HOSPlTOUR
Volume I No. I - April 20 I 0
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Sikap Kerja Karyawan Pada Industri Perhotelan (Studi Kasus Pada Hotel XYZ Jakarta) Oleh: Wulanmeiaya Wowor Abstract Employee uniforms generally cOllStitute an important component of a hospitality establishment's brand identity. Not only do uniforms create a specific impression ofa property but they are an integral part ofthe atmosphere created by a hotel. Uniforms also affect the employees' attitudes and their ability to serve the guest. Uniforms should also have a positive and negative on custon,er satisfaction. This study analyzes the effect of mandatory uniforms on XJ7 hotel employees' attitude toward theirjobs. The result confirmed that uniform design components and employee attitude have a significant relationship; and the degree of employee contact to customer has no impact to the uniform design and employee attitude relationship. Keywords: hotel, uniforms, employee attitudes, degree of employee contact
Pendahuluan Sehubungan dengan karakteristiknya sebagai usaha jasa, tentunya hotel melibatkan banyak tenaga kerja sebagai pelaksana yang disebut dengan karyawan. Dalam menjalankan tugas pelayanannya, para karyawan hotel diharuskan mengenakan seragarn. Seragam ini disediakan oleh pihak manajemen hotel. Seragam yang dimaksud merupakan pakaian standar yang dikenakan karyawan hotel sewaktu berpartisipasi dalam aktivitas hotel, dengan kata lain saat karyawan menjalankan pekerjaannya. Seragam merupakan investasi perusahaan pada karyawan untuk mendapatkan sesuatu kembali dari karyawannya. Demikian pendapat Oakwell (2005, p. I6), "Uniforms show that the company is investing in its staff, so they in turn will give something back". Menurut Nelson dan Bowen (2000, p.86), "Employee uniforms generally constitute an important component of a hospitality establishment's brand identity. Not only do uniforms create a specific impression of a property, but they are an
99
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Sikap Kerja Karyawan... integralpart ofthe atmosphere created by a hotel or restaurant ". Umumnya seragam
merupakan komponen penting untuk membangun identitas merek dari sebuah usaha di bidang jasa. Seragam tidak hanya menciptakan kesan tertentu dari sebuah hotel, namun juga menjadi bagian yang ikut memengaruhi suasana yang diciptakan oleh sebuah hotel. Secara sederhana, seragam dapat memudahkan tamu untuk mengenali karyawan saat mereka membutuhkan. Seragam juga menjadikan pelayanan lebih llyata dengan menggambarkan layanan seperti apa yang dapat diharapkan oleh tamu (misalnya: layanan terbatas atau pelayanan tingkat tinggi, resmi, atau santai). Di samping itu, seragam juga memengaruhi sikap karyawan dan kemampuan mereka dalam melayani tamu. Demikian dapat disimpulkan dari pendapat Michael (2002, p.23) mengenai seragam, "Thus in the eyes ofthe customer, your personal appearance and the service you provide represents the image the client has ofthe company. How you dress andpresent yourselfcan affect your effectiveness, your profitability ... " .
Namun demikian, seringkali dijumpai karyawan mengenakan seragam tidak sebagaimana mestinya. Misalnya, ujung lengan kemeja dilipat karena kepanjangan, blus dan rok terlalu ketat sehingga menyulitkan mereka bergerak atau dasi yang tidak terpasang rapi lantaran kerah baju kesempitan. Hal-hal demikian terjadi karena seragam yang mereka kenakan tidak dibuat mengikuti ukuran badan mereka. Demikian juga berkenaan dengan model. Menggunakan rok bagi seorang pramukamar wanita akan membuatnya tidak cekatan mengingat karakteristik pekerjaannya yang menuntut banyak bergerak. Atau lengan tangan menjuntai, mengakibatkan seorang pramusaji agak kerepotan saat menuangkan air ke dalam gelas tamunya. Sama halnya dengan urusan warna dan corak seragam. Seragam bercorak kekanakan dengan warna-warni m'encolok, terlihat lucu saat dikenakan oleh bell captain sebuah hotel bisnis. Mungkin saja mereka menjadi bahan lelucon orang yang melihatnya atau komentar negatif. Padahal seharusnya mereka terlihat elegan sesuai dengan karakteristik hotel tempatnya bekerja. Fokus Pada Seragam
Studi ini menganalisa pengaruh penggunaan seragam padasikap kerjakaryawan pada Hotel XYZ Jakarta. Saat berbincang dengan karyawan hotel tersebut, penulis menemukan bahwa keputusan yang berhubungan dengan seragam karyawan biasanya 100
J
HOSPITOUR Volume I No. I - April 20 I0 dibuat oleh man'\iemen, dengan melibatkan sedikit atau bahkan tanpa masukan dari karyawan yang mengenakannya. Manajemen biasanya lebih memikirkan tentang suasana yang diciptakan seragam tersebut, dan jarang mempertimbangkan fungsi atau penampilan seragam. Nelson dan Bowen (2000, p.87) menyatakan hasil dari cara pemilihan seperti ini (yaitu seragam yang tampak buruk atau kurang fungsional) dapat memberikan pengaruh negatif pOOa sikap karyawan, dan dapat menimbulkan ketidakpuasan karyawan. Selanjutnya dalam kaitannya dengan hal di atas, dapat diketahui bahwa kepuasan karyawan berhubungan dengan kepuasan konsumen. Konsumen hotel menggambarkan suasana hotel sebagai suasana yang diciptakan oleh interaksi antara mereka dengan karyawan. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa sikap karyawan merupakan bagian dari proses penciptaan suasana. "Seragam seharusnya memiliki pengaruh positif pada kepuasan konsumen, karena seragam tersebut ikut mendorong terciptanya suasana positif', demikian menurut Nelson dan Bowen (2000, p.87).
Pengertian Seragam Michael (2002, p. I 73) mengatakan, "Seragam merupakan seperangkat pakaian standar yang dikenakan oleh anggota suatu organisasi sewaktu berpartisipasi dalam aktifitas organisasi tersebut. Seragam memberikan pengaruh positif bagi pemakainya karena dapat memperiengkapi seseorang dengan kharisma, percaya diri dan pengakuan". Pendapat lain dari Fussell (2002, p.74) menyatakan, "Tujuan dari seragam adalah menghubungkan pemakai dengan suatu komunitas khusus dengan tujuan umum secara tersirat dan simbolik. Selain itu, pendapat Hersch (1993, p.92) mengatakan, "Seragam yang dipakai karyawan selain menggambarkan dirinya pribadi, juga tempat kerja yang diwakilinya. . SelaI\iutuya Michael (2002, p. I 02) mengatakan seragam dapat menyampaikan pesan pada seseorang. Sebagai contoh, dalam sebuah hotel, karyawan berseragam berarti karyawan itu siap untuk melayani tamu. Seragam mengingatkan orang
akan tanggung jawab suatu pekerjaan dan memberikan keyakinan untuk mendapat bantuan dari orang yang tepat. Oi samping itu seragam dapat mengidentifikasikan seseorang sebagai anggota suatu kelompok maupun organisasi. Seragam sepatutnya dipilih dan dibuat dengan tepat agar dapat menimbulkan rasa senang dan nyaman pemakai. Mengutip pendapat Michael (2002, p.I 73) 101
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Sikap Kerja Karyawan. ..
mengenai ketepatan seragam, "The correct uniform is the one that: •
Blends with the style and overall theme ofthe property
•
Reflects the level offormality ofthe establishment
•
Is appropriate for the specific job
•
Is comfortable to wear (fabric andfit)
•
Is attractive andflattering to the employees (color and sty/e)
•
Is easy to accessorize
•
Is easy to care for" .
Seragam dikatakan tepat jika: •
Merupakan paduan sesuai antara gaya dan tema properti
•
Merefleksikan tingkat formalitas organisasi
•
Disesuaikan dengan ciri pekerjaan
•
Nyaman dipakai (bahan dan kesesuaian ukuran)
•
Menarik dan dapat menyanjung karyawan (gaya dan warna)
•
Mudah untuk ditambahkan dengan aksesoris
•
Mudah dirawat
Desain Seragam Desain seragam merupakan aspek yang paling terlihat di sebuah hotel. Bahkan seragam bukan hanya sekedar memberikan pakaian untuk karyawan, namun terlebih menentukan penampilan dari keseluruhan. Nelson dan Bowen (2000, p.S?) menyatakan sebagian besar rancangan seragam terdiri dari atribut penampilan, fungsi, karakter, dan kenyamanan. Atribut-atribut tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa variabel berikut ini: warna, bentuk, kesesuaian ukuran, identitas, integritas, penampilan, bahan, dan gaya. 1. Penampilan Penampilan merupakan komponen desain yang kuat, dan sangat membantu untuk menciptakan kesan. Orang-orang berpenampilan menarik dianggap lebih mudah diterima oleh lingkungan sosialnya, dan lebih dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Pakaian memiliki pengaruh luar biasa pada daya tarik. "Pakaian mengandung simbol-simbol yang memberikan informasi tentang posisi, jenis kelamin dan pekerjaan, identifikasi peranan jenis kelamin, orientasi politik, etnik, dan prioritas estetik seseorang", seperti yang dikatakan Nelson dan Bowell 102
HOSPlTOUR
Volume I No. I - April 20 I0
(2000, p.87). Salah satu penyampai pesan yang paling dominan dari pakaian adalah warna. •
Warna Menurut Holtzschue (2002, p.1 04), "Warna merupakan suatu bentuk komunikasi non verbal yang memiliki beberapa aspek, yaitu memperkenalkan, berpengarub, pemberi simbol (berhubungan dengan pengalaman budaya), dapat memengarubi perasaan (dalam banyak hal agak sulit dimengerti), membangkitkan
semangat,
menenangkan,
mengungkapkan
perasaan,
mengganggu, kebudayaan, dan menghubungkan". Penelitian komunikasi non verbal menunjukkan warna-warna menimbulkan pengaruh asosiasi. Warna terkadlL'lg digunakan sebagai sebuah teknik melakukan stratifikasi. Warna menggambarkan kepribadian dan menjadi petunjuk sisi psikologis dari orang yang mengenakannya. Status pemakainya seringkali terlihat dari bahan pakaian yang digunakan. •
Bahan Perbedaan antara bahan baik dan kurang baik terletak pada rasanya. Perancang mengindikasikan bahwa konsumen menginginkan seragam bahan alami, seperti katun. Rafaeli (1993, p.175-211) melanjutkan, "Bahan dari polyester lebih dingin, menunjukkan kelas yang lebih rendah, dan memberikan pengaruh pada tindakan konsumen dan harapannya".
•
Kesesuaian Ukuran (Fit) "Seragam y.ang meskipun dibuat dari bahan paling bagus dan mahal sekalipun, akan kehilangan pengaruh positifnya, bila ukurannya tidak cocok dengan orang yang akan mengenakannya", demikian menurut Nelson dan Bowen (2000, p.88). Seorang karyawan tampak kusut dengan ukuran seragam tidak cocok memberikan gambaran negatif pada organisasi. Hal ini menunjukkan pada tamu bahwa aspek operasional perusahaan dijalankan secara serampangan dan tidak efisien.
•
Penampilan Yang Mencolok Seberapa mencoloknya pakaian mengacu pada sejauh mana pakaian anggota organisasi tampak berbeda dari mereka yang non anggota. Rafaeli dan Pratt (1993, p.32-55) mengategorikan hal ini ke dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, rendah, dan sedang. Pakaian sangat mencolok dapat membedakan 103
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Silmp Kerja Karyawan... karyawan organisasi secara nyata, seperti yang biasa terjadi di hotel. Pakaian
.
terlihat mencolok pada tingkat tinggi akan memperkuat pernyataan merek atau pemasaran organisasi, sementara pakaian yang terlihat mencolok pada tingkat sedang membedakan karyawan tanpa membuat pemyataan posisi yang lebih tegas. Akhimya, seragam yang tidak terlalu mencolok pada umumnya tidak membedakan karyawan dari non karyawan, seperti sering terjadi pada organisasi bisnis biasa. 2. Fungsi Nelson dan Bowen (2000, p.88) mengatakan, "Seragam harus fungsional agar efektif'. Lebih lagi, karyawan terbaik dapat memberikan saran mengenai rancangan seragam yang fungsional. Karyawan dapat memberitahu perancang mengenai ukuran kantong hams cukup besar untuk buku catatannya, serta memberikan informasi mengenai apakah kain bagian dalam terasa gatal ketika bergesekan dengan kulit. Kemudian, apakah potongan celana panjangnya membatasi gerakan; dan berbagai informasi lain yang mungkin terabaikan. Sebagai bagian seragam, alas kaki juga memiliki tantangan fungsionalnya sendiri, sepatu harns terasa nyaman ketika dikenakan karyawan selama bekerja. Beberapa komponen dalam atribut ini: bahan, penampilan dan kepraktisan, dan simbol. •
Bahan Bahan bukan hanya merupakan bagian penampilan, namun juga merupakan kompon~n
fungsi. Menurut Nelson dan Bowen (2000, p.88), "Fungsi ini
diperkuat oleh bahan tahan lama dan mudah dibersihkan. Kain berbahan alami biasanya nyaman dikenakan, namun bahan alami seperti katun tidak tahan lama karena sifatnya mudah kusam dan terkena noda". Polyester tampak kasar dan terasa seperti besi, serta mudah berbulu. Narnun polyester tetap menjadi kain pilihan. Banyaknya pengguDaan benang polyester halus yang terasa seperti katun atau wol, menjadikan penampilannya lebih bagus dan tahan lama, sedangkan sepatu harns memiliki sol bertekstur (tidak licin), dan kedap terhadap cairan, bahan kimia, dan minyak. •
Penampilan dan Kepmktisan Nelson dan Bowen (2000, p.88) berpendapat, "Seragarn yang tidak mempertimbangkan aspek penampilan setiap tingkatan karyawan, akatJ 104
HOSPlTOUR Volume
I No.1 - April 2010
meninggalkan kesan mendalam mengenai organisasi dalam diri pemakainya". Misalnya, seorang pramusaji mengenakan seragam dengan lengan blus
,
menjuntai. Blusnya tampak sangat bagus, namun Iengannya menjuntai dapat menumpahkan minuman ketika harus bekerja dengan cepat. •
Simbol Simbol menurut Rawson (2002, p.134) dapat didefinisikan sebagai, "Sesuatu yang mempunyai arti lebih. Simbol sering digunakan untuk memberi arti terlalu rumit atau penghalus bahasa verbal. Setiap tanda, gerak, potongan, permukaan, bentuk atau warna yang dihasilkan desain adalah simbol". Menurut Rosencranz (1962, p.l3-22), "Pakaian berperan sebagai pedoman informasi bagi orang asing mengenai status orang yang mengenakannya". Dengan konsep tersebut, organisasi hospitality seharusnya memberikan seragam yang dapat langsung menunjukkan posisi dari seorang karyawan. Sebagai contoh seragam seorang petugas keamanan yang mencolok, tidak hanya meningkatkan persepsi tamu terhadap keamanan, namun juga dapat menurunkan perilaku kriminal.
3. Karakter Karakter mengacu pada atribut yang diberikan pada seseorang hanya dengan sekedar mengenakan atribut tersebut. Pendapat Nelson dan Bowen (2000, p.89), "Karakter sebuah seragam diperkuat gaya dan integritas, dapat melahirkan rasa profesionalisme dan kepercayaan diri". Komponen yang.termasuk dalam atribut ini adalah gaya, integritas, kenyamanan, bahan dan proses penjahitan: •
Gaya Gaya'terdiri dari gaya formal dan non formal. Rafaeli (1993, p.175-211) menyatakan pakaian bergaya formal tampak pas di badan, dijahit dengan rapi, dan bersih; sementara gaya non formal tampak lebih longgar dan kasual. Gaya sebuah seragam dapat mengomunikasikan konsep status dan kekuatannya.
•
Integritas "Integritas sebuah seragam merupakan alat untuk menyampaikan pesan bagi para tamu mengenai nilai-nilai yang dianut organisasi", demikian kata Nelson dan Bowen (2000, p.89). Goll (1994, p.l5) melanjutkan bahwa integritas 105
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Silmp Kerja Karyawan... seragam memampukan orang yang mengenakannya untuk memainkan peranannya, atau untuk bersikap seperti yang diharapkan dari orang yang berpakaian seperti itu. Oleh karena itu, integritas s'eragam membantu meningkatkan kepercayaan diri dengan cara mempersiapkannya bertindak seperti yang diharapkan konsumen. •
Kenyamanan Seragam harus nyaman ketika digunakan. Seragam yang tidak nyaman bisa sangat mengganggu karyawan. Frustrasi mengenakan seragam yang membatasi gerakan - baik karena desain buruk atau bahan tidak cocok - bisa menimbulkan masalah sikap kerja. Joseph (1986, pAD) menyatakan seragam wajib yang tidak enak dipakai karena membatasi gerak tubuh merupakan pengingat bagi orang yang mengenakannya dan tidak memiliki kekuasaan apapun.
•
Bahan Nelson dan Bowen (2000, p.89) berpendapat, "Selain terbuat dari bahan yang tepat, seragam juga harus tahan lama atau awet". Beberapa perancang menyarankan agar seragam karyawan di industri hospitality seharusnya terdiri dari 55% polyester dan 45% wo!. Namun, apapun bahannya, perancang seragam menyarankan manajer mencari kain yang dapat dipakai selama dua tabun, atau 100 kali pencucian.
•
Proses Penjahitan Proses penjahitan yang baik ikut membuat seragam terasa enak dipakai. Jahitan yang terlepas bisa terasa sangat mengganggu. Bahan kain berfungsi sebagai tulang pakaian (digunakan untuk membentuk tubuh orang yang mengenakannya), bila tidak dijahit dengan baik bisa terasa menusuk kulit.
Seragam dan Slkap
Sehubungan dengan sikap, Nelson dan Bowen (2000, p.89) mengatakan, "Seragam berguna dan nyaman dapat memperbaiki sikap karyawan, dan membantu mengomunikasikan sikap pada tamu". Sikap orang yang mengenakan seragam dinilai berdasarkan bagaimana orang lain menerima sikap tersebut. Pakaian seseorang memengaruhi persepsi orang lain terhadap model kepribadian tertentu, seperti sikap, karakteristik pribadi, status sosial, dan peranan sosia!. 106
HOSPITOUR
Volume I No. 1 - April 2010
Dasar teori penggunaan seragam adalah konsep identifikasi ekstemal dad status dan akuntabilitas, melalui simbol-simbol yang dapat diobservasi. Konsep identifikasi eksternal ini diterapkan di industri hospitality dengan c~ra membedakan karyawan dari tamu. Idealnya, petunjuk non verbal yang diberikan seragam dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk melayani tamu. Rafaeli dan Pratt (1993, p.32-55) mengatakan pakaian dapat mengarahkan sikap karyawan untuk Iebih konsisten dengan tujuan dan standar perilaku organisasi. "Konsep seragarn dapat mengarahkan sikap karyawan datang dari pemikiran yang mengatakan bahwa mengenakan seragam sarna dengan melakukan peran tertentu", seperti yang dikatakan oleh Markus dan Kunda (1986, p.858-866), dan Markus dan Wurf (1987, p.299-337). Rafaeli (1993, p.175-211) menyatakan pakaian bertindak sebagai pengingat yang membantu menghubungkan skema sikap kognitif. Mengenakan seragam dan masuk ke dalam peran tertentu dapat membantu karyawan merepresentasikan organisasi dan melayani konsumen. Nelson dan Bowen (2000, p.90) mengatakan seragam terikat dalam sikap muncul antara orang yang mengenakan seragam dengan orang yang melihatnya (atau antara karyawan hotel dengan tamu).
Sikap Kerja Menurut Robbins (2005, h. 90-91), "Sikap adalah pernyataan evaluatif- baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan - mengenai obyek, orang, atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Sikap tersusun atas tiga komponen - kognitif, afektif dan perilaku". •
Komponen kognitif: segmen pendapat atau keyakinan sikap:
•
Komponen afektif: segmen emosional atau perasaan sikap.
•
~omponen
perilaku: suatu maksud untuk herperilaku dengan suatu cara tertentu
terhadap seseorang atau sesuatu. Selanjutnya menurut Robbins (2005, h.91-93), ada tiga tipe sikap: •
Kepuasan kerja - merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu; seseorang yang tak puas, menunjukkan sikap negatif. Bila orang berhicara tentang sikap karyawan, lehih sering yang dimaksudkan adalah kepuasan kerja. 107
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Sikap Kerja Karyawan ... •
Keterlibatan kerja - sampai tingkat mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif, dan menganggap kinerjanya penting bagi.harga diri.
•
Komitmen pada organisasi - sampai tingkat mana seorang karyawan memiliki komitmen pada organisasi dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.
Tingkat Interaksi Dengan Tamu
Wehrenberg (1987, p.llS-118) menyatakan variasi dari berbagai faktor dapat memengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas layanan, termasuk faktor waktu yang dihabiskan untuk menunggu, perlakuan staf, atau terkadang hanya faktor penampilan tersebut. Seragam tidak hanya memengaruhi penampilan sebuah tempat, namun juga mampu memengaruhi kontak layanan dengan tamu. Normann (1984, p.33) menyatakan ketika karyawan dan tamu melakukan kontak, maka segala sesuatu yang terjadi tidak lagi dipengaruhi secara langsung oleh perusahaan. Keterampilan, motivasi, dan peralatan yang digunakan oleh kalyawanlah yang menjadi faktor penentu. Satu hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk ikut memengaruhi hal diatas adalah dengan menyediakan seragam yang baik. Tingkat interaksi saat melayani tamu menurut Nelson dan Bowen (2000, p.90) dapat dibedakan menjadi: karyawan dengan tingkat interaksi rendah, menengah, dan tinggi. Desain Survei
Tujuan studi ini adalah untuk mengembangkan pengertian mengenai hubungan antara empat variabel independen dari desain sebuah seragam(penampilan, fungsi, karakter, dan kenyamanan) dengan variabel sikap kerja karyawan. Studi ini menganalisis berbagai efek yang ditimbulkan dari atribut desain (misalnya: warna, penampilan mencolok, ukuran sesuai, integritas, bahan, penampilan, gaya, dan simbol) pada sikap karyawan terhadap pekerjaannya. Responden adalah karyawan hotel XYZ dari beberapa posisi: karyawan Rooms Division (kantor depan dan tata graha), Food & Beverage (operasi dan produksi), Loss Prevention, Sales & Marke.ing, Public Relations, Administrative & General, dan Engineering, mencakup tingkat pelaksana, penyel ia dan manajer. Kuesioner yang disebarkan terdiri 34 pertanyaan yang menggunakan berbagai indikator.. 108
HOSPITOUR
Volume I No. I - April 20 I0
masing-masing variabel. Responden menjawab setiap pertanyaan menggunakan 5 poin dari skala Likert, mulai dari sangat setuju (I) sampai sangat, tidak setuju (5). Desain survei disempurnakan dengan mengumpulkan informasi dari kelompok fokus studi yang terdiri dari karyawan yang mengalami kontak langsung dengan tamu, dan dengan melakukan wawancara kualitatif dengan karyawan hotel XYZ untuk mengetahui pemikiran mereka mengenai topik ini. VariabeI Pengukur Bagian ini menjelaskan pengukuran variabel independen dan dependen. Penampilan - Menilai bagaimana responden melakukan pemeringkatan terhadap penampilan seragam, melalui berbagai pertanyaan mengenai warna, bahan, kesesuaian ukuran, dan seberapa mencolok penampilannya. Peltanyaan berhubungan dengan Warna mengukur perilaku ka,yawan terhadap wama seragam yang dikenakannya. Pertanyaan lain, berhubungan dengan bahan, meminta responden mempeltimbangkan kualitas kain seragam yang digunakan. Kesesuaian ukuran dinilai dengan menanyakan responden mengenai hasil jahitan seragamnya. Dua pertanyaan mengenai seberapa mencolok penampilan seragam menanyakan bagaimana kontribusi seragam dalam meningkatkan kebanggaan karyawan, pertama penampilannya, dan kemudian penampilan seragam itu sendiri. Fungsi - Menilai fungsi seragam dengan mengajukan pertanyaan mengenai bahan, penampilan, dan simbolisasi. Bahan berhubungan dengan perawatan, dan diukur menggunakan satu indikator yang menilai seberapa mudah seragam tersebut dibersihkan. Dua indikator mengacu pada penampilan mengukur sejauh mana seragam tersebut dapat memengaruhi kinerja. Simbol diukur melalui tiga indikator; dua indikator
mengukur seberapa baik seragam tersebut merepresentasikan
perusahaan dan posisi karyawan, dan satu indikator mengukur pengertian karyawan terhadap konsep desain seragam. Karakter - Pengukuran karakter seragam me/alui beberapa indikator, yaitu: gaya, integritas, bahan, dan jahitan. Empat indikator ini diaplikasikan pada gaya: dua di antaranya pada efek gaya yang dirasakan oleh konsumen, dan dua indikator pada efek gaya terhadap konsep diri karyawan. Dua indikator berhubungan dengan integritas mengukur kemampuan seragam mengembangkan kredibilitas karyawan.
109
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Sikap Kerja Karyawan... Kenyamanan - Kenyamanan pakaian berhubungan dengan bahan dan jahitannya. Tiga indikator berhubungan dengan bahan menilai pengaruh kain pada suhu tubuh, pemapasan, dan fleksibilitas seragam agartetap nyamim dipakai sepanjang tahun. Dua indikator menilai jahitan pakaian karena ini sangat berhubungan dengan kenyamanan. Pertama, indikator desain (kecuali alas kaki), dan yang kedua adalah kenyamanan alas kaki. Sikap Kerja - Variabel dependen ini diukur menggunakan 12 indikator. Tiga indikator mengukur persepsi karyawan terhadap hubungan antara seragam· dan perilaku kerjanya. Sembilan indikator yang lain diambil dari berbagai instrumen survei untuk sikap kerja dan kepuasan kerja. Metode Survei Metode survei yang digunakan adalah drop-off(menitipkan kuesioner), yang dikombinasikan dengan wawancara terhadap karyawan hotel XYZ. Kuesioner yang dititipkan sesuai jumlahnya dengan jumlah karyawan tetap hotel XYZ berseragam. Kuesioner ini dititipkan pada seorang direktur yang sudah diberi penjelasan sebelumnya. Direktur ini mendistribusikan kuesioner kepada para manajer, yang kemudian menyebarkannya pada para staf. Kuesioner diisi tanpa menuliskan nama karyawan. Kuesioner yang disebarkan sejumlah 362 kuesioner. Dari jumlah kuesioner yang kembali, hanya 354 kuesioneryang diisi lengkap dan diolah. Dengan demikian tingkat respon yang diperoleh adalah 98%. Distribusi kuesionar berdasarkan divisi kerja karyawan adalah sebagai berikut: 178 (50.3%) pada karyawan Rooms Division; 42 (11.9%) pada karyawan Food & Beverage Operations; 8 (2.3%) pada Sales & Marketing; 54 (15.3%) pada Food & Beverage Preparation; 45 (12.7%) pada
Administrative & General; dan 27 (7.6%) pada Engineering. Anatisis Statistik
Untuk mengurangi jumlah indikator yang sangat banyak sehingga hanya menjadi beberapa variabel yang lebih mudah dianalisa, maka data dikelompokan ke dalam variabel-variabel inti: penampilan, fungsi, karakter dan kenyamanan. Rotasi dilakukan menyesuaikan dengan atribut seragam seperti yang ada pada teori desain seragam. Tabel I menunjukkan 4 variabel dan indikator yang disusun berdasarkan anal isis statistik yang dihasilkan. 110
HOSPITOUR
Volume I No. I - April 10 I0
Tabel I. Rotated Component Matrix - Desain Seragam Komponen Karakter
Nyaman
Funllsi
Penampilan
F4 - Merepresentasi tema
.406
.506
.541
F5 - Merepresentasi posisi
.402
.602
.449
F2 - Memungkinkan kinerja
.503
.596
K3 - Menciptakan peran
.416
.347
.428
.479
N4 - Kenyamanan desain
.363
.443
.420
.347
K4 - Meningkatkan percaya diri
.827
K5 - Meningkatkan kredibilitas
.791
K6 - Meningkatkan profesionalisme
.769
P3 - Kesesuaian ukuran
.517
.599
.333
Fl - Mudah dibersihkan
.803
P2 - Mutu kain
.754
N2 - Mudah bemapas
.574
.502
N3 - Nyaman sepanjang tahun
.574
.597
F3 - Mempengaruhi kinelja
.757
P4 - Penampilan pribadi
.620
N5 - Kenyamanan alas kaki
.345
F6 - Konsep asli
.317 .360
.309 .620 .856
Sumber: Data olahan, 2008 Tabel 2 rnenunjukkan perbedaan antara desain seragam yang diharapkan dengan desain seragam aktual. Desain seragam yang diharapkan didasarkan pada beberapa indikator yang dimasukkan dalam studi, yang ditujukan untuk mengukur desain seragam tertentu, berdasarkan hasil tinjauan dari penelitian Nelson dan Bowen sebelumnya. Desain seragam aktual merupakan berbagai indikator yang dihasilkan dari analisis data pada studi ini. Menguji Hipotesis
Sebelum mengirimkan kuesioner, dua hipotesis dikembangkan sebagai pedoman untuk dilakukan anal isis data. Hipotesis didasarkan pada beberapa teori yang diperoleh dari studi literatur, yang telah dijabarkan sebelumnya. Hipotesis tersebut adalah: III
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Silmp Kerja Karyawan... Hipotesis 1. Terdapat hubungan linear yang signifikan antara komponen desain seragam (karakter, kenyamanan, fungsi dan penampilan) dengan sikap kerja karyawan. Hipotesis ini diuji dengan menggunakan persamaan empat regresi berganda, satu untuk masing-masing dari keempat variabel independen, yang meliputi: karakter (F,), kenyamanan (F,), fungsi (F,), dan penampilan (F 4 ). Pada persamaan ini empat set hipotesis diuji. Persamaan dasamya adalah: H o:B nama v3f1abeJ = 0 dan H a:B nama v3r1abel = 0 Tabel 2. Perbandingan Komponen Desain Seragam Yang Diharapkan dan Kenyataannya Harapan
Kenyataan Penampilan
PI - Warna* P2 - Mutu bahan * P3 - Kesesuaian ukuran P4 - Penampilan pribadi (bangga) P5 - Penampilan seragam (bangga)*
P3 - Kesesuaian ukuran** P4 - Penampilan pribadi (bangga)**
Fungsi F1 - Mudah dibersihkan* F2 - Memampukan kinerja F3 - Mempengaruhi kinerja F4 - Merepresentasikan tema hotel F5 - Merepresentasikan posisi F6 - Konsep asli *
F4 - Merepresentasikan tema hotel** F5 - Merepresentasikan posisi** F2 - Memampukan kinerja** F3 - Mempengaruhi kinerja** Karakter
KI - Menimbulkan perilaku buruk* K2 - Menimbulkan perilaku negatif* K3 - Menciptakan peran K4 - Meningkatkan percaya diri K5 - Meningkatkan kredibilitas K6 - Meningkatkan profesionalisme
K3 - Menciptakan peran ** K4 - Meningkatkan percaya diri' * K5 - Meningkatkan kredibilitas** K6- Meningkatkan profesionalisme**
Nyaman N I - Berkeringat* N2 - Mudah bemapas N3 - Nyaman sepanjang tahun N4 - Kenyarnanan seragam N 5 - Kenyamanan alas kaki * Dikeluarkan dari instrumen survei
N4 - Kenyamanan seragam'* N2 - Mudah bemapas* * N3 - Nyaman sepanjang tahun*' N5 - Kenyarnanan alas kaki** ** Indikator yang sudah diprediksi
Sumber: Data olahan, 2008 112
HOSPITOUR Volume I No. I - April 20 I0 Untuk menilai hubungan antara variabel-variabel independen dari desain seragam dan variabel dependen dari sikap kerja, digunakan persamaan: Y = a + bl FI + b2 F2 + b3 F3 + b4 F4. Pemyataan yang diajukan untuk menguji sikap kerja karyawan adalah: "seragam saya sangat memengaruhi sikap kerja saya seeara keseluruhan." Analisis untuk hipotesis 1, yaitu pengaruh pada sikap kerja seeara keseluruhan (tabeI3) menunjukkan adanya hubungan signifikan (0.05 atau lebih rendah) antara variabel desain seragam dengan sikap kerja. Variabel desain seragam independen F, (karakter), F, (kenyamanan), F, (fungsi), dan F4 (penampilan) masing-masing menunjukkan hubungan signifikan. Dengan demikian hasil analisis ini mendukung hipotesa I . Hipotesis 2. Tingkat interaksi karyawan dengan tamu memengaruhi hubungan antara desain seragam dengan sikap kerja karyawan. Berdasarkan pada studi literatur Wehrenberg dan Nonnann, dapat diyakini bahwa pengaruh sikap kerja karyawan bervariasi tergantung pada posisi karyawan, dan tergantung pada seberapa banyak interaksi yang teljadi dengan tamu. Responden yaitu karyawan kemudian dikelompokkan berdasarkan area kerja. Area yang banyak interaksi dengan tamu dikenal denganfront of the house (Rooms: FO & HK, Food & Beverage Operations, Loss Prevention, Sales & Marketing, Public Relations).
Dan kelompok yang kurang berinteraksi ialah back of the house (Administrative & General, Engineering, Food & Beverage Production).
Tabel 3. Pengaruh Desain Seragam Pada Sikap Kerja Y = Pengaruh seragam pada sikap kerja seeara keseluruhan X = Karakter, Nyaman, Fungsi, Penampilan Regression statistics Multiple R = .871
Analysis ofvarians
R' =.758
Regression
Standard error = 4.39253
Residual
F = 273.649 Significant F = .000
n =354
113
Sum ofsquares
Mean Square
4
21119.457
5279.864
349
6733.709
19.294
df
Pengaruh Seragam Karyawan Terhadap Sikap Kerja Karyawan. .. Variables in Ihe Equalion Variabel (Conslanl)
B
SEB
23.167
.233
Karakter
4.274
.234
Nyaman
3.936
Fungsi Penampilan
Bela
T
SigT
99.232
.000
.481
18.282
.000
.234
.443
16.835
.000
4.057
.234
.457
17.354
.000
3.100
.234
.349
13.258
.000
Sumber: Data olahan, 2008 Hipotesis 2 ini diuji menggunakan prosedur 2 langkah. Pertama, dengan mengikuti prosedur pada hipotesis 1, kemudian dilakukan model regresi tambahan pada masing-masing kelompok. Kemudian menggunakan uji Chow untuk menentukan apakah model regresi berdasarkan dua ke1ompok karyawan akan memberikan hasil yang berbeda. Uji Chow menghasilkan F (tabel) dengan tingkat signifikansi 0.05 senilai 2.21 dan 1.3485 untuk nilai F (hitung). Sehubungan dengan nilai F (hitung) < F (tabel) maka disimpulkan bahwa tingkat interaksi karyawan dengan tamu tidak memengaruhi hubungan seragam dengan sikap kerja karyawan. Dengan demikian anal isis ini tidak mendukung hipotesa 2. Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan seragam dapat memengaruhi sikap kerja karyawan bukan sesuatu yang terlalu luar biasa, namun perlu diperhatikan bahwa ternyata karyawan memiliki perasaan cukup kuat terhadap seragam yang dikenakan. Temuan lain adalah sering tidaknya karyawan berinteraksi dengan tamu, tidak berdampak pada desain seragam maupun sikap kerja. Implikasi ini adalah seragam dapat memberikao pengaruh nyata pada seluruh karyawan, bukan hanya pada karyawan yang berinteraksi dengan tamu. Seragam dapat membantu mengomunikasikan sikap pada tamu. Oleh sebab itu, karyawan fronl of the house mendapatkan pengaruh positif dari seragam lebih baik sehubungan dengan interaksinya dengan tamu secara langsung.
114
HOSPITOUR
Volume I No. 1 - April 2010
DAFTAR PUSTAKA
Dessler, G. (2002). M,,.ujemen Sumber Daya Manusia. (Alih bahasa Molan, 8.). Jakarta: Prenhall'"rh, Fussell, P. (2002). Ullllonns: Why We Are What We Wear. Publishers Weekly, 249, 74, GolI, G.E. (1994). Marketing Your Values: A Method for Conducting a Value Inventory Analysis. Journal ofRestaurant and Foodservice Marketing, 1(2). 15. Gozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hersch, V. (1993). You Are What You Wear. Journal ofRestaurant and Business. 92. Holtzschue, L. (2002). Understanding Color: An Introduction for Designers. New York: International Thomson Publishing. Ismail, A. (2002). Front Office Operations Management. New York: Delmar Thompson Learning. Joseph, N. (1986). Uniforms and Non Uniforms: Communication through Clothing. New York: Greenwood Press. Kasavana, M.L., & Brooks, R.M. (2002). Managing Front Office Operations" (6th Edition). Michigan: Educational Institute of the American Hotel & Motel Association. Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis? Jakarta: ErIangga. Markus, H. & Kunda, Z. (1986). Stability and Malleability of the Self-concept. Journal ofPersonality and Social Psychology, 51. 858-866. Markus, H. & Wurf, E. (1987). The Dynamic Self-concept: A Social Psychological Perspective. American Review ofPsychology, 38, 299-337. Michael, A. (2002). Best Impressions in Hospitality: Your Professional Image for .Excellence. New York: Delmar Thomson Learning. Nelson, K. & Bowen, J. (2000). The Effect of Employee Unifonns on Employee Satisfaction. Cornell Hotel & Restaurant Administration Quarterly, 41. 86-95. Nonnann, R. (1984). Service Management: Strategy and Leadership in Service Business. New York: John Wiley & Sons Oakwell, N. (2005). Stylish StaffUnifonns. Journal ofCaterer & Hotelkeeper, 194, 16.
115
Pengaruh SeragamKaryawan Terhadap Sikap Kerja Karyawan... Rafaeli, A. (1993). Dress and Behavior of Customer-contact Employees: A Framework for Analysis. Advances in Services Alarketing and Managemet, 2, 175-211. Rafaeli, A. & Pratt, M.G. (1993). Tailored Meanings: On the Meaning and Impact of Organizational Dress. Academy ofManagement Review, 18 (1),32-55. Rawson, P. (2002). Design. New Jersey: Prentice-HalJ. Robbins, S.P. (2005). Perilaku Organisasi. (Alih bahasa Pujaatmaka, H., Molan, B.). New Jersey: Pearson Education Asia. Rosencarnz, M.L. (1962). Clothing Symbolism. Journal ofHome Economics, 54, 13-22. Schermerhorn, J.R., Hunt, J.G., & Osborn, R.N. (2005). Organization Behavior. (9th Edition). New Jersey: John Wiley & Sons. Simamora, B. (2005). Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Stutts, A.T. & Wortman, J.F. (2006). Hotel and Lodging Management: An Introduction. (2nd Edition). New Jersey: John Wiley & Sons. Sugiarto, E. & Sulartiningrum, S. (2003). Pengantar Akomodasi dan Restoran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sulastiyono, A. (2002). Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Alfabeta. Supranto,1. (2003). Metode Riset: Aplikasinya dalam Pemasaran. (Edisi Ketujuh). Jakarta: Rineka Cipta. Supranto, J. (2001). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan: Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta. Tanke, M.L. (2002). Human Resources Management for The Hospitality Industry. New York: Delmar Thomson Learning. Wahrenberg, S.B. (1987). Front-line Interpersonal Skills a Must in Today's Service Economy. Personnel Journal, 66, 115-118 Yoeti, O.A. (2006). Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya. Jakarta: Pradnya Paramita.
Il6
j