kegiatan di atas, coba sebutkan sifat-sifat belah ketupat? 2. Dari soal nomor 1, berapakah keliling belah ketupat tersebut? 3. Dari kasus di atas, apa rumus keliling belah ketupat?
4. S
D
N
R
A
C
P
B
K
Q
M
L
Diketahui panjang PQ 6 cm, QR = 4 cm, PB = 3 cm, dan QC = 2 cm. a. Gambarlah di kertas origami. Gunakanlah mistar dan busur. b. Guntinglah belah ketupat tesebut. Gunting garis BC, CD, AD, dan AB. Kemudian potongan tesebut susun menjadi belah ketupat KLMN! ada berapa belah ketupat yang terbentuk? c. Dari kegiatan di atas, bagaimana luas belah ketupat dibanding dengan luas persegi panjang? Untuk selanjutnya coba kamu selesaikan soal-soal berikut ini!
1. Diketahui keliling belah ketupat ABCD adalah 52 cm dan panjang diagonal BD = 10 cm. Hitunglah: a. Panjang diagonal AC. b. Luas belah ketupat ABCD tersebut.
1. Diberikan belah ketupat ABCD, dengan
Nama Kelompok
:………………………. :……………………….
Tanggal :……………….
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan. Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di lembar jawaban pada kolom catatan kecil) 2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya. 3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang disediakan.
Layang-Layang 1. Diketahui layang-layang ABCD memiliki panjang AB = 5 cm, AD = 3 cm, AC = 4 cm, dan DB = 7 cm. a. Gambarlah layang-layang tersebut di kertas berpetak. Gunakanlah mistar dan busur. b. Gambarlah layang-layang tersebut di kertas origami. Gunakanlah mistar dan busur. Guntinglah layang-layang tersebut. c. Ada berapa cara layang-layang menempati bingkainya? dan ada berapa sumbu simetrinya? d. Atas dasar kegiatan di atas, sebutkan sifat-sifat layang-layang! 2. dari soal no.1, berapakah keliling layang-layang tersebut? 3. dari kasus di atas, Apa rumus layang-layang?
4. N
D
S
M
A
C
K
B
R
P
L
Q
Diketahui panjang KL = 6 cm, LM = 4 cm, dan BL = CL = 2 cm. a. Gambarlah di kertas origami. Gunakanlah mistar dan busur. b. Guntinglah layang-layang tesebut.Gunting garis AB, BC, CD, dan AD. Kemudian potongan tesebut susun menjadi layang-layang PQRS!ada berapa belah ketupat yang terbentuk? c. Dari kegiatan di atas, bagaimana luas layang-layang dibanding dengan luas persegi panjang? Untuk selanjutnya coba kamu selesaikanlah soal-soal berikut ini! 1. Iwan membuat sebuah layang-layang yang berukuran 20 cm dan 38 cm. Bilah bambu pendek diikat ke bilah bambu panjang sehingga salah satu bagian panjangnya 8 cm. Berapa luas kertas untuk menutup rangka layang-layang tersebut?
1. Diketahui luas sebuah layang-layang PQRS adalah 1200 cm2, panjang diagonal PR = 48 cm dan PQ = 30 cm, dan luas PQRS = 1200 cm2. Hitunglah: a. Panjang diagonal QS. b. keliling layang-layang PQRS. 2.
Gambarlah layang-layang ABCD dengan panjang AC = 10 cm dan BD =
17 cm. AC dan BD berpotongan di titik E sehingga DE = 7 cm. Berapa luas layang-layang tersebut? 3. Diketahui layang-layang PQRS, dengan perbandingan diagonal PR dengan QS adalah 3 : 4 dan luasnya 384 cm2. hitunglah panjang diagonal tersebut!
Nama Kelompok
:………………………. :……………………….
Tanggal :……………….
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan. Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di lembar jawaban pada kolom catatan kecil) 2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya. 3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang disediakan.
Trapesium Pada trapesium ABCD tersebut, AB // CD dengan AB adalah sisi alas dan CD adalah sisi atas. Dari batasan di atas. Apa kesimpulanmu tentang trapesium dan sebutkanlah sifatsifatnya! 1. Keliling Trapesium K=a+b+c+d 2. Luas trapesium D
A
C
N
B
M
Bagaimanakah luas trapesium dibandingkan luas jajargenjang tersebut?
Untuk selanjutnya, coba kamu selesaikan soal berikut: 1. Tentukan nilai-nilai x, y, dan z dari setiap trapezium berikut ini! D
N
C z
y
45o
y
x 50o
x
A 2.
M
B
K
L
Sebidang tanah berbentuk trapesium ABCD, dengan AB = 30 m, BC = 18 m, CD = 26 m, dan AD = 20 m. Jika sekeliling tanah itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar pohonnya 2 m. Tentukan banyak pohon jeruk yang dibutuhkan!
3. Sebuah perahu mempunyai ukuran sisi seperti gambar di bawah ini. Tentukan luas perahu tersebut! 7m 2 m
5m
.
1.
ABCD adalah trapesium sama kaki. Panjang AB = 14 cm, BC = 5 cm, dan CD = 8 cm. Berapa keliling dan luas trapesium ABCD?
2. Tentukan nilai-nilai x, y, dan z dari setiap trapezium berikut ini! D 140 y
A 3.
N
C o
x
M y
80o
x 40o
B
K
L
Sebidang tanah berbentuk trapesium PQRS, dengan AB = 24 m, BC = 15 m, CD = 21 m, dan AD = 18 m. Jika sekeliling tanah itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar pohonnya 3 m. Tentukan banyak pohon jeruk yang dibutuhkan!
Nama Kelompok
:………………………. :……………………….
Tanggal :……………….
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan. Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di lembar jawaban pada kolom catatan kecil) 2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya. 3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang disediakan.
Segitiga 1. Tentukanlah jenis segitiga dibawah ini, berdasarkan panjang sisinya dan besar sudutnya!
C
A
I
F
B
D
E
(a)
G
(b)
(c) P
K
Q
M
(d)
D
L
O
C
H
(e)
2. 4 cm O A
B
6 cm
a. Gambarlah persegi panjang tersebut di kertas origami. Gunakanlah penggaris dan busur. b. Guntinglah pada bagian diagonal AC dan diagonal BD. Ada berapa segitiga sama kaki yang terbentuk? Tulislah nama-nama sudut-sudut segitiga itu dan sisi-sisi yang sama. 3. Perhatikan gambar E
D 2 cm
F
C O
A
B
a. Gambarlah persegi enam tersebut pada kertas origami. Gunakanlah penggaris. Guntinglah segienam tersebut. b. Berapa banyak segitiga yang ada di dalamnya? c. Dengan menggunakan busur, berapakah besar
1. 2 cm
6 cm
Gambarlah segitiga di kertas berpetak dengan ukuran yang sama. Gunakanlah mistar. a. Berapakah banyaknya segitiga sama sisi yang terbentuk? b. Jika panjang segitiga sama sisi yang terkecil adalah 6 cm, berapakah panjang segitiga sama sisi yang paling besar? 2. Perhatikan gambar M 35 cm K
28 cm
N
L
a. Tentukanlah nama segitiga-segitiga yang membentuk ∆KLM b. Berapa panjang KM, LN, dan KL 3. Hitunglah besar sudut-sudut segitiga ABC berikut! C
3x
2x+20o 5x
A
Nama Kelompok
C
C
3x+50o
x B
A
:………………………. :……………………….
2x B
A
B
Tanggal :……………….
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan. Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di lembar jawaban pada kolom catatan kecil) 2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya. 3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang disediakan.
Segitiga 1. Diketahui segitiga ABC, dengan panjang AB = 4 cm, BC = 5 cm, dan AC = 6 cm. a. Berapakah keliling segitiga ABC tersebut? b. Jika AB adalah a, BC adalah b, dan AC adalah c,maka apa rumus keliling segitiga? 2. Coba perhatikan gambar di bawah ini. D
C
2 cm
A
4 cm
B
a. Gambarlah segitiga di kertas origami. Gunakanlah mistar. b. Guntinglah pada garis AC. Ada berapa segitiga yang tebentuk?
c. Bagaimanakah luas segitiga dibandingkan dengan luas persegi panjang? Untuk selanjutnya coba kamu selesaikan soal berikut! 1. Diketahui luas sebuah segitiga adalah 180 cm2 dan panjang alasnya adalah 15 cm. Hitunglah tingginya dan keliling segitiga tersebut! 2. Feri bermain sepeda mengelilingi lapangan berbentuk segitiga dengan sisisisinya berturut-turut adalah 150 m, 145 m, dan 155 m. Jika setiap 2 menit Feri menempuh jarak
50 meter. Maka berapa menitkah Feri dapat
mengelilingi lapangan sebanyak satu kali?
1. Dita bermain sepeda mengelilingi lapangan yang berbentuk segitiga, dengan panjang sisinya adalah 175 m, 200 m, dan 125 m. Jika setiap 3 menit dita menempuh jarak 100 m, maka berapa menitkah Dita dapat mengelilingi lapangan itu sebanyak satu kali? 2.
C 10 cm
A
8 cm
B
Hitunglah: a. Panjang AC. b. Luas dan keliling segitiga ABC.
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI SISWA Berikanlah tanda cheklist (√) pada kolom dibawah ini. Pertemuan: No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Kode Siswa
Kelompok 1 A3 A10 A24 A35 Kelompok 2 A2 A18 A37 A48 Kelompok 3 A8 A32 A39 A44 Kelompok 4 A17 A23 A31 A40 Kelompok 5 A4 16 A32 A41 Kelompok 6 A9 A11 A15 A39 Kelompok 7 A7 A13 A14
Hari/Tanggal: Aspek yang diamati 1 2 3
Observer: 4
5
6
7
8
28
A45
No
Kode Siswa
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
1
2
Aspek yang diamati 3 4 5 6
7
8
Kelompok 8 A1 A5 A27 A47 Kelompok 9 A6 A19 A22 A33 Kelompok 10 A20 A28 A44 A46 Kelompok 11 A21 A34 A36 A42 Kelompok 12 A12 A25 A26 A29 Jumlah
keterangan: 1. Datang tepat waktu. 2. Bersemangat dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi think-talk— Write (TTW). 3. Membawa peralatan dan sumber belajar matematika. 4. Pada tahap think siswa menulis catatan kecil. 5. Pada tahap talk siswa mengungkapkan ide dalam diskusi kelompok. 6. Siswa bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya. 7. Pada tahap write, siswa secara individu menuliskan hasil diskusi yang telah dilakukan. 8. Siswa memperhatika ketika perwakilan dari kelompok mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Lampiran 5 CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Pertama/Kamis, 17 April 2008 Pertemuan pertama berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 08.30 s.d. pukul 09.50 WIB. Pokok bahasan yang dibahas adalah persegi panjang. Kegiatan diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa. Pertemuan pertama ini terdapat satu orang yang tidak hadir dikarenakan sakit. Kemudian kegiatan penbelajaran selanjutnya adalahmenyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai aturan dari strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dan guru akan memberikan poin tambahan bagi siswa yang melakukan aturan main TTW dengan baik. Setelah semuanya paham, guru memberikan kartu kode A1 – A48 kepada masing-masing siswa sesuai dengan nomor urut absen, pembagian kartu tersebut dimaksudkan untuk memudahkan observer untuk menilai. Kemudian guru memberi LKS 01 kepada masing-masing siswa. Setelah itu secara garis besar guru menjelaskan materi persegi panjang sambil Tanya jawab kepada siswa. Kemudian guru segera memerintahkan siswa untuk memasuki tahap think, sekitar 10 menit. Pada tahap ini guru memberikan pengarahan mengenai langkah-langkah dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS 01 dan memberi panduan kepada siswa apa yang harus ditulis di catatan kecil. Pada tahap ini siswa masih banyak yang bingung apa yang harus ditulis dalam catatan kecil, sehingga guru harus membimbing semua kelompok. Setelah selesai guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya dan sudah didiskusikan dengan guru mata pelajaran matematika. Guru mengkondisikan siswa menjadi 12 kelompok dari 48 siswa, masingmasing kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Karena ada satu orang siswa yang sakit maka kelompok 4 hanya berjumlah 3 orang. Ketika pembagian kelompok berlangsung, beberapa anak menolak untuk dikelompokkan tapi untungnya hanya segelintir siswa saja, dan hal itu dapat ditangani dengan segera. Pembagian kelompok ini menghabiskan waktu sekitar 17 menit. Setelah siswa duduk dalam kelompokn yang telah ditentukan, guru memerintahkan untuk memasuki tahap talk yaitu diskusi dalam kelompoknya sekitar 35 menit. Pada tahap talk ini terjadi sedikit kegaduhan karena hampir semua kelompok bertanya pada bagaimana cara untuk mengerjakan soalnya. Hampir semua siswa bertanya “Bu, bagaimana si cara ngerjainnya?, bingung…” ada perwakilan dari kelompok 2, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 12 selalu bolak-balik mendatangi guru untuk menanyakan soal-soal yang mereka tidak mengerti. Di sini
guru agak kesulitan karena terpecah konsentrasinya untuk memantau setiap kelompok, pada pertemuan pertama ini guru sangat ekstra membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Selain itu ada beberapa kelompok yang tidak membawa peralatan matematika yang diperlukan untuk mengerjakan soal yang diberi doing math sehingga banyak siswa yang mondar mandir untuk meminjam peralatan. Gurupun berusaha untuk menertibkan dan mengatur mereka agar tetap pada kelompoknya masing-masing. Ketika tahap talk sudah habis waktunya gurupu memerintahkan kepada semua kelompok untuk memasuki tahap write yaitu menuliskan hasil diskusinya secara individual sekitar 5 menit. Setelah selesai melalui tiga tahap tersebut, guru memerintahkan kelompok yang telah menyelesaikan seluruh soal yakni kelompok 3 untuk maju ke dapan mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lainnya menyimak dan melakukan Tanya jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi ini diberi waktu sekitar 20 menit. Pada saat wakil kelompok 3 maju, mereka sangat malu-malu dan saling tunjuk untuk persentasi dan ketika persentasi dimulai masih banyak siswa yang tidak memperhatikan karena ngobrol. Gurupun berusaha untuk menenangkannya dan meminta seluruh siswa untuk memperhatikan dan menghargai temannya yang sedang presentasi. Ketika presentasi berlangsung ternyata waktunya habis. Guru meminta kepada guru mata pelajaran lain untuk meminta sedikit waktunya. Setelah selesai guru memberika penghargaan dan memberikan poin pada kelompok 3. kemudian guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari. Pada pertemuan pertama ini, terkesan sangat terburu-buru, masih banyak siswa yang belum menyelesaikan seluruh soal yang diberikan disebabkan oleh pembagian kelompok yang sangat memakan waktu. Dimana para siswa kebanyakan tidak menyutujui anggota-anggota dari kelompok belajarnya tersebut dan ada yang tidak menyetujui untuk dikelompokkan. Kendala ini menyebabkan proses pembelajaran pada pertemuan pertama ini belum berjalan secara maksimal, namun beberapa siswa sudah menunjukkan ketertarikan. Sebagai penutup gurumemberikan LKS PR 01 sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya. Dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi persegi untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Kedua/Selasa, 22 April 2008 Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, pertemuan kedua ini berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 07.10 s.d. pukul 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, semua siswa hadir. Selanjutnya guru engulang aturan main TTW agar siswa lebih mengerti dalam melaksanakannya. Sebelum guru memberika LKS 02 guru mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya dengan tujuan agar siswa tidak cepat melupakan materi yang telah ia pelajari dan menjelaskan secara garis besar materi yang akan dipelajari. Kemudian guru langsung membagikan LKS 02 kepada masing-masing siswa dan langsung memerintahkan siswa untuk memasuki tahap
think dengan waktu sekitar 10 menit. Pada tahap ini guru memberikan pengarahan mengenai langkah-langkah dalam menyelesaikan soal pada LKS 02. Setelah tahap
think selesai, gurulangsung memerintahkan siswa untuk membentuk kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Pembegian kelompok ini lebih cepat dari pertemuan sebelumnya karena siswa sudah tahu kelompok masing-masing dan letak kelompoknya. Kemudian siswa memasuki tahap talk dan alokasi waktu yang
diberikan pada tahp talk ini sekitar 35 menit. Mereka langsung berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan soal-soal pada LKS 02. guru berkeliling untuk memantau aktivitas siswa dari satu kelompok ke kelompok lain. Guru melihat masih banyak kelompok yang masih kesulitan, dan adapula dari perwakilan kelompok 2, 3, 5, 6, dan 7 masih suka bolak-balik mendatangi guru untuk menanyakan soal yang mereka tidak mengerti. Gurupun sedikit terpecah konsentrasinya dan segera menertibkan siswa untuk tetap berada pada kelompoknya masing-masing. Kemudian guru memberikan sedikit arahan kepada mereka, dan setelah mereka paham mereka melanjutkan diskusinya kembali untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pada tahap ini hampir semua siswa membawa peralatan yang diperlukan sehingga soal-soal yang diberi doing math dapat dikerjakan. Pada tahap ini masih saja ada siswa yang tidak mengerjakan soal, mereka hanya mengandalkan temannya yang pintar untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS 02 dan masih banyak siswa yang keluar dari kelompok belajarnyauntuk mengganggu siswa lain. Guru langsung menegur dan memberikan nasihat agar mereka kembali duduk dalam kelompok belajarnya masing–masing, namun hal itu hanya bertahan beberapa saat. Akhirnya guru meminta bantuan kepada guru matematika yang pada saat itu menjadi observer untuk menangani siswa–siswa tersebut. Ketika waktu sudah habis, guru langsung memerintahkan siswa untuk memasuki tahap
write dengan alokasi waktu 5 menit. Guru memeriksa hasil kerja tiap kelompok, sebagian sudah menyelesaikan LKS 02 sebagian lagi ada anggotanya belum selesai mengerjakannya, diantaranya kelompok 2, 4, 7, 9, 10, dan 11. setelah selesai guru memerintahkan wakil dari kelompok 1 untuk maju mempersentasikan hasil diskusinya dan kelompok yang lainnya menyimak dan melakukan Tanya jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Pada saat wakil kelompok 1 maju untuk
mempresenatsikan hasil diskusinya, seperti
pertemuan pertama anggota kelompok masih saling tunjuk untuk presentasi dan malu-malu, ketika persentasipun terlihat tidak lancar disebabkan karena disebabkan belu terbiasa dan gerogi. Pada saat presentasi sebagian sudah hampir semua kelompok memperhatikan temannya yang sedang presentasi. Tapi masih
saja ada beberapa anak yang mondar mandir dan ngobrol, kondisi tersebut segera teratasi. Setelah selesai guru bersama siswa menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Sebagai penutup guru memberikan LKS PR 02 sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi jajargenjang untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN Pertemuan Ketiga/Kamis, 24 April 2008
Pertemuan ketiga sama halnya dengan pertemuan sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 08.30 s.d. 09.50 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, tidak ada siswa yang tidak hadir pada pertemuan ketiga ini, semuanya hadir. Guru menjelaskan aturan main TTW, kemudian gurur menjelaskan materi yang akan dibahas secara garis besar yaitu jajargenjang. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah semuanya paham, seperti pertemuan sebelumnya guru mengingatkan siswa tentang materi yang telah dipelajari agar siswa selalu ingat. Selanjutnya guru mebagikan LKS 03 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan siswa secara individual untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu 10 menit. Pada tahp ini sebagian besar siswa sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Setelah selesai siswapun berkumpul dengan angota kelompok belajarnya masing–masing dengan alokais waktu sekitar 35 menit.pada pertemuan ketiga ini tidak banyak mangalami perubahan, masih saja adabeberapa siswa yang tidak membawa peralatan yang dibutuhkan dan tidak bekerjasama dengan
kelompok belajarnya, mereka hanya mengobrol dan mengganggu siswa lainnya. Guru sering menegur siswa–siswa tersebut, kemudian itu tidak bertahan lama. Kemudian guru mengambil tindakan lainnya yaitu jika masih ada yang mengganggu proses pembelajaran ini maka guru tidak segan–segan untuk mengeluarkan mereka. Sejak saat itu beberapa siswa menjadi diam dan mulai bekerjasama dengan kelompok belajarnya, tapi masih saja ada yang tidak menghiraukan. Setelah selesai siswa memasuki tahap write. Ketika guru memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar kelompok sudah menyelesaikan LKS 03. Ada beberapa kelompok, yaitu kelompok 2, 4, 7, 10, dan 11 yang anggota kelompoknya ada yang belum menyelesaikan LKS 03. Setelah selesai semua, guru memilih kelompok yang paling bagus yang maju yaitu kelompok 5 untuk presentasi. Pada saat sesi tanya jawab berlangsung, mereka antusias sekali untuk bertanya jika ada jawaban atau hasil yang tidak sesuai dengan mereka. Wakil kelompok yang berada di depan kelas masih kebingungan dalam menjawab pertanyaan temannya dari kelompok lain. Akhirnya, sesi mempersenatsikan hasilnya. Setelah selesai guru memberikan penghargaan kepada kelompok 5 dan memberikan poin tambahan untuk kelompok tersebut dan siswa yang telah berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Kemudian guru dan siswa bersama–sama menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Sebagai penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 03 sabagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi belah ketupat untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN Pertemuan Keempat/Selasa, 29 April 2008
Pertemuan keempat sama halnya dengan pertemuan sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 07.10 s.d. 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, tidak ada siswa yang tidak hadir pada pertemuan ketiga ini, semuanya hadir. Seperti biasa gurur menjelaskan aturan main TTW, kemudian guru menjelaskan materi yang akan dibahas secara garis besar yaitu balah ketupat. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah semuanya paham, guru mebagikan LKS 04 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan siswa untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit. Pada tahap ini sebagian besar siswa sudah mengerti apa yang harus dialukan. Setelah selesai pada tahap think guru memerintahkan siswa untuk memasuki tahap talk denganalokasi waktu sekitar 35 menit. Pada tahp ini masih saja ada siswa yang tidak membawa peralatan yang dibutuhkan dan tidak bekerjasama dengan kelompok belajarnya, mereka hanya mengontrol dan mengganggu siswa lainnya. Guru sering menegur siswa–siswa tersebut dan mendisiplinkan mereka agar bisa
tertib. Setelah selesai siswa memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5 menit. Ketika gurur memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar kelompok sudah menyelesaikan LKS 04, ada beberapa kelompok, yaitu kelompok 2, 4, 7, dan 11 yang anggota kelompoknya ada yang belum menyelesaikan LKS 04. Setelah selesai semua, guru memilih wakil kelompok 6 untuk presentasi dan kelompok lainnya menyimak dan melakukan tanya jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi kali ini lebih baik dari sebelumnya karena siswa sudah lumayan lancar dalam mempresentasikan hasil diskusinya maupun dalam sesi tanya jawab karena sudah mulai terbiasa. Setelah selesai guru memberi penghargaan kepada kelompok 6 dan memberi poin tambahan untuk kelompok tersebut dan siswa yang telah berani bertanya dan mengemukakan
pendapat.
Kemudian
guru
dan
siswa
bersama–sama
menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Sebagai penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 04 sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya. Dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu materi layang–layang untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN Pertemuan Kelima/Selasa, 13 Mei 2008
Pertemuan
kelima
sama
halnya
dengan
pertemuan
sebelumnya
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 07.10 s.d. 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, tidak ada siswa yang tidak hadir pada pertemuan ketiga ini, semuanya hadir. Ketika guru memasuki kelas, ada siswa yang masih di luar. Setelah semua siswa sudah berada di kelas, guru langsung menjelaskan aturan main TTW dengan detail, agar siswa tidak lupa dikarenalan sudah libur selama satu minggu. Guru merefresh siswa dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya yang telah dipelajari dengan sedikid
tanya jawab. Ternyata sebagian besar siswa dapat
menjawabnya. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan dipeajari secara garis besar yaitu layang – layang. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah semuanya paham, selanjutnya guru membagikan LKS 05 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit. Pada tahap ini sebagian besar siswa mengerti apa yang harus dilakukan. Setelah selesai siswa berkumpul dengan kelompok belajarnya masing–masing dan
memasuki tahap talk dengan alokasi waktu sekitar 35 menit. Karena liburan selama satu minggu beberapa kelompok tidak membawa peralatan yang dibutuhkan, tapi guru sudah mengantisipasi dengan membawa peralatan sehingga permasalahan segera teratasi. Pada tahap talk ini ada siswa yang izin untuk ke kamar mandi, gurupun mengizinkannya. Tapi setelah itu banyak siswa yang akhirnya ikut–ikutan ke kamar mandi. Gurupun menegur siswa dan memberi ketegasan dengan melarang siswa untuk keluar masuk dan berusaha menertibkan mereka kembali. Setelah selesai siswa memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5 menit. Ketika guru memantau ke setiap kelompom ternyata sebagian besar kelompok telah menyelesaikan LKS 05. Ada beberapa kelompok, yaitu kelompok 4, 10, dan 11 yang anggota kelompoknya ada yang belum menyelesaikan LKS 05. setelah selesai semua guru memilih kelompok yang paling bagus yang maju yaitu wakil dari kelompok 8 untuk presentasi dan kelompok yang lainnya menyinak dan melakukan tanya jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi berjalan lumayan lancar meski masih terlihat sedikit gerogi. Setelah selesai guru memberikan penghargaan kepada kelompok 8 dan membari poin tambahan kepada kelompok tersebut dan siswa yang berani bertanta dan mengemukakan pendapat. Kemudian guru dan siswa bersama–sama menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Sebagai penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 05 kepadas etiap siswa sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi trapesium untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN Pertemuan Keenam/Kamis, 15 Mei 2008
Pertemuan
keenam
sama
halnya
dengan
pertemuan
sebelumnya
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 08.30 s.d. 09.50 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, tidak ada siswa yang tidak hadir pada pertemuan ketiga ini, semuanya hadir. Guru menjelaskan aturan main TTW, kemudian guru menjelaskan materi yang akan dibahas secara garis besar yaitu trapesium. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah semuanya paham, seperti biasa sebelum guru membagikan LKS 06 kepada setiap siswa, guru mengingatkan siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru membagikan LKS 06 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan kepada setiap siswa untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit. Pada tahap ii sebagian besar siswa smengerti apa yang harus dilakukan. Setelahs elesai, dengan mandiri siswa berkumpul dengan kelompok belajarnya masing – masing untuk memasuki tahap talk dengan alokasi waktu sekitar 35 menit. Pada pertemuan kali ini sebagian besar kelompok membawa peralatan yang
dibutuhkan, sehingga kegiatan untuk mengerjakan soal yang diberi doing math berjalan dengan lancar. Pada saat tahap talk berlangsung ada anggota kelompok yang meminta izin untuk ke kamar mandi, tapi sekarang menjadi lebih tertib. Setelah selesai, siswa memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5 menit secara individu. Ketika guru memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar kelompok sudah menyelesaikan LKS 06. Ada dua kelompok, yaitu kelompok 6 dan 7 yang anggota kelompoknya ada yang belum menyelesaikan LKS 06. setelah selesai semua, guru memilih kelompok yang paling bagus yaitu wakil dari kelompok 12 untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lainnya menyimak dan melakukan tanya jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi berjalan lumayan lancar meski terlihat masih sedikit gerogi. Setelah selesai guru memberikan penghargaan kepada kelompok 12 dan memberikan poin tambahan kepada kelompok tersebut dan kepaa siswa yang berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Kemudian guru dan siswa bersama–sama menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Sebagai penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 06 kepada setiap siswa agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajari dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahlu mempelajari materi segitiga khususnya sifat m-sifat dan jenis–jenis segitiga untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN Pertemuan Ketujuh/Kamis, 22 Mei 2008
Pertemuan
ketujuh
sama
halnya
dengan
pertemuan
sebelumnya
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 08.30 s.d. 09.50 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, ternyata ada 3 orang yang tidak hadir, satu siswa dikarenakan sakit dan dua orang tidak ada keterangan. Karena pertemuan sebelumnya libur, guru menjelaskan aturan main TTW dengan detail. Sebelumnya guru mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya yang sudah dipelajari agar siswa tidak lupa. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan dibahas secara garis besar yaitu jenis–jenis segitiga. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, setelah semuanya paham, guru membagikan LKS 07 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan kepada siswa untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit. Pada pertemuan ketujuh ini siswa sudah bisa mandiri. Ketika guru memerintahkan untuk memasuki tahap talk siswapun langsung berkumpul dengan kelompok belajarnya masing–masing. Dikarenakan ada 3 orang yang tidak hadir maka
kelompok 3, 4, dan 7 hanya mempunyai 3 orang anggota. Meski pertemuan sebelumnya libur, pada tahap talk ini hampir semua siswa membawa peralatan yang dibutuhkan, cuma dua kelompok yang anggotanya tidak membawa peralatan, sehingga permasalahan dapat cepat teratasi. Pada tahap talk ini berlangsung semakin lebih baik dari pertemuan sebelumnya, guru bisa mengontrol setiap kelompok, dan setiap anggota kelompok saling bertukar pikiran dalam menyelesaikan soal–soal yang diberikan. Guru hanya sedikit memberi bantuan kepada kelompok yang benar–benar merasa kesulitan. Setelah selesai siswa langsung memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5 menit. Ketika guru memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar kelompok sudah menyelesaikan LKS 07, ada dua kelompok yaitu kelompok 7 dan 9 yang anggota kelompoknya belum menyelesaikan LKS 07. Setelah selesai semua, guru memilih kelompok yang paling bagus untuk maju yaitu wakil dari kelompok 10 untuk presentasi di depan kelas dan kelompok lainnya menyimak dan melakukan tanya jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi kali ini lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Setelah selesai guru memberikan penghargaan kepada kelompok 10 dan memberikan poin tambahan kepada kelompok tersebut dan kepada siswa yang berani bertanya dan mengeluarkan pendapat. Kemudian guru dan siswa bersama–sama menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Sebagai penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 07 kepada siswa sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi keliling dan luas segitiga untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN Pertemuan Kedelapan/Selasa, 03 Juni 2008
Pertemuan kedelapan sama halnya dengan pertemuan sebelumnya berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 07.10 s.d. 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, ternyata semua siswa hadir. Guru menjelaskan aturan main TTW dengan detail, agar siswa tidak lupa dikarenakan libur selama satu minggu. Guru merefresh siswa untuk mengingat kembali tentang materi sebelumnya yang sudah dipelajari agar siswa tidak lupa terhadap materi yang telah dipelajari dengan sedikit tanya jawab. Ternyata sebagian besar siswa dapat menjawabnya. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan dibahas yaitu keliling dan luas segitiga secara garis besar. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah semuanya paham, guru membagikan LKS 08 kepada setiap siswa. Guru langsung memerintahkan kepada setiap siswa untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit. Pada tahap ini sebagian besar siswa mengerti apa yang harus dilakukan. Setelah selesai, siswa langsung memasuki tahap talk dengan alokasi waktu sekitar 35
menit. Siswapun langsung berkumpul dengan kelompok belajarnya masing– masing untuk berdiskusi menyelasaikan soal-soal yang ada dalam LKS 08. meski liburan selama satu minggu, hampir semua anggota kelompok membawa peralatan yang dibutuhkan, cuma ada dua kelompok yang anggotanya tidak membawa peralatan, tapi guru sudah bisa belajar dengan mandiri. Setelah selesai siswa memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5 menit. Ketika guru memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar kelompok sudah menyelesaikan LKS 08, ada satu kelompok ysng anggotanya belum menyelesaikan LKS 08. setelah selesai semua, guru memilih wakil dari kelompok 7 untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain menyimak dan melakukan tanya jawab apabila ada yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi berjalan dengan lancar. Setelah selesai, guru memberikan LKS PR 08 kepada siswa sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya. Dan mengingatkan siswa untuk mengulang kembali semua materi yang telah dibahas, karena pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan ulangan atau tes akhir pada pokok bahasan bangun datar.
Lampiran 6
Tabel 9 Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika (Bangun Datar) Sub Pokok Bahasan Segi Empat
Segi Tiga
Indikator
Aspek yang Diukur
Ingatan Pemahaman Mengenal sifat-sifat 1, 7 segi empat ditinjau dari diagonal, sisi, 6, 8, 10, 11, 17 dan sifatnya. Menghitung 2, 3, 5, 9, 13, keliling dan luas 15, 16, 20, 21, segi empat. 23
Aplikasi
Menerapkan keliling dan luas segi empat untuk memecahkan masalah sehari-hari. Mengetahui jenis- 28, 32 jenis segitiga
4, 12, 14, 18, 19, 22
Menghitung keliling dan luas segitiga.
2 5 10
6
2 25, 29
2
24, 26, 27, 30, 31,
5 33, 34, 35
Jumlah
Jumlah Soal
3 35
Lampiran 7
Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika (Pokok Bahasan: Bangun Datar) MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan Waktu : 80 menit Bentuk Tes : Pilihan Ganda (PG) Petunjuk : Bacalah soal dengan teliti, kemudian jawablah soal tersebut dengan benar! 1. Perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini! I. Diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegak lurus. II. Diagonal-diagonalnya tidak sama panjang. III. Semua sudutnya besarnya sama yaitu 60˚ IV. Sudut yang berhadapan, sama besar yaitu 90˚ Dari pernyataan-pernyataan tersebut yang bukan sifat dari sebuah persegi panjang adalah …. a. I c. III b. II d. IV 2. Perhatikan gambar di bawah ini! Berikut ini rumus luas jajar genjang, kecuali….. q
r a
b
p
a. a x p b. a x r c. q x b d. a x b
3. Luas belah ketupat MILO adalah 225 cm2, bila panjang diagonal ML = 30 cm, maka panjang diagonal IO adalah… a. 10 cm c. 20 cm b. 15 cm d. 25 cm 4. Sebuah perahu mempunyai ukuran sisi seperti gambar di bawah. Tentukan luas perahu tersebut! a. 4 m2 5m b. 6 m2 2m c. 8 m2 2 d. 10 m 3m
5. Bila keliling belah ketupat adalah 20 cm dan perbandingan panjang diagonalnya 3 : 4, maka jumlah panjang kedua diagonalnya adalah a. 12 cm c. 24 cm
b. 14 cm
d. 28 cm
6. Perhatikan gambar di bawah ini! M
N
L O
K
Bila
R
40o
P
Q
PQRS adalah trapesium siku-siku. Bila PQ = QR = PR, maka < QRS sama dengan a. 80° c. 120° b. 100° d. 140° 9. ABCD adalah layang-layang dengan panjang AB = 13 cm, dan AC = 10 cm, bila OD = 3 cm, maka luas layang tersebut adalah B a. 75 cm2 2 b. 120 cm 13 c. 140 cm2 2 d. 150 cm 10
A
C
O 3
D
10. KLMN adalah jajargenjang dengan
N 5y
40o
M K
a. 40° b. 80°
x-20
c. 108° d. 168°
L
11. ABCD adalah jajargenjang, dengan AC = (4x –7) cm, AB = (2x + 5) cm, BC = (3x – 1) cm, dan CD = (x + 10) cm, panjang AC adalah a. 12 cm (x + 10) cm D C b. 13 cm c. 14 cm (3x – 1) cm (4x – 7) cm d. 15 cm A
(2x + 5) cm
B
12. Sebuah permukaan meja berbentuk persegi panjang dengan panjang adalah 100 cm, dan luasnya adalah 5000 cm2. Berapakah lebar dan keliling meja tersebut? a. 50 cm dan 100 cm c. 50 cm dan 300 cm b. 55 cm dan 200 cm d. 55 cm dan 400 cm 13. Keliling sebuah persegi panjang adalah 80 m dan lebarnya kurang 10 cm dari panjangnya, luas persegi panjang itu adalah c. 375 cm2 a. 200 cm2 2 b. 336 cm d. 600 cm2 14. Lantai berukuran 15 m x 12 m akan ditutup dengan ubin persegi yang berukuran 30 cm x 30 cm, maka banyak ubin yang harus disediakan adalah a. 1000 buah c. 3000 buah b. 2000 buah d. 4000 buah 15.
A
5
P
5
B
6
D
Q
3
C
Pada gambar di atas, perbandingan luas BCQP yang diarsir dengan persegi panjang ABCD adalah a. 1 : 5 c. 3 : 5 b. 2 : 5 d. 4 : 5 16. Belah ketupat ABCD, dengan BD = 16 cm,
c. 64 cm d. 84 cm D
17.
C x + 80
A
2x + 40
6y
4y - 30
B
Pernyataan berikut yang tidak sesuai adalah a. x = 20 c.
22. Suatu taman berbentuk persegi panjang sama dengan ukuran 24 m x 12 m. di sekeliling taman di buat jalan dengan lebar setiap sisinya adalah 3 m. luas jalan yang mengelilingi taman tersebut adalah… c. 164 cm2 a. 90 cm2 2 b. 104 cm d. 180 cm2 23. Belah ketupat dengan panjang masing-masing diagonalnya adalah 8 cm dan 10 cm, bila kedua diagonalnya diperpanjang menjadi 3/2 kalinya, maka selisih luas belah ketupat yang diperbesar terhadap luas belah ketupat semula adalah c. 50 cm2 a. 130 cm2 2 b. 90 cm d. 40 cm2 24. Keliling KLM adalah 28 cm. Jika KL : LM : KM = 3 : 5 : 6 maka panjang LM adalah…. a. 6 cm c. 12 cm b. 10 cm d. 20 cm 25. Besar
B
26. Tinggi sebuah segitiga adalah 7 cm, jika luasnya adalah 21 cm2, maka alas segitiga itu adalah a. 3 cm c. 9 cm b. 6 cm d. 12 cm 27. Keliling segitiga PQR adalah 60 cm dan sisinya berbanding sebagai 3 : 4 : 5, panjang sisi terpendek adalah a. 9 cm c. 15 cm b. 12 cm d. 20 cm 28. Jika diketahui ∆ ABC dengan < A = 65° dan < B = 50°, maka jenis segitiga ABC tersebut adalah ….. a. siku-siku b. sama sisi c. sama kaki d. sembarang 29. Diketahui segitiga siku-siku ABC dengan < C = 38o, besar sudut B adalah … a. 44o B b. 54o o c. 42 A
C
d. 52o
30. Apabila diameter lingkaran berikut adalah 36 cm, maka keliling segienam beraturan adalah a. 36 cm b. 72 cm c. 108 cm 36 cm d. 144 cm
31. Luas segitiga di bawah ini adalah a. 10 cm b. 12 cm c. 24 cm d. 34 cm
6 cm
8 cm
32. Sebuah segitiga yang memiliki sekaligus titik berat, bagi, dan tinggi yang berimpit adalah … a. sama sisi b. sama kaki c. siku-siku d. lancip 33. Sebuah kebun berbentuk segitiga dengan ukuran sisi-sisinya adalah 17 m, 15 m, dan 12 m, sekeliling kebun itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar pohon adalah 1 m. Maka banyaknya pohon jeruk di sekeliling kebun tersebut adalah a. 22 pohon c. 64 pohon b. 44 pohon d. 88 pohon 34. Tanah lapang berbentuk segitiga dengan sisi-sisinya 100 m, 75 m, dan 125 m. Berapakah keliling tanah lapang tersebut? a. 100 m c. 300 m b. 200 m d. 400 m 35. Ika bermain sepeda mengelilingi lapangan berbentuk segitiga dengan sisisisinya 135 m, 120 m, dan 145 m. setiap 1 menit Ika dapat menempuh jarak 100 m. berapa menit Ika mengelilingi lapangan itu? a. 3 menit c. 5 menit b. 4 menit d. 6 menit
Lampiran 8 KUNCI JAWABAN INSTRUMEN UJI COBA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
C D B A B B A D A D B C C B B C D A
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
A A D D C B C B C D D C C A B C B
Lampiran 10 Tabel 11 Hasil Uji Coba Validitas No Soal
Mp
Mt
SDt
p
q
rpbi
Interpretasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
23.7 24.2 24.4 25 24.6 24.8 24.2 25.2 26 24.2 25.3 25.3 22.5 25.1 25.7 24.7 23.3 23.8 25.7 25.2 24.8 25.6 24.5 25.7 25.2 24.3 23.2 24.1 24.9 25.5 23.3 24.1 24.9 23.4
23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3
5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3 5.3
0.87 0.84 0.71 0.66 0.68 0.74 0.79 0.71 0.63 0.47 0.61 0.68 0.58 0.63 0.61 0.55 0.58 0.29 0.55 0.58 0.79 0.29 0.53 0.68 0.68 0.79 0.68 0.89 0.76 0.61 0.82 0.84 0.63 0.92
0.13 0.16 0.29 0.34 0.32 0.26 0.21 0.29 0.37 0.53 0.39 0.32 0.42 0.37 0.39 0.45 0.42 0.71 0.45 0.42 0.21 0.71 0.47 0.32 0.32 0.21 0.32 0.11 0.24 0.39 0.18 0.16 0.37 0.08
0.20 0.39 0.32 0.45 0.36 0.48 0.33 0.56 0.66 0.16 0.47 0.55 -0.18 0.44 0.57 0.29 0.00 0.06 0.50 0.42 0.55 0.28 0.24 0.66 0.52 0.37 -0.03 0.43 0.54 0.52 0.00 0.35 0.39 0.06
invalid valid valid valid valid valid valid valid valid invalid valid valid invalid valid valid invalid invalid invalid valid valid valid invalid invalid valid valid valid invalid valid valid valid invalid valid valid invalid
35
24.9
23.3
5.3
0.63
0.37
0.39
valid
Lampiran 11 PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL PILIHAN GANDA
Misal validitas butir soal nomor 1. Berdasarkan tabel diperoleh nilai sebagai berikut: p
= 0,87
q
= 0,13
Mp
= 23,7
Mt
= 23,3
SDt
= 5,3
“r tabel”
= 0,320
Adapun rumusan yang digunakan menggunakan rumus point biserial, yaitu: rpbi =
=
M p − Mt SDt
p q
23,8 − 23,3 0,87 5,3 0,13
= 0,09 x 2,59 = 0,24 Berdasarkan perhitungan didapat nilai hitung rhitung < rtabel maka butir soal nomor satu dikatakan tidak valid.
Lampiran 13 PERHITUNGAN RELIABILITAS BUTIR SOAL PILIHAN GANDA
a. Langkah
pertama
yaitu
menentukan
nilai
standar
deviasi.
Adapun
rumusannya: n∑ X t − (∑ X t ) 2
S = 2
2
n(n − 1)
38(11590) − (636) S = 38(38 − 1) 440420 − 404496 S2 = 1406 2 S = 25,55
2
2
b. Langkah kedua menentukan besarnya nilai reliabilitas (r11) 2 ⎛ k ⎞ ⎛⎜ St − ∑ pi qi ⎞⎟ r11 = ⎜ ⎟ 2 ⎟ St ⎝ k − 1 ⎠ ⎜⎝ ⎠
r11 =
24 ⎛ 25,55 − 4,9 ⎞ ⎜ ⎟ 24 − 1 ⎝ 25,55 ⎠
r11 =
24 ⎛ 20,65 ⎞ ⎜ ⎟ 23 ⎝ 25,55 ⎠
r11 = 1,04 x 0,81 r11 = 0,85
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai r11 = 0,85. Hal ini berarti reliabilitas instrument hasil belajar matematika termasuk dalam kategori tinggi.
Lampiran 14 Tabel 13 Taraf Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda
P=
B Jumlah soal yang dijawab benar = J S Jumlah siswa yang menjawab soal uji taraf kesukaran soal pilihan ganda Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
p 0.87 0.84 0.71 0.66 0.68 0.74 0.79 0.71 0.63 0.47 0.61 0.68 0.58 0.63 0.61 0.55 0.58 0.29 0.55 0.58 0.79 0.29 0.53 0.68 0.68 0.79 0.68 0.89 0.76 0.61 0.82 0.84 0.63
Keterangan Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Mudah Sukar Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang
34 35
0.92 0.63
Mudah Sedang
Lampiran 15 Tabel 14 Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda
D= NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
BA BB − = PA − PB J A JB BA 17 19 16 15 16 18 18 18 17 11 14 18 9 16 17 13 11 6 14 12 19 8 12 18 17 18 12 19 19 15 15 18
BB 16 13 11 10 10 10 12 9 7 7 9 8 13 8 6 8 11 5 7 10 11 3 8 8 9 12 14 15 10 8 16 14
JA 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
JB 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
PA 0.89 1.00 0.84 0.79 0.84 0.95 0.95 0.95 0.89 0.58 0.74 0.95 0.47 0.84 0.89 0.68 0.58 0.32 0.74 0.63 1.00 0.42 0.63 0.95 0.89 0.95 0.63 1.00 1.00 0.79 0.79 0.95
PB 0.84 0.68 0.58 0.53 0.53 0.53 0.63 0.47 0.37 0.37 0.47 0.42 0.68 0.42 0.32 0.42 0.58 0.26 0.37 0.53 0.58 0.16 0.42 0.42 0.47 0.63 0.74 0.79 0.53 0.42 0.84 0.74
D 0.05 0.32 0.26 0.26 0.32 0.42 0.32 0.47 0.53 0.21 0.26 0.53 -0.21 0.42 0.58 0.26 0.00 0.05 0.37 0.11 0.42 0.26 0.21 0.53 0.42 0.32 -0.11 0.21 0.47 0.37 -0.05 0.21
KET Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Jelek Baik Baik Cukup Cukup Baik Cukup Baik Baik Cukup Jelek Jelek Cukup Jelek Cukup Cukup Cukup Baik Baik Cukup Jelek cukup Cukup Cukup Jelek Cukup
33 34 35
15 18 15
9 17 9
19 19 19
19 19 19
0.79 0.95 0.79
0.47 0.89 0.47
0.32 0.05 0.32
Cukup Jelek Cukup
Lampiran 16
Tabel 15 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika (Bangun Datar) Sub Pokok Bahasan Segi Empat
Segi Tiga
Aspek yang Diukur Indikator Ingatan Pemahaman Mengenal sifat-sifat 7 6, 8, 11 segi empat ditinjau dari diagonal, sisi, dan sifatnya. 2, 3, 5, 9, 15, Menghitung 20, 21 keliling dan luas segi empat.
Aplikasi
Menerapkan keliling dan luas segi empat untuk memecahkan masalah sehari-hari. Mengetahui jenis- 28, 32 jenis segitiga
4, 12, 14, 19
Menghitung keliling dan luas segitiga.
Jumlah Soal
1 3 7
4
25, 29
2 2
24, 26, 30,
3 33, 35
Jumlah
Lampiran 17
Tes Hasil Belajar Matematika (Pokok Bahasan: Bangun Datar)
2 24
MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan
Waktu : 80 menit Bentuk Tes : Pilihan Ganda (PG) Petunjuk : Bacalah soal dengan teliti, kemudian jawablah soal tersebut dengan benar! 26. Perhatikan gambar di bawah ini! Berikut ini rumus luas jajar genjang, kecuali….. q
r
b
p
a
a. a x p b. a x r c. q x b d. a x b
27. Luas belah ketupat MILO adalah 225 cm2, bila panjang diagonal ML = 30 cm, maka panjang diagonal IO adalah… a. 10 cm c. 20 cm b. 15 cm d. 25 cm 28. Sebuah perahu mempunyai ukuran sisi seperti gambar di bawah. Tentukan luas perahu tersebut! a. 4 m2 5m b. 6 m2 2m c. 8 m2 d. 10 m2 3m 29. Bila keliling belah ketupat adalah 20 cm dan perbandingan panjang diagonalnya 3 : 4, maka jumlah panjang kedua diagonalnya adalah a. 12 cm c. 24 cm b. 14 cm d. 28 cm 30. Perhatikan gambar di bawah ini! M
N
L O
K
Bila
b. 50°
d. 90°
31. Berikut ini adalah sifat layang-layang, kecuali…. a. diagonal-diagonalnya sama panjang. b. salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri. c. sepasang sisinya sama panjang. d. dua diantara 4 sudutnya pasti sama besar. 32. Perhatikan gambar di bawah ini! S
R
40o
P
Q
PQRS adalah trapesium siku-siku. Bila PQ = QR = PR, maka < QRS sama dengan a. 80° c. 120° b. 100° d. 140° 33. ABCD adalah layang-layang dengan panjang AB = 13 cm, dan AC = 10 cm, bila OD = 3 cm, maka luas layang tersebut adalah B a. 75 cm2 2 b. 120 cm 13 c. 140 cm2 2 d. 150 cm 10
A
C
O 3
D
34. ABCD adalah jajargenjang, dengan AC = (4x –7) cm, AB = (2x + 5) cm, BC = (3x – 1) cm, dan CD = (x + 10) cm, panjang AC adalah a. 12 cm (x + 10) cm D C b. 13 cm c. 14 cm (3x – 1) cm (4x – 7) cm d. 15 cm A
(2x + 5) cm
B
35. Sebuah permukaan meja berbentuk persegi panjang dengan panjang adalah 100 cm, dan luasnya adalah 5000 cm2. Berapakah lebar dan keliling meja tersebut? a. 50 cm dan 100 cm c. 50 cm dan 300 cm b. 55 cm dan 200 cm d. 55 cm dan 400 cm
36. Lantai berukuran 15 m x 12 m akan ditutup dengan ubin persegi yang berukuran 30 cm x 30 cm, maka banyak ubin yang harus disediakan adalah a. 1000 buah c. 3000 buah b. 2000 buah d. 4000 buah 37.
A
5
P
5
B
6
D
Q
3
C
Pada gambar di atas, perbandingan luas BCQP yang diarsir dengan persegi panjang ABCD adalah a. 1 : 5 c. 3 : 5 b. 2 : 5 d. 4 : 5 38. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang panjangnya 18 m dan lebarnya 14 m, jika harga tanah itu adalah Rp. 250.000,00; tiap m2, maka dengan menjual tanah itu akan diperoleh uang sebesar a. Rp. 63.000.000,00; c. Rp. 83.000.000,00; b. Rp. 73.000.000,00; d. Rp. 96.000.000,00; 39. Selisih antara panjang dan lebar sebuah persegi panjang adalah 3 cm. Jika keliling persegi panjang tersebut adalah 54 cm maka luasnya adalah … a. 180 cm2 c. 150 cm2 2 b. 160 cm d. 120 cm2 40. Diketahui sebuah jajargenjang ABCD, DE ⊥ AB, panjang AB adalah 10 cm, dan panjang DE adalah 6 cm. Maka luas jajargenjang ABCD tersebut adalah… a. 60 cm2 c. 40 cm2 2 b. 50 cm d. 30 cm2 41. Keliling KLM adalah 28 cm. Jika KL : LM : KM = 3 : 5 : 6 maka panjang LM adalah…. a. 6 cm c. 12 cm b. 10 cm d. 20 cm 42. Besar
a. 24° b. 40° c. 48° d. 72°
C 3x 2x
A
60o
B
18. Tinggi sebuah segitiga adalah 7 cm, jika luasnya adalah 21 cm2, maka alas segitiga itu adalah a. 3 cm c. 9 cm b. 6 cm d. 12 cm 19. Jika diketahui ∆ ABC dengan < A = 65° dan < B = 50°, maka jenis segitiga ABC tersebut adalah ….. a. siku-siku b. sama sisi c. sama kaki d. sembarang 20. Diketahui segitiga siku-siku ABC dengan < C = 38o, besar sudut B adalah … a. 44o B b. 54o o c. 42 d. 52o A C
21. Apabila diameter lingkaran berikut adalah 36 cm, maka keliling segienam beraturan adalah a. 36 cm b. 72 cm c. 108 cm 36 cm d. 144 cm
22. Sebuah segitiga yang memiliki sekaligus titik berat, bagi, dan tinggi yang berimpit adalah … a. sama sisi b. sama kaki c. siku-siku d. lancip 23. Sebuah kebun berbentuk segitiga dengan ukuran sisi-sisinya adalah 17 m, 15 m, dan 12 m, sekeliling kebun itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar
pohon adalah 1 m. Maka banyaknya pohon jeruk di sekeliling kebun tersebut adalah a. 22 pohon c. 64 pohon b. 44 pohon d. 88 pohon 24. Ika bermain sepeda mengelilingi lapangan berbentuk segitiga dengan sisisisinya 135 m, 120 m, dan 145 m. setiap 1 menit Ika dapat menempuh jarak 100 m. berapa menit Ika mengelilingi lapangan itu? a. 3 menit c. 5 menit b. 4 menit d. 6 menit
Lampiran 18
Tabel 16
Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen Siswa Nilai Siswa
Nilai
A1.
58
A25.
58
A2.
63
A26.
42
A3.
42
A27.
58
A4.
79
A28.
54
A5.
75
A29.
42
A6.
67
A30.
38
A7.
63
A31.
54
A8.
67
A32.
63
A9.
71
A33.
38
A10.
58
A34.
63
A11.
63
A35.
54
A12.
67
A36.
71
A13.
58
A37.
58
A14.
46
A38.
58
A15.
71
A39.
50
A16.
75
A40.
50
A17.
46
A41.
67
A18.
58
A42.
42
A19.
58
A43.
67
A20.
58
A44.
71
A21.
58
A45.
75
A22.
58
A46.
58
A23.
67
A47.
79
A24.
75
A48.
46
Lampiran 19 Tabel 17
Hasil Balajar Matematika Kelompok Kontrol Siswa Nilai Siswa
Nilai
B1.
50
B25.
54
B2.
50
B26.
46
B3.
54
B27.
42
B4.
67
B28.
58
B5.
58
B29.
75
B6.
50
B30.
46
B7.
54
B31.
46
B8.
67
B32.
54
B9.
54
B33.
58
B10.
54
B34.
38
B11.
50
B35.
63
B12.
54
B36.
63
B13.
58
B37.
42
B14.
46
B38.
58
B15.
54
B39.
46
B16.
58
B40.
42
B17.
42
B41.
75
B18.
67
B42.
63
B19.
75
B43.
71
B20.
71
B44.
38
B21.
63
B45.
63
B22.
67
B46.
42
B23.
54
B47.
38
B24.
46
B48.
46
Lampiran 20 Tabel 18 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen xi
fi
fk
fixi
xi2
fi(xi)2
Z
Zt
38
2
2
76
1444
2888
-1.94
0.474
42
4
6
168
1764
7056
-1.59
0.444
46
3
9
138
2116
6348
-1.23
0.391
50
2
11
100
2500
5000
-0.88
0.311
54
3
14
162
2916
8748
-0.53
0.202
58
12
26
696
3364
40368
-0.17
0.068
63
5
31
315
3969
19845
0.27
0.106
67
6
37
402
4489
26934
0.62
0.232
71
4
41
284
5041
20164
0.98
0.337
75
4
45
300
5625
22500
1.33
0.408
79
3
48
237
6241
18723
1.68
0.454
48
2878
178574
Lampiran 21 Tabel 19 Uji Normalitas Kelompok Kontrol xi
fi
fk
fixi
xi2
fi(xi)2
Z
Zt
38
3
3
114
1444
4332
-1.64
0.4495
42
5
8
210
1764
8820
-1.26
0.3962
46
6
14
276
2116
12696
-0.88
0.3106
50
4
18
200
2500
10000
-0.50
0.1915
54
9
27
486
2916
26244
-0.12
0.0478
58
6
33
348
3364
20184
0.26
0.0987
63
5
38
315
3969
19845
0.73
0.2673
67
4
42
268
4489
17956
1.11
0.3665
71
3
45
213
5041
15123
1.49
0.4319
75
3
48
225
5625
16875
1.87
0.4693
48
2655
152075
Lampiran 22
Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen 1. Banyaknya data (n) = 48 2. Distribusi frekuensi 58
63
58
58
58
54
58
67
63
67
46
58
42
63
58
71
42
71
71
58
58
38
50
75
79
58
75
58
54
63
50
58
75
63
46
67
42
54
67
79
67
67
58
75
38
71
42
46
3. Jangkauan
= Data terbesar – data terkecil = 79-38 = 41
4. Batas kelas interval
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 48 = 1 + 5,55 = 6,55 (dibulatkan menjadi 7)
5. Panjang kelas interval
=
Jangkauan BanyakIntervalKelas
=
41 7
= 5,86 (dibulatkan menjadi 6)
Tabel 20
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kelas Eksperimen Interval
BB
BA
xi
fi
fk
f (relatif) %
fixi
xi2
fi(xi)2
(
xi − x
4
(x − x )
fi x i − x
i
38-43
37.5
43.5
40.5
6
6
12.50
243
1640.25
9841.50
-19.38
140918.12
845508.73
44-49
43.5
49.5
46.5
3
9
6.25
139.5
2162.25
6486.75
-13.38
32001.86
96005.57
50-55
49.5
55.5
52.5
5
14
10.42
262.5
2756.25
13781.25
-7.38
2958.34
14791.70
56-61
55.5
61.5
58.5
12
26
25.00
702
3422.25
41067.00
-1.38
3.57
42.89
62-67
61.5
67.5
64.5
11
37
22.92
709.5
4160.25
45762.75
4.63
457.56
5033.15
68-73
67.5
73.5
70.5
4
41
8.33
282
4970.25
19881.00
10.63
12744.29
50977.17
74-79
73.5
79.5
76.5
7
48
14.58
535.5
5852.25
40965.75
16.63
76391.78
534742.44
Jumlah
48
6. Mean
=
2874
∑fx ∑f i
i
i
=
2874 48
= 59,875 7. Modus (Mo)
⎛ d1 = b + ⎜⎜ ⎝ d1 + d 2
⎞ ⎟⎟ p ⎠
⎛ 7 ⎞ = 55,5 + ⎜ ⎟6 ⎝ 7 + 1⎠ = 55,5 + 5,25 = 60,75
177786.00
1547101.65
)
4
8. Median (Me)
⎛1 ⎜ n - f kkm =b+ ⎜2 fm ⎜ ⎜ ⎝
⎞ ⎟ ⎟p ⎟ ⎟ ⎠
⎛1 ⎞ ⎜ (48) - 14 ⎟ ⎟6 = 55,5 + ⎜ 2 12 ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠
= 55,5 + 5 = 60,5
N ∑ fxi − (∑ fxi ) 2 2
2
9. Varians (Si )
=
n(n − 1)
=
(48)(177786) − (2874) 2 48(47)
=121,39
10. Simpangan Baku (S)
= Si
2
= 121,39 = 11,02
11. Kemiringan (sk)
=
x − Mo S
=
59,875 − 60,75 11,02
= -0,079 Kesimpulan: Karena kemiringan negatif dan dekat kepada nol maka modelnya sedikit miring ke kiri.
(
12. Ketajaman/Kurtosis:
1 ∑ f xi − x α4 = n S4 1 x1547102 48 α4 = (11,02)4
)
4
= 2,19 Kriteria:
α 4 = 3 : distibusi normal α 4 > 3 : distribusi leptokurtik α 4 < 3 : distribusi platikurtik Kesimpulan: Karena ketajaman kurang dari 3 maka kurvanya cenderung platikurtik
Lampiran 23 Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol
1. Banyaknya data (n) = 48 2. Distribusi frekuensi 50
54
58
75
54
46
42
71
50
67
46
71
46
54
58
38
54
54
54
63
42
58
46
63
67
54
58
67
58
38
42
42
58
50
42
54
75
63
75
38
50
54
67
46
46
63
63
46
3. Jangkauan
= Data terbesar – data terkecil = 75-38 = 37
4. Batas kelas interval
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 48 = 1 + 5,55 = 6,55 (dibulatkan menjadi 7)
5. Panjang kelas interval
=
Jangkauan Banyak int erval kelas
=
37 7
= 5,12 (dibulatkan menjadi 6)
Tabel 21
Distrbusi Frekuensi Nilai Tes Kelas Kontrol
C. Inte
f (relatif) %
fixi
xi 2
fi(xi)2
xi − x
(x − x ) (
8
16.67
324
1640.25
13122.00
-14.88
48958.48
391667.81
14
12.50
279
2162.25
12973.50
-8.88
6204.02
37224.14
27
27.08
682.5
2756.25
35831.25
-2.88
68.32
888.17
6
33
12.50
351
3422.25
20533.50
3.13
95.37
572.20
64.5
9
42
18.75
580.5
4160.25
37442.25
9.13
6933.16
62398.48
73.5
70.5
3
45
6.25
211.5
4970.25
14910.75
15.13
52333.71
157001.13
79.5
76.5
3
48
6.25
229.5
5852.25
17556.75
21.13
199153.01
597459.02
BB
BA
xi
fi
38-43
37.5
43.5
40.5
8
44-49
43.5
49.5
46.5
6
50-55
49.5
55.5
52.5
56-61
55.5
61.5
58.5
62-67
61.5
67.5
68-73
67.5
74-79
73.5
rval
Jumlah
48
6. Mean
=
2658
∑fx ∑f i
i
i
=
2658 48
= 55,375
7. Modus
⎛ d1 = b + ⎜⎜ ⎝ d1 + d 2
⎞ ⎟⎟ p ⎠
⎛ 7 ⎞ = 49,5 + ⎜ ⎟6 ⎝7+7⎠
= 49,5 + 3 = 52,5
152370.00
4
i
fi x i − x
1247210.96
)
4
⎛1 ⎜ n - f kkm =b+ ⎜2 fm ⎜ ⎜ ⎝
8. Median
⎞ ⎟ ⎟p ⎟ ⎟ ⎠
⎛1 ⎞ ⎜ (48) - 14 ⎟ ⎟ 6 = 49,5 + ⎜ 2 13 ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠
= 49,5 + 4,61 = 54,11 N ∑ fxi − (∑ fxi ) 2 2
2
9. Varians (Si )
= =
n(n − 1)
(48)(152370) − (2658) 2 48(47)
=110,28 10. Simpangan Baku (S)
= Si
2
= 110,28 = 10,50
11. Kemiringan (sk)
=
x − Mo S
=
55,375 − 52,5 10,50
= 0,27 Kesimpulan: Karena kemiringan positif maka modelnya miring kekanan
(
12. Ketajaman/Kurtosis:
)
4 1 f xi − x ∑ α4 = n S4 1 x1247211 48 α4 = (10,50)4
= 2,14 Kriteria:
α 4 = 3 : distibusi normal α 4 > 3 : distribusi leptokurtik α 4 < 3 : distribusi platikurtik Kesimpulan: Karena ketajaman kurang dari 3 maka kurvanya cenderung platikurtik
Lampiran 24
Uji Homogenitas Uji Homogenitas yang dilakukan adalah uji fisher, dengan rumus: Fhitung =
S1 S2
2 2
n∑ fxi − (∑ fxi ) 2 varians terbesar 2 dengan S = = varians terkecil n(n - 1) 2
Langkah-langkah perhitungannya: 1. Merumuskan hipotesis H0 = Data memiliki varians homogen Ha = Data memiliki varians tidak homogen 2. Menentukan criteria pengujian Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0 Jika Fhitung > Ftabel maka terima Ha 3. Mencari db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil), diperoleh: Db1 (Pembilang)
= n –1 = 48-1 = 47
Db2 (penyebut)
= n -1 = 48-1 = 47
4. Menentukan nilai Fhitung Berdasarkan table persiapan uji homogenitas (lampiran). Diperoleh S12 = 121,39 dan S22 = 110,28 sehingga: Fhitung =
121,39 = 1,10 110,28
5. Menentukan nilai Ftabel Karena F0,05 (47, 47) tidak terdapat di dalam Ftabel maka digunakan interpolasi sebagai berikut: Dari table distribusi F diperoleh dengan nilai F0,05 (50, 46) = 1,62 dan F0,05 (50, 48) = 1,61 Jadi diperoleh F0,05 (50, 47) = 1,62 -
1 (0,01) = 1, 615 2
F0,05 (40, 46) = 1,65 dan F0,05 (40, 48) = 1,64 Jadi diperoleh F0,05 (40,47) = 1,65 Sehingga F0,05 (47, 47) = 1,6425 -
3 (0,01) = 1, 6425 4
1 (0,028) = 1,6397. 10
Karena Fhitung < Ftabel (1,10 < 1,6397) dimana H0 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.
Lampiran 25
Perhitungan Pengujian Hipotesis Untuk pengujian statistik dalam penelitian ini, digunakan statistik uji-t, dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1. Hipotesis H0 : μ E = μ K H1 : μ E > μ K 2. Berdasarkan perhitungan hasil belajar siswa Jumlah
Variabel
(N)
Mean
Simpangan Baku (S)
Varians (S2)
Kelas Eksperimen
48
59,875
11,02
121,39
Kelas Kontrol
48
55,375
10,50
110,28
3. Menentukan perhitungan harga thitung Karena kedua sampel homogen setelah diberi perlakuan, maka pengujian hipotesis menggunakan rumus: t hit =
XE −XK S gab
1 1 + nE nK 2
S gab =
dengan = S gab S gab
2
2
(n E − 1)S E 2 + (n K − 1)S K 2
= =
nE + nK - 2
(48 - 1)121,39 + (48 - 1)110,28 48 + 48 − 2 115,835
S gab = 10,76
Sehingga diperoleh:
t hit =
XE −XK S gab
1 1 + nE nK
thit =
59,875 − 55,375 10,76 0,04
thit =
4,5 2,152
= 2,09 4. Menentukan harga ttabel Jenis pengujian yang digunakan adalah pengujian satu arah pihak kanan dengan taraf signifikan α = 0,05, n1 + n2 –2 = 48 + 48 – 2 = 94, diperoleh harga ttabel = 1,98 5. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > ttabel 6. Kesimpulan Karena thitung > ttabel, yaitu 2,09 > 1,98, maka H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 94. sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kelas kontrol.
Lampiran 26 Tabel 22 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Strategi Think-TalkWrite (TTW) Aspek Tanggapan yang Diteliti
Tanggapan
siswa
terhadap
pembelajaran matematika. Tanggapan
siswa
terhadap
pembelajaran dengan menggunakan strategi think-talk-write (TTW) Tanggapan siswa terhadap materi yang diajarkan dengan mengunakan stategi think-talk-write (TTW) Tanggapan Siswa terhadap guru Jumlah
Nomor Pernyataan
Jumlah
Positif
Negatif
1, 2, 18
3, 6, 16
6
7, 20, 14
8
15, 24
7
10, 25
4
5, 12, 13, 21, 23 8, 9, 17, 19, 22 4, 11
25
Lampiran 27
ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP STRATEGI THINK-TALKWRITE (TTW) Nama : Kelas : Bacalah dengan cermat semua pernyataan di bawah ini. Tentukanlah jawaban anda sejujurnya dengan menceklis (√ ) salah satu kolom. Keterangan: SS : Setuju Sekali S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No
Pernyataan
1. 2.
Saya menyukai mata pelajaran matematika. Saya selalu mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran matematika. Mata pelajaran matematika sulit untuk saya pahami. Saya senang dengan guru yang mengajarkan materi bangun datar dengan menggunakan strategi TTW. Saya semangat belajar matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Saya tidak suka membaca buku pelajaran matematika. Saya lebih menyukai pembelajaran seperti biasa daripada pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Saya dapat menguasai materi bangun datar dengan baik jika menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Saya merasa tertantang dengan soal-soal yang diberikan pada proses pembelajaran menggunakan
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
SS
Alternatif S TS
STS
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
strategi Think-Talk-Write (TTW). Saya malas dengan guru yang mengajar matematika dengan menggunakan strategi TTW. Saya selalu berusaha mendengrkan penjelasan guru matematika dengan baik. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) membuat saya terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan Think-Talk-Write (TTW) membuat saya lebih mandiri. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) membuat saya tegang. Materi yang diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ini semakin sulit saya pahami. Matematika adalah pelajaran yang membosankan. Materi yang diajarkan dengan strategi Think-TalkWrite (TTW) membuat saya lebih paham. Matematika membantu saya dalam mempelajari mata pelajaran lain. Materi yang diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ini menarik buat saya. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) membuat saya bosan. Saya senang belajar matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Saya dapat mengerjakan soal-soal LKS yang diberikan dengan baik dan tepat waktu. Pembelajaran dengan Think-Talk-Write (TTW) membuat saya lebih berani mengungkapkan pendapat. Materi bangun datar tidak cocok diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) Saya lebih suka guru menerangkan dan saya mendengarkan.
Lampiran 29 PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL ANGKET
Misal validitas butir soal nomor 1. Berdasarkan tabel diperoleh nilai sebagai berikut:
∑X ∑Y ∑X
= 147 = 3632 2
= 473
∑Y ∑ XY
= 279370
N
= 48
“r tabel”
= 0,284
2
= 11134
Adapun rumusan yang digunakan menggunakan rumus product moment, yaitu: r11 =
=
= =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
2
}{
−(∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
48 × 11134) − (147)(3632
{48 × 473 − (147) }{48 × 279370 − (3632) } 2
534432 − 533904 1095 × 218336 528 15462,145
= 0,034
2
Berdasarkan perhitungan didapat nilai hitung rhitung < rtabel maka butir soal nomor satu dikatakan tidak valid.
Lampiran 30 Tabel 24 Rekapitulasi Butir Instrumen Angket (Valid)
No
Nama
1
Nomor Item Yang Valid 10 11 12 13 14 15
2
4
5
6
7
8
9
16
17
A1
2
3
3
2
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
A2
1
1
4
3
1
1
3
4
3
2
4
3
4
4
4
3
A3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
4
A4
3
2
2
3
3
1
2
3
4
4
3
4
3
3
3
5
A5
3
2
2
2
3
1
2
4
2
4
1
1
1
1
4
6
A6
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
4
7
A7
3
2
3
3
3
2
3
2
2
2
2
3
4
3
4
8
A8
2
2
2
2
3
1
2
2
2
3
2
2
2
2
3
9
A9
3
2
3
2
3
1
3
2
3
3
2
3
2
3
2
10
A10
2
3
3
3
4
2
3
3
3
3
4
3
3
3
4
11
A11
3
2
3
2
3
1
3
2
3
3
2
3
2
3
2
12
A12
3
3
3
2
2
3
3
2
2
4
3
3
4
3
3
13
A13
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
14
A14
2
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
15
A15
4
4
3
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
4
16
A16
3
3
4
4
4
2
4
4
3
3
3
4
4
4
4
17
A17
3
4
4
4
3
2
3
4
3
3
4
4
4
4
4
18
A18
3
1
1
2
3
1
2
1
2
1
1
2
2
2
4
19
A19
3
3
2
3
3
3
2
3
2
2
3
2
3
2
3
20
A20
3
4
4
4
4
4
4
4
2
3
4
3
3
3
4
21
A21
3
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3
4
22
A22
2
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
4
23
A23
3
3
4
4
3
3
4
4
2
3
4
3
4
3
4
24
A24
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
1
1
3
3
3
25
A25
3
4
2
4
4
4
4
3
4
3
4
4
1
3
4
26
A26
3
3
3
4
3
3
4
2
2
2
2
3
3
4
4
27
A27
4
1
1
2
3
1
2
1
2
3
3
3
1
2
4
28
A28
3
4
3
3
4
3
4
4
2
4
4
4
3
3
4
29
A29
2
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
3
30
A30
3
4
4
2
2
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
31
A31
3
4
3
3
4
3
3
4
2
3
4
3
3
3
4
32
A32
3
4
3
4
4
3
3
3
2
3
4
4
3
3
4
33
A33
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2
4
4
34
A34
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
35
A35
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
36
A36
4
4
2
4
3
4
4
4
3
4
3
4
3
3
4
37
A37
2
3
3
3
3
3
4
2
3
4
3
4
4
4
4
38
A38
3
4
3
4
3
4
3
4
3
3
4
4
3
3
4
39
A39
3
3
3
3
2
4
4
4
2
2
3
3
3
3
2
40
A40
3
2
2
3
3
1
3
3
2
3
1
3
4
3
3
41
A41
3
3
3
3
2
2
3
4
3
3
3
3
4
4
4
42
A42
3
4
2
4
2
2
3
4
2
3
4
4
2
2
2
43
A43
3
3
2
3
3
3
2
3
2
2
2
2
3
3
2
44
A44
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
4
45
A45
4
4
3
3
3
3
3
4
3
2
3
3
3
2
4
46
A46
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
47
A47
3
4
4
4
4
4
4
4
2
3
4
4
4
4
4
48
A48
2
3
4
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
3
4
ΣX
137
148
140
148
145
124
149
153
127
140
148
151
143
141
171
2
411
492
440
486
463
366
489
525
357
430
498
507
463
439
631
ΣX
Lampiran 31 PERHITUNGAN RELIABILITAS BUTIR SOAL ANGKET
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai sebagai berikut: St2
∑S k
= 88,75 2 i
= 12,72 = 20
Langkah kedua menentukan besarnya nilai reliabilitas (r11) 2 2 ⎛ k ⎞ ⎛⎜ S t − ∑ S i r11 = ⎜ ⎟ 2 St ⎝ k − 1 ⎠ ⎜⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠ 20 ⎛ 88,75 − 12,72 ⎞ r11 = ⎜ ⎟ 20 − 1 ⎝ 88,75 ⎠ 20 ⎛ 76,03 ⎞ ×⎜ r11 = ⎟ 19 ⎝ 88,75 ⎠ r11 = 1,053 × 0,857
r11 = 0,902
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai r11 = 0,902. Hal ini berarti reliabilitas instrument hasil belajar matematika termasuk dalam kategori tinggi.
Lampiran 32 LEMBAR WAWANCARA DENGAN GURU
Wawancara pada kegiatan observasi Untuk guru bidang studi matematika kelas VII MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan
1. Apakah pembagian kelas VII ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa? 2. Pembelajaran matematika yang bagaimanakah yang biasa ibu lakukan? 3. Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VII ini terhadap pelajaran matematika? 4. Kendala/kesulitan apa saja yang Ibu hadapi selama proses KBM berlangsung terutama matematika? 5. Bagaimana pendapat Ibu mengenai pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ? 6. menurut Ibu apakah pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-TalkWrite (TTW) ini dapat diterapkan dalam setiap pembahasan materi matematika?
KUTIPAN WAWANCARA
Peneliti
: Apakah pembagian kelas VII ini berdasarkan tingkat kemempuan siswa?
Guru MTK
: Tidak, karena rata-rata kemampuan antar siswa tidak jauh berbeda, maka pembagian kelas VII ini dilakukan secara acak saja.
Peneliti
: Pembelajaran matematika yang bagaimanakah yang biasa Ibu ajarkan?
Guru MTK
: Seperti biasanya yaitu dengan metode ceramah dan tugas.
Peneliti
: Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VII ini terhadappelajaran matematika?
Guru MTK
: Dilihat dari nilai harian dan ujian semester ganjil kemarin, tingkat
kemampuan siswa kelas VII.1 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas VII.2 Peneliti
: Kendala/kesulitan apa saja yang Ibu hadapi selama proses KBM
berlangsung terutama matematika? Guru MTK
: Untuk kelas VII.1 dan VII.2 itu tidak jauh berbeda ya kendalanya.
Untuk kelas VII.1 mereka lebih bias diatur disbanding dengan kelas VII.2. Hanya saja dalam menerima materi pelajaran mereka cepat lupa. Ketika guru menerangkan materi pelajaran mereka bilang mengerti, tetapi ketika guru memberi soal mereka seringnya jadi tidak mengerti.
Peneliti
: Bagaimana pendapat Ibu mengenai pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW)?
Guru MTK
: Menurut Ibu sangat bagus, mudah-mudahan dengan
menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terutama dalam pelajaran matematika.
Peneliti
: Menurut Ibu apakah pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ini dapat diterapkan dalam setiap pembahasan materi matematika?
Guru MTK
: Dilihat dari teorinya, strategi Think-Talk-Write (TTW) ini lebih baik digunakan pada materi yang dapat didiskusikan.sehingga pelaksanaannya akan lebih efektif.
Lampiran 19
Tes Hasil Belajar Matematika (Pokok Bahasan: Bangun Datar) MTsN 19 Jakarta Waktu : 80 menit Bentuk Tes : Pilihan Ganda (PG) Petunjuk : Bacalah soal dengan teliti, kemudian jawablah soal tersebut dengan benar! 43. Perhatikan gambar di bawah ini! Berikut ini rumus luas jajar genjang, kecuali….. q
r a
b
p
a. a x p b. a x r c. q x b d. a x b
44. Luas belah ketupat MILO adalah 225 cm2, bila panjang diagonal ML = 30 cm, maka panjang diagonal IO adalah… a. 10 cm c. 20 cm b. 15 cm d. 25 cm 45. Sebuah perahu mempunyai ukuran sisi seperti gambar di bawah. Tentukan luas perahu tersebut! a. 4 m2 5m b. 6 m2 2m c. 8 m2 2 d. 10 m 3m 46. Bila keliling belah ketupat adalah 20 cm dan perbandingan panjang diagonalnya 3 : 4, maka jumlah panjang kedua diagonalnya adalah a. 12 cm c. 24 cm b. 14 cm d. 28 cm
47. Perhatikan gambar di bawah ini! M
N
L O
K
Bila
R
40o
P
Q
PQRS adalah trapesium siku-siku. Bila PQ = QR = PR, maka < QRS sama dengan a. 80° c. 120° b. 100° d. 140° 50. ABCD adalah layang-layang dengan panjang AB = 13 cm, dan AC = 10 cm, bila OD = 3 cm, maka luas layang tersebut adalah B a. 75 cm2 2 b. 120 cm 13 c. 140 cm2
d. 150 cm2
10
A
C
O 3
D
51. ABCD adalah jajargenjang, dengan AC = (4x –7) cm, AB = (2x + 5) cm, BC = (3x – 1) cm, dan CD = (x + 10) cm, panjang AC adalah a. 12 cm (x + 10) cm D C b. 13 cm c. 14 cm (3x – 1) cm (4x – 7) cm d. 15 cm A
(2x + 5) cm
B
52. Sebuah permukaan meja berbentuk persegi panjang dengan panjang adalah 100 cm, dan luasnya adalah 5000 cm2. Berapakah lebar dan keliling meja tersebut? a. 50 cm dan 100 cm c. 50 cm dan 300 cm b. 55 cm dan 200 cm d. 55 cm dan 400 cm 53. Lantai berukuran 15 m x 12 m akan ditutup dengan ubin persegi yang berukuran 30 cm x 30 cm, maka banyak ubin yang harus disediakan adalah a. 1000 buah c. 3000 buah b. 2000 buah d. 4000 buah 54.
A
5
P
5
B
6
D
Q
3
C
Pada gambar di atas, perbandingan luas BCQP yang diarsir dengan persegi panjang ABCD adalah a. 1 : 5 c. 3 : 5 b. 2 : 5 d. 4 : 5 55. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang panjangnya 18 m dan lebarnya 14 m, jika harga tanah itu adalah Rp. 250.000,00; tiap m2, maka dengan menjual tanah itu akan diperoleh uang sebesar
a. Rp. 63.000.000,00; b. Rp. 73.000.000,00;
c. Rp. 83.000.000,00; d. Rp. 96.000.000,00;
56. Selisih antara panjang dan lebar sebuah persegi panjang adalah 3 cm. Jika keliling persegi panjang tersebut adalah 54 cm maka luasnya adalah … c. 150 cm2 a. 180 cm2 b. 160 cm2 d. 120 cm2 57. Diketahui sebuah jajargenjang ABCD, DE ⊥ AB, panjang AB adalah 10 cm, dan panjang DE adalah 6 cm. Maka luas jajargenjang ABCD tersebut adalah… c. 40 cm2 a. 60 cm2 b. 50 cm2 d. 30 cm2 58. Keliling KLM adalah 28 cm. Jika KL : LM : KM = 3 : 5 : 6 maka panjang LM adalah…. a. 6 cm c. 12 cm b. 10 cm d. 20 cm 59. Besar
B
18. Tinggi sebuah segitiga adalah 7 cm, jika luasnya adalah 21 cm2, maka alas segitiga itu adalah a. 3 cm c. 9 cm b. 6 cm d. 12 cm 19. Jika diketahui ∆ ABC dengan < A = 65° dan < B = 50°, maka jenis segitiga ABC tersebut adalah ….. a. siku-siku b. sama sisi c. sama kaki d. sembarang 20. Diketahui segitiga siku-siku ABC dengan < C = 38o, besar sudut B adalah … a. 44o B b. 54o o c. 42 d. 52o A C
21. Apabila diameter lingkaran berikut adalah 36 cm, maka keliling segienam beraturan adalah 36 cm a. 72 cm b. 108 cm c. 36 cm 144 cm d. 22. Sebuah segitiga yang memiliki sekaligus titik berat, bagi, dan tinggi yang berimpit adalah … sama sisi a. sama kaki b. siku-siku c. lancip d. 23. Sebuah kebun berbentuk segitiga dengan ukuran sisi-sisinya adalah 17 m, 15 m, dan 12 m, sekeliling kebun itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar pohon adalah 1 m. Maka banyaknya pohon jeruk di sekeliling kebun tersebut adalah a. 22 pohon c. 64 pohon b. 44 pohon d. 88 pohon 24. Ika bermain sepeda mengelilingi lapangan berbentuk segitiga dengan sisisisinya 135 m, 120 m, dan 145 m. setiap 1 menit Ika dapat menempuh jarak 100 m. berapa menit Ika mengelilingi lapangan itu? a. 3 menit c. 5 menit b. 4 menit d. 6 menit
Lampiran 20 KUNCI JAWABAN TES HASIL BEELAJAR MATEMATIKA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jawaban D B A B B A D A B C B B
No 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Jawaban A A D B C B D D C A B B
Uji Normalitas Kelompok Eksperimen Contoh perhitungan baris pertama: Z
=
Xi - X S
=
38 − 59,96 11,31
= -1,94 F(Z)
= Jika nilai Z < 0, maka: 0,5 – Z tabel Jika nilai Z > 0, maka: 0,5 + Z tabel
S(Z)
=
fk 2 = n 48
= 0,04 Untuk baris seterusnya perhitungannya sama. Sehingga diperoleh: Ltabel
= Jika n > 30, maka acuan yang digunakan adalah =
0,886 n
0,886 = 0,128 48
Lhitung = Diperoleh dari nilai |F(Z) – S(Z)| yang memiliki nilai terbesar = 0,109 Kriteria: Terima H0 jika Lhitung < Ltabel Tolak H0 jika Lhitung > Ltabel Karena Lhitung < Ltabel (0,109 < 0,128) maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelas tersebut berdistribusi normal.
Uji Normalitas Kelompok Kontrol Contoh perhitungan baris pertama: Z
=
Xi - X S
=
38 − 55,31 10,54
=-1,64 F(Z)
= Jika nilai Z < 0, maka: 0,5 – Z tabel Jika nilai Z > 0, maka: 0,5 + Z tabel
S(Z)
=
fk 3 = n 48
= 0,06 Untuk baris seterusnya perhitungannya sama. Sehingga diperoleh: Ltabel
= Jika n > 30, maka acuan yang digunakan adalah =
0,886 n
0,886 = 0,128 48
Lhitung = Diperoleh dari nilai |F(Z) – S(Z)| yang memiliki nilai terbesar = 0,110 Kriteria: Terima H0 jika Lhitung < Ltabel Tolak H0 jika Lhitung > Ltabel Karena Lhitung < Ltabel (0,110 < 0,128) maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelas tersebut berdistribusi normal.
Nama Siswa Kelas VII-2 Berdasarkan kelompok MTsN 19 Jakarta Tahun pelajaran 2007/2008 Kelompok 1
Kelompok 2
1. Ahmad fauzi
1. Adi Sulaksono
2. Apriliana
2. Feri Hidayat
3. Jaka
3. Sarah Sita Qomariah
4. Rivaldi Rizki Pratama
4. Zaenal Arifin
Kelompok 3
Kelompok 4
1. Anisa Rahmayani
1. Fauziah Aulia
2. Nurhasanah
2. Ibrahim yusro
3. Serranisa Yelsi
3. Nurrina Setia Ayuningtyas
4. Syarifudin
4. Siti Humairoh
Kelompok 5
Kelompok 6
1. Aldi Setiawan
1. Annisa Al Husna
2. Evi Lutviani
2. Citra Melati
3. Nurul Islamiyah
3. Eti Susuanti
4. Sugi Febriatik
4. siti Damayanti
Kelompok 7
Kelompok 8
1. Amarsjah Putra Bimara
1. Winda Rahmawati
2. Umi Jamiatul Hasanah
2. Abi Fauzan
3. Desi Rizki Liani
3. Medika Marsah
4. Eka Septiani
4. Alfian Ridzwan
Kelompok 9
Kelompok 10
1. Hoki Purwasih
1. Mita Diofani
2. Putri hadi Pratiwi
2. Utari Wulandari
3. Alvi Salam
3. Hamdani
4. Fika Muthiarahmah
4. Titin Taryati
Kelompok 11
Kelompok 12
1. Sab’atun Widad
1. Karlianingsih Maysa Putri
2. Rahmawati
2. Nur fauziah Oktaviani
3. Handoko Tri Pamungkas
3. Luthfiah Yunida
4. Suryadi
4. Daru Hendrawan