PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP PENURUNAN INTENSITASNYERI KAKI PADA PENDERITADIABETES MELLITUS DI PAGUYUBANERA GENDIS SEHAT KABUPATEN TUBAN (The Effect of Diabetic legs Exercise Intensity Against Decline Legs Pain in Patients with Diabetes Mellitus In Society Era Gendis Healthy Tuban) KusnoFeriyanto Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban ABSTRAK Senam kaki dapat membantu memperkuat otot betis, otot paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah insulin pada penderita diabetes mellitus mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini menyebabkan gangguan pembuluh darah, saraf dan struktur lainnya, sehingga pasokan darah kekaki terhambat dan akan mengalami kerusakan jaringan pada kaki, akibatnya mengalami gangguan rasa nyeri pada kaki. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh intensitas nyeri kaki sebelum dan sesudah diberikan senam kaki diabetik. Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe 2 yang ada di Paguyuban Era Gendis Sehat. Sampel dalam penelitian ini adalah 11 responden. Menggunakan uji wilcoxon sing rank test yang menggunakan teknik sampling insidental, pre-test dan post-test, dengan tingkat kemaknaan p= 0,05. Pada penilitian ini didapatkat hasil bahwa ada pengaruh intensitas nyeri kaki sebelum dan sesudah diberikan senam kaki diabetik dengan nilai Z= -2,646, p= 0,008 maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan intensitas nyeri kaki pada penderita diabetes mellitus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah senam kaki dapat menurunkan intensitas nyeri kaki pada penderita diabetes mellitus. Kata Kunci : Senam Kaki, Intensitas Nyeri, Diabetes Mellitus
ABSTRACT Legs exercises can help strengthen the calf muscles, thigh muscles, to overcome the limitation of motion and prevent deformity. Limitation of the amount of insulin in people with diabetes mellitus resulted in increased blood sugar levels this causes disruption of blood vessels, nerves, nerves and other structures, so that the blood supply to the legs will be blocked and tissue damage in the in the feet, resulting in impaired legs pain. The purpose of this study was to determine the effect of legs pain intensity before and after the exercises diabetic lges. The population in this study were patients with diabetes mellitus type 1 and type 2 in the Society Era Gendis Health Association. The sample in this study was 11 respondents. Using the Wilcoxon test sing the ranks test using incidental sampling technique, the pre-test, and post test, with significacce level p=0,05. In this research showed that there was the effect of legs pain intensity before and after the exercises diabetic legs with a value of Z=-2,646, p=0,008 H0 is rejected then it means there are significant diabetic legs exercises to decrease legs pain intensity in patients with diabetes mellitus. The conclusion of this research is to lower the exercices legs pain intensity legs patients with diabetes mellitus. Keywords : Legs Exercises, Pain Intensity, Diabetes Mellitus
261
responden yang mengeluhnyeripadakakinya, 30% responden yang mengeluh merasa tebal pada kakinya dan 10% responden yang mengeluh tidak nyeri kaki. Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut yaitu timbul secara mendadak. Dua komplikasi akut yang paling sering terjadi adalah reaksi hipoglikemi dan koma dibetikum. Komplikasi lain yang muncul secara kronik yaitu timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur menjadi semakin parah dan membahayakan. Komplikasi ini meliputi: makrovaskuler, mikrovaskuler, dan diabetik retinopati, ulkus kaki diabetes dan neuropati atau kerusakan saraf. Akan tetapi komplikasi yang sering terjadi adalah pada ekstremitas bagian bawah. komplikasi ini biasanya dirasakan dengan nyeri pada kaki, kesemutan dan anggota gerak bawah sulit untuk digerakan. Hal ini dikarenakan adanya kerusakan serabut saraf sensorik yang akan menyebabkan gangguan sensasi rasa getar, rasa sakit, rasa kram, semutan rasa baal, rangsangan termal, suhu, dan kehilangan reflek tendo sehingga akan menyebabkan gangguan mekanisme protektif pada kaki (Yunir, 2005). Penderita diabetes mellitus sering mengalami keluhan nyeri pada kaki. Nyeri pada kaki diabetes mellitus dapatdi sebabkanadanyagangguanpembuluhda rah, ganguan persyarafan danadanyainfeksi. Keadaanhiperglikemia yangterusmenerus,infeksiakanmempu nyaidampakpada kemampuanpembuluhdarah tidakberkontraksi danrelaksasiberkurang. Halinimengakibatkan sirkulasi darah
PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanyadan jika glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa plasma puasa >140 mg/dl (PERKENI, 2011). Diabetes mellitus dikatakanpenyakitmematikankarena diabetes mellitus merupakanpenyakityang memilikikomplikasi(menyebabkanterj adinyapenyakitlain)yang paling banyak.Hal ini berkaitandengankadarguladarahyangti nggiterusmenerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Diabetes mellitus dibagi atas diabetes mellitus tipe I jika pankreas hanya menghasilkan sedikit atau sama sekali tidak mengasilkan insulin sehingga penderita selamanya tergantung insulin dari luar, biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II merupakan keadaan pankreas tetap menghasilkan insulin, biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun. Dari survey Internasional Diabetes Federation tahun 2012 mengungkapkan, penderita diabetes melitus di seluruh dunia mencapai 371 juta orang. Adapun Indonesia masuk dalam urutan ketujuh negara dengan penderita diabetes terbanyak. Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2012 menunjukan 208.452 penduduk yang menderita diabetes mellitus. Data yang di peroleh dari Paguyuban Era Gendis Sehat penderita diabetes mellitus berjumlah 151. Dari surveyawalsecara wawancara di Paguyuban Era GendisSehat di dapatkan10responden yang menderitadiabetesmellitus 60% 262
tubuh menurun, terutama kaki, maka akan timbul gejala nyeri pada tungkai bila berdiri, berjalan dan melakukan kegiatan fisik (Suyono, 2005). Dasar pengobatan yang dapat dilakukan sesudah terjadi komplikasi dengan cara mengontrol kadar gula darah semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih buruk. Penatalaksanaan diabetes mellitus dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk penatalaksanaan farmakologi yaitu dengan pemberian terapi insulin, obat penurun kadar gula darah, sedangkan untuk penatalaksanaan nonfarmakologi yaitu meliputi penyuluhan, perawatan kaki, diit dan olahraga. Olahraga yang dianjurkan yaitu senam diabetes dan senam kaki diabetik (Ernawati, 2013). Dari sudut kesehatan, tidak diragukan lagi olahraga apabila dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya. Olahraga sangat berpengaruh penting dalam penatalaksanaan nyeri, hal ini berhubungan dengan reseptor nyeri yaitu pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot dan jaringan penyangga lainnya. Selain itu telah lama pula olahraga digunakan sebagian pengobatan diabetes mellitus namun tidak semua olahraga dianjurkan bagi pengidap diabetes mellitus karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan. Olahraga yang dilakukan adalah yang terukur, teratur, terkendali dan berkesinambungan. Reseptor vaskuler yaitu jantung merupakan reseptor nyeri yang dapat ditekan dengan olahraga. Karena olahraga dapat memperkuat otot jantung dan memperbesar bilik kiri sehingga denyutan kuat dan daya tampung besar dan sel saraf inhibitor mencegah stimulus nyeri sehingga
tidak mencapai otak dan ditranmisi mnejadi perasaan nyeri. Olahraga juga berpengaruh dalam reseptor pembuluh darah, jika sirkulasi pembuluh darah lancar maka stimulus nyeri tidak mencapai otak, maka otak menginterprestasi kualitas nyeri dan mempersiapkan nyeri (Tamsury, 2007). Salah satu jenis olah raga yang dianjurkan terutama pada penderita diabetes mellitus adalah senam kaki (Akhtyo, 2009). BAHAN DAN METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian pra-eksperimen, yang bersifat analitik, dengan pendekatan waktu cross sectional dengan metode penelitian “One Group Pre test Post test Designs“. Populasi penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus yang mengalami nyeri kaki di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban yang berjumlah 151 dan menderita diabetes mellitus dan sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang berjumlah 11, dengan Incidental Sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam kaki diabetik, dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan intensitas nyeri kaki. Peneliti mengadakan pendekatan kepada responden dan menjelaskan tujuan penelitian, setelah itu peneliti membagikan nomer handphone kepada para responden agar sewaktuwaktu bila dysmenorrhea, bisa langsung menghubungi peneliti, yang sebelumnya sudah ada pernyataan persetujuan dari responden. Pre test dan Post test dilakukan sekali saat responden nyeri kaki. Instrumen yang digunakan adalah observasi dan lembar observasi. Penelitian ini dilakukan di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban, penelitian ini 263
dilaksanakan pada akhir bulan April sampai minggu pertama bulan Mei tahun 2014. Dalam penelitian ini setelah data ditabulasi, kemudian diolah yang meliputi masalah penelitian, kemudian diuji dengan “ uji wilcoxon sign rank test” dengan derajat kemaknaan (< α = 0,05), artinya bila uji statistik menunjukkan nilai (<α= 0,05) Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang bermakna antara senam kaki diabetik terhadap penurunan intensitas nyeri kaki.
1. 51-60 2. 61-70 3. 71-80 Jumlah
7 3 1 11
64% 27% 9% 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (64,%) penderita diabetes mellitus berusia 51-60 tahun responden dan sebagian kecil (9%) penderita diabetes mellitus yang berusia 7180 responden. 2) Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan Pendidikan Karakteristik penderita diabetes mellitus berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan Jenis Kelamin di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban 2014.
Tabel 3.
Jenis Frekuensi Persentase Kelamin 1. Laki5 45% 2. laki 6 55% Perempuan Jumlah 11 100% Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar 6 responden ( 55%) penderita diabetes mellitus berjenis kelamin perempuan dan hampir setengah 5 responden (45%) berjenis kelamin laki-laki. No
1) Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan Umur Karakteristik penderita diabetes mellitus berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 2. Distribusi Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan Umur di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban 2014 N Umu Frekuens Persentas o r i e
N o 1. 2. 3. 4.
Pendidik an SD SMP SMA S1 Jumlah
Frekue nsi 1 1 1 8 11
Persenta se 9% 9% 9% 73% 100%
Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (73,%) penderita diabetes mellitusberpendidikan S1 dan sebagian kecil (9%) penderita diabetes mellitus yang berpendidikan SD. 3) Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan Pekerjaan Karakteristik penderita diabetes mellitus berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4.
264
Distribusi Penderita Diabetes Mellitus Berdasarkan Pendidikan di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban 2014
Distribusi Diabetes
Penderita Mellitus
Berdasarkan Pekerjaan di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban 2014
Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban 2014. No.IntensitasNyeriFrekuensiPersentase 1. Nyeri Berat 0 0% 2. NyeriSedang 2 18% 3. NyeriRingan 9 82% Jumlah 11 100%
Frekuen Persentas si e 1. WIRASWAS 3 27% 2. TA 3 27% 3. PNS 5 45% PENSIUNAN Jumlah 17 100% Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hampir setengah 5 (45%) penderita diabetes mellitus yang bekerja pensiunan dan hampir setengahnya lagi 3 (27%) diabetisi yang bekerja sebagai wirasuwasta.
No
Pekerjaan
Daritabel 6 menunjukkan bahwa setelah diberikan senam kaki diabetik hampir seluruhnya responden mengalami nyeri ringan yaitu 9 responden (82%) dan sebagian kecil 2 responden mengalami nyeri sedang (18%). Intensitas Nyeri Kaki Responden Sebelum Dan Sesudah Diberikan Senam Kaki Diabetik Tabel 7 Hasil Pengukuran Intensitas Nyeri Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban Sebelum dan Sesudah di Berikan Senam Kaki Diabetik 2014
Intensitas Nyeri Kaki Sebelum Diberikan Senam Kaki Diabetik Tabel 5 Intensitas Nyeri Kaki Sebelum Diberikan Senam Kaki Diabetik di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban 2014 No. 1. 2. 3.
No. IntensitasNyer Frekuens Persentas Intensitas Frekuensi Persentase i i e Nyeri 1 Meningkat 0 0% Nyeri Berat 0 0% 2 Tetap 4 36% NyeriSedang 9 82% 3 Menurun 7 64% NyeriRingan 2 18% Jumlah 11 100% Jumlah
11
100% Berdasarkan tabel 7 didapatkanhasil dari 11 responden dapat diketahui bahwa sebelum diberikan perlakuan hampir seluruhnya responden mengalami nyeri sedang dan setelah diberikan perlakuan hampir seluruhnya responden mengalami nyeri ringan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar 7 responden (64%) yang tingkat nyerinya menurun, dan hampir setengahnya 4 responden (36%) tingkat nyerinya tetap setelah diberikan senam kaki diabetik.
Dari tabel 5 diperoleh data bahwa sebelum diberikan senam kaki diabetik hampir sepenuhnya responden mengalami nyeri sedang yaitu 9 responden (82%) dan sebagian kecil mengalaminyeriringanyaitu 2 responden (18%). Intensitas Nyeri Kaki Sesudah Diberikan Senam Kaki Diabetik Tabel 6 Intensitas Nyeri Kaki Sesudah Diberikan Senam Kaki Diabetik di Paguyuban 265
Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus. Tabel 8 Tabel Silang Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kaki pada Penderita Diabetes Mellitus di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban 2014 Intensitas Nyeri Senam Kaki Nyeri Nyeri Nyeri Jumlah Diabetik Ringan Sedang Berat 2 9 0 11(100%) Sebelum Sesudah (18%) (82%) (0%) 11(100%) 9 2 0 (82%) (18%) (0%) Berdasarkan tabel 8 intenstas nyeri menunjukkan bahwa nyeri ringan setelah diberikan pelatihan senam kaki lebih tinggi sebanyak 82% dibandingkan dengan nyeri ringan sebelum dilakukan pelatihan senam kaki, sedangkan nyeri sedang sebelum dilakukan pelatihan senam kaki lebih tinggi sebesar 82% dibandingkan dengan nyeri sedang sesudah diberikan pelatihan senam kaki. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxon sing rank test dengan tingkat kemaknaan α= 0,05 dan perhitungannya dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 11.5 didapatkan hasil Z= -2,646 dan p= 0,008. Karena p= 0,008 < 0,05 maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan intensitas nyeri kaki pada penderita diabetes mellitus di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban.
PEMBAHASAN 266
Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon sing rank test yang menggunakan teknik sampling insidental, pre-test dan post-test tanpa kelompok kontrol dan dihitung dengan aplikasi SPSS 11.5 dengan tingkat kemaknaan α= 0,05 didapatkan Z= -2,646, p= 0,008 maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan intensitas nyeri kaki pada penderita diabetes mellitus di Paguyuban Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban. Berdasarkan penelitian dari 11 penderita diabetes mellitus dapat deketahui bahwa sebelum diberikan perlakuan hampir seluruhnya 9 (82%) penderita diabetes mellitus mengalami nyeri sedang dan setelah diberikan perlakuan hampir setengahnya 9 (82%) penderita diabetes mellitus mengalami nyeri ringan. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat sebanyak 7 (64%) yang tingkat nyerinya berkurang, 4 (36%) tingkat nyerinya tetap setelah diberikan senam kaki diabetik. Tingkat nyeri yang dirasakan setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda-beda, ataupun faktorfaktor yang mempengaruhi nyeri yaitu kebudayaan, kesehatan fisik dan mental, usia, perasaan takut, serta pengalaman nyeri sebelumnya (Perry & Potter, 2005). Hasil penelitian ini sama seperti hasil penelitian dari Wahyu (2009) dengan judul “Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Nyeri Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu” dengan hasil yang sama yaitu ada pengaruh antara senam kaki diabetik terhadap penurunan intensita snyeri. Adapun pendapat yang sama yaitu penatalaksanaan diabetes mellitus dapat dilakukan secara farmakologi dan non-farmakologi. Untuk
penatalaksanaan farmakologi yaitu dengan pemberian terapi insulin, obat penurun kadar gula darah, sedangkan untuk penatalaksanaan nonfarmakologi yaitu meliputi penyuluhan, perawatan kaki, diit dan olahraga, sedangkan olahraga yang dianjurkan yaitu senam diabetes dan senam kaki diabetik (Ernawati, 2013). Menurut peneliti sendiri pemberian senam kaki diabetik ini sangat bermanfaat karena teknik ini dapat memberikan pengaruhi releksasipadaotot-otot yang tegangdanbagiantubuhpelaku yang terasanyeri. Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Selain itu senam kaki juga dapat memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Sehingga cara alternatif ini dapat di aplikasikan pada penderita diabetes mellitusdirumah ataupun dipaguyuban secara aman bila dilaksanakan sesuai dengan prosedurnya.
intensitas nyeri kaki secara sederhana ini dapat selalu diaplikasikan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain yang membutuhkan bukan hanya berhenti pada penelitian untuk memperoleh gelar kesarjanaan saja, bagi intitusi diharapkan institusi dapat membantu meningkatkan kualitas pengetahuan mahasiswa dalam terapi keperawatan untuk mengurangi nyeri selain menggunakan obat-obatan, bagi keluarga atau pasien mampu melakukan senam kaki diabetik secara mandiri dalam waktu 3-5 kali seminggu, dapat dilakukan sendiri dirumah, karena hal ini merupakan penatalaksaan nyeri kaki yang paling sederhana dan merupakan suatu pertolongan pertama yang dapat dilakukan, bagi peneliti selanjuynya dapat mengembangkan senam kaki diabetik terhadap penderita diabetes mellitus dan populasinya lebih banyak. Untuk peneliti selanjutnya pemberian senam kaki diabetik durasi yang diberikan harus sesuai yaitu 3-5 kali seminggu.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Sesuai dengan tujuan khusus, maka dalam penelitian ini secara umum dapat disimpulkan antara lain : sebelum dilakukan senam kaki diabetik hampir seluruhnya nyeri sedang 82% daripada nyeri ringan, sesudah dilakukan senam kaki diabetik hampir seluruhnya nyeri ringan 82% daripada nyeri sedang, dari uji analisa terdapat pengaruh senam kaki diabetik terhadap penurunan intensitas nyeri kaki pada penderita diabetes mellitus.
Akhtyo. 2004. Gambaran Klinis Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus.:Acta Medica Indosiana. Aru, Sudoyo W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta:Depertemen Ilmu Penyakit dalam. Charles, Kemp. 2009. Klien Sakit Terminal. Edisi 2. Jakarta:EGC. Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:EGC Ernawati. 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu.:Mitra Wacana Media. FKUI. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta:FKUI
DAFTAR PUSTAKA
SARAN Sesuai masalah dalam penelitian ini hasilnya dapat berguna bagi peneliti depannya metode penanganan 267
Jaime, Stocksger L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta:EGC. Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:Salemba Medika. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika. PERKENI. 2011. Konsesus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta:PB PERKENI. PERKENI. 2008. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2. Jakarta:PB PERKENI Potter , Perry. 2005. Fundamental KeperawatanKonsep, Proses danPraktik. Jakarta: EGC. Subekti. I. 2009. Pedoman penatalaksanaan diabetes mellitus. Jakarta:FKUI Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:ALFABETA. Tamsuri, A. 2007. Konsepdanpenatalaksanaannyer i.Jakarta : EGC. Yunir. 2005. Diabetes Mellitus. Jakarta: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA.
268