PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DI BEI Eln Yonantha
[email protected]
Siti Rokhmi Fuadati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of financial ratio to the changes in stock price in automotive companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The automotive companies’ samples have been selected by using purposive sampling. Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return On Equity, and Earnings Per Share are used as ratio. The data is in the form of financial statement which has been obtained from the sample company in 2008 – 2012. The result of research shows that Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return On Equity, dan Earning Per Share variables have a strong relation to the changes in stock price. The simultaneously Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return On Equity, dan Earning Per Share variables have significant influence to the changes in stock price. While, partially Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return On Equity variables have significant influence to the stock price changes. The Debt to Asset Ratio Variable has dominant influence to the changes in stock price. Keywords: Financial Ratio, Stock Price. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel perusahaan Otomotif dipilih secara Purposive Sampling. Rasio yang digunakan adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return On Equity, dan Earning Per Share. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dari perusahaan sampel periode 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return On Equity, dan Earning Per Share memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap perubahan harga saham. Variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return On Equity, dan Earning Per Share secara simultan berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan secara parsial Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return On Equity berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. Variabel Debt to Asset Ratio berpengaruh dominan terhadap perubahan harga saham. Kata kunci : Rasio Keuangan, Harga Saham.
PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi di suatu negara tidak terlepas dari peranan para pelaku ekonomi, yang terdiri dari konsumen, produsen, lembaga keuangan, pemerintah dan yang lainnya. Dalam situasi perekonomian pada saat sekarang ini para pelaku bisnis seperti perusahaan, membutuhkan sumber dana lain yang bisa diandalkan untuk keperluan jangka panjang agar mampu mempertahankan keberadaan usahanya dan juga agar perusahaan tetap bisa bersaing di pasaran dengan menciptakan inovasi-inovasi produk terbaru. Salah satu sumber dana lain ini bisa didapatkan melalui pasar modal, dengan ini pasar modal dapat digunakan sebagai sarana untuk mencari tambahan modal guna memperbaiki struktur permodalan di suatu perusahaan.
1
2 Menurut Tandelilin (2010:28) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas, sedangkan tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda utang (obligasi) atau bukti surat tanda kepemilikan (saham). Penerbitan saham merupakan salah satu pilihan dari suatu perusahaan ketika memutuskan untuk memperoleh tambahan dana. Selain itu, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih oleh para pemodal atau investor. Pada dasarnya transaksi yang dilakukan oleh para pemodal atau investor mempunyai tujuan tertentu diantaranya adalah dengan membeli atau memiliki saham akan mendapatkan keuntungan yaitu berupa dividen atau Capital Gain. Keputusan investasi merupakan salah satu masalah yang penting yang harus dihadapi para investor. Dalam melakukan investasi, investor harus mengetahui terlebih dahulu mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan informasi yang relevan dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian perusahaan juga harus memberikan informasi kepada para pemegang saham ataupun masyarakat umum tentang usaha mereka. Informasi tersebut sangat berguna sebagai dasar pertimbangan untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Informasi perusahaan dapat diperoleh melalui kondisi laporan keuangan perusahaan. Untuk menilai kondisi keuangan, kinerja dan prestasi perusahaaan diperlukan suatu analisis keuangan. Tolak ukur yang sering dipakai dalam analisis keuangan adalah perhitungan rasio, yang mana dengan menggabungkan data keuangan beberapa perusahaan. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio terhadap laporan keuangan sangat bermanfaat untuk dapat menilai keadaan atau kinerja dan perkembangan keuangan dari suatu perusahaan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS). Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang Debt to Asset Ratio Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, rasio ini juga menunjukkan efisiensi modal sendiri perusahaan. Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Harga suatu saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran. Semakin banyak investor yang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut akan bergerak naik. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak investor yang menjual saham maka harga saham tersebut akan cenderung turun. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan kendaraan yang ada semakin banyak dan berkembang pesat, produsen Otomotif berlomba-lomba dalam mengeluarkan
3 produk terbarunya sehingga industri Otomotif sangat dituntut untuk terus berinovasi dalam memproduksi produknya baik suku cadang, ban dan sebagainya. Di dalam melakukan inovasi diperlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga untuk mencukupi sumber dana tersebut, industri Otomotif dapat menghimpun dana dari sumber internal dan sumber eksternal. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan secara parsial, dan variabel bebas manakah yang memberikan pengaruh dominan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan secara parsial, dan untuk mengetahui variabel bebas manakah yang memberikan pengaruh dominan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Pengertian Laporan keuangan Laporan keuangan pada umumnya merupakan hasil dari suatu pencatatan transaksitransaksi yang terjadi pada perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan yang dibuat dan disusun harus sesuai dengan aturan standar yang berlaku. Setelah seluruh data transaksi dicatat selanjutnya dianalisis, sehingga dapat menjadi suatu informasi untuk mengetahui kondisi keuangan dan posisi perusahaan terkini. Laporan keuangan merupakan dasar untuk menentukan langkah apa yang akan diambil oleh perusahaan untuk saat sekarang ini dan kedepannya, dengan melihat berbagai persoalan yang timbul baik kelemahan ataupun kelebihan yang dimiliki. Menurut Harahap (2013:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Kasmir (2013:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau terkini dalam suatu periode tertentu. Kondisi perusahaan terkini adalah keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013:28) Secara umum jenis-jenis laporan keuangan yaitu : (1) Neraca, merupakan laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan yang dimaksud berupa posisi jumlah dan jenis aktiva (harta), kewajiban (utang) dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. (2) Laporan Laba Rugi, merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh, dan juga tergambar jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Laporan laba rugi dibuat dalam siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan untung atau rugi. (3) Laporan Perubahan Modal,
4 merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan. (4) Laporan Arus Kas, merupakan laporan keuangan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode tertentu. (5) Laporan Catatan atas Laporan Keuangan, merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Pengertian Rasio Keuangan Bagi investor pada umumnya lebih banyak tertarik kepada investasi jangka pendek dan jangka menengah. Para investor juga melihat kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tentang kodisi keuangan perusahaan dapat diketahui dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Harahap (2013:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Menurut Kasmir (2013:104) rasio keuangan merupakan kegiatan yang membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan, kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2013:110) untuk mengukur kondisi atau kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan analisis perhitungan rasio keuangan. Jenis-jenis rasio keuangan sebagai berikut : (1) Rasio Likuiditas, adalah rasio untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Jenis-jenis rasio likuiditas : a) Current Ratio, b) Quick Ratio, c) Cash Ratio. (2) Rasio Solvabilitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Jenis-jenis rasio solvabilitas : a) Debt to Asset Ratio, b) Debt to Equity Ratio, c) Times Interest Earned, d) Fixed Charge Coverage. (3) Rasio Aktivitas, digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva atau pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya). Jenis-jenis rasio aktivitas : a) Inventory Turn Over, b) Receivable Turn Over, c) Total Asset Turn Over, d) Fixed Asset Turn Over, e) Working Capital Turn Over. (4) Rasio Profitabilitas, merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. hal ini ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari pejualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Jenis-jenis rasio profitabilitas : a) Profit Margin Ratio, b) Net Profit Margin Ratio, c) Return On Invesment, d) Return On Invesment dengan Pendekatan Du Pont, e) Return On Equity. (5) Rasio Pertumbuhan, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di
5 tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham. (6) Rasio Nilai Pasar, merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi. Jenis-jenis rasio nilai pasar yaitu : a) Earning Per Share, b) Price Earning Ratio. Pengertian Saham Menurut Sjahrial (2012:19) saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari perusahaan, dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka dia juga menjadi pemilik ataupun juga sebagai pemegang saham perusahaan. Saham ada dua macam yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk. Pada saat ini saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut. Harga Saham Menurut Sunariyah (2011:166) keputusan membeli saham terjadi bila perkiraan suatu saham di bawah harga pasar. Untuk menentukan harga saham, pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham. Tujuan analisis saham untuk menilai apakah penetapan harga saham suatu perusahaan ditawarkan secara wajar atau tidak. Jenis-Jenis Saham Menurut Tandelillin (2010:32) jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal adalah sebagai berikut : (1) Saham Preferen (Preferred Stock), merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut Preffered (dilebihkan), pembagian deviden kepada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa. (2) Saham Biasa, menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham biasa suatu perusahaan mempunyai hak suara proposional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Indeks LQ-45 Menurut Tandelilin (2010:87) intensitas transaksi setiap sekuritas berbeda-beda, sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan aktif diperdagangkan di pasar modal, namun sebagian sekuritas lainnya relatif sedikit frekuensi transaksi dan cenderung bersifat pasif. Indeks LQ-45 terdiri dari 45 saham di Bursa Efek Indonesia dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria yang digunakan untuk memilih sebagai berikut : (1) Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler. (2) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar. (3) Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia paling sedikit tiga bulan. (4) Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi, dan jumlah hari transaksi di pasar reguler. Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:135) dari hasil pengukuran apabila Current Ratio rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja
6 terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis. Semakin besar Current Ratio maka akan mempengaruhi investor dalam membeli saham dan hal ini akan meningkatkan harga saham. Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:157) rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, apabila rasio yang rendah, maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil. Hubungan Debt to Asset Ratio (DAR) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:156) dari hasil pengukuran Debt to Asset Ratio apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak. Maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rata-rata industri yang sejenis. Hubungan Return On Equity (ROE) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:204) rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik artinya perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya semakin rendah rasio ini semakin jelek artinya perusahaan semakin menurun. Menurut Hanafi dan Halim (2012:82) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun Capital Gain untuk pemegang saham. Hubungan Earning Per Share (EPS) Terhadap Perubahan Harga Saham Menurut Kasmir (2013:207) rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, pengembalian akan tinggi. Semakin tinggi nilai EPS maka hal ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan telah mampu mensejahterahkan para pemegang sahamnya dan apabila rasio ini rendah maka perusahaan belum bisa memberikan keuntungan yang maksimal. Penelitian Terdahulu Adhita (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, Suku Bunga, dan
7 Perubahan Earning After Tax tehadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan Δ EAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham adalah signifikan. Pada uji parsial variabel bebas Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan Δ EAT menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham adalah Return On Asset (ROA) dan Inflasi. Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh dominan adalah Inflasi. Respatia (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh analisis Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA), Net Working Capital Ratio tehadap harga saham industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil penelitian, pengujian hipotesis variabel Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA), Net Working Capital Ratio secara parsial berpengaruh terhadap harga saham kelompok industri Manufaktur di BEJ 2001-2003, ternyata tidak sepenuhnya teruji kebenarannya, hal tersebut ditunjukkan oleh adanya satu variabel yang tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham pada kelompok Manufaktur, yaitu Return On Equity (ROE), dan dua variabel bebas lain yaitu Economic Value Added (EVA), Net Working Capital Ratio memiliki pengaruh terhadap harga saham pada kelompok industri Manufaktur di BEJ. Model Penelitian Berdasarkan rumusan masalahan yang telah dikemukakan, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut gambar model penelitian :
Current Ratio
Debt to Equity Ratio Debt to Asset Ratio
Perubahan Harga Saham
Return On Equity
Earning Per Share
Sumber : Diolah Peneliti Keterangan :
= Pengaruh Secara Simultan = Pengaruh Secara Parsial = Pengaruh Dominan Gambar 1 Model Penelitian
Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan teoretis yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : (1)
8 Apakah terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (2) Apakah terdapat pengaruh secara parsial pada variabel Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (3) Variabel Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh dominan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional yang merupakan penelitian dengan mencari korelasi atau hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuannya untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme (memandang realitas/ gejala/fenomena), digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2013:13) Gambaran dari Populasi (objek) Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun populasi dalam penelitian ini terdapat dua belas (12) perusahaan Otomotif yaitu PT. Astra Internasional Tbk, PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Goodyear Indonesia Tbk, PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, PT. Indo Kordsa Tbk, PT. Indospring Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Multistrada Arah Sarana Tbk, PT. Nipress Tbk, PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk. Teknik pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti terhadap objek yang akan diteliti. Berikut kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti : (1) Sampel yang dipilih adalah perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masih listing sampai dengan tahun 2012. (2) Data laporan keuangan perusahaan Otomotif tersedia di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. (3) Perusahaan Otomotif yang masuk ke dalam kategori saham unggulan LQ-45 periode 2008-2012. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka sampel perusahaan Otomotif yang digunakan adalah : a) Astra Internasional Tbk, b) PT. Gajah Tunggal Tbk. Teknik Pengumpulan Data Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter yaitu jenis data yang berupa arsip yang memuat semua transaksi yang terjadi pada suatu perusahaan, sedangkan sumber data penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan keuangan perusahaan Otomotif yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Dokumen yang dimaksud
9 yaitu berupa laporan keuangan (laporan neraca, laporan laba rugi dan harga saham) dari perusahaan yang akan diteliti. Variabel yang digunakan adalah variabel terikat (Dependent Variable) yaitu perubahan harga saham, dan variabel bebas (Independent Variable) yaitu rasio-rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS). Variabel dan Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam pembahasan sebagai berikut : (1) Variabel Terikat (Dependent Variable), Perubahan Harga Saham merupakan hasil selisih antara harga saham periode sebelumnya dengan harga saham periode saat ini. (2) Variabel Bebas (Independent Variable), a) Current Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. b) Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. c) Debt to Asset Ratio, merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. d) Return On Equity, digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. e) Earning Per Share, adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif, yaitu dengan menganalisis melalui pengukuran data yang berupa angka dengan metode statistik, dan perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Program for Social Science) 17. Tahapan awal dalam analisis data sebagai berikut : 1. Menghitung Variabel bebas yang terdiri dari : Aktiva Lancar a) Current Ratio (CR) = Utang Lancar Total Utang b) Debt to Equity Ratio (DER) = Ekuitas Total Utang c) Debt to Asset Ratio (DAR) = Total Aktiva Earning After Interest and Tax (EAT) d) Return On Equity (ROE) = Ekuitas Earning After Interest and Tax (EAT) e) Earning Per Share (EPS) = Jumlah Saham Beredar 2. Menghitung perubahan harga saham dengan menggunakan harga saham penutupan (Clossing Price) pada akhir tahun 2008-2012. Pt - Pt - 1 Harga Saham = Pt - 1 Dimana : Pt : Penutupan Harga Saham Periode Ini Pt-1 : Penutupan Harga Saham Periode Sebelumnya
10 3. Mengevaluasi signifikasi Variable Independent terhadap Variable Dependent menggunakan uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS (Statistical Program for Social Science) 17. Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Misbahuddin dan Hasan (2013:159) bahwa uji regresi linier berganda digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien regresinya. Model statistik yang dipakai adalah model regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut : (Sugiyono, 2013:277)
HS ̂ = a + b 1 CR + b 2 DER + b 3 DAR + b 4 ROE + b 5 EPS + e Dimana : = Perubahan Harga Saham HS ̂ a = Konstanta CR = Current Ratio DER = Debt to Equity Ratio DAR = Debt to Asset Ratio ROE = Return On Equity EPS = Earning Per Share e = Komponen Pengganggu b 1 , b 2 , b 3 , b 4 , b 5 = Koefisien regresi untuk variabel bebas Syarat uji regresi adalah data harus memenuhi prinsip BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil yang umum merupakan suatu model regresi yang dapat memberikan nilai estimasi atau prakiraan linier tidak bias yang paling baik. Menurut Wibowo (2012:61) untuk memperoleh BLUE syarat-syarat yang harus ada pada data, yaitu meliputi : (1) Uji Normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah nilai residu (perbedaan yang ada) yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan histogram Regression residual yang sudah distandarkan, dengan menggunakan Nilai Kolmogorov-Smirnov. Kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan normal jika menggunakan nilai probability Sig (2 Tailed )> α , Signifikansi>0,050. (2) Uji Multikolinieritas, yaitu di dalam regresi tidak boleh terjadi multikolinieritas, maksudnya tidak boleh ada korelasi atau hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas yang membentuk persamaan tersebut, jika pada model persamaan tersebut terjadi gejala multikolinieritas berarti sesama variabel bebasnya terjadi korelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala miltikolinearitas adalah dengan cara melihat hasil uji Variance Inflation factor (VIF). Apabila nilai VIF kurang dari 10, menunjukkan bahwa model tidak terjadi gejala multikolinearitas. (3) Uji Autokorelasi, digunakan untuk suatu tujuan yaitu mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota serangkaian data yang diobservasi dan dianalisis menurut ruang atau menurut waktu atau Time Series. Uji ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya korelasi residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain pada model. Uji autokorelasi yang paling umum yaitu dengan menggunakan metode Durbin-Watson. Cara yang dapat digunakan adalah dengan menilai tingkat probabilitasnya, jika probabilitas nilai Durbin-Watson>0,050, maka dapat dipastikan model tersebut tidak mengalami gejala autokorelasi. (4) Uji Heteroskedastisitas, merupakan suatu model yang dikatakan memiliki problem heteroskedastisitas itu berarti ada atau terdapat varian dalam model yang tidak sama. Gejala ini dapat pula diartikan
11 bahwa dalam model terjadi ketidaksamaan varian residual pada pengamatan model regresi tersebut. Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah Variable Dependent berpengarh terhadap Variable Independent secara simultan dan parsial, maka dilakukan pengujian uji F dan uji t.: (1) Uji F, yaitu uji statistik bagi koefisien regresi secara bersamasama mempengaruhi variabel terikat. (2) Uji t, menurut Wibowo (2012:133) untuk menguji hipotesis dengan cara melihat tingkat signifikansi, jika hasil nilai probabilitasnya memiliki nilai signifikansi<0,050 maka model memiliki pengaruh signifikan. (3) Koefisien Determinasi (R2), menurut Setiwan dan Dwi (2010:64) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana ketepatan atau kecocokan garis regresi yang terbentuk dalam mewakili data hasil observasi. Koefisien determinasi menggambarkan bagian dari variasi total yang dapat diterangkan oleh model. Semakin besar nilai R2 (mendekati 1) maka ketepatannya dikatakan semakin baik. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang diperoleh melalui bantuan program komputer dengan menggunakan SPSS (Statistical Program for Social Science) 17, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data yang diolah berdistribusi normal atau tidak dan juga memenuhi standar statistik yang berhubungan dengan regresi linier berganda, maka dilakukan pengujian dengan metode Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik. a. Pendekatan Kolmogorov Smirnov Dasar pengambilan keputusan untuk menentukan apakah berdistribusi normal atau tidak normal data yang diolah, yaitu sebagai berikut : (1) Nilai Sig>0,050 maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal. (2) Nilai Sig<0,050 maka data tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal. Hasil Uji Normalitas dengan bantuan program SPSS, terlihat pada tabel 1. Tabel 1 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N Normal parameters
10 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute
0,0000000 0,24122338 0,201
Positive
0,121
Negative
-0,201
Test Statistic
0,636
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,814
a. Test Distribution is Normal b. Calsulated From Data Sumber : Hasil Output SPSS
12 Berdasarkan hasil dari pengolahan data dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,814>0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut dinyatakan berdistribusi normal dan terhindar dari gangguan uji asumsi klasik normalitas. b. Pendekatan Grafik Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal atau tidak normal di dalam analisis regresi. Untuk mengetahuinya dengan cara melihat penyebaran titik atau data pada sumbu diagonal yang ada pada grafik, dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut : 1) Jika titik atau data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka regresi tersebut dinyatakan memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika titik atau data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka regresi tersebut dinyatakan tidak memenuhi asumsi normalitas.
Sumber : Hasil Output SPSS Gambar 2 Grafik Pengujian Normalitas Data
Dari grafik di atas penyebaran data atau titik berada di sekitar garis diagonal, maka dengan ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan berdistribusi normal. Dengan kata lain distribusi data atau titik telah mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum Prob) dengan sumbu X (Observed Cum Prob). Dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik, model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinieritas Merupakan uji yang digunakan untuk mendeteksi apakah terjadi gejala multikolinieritas atau tidak yaitu dengan melihat pada nilai VIF (Variance Inflation Factor) dalam hasil penelitian. Jika pada model persamaan tersebut terjadi gejala multikolinieritas berarti sesama variabel bebasnya terjadi korelasi. Berikut ini hasil dari uji multikolinieritas terlihat pada tabel 2.
13 Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel
Current Ratio Debt to Equity Ratio Debt to Asset Ratio Return On Equity Earning Per Share
Collinearity Statistics
Keterangan
Tolerance
VIF
0,218
4,615
Bebas Multikolinieritas
0,173
5,781
Bebas Multikolinieritas
0,115
8,724
Bebas Multikolinieritas
0,338
2,956
Bebas Multikolinieritas
0,512
1,952
Bebas Multikolinieritas
Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) tidak memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang melebihi dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semua variabel bebas terhindar dari masalah multikolnieritas. Uji Autokorelasi Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah melihat nilai Durbin-Watson. Uji autokorelasi Durbin-Watson dimaksudkan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika diketahui adanya korelasi, maka dinyatakan telah terjadi masalah autokorelasi. Dari hasil pengolahan data SPSS 17 diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,628. Berikut ini hasil dari uji autokorelasi terlihat pada tabel 3. Tabel 3 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Durbin-Watson 2,628 a Predictors: (Constant), EPS, ROE, CR, DER, DAR b Dependent Variable: Perubahan Harga Saham Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil dari pengolahan data dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas Durbin-Watson sebesar 2,628>0,050, maka dapat dipastikan bahwa model tersebut tidak mengalami gejala autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas yaitu jika sebaran titik berada diatas dan dibawah angka (0) nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola yang jelas, maka dapat dikatakan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas sebagai berikut :
14
Sumber : Hasil Output SPSS Gambar 3 Hasil Pengujian Heterokedastisitas
Berdasarkan hasil dari pengolahan data pada gambar 3 terlihat bahwa pola penyebaran titik berada diatas dan di bawah pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak terjadi adanya gangguan heteroskedastisitas, sehingga model analisis ini layak untuk dilakukan analisis regresi. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel yang digunakan dalam model penelitian yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE, dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham. Adapun hasil pengolahan data yang menggunakan bantuan program SPSS 17 terlihat pada tabel 4. Tabel 4 Hasil Perhitungan Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Coeficients Model 1
B
Std. Error
1,443
1,635
CR
0,102
0,014
DER
-1,456
0,302
DAR
38,314
4,047
ROE
-14,844
3,635
EPS
-0,001
0,002
(Constant)
a Predictors: (Constant), EPS, ROE, CR, DER, DAR b Dependent Variable: Perubahan Harga Saham Sumber : Hasil Output SPSS
Standardized Coeficients Beta
1,585 -1,073 2,693 -0,651 -0,089
t
Sig. 0,882
0,427
7,954
0,001
-4,812
0,009
9,468
0,001
-4,083
0,015
-0,690
0,528
15 Berdasarkan hasil dari pengolahan data, persamaan regresi menunjukkan ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari data tabel diperoleh hasil persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : HS ̂ = 1,443 + 0,102 CR - 1,456 DER + 38,314 DAR - 14,844 ROE - 0,001 EPS + e
Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Konstanta ( α ), besarnya nilai konstanta ( α ) adalah 1,443 menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) = 0, maka variabel perubahan harga saham sebesar 1,443. 2. Koefisien Regresi Current Ratio, besarnya nilai b 1 adalah 0,102 menunjukkan arah hubungan Positif (Searah) antara Current Ratio dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa jika variabel Current Ratio meningkat maka akan diikuti dengan kenaikan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat Current Ratio naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan naik, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 3. Koefisien Regresi Debt to Equity Ratio, besarnya nilai b 2 adalah -1,456 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara Debt to Equity Ratio dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa jika variabel Debt to Equity Ratio meningkat maka akan diikuti dengan penurunan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat Debt to Equity Ratio naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan menurun, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 4. Koefisien Regresi Debt to Asset Ratio, besarnya nilai b 3 adalah 38,314 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara Debt to Asset Ratio dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa jika variabel Debt to Asset Ratio meningkat maka akan diikuti dengan peningkatan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat Debt to Asset Ratio naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan ikut naik, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 5. Koefisien Regresi Return On Equity, besarnya nilai b 4 adalah -14,844 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara Return On Equity dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa jika variabel Return On Equity meningkat maka akan diikuti dengan penurunan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat Return On Equity naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan menurun, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. 6. Koefisien Regresi Earning Per Share, besarnya nilai b 5 adalah -0,001 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara Earning Per Share dengan perubahan harga saham. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa jika variabel Earning Per Share meningkat maka akan diikuti dengan penurunan perubahan harga saham. Dengan kata lain jika tingkat Earning Per Share naik sebesar satu satuan maka perubahan harga saham akan menurun, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Analisis Koefisien Determinasi dan Korelasi Hasil pengolahan data uji koefisien korelasi dan koefisien determinasi terlihat pada tabel 5.
16
Tabel 5 Hasil perhitungan Koefisien Determinasi dan Korelasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,983a
,966
,923
,3768351
a Predictors: (Constant), EPS, ROE, CR, DER, DAR b Dependent Variable: Harga Saham Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil dari pengolahan data, koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan R sebesar 0,983 atau 98,3% yang artinya bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap variabel terikat yaitu perubahan harga saham secara simultan atau bersama-sama memiliki hubungan yang sangat kuat, sedangkan hasil koefisien determinasi (R Square) ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,966 atau 96,6% menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan terhadap perubahan harga saham adalah sebesar 96,6%, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi. Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis, dilakukan uji signifikan simultan uji F dan uji signifikan parsial uji t. Pengujian Signifikan Uji F Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan atau bersama-sama terhadap perubahan harga saham dengan tingkat signifikan α = 0,050 ( α =5%). Adapun hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 terlihat pada tabel 6. Tabel 6 ANOVAa Sum Of Squares
df
Mean Squares
F
Sig.
Reggresion
15,941
5
3,188
22,451
0,005a
Residual
0,568
4
0,142
Total
16,509
9
Model 1
a Predictors: (Constant), EPS, ROE, CR, DER, DAR b Dependent Variable: Perubahan Harga Saham Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil output maka dapat diketahui bahwa secara bersama-sama atau simultan Variable Independent berpengaruh signifikan terhadap variable Dependent. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai tingkat signifikan 0,005 < 0,050, dengan demikian variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
17 Pengujian Signifikan Uji t Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial atau individu untuk mengetahui apakah variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap perubahan harga saham dengan tingkat signifikan 0,050 ( α =5%). Adapun hasil pengolahan data yang menggunakan bantuan program SPSS 17 terlihat pada tabel 7. Tabel 7 Hasil Uji t dan Tingkat Signifikan Variabel
thitung
Sig
Keterangan
Current Ratio
7,954
0,001
Signifikan
Debt to Equity Ratio
-4,812
0,009
Signifikan
Debt to Asset Ratio
9,468
0,001
Signifikan
Return On Equity
-4,083
0,015
Signifikan
Earning Per Share
-0,690
0,528
Tidak Signifikan
Sumber : Hasil Output SPSS
a. Uji Parsial Pengaruh Current Ratio Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikan 0,050 ( α =5%), diperoleh hasil perhitungan nilai signifikan Current Ratio sebesar 0,001<0,050, maka menunjukkan pengaruh Current Ratio terhadap perubahan harga saham secara parsial yaitu signifikan. b. Uji Parsial Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikan 0,050 ( α =5%), diperoleh hasil perhitungan nilai signifikan Debt to Equity Ratio sebesar 0,009<0,050, maka menunjukkan pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap perubahan harga saham secara parsial yaitu signifikan. c. Uji Parsial Pengaruh Debt to Asset Ratio Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikan 0,050 ( α =5%), diperoleh hasil perhitungan nilai signifikan Debt to Asset Ratio sebesar 0,001<0,050, maka menunjukkan pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap perubahan harga saham secara parsial yaitu signifikan. d. Uji Parsial Pengaruh Return On Equity Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikan 0,050 ( α =5%), diperoleh hasil perhitungan nilai signifikan Return On Equity sebesar 0,015<0,050, maka menunjukkan pengaruh Return On Equity terhadap perubahan harga saham secara parsial yaitu signifikan. e. Uji Parsial Pengaruh Earning Per Share Terhadap Perubahan Harga Saham Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikan 0,050 ( α =5%), diperoleh hasil perhitungan nilai signifikan Earning Per Share sebesar 0,528>0,050, maka menunjukkan pengaruh Earning Per Share terhadap perubahan harga saham secara parsial yaitu tidak signifikan. Koefisien Determinasi Parsial Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh dominan dari variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per
18 Share (EPS) terhadap perubahan harga saham. Tingkat koefisien determinasi dari masingmasing variabel terlihat pada tabel 8. Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Parsial Variabel
Nilai r
Current Ratio
7,954
Debt to Equity Ratio
-4,812
Debt to Asset Ratio
9,468
Return On Equity
-4,083
Earning Per Share
-0,690
R2 63,266 23,155 89,643 16,670 0,4761
Sumber : Hasil Output SPSS
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi parsial maka diperoleh nilai koefisien determinasi parsial dengan penjelasan sebagai berikut : a. Koefisien determinasi parsial variabel Current Ratio = 63,266 artinya sekitar 63,26% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel Current Ratio terhadap perubahan harga saham. b. Koefisien determinasi parsial variabel Debt to Equity Ratio = 23,155 artinya sekitar 23,15% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel Debt to Equity Ratio terhadap perubahan harga saham. c. Koefisien determinasi parsial variabel Debt to Asset Ratio = 89,643 artinya sekitar 89,64% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel Debt to Asset Ratio terhadap perubahan harga saham. d. Koefisien determinasi parsial variabel Return On Equity = 16,670 artinya sekitar 16,67% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel Return on Equity terhadap perubahan harga saham. e. Koefisien determinasi parsial variabel Earning Per Share = 0,4761 artinya sekitar 0,47% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel Earning Per Share terhadap perubahan harga saham. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari penelitian ini sebagai berikut : (1) Secara simultan atau bersama-sama variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, karena nilai signifikannya sebesar 0,005<0,050. (2) Secara parsial variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity (ROE)) berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh tidak signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena nilai signifikan Earning Per Share sebesar 0,528 > 0,050. (3) Dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh dominan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
19 Indonesia, karena Debt to Asset Ratio (DAR) mempunyai nilai koefisien determinasi parsialnya paling besar yaitu 89,643 (89,64%). Saran Dari hasil analisis dan kesimpulan maka peneliti menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : (1) Bagi perusahaan perhitungan rasio–rasio yang ada dapat digunakan sebagai tingkat pengukuran perubahan harga saham. Dengan demikian manajemen perusahaan dapat mempertimbangkan kinerja perusahaannya dengan baik, karena dengan meningkatnya kinerja perusahaan maka diprediksikan harga saham perusahaan juga akan mengalami peningkatan dan juga perusahaan akan bisa memperoleh keuntungan yang maksimum. (2) Bagi para investor hasil perhitungan rasio keuangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan apakah akan menanamkan modalnya atau tidak, agar nantinya investor mendapat keuntungan yang diharapkan, dan bagi calon investor analisa ini juga dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan. (3) Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tambahan informasi tentang rasio keuangan pada perusahaan Otomotif bagi pihak-pihak yang membutuhkan selain informasi yang tersedia di Bursa Efek Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Adhita, L. D. 2013. Pengaruh Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, Suku Bunga, dan Perubahan Earning After Tax tehadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Surabaya. Fahmi, I. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Penerbit Alfabeta. Bandung. Fahmi, I. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Alfabeta. Bandung. Hanafi, M. M dan Halim, A. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Harahap, S. S. 2013. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Misbahuddin dan Hasan, I. 2013. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Edisi Kedua. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Respatia, W. 2006. Pengaruh Rasio Keuangan Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Semen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Unesa 1 (3):1-19. Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Penerbit Erlangga. Jakarta. Setiawan dan Dwi, E. K. 2010. Ekonometrika. Penerbit Andi. Yogyakarta. Sjahrial, D. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi. Edisi Pertama. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Wibowo, E. A. 2012. Aplikasi Praktis SPSS dalam Penelitian. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.