PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA INFLUENCE OF FINANCIAL RATIOS TO PREDICT PROFIT GROWTH Ince Sitti Gina Aulia Prodi S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan penyedia listrik di Malaysia periode tahun 2009-2013. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Total Assets Turnover (TAT), Debt to Equity Ratio (DER), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan pertumbuhan laba sebagai variabel dependen. Populasi sebanyak tiga perusahaan dengan sampel yang dipakai adalah keseluruhan populasi. Analisis menggunakan teknik regresi data panel dengan model common effect yang diolah menggunakan aplikasi eviews 8. Dari hasil penelitian diketahui bahwa baik secara parsial maupun secara simultan rasio-rasio keuangan dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan penyedia listrik di Malaysia periode 2009-2013 Kata kunci: CR, TAT, DER, GPM, ROA Abstract This research is conducted to examine the influence of financial ratios against profit growth at electric utility companies in Malaysia for the financial year 2009-2013. Variables used in this study are Current Ratio (CR), Total Assets Turnover (TAT), Debt to Equity Ratio (DER), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), and profit growth as dependent variable. Objects in this research are electric utility companies in Malaysia with total population of three companies and the selected sample are all of that. Panel regression analysis method is used with common effect model that processed using eviews 8 application. The upshot is that neither partially nor simultaneously the financial ratios used in this research have non-significant influence in predicting profit growth at electric utility company in Malaysia for the financial year 2009-2013. Keywords: CR, TAT, DER, GPM, ROA 1.
Pendahuluan Listrik merupakan sumber energi sekunder bagi manusia di era modern ini. Peran listrik telah mengubah kehidupan masyarakat khususnya yang tinggal di daerah perkotaan. Kemajuan teknologi telah menimbulkan peningkatan konsumsi listrik yang menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap listrik dimana seolah-olah timbul paradigma baru bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa listrik. Malaysia pernah mengalami pengalaman buruk dengan adanya blackout nasional pada tahun 1996, saat itu hampir semua bagian negara Malaysia mati listrik, penyebabnya adalah salah satu pembangkit terbesar keluar dari sistem, sehingga sistem mengalami ketidakseimbangan. Sebelum adanya kejadian blackout nasional di Semenanjung Malaysia, pengelolaan listrik di Malaysia murni monopoli dari Tenaga Nasional Berhad (TNB). Demi menjaga keberlangsungan industri dan memacu pertumbuhan ekonomi, akhirnya Pemerintah Mahatir Muhamad saat itu membuka kesempatan kepada swasta untuk membangun pembangkit listrik dengan sistem IPP (Independent Power Producer). Malaysia adalah sebuah Negara federasi yang terdiri dari tiga belas Negara bagian dan tiga wilayah persekutuan yang tersebar di dua daratan di wilayah Asia Tenggara. Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan, yaitu Malaysia Barat (Johor, Kedah, Kelantan, Melaka, Negeri Sembilan, Pahang, Perak, Perlis, Pulau Pinang, Selangor, dan Trengganu) dan Malaysia Timur (Sabah dan Sarawak). Hingga saat ini listrik di Malaysia dikelola oleh tiga lembaga yang beroperasi sesuai dengan wilayah persekutuannya masing-masing, yaitu Tenaga Nasional Berhad (TNB) yang merupakan perusahaan penyedia listrik dengan kegiatan inti membangkitkan, mentransmisikan, dan mendistribusikan listrik di wilayah bagian barat Malaysia dan wilayah persekutuan Sabah (melalui Sabah Electricity Sdn. Bhd.). Selain Tenaga Nasional Berhad dan Sabah Electricity Sdn. Bhd. (SESB) terdapat satu lagi perusahaan penyedia listrik di Malaysia yaitu Sarawak Energy Berhad (SEB). Ketiga perusahaan tersebut memiliki aktivitas yang sama yaitu membangkitkan, mentransmisikan, dan mendistribusikan listrik.
Total kapasitas pembangkit di Malaysia adalah 24.257 MW, terdiri atas tiga sistem kelistrikan yaitu Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak. Permintaan listrik di Malaysia terkonsentrasi di Semenanjung Malaysia, yaitu 90% dari keseluruhan demand di negara tersebut (taroada.com). TNB merupakan utilitas listrik terbesar di Malaysia dan juga merupakan perusahaan energi terkemuka di Asia (www.inquirer.net). Perusahaan ini juga telah terdaftar di Bursa Malaysia dengan aset sekitar RM 87 juta, sedangkan SESB sampai saat ini belum memutuskan untuk go public. Saat ini SESB dimiliki oleh Tenaga Nasional Berhad (TNB) dan Kerajaan Sabah dengan persentase kepemilikan masing-masing 80% dan 20%. Sedangkan SEB saat ini dimiliki sepenuhnya oleh kerajaan Sarawak. Dalam beberapa penelitian terdahulu telah dianalisis pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba, namun tidak semua rasio keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Rasio keuangan yang paling sering digunakan dengan hasil yang berbeda adalah Current Ratio (CR), Total Assets Turnover (TAT), Debt to Equity Ratio (DER), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE). Rasio-rasio tersebut paling sering diteliti karena hasil setiap penelitian tidak selalu sama. Prasetiono dan Hapsari (2009) meyimpulkan bahwa GPM dan TAT memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Syamsudin dan Primayuta (2009) juga menyatakan bahwa TAT memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Berbeda halnya dengan Gani dan Indira (2011) dan Wibowo dan Pujiati (2011) yang menyimpulkan bahwa ROE, ROA, dan TAT memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan dalam penelitian Syamni dan Martunis (2013) ditemukan bahwa ROE dan ROA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut terbukti bahwa setiap rasio keuangan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan laba. Dengan ketidakkonsistenan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai rasio keuangan, khususnya yang menyangkut kegunaannya dalam memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PENYEDIA LISTRIK DI MALAYSIA PERIODE 2009-2013” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba di waktu yang akan datang. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak terkait khususnya bagi pihak internal perusahaan diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama dalam rangka memaksimalkan laba perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini, selain itu bagi perusahaan penyedia listrik dalam negeri diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan penyedia listrik di negara tetangga dan dapat dijadikan acuan untuk mengelola dan memprediksi laba perusahaan agar dapat berada sejajar atau diatasnya. 2.
Dasar Teori dan Metode Penelitian Analisis rasio merupakan sebuah metode yang menyatakan hubungan Antara dua elemen dalam laporan keuangan, dan memberikan teknik yang nyaman untuk melakukan analisis keuangan (Zimmerer dkk, 2009:124). Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan menggunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk diterapkan (Fahmi 2012:49). Menurut Harmono (2009:106) Pada umumnya penilaian kinerja didasarkan pada analisis rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam praktik mencakup rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR, TAT, GPM, NPM, ROA, dan ROE. Kelima rasio tersebut dianalisis pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba perusahaan baik secara bersamaan (simultan) maupun secara individual (parsial). Berikut ini adalah gambar kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.1 Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio (CR), Total Assets Turnover (TAT), Debt to Equity Ratio (DER), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) dan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba. 2.2 Populasi dan Sampel Menurut Darmawan (2013:137) populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan penyedia listrik di Negara Malaysia, yaitu Sabah Electricity Sdn. Bhd. (SESB), Tenaga Nasional Berhad (TNB), dan Sarawak Energy Berhad (SEB). Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. (Abdurahman dan Muhidin, 2011:119) Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu pengambilan data yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya (Asnawi dan Wijaya, 2005:254) Kriteria sampel yang digunakan adalah perusahaan penyedia listrik di Malaysia yang memiliki laporan keuangan selama tahun 2009-2013 Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Sampel tersebut adalah Tenaga Nasional Berhad (TNB), Sabah Eectricity Sdn. Bhd. (SESB), dan Sarawak Energy. 2.3 Teknik Analisis Data 2.4.1 Regresi Data Panel Menurut Nachrowi dan Usman (2006:309) model regresi data panel adalah teknik pemodelan terhadap data beberapa individu yang dikumpulkan dari waktu ke waktu menggunakan kombinasi analisis cross-sectional dan time series. Bentuk umum regresi data panel dapat ditulis sebagai berikut: Yit = α + βXit + εit 2.4.2 Pengujian Model Uji Chow Uji Chow digunakan untuk menentukan model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji Chow adalah: H0 : Common Effect Model atau Pooled OLS H1 : Fixed Effect Model Uji Hausman Uji Hausman digunakan untuk memilik apakah Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan pada regresi data panel. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model 2.4 Model Regresi Data Panel 2.5.1 Pooled Least Square (PLS) PLS secara sederhana menggabungkan seluruh data time series dan cross-section (Ajija dkk, 2011:51). Model data panel yang digunakan dalam PLS adalah: Yit = β1 + β2+ β3X3it + ... + βnXnit + µit 2.5.2 Fixed Effect Menurut Ajija dkk, (2011:51) pendekatan Fixed Effect memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted-variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau crosssection. Model dengan Fixed Effect menambahkan variabel dummy untuk mengizinkan adanya perubahan intercept tersebut. Berikut ini adalah model umum Fixed Effect: Yit = α1 + α2D2 + … + αnDn + β2X2it + … + βnXnit + µit 2.5.3 Random Effect Pada model Fixed Effect perbedaan antarindividu dan/atau waktu dicerminkan melalui intercept, sedangkan pada model Random Effect perbedaan tersebut diakomodasi melalui error. Teknik Random Effect memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross-section (Nachrowi dan Usman, 2006:311). Model data panel untuk metode Random Effect adalah: Yit = β1 + β2X2it + ... + βnXnit + εit + µit 2.5 Pengujian Hipotesis 2.6.1 Uji Statistik R2 Uji koefisien determinasi R2 atau R2 adjusted menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat. Nilai R2 atau R2 adjusted berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik nilainya yang berarti variasi dalam variabel independen dapat dijelaskan oleh variabel dependen. 2.6.2 Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial) Uji t merupakan pengujian terhadap koefisien dari variabel penduga atau variabel bebas. Koefisien penduga harus berbeda dari nol secara signifikan atau p-value sangat kecil. 2.6.3 Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan) Uji F atau uji model secara keseluruhan (simultan) dilakukan untuk melihat apakah semua koefisien regresi berbeda dengan nol atau model diterima.
3. Pembahasan 3.1 Deskripsi Variabel Penelitian 3.1.1 Current Ratio Perusahaan yang memiliki nilai CR terbesar selama periode tahun 2009-2013 adalah TNB dengan nilai 206% pada tahun 2009, pada periode tersebut perusahaan melakukan peminjaman jangka pendek yang lebih rendah dibandingkan dengan periode lainnya sehingga nilai CR tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi utang jangka pendeknya setiap RM 100 dengan menggunakan aktiva lancarnya sebesar RM 206. Perusahaan yang memiliki CR terkecil adalah SESB pada tahun 2009 dengan nilai 52%, hal itu dapat terjadi karena pada tahun tersebut perusahaan memiliki saldo kas dan deposito yang paling kecil selama periode penelitian. TNB memiliki nilai CR yang selalu berada di atas rata-rata industri, sebaliknya SESB dan SEB selalu berada di bawah rata-rata industri, hal tersebut mengindikasikan bahwa TNB memiliki tingkat likuiditas yang paling baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya. 3.1.2 Total Asset Turnover Nilai TAT tertinggi dalam penelitian ini dimiliki oleh TNB yaitu sebesar 0.40 kali di tahun 2009 dan 2012, berarti perusahaan dapat mengelola setiap RM 1 asetnya untuk menghasilkan 0.41 penjualan, sedangkan nilai TAT terendah tercatat pada SEB yaitu hanya sebesar 0.18 kali di tahun 2010 hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak efektif dalam mengelola asetnya. TNB memiliki nilai TAT yang selalu berada di atas rata-rata industri, sebaliknya SESB dan SEB berada di bawah rata-rata industri, hal tersebut mengindikasikan bahwa TNB memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola total aktivanya untuk memperoleh laba dibandingkan dengan perusahaan lainnya. 3.1.3 Debt to Equity Ratio Dalam penelitian ini DER tertinggi dan terendah selama periode tahun 2009-2013 dimiliki oleh SESB yaitu sebesar 4299% pada tahun 2010 dan -59857% pada tahun 2011, TNB dan SEB memiliki nilai DER diatas rata-rata industri pada tahun selain 2010, namun untuk SESB nilai tersebut mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2012, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan SESB dalam membayar kewajibannya sangat tidak konsisten karena keuntungan yang diperolehnya pun setiap tahunnya tidak stabil, oleh karena itu pengembalian kepada pemegang sahamnya selalu berfluktuatif. Walaupun pada tahun 2010 SESB mendapat profit, perusahaan tetap masih tidak mampu menutupi kewajibannya. 3.1.4 Gross Profit Margin Perusahaan yang memiliki nilai GPM tertinggi selama lima tahun terakhir adalah SEB yaitu sebesar 25% pada tahun 2010, hal tersebut menunjukkan bahwa dari setiap penjualan sebesar RM 100 perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar RM 25. Pada rasio ini SEB memiliki nilai terbaik diantara perusahaan lainnya karena memiliki rasio yang berada diatas rata-rata industrinya, denggan begitu SEB memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengelola penjualannya untuk memperoleh laba kotor. Sedangkan TNB dan SESB nilainya selalu berfluktuatif yang diakibatkan oleh rendahnya pendapatan yang bersumber dari kegiatan selain penjualan. 3.1.5 Net Profit Margin Perusahaan yang memiliki NPM tertinggi adalah SEB dengan nilai 22% pada tahun 2010, sedangkan NPM terendah selama lima tahun terakhir tercatat pada SESB sebesar 0% pada tahun 2009. Pada rasio ini SEB memiliki nilai terbaik diantara perusahaan lainnya karena memiliki rasio yang berada diatas rata-rata industrinya, dengan begitu perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola penjualannya untuk menghasilkan laba bersih. Sedangkan TNB dan SESB nilainya selalu berfluktuatif yang diakibatkan oleh rendahnya pendapatan bersih yang diterima, namun untuk SESB rasio NPM selama tahun 2009-2014 bernilai 0 karena perusahaan mengalami kerugian sehingga tidak mampu menghasilkan laba bersih. 3.1.6 Return on Asset ROA tertinggi dimiliki oleh TNB pada tahun 2013 yaitu sebesar 6%, sedangkan ROA terendah tercatat pada SESB yaitu sebesar 0% pada tahun 2009 hingga 2012. Sama seperti rasio GPM dan NPM, pada rasio ini SEB juga memiliki nilai terbaik diantara perusahaan lainnya karena memiliki rasio yang berada diatas rata-rata industrinya, hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengelola total aktivanya untuk menghasilkan laba bersih secara optimal. Sedangkan TNB dan SESB nilainya selalu berfluktuatif, dan untuk SESB rasio NPM selama tahun 2009-2014 bernilai 0 karena perusahaan mengalami kerugian sehingga tidak mampu menghasilkan laba bersih. 3.1.7 Return on Equity Dalam penelitian ini nilai ROE tertinggi dihasilkan oleh TNB sebesar 16% pada tahun 2013, sedangkan ROE terendah yaitu -8% dimiliki oleh SESB pada tahun 2010. Dalam penelitian ini nilai ROE terbaik dimiliki oleh SEB karena posisinya yang berada di atas rata-rata industri, hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam mengubah total ekuitas menjadi laba bersih. Sedangkan TNB memiliki rasio yang berfluktuatif karena pada tahun 2011 perusahaan memiliki penjualan yang lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Selanjutnya untuk SESB pada tahun 2009-2012 perusahaan memiliki nilai ROE 0% karena pendapatannya mencapai angka negatif sehingga tidak mampu menghasilkan laba bersih.
3.1.8 Pertumbuhan Laba Pertumbuhan laba tertinggi selama periode penelitian dimiliki oleh TNB dengan nilai 4.76 pada tahun 2012, sedangkan pertumbuhan laba terendah dimiliki oleh SESB pada tahun 2013 dengan nilai -1.39. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pertumbuhan laba seluruh perusahaan selalu berflutuatif setiap tahunnya. Pertumbuhan laba tertinggi selama periode penelitian dimiliki oleh TNB dengan nilai 4.76 pada tahun 2012, pada tahun tersebut harga minyak mentah produksi Malaysia mengalami kenaikan yang menyebabkan nilai tukar mata uang ringgit menguat sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan dari selisih nilai tukar. Sedangkan pertumbuhan laba terendah dimiliki oleh SESB pada tahun 2013 dengan nilai -1.39 hal tersebut terjadi karena pada tahun tersebut perusahaan memiliki beban yang naik secara drastis sebesar 987% dari tahun sebelumnya pada pos defined benefit plan actuarial losses. 3.2 Analisis Regresi Data Panel 3.2.1 Pemilihan Model Pengujian dilakukan menggunakan Chow-test atau Likelihood Ratio test dengan menggunakan Eviews 8 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Hasil Redundant Fixed Effect Test
Hasil uji tersebut menunjukkan probabilitas baik F-test maupun Chi Square lebih besar dari 5% sehingga H0 diterima dan H1 ditolak dan model penelitian ini mengikuti Common Effect Model. 3.2.2 Perumusan Model Persamaan Regresi Berdasarkan hasil pengujian model yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini menggunakan Common Effect Model. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi data panel dengan output seperti ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 2. Hasil Estimasi Common Effect Model
Berdasarkan output data panel pada tabel 2 model regresi panel yang digunakan adalah sebagai berikut: Pertumbuhan Laba = (-9.681990) - 2.886489 CR + 36.13951 TAT - 0.006239 DER + 16.51185 GPM + 32.17902 NPM -120.2002 ROA + 6.256116 ROE + ε Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa koefisien intersep sebesar 9.681990 bertanda negatif yang berarti jika variabel CR, TAT, DER GPM, NPM, ROA, dan ROE bernilai konstan, pertumbuhan laba akan mengalami penurunan sebesar 9.681990 satuan. 3.3 Analisis Koefisien Determinasi Penilaian R2 yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada Adjusted R-squared karena variabel independen yang digunakan lebih dari dua buah (Gani dan Indira, 2011). Adapun Adjusted R-squared dari hasil perhitungan adalah sebesar 23.55% bertanda negatif yang berarti variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak mampu menjelaskan variabel dependen. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini terlalu sedikit sedangkan variabel yang digunakan terlalu banyak. 3.4 Uji Signifikansi Parsial Tabel 3. Uji Signifikansi Parsial
3.4.1 Pengaruh CR Terhadap Pertumbuhan Laba Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan CR memiliki nilai thitung < ttabel dengan df 4 (df = n-k = 12-8 = 4) yaitu sebesar -1.485461 < 2.776 dan koefisien regresi sebesar 2.886489 bertanda negatif. Oleh karena itu t hitung berada di daerah penerimaan H0 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CR memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Dengan begitu perusahaan tidak mampu memenuhi ketersediaan modal kerja dalam mendukung aktivitas operasionalnya karena perusahaan berusaha untuk sebisa mungkin menggunakan aktiva lancar bukan hanya untuk memenuhi hutang melainkan juga untuk kepentingan lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gani dan Indira (2011) dan Gunawan dan Wahyuni (2013) yang menyatakan bahwa CR tidak dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa mendatang karena fungsi CR adalah untuk mengukur kemampuan pembayaran hutang perusahaan. Penelitian ini juga sesuai dengan teori menurut Darsono dan Ashari (dalam Gunawan dan Wahyuni, 2013) yang menyatakan bahwa rasio lancar adalah kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancarnya. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara hasil penelitian, teori, dan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa CR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan memprediksi pertumbuhan laba. 3.4.2 Pengaruh TAT Terhadap Pertumbuhan Laba Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah TAT berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung < ttabel dengan df 4 (df = n-k = 12-8 = 4) yaitu sebesar 1.561834 < 2.776 dan koefisien regresi sebesar 36.13951 bertanda positif. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H1 ditolak. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan TAT memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gani dan Indira (2011) yang menyatakan bahwa TAT memiliki hubungan yang positif tetapi tidak signifikan dengan perubahan laba, hal ini berarti setiap kenaikan TAT mampu menaikkan pertumbuhan laba tetapi tidak secara signifikan. Namun hasil tersebut tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Prasetiono dan Hapsari (2009) dan Syamsudin dan Primayuta (2009) yang menyatakan bahwa TAT memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Menurut teori Ang (dalam Prasetiono dan Hapsari, 2009) semakin cepat perputaran aktiva perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan bersihnya, maka pendapatan yang diperoleh meningkat sehingga laba yang didapat pun lebih besar. 3.4.3 Pengaruh DER Terhadap Pertumbuhan Laba Hasil uji hipotesis untuk hubungan DER dan pertumbuhan laba pada tabel 4.3, menunjukkan bahwa nilai thitung < ttabel dengan df 4 (df = n-k = 12-8 = 4) yaitu sebesar -1.428524 < 2.776 dan koefisien regresi sebesar 0.006239 bertanda negatif. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima dan H1 ditolak. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan DER memiliki pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hal tersebut dapat terjadi karena perusahaan memiliki struktur modal yang didominasi oleh hutang yang mengindikasikan bahwa peningkatan hutang yang digunakan untuk modal kerja atau aktivitas operasional perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan secara optimal. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Syamsudin dan Primayuta (2009), dalam penelitiannya dinyatakan bahwa DER memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan yang disebabkan oleh tidak adanya efisiensi kinerja dari perusahaan dalam mengoptimalkan modal sendiri untuk menjamin seluruh hutang perusahaan. Penelitian ini juga sesuai dengan teori menurut Sartono (2012:121) yang menyatakan bahwa semakin tinggi DER maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. 3.4.4 Pengaruh GPM Terhadap Pertumbuhan Laba Untuk hubungan GPM dan pertumbuhan laba pada tabel 4.3, terlihat bahwa nilai t hitung < ttabel dengan df 4 (df = n-k = 12-8 = 4) yaitu sebesar 0.871121 < 2.776 dan koefisien regresi sebesar 16.51185 bertanda positif. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan GPM memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Dengan begitu perusahaan tidak mampu menutup biaya administrasi, biaya penyusutan, dan beban bunga atas hutang dan pajak sehingga kinerja perusahaan dinilai kurang baik dan menurunkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adisetiawan (2011) yang menyatakan bahwa GPM tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan laba. Hal tersebut juga mendukung teori Hanafi dan Halim (2012:81) yang menyatakan bahwa profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu yang dapat disimpulkan bahwa GPM memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
3.4.5 Pengaruh NPM Terhadap Pertumbuhan Laba Untuk hubungan NPM dan pertumbuhan laba pada tabel 4.3, terlihat bahwa nilai t hitung < ttabel dengan df 4 (df = n-k = 12-8 = 4) yaitu sebesar 0.814445 < 2.776 dan koefisien regresi sebesar 32.17902 bertanda positif. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan NPM memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa keuntungan perusahaan dari hasil penjualan lebih digunakan untuk membayar hutanghutangnya daripada untuk menambah modalnya. Hal tersebut mendukung hasil penelitian Syamsudin dan Primayuta (2009) dan Wibowo dan Pujiati (2011), dalam penelitiannya ditemukan bahwa NPM memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hubungan positif antara NPM dan pertumbuhan laba tersebut didukung oleh teori menurut Sartono (2012:123) yang menyatakan bahwa apabila gross profit margin selama satu periode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan dan berimplikasi pada penurunan laba perusahaan. 3.4.6 Pengaruh ROA Terhadap Pertumbuhan Laba Untuk hubungan ROA dan pertumbuhan laba pada tabel 4.3, terlihat bahwa nilai t hitung < ttabel dengan df 4 (df = n-k = 12-8 = 4) yaitu sebesar -0.900767 < 2.776 dan koefisien regresi sebesar 120.2002 bertanda negatif. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Ketidakmampuan ROA dalam memprediksi pertubuhan laba dapat disebabkan karena terdapat aset yang tidak digunakan untuk proses produksi sehingga walaupun memiliki jumlah aset yang besar perusahaan tetap tidak dapat menghasilkan laba yang besar karena aset yang dimiliki tidak digunakan secara optimal. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Gani dan Indira (2011) dan Wibowo dan Pujiati (2011) yang menyatakan bahwa ketidakmampuan ROA dalam memprediksi pertubuhan laba mengindikasikan bahwa perusahaan kurang efektif memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. 3.4.7 Pengaruh ROE Terhadap Pertumbuhan Laba Untuk hubungan ROE dan pertumbuhan laba pada tabel 4.3, terlihat bahwa nilai t hitung < ttabel dengan df 4 (df = n-k = 12-8 = 4) yaitu sebesar 0.217550 < 2.776 dan koefisien regresi sebesar 6.256116 bertanda positif. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan ROE memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa pola investasi yang dilakukan oleh perusahaan kurang tepat. Pendapatan yang dihasilkan oleh modal yang berasal dari hutang tidak dapat digunakan untuk menutupi besarnya biaya modal sehingga harus ditutup oleh sebagian pendapatan yang berasal dari pemegang saham. Hasil tersebut mendukung hasil penelitian Gani dan Indira (2011) dan Wibowo dan Pujiati (2011) yang menyatakan bahwa tidak signifikannya hubungan antara ROE dan pertumbuhan laba dikarenakan perusahaan tidak efektif dalam menggunakan modalnya untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. 3.5 Uji Signifikansi Simultan Tabel 4. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa Fhitung < Ftabel yaitu sebesar 0.963833 < 6.09 dan probabilitas 0.548553 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan semua variabel independen (CR, TAT, DER, GPM, NPM, ROA, dan ROE) secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hal tersebut berarti dalam menilai kinerja keuangan perusahaan penyedia listrik di Malaysia diperlukan variabel/rasio/metode lainnya yang secara signifikan dapat memprediksi pertumbuhan laba. Implikasi tersebut juga diperkuat dengan adjusted R-squared yang bernilai negatif yang berarti bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak mampu menjelaskan variabel dependen karena jumlah observasi yang terlalu sedikit ataupun karena jumlah variabel yang terlalu banyak. 4.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun simultan, terlihat dari nilai adjusted R-squared yang kecil, nilai tersebut juga bertanda negatif yang mendandakan adanya kemungkinan ketidakcocokan model atau observasi yang digunakan. Sampel dalam penelitian ini bersifat unbalanced dan periode pengamatan lebih pendek dari penelitian sebelumnya, hal tersebut dapat terjadi karena perusahaan penyedia listrik di Malaysia tidak secara konsisten mempublikasikan laporan keuangannya. Selain itu tidak signifikannya hasil penelitian ini juga dapat disebabkan oleh terlalu
banyaknya jumlah variabel yang digunakan dibandingkan dengan jumlah observasinya. Dari hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan yang telah dipaparkan adapun saran yang dapat diberikan kepada beberapa pihak terkait yaitu: Bagi pihak akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis di masa mendatang. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya mengurangi jumlah variabel dan menambah jumlah observasi untuk mengetahui konsistensi dari pengaruh variabel-variabel independen tersebut terhadap pertumbuhan laba. Selain itu disarankan juga untuk menggunakan variabel-variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini yang mungkin memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Bagi calon investor, penelitian ini merupakan referensi awal dunia investasi khususnya pada perusahaan penyedia listrik di Malaysia, untuk itu sebaiknya dalam melakukan investasi dituntut kehati-hatian dalam menentukan kualifikasi perusahaan yang layak karena calon investor mempelajari kinerja keuangan secara menyeluruh sebagai faktor penentu kesuksesan perusahaan. Berdasarkan penelitian ini calon investor harus lebih memperhatikan rasio keuangan khususnya pada DER karena rasio tersebut memiliki peranan yang buruk terhadap investasi perusahaan. Bagi investor, berdasarkan hasil penelitian ini sebaiknya investor memperhatikan perkembangan variabel DER dalam melakukan investasi saham pada perusahaan karena semakin tinggi nilai DER maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan. Hal ini menyebabkan keuntungan yang diperoleh perusahaan menjadi berkurang. Bagi emiten, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan investasi. Oleh karena itu, perusahaan harus lebih memperhatikan kinerja keuangannya terutama DER karena memiliki pengaruh yang buruk bagi perusahaan.
Daftar Pustaka: [1] Abdurrahman, Maman. (2011). Panduan Praktis Memahami Penelitian: Bidang Sosial-AdministrasiPendidikan). Bandung: Alfabeta. [2] Adisetiawan R. (2012). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba. Jurnal Aplikasi Manajemen. 10(3), 669-681. [3] Ajija, Shochrul, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai EViews. Jakarta: Salemba Empat. [4] Asnawi, Said Kelana & Wijaya, Chandra. (2005). Riset Keuangan: Pengujian-Pengujian Empiris. Jakarta: PT Gramedia. [5] Darmawan, Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [6] Fahmi, Irham. (2012). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta. [7] Gani, Engelwati & Indira, Almitra. (2011). Analisa Rasio Keuangan untuk Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Telekomunikasi Indonesia. Binus Business Review. 2(2), 883-898. [8] Gunawan, Ade & Wahyuni, Sri Fitri. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perdagangan di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis. 13(1), 63-84. [9] Hanafi, Mamduh M. & Halim, Abdul. (2003). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. [10] Harmono. (2009). Manajemen Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. [11] Nachrowi, Nachrowi Djalal & Usman, Hardius. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. [12] Prasetiono & Hapsari, Epri Ayu. (2009). Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Pertumbuhan laba. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi. 6(1), 150-169. [13] Sartono, Agus. (2012). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. [14] Syamni, Ghazali & Martunis. (2013). Pengaruh OPM, ROE, dan ROA terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Kebangsaan. 2(4), 19-27. [15] Syamsudin & Primayuta, Ceki. (2009). Rasio Keuangan dan Prediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis. 13(1), 61-69. [16] Wibowo, Hendra Agus & Pujiati, Diyah. (2011). Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Singapura (SGX). The Indonesian Accounting Review. 1(2), 155-178. [17] Zimmerer, et al. (2009). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat.