PENGARUH STIMULASI BERMAIN BOLA TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN BAYI USIA 40-48 MINGGU
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Disusun oleh: Dian Annisa J120 130 037
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
ii
iii
iv
PENGARUH STIMULASI BERMAIN BOLA TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN BAYI USIA 40-48 MINGGU ABSTRAK Latar Belakang: Perkembangan gerak berhubungan dengan proses perkembangan kognitif. Pada usia 0-2 tahun termasuk dalam kategori perilaku sensomotorik, pengetahuan, dan berfikir. Pemberian stimulasi pada bayi dapat merangsang motoriknya karena adanya suatu gerakan fungsi tubuh dan proses pengendalian dari koordinator dan keseimbangan. Salah satunya dengan stimulasi bermain bola, bayi akan lebih tertarik perhatiannya pada benda yang bergerak. Apabila pengetahuan ibu tentang stimulasi untuk bayinya kurang maka akan menyebabkan keterlambatan perkembangannya. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya pengaruh stimulasi bermain bola terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi experiment dengan metode two group pre test dan post test. Sampel penelitian ini sebanyak 18 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok 1 (stimulasi bermain bola dan stretching plantar) dan kelompok 2 (stretching plantar). Penelitian dilakukan selama 4 minggu dengan dosis 3 kali dalam seminggu terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. Pengukuran kemampuan berjalan bayi menggunakan skala berjalan. Teknik analisa data menggunakan uji wilcoxon dan uji mann whitney. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil statistik untuk uji Wilcoxon di peroleh nilai p sig 0,006 artinya ada pengaruh dari pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. Sedangkan uji Mann Whitney di peroleh nilai p sig 0,040, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada beda pengaruh antara pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. Kesimpulan: Pemberian stimulasi bermain bola yang didahului dengan stretching plantar lebih efektif dalam mempercepat kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu dibanding dengan pemberian stretching plantar saja. Kata Kunci: stimulasi bermain bola, stretching plantar, berjalan, bayi usia 40-48 minggu. ABSTRACT Background: The development of motion associated with the process of cognitive development. At the age of 0-2 years are included in the category of sensomotorik behavior, knowledge, and thinking. Stimulation in baby can stimulate motor skills because of a movement the body function and process control coordination and balance. One of thema with a play ball stimulating, the baby will be more attracted to the moving object. If the mother's on stimulation to the baby less knowledge will cause delay its development.
1
Research Aims: To investigate the effect of play ball stimulating on walking ability for the age 40-48 baby weeks. Methods: This study used a quasi-experimental approach with the method of two group pre test and post test. The study sample as many as 18 people were divided into two groups: group 1 (stimulation playing football and stretching plantar) and group 2 (stretching plantar). The study was conducted for 4 weeks at a dose of 3 times in a week against the walking ability of infants aged 40-48 weeks. Measurement of the ability to walk the baby using a scale running. Data analysis using Wilcoxon test and Mann Whitney test. Result: Based on the statistical results obtained for the Wilcoxon test p-value of 0.006 means there is sig effect of stimulation and stretching the plantar playing ball against the walking ability of aged 40-48 baby weeks. While Mann Whitney test was obtained sig p-value of 0.040, so it can be concluded that there is a difference between the effects of stimulation and stretching the plantar playing ball against the walking ability of aged 40-48 baby weeks. Conclution : The play ball stimulating preceded by stretching the plantar more effective in accelerating the walking ability of infants aged 40-48 weeks compared with plantar stretching administration only. Keywords: Play ball stimulating, plantar stretching, walking, aged 40-48 baby weeks. 1. PENDAHULUAN Menurut Piaget perkembangan gerak berhubungan dengan proses perkembangan kognitif. Pada usia 0-2 tahun masuk dalam kategori perilaku sensomotorik, pengetahuan, dan berfikir muncul sebagai hasil suatu perilaku yg terjadi akibat gerak tubuh. Pemberian stimulasi pada anak dapat merangsang motoriknya karena adanya pergerakan fungsi tubuh dan proses pengendalian dari koordinasi dan keseimbangan yang terletak pada batang otak yang akan mempengaruhi motorik kasar pada anak seperti duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya (Sunardi dan Sunaryo, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, kurangnya pengetahuan ibu
terhadap pemberian stimulasi
pada bayinya
yang
menyebabkan keterlambatan perkembangan. Hasil survei yang awal berdasarkan hasil wawancara langsung dengan Kader Kesehatan daerah
2
kelurahan Gonilan terdapat bayi usia diatas usia 1 tahun yang belum mampu berjalan secara mandiri. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Stimulasi Bermain Bola terhadap Kemampuan Berjalan Bayi Usia 40-48 Minggu”. KERANGKA TEORI Aspek tumbuh kembang bayi pada perkembangan motorik tidak lepas oleh adanya stimulasi sensomotorik. Motor control terkait dengan bagaimana fungsi sistem neuromuscular untuk mengaktifkan dan mengkoordinasikan otot-otot dan anggota badan yang terlibat dalam kinerja keterampilan motorik, baik keterampilan baru, dan mereka yang sudah diperoleh guna memecahkan masalah kebebasan sehingga banyak otot dan sendi individu menjadi disusun dalam gerakan fungsional terkoordinasi (Magill, 2010). Motor learning merupakan proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman atau situasi pada gerak manusia (Saputra, 2000). Roberton seorang physical educator mengatakan, studi tentang motor development dapat berubah seiring dengan perubahan kebiasaan (motor behavior). Kebiasaan-kebiasaan itu terdiri atas banyaknya gerakan-gerakan yang dilakukan bayi (motor control) dan banyaknya pembelajaran skill yang dilakukan dalam kesehariannya (motor learning ) (Gallahue, 2012). Otak bayi yang sedang dalam proses menuju kematangan tidak sepenuhnya bertanggung jawab dalam proses ini, melainkan hanya kontributor. Pengalaman bayi dalam konteks tertentu dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa bayi belajar untuk berjalan lebih dulu dibanding dengan bayi lain (Papalia dkk, 2013).
3
2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis Quasi Experimental, dengan menggunakan desain pre-test and post-test with group design. Teknik pengambilan sampel secara Purpsive Sampling. Jumlah sampel 18 orang. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pretest and post-test. Penelitian ini dilakukan di rumah responden daerah kelurahan Gonilan, Kartasuara, Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2016 selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pemberian stimulasi bermain bola dilakukan selama 4 minggu mulai tanggal 26 November – 23 Desember 2016 dengan rata–rata usia bayi mulai dari 40 minggu di kelurahan Gonilan, Kartasura, Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Stimulasi bermain bola responden yang diberikan pada kelompok perlakuan didahului stretching plantar. Stimulasi tersebut diberikan 3 kali dalam seminggu. Dari jumlah seluruh responden penelitian terbagi menjadi 2 kelompok dengan 9 responden di kelompok perlakuan dan 9 responden di kelompok kontrol. 3.1 Karakteristik Responden 3.1.1
Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia Responden
Kelompok Perlakuan Responden Presentase
Kelompok Kontrol Responden
Presentase
43-44 minggu
0
0%
5
55,56%
45-46 minggu
3
33,33%
1
11,11%
47-48 minggu
6
66,66
3
33,33%
Jumlah
9
100%
9
100%
Tabel 1 Distribusi Data Berdasarkan Usia
4
3.1.2
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Responden Responden Presentase
Responden
Presentase
Laki-laki
7
77,78%
4
44,44%
Perempuan
2
22,22%
5
55,56%
9
100%
9
100%
Jumlah
Tabel 2 Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelamin 3.1.3
Karakteristik responden berdasarkan pola asuh
Pola Asuh Responden
Kelompok Perlakuan Responden Presentase
Kelompok Kontrol Responden
Presentase
Ibu(orangtua)
6
66,67%
8
88,89%
Pengasuh
3
33,33%
1
11,11%
9
100%
9
100%
Jumlah
Tabel 3 Distribusi Data Berdasarkan Pola Asuh 3.2 Hasil Kemampuan Berjalan Bayi Usia 40-48 Minggu 3.2.1
Hasil Pre test dan Post test Kelompok Perlakuan
5
44
42
40
38
36
DN
AF
RA
AG
Pre-test
6
VN
AA
SY
SH
Berdiri tanpa bantuan
FB
Dititah
Berjalan
NR
Berdiri tanpa bantuan
NT
Berdiri tanpa bantuan
Pre-test
Dititah
Merambat
Dititah
Merambat
Berjalan
Berjalan
Berjalan
Berjalan
Berdiri tanapa bantuan Berjalan
KH
Berdiri tanpa bantuan
Berdiri tanpa bantuan
Dititah
Berjalan
Berjalan
Berjalan
UM
Dititah
46
Dititah
48
Dititah
39
FR
berjalan
40
Dititah
41
AL
Merambat
3.2.2 Berdiri tanpa bantuan
SA
Merambat
42
Dititah
45
Berjalan
43
Dititah
44
Berjalan
46
Dititah
47
Dititah
48
Merambat
49
RF
Post-test
Grafik 1 Grafik pre-test dan post-test responden pada kelompok perlakuan
Hasil Pre test dan Post test Kelompok Kontrol
DS
Post-test
Grafik 2 Grafik pre-test dan post-test responden pada kelompok kontrol
3.3 Hasil Uji Statistik Data ini menggunakan uji normalitas dengan Shapiro Wilk diperoleh pada kelompok perlakuan dengan pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar nilai p sig awal (0,012) dan akhir (0,000). Hal ini berarti data pada pada kelompok perlakuan berdistribusi tidak normal (p sig < 0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol dengan pemberian stretching plantar diperoleh nilai p sig awal (0,028) dan akhir (0,028) yang berarti pada kelompok ini termasuk data berdistribusi tidak normal (p sig < 0,05), maka uji data menggunakan uji nonparametrik. Uji pengaruh yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon diperoleh hasil pada kelompok perlakuan p sig (0,006), hal tersebut berarti ada pengaruh terhadap pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar dan p sig pada kelompok kontrol (0,006) yang berarti ada pengaruh pemberian stretching plantar. Uji beda selisih pengaruh pada penelitian ini menggunakan uji Mann-Whithney U diperoleh nilai Z yaitu -2,058 dengan nilai p sig (0,040) dimana nilai p sig <0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada beda selisih pengaruh antara kelompok perlakuan yang diberi stimulasi bermain bola dan stretching plantar dengan kelompok kontrol yang hanya diberi stretching plantar terhadap kemampuan berjalan bayi.
7
Kelompok
keterangan
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Pre-test
Shapiro Wilk Df P sig 9 0,012
Tidak normal
Post-test
9
0,000
Tidak normal
Pre-test
9
0,028
Tidak normal
Post-test
9
0,028
Tidak normal
Kelompok
Kesimpulan
Wilcoxon test
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Kelompok
Kesimpulan
Df 9
P sig 0,006
Ada pengaruh
9
0,006
Ada pengaruh
Mann-Withney U
Selisih antara perlakuan dan control
Z
P sig
-2,058
0,040
Kesimpulan
Ada beda antar kelompok perlakuan dengan kontrol
Tabel 4 Interpretasi Hasil Nilai P Value (Sig) Terhadap Permberian Stimulasi Bermain Bola Pada Bayi 3.4 Pembahasan Orang tua merupakan pengambil peran utama dalam mengasuh anak–anaknya. Terutama kedekatan anak terhadap ibu, karena ibunya yang
mendukung,
melahirkan
dan
menyusui
secara
psikologis
menpunyai ikatan. Stimulasi yang dilakukan oleh orang tua pada aspek motorik kasar, pada hakekatnya stimulasi yang seharusnya dilakukan lebih mudah dibandingkan dengan aspek yang lain (Gazali dalam Apriastuti, 2013). Ganong (2010) Aktivitas sensomotorik sangat tergantung pada tingkat keluarnya motor neuron di tulang belakang yang bercabang juga ke nervus kranial. Jalur akhir saraf ini secara umum berakhir di otot 8
rangka, impuls akan masuk melalui serabut afferen perifer dan juga pada spinal neuron lainnya. Beberapa impuls berakhir langsung di motor neuron, tetapi banyak juga yang mengerahkan melalui interneuron atau melalui motor neuron ke muscle spindle dan kembali melalui serat afferen ke sumsum tulang belakang. Kegiatan pada saraf sangat terintegrasi, impuls dapat masuk dari tulang belakang, medula spinalis, otak tengah, dan tingkat kortikal yang mengatur postur tubuh dan membuat gerakan terkoordinasi (Yuliana, 2014). Lebih dari 80% dari ujung saraf ke otot dalam tubuh secara langsung dihubungkan melalui proprioception dan sistem vestibular dengan saraf motorik berjalan ke dan dari mata (Boon and Gregory, 2011). Setelah diberikan stimulasi bermain bola, bayi mampu mempersempit jarak base of support dan mempertinggi jarak antara landasan dengan center of gravity. Bayi mampu berjalan mandiri dan gerakan menendang bola itu membuat memori tersendiri ayunan-ayunan kaki saat berjalan dan melatih teknik berjalan bayi atau gait. Dengan stimulasi bermain bola akan timbul persepsi yang dibuat oleh bayi. Sepertihalnya pengaruh warna bola yang disukai setiap bayi berbeda dan dari ukuran bola. Persepsi melibatkan sintesa dan menugaskan arti sensasi dengan memperhatikan perintah, pengalaman sebelumnya dan biasanya, budaya yang diajarkan oleh orang tua atau pengasuh. Adolph menyimpulkan bahwa pengalaman bergerak lebih utama ketimbang usia sebagai respon adaptif. Seperti halnya pada bayi yang belajar bergerak, bayi akan mempelajari jenis tempat dan permukaan apa yang sesuai untuk gerakan (Adolph, 2005; Adolph & Berger, 2011).
4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Ada pengaruh stimulasi bermain bola terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. Semakin sering pemberian stimulasi
9
oleh orang tua atau pengasuh terhadap bayi dan ditambah dengan stretching plantar, maka akan semakin optimal pertumbuhan dan perkembangan berjalan bayi. Semakin kurangnya pemberian stimulasi oleh orang tua atau pengasuh, maka akan lambat dan kurang optimal dibandingkan bayi yang distimulasi secara rutin. 4.2 Saran 4.2.1
Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini menjadikan evidence based theory untuk stimulasi tumbuh kembang bayi dan untuk mengembangkan keilmuan fisioterapi pediatric.
4.2.2
Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian lebih lanjut mengenai
stimulasi
tumbuh
kembang
bayi
dan
peneliti
selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah responden agar penelitian tidak bias dan dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Adolph, K.E., Berger, E.S., Leo. A. J. 2011. Developmental Community, Crawling, Cruising and Walking. NIH Public Access. Vol 14 (1): 306-318. Apriastuti, Dwi Anita. 2013. Analisis Pendididkan dan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Ilmiah kebidanan. Volume 4. No.01. Edisi Juni. Akademi Kebidanan Estu Utomo. Boyolali. Boon, Rosemary dan Gregory de Montfort. 2011. Sensory Integration and Learning. Learning Discoveries Psychological Services. Australia. Gallahue, DL., Oznum, JC dan Jacqueline, DG. 2012. Understanding Motor Development. Mc Graw Hill International Edition. Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology, Ganong’s. 23rd edition. New York: The McGraw-Hill Companies.Inc Magill, Richard A. 2010. Motor Learning Consept and Application an Control. Mc Graw Hill International Edition.
10
Papalia, D., Olds, S., & Fieldman., R. 2013. Human Development. Perkembangan Manusia. Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika. Saputra, Y dan Agus. 2006. Perkembangan dan belajar motorik. Departemen Pendidikan Nasional Universitas terbuka. Yuliana, Sri. 2014. Pelatihan Kombinasi Core Stability Exercise dan Ankle Strategy Exercise Tidak Lebih Meningkatkan dari Core Stability Exercise Untuk Keseimbangan Statis pada Mahasiswa S1 Fisioterapi Stikes‘Aisyiyah Yogyakarta. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana Denpasar.
11