Tersedia online di: http://ejournal http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DITINJAU DARI KONSENTRASI TDS, NITRAT, KLORIDA, COD DAN TOTAL COLIFORM (STUDI KASUS : RT 03, RW 01, KELURAHAN KRAMAS, KECAMATAN TEMBALANG) Patricia Deby*), Pertiwi Andarani**), Sudarno**) Program Studi Teknik Tekni Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang Indonesia 50275 *) email:
[email protected]
ABSTRAK Pindahnya aktivitas perkuliahan Universitas Diponegoro dari Pleburan ke Tembalang pada tahun 2010 mengakibatkan peningkatan kepadatan penduduk dan aktivitasnya. Konsekuensi dari hal tersebut adalah peningkatan secara signifikan jumlah limbah padat dan limbah cair dan akan menghasilkan tingginya beban cemaran lingkungan. Kebanyakan warga Tembalang menggunakan sumur gali untuk sumber air bersih, di mana sumur gali sangat mudah terkontaminasi oleh polut polutan. an. Kontaminasi paling umum adalah karena limpasan air dari sarana pembuangan kotoran manusia atau hewan, atau dari septic tank WC yang konstruksinya kurang baik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif cross sectional,, dengan jumlah sampel yaitu 8 sumur gali dan pengambilan dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Parameter yang dipilih yaitu TDS, Nitrat, Klorida, COD, dan Total Coliform Coliform.. Kualitas air dibandingkan dengan Permenkes No 416 Tahun 1990 untuk air bersih dan Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001 2001 .Lalu menghubungkan kualitas air sumur dengan jarak septik tank, jarak drainase dan kedalaman sumur. Metode Indeks Pencemar berdasarkan Kepmen LH No. 115 tahun 2003 juga digunakan untuk menentukan status dari tiap sumur sampel sesuai parameter yang ditentukan. tukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana pengaruh sistem pengelolaan limbah domestik dengan kualitas air sumur gali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter TDS, Nitrat, Klorida, hasil uji kualitas air sumur gali 100% berada di bawah baku mutu. Namun untuk parameter COD dan Total Coliform semua sumur menunjukkan hasil konsentrasi yang melebihi baku mutu. Hubungan yang kuat pun didapat antara jarak septik tank dengan kadar Total Coliform, kedalaman septik tank dan kadar Total Coliform, oliform, serta antara kedalaman sumur dengan kadar Nitrat. Kata Kunci : Sumur Gali, Septik Tank, TDS, Nitrat, Klorida, COD, Total Coliform ABSTRACT (Study of Domestic Waste Water Management System to Deep Well Quality in Terms of TDS, Nitrate, Chloride, COD D Concentration, and Total Coliform (Case Study: RT 3 RW 1, Kramas, Districts of Tembalang). The emigration of Diponegoro University’s campus activities from Pleburan to Tembalang in 2010 cause the population density increase. Because of the increase of th thee population density so the wastes from this area increase too. It can affect the clean water sources at that area. Most Tembalang citizens use deep wells as their clean water sources to fulfill their needs. Deep well is easy to contaminated with pollutant. pollutant The general contaminants are came from waste utilities runoff, or came from unwell septic tank construction. This research applied cross sectional descriptive characteristic. Well water was sample taken from 8 units on July 2015. Sample unit was taken by purposive sampling method for . The paramaters are TDS, Nitrate, Chloride, COD, and Total Coliform. Analysis result for well water was compared with quality standard of Permenkes No 416 Tahun 1990 for clean water and First Class PP No Nomor mor 82 Tahun 2001. Then corralated with the distance between deep wells and septic tank, drainage, and the depth of wells using linier regression. Index Pollution based on Kepmen LH No 115 2003 is used to knowing the status from each wells. The purpose from this research is to know how the effect of domestic waste system with the quality of the well. Research result shows that the quality of deep wells for TDS, Nitrate, and Chloride are 100% samples have a concentration below the quality standard. But th thee quality for COD and Total Coliform exceed the limit for all of the wells. The strong correlation are showed from the correlation between distance of septic tank and Total Coliforms, depth of the wells with Total Coliform, and the correlation between Nitr Nitrate ate concentration with the depth of the wells. Key word : Well Water, Septic Tank, TDS, Nitrate, Chloride, COD, Total Coliform.
1
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
1.
PENDAHULUAN Sejak berpindahnya secara bertahap, kampus Universitas Diponegoro ke Tembalang, alih fungsi lahan dari lahan non-terbangun non menjadi lahan terbangun berlangsung secara masif. Dalam lima tahun belakangan ini, perubahan tata guna lahan di Tembalang semakin meningkat, ingkat, seiring dengan berpindahnya hampir semua kegiatan perkuliahan untuk program sarjana, dari kampus Pleburan ke Kampus Tembalang. Perubahan fungsi lahan tersebut menjadi pemukiman khususnya kos-kosan kosan membawa konsekuensi pada peningkatan aktifitas penduduk uduk dan kemudian menghasilkan timbulan limbah cair domestik yang sangat besar. Pengelolaan limbah cair domestik di Indonesia, termasuk di Semarang, sebagian besar menggunakan sistem On-site site, di mana air limbah diolah dengan menggunakan septik tank, dan limpasan impasan dari septik tank ini mengalir masuk ke tanah. Septik tank ini dapat menjadi sumber pencemar air tanah, ketika desainnya tidak mengikuti kriteria desain yang dipersyaratkan. Begitu juga dengan saluran drainase, mengingat bahwa drainase ini mengalirkan an air limbah cair dari dapur maupun kamar mandi, dan kegiatan lainnya (Yahya, 2012). Air limbah yang merembes atau bocor dari septik tank atau drainase, kemudian akan meresap ke dalam lapisan tanah tak jenuh, mengalir ke bawah sampai ke lapisan tanah jenuh, h, untuk kemudian mengalir secara horizontal sebagai air tanah. Limpasan air limbah ini dapat mencemari air tanah. Salah satu jenis sarana penyediaan air bersih pedesaan yang banyak diusahakan oleh pemerintah sebagai sumber air bersih adalah sumur gali. Sumur mur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat mudah terkontaminasi melalui rembesan. Kualitas air tanah sangat tergantung pada kondisi tanah yang dilewati oleh air tanah tana tersebut dan juga kualitas sumber airnya. Air
2
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
limbah domestik secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas air sumur. Penelitian ini mengambil lokasi di Daerah Kramas, Kelurahan Tembalang karena daerah ini merupakan daerah yang mayoritas masih dihunii oleh penduduk asli namun semenjak pindahnya kegiatan perkuliahan Universitas Diponegoro maka kawasan ini pun mulai ramai, dan beberapa rumah sudah dijadikan sebagai tempat kost kost-kost an. Parameter yang diteliti yaitu antara lain TDS, Nitrat, Klorida, COD, dan Total Coliform. TDS. Pengukuran TDS diperlukankarenadimungkinkanadanyacemara karenadimungkinkanadanyacemara n TDS baikdaribuangansisacuciataucemarandaridrain ase.KualitaskimiameliputiNitrat,, pH, Chemical Oxygen Demand (COD), danKlorida.Parameter Nitratdinilaidapatmewakiliadanyacemara dinilaidapatmewakiliadanyacemarandari septik tank ataudrainase, parameter pH dapatmenggambarkan hidrogeolog drogeologidarisuatu area (Yusuf, 2007).. Pengukuran COD dipilih karena COD dapat berasal air buangan domestik warga seperti air sisa cuci pakaian atau kegiatan dapur atau kontaminasi dari drainase. Pengukurankloridadiperlukankarenadimungkin engukurankloridadiperlukankarenadimungkin kanadanyacemarandaritempatpembuangansam pah atau kamar mandi (urin) (urin). KualitasbakteriologisyaituujiTotal Total Coliform Coliform, karena parameter Total Coliformdapatmenggambarkanadanyacemaran dapatmenggambarkanadanyacemaran dariseptik tank.
2.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan observasional dengan desain penelitian deskriptif Cross Sectional.. Tempat Penelitian di RT 03 RW 01 Kelurahan Kramas, Kecamatan Tembalang. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah sumur gali yang ada di RT 03 RW 01 Kelurahan Kramas dengan jumlah 34 sumur gali.
Tersedia online di: http://ejournal http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
Sampel diambil dengan menggunakan rumus slovin yang berjumlah 8 sumur gali dan pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling. Pengambilan ngambilan sampel air sumur gali dilakukan pada sumur yang masih aktif digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari hari oleh warga dan yang masih bisa diambil secara timba. Parameter yang diperiksa yaitu fisika (temperatur, padatan terlarut (TDS)), kimia ia (pH, Nitrat, Klorida, COD) dan mikrobiologis (MPN Total Coliform). Wawancara dan kuisioner pun dilakukan pada warga untuk memperoleh informasi tentang kondisi sumur gali dan sanitasi di lingkungan tersebut. Baku mutu untuk parameter TDS, Nitrat, Klorida, Kl dan Total Coliform yaitu menggunakan Permenkes No 416 Tahun 1990 untuk air bersihdanuntuk bersihdan parameter COD menggunalan PP Nomor 82 Tahun 2001 Kelas I. Dalam hal ini kualitas air sumur dianalisis secara deskriptif komparatif, selanjutnya status mutu air sumur gali dikorelasikan dengan jarak septik tank, jarak drainase dan kedalaman sumur. Untuk mengetahui adanya korelasi status mutu air data diolah dengan uji statistik korelasi Product Moment Pearson, dengan α 5 % (0,05). Selanjutnya apabila terdapat hubungan yang kuat antar variabel maka dilanjutkan dengan Uji Statistik Regresi Linier Sederhana, apabila apabila (Sig > α), Ho tidak diterima, berarti tidak ada korelasi positif yang signifikan antara kualitas air sumur gali dengan kondisi sanitasi lingkungan, kemudian data diinterpretasikan untuk mendapatkan simpulan dan saran. Lalu digunakan pula Metode Indeks Pencemar untuk menentukan status dari tiap sumur gali sampel berdasarkan Kepmen LH No 115 tahun 2003. Status Sta sumur dikelompokkan menjadi baik, cemar ringan, sedang, dan berat.
3. 3.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Sumur Gali Pada penelitian ini diambil 8 sampel air sumur gali dari warga. Sumur gali yang
3
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
dijadikan sampel merupakan sumur gali yang airnya masih digunakan igunakan secara aktif oleh warga untuk memenuhi kebutuhan air sehari seharihari, seperti untuk memasak, minum, dan mandi. Sumur gali sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan syarat konstruksi, syarat lokasi untuk dibangunnya sebuah sumur gali, hal ini diperlukan agar kualitas air sumur gali aman sesuai dengan aturan yang ditetapkan (Katiho, 2011). Tabel 1 Titik Koordinat Lokasi Sampel Sumur Gali Lokasi Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8
Koordinat Lintang Bujur 70 4’ 6,29” 1100 26’ 16,25” 70 4’ 6,18” 1100 26’ 18,27” 0 7 4’ 5,05” 1100 26’ 21,09” 0 7 4’ 3,75” 1100 26’ 22,79” 0 7 4’ 3,69” 1100 26’ 19,62” 70 4’ 1,62” 1100 26’ 15,84” 0 7 4’ 5,43” 1100 26’ 14,94” 0 7 4’ 1,70” 1100 26’ 14,92”
Berdasarkan kondisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa menurut spesifikasi bangunan sumur gali maka masih banyak sumur yang belum memenuhi kriteria untuk bangunan sumur gali yang baik sesuai dengan SNI 03-2916-1992.. 100% sampel tidak memenuhi standar untuk dinding sumur, karena dinding sumur tidak dibang dibangun dari bahan kedap air minimal kedalaman 3 meter melainkan langsung tanah. Untuk syarat bibir sumur maka 62,5% sampel tidak memenuhi syarat dan 37,5% memenuhi syarat, tidak memebuhi syarat apabila bibir sumur tingginya kurang dari 80 cm dan dibangun dari bahan tidak kedap air. Syarat lantai sumur maka 87,50% % sampel tidak memenuhi syarat syarat, baik itu berupa panjangnya kurang 1 meter dari tepi sumur, lantai yang retak dan ada juga yang tidak memiliki lantai sumur (langsung tanah). Berdasarkan penelitian Marsono (2009) menunjukkan bahwa kondisi fisik sumur gali mempunyai pengaruh yang signifikan terhadapkualitas air sumur. Semakin baik kondisi fisik sumur gali, kualitas bakteriologis air sumur semakin baik, demikian sebaliknya
Tersedia online di: http://ejournal http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
semakin buruk kualitas fisik sumur gali g semakin jelek kualitas bakteriologis air sumur.
Gambar 1 Kondisi Sanitasi Lokasi Penelitian 3.2 Kondisi Septik Tank Menurut data Dinas Kesehatan (2012), penyakit diare terbanyak di Kota Semarang terjadi di Kecamatan Tembalang dengan IR/Incidence Rate per 1.000 penduduk 411,004 atau satu kejadian dalam 411 penduduk (Kusumaningrum, 2015). Studi EHRA (Environmental Environmental Health Risk Assessment)) Kota Semarang tahun 2010 menunjukkan bahwa 94% warga Kecamatan Tembalang menggunakan jamban siram/leher siram/lehe angsa yang disalurkan ke tangki septik. Kondisi dari tangki septik tersebut 46.3% dinyatakan sebagai suspek aman, 22,9% merupakan kategori suspek tidak aman, dan 30,7% adalah kondisi septik tank yang tidak bisa dispesifikasikan. Kejadian diare dapat dipengaruhi engaruhi oleh ketersediaan air bersih yang tidak memenuhi persyaratan karena sumur atau bak penampungan air berdekatan dengan kamar mandi dan jamban/septik tank. Yang mengakibatkan air tercemar bakteri dari tinja (Huwaida, 2014). Daerah Kramas memiliki kepadatan penduduk yang belum terlalu padat dan penghuninya mayoritas merupakan penduduk asli. Pengurasan septik tank masih jarang dilakukan oleh warga, penduduk lebih senang untuk membuat septik tank baru, sehingga terkadang ada satu u rumah yang memiliki dua (2) septik tank bahkan lebih.. Septik tank biasanya terdiri dari satu kompartemen dan diletakkan di halaman belakang rumah atau di
4
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
dalam rumah bagian belakang. Septik tank dibuat dari pasangan bata yang diplester untuk dinding dindingnya ingnya sementara untuk dasarnya justru tidak dilapisi pasangan bata, cukup tanah asli dan dilengkapi dengan pipa udara udara. Selama elama ini septik tank yang ada di biarkan begitu saja lalu meresap ke dalam tanah. Septik tank ini menampung air limbah dari jamban. Limbah mbah dari kamar mandi dan dapur langsung ke drainase. Berdasarkan wawancara dengan pemilik rumah, biasanya bangunan septik tank ini tidak dilengkapi dengan pipa outlet ataupun manhole untuk pengurasan. pengurasan Air limbah yang masuk ke septik tank akan meresap melalui lui dasar septik tank yang tidak diberi lapisan. Tabel 2 Jarak Septik Tank dan Drainase dengan Sumur Gali Sampel Sampel
Jarak Dengan Septik Tank (Meter)
Jarak Dengan Drainase
1 2
10,02 11,80
3,68 6,4
3
9,47
12,56
4
13,02
20,62
5
9,07
2.25
6
10,17
1.45
7
16,96
8.5
8
12,36
4.3
Berdasarkan pengukuran di lokasi sampling maka di dapat jarak antara sumur gali sampel dengan septik tank terdekat. Terdapat 2 titik lokasi sampel yang jarak antara sumur gali dengan septik tank nya kurang dari 10 meter yaitu berada pada titik sampel 3 dan 5. Sedangkan untuk titik sampling lainnya berada pada jarak lebih dari 10 meter. Jarak antara septik tank dengan sumur gali berpengaruh terhadap kualitas dari sumur gali tersebut. Penelitian di Desa Karanganom, Kabupaten en Klaten olehMarsono, oleh 2009 menyatakan bahwa sampel sumur yang memiliki jarak dari sumber pencemar kurang dari 10 meter maka kandungan kol koliform-nya tidak memenuhi syarat.
Tersedia online di: http://ejournal http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
3.3
Kondisi Drainase Sistem drainase di lokasi penelitian digunakan untuk mengalirkan air hujan sama dengan air limbah dari dapur dan kamar mandi. Lokasi studi daerah Kramas RT 3 RW 1, memiliki tipikal saluran hampir sama dengan daerah Kramas lainnya yaitu saluran drainase terbuat dari bis beton dan plesteran semen serta di beberapa ruas yang berada di pinggir jalan raya menggunakan gorong-gorong gorong untuk sistem drainasenya. Pada gambar 1 sistem drainase yang terbuat dari plesteran semen ditandai dengan warna biru muda dan berada di sekitar lokasi sampling K7 hingga K4, sedangkan untuk bahan bangunan nan drainase yang terbuat dari bis beton ditandai dengan warna biru tua yaitu berada di lokasi studi sekitar K1-K3 K3 dan daerah lokasi studi K8. 3.4 Kondisi Kandang Ternak Kandang ternak yang ada yaitu berada di titik lokasi sampling 1 dan 4. Pada titik lokasi sampling ampling 1 jarak kandang hewan ternak dengan sumur gali yaitu 9,94 meter sedangkan untuk titik lokasi 4 jaraknya dengan sumur gali yaitu 22,17 meter. Kedua kandang hewan ternak yang ada di lokasi sampling yaitu merupakan kandang ternak ayam. Kotoran dari kandang ndang ternak tidak dikelola dengan baik, kotoran hanya dibiarkan begitu saja di kandang atau tercecer berada di sekitar kandang. 3.5 Jenis Tanah Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran 3.6
ruang pori-pori pori yang baik, yaitu terdap terdapat ruang pori di dalam dan di antara agregat yang dapat diisi air dan udara dan sekaligus mantap keadaannya. Uji tanah yang dilakukan yaitu mengambil sampel tanah secara undisturbed sampling pada satu lokasi di kawasan sampling karena dianggap jenis tanah pada satu wilayah lokasi sampling tersebut sama. Berdasarkan uji tanah yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil Universitas Diponegoro maka didapat nilai porositas (n) yaitu 52,24%, sedangkan untuk nilai permeabilitas yaitu 4,361.E 4,361.E-07 cm/sec. Berdasarkkan nilai kisaran porositas untuk batuan maka range porositas 45--55% termasuk dalam kategori batuan liat (Todd, 1959 dalam Sunarti, 2009).
Gambar 2 Hasil Uji Tanah di Laboratorium Teknik Sipil UNDI UNDIP
Hasil Uji Kualitas Air Sumur
Tabel 3 Hasil Uji Kualitas Air Sumur Gali Sample
pH
Suhu
TDS (ppm)
Nitrat (mg/l)
Klorida (mg/L)
COD (mg/L)
Total Coliform
1
5,8
29,8
121,5
8,83
125,79
16,27
8550
2
5,9
29,6
142
8,40
107,00
13,17
8800
3
5,9
30,2
110,5
5,12
97,04
15,31
11500
4
6,35
30,6
123,5
7,74
90,26
14,88
3250
5
6,15
29,9
123,5
7,03
89,44
15,71
12500
6
5,5
30,1
117,5
2,02
93,53
15,61
4550
7
5,15
29,6
98,5
4,11
110,11
21,55
750
8
6,15
30,3
146,5
6,38
153,97
21,55
8250
5
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan http://ejournal Jurnal Teknik Lingkungan, Lingkungan Vol 5, No 1 (2016)
a) Temperature / Suhu
c) Nitrat
30.4
29.8 29.6 SAMPLE
29.4 29.2 29 28.8
10
Konsentrasi Nitrat (mg/l)
30
8 6 4 2 0
K6
K7
K8
SAMPLE
SAMPLE 29.45 29.3 29.55 30.3 29.75 30.2
30.2
30.1
BAKU MUTU
K1
K2
K3
K4
K5
Gambar 3Grafik Grafik Konsentrasi Suhu Pengukuran suhu pada pengambilan sampel di lokasi, nilai suhu berkisar 29,329,3 o 30,3 C.Pengukuran dilakukan mulai dari pukul 09.00-12.00 12.00 WIB. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 untuk air bersih disyaratkan sebesar suhu udara ±30C, dan suhu udara ketika pengambilan sampel yaitu ±320C. Mengacu pada aturan tersebut, maka suhu air sumur masih dalam batas aman. b) Total Dissolved Solid (TDS) 150 Konsentrasi (ppm)
Temperature (C)
30.2
100 50 0
K1
K2
SAMPLE 121.
142
K3
K4
K5
K6
K7
K8
110. 123. 123. 117. 135. 109.
Gambar 4Grafik Konsentrasi TDS Berdasarkan penelitian nilai TDS pada lokasi studi berkisar antara 109,5 – 142 ppm. Nilai TDS terendah berada pada wilayah studi K8, dan nilai TDS tertinggi berada pada lokasi K2. Namun nilai tersebut masih berada jauh dibawah baku mutu menurut Permenkes No. 416 Tahun 1990 untuk air bersih yaitu tu 1.500 ppm. Menurut Arthana (2006) dalam Desiandi (2009) Total dissolved solid biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Selain itu TDS juga berhubungan dengan tingkat kesadahan dimana semakin tinggi TDS, maka kesadahan juga tinggi.
6
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
8.83
8.40
5.12
7.74
7.03
2.02
4.11
6.38
10
10
10
10
10
10
10
10
Gambar 5Grafik Grafik Konsentrasi Nitrat Secara umum, di lokasi peneliti penelitian tidak ditemukan sampel air yang sudah tercemar nitrat, nilai yang terukur masih di bawah batas ambang untuk persyaratan air bersih menurut Permenkes No. 416 Tahun 1990 untuk air bersih (10 mg/l). Nilai maksimum konsentrasi nitrat yang terukur pada daerah h penelitian yaitu sebesar 8,83 mg/l, yang berada di titik lokasi sampel K1, sedangkan konsentrasi nitrat terendah yaitu sebesar 2,02 mg/l berada dititik lokasi sampel K6, sementara nilai rerata konsentrasi nitrat pada daerah penelitian yaitu sebesar 6,20 mg/l. Nilai nitrat paling tinggi yang berada di lokasi sampling K1 mungkin disebabkan dari kondisi sumur yang kurang baik, dan diatas sumur terdapat beberapa pot tanaman yang sering digunakan untuk menahan penutup sumur yang terbuat dari plastik-plastik. Pencemaran encemaran nitrat bisa saja masuk dari pot tanaman tersebut ketika dilakukan penyiraman. d) Klorida 600 500 400 300 200 100 0 K1 SAMPLE BAKU MUTU
K2
K3
125.79 107.00 97.04 600
600
600
K4
K5
K6
90.26
89.44
93.53
600
600
600
K7
K8
110.11 153.97
Gambar 6 Grafik Konsentrasi Klorida
600
600
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan http://ejournal Jurnal Teknik Lingkungan, Lingkungan Vol 5, No 1 (2016)
Konsentrasi (mg/l)
25 20 15 10 5 0 K1 SAMPLE BAKU MUTU
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
16.27 13.17 15.31 14.88 15.71 15.61 21.55 22.05 10
10
10
10
10
10
10
10
Gambar 7 Grafik Konsentrasi COD Hasil pengukuran COD air sumur bervariasi antara 13,174 mg/L sampai 21,554 mg/L, dengan nilai tertinggi berada pada lokasi K8 dan terendah pada lokasi K2. Menurut kriteria mutu air kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001 disyaratkan kadar COD maksimum aksimum untuk air baku air minum 10 mg/L, maka dari itu kadar COD dari semua sampel air yang ada melebih baku mutu menurut mutu air kelas I. Berdasarkan hasil peneletian ini maka nilai COD yang dihasilkan tidak menunjukkan hubungan dengan jarak drainase. Lokasi okasi sumur K2 memiliki jarak dengan drainase yang cukup dekat namun justru memiliki nilai COD terendah, hal ini dapat disebabkan karena nilai COD menunjukkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk menguraikan kandungan bahan organik dalam air secara ra kimiawi, khususnya bagi senyawa organik yang tidak dapat teruraikan dengan proses biologis, sehingga dibutuhkan bantuan pereaksi oksidasi
7
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
(Alaerts dan Santika, 1984 dalam Jatmiko, 2007). f) Total Coliform 14000 Konsentrasi Total Coliform
Hasil penelitian menunjukkan kadar klorida (Cl-) air sumur gali 89,44 – 153,9 mg/l. Kadar klorida tertinggi berada pada lokasi K8 dan kadar klorida terendah berada pada lokasi K5. Batas maksimum klorida dalam sumber air bersih adalah 600 mg/l dan air minum 250 mg/l. Hasil penelitian diperoleh semua sampel masih memenuhi syarat air bersih dan air minum untuk parameter klorida orida menurut Permenkes No. 416. Klorida dapat dapat berasal dari bentuk padatan pada batuan serta pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan. Sebagian besar klorid bersifat mudah larut (Effendi, 2003). e) COD
12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 SAMPLE
1
2
3
4
5
6
7
8
8,550
8,800
11,500
3,250
12,500
4,550
750
8,250
Gambar 8 Grafik Konsentrasi Total Coliform Colifo Berdasarkan hasil uji bakteriologis untuk parameter Total Coliform maka semua sampel memiliki Total coliform yang melebihi baku mutu menurut Permenkes No. 416 Tahun 1990 untuk air bersih yaitu 50 jumlah / 100 ml sampel. Hasil penelitian menunjukkan kadar Total Coliform airsumur gali 750 – 12500 jumlah / 100 ml sampel. Kadar dar Total Coliform paling rendah berada di titik sampel K6 dan kadar Total Coliform tertinggi berada pada titik sampel K5. Tingginya kadar Total Coliform pada air sumur gali sampel di RT 3 RW 1 Kelurahan Kramas dapat disebabkan karena septik tank milik warga ga yang dasar lantainya langsung tanah. Septik tank milik warga pun kebanyakan tidak pernah dikuras, sehingga sumber pencemar yang ada sudah lama terakumulasi. Serta beberapa warga memiliki septik tank lebih dari satu di setiap rumah. 3.7
Status Mutu Air dengan an Metode Indeks Pencemar Status mutu air dapat diketahui dengan salah satu metode yaitu indeks pencemaran. Status mutu air menunjukkan tingkat kondisi mutu air sumber air dalam kondisi baik, atau dalam kondisi cemar ringan, sedang, maupun berat.
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan http://ejournal Jurnal Teknik Lingkungan, Lingkungan Vol 5, No 1 (2016)
Tabel 4 Hasil Status Mutu Air Sampel
IPj
Jumlah Pemakai
Status
1 2 3 4 5 6 7 8
8,02 8,05 8,47 6,51 8,60 7,02 4,25 7,97
3 orang 10 orang 2 orang 4 orang 6 orang 5 orang 2 orang 4 orang
Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Ringan Cemar Sedang
Berdasarkan hasil perhitungan hampir seluruh air sampel sumur gali berada pada status cemar sedang. Kisaran nilai Indeks Pencemar yaitu antara 4,25-8,60. 8,60. Nilai Indeks Pencemar tertinggi berada di lokasi K5, hal ini disebabkan kadar Total Coliform di lokasi K5 yang paling tinggi diantara semua sumur. Sementara nilai terendah yaitu berada di lokasi K7. Hal ini juga disebabkan kadar total coliform di lokasi K7 yang terendah. Jadi tingginya nilai Total Coliform pada air sampel sumur gali mempengaruhi nilai indeks pencemar pencemar meskipun pada parameter lain nilainya tidak melebihi baku mutu. Melihat jumlah pemakai sumur tersebut maka jumlah pemakai tidak memiliki hubungan dengan nilai indeks pencemar dari setiap rumah. Karena jumlah pemakai tertinggi berada pada lokasi K2 namun nilai indeks pencemar tertinggi berada di lokasi K5. Demikian juga dengan lokasi K3 dimana jumlah penghuni rumah dan pemakai sumur hanya 2 orang namun nilai indeks pencemarnya cukup tinggi. Hal ini in dikarenakan faktor lain yang mempengaruhi nilai ineks pencemar di tiap sumur sesuai parameter yang telah di tentukan. 3.8 Hubungan Jarak Septik Tank, Drainase dan Kedalaman Sumur Terhadap Kualitas Air Sumur Tabel 5 Rekap Nilai Signifikansi Menggunakan Uji Korelasi relasi Product Moment
8
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
Suhu TDS Nitrat Klorida COD Total Coliform
Jarak dengan Septik Tank 0,196 0,534 0,719 0,619 0,110
Jarak dengan Drainase 0,588 0,354 0,913 0,867 0,899
0,014
0,956
Kedalaman Sumur 0,023 0,187 0,021 0,221 0,772 0,047
Berdasarkan hasil uji korelasi Product Moment maka ditemukan hubungan yang kuat antara Nitrat dengan kedalaman sumur dengan nilai signifikansi 0,021. Angka korelasi person menunjukkan semakin dalam sumur maka kadar Nitrat akan semakin kecil.Nilai Nilai R Square pada hasil uji regresi menunjukkan nilai 0,621 yang berarti besarnya kedalaman sumur mempengaruhi kualitas air sumur ditinju dari parameter Nitrat yaitu sebesar 62,1% dan juga berarti bahwa 37,9% sisanya dipengaruhi faktor lain. Tabel 6 Konsentrasi Nitrat dengan Kedalaman untuk Mencapai Muka Air Tanah Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8
Nitrat (mg/l) 8,83 8,40 5,12 7,74 7,03 2,02 4,11 6,38
Kedalaman Sumur 7,14 7,95 8,62 10,85 8,99 12,91 11,52 8,17
Pada Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa beberapa sampel air menunjukkan kecenderungan semakin meningkatnya konsentrasi nitrat pada kedalaman muka airtanah yang lebih rendah. Nilai konsentrasi nitrat yang tertinggi juga tercatat pada kedalaman 7,14 meter, sedangkan pada kedalaman man 12,91 meter memiliki konsentrasi nitrat yang jauh lebih kecil. Kedalaman muka air tanah dari permukaan tanah merupakan jarak minimum yang ditempuh oleh polutan untuk sampai pada watertable atau muka air tanah. Jadi secara teoritis, semakin panjang jarak k yang ditempuh memberikan kesempatan kepada air tanah untuk melakukan
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan http://ejournal Jurnal Teknik Lingkungan, Lingkungan Vol 5, No 1 (2016)
purifikasi. Semakin dangkal air tanah maka semakin besar potensi air tanah yang tercemar. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarti, 2009 untuk mengetahui sebaran konsentrasi nitrat pada air ir tanah dangkal di dataran rendah Bekasi juga menunjukkan hasil bahwa makin dalam kedalaman suatu sumur maka kadar nitrat nya semakin berkurang. Hubungan kuat pada uji korelasi Product Moment juga ditunjukkan antara Total Coliform dengan jarak septik tank serta kedalaman sumur. Menunjukkan enunjukkan bahwa semakin tinggi Total Coliform air sumur gali maka jarak septik tank dengan sumurr gali semakin kecil atau dekat serta semakin tinggi kadar Total Koliform maka kedalaman sumur makin dangkal.. Berdasarkan Uji Regresi si Linier SederhanaNilai R Square menunjukkan nilai 0,661 yang berarti besarnya jarak septik tank mempengaruhi kualitas air sumur ditinjau dari parameter Total Koliform yaitu sebesar 66,1% dan juga berarti bahwa 33,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil uji laboratorium di BPIK Kota Semarang di ketahui bahwa semua sampel mengandung bakteri Total Coliform yang melebihi baku mutu. Banyaknya sampel air sumur gali penduduk yang tidak memenuhi syarat untuk parameter bakteriologis mengakibatkan besarnya nya kemungkinan kerentanan pencemaran air yang terjadi. Kerentanan ini akan mengakibatkan kualitas kual air yang di hasilkan buruk (Kurniawan, 2006). 2006)
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Kondisi sanitasi pada lokasi studi yang diamati yaitu meliputi; kondisi sumur umur gali, jarak sumur gali dengan septik tank, dan jarak drainase dengan septik tank. Berdasarkan kondisi sumur gali, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik sumur gali di RT 03 RW 01 Kelurahan Kramas berada pada kondisi buruk karena semua sumur gali memiliki emiliki dinding yang tidak memenuhi standar, 62,5% tidak memenuhi syarat untuk bibir sumur, serta 87,50% tidak memenuhi syarat untuk lantai sumur. Jarak septik tank
9
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
dengan sumur gali yang tidak memenuhi syarat (≤ ≤ 10 meter) yaitu berada pada lokasi sampel K3 3 dan K5. Saluran drainase yang ada di daerah studi yaitu sebagian terbuat dari bis beton dan sebagian juga dari plesteran semen. 2. Berdasarkan hasil analisis pengujian sampel air sumur gali secara fisik, kimia, dan mikrobiologi, maka diperoleh hasil untuk un uji kualitas fisik semua air sumur gali masih berada pada batas aman. Uji kualitas kimia kimia, untuk nilai kadar klorida dan nitrat dari air sumur gali masih sesuai dengan baku mutu, serta untuk parameter COD, semua sumur gali memiliki kadar COD melebihi meleb baku mutu. Uji kualitas biologis menunjukkan bahwa semua sampel air sumur gali tercemar oleh Total Coliform dengan nilai dari 750 – 12500 ml / 100 ml sampel. 3. Berdasarkan uji korelasi moment pearson dan uji regresi linier sederhana yang dilakukan, maka ditemukan hubungan yang signifikan antara jarak septik tank dengan Total Coliform serta kedalaman sumur gali dengan parameter Total Coliform. Hasil uji menunjukkan bahwa semakin dekat septik tank dengan sumur gali makan konsentrasi Total Coliform dalam air sumur gali makin tinggi, dan makin dalam sumur gali maka konsentrasi Total Coliform akan semakin berkurang. Serta hubungan signifikan ditunjukkan pula antara kedalaman sumur gali dengan konsentrasi Nitrat. Hasil uji menunjukkan bahwa semakin dalam kedalaman an suatu sumur gali maka kadar Nitrat nya akan semakin kecil. 4.2 Saran 1. Perlu diperhatikan konstruksi sumur gali milik warga, melihat bangunan sumur gali yang masih kurang memadai baik dari dinding, lantai, maupun bibir sumur gali. Maka dari itu perlu perbaikan konstruksi dari sumur gali milik warga tersebut karena bangunan sumur gali juga dapat menentukan kualitas air sumur gali tersebut. 2. Sebaiknya bangunan septik tank juga perlu dilakukan perbaikan karena septik tank yang ada tidak memiliki alas atau langsung
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan http://ejournal Jurnal Teknik Lingkungan, Lingkungan Vol 5, No 1 (2016)
tanah maka sebaiknya bangunan septik tank dilengkapi dengan alas sehingga buangan septik tank tidak langsung merembes masuk ke tanah. 3. Diadakan penyuluhan secara berkala tentang sanitasi lingkungan dan sarana air bersih (air sumur gali) yang benarr terhadap warga. 4. Untuk penelitian selanjutnya maka lebih baik parameter untuk bahan organik bisa ditambahkan lagi seperti parameter Fosfat, Nitrit, dan lain-lain. lain. Karena dengan uji parameter organik yang lebih detail akan lebih mempermudah mengetahui spesifikasi dari sumber pencemarnya. Selain itu juga jumlah dari titik sample bisa ditambah karena semakin banyak jumlah sumur gali yang diteliti maka analisisnya pun akan semakin jelas dan baik. Serta karakteristik dari sumur gali bisa dikelompokkan lebih spesifik sehingga mempermudah pembahasan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang SyaratSyarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air,, Jakarta. Desiandi, Muhammad, 2009. Pemeriksaan Kualitas Air Minum inum Pada Daerah Persiapan Zona Air Minum Prima (Zamp) Pdam Tirta Musi Palembang Tahun 2009. Effendi, H, 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Endah, dkk, 2006. Determinan Kualitas A Air Sumur Gali Umum dan Hubungannya Terhadap Kejadian Diare Studi di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Timur Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.3, No.1, Juli 2006 : 1 – 10. Huwaida, Rizka Najla, 2014. Faktor-faktor faktor yang Mempengaruhi Jumlah Eschericia Coli Col Air Bersih pada Penderita Diare di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan.. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta.
10
*) Penulis, **) Dosen Pembimbing
Jatmiko, Agus, 2007. Hubungan Kualitas Air Selokan Ngenden Desa Gumpang Kartasura Sukoharjo Dengan ngan Air Sumur Penduduk Sekitar. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Surakarta. Katiho, dkk, 2011. Gambaran Kondisi Fisik Sumur Gali di Tinjau dari Aspek Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Pengguna Sumur Gali di Kelurahan Sumompo Kecamatan Tuminting Kota Manado.. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, Manado. Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupNomor : 115 Tahun 2003TentangPedoman Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Menteri Negara Lingkungan Hidup Kurniawan, Bambang, 2006. Skripsi : Analisis Kualitas Air Sumur Sekitar Wilayah Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor) Bogor). Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Kusumaningrum, Ajeng, 2015. Analisis Tingkat Pencemaran Bakteri Coliform Pada Air Sumur Warga Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Geo Image (Spatial Spatial-EcologicalRegional). Marsono, 2009. Tesis : Faktor Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Di Permukiman (Studi Di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Uta Utara, Kabupaten Klaten).. Universitas Diponegoro, Semarang. Ompusunggu, H, 2009. Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara, Medan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup.