PENGARUH RASIO KEUANGAN, EVA DAN MVA TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Oleh Retno Tri Wulandari 0310220122-22
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
JURUSAN MANAJEMEN KONSENTRASI BIDANG KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan segala Puji dan Syukur kepada Allah Swt. Dengan segala Rahmat dan Hidayahnya sehingga Skripsi dengan judul “ Pengaruh Rasio Keuangan, MVA dan EVA terhadap Return Saham Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta” dapat terselesaikan. Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi dalam mencapai derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Sehubungan dengan selesainya karya akhir tersebut, disampaikan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof., DR. Bambang Subroto SE., MM., Ak., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. 2. Bapak Prof., DR. Idrus Syafeii SE., MEc., sebagai Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. 3. Bapak Harlendro SE., MM., sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan meluangkan waktu dalam penyusunan Skripsi ini. 4. Ibu Nur Khusniyah I, SE., Msi. Dan Ibu Sumiati SE., Msi., sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang telah berjasa memberikan bekal ilmu pengetahuan selama kuliah.
i
6. Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang yang tidak terhingga dan memberikan dukungan baik materiil, nasehat, semangat serta doa. 7. Kakak dan Adik tercinta yang telah memberikan kepercayaan dukungan serta doa selama ini. 8. Teman-teman yang sudah mensuport dan mendoakan dari jauh (@mn, Mbk A3, Rohmah, Tika, WW dan Merida), teman yang telah setia disampingku (Bayexx dan Juphe), teman seperjuangan Y@nti. 9. Keluarga besar MT Haryono VII no. 290. yang telah memberikan semangat serta dukungan. Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, Februari 2008
Retno Tri Wulandari
ii
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR..………………………………..……………………….. i DAFTAR ISI...………………………………………………………………….. iii DAFTAR TABEL.……………………………………………………………… vi DAFTAR BAGAN……………………………………………………………… vii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… viii ABSTRAK .….…..……………………………………………………………… ix BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
……………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………….. 4 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 4 1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu …………………………………………………….. 6 2.2 Kajian Pustaka …………………………………………………………… 10 2.2.1 Investasi ……………………..………….......……………………. 10 2.2.1.1 Pengertian dan Tujuan Investasi ……..………………..… 10 2.2.1.2 Jenis Investasi ……………………………………..…….. 12 2.2.1.3 Proses Investasi ……………………………………..…….. 12 2.2.2 Pasar Modal ……..……..…………………………………………. 13 2.2.2.1 Pengertian Pasar Modal
……………..…..……………… 14
2.2.2.2 Macam-macam Pasar Modal
……………………..…….. 14
2.2.2.3 Intrumen Pasar Modal …..………………..……………… 16 2.2.3 Return Saham……..……..…………………………………………. 17 2.2.4 Laporan Keuangan .…..……………………………………………. 19 2.2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan .…………………………… 19 2.2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan ……………………………….. 20 2.2.4.3 Pemakai Laporan Keuangan …………..…………………… 21 2.2.4.4 Jenis Laporan Keuangan ………………………………….. 22
iii
2.2.4.5 Keterbatasan Laporan Keuangan ………………………… 24 2.2.5 Analisis Rasio Keuangan …………………………………………. 26 2.2.5.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan ……...……………… 26 2.2.5.2 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan ………………..…….. 26 2.2.5.3 Klasifikasi Analisis Rasio Keuangan………………………. 28 2.2.5.4 Keunggulan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan.…… 32 2.3 Variabel yang Digunakan dalam Penelitian ini ……………………..…….. 34 2.4 Kerangka Pikir ……………………………… ……………………..…….. 39 2.5 Hipotesis
BAB III
…………..……………………… ……………………..…….. 42
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ……………………..…………………………………… 43 3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ………………………………… 43 3.3 Lokasi Penelitian ………………………………..…………..…………...
44
3.4 Populasi dan Sampel ……………….……………………………………. 44 3.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ……………………..…….. 45 3.5.1 Identifikasi Variabel ………………… ……………………..…….. 45 3.5.2 Definisi Operasional Variabel …………….………………..…….. 46 3.6 Metode Analisis Data ……………………….. ……………………..…….. 51 3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik …………… ……………………..…….. 51 3.6.2 Uji Hipotesis ………………………… ……………………..…….. 53
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
………………………………….. 57
4.2 Penjelasan Variabel Penelitian pada Perusahaan Sampel .……………….. 57 4.2.1. Earning Per Share (EPS)……..……………………………………. 57 4.2.2. Price Earning Ratio(PER)………………………………………….. 58 4.2.3. Debt to Equity Ratio (DER)…………..……………………..……
59
4.2.4. Return on Asset (ROA) ….……………………………………….. 60 4.5.5. Return on Equity (ROE) ………………………………………….…61 4.5.6. Price Book Value (PBV)
………………….…………………….. 63
4.5.7. Economic Value Added (EVA) …………..………………..……… 63
iv
4.5.8. Market Value Added (MVA)……..……………………………….. 65 4.5.9. Return Saham ……………………………………………………… 66 4.3. Uji Asumsi Klasik …………………………………………….………….. 67 4.3.1. Uji Normalitas……………………………………………………. 67 4.3.2. Uji Multikolinieritas …………………………………………….. 68 4.6.3. Uji Heterokedastisitas……………………..……………………… 69 4.6.4. Uji Autokorelasi
……………………………………………….. 70
4.4. Hasil Penelitian ………………………………………………………….. 71 4.4.1. Persamaan Regresi..………………………………………………. 71 4.4.2. Hasil Pengujian Hipotesis ……………………………………….. 75 4.4.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama.……………………… 75 4.4.2.2 Hasil pengujian Hipotesis Kedua………………………… 76 4.4.3. Koefisien Determinasi……………………………………………. 78 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………..…………….. 79 4.6 Implikasi Penelitian ………………………………………..…………….. 87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ………………………………………………………. 96
5.2
Saran
…………………………………………………………….. 96
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………… 98
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 3.1
Rincian Jumlah Sampel ……………………………………. 45
Tabel 4.3.1
Uji Multikolinieritas ………………………………………. 69
Tabel 4.3.3
Uji Heterokedastisitas……………………..……………….
Tabel 4.4.
Persamaan Regresi ………………………………………… 72
Tabel 4.5.1
Uji Simultan (Uji F) …………………………………......... 75
Tabel 4.5.2
Uji Parsial (Uji t)…………………………………………… 77
vi
70
DAFTAR BAGAN Hal 2.4 Bagan Kerangka Pikir.................................................................................... 41
vii
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran I
Daftar Sampel Penelitian………………………………… .. 101
Lampiran II
Earning Per Share (EPS) ………………………………….. 104
Lampiran III
Price Earning Ratio(PER)………………… ………………. 106
Lampiran IV
Debt to Equity Ratio (DER)………………………………… 108
Lampiran V
Return on Asset (ROA )……………………………..……… 110
Lampiran VI
Return on Equity (ROE)
Lampiran VII
Price Book Value (PBV)………………….………………… 114
Lampiran VIII
Economic Value Added (EVA)…………..………..……..…. 116
Lampiran IX
Market Value Added (MVA)……..………………..……….. 118
Lampiran X
Return Saham ……………………………………………… 120
Lampiran XI
Uji Asumsi Klasik dan Analisis Regresi...............................
viii
…………………………….……. 112
122
PENGARUH RASIO KEUANGAN, EVA DAN MVA TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Oleh : Retno Tri Wulandari Dosen Pembimbing : Harlendro, SE.,MM. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan (earning per share/EPS, price earning ratio/PER, debt to equity rasio/DER, return on asset/ROA, return on equity /ROE, price book value/PBV), EconomicValue Added/EVA dan Market Value Added/MVA terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta baik secara simultan maupun parsial. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori. yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan Jakarta Stock Excange (JSX), Annual Report. Metode pengumpulan data dengan metode dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan periode penelitian 2004-2006. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar sebanyak 146 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Purposive sampling sehingga diperoleh 69 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara simultan (uji F) variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Pada uji Parsial (uji t) variabel EPS, ROA, ROE, dan PBV berpengaruh signifikan. Sedangkan pada variabel PER, DER, EVA dan MVA secara parsial tidak signifikan. Kata kunci : Rasio Keuangan, EVA, MVA, Return Saham.
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, terjadinya suatu perubahan yang cepat dalam pemilihan investasi. Semula pemilik modal lebih menyukai menanamkan dana mereka secara tradisional seperti membeli tanah, emas atau mendepositokan uang mereka di bank. Dengan semakin cepat perkembangan informasi dan pengetahuan, pemilik modal atau investor mendapatkan alternatif yaitu pasar modal dan pasar uang. Intrumen yang diperdagangkan di pasar modal antara lain intrumen ekuitas seperti saham dan intrumen hutang seperti obligasi. Hal yang perlu diketahui bahwa investasi saham dipasar modal mempunyai risiko sangat besar, karena saham sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya setiap perubahan harga yang relatif kecil sekalipun dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap posisi keuangan di pasar modal. Bagi investor yang khususnya berinvestasi saham, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memilih saham, yaitu risiko dan return. Motif investor dalam investasinya adalah memperoleh return yang maksimal dengan risiko yang minimal. Return pada saham dapat diperoleh dalam bentuk dividen dan capital gain (kenaikan harga jual saham diatas harga belinya)
2
Investor dikatakan baik dalam melakukan investasi apabila investor tersebut dapat memperkirakan seberapa besar tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasinya. Selain itu investor harus dapat memprediksi seberapa jauh kemungkinan penyimpangan hasil (risiko) yang nantinya harus diterima. Berdasarkan hal tersebut, dalam berinvestasi saham investor memerlukan pertimbangan dan analisis yang mendalam pada perusahaan. Oleh karena itu investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan return saham agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Para investor dapat mencari informasi tentang kinerja keuangan perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan yang telah disediakan oleh perusahaan bersangkutan. Dalam menganalisis laporan keuangan ada tiga cara yaitu analisis vertikal, analisis horizontal dan analisis rasio. Akan tetapi analisis laporan keuangan yang merupakan penilaian terhadap prestasi dan kinerja perusahaan yang paling umum digunakan adalah analisis rasio. Berdasarkan data PDB yang dipublikasikan BPS menunjukan komposisi industri manufaktur mengalami pertumbuhan cenderung menurun hingga 3.36 %. Angka ini paling rendah dibanding sektor-sektor yang lainnya. Tekanan pada industri ini juga dapat dilihat pada kinerja ekspor impor. Meski, secara keseluruhan nilai ekspor semester I melonjak hingga 15.14 % namun pangsa industri manufaktur menurun. Begitu juga impor bahan baku untuk diolah indutri manufaktur dalam negeri menurun. Kemerosotan industri manufaktur ini juga berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja turun sebesar 3.59% pada periode 2001-2005 karena tidak secara langsung dapat menyebabkan laporan kinerja emiten nasional industri manufaktur juga menurun. Hal
3
ini terjadi pada saat pemerintah sedang berupaya menggaet investor asing dan mengatasi masalah pengangguran. (Wiloejo dan Sunarsip : 2006). Telah diumumkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang diharapkan untuk mendongkrak daya saing industri sekaligus merangsang investasi baru terutama pada industri manufaktur. Kebijakan tersebut misalnya Paket Intensif pajak penghasilan, membaiknya indikator makro ekonomi (tingkat inflasi, kinerja ekspor, penurunan BI rate menjadi 10,25%(2006)). Hal ini diikuti penurunan suku bunga kredit untuk memberi peluang bagi pengusaha melakukan ekspansi (walaupun suku bunga kredit masih bekisar 16%)(Wiloejo dan Sunarsip: 2006). Banyak studi yang dilakukan mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham seperti yang dilakukan oleh Nuzlia Kurniati (2003), Pradhono dan Yulius Jogi C (2004), Rostina Dwi Endah (2004), Ida Putu (2005), Krisna (2005), Michell Suharli (2005), dan Suratman (2006). Tetapi
pada penelitian tersebut
menunjukan hasil yang berbeda. Penelitian ini bermaksud untuk melakukan studi lebih lanjut tentang hal tersebut. Penelitian ini menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu EPS, PER, DER, ROA, ROE dan PBV serta ditambah EVA dan MVA. Menurut beberapa penulisan terdahulu rasio diatas juga berpengaruh terhadap return saham. Dengan latar belakang diatas maka penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, khususnya menganalisis pengaruh kinerja perusahaan manufaktur tersebut terhadap return saham perusahaan. Maka dari itu penelitian ini mengambil judul “ Pengaruh Rasio Keuangan, EVA dan MVA terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”
4
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah ada pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara simultan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2.
Apakah ada pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara parsial terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER), return asset (ROA), return on on equity (ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara simultan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
5
2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER), return asset (ROA), return on on equity (ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara parsial terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1.
Investor Dapat mengetahui return saham dan kinerja keuangan pada perusahaan di sektor manufaktur, sehingga dapat membantu pertimbangan investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi.
2.
Peneliti Sebagai media implementasi teori-teori manajemen keuangan yang telah diperoleh selama belajar di Perguruan Tinggi, khususnya sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh EPS, PER, DER, ROE, ROA, PBV, EVA dan MVA terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
3.
Pihak lain Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang sebelumnya dan sebagai referensi bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut sesuai dengan pokok bahasan ini.
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu Nuzlia Kurniawati (2003) melakukan penelitian terhadap 12 perusahaan yang termasuk kategori indeks LQ 45. Penelitian ini dilakukan pada periode bulan Maret 2002 - Mei 2003. Variabel yang diuji EVA, MVA, ROE dan ROI sebagai alat ukur kinerja keuangan dan sekaligus sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya return saham. Alat analisis yang digunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa EVA, MVA, ROE dan ROI secara bersama-sama.mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Namun secara parsial atau individu hanya ROE dan ROI saja (0.001 dan 0.023) yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Pradhono dan Yulius Jogi C. (2004) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur barang konsumsi (consumer goods) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Periode penelitian dilakukan selama tiga tahun (2000-2002) dengan interval 1 tahun. Penelitian ini memiliki tujuan (1) menganalisa pengaruh economic value added, residual income, earnings, dan arus kas operasi, terhadap return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan dan (2) mengetahui tolok ukur mana yang mempunyai pengaruh yang paling tinggi terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Penelitian ini menggunakan regresi linier untuk melihat besar kontribusi masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi return saham. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel economic value added dan residual income tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan variabel arus kas operasi, earning berpengaruh signifikan
7
terhadap return saham yang diterima oleh pemegang saham. Variabel arus kas operasi merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap return saham. Rostina Dewi Endah (2004), melakukan penelitian atas mengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham. Sampel penelitian diambil dari perusahaan yang termasuk dalam index LQ-45 selama periode penelitian tahun 2000-2002. Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio keuangan yaitu ROA, Arus kas operasi dan EVA. Bersama-sama mempengaruhi return saham. Namun secara parsial hanya variabel ROA yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Ida Ayu Putu (2005), melakukan pengujian tentang pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham, studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan periode penelitian 2000-2003. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja keuangan yang diwakili oleh rasio DER, PER, ROE, EPS dan EVA tidak signifikan terhadap return saham. Tidak signifikan tersebut baik secara simultan (dengan uji F) maupun secara parsial (dengan uji t). Kinerja keuangan yang diwakili oleh rasio keuangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham karena menurut Ida periode yang diambil ketika negara sedang mengalami masa recovery setelah krisis ekonomi yang menghantam. Di masa ini, return tidak hanya dijelaskan oleh kondisi keuangan perusahaan saja tetapi juga kondisi diluar perusahaan seperti kebijakan pemerintah, ekonomi global dan lain-lain.
8
Krisna Agung D. (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio kinerja keuangan konvensional, Economic Value Added (EVA), faktor makro ekonomi dan risiko sistematis terhadap return perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan adalah Earning Per Share, Return on Equity, Price to Book Value, Loan to deposit Ratio, Credit Risk, Capital risk, Economic Value Added, Inflasi, Tingkat Bunga, Nilai Tukar dan Risiko Sistematis. Populasi yang digunakan berjumlah 28 perusahaan perbankan, dengan menggunakan purposive sampling yang masuk kriteria berjumlah 9 perusahaan. Periode penelitian selama 4 tahun yaitu tahun 2000-2003. Dari hasil pengujian klasik, variabel nilai tukar harus dikeluarkan dari model regresi karena terindikasi gejala multikolinearitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari semua variabel secara simultan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial menunjukan bahwa price to book value dan tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan variabel EPS, ROE, Loans to Deposit Ratio, Credit Risk, Interest Rate Risk, Capital Risk, EVA, Inflasi dan risiko sistematis tidak mempunyai pengaruh yang sigifikan terhadap return saham. Dari seluruh variabel penelitian menunjukan bahwa variabel Price to Book Value yang mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham. Michell Suharli (2005), melakukan penelitian empiris terhadap faktor yang mempengaruhi return (tigkat pengembalian) saham. Obyek penelitian adalah perusahaan public di bidang industri Food Beverage yang terdaftar di Bursa Efek
9
Jakarta dengan periode laporan keuangan tahun 2001-2004. Faktor yang diduga mempengaruhi return saham pada penelitian ini adalah rasio hutang (debt to equity ratio) dan tingkat risiko () berdasarkan teori capital asset princing model (CAPM). Data analisa dengan menggunakan regresi berganda dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio hutang dan tingkat risiko tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap return saham. Suratman (2006) melakukan penelitian terhadap pengaruh variabel Economic value Added (EVA) dan Market Value Added terhadap return saham dengan periode penelitian 2000-2004. Populasi penelitian menggunakan dua perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode Analisis yang digunakan analisis dengan jenis log linier models. Berdasarkan hasil analisis, menunjukan bahwa variabel bebas secara bersama-sama (simultan) dapat menjelaskan variabel dependen (return saham) berpengaruh signifikan. Hal ini ditunjukan dengan tingkat signifikansi variabel EVA dan MVA sebesar 0.04 dan 0.041. Hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa masing-masing variabel bebas (EVA dan MVA) berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan sebagai mekanisme kontrol bagi pihak manajemen perusahaan. Hal ini juga dapat mencegah terjadinya agency confict, walaupun EVA berpengaruh dominan terhadap return saham, akan tetapi MVA juga dapat dijadikan petimbangan oleh investor dalam menginvestasikan dananya. Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal variabel dan periode penelitian. Variabel yang
10
digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan antara variabel yang digunakan penelitian yang terdahulu. Pada penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur, periode pada tahun 2004-2006, variabel terikatnya adalah return saham, sedangkan variabel bebasnya yaitu: Earning Per Share (EPS), Price Eaning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Price Book Value (PBV), Economic Value Added (EVA), Maket Value Added (MVA).. Disamping perbedaan tersebut, penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham. 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Investasi 2.2.1.1 Pengertian dan Tujuan Investasi Investasi merupakan penundaan konsumsi atau ditanam dalam bidang tertentu selama suatu periode tertentu, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang akan diterima di masa mendatang. Menurut Sunariah (1997:2) yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa mendatang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu intitusi yang mempunyai kelebihan dana.
11
Tujuan dari investasi adalah untuk memperoleh pendapatan atau income sehingga investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam suatu asset tersebut yang diharapkan dapat memberikan keuntungan yang mencukupi. Salah satu keuntungan yang didapatkan dari investasi dalam bentuk saham adalah berupa kenaikan harga saham. Pentingnya investasi secara tidak langsung dapat memberikan manfaat bagi dana yang menganggur, dimana terjadi aliran dana dari pihak yang mempunyai dana atau pemodal kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Perilaku seorang pemodal dalam melakukan investasi mempunyai kecenderungan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat risiko tertentu atau bahkan cenderung menghindari risiko. Michell Suharli (2005) menyimpulkan bahwa investasi adalah komitmen pengguna uang untuk obyek tertentu dengan tujuan bahwa nilai obyek tersebut selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan dan selama jangka waktu itu pula memberikan hasil pada investor. Melakukan investasi dapat mengandung risiko, investasi dapat menguntungkan dan dapat merugikan. Menurut Tendelilin (2001) dalam Michell Suharli (2005) tujuan seseorang berinvestasi adalah (1) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang. (2) mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya
investasi
dimasyarakat
melalui
fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
12
Pada dasarkannya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang, selain itu tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan moneter bagi investor. 2.2.1.2 Jenis-jenis Investasi Pemilihan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah intitusi atau perusahaan Menurut Sunariyah (1997:5) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Investasi langsung Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi atau perusahaan yang secara resmi telah go public dengan harapan mendapatkan keuntungan berupa dividen dan capital gain. 2. Investasi tidak langsung Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara. 2.2.1.3 Proses Investasi Proses investasi menunjukan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut menurut Suad Husnan (1997:47) diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
13
1. Menentukan kebijakan investasi Pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak investasi yang akan dilakukan. 2. Analisis sekuritas Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas mana yang nampaknya mispriced. 3. Pembentukan portfolio Mengidentifikasi sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanam pada masing-masing sekuritas tersebut. 4. Melakukan revisi portfolio Merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya dengan maksud jika perlu melakukan perubahan terhadap portfolio yang telah dimiliki. 5. Evaluasi kinerja portfolio Pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portfolio baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun yang tanggung. 2.2.2 Pasar Modal Untuk melakukan investasi, investor mempunyai berbagai alternatif pilihan untuk menanamkan dananya. Salah satu media untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu sarana untuk mengerahkan dana yang bersumber dari pemodal baik kalangan investor individual maupun institusional yang digunakan oleh perusahaan untuk tujuan produktif.
14
2.2.2.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan perdagangan modal. Dalam pasar, penjual surat-surat berharga disebut emiten atau yang menerbitkan surat-surat berharga, sedangkan pembeli disebut sebagai investor. Emiten dan investor bertemu atau melakukan transaksi pasar pada suatu tempat tertentu yaitu di bursa efek. Menurut Suad Husnan (1998:3) menyatakan bahwa “secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta”. Sedangkan menurut Sunariyah (1997:3) dalam arti sempit, pasar modal adalah
suatu
pasar
(tempat,
berupa
gedung)
yang
disiapkan
guna
memperdagangkan saham, obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Menurut Ridwan dan Inge (2003:52), pasar modal terbentuk karena adanya hubungan keuangan antara beberapa institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dan jangka panjang. Pasar modal dibentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik untuk hutang maupun modal sendiri.
15
2.2.2.2 Macam Pasar Modal Pada umumnya penjualan sekuritas dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (1997:11) ada beberapa macam, yaitu: 1.
Pasar Perdana Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Dari pengertian tersebut bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan akan go public (emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 2.
Pasar Sekuritas Pasar sekunder merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lain
diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh faktor yaitu : 1) Faktor Intenal Perusahaan Merupakan faktor yang berhubungan dengan kebijakan internal pada suatu perusahaan, beserta kinerja yang telah dicapai
16
2) Faktor Eksternal Perusahaan Merupakan hal-hal diluar kemampuan perusahaan atau diluar kemampuan manajemen untuk pengendalian. Sebagai contoh gejolak politik, laju inflasi yang tinggi dan sebagainnya. 3.
Pasar Ketiga bursa parallel (third market) Merupakan tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa.
Bursa parallel ini merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi : harga saham, jumlah trasaksi dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat bertindak sebagai pedagang efek maupun sebagai perantara pedagang. 4.
Pasar Keempat (fourdth market) Merupakan bentuk perdagangan efek saham ke pemegang lainnya tanpa
melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale). 2.2.2.3 Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal di Indonesia menurut Wilson Bangun (2006) adalah sebagai berikut : 1. Saham, merupakan surat bukti kepemilikan suatu perusahaan. Semakin besar nilai saham semakin besar pula kepemilikannya terhadap perusahaan tersebut.
17
2. Obligasi, merupakan bukti hutang jangka panjang atas dana yang dipinjamkan kepada peminjam (perusahaan). 3. Right issue, adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham untuk membeli saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan tertentu. 4. Warrant, merupakan surat hutang yang diterbitkan emiten dan dapat ditukarkan menjadi saham biasa pada waktu dan harga tertentu. 5. Reksa dana, merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portfolio oleh manajer investasi. 6. Opsi, merupakan suatu perjanjian atau kontrak antara penjual opsi (seller) dengan pembeli opsi (buyer), dimana penjual opsi menjamin adanya hak (bukan suatu kewajiban) dari pembeli opsi, untuk membeli atau menjual saham pada waktu dan harga yang telah ditetapkan. 7. Future, merupakan kontrak perjanjian untuk melakukan pertukaran asset tertentu antara pembeli dan penjual pada waktu yang akan datang. 2.2.3 Return Saham Tujuan investor menginvestasikan modalnya adalah mendapatkan pengembalian (return) atas dana yang telah mereka investasikan dengan menanggung risiko. Sehingga dalam memperhitungkan return atas saham juga memperhitungkan tingkat risiko. Return saham menurut Jogiyanto (2003 :109) adalah hasil yang diperoleh dari investasi yang dapat berupa return realisasi (realized Return) atau Return Ekspektasi (Expected Return). Return relisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.
18
Return realisasi sangat penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Sedangkan Expected return merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan datang. Salah satu pengukuran return yang banyak digunakan adalah return total, yang merupakan return keseluruhan dari suatu invesatasi dalam suatu perode tertentu. Return total bisa disebut return saja yang oleh Jogiyanto (2003:110) dirumuskan sebagai berikut : Return = Capital Gain (loss) + yield Menurut Jogiyanto (2003:110), Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga pada periode yang lalu, dan dirumuskan sebagai berikut:
Capital gain (loss )
Pt pt 1 Pt 1
Jika harga investasi sekarang ( Pt ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu ( Pt 1 ) berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), jika sebaliknya maka terjadi kerugian (capital loss). Berdasarkan Jogiyanto (2003 :110), Yield merupakan prosentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah prosentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Sehingga return total dapat dinyatakan dengan sebagai berikut:
Re turn
Pt Pt 1 Yield Pt 1
(Jogiyanto, 2003:111)
19
Untuk saham biasa yang membayar dividen sebesar Dt rupiah per lembarnya, maka yield adalah sebesar
Dt sehingga return total dapat dinyatakan Pt 1
dengan :
Re turn
Pt Pt 1 Dt Pt 1 Pt 1
(Jogiyanto, 2003:111)
Dimana :
Rt
H arg a Saham Pada Periode t
Rt 1 H arg a SahamP Pada Periode t 1 Dt
DIviden yang dibayar pada periode t
2.2.4 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan pihak-pihak berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dari laporan keuangan bisa diperoleh informasi mengenai kinerja perusahaan, posisi keuangan perusahaan serta perubahan posisi keuangan perusahaan tersebut. 2.2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Terdapat beberapa pengertian atas laporan keuangan, akan tetapi pada dasarnya pengertian yang ada memiliki makna yang sama yaitu laporan keuangan merupakan laporan yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertetu. Weston dan Copeland (1995:24) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyek dan peramalan untuk masa depan. Laporan tahunan merupakan dokumen yang memberikan informasi kepada pemegang saham dan diaudit sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum”.
20
Laporan keuangan menurut Myer dalam Munawir (2002) menyatakan bahwa : ”Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhirakhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi peusahaan untuk menambah daftar keuangan yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan)”. 2.2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak. Tujuan utama laporan keuangan yaitu memberikan informasi atas kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu agar dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Seperti didalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:4) yang menyebutkan bahwa tujuan dari laporan keuangan sebagai berikut “menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi “ Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan sebagian besar pemakai laporan keuangan. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atas sumber daya yang diberdayakan kepadanya.
21
Pemakai
juga
ingin
menilai
apa
yang
telah
dilakukan
atau
pertanggungjawaban manajemen agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi atau keputusan untuk menggunakan kembali atau mengganti manajemen. 2.2.4.3. Pemakai Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dijadikan alat untuk menentukan atau menilai posisi keuangan pada suatu waktu tertentu. Hasil penilaian akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau pihak yang memiliki hubungan langsung. Pihak yang memiliki kepentingan tersebut menurut S Munawir (2002:2) adalah: 1. Pemilik perusahaan Dengan laporan keuangan pihak perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya. Kesuksesan seorang manajer dinilai dan diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan dijadikan alat untuk menentukan atau menilai posisi keuangan 2. Manajer Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan periode yang lalu akan dapat membuat rencana yang lebih baik, memperoleh sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan yang lebih tepat. Bagi manajemen, laporan keuangan merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.
22
3. Investor Investor berkepentingan terhadap prospek keuntungan dari masa mendatang dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahan tersebut. Dari analisa laporan keuangan tersebut para investor, akan dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya. 4. Kreditur dan Banker Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu diketahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaan keuangan perusahaan peminta kredit akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan. 5. Pemerintah Pemerintah menggunakan laporan keuangan perusahaan disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, perdagangan dan tenaga kerja untuk dasar perencanaan pemerintah. 2.2.4.4 Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang biasa disusun oleh perusahaan menurut Helfert (1997:14) adalah sebagai berikut: 1. Neraca Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan kategori dan jumlah aktiva yang digunakan oleh perusahaan dan pemenuhan kewajiban kepada pemberi pinjaman serta pemilik (yakni dana yang diperoleh).
23
Neraca juga disebut sebagai laporan kondisi keuangan atau laporan posisi keuangan. Kategori utama aktiva atau penggunaan dana adalah:
Aktiva lancar, yaitu pos-pos yang berputar di dalam kegiatan normal usaha untuk periode waktu yang relatif singkat seperti kas, surat berharga, piutang usaha dan persediaan.
Aktiva tetap, seperti tanah, sumber daya mineral, bangunan, peralatan, mesin dan kendaraan, semuanya digunakan dalam jangka panjang.
Aktiva lain-lain, seperti hak paten dan berbagai aktiva tidak berwujud seperti goodwill yang timbul dari akuisisi.
Sedangkan sumber dana utama adalah:
Kewajiban lancar, yaitu kewajiban kepada pemasok, instansi pajak, pekerja, dan pemberi pinjaman untuk hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun.
Kewajiban jangka panjang, yaitu berbagai instrumen hutang yang harus dibayar setelah satu tahun, seperti hipotik dan obligasi.
Ekuitas pemilik, yang menyajikan dana yang dikontribusikan oleh berbagai golongan pemilik perusahaan dan juga akumulasi laba ditahan dalam perusahaan.
2. Laporan operasi Laporan keuangan yang memuat pendapatan untuk periode tertentu serta biaya yang diperlukan termasuk penghapusan (yakni penyusutan dan amortisasi berbagai aktiva) dan pajak. Laporan keuangan operasi mencerminkan pengaruh keputusan operasi manajemen terhadap kinerja
24
perusahaan dan laba atau rugi operasi bagi pemilik perusahaan selama suatu periode waktu tertentu. Laba operasi juga disebut sebagai perhitungan laba-rugi (income statement) atau laporan pendapatan (earning statement) atau laporan laba dan rugi (profit and loss statement). 3. Laporan arus dana Laporan arus dana merupakan laporan yang memuat perubahan dalam pergerakan dana. Laporan ini mencerminkan keputusan tentang sumber dan penggunaan dana. Laporan arus dana juga disebut sebagai pelaporan arus kas. 4.
Laporan perubahan ekuitas pemilik (pemegang saham) Laporan perubahan ekuitas pemilik (pemegang saham) merupakan laporan yang memuat tentang perubahan utama perkiraan modal pemilik atau kekayaan bersih selama suatu periode tertentu.
2.2.4.5 Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki banyak manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Akan tetapi, laporan keuangan tetap memiliki sejumlah keterbatasan bagi penggunanya. Beberapa keterbatasan laporan keuangan dinyatakan dalam S Munawir (2002:9). Keterbatasan tersebut antara lain : 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan laporan yang bersifat final. Karena itu jumlah yang diungkapkan dalam laporan tidak mencerminkan nilai realisasi yang
25
mengandung pendapat pribadi yang dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen perusahaan yang bersangkutan. 2. Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan konsep going concern (anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus) sehingga aktiva tetap dinilai
berdasarkan
nilai
perolehannya
(intrinsic
value)
dan
pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu nilai bukunya yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu dimana daya beli uang tersebut semakin menurun dibanding dengan teori-teori sebelumnya. Karena itu, analisis laporan keuangan harus dilaksanakan dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan atau menjelaskan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan. Keterbatasan ini dapat menghambat penggunaan dalam memanfaatkan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, pihak-pihak yang berkepentingan sebaiknya menambahkan informasi dari sumber lainnya sehingga kepentingan yang akan diambil dapat lebih baik dan bermanfaat.
26
2.2.5 Analisis Rasio Keuangan 2.2.5.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, alat yang paling banyak digunakan secara umum adalah rasio-rasio keuangan. Melalui analisis rasio keuangan, para analis dapat menilai prestasi perusahaan khususnya prestasi keuangan perusahaan dengan lebih baik dan lebih mudah. Menurut S Munawir (2002:55), rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Sedangkan menurut Ridwan dan Inge (2003:128) mengemukakan analisa rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Input dasar untuk analisa rasio adalah laporan laba rugi dan neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan hasil perhitungan dari informasi yang terdapat pada laporan keuangan yang nantinya harus mencerminkan tentang nilai kinerja dan keadaan perusahaan. Tujuan dari analisis yang dilakukan sehingga akan didapatkan informasi yang akurat. 2.2.5.2 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan S Munawir (2002:2) berpendapat bahwa analisis rasio keuangan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Pada dasarnya analisis rasio tidak
27
hanya berguna bagi intern perusahaan. Namun banyak individu atau kelompok tertentu yang berbeda kepentingan atas keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan antara lain pemilik perusahaan, manajer perusahaan, para kreditur, serta pihak-pihak lain. Manajemen organisasi merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas efisiensi operasi yang tercermin dalam profitabilitas jangka panjang dan penggunaan modal atau sumber daya yang efektif. Bagi manager keuangan, menghitung rasio tertentu akan menghasilkan suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan di dalam aspek keuangannya, sehingga dapat membuat keputusan-keputusan yang penting bagi perusahaan di masa yang akan datang. Pemilik perusahaan berkepentingan atas profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Dalam hal ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan oleh pemilik. Pemilik tertarik pada pembayaran laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak yang ditanamakan kembali dan seberapa yang dibayarkan sebagai deviden kepada pemegang saham. Kreditur tertarik untuk mendanai suatu perusahaan yang berprestasi baik sehingga berjalan sesuai yang diharapkannya. Mereka berkepentingan atas kemampuan perusahaan membayar bunga dan membayar kembali pokok pinjaman yang telah jatuh tempo serta ketersediaan nilai aktiva residual tertentu yang memberikan perlindungan terhadap risiko yang mereka hadapi.
28
Selain itu, dengan melakukan analisis rasio maka akan membiasakan para pimpinan untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang perlu dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang dihadapi di masa mendatang. 2.2.5.3 Klasifikasi Rasio Keuangan Menurut Weston dan Copeland (1995:237), rasio-rasio keuangan berdasarkan hubungan analisis keuangan dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) kelompok ukuran, yaitu: 1. Ukuran Kinerja (Performance Measure) Ukuran kinerja terdiri dari beberapa rasio keuangan, yaitu: a. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen yang didasarkan atas hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. b. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
posisi
ekonomisnya
dalam
pertumbuhan
perekonomian dan dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi. c. Ukuran Penilaian Ukuran penilaian mengukur kemampuan manajemen untuk mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas.
29
2. Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency Measure) Ukuran efisiensi operasi terdiri dari beberapa rasio keuangan, yaitu : a. Manajemen aktiva dan investasi Manajemen aktiva dan investasi digunakan untuk mengukur efektifitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dan pemanfaatan sumber daya. b. Manajemen biaya Manajemen biaya mengukur bagaimana masing-masing elemen biaya dikendalikan. 3. Ukuran Kebijakan Keuangan Ukuran kebijakan keuangan terdiri beberapa rasio keuangan, yaitu : a. Rasio Leverage Rasio leverage digunakan untuk mengukur tingkat sejauh mana aktiva perusahan telah dibiayai oleh pengunaan hutang. b. Rasio Likuiditas Rasio likuidasi digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang masuk jatuh tempo. Menurut Ridwan dan Inge (2003:131), rasio keuangan dibagi dalam lima kategori dasar, yaitu : a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang masuk jatuh tempo. Tiga ukuran dasar dari likuiditas yaitu :
30
1. Modal kerja bersih, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan membagi aktiva lancar dikurangi pasiva lancar. 2. Rasio Lancar, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan membagi aktiva lancar dengan pasiva lancar. 3. Rasio
cepat,
adalah
sama
dengan
rasio
lancar
kecuali
tanpa
memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancar yang kurang likuid. b. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Rasio yang dipakai untuk mengukur aktivitas yaitu : 1. Perputaran persediaan, mengukur aktivitas dari persediaan perusahaan. 2. Perputaran piutang, mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang. 3. Rata-rata periode tagih, adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Rasio ini bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan kebijakan penagihan. 4. Rata-rata periode bayar, adalah jumlah rata-rata waktu yang diperoleh untuk membayar hutang dagang. 5. Perputaran aktiva tetap, merupakan alat ukur efisien dimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. 6. Perputaran total aktiva, menunjukan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan.
31
c. Rasio Hutang Rasio hutang digunakan untuk mengetahui resiko dari banyaknya jumlah hutang perusahaan yang digunakan. Ada 2 bentuk umum pengukuran hutang, yaitu : 1. Tingkat jumlah hutang, mengukur tingkat jumlah hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Dua ukuran yang biasa digunakan yaitu : a. Rasio hutang, mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. b. Rasio hutang terhadap ekuitas, perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal pemegang saham perusahaan. 2. Kemampuan melunasi hutang atau rasio mampu bayar bunga, mengukur berapa kali kemampuan perusahaan untuk memabayar kewajiban berupa bunga dari hasil laba bebelum bunga dan pajak. d. Rasio Profitabilitas Ada tiga rasio profitabilitas yang dapat dibaca langsung dari laporan laba rugi dalam prosentase yang umum, yaitu : 1. Marjin laba kotor, ukuran prosentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. 2. Margin laba bersih, ukuran prosentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran 3. Margin laba operasi, ukuran prosentase dari setiap sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan setiap rupiah penjualan.
32
4. Hasil atas total asset, ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva tersedia. 5. Hasil atas ekuitas, ukuran hasil yang diperoleh pemilik (pemegang saham) atas investasi dipenuhi. e. Rasio Pasar Rasio pasar memberikan petunjuk kepada investor seberapa baik perusahaan mengelola hasil dan resiko, 1. Rasio Harga Pasar/Pendapatan, mengukur jumlah uang dimana investor bersedia membayar untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. 2. Rasio Harga Pasar/ Nilai Buku, menghubungkan nilai pasar saham perusahaan terhadap nilai buku (nilai akuntansi). 2.2.5.4 Keunggulan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan Rasio-rasio keuangan selain memberikan banyak manfaat bagi para penggunanya, juga memiliki beberapa keterbatasan. Hal ini mengharuskan para analisis untuk menginterpretasikan dan menggunakan rasio keuangan secara hatihati dan penuh pertimbangan. Menurut Harahap (2002:298) keunggulan analisis rasio keuangan dibandingkan teknik analisis antara lain : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
33
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam menganalisis model-model mengambilan keputusan dan model prediksi. 5. Menstandarizir size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan satu dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic (time series). Analisis rasio keuangan memasang banyak memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa analisis ini juga memiliki beberapa kelemahan. Warsono (2003) mengidentifikasi beberapa kelemahan yang dimiliki oleh analisis rasio keuangan, yaitu: 1. Terkadang sulit untuk mengidentifikasi termasuk dalam kategori manakah perusahaan berada karena mungkin saja terjadi bahwa satu perusahaan beroperasi dalam beberapa bidang. 2. Angka rata-rata industri yang dijadikan patokan bagi nilai rasio hanyalah merupakan perkiraan saja dan hanya memberikan panduan umum. Hal ini karena angka tersebut bukan hanya berasal dari penelitian ilmiah atas perusahaan yang ada. 3. Perbedaan
praktik
akuntansi
pada
masing-masing perusahaan
dapat
menghasilkan perbedaan angka rasio keuangan. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi dan dapat menjadi terlalu rendah tergantung pada pratik atau metode akuntansi yang digunkan oleh perusahaan. Beberapa kelemahan rasio keuangan diatas menunjukan bahwa pada dasarnya rarsio keuangan tidak dapat digunakan secara individual untuk mengukur atau melihat kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
34
perusahaan tidak dapat dinilai hanya berdasarkan rasio keuangan saja. Akan tetapi perlu dilakukan beberapa pertimbangan lain seperti pertimbangan atas biaya modal pada pengukuran kinerja melalui EVA dan MVA. 2.3 Variabel-Variabel yang digunakan dalam Penelitian ini 1. Earning Per Share(EPS) Menurut Helfert (1997:89) Earning Per Share (EPS) secara sederhana melibatkan pembagian laba bersih untuk saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar. Laba per saham merupakan suatu ukuran dimana baik manajemen maupun pemegang saham menarik perhatian yang besar. Karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. 2. Price Earning Rasio (PER) Price Earning Rasio (PER) merupakan salah satu rasio pasar yang digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. PER menunjukan hubungan antara harga pasar biasa dengan Earning Per Share (EPS). Kemudian investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan yang paling tinggi tingkat pertumbuhan biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya
perusahaan
dengan
mempunyai PER yang rendah pula.
tingkat
pertumbuhan
rendah
cenderung
35
3. Debt to Earning Ratio (DER) Debt to Earning Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan jumlah lembar saham. Rasio ini menunjukan jumlah aktiva yang didanai oleh hutang. Dengan demikian, Debt to earning ratio yang dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat resiko tidak terbayarkan suatu hutang (Michell Suharli, 2005) 4. Return on Equity (ROE) Rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur hasil pengembalian atas investasi pemilik modal (investor) adalah hubungan antar laba bersih dengan kekayaan bersih (ekuitas atau investasi pemegang saham) (Helfert, 1997:87). Dalam melakukan perhitungan ini, tidak akan dibuat penyesuaian terhadap laba bersih karena jumlah tadi sudah secara tepat dikurangi dengan beban bunga yang dibayarkan pada pemberi pinjaman. Jadi laba bersih untuk perhitungan ini mencerminkan hasil sisa operasi sepenuhnya dimiliki oleh pemilik modal. Didalam kelompok pemegang saham hanya yang memegang saham biasa yang mempunyai klaim terhadap hasil sisa itu sesudah kewajiban terhadap dividen preferen dibayarkan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. 5. Return on Asset (ROA) Return on Asset digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, biasanya investor akan melihat dan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Selama ini laba akuntansi selalu menjadi fokus perhatian dalam
36
menilai kinerja sebuah perusahaan. Alat ukur finansial yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah ROA. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi dianggap menghasilkan kinerja yang baik. ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi ukuran profitabilitas perusahaan, serta menunjukan efisiensi manajemen dalam menggunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Semakin besar ROA, maka semakin efektif perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan laba. 6. Price Book Value (PBV) Price Book Value (PBV), rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar Keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan yang terus tumbuh. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio PBV diatas satu yang menunjukan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya (Suad Husnan, 198:287). Nilai yang lebih besar dari satu menunjukan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya. Jika rasio lebih kecil dari satu menunjukan bahwa sesungguhnya harga atau nilai perusahaan kurang dari biayanya. 7. Economic Value Added (EVA) Istilah EVA pertama kali dipopularkan oleh Stern Stewart & Company, sebuah perusahaan konsultan di Amerika Serikat (Pradono dan Yulius, 2004). Model EVA merupakan salah satu pengukur kinerja yang mengukur kinerja yang mengukur nilai tambah (added Value) dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan diatas cost of capital
37
perusahan. Secara sistematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan Cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukan perusahaan telah menciptakan kekayaan. Menurut McDaniel, Gadkari dan Fiksel (2000) dalam Pradono dan Yulius (2004) ada tiga hal utama yang membedakan EVA denga tolok ukur keuangan lainnya, yaitu : (1) EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengguna EVA bisa menyesuaikan dengan kondisi spesifik, (2) EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan kinerja unit bisnis, (3) struktur yang relatif sederhana membuat EVA bisa digunakan oleh bagian engineering, enveronmetal dan personil lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan. Apabila perusahaan mempunyai tujuan untuk melipatgandakan kekayaan pemegang saham, maka ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan seharusnya mempunyai hubungan langsung dengan return saham. 8. Maket Value Added (MVA) Perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham ketika mereka beraktifitas dalam proyek, produk, teknologi atau strategi yang mereka harapkan mendapatkan
pengembalian
lebih
besar
dibandingkan
biaya
modalnya.
Masalahnya adalah pengukuran kinerja dan imbalan yang diberikan kepada manajer. Manajer dinilai dan dibayar atas hasil yang sudah diberikan kepada perusahaan, bukan untuk hasil yang akan diberikan dimasa yang akan datang. Intinya, ketika pasar modal menilai perusahaan dan investasi atas dasar harapan
38
yang akan datang, pengukuran kinerja dan kompensasi insentif. Secara alami, harus didasarkan pada masa lalu. Jika perusahaan tidak memilih pengukuran kinerja dengan bijaksana mereka menjalankan resiko yang besar sekali karena membayar manajer untuk melakukan hak yang salah. Salah satu tolok ukur kinerja adalah nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA). MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Investor menyerahkan modal ke dalam perusahaan dengan harapan manajer akan menginvestasikan dengan produktif. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya dan mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin besar MVA, berarti kekayaan pemilik akan bertambah. MVA yang positif diartikan bahwa pasar menghargai nilai perusahaan melebihi modal yang diinvestasikan. MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen jarang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. 9 Return Saham Berdasarkan Pradhono dan Yulius (2004), tujuan suatu perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Jika perusahaan menikmati laba yang besar, nilai saham akan meningkat sementara nilai kreditur tidak berpengaruh. Sebaliknya jika nilai perusahaan mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan, maka hak kreditur akan didahulukan sementara nilai saham akan menurun drastis. Jadi dengan demikian nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk mengukur
39
efektivitas perusahaan, sehingga seringkali dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari tingkat pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan dividen tunai ataupun adanya perubahan harga saham pada suatu periode (Pradhono dan Yulius, 2004). Harga saham dipasar modal setiap saat bisa berubah (naik atau turun). Return saham diperoleh dari perubahan harga saham, yaitu harga jual dan harga beli ditambah dengan dividen kas yang dibagikan oleh perusahaan (Jogiyanto, 2003:111) Investor dapat memperoleh dua jenis pendapatan dari investasi, pertama , capital gain atau loss yang diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli saham. Kedua dividen kas, yang diperoleh apabila perusahaan membagikan laba perusahaan kepada investor. Sehingga faktor yang mempengaruhi harga dan dividen akan pula mempengaruhi return saham yang akan diperoleh investor. 2.4
Kerangka Pikir Penelitian ini berkaitan analisis dan pemilihan saham, khususnya saham
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama periode 2004-2006. Menurut Suad Husnan (1997:315), untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.. Fokus penelitian ini adalah penilaian saham dengan menggunakan analisis fundamental, merupakan suatu pendekatan analisis saham yang melihat kinerja keuangan perusahaan sebagai pertimbangan bagi investor sebelum menanamkan dananya.
40
Alat pengukur kinerja keuangan ini ada dua macam yaitu alat pengukur kinerja keuangan konvensional berupa rasio keuangan yang dalam penelitian ini diwakili oleh EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV. Pengukuran kinerja keuangan non-konvensional menggunakan EVA dan MVA. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh EVA, MVA serta rasio keuangan EPS, PER, DER, ROA, ROE dan PBV terhadap return saham perusahaan.
41
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Pikir Reaksi investor terhadap return saham perusahaan manufaktur setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk merangsang investasi baru Kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Analisis saham Anilisis Teknikal
Analisis Fundamental
(variabel X) : Rasio Keuangan EPS,PER,DER,ROA,ROE, PBV
(Variabel Y) Return saham
EVA dan MVA Perumusan Hipotesis
Regresi Linier Berganda Uji F
Uji t
Pengaruh Simultan
Pengaruh Parsial
Hasil
42
2.5
Hipotesis Untuk menjawab permasalahan penelitian diatas maka hipotesis yang
dikembangkan adalah : Hipotesis 1:. terdapat pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara simultan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hipotesis 2: terdapat pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara parsial terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan mengenai pengaruh variabel bebas yang terdiri dari rasio keuangan (EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV), EVA dan MVA terhadap variabel terikat (return saham). Berdasarkan sifat analisisnya, jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori. Seperti yang dikemukakan oleh Singarimbun dan Efendi (1995:5) explanatory research merupakan penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dengan fokus terletak pada penjelasan hubungan antar variabel. 3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ). Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:146), data sekunder merupakan jenis data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yang umumnya merupakan bukti, catatan atau laporan histories yang telah tersusun dalam arsip. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini
adalah dengan
menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh secara langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa data historis yang kemudian digunakan sebagai bahan penelitian (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:147). Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
44
1. Harga penutupan saham bulanan dan deviden yang diperoleh dari fact book. 2. IHSG bulanan selama periode penelitian, diperoleh dari fact book. 3. Tingkat suku bunga SBI, sebagai ukuran tingkat bunga bebas resiko yang diperoleh dari Bank Indonesia, diperoleh dari www.bi.go.id. 4. Annual report selama periode penelitian, diperoleh dari www.jsx.co.id 5. Rasio-rasio keuangan selama periode penelitian, diperoleh dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory) 3.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190. Namun dalam pengumpulan data penelitian dilakukan di Bursa Efek Jakarta (JSX Corner) Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang yang berlokasi di Jalan MT. Haryono 165 Malang. 3.4 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan periode tahun 2004-2006 sejumlah 146 perusahaan. Pengambilan sampel melalui teknik Purposive Sampling yang menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:151) yaitu cara menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data yang maksimal. Penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan mempublikasikan Laporan Keuangan secara kontinyu selama tahun 2004-2006,
45
2. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode penelitian, investor yang rasional tidak akan menginvestasikan dananya pada saham perusahaanperusahaan yang ekuitasnya negatif. 3. Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan dengan satuan selain rupiah, karena jika menggunakan satuan selain rupiah dapat mengakibatkan pembiasan dalam analisis. Dengan menggunakan kriteria diatas didapatkan jumlah dari sampel yang digunakan dalam penelitian ini, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3.1 Rincian Jumlah Sampel Keterangan
No 1 2
Jumlah populasi Perusahaan tidak mempublikasikan Laporan Keuangan secara kontinue selama tahun 2004-2006 Perusahaan mengalami kerugian selama periode penelitian Perusahaan menyajikan laporan keuangan dengan satuan selain rupiah Total
3 4
Jumlah 146 (10) (64) (3) 69
Data mengenai sampel yang berjumlah 69 perusahaan disajikan pada lampiran I. 3.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Identifikasi Variabel Variabel diklasifikasikan berdasarkan fungsi variabel dalam hubungan antar variabel, yaitu: variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas, menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:63) adalah tipe variabel
yang menjelaskan atau
yang
mempengaruhi variabel lainnya. Sedangkan variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.
46
Dua jenis Variabel yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel terikat (dependent variable), yang dinyatakan dalam notasi Y. Variabel terikat (Y) diidentifikasi dengan return saham 2. Variabel bebas (independent variable), yang dinyatakan dengan notasi Xi Variabel bebas (Xi) diidentifikasi sebagai berikut : a. Earning Per Share (EPS), dinyatakan sebagai X1 b. Price Earning Ratio (PER), dinyatakan sebagai X2 c. Debt to Earning ratio (DER), dinyatakan sebagai X3 d. Return on Asset (ROA), dinyatakan sebagai X4 e. Return on Equity (ROE), dinyatakan sebagai X5 f. Price Book Value (PBV), dinyatakan sebagai X6 g. Economic Value Added (EVA), dinyatakan sebagai X7 h. Market Value Added (MVA), dinyatakan sebagai X8 3.5.2 Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Terikat (Y) atau Return Saham Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham yang dihitung dari selisih harga saham bulanan. Berdasarkan data harga saham bulanan tersebut dihitung adanya capital gain atau loss dari saham-saham bersangkutan. Menurut Jogiyanto (2003:109) Capital gain atau loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relative terhadap harga sebelumnya. Jika harga investasi sekarang P(t-1) lebih tinggi dari harga investasi sebelumnya (Pt)
47
berarti terjadi capital gain. Jika harga investasi sekarang P(t-1) lebih rendah dari (Pt) berarti terjadi capital loss. Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung return saham menurut Jogiyanto (2003:111) adalah sebagai berikut : Rit
P
Pi t !
it
Pi t 1
D Pi (t 1)
Keterangan : Rt
Re turn Saham
Pt
H arg a investasi sebelumnya
Pt 1 h arg a investasi Sekarang D
dividen
2. Variabel Bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi/variabel penyebab bagi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan manufaktur. Kinerjanya diukur dengan analisis rasio yang berkaitan langsung dengan saham rasio tersebut yaitu : a. EPS (X1) Laba per saham, adalah rasio yang menunjukkan laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham per lembar sahamnya. Laba per saham menurut Ridwan dan Inge (1997 : 156) dihitung dengan rumus : Laba per saham =
Pendapa tan Bagi Pemegang Saham Biasa Jumlah saham biasa yang beredar
b. PER (X2) PER merupakan suatu rasio yang digunakan untuk mengukur harga pasar tiap lembar saham biasa dengan laba per lembar saham. Prosentase rasio
48
harga/laba ini mencerminkan penilaian pemodal terhadap pendapatan perusahaan di masa yang akan datang. (Ridwan dan Inge, 1997:155) PER =
H arg a Pasar per Lembar saham biasa Pendapa tan per saham
c. DER (X3) DER adalah rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Prosentase dari rasio ini mencerminkan struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah Ekuitas pemilik. DER =
Total Hu tan g jangka Panjang Ekuitas Pemegang saham
(Ridwan dan Inge, 1997:155)
d. ROA (X4) Hasil pengembalian atas Aktiva, adalah rasio yang mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari total investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil pengembalian atas Aktiva menurut Weston dan Copeland (1995 : 240) dihitung dengan rumus : Hasil pengembalian atas Aktiva =
Keuntungan sebelum bunga dan pajak Total Aktiva
e. ROE (X5) Hasil pengembalian atas Ekuitas, adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang tersedia bagi pemegang saham. Hasil pengembalian atas Ekuitas menurut Weston dan Copeland (1995 : 241) dihitung dengan rumus : ROE =
Keuntungan bersih sesudah pajak Total Ekuitas
49
f. PBV (X6) Price Book Value merupakan rasio yang menghubungkan nilai pasar berjalan atas dasar per lembar saham dengan nilai buku ekuitas pemilik seperti dinyatakan dalam neraca, juga atas dasar per lembar saham. Menurut Njo Anastasia (2003) sebagai berikut : PBV
Ekiutas Saham Biasa Jumlah Saham yang Beredar
g. EVA (X7) EVA merupakan suatu pendekatan baru dan juga merupakan ukuran profitabilitas
dalam
menilai
kinerja
perusahaan
dengan
mempertimbangkan secara adil harapan-harapan penyandang dana, terutama pemegang saham dan kreditur. Menurut Zaki Baridwan dan Ari Legowo (2002) rumus EVA sebagai berikut : 1. EVA = NOPAT - (WACC x capital) 2. NOPAT (net profit after taxes) adalah laba bersih ditambah beban bunga setelah pajak. 3. WACC = (biaya hutang x proporsi hutang) + (biaya modal saham x proporsi modal saham) 4. Sedangkan
biaya
modal
saham
dapat
dihitung
dengan
menggunakan Capital Asset Princing Model (CAPM), yaitu : Ri = Rf + (Rm- Rf) βi Dimana : Ri = biaya modal saham untuk perusahaan pada tahun ke-i Rf = tingkat bunga bebas risiko rata-rata per tahun Rm = tingkat pengembalian pasar rata-rata per tahun
50
βi = beta untuk saham perusahaan i Perhitungan βi menurut Suad Husnan (2001 :115) sebagai berikut :
i
n . XY X Y n
X
2
X
2
Dimana : Β = Beta untuk saham perusahaan n = jumlah data X = tingkat bunga bebas risiko rata-rata per tahun(SBI) Y = tingkat pengembalian pasar rata-rata per tahun (Rm) Perhitungan tingkat pengembalian pasar bulan yang dihitung sebagai berikut :
Rm
IHSGt IHSGt 1 IHSGt 1
(Zaki Baridwan dan Ary Legowo, 2002)
Dimana : Rm = Return Saham IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode t IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode t-1 h. MVA (X8) Market Value added adalah perbedaan antara nilai pasar lancar dari perusahaan dan kontribusi modal investor. Jika MVA positif, perusahaan mempunyai nilai tambah. Jika negatif perusahaan nilainya menurun. Jumlah. Rumus bagi MVA menurut Zaki Baridwan dan Ary Legowo, (2002) adalah : MVA = Equity Market Value ( EMV ) Equity Book Value (EBV)
51
Dimana : EMV = Number Share x Price/ Share EBV = Number Share x Nominal Value/ Share 3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik Untuk mendapatkan model analisis yang tidak bias dan efisien atau model analisis dapat memberikan hasil yang representatif, maka model tersebut harus memenuhi beberapa asumsi dasar klasik, yaitu memenuhi asumsi kenormalan residual (Uji Normalitas), tidak terjadi gejala Multikolinearitas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas. 1. Uji Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal. Metode yang digunakan dalam uji ini dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Menurut Imam Ghozali (2005:112), pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas 2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak megikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
52
2. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas bermaksud untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Menurut Arif dalam Michell Suharli (2005:108) menyatakan multikolinearitas adalah situasi dimana adanya korelasi variabel bebas antara satu dengan yang lainnya. Menurut C Ambar dan Sherli (2006), untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan antara variabel bebas satu dengan yang lainnya digunakan nilai Tolerance Value atau Variance Inflation Factor (VIF). VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0.1 maka model dapat dikatakan terbebas dari Multikolinearitas. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah nilai Tolerance. Pada nilai VIF tinggi berarti adanya Koliniearitas yang tinggi. 3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah varians dalam model terjadi ketidaksamaan varian dari pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas (Michell Suharli, 2005). Untuk menguji Homoskedastisitas dilakukan dengan Uji Koefisien Rank Spearman yaitu mengkorelasikan antara semua variabel bebas dengan residual jika signifikansi (sig) yang diperoleh lebih besar dari α = 0.05, maka persamaan
regresi
tersebut
homokedastisitas
(tidak
mengandung
heterokedastisitas) (Pradhono dan Yulius, 2004). 4. Uji Autokorelasi Uji Autokorelai merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel terikat tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Model regresi linier berganda dikatakan BLUE jika tidak terjadi Autokorelasi. Untuk mendeteksi ada
53
tidaknya Autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin Watson (dw) dengan ketentuan sebagai berikut (Gujarati, 1997 : 217-218) a. Terjadi Autokorelasi positif jika nilai dw terletak antara 0 < dw < dl. b. Terjadi Autokorelasi positif maupun negatif jika nilai dw terletak antara du < dw < 4-du. c. Ragu-ragu tidak ada Autokorelasi positif (tidak ada kesimpulan) jika dl < dw < du. d. Ragu-ragu tidak ada Autokorelasi negatif (tidak ada kesimpulan) jika 4-du < dw < 4dl 3.6.2 Uji Hipotesis Pengujian terhadap seluruh hipotesis penelitian dilakukan dengan regresi linier berganda. Menurut Michell Suharli (2005) analisis regresi berganda menyangkut hubungan antara sebuah variabel dependen (tidak bebas) dengan dua atau lebih variabel indepanden (bebas). Menurut Gujarati (1997:250) bentuk umum dari perumusan model regresi linier berganda adalah : Yi = ß1 + ß2X2 +ß3X3 +.................+ ßkXk + Ut Dimana : ß1
= Intersep (konstanta)
ß2- ßk = Koefisien Korelasi Ut
= Standar Error
Y
= Variabel Dependen
X
= Variebel Independen
54
Berdasarkan
perumusan
tersebut,
penelitian
ini
berusaha
mengoperasikannya didalam variabel yang digunakan sehingga bentuk persamaan menjadi sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e Keterangan : Y = Return Saham a = Konstanta
X5 = ROE
X1 = EPS
X6 = PBV
X2 = PER
X7 = EVA
X3 = DER
X8 = MVA
X4 = ROA
e = Standar Error
Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut : Ho : b1, b2, b3..….= 0, berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Ha : b1, b2, b3…. 0, berarti variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji-uji sebagai berikut : 1. Uji F Uji F dengan signifikansi ( 0,05 ) digunakan untuk menguji apakah semua variabel bebas (EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV, EVA dan MVA) secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (return saham).
55
Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : b1, b2, b3, …………b8 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, Ha : b1, b2, b3, ………b8 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf signifikan 0,05 adalah, 1. Jika F hitung > F tabel berarti Ho ditolak. 2. Jika F hitung < F tabel berarti Ho diterima. 2. Uji t Uji t dengan signifikan ( 0,05 ) digunakan untuk menguji apakah semua variabel bebas (EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV, EVA dan MVA) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (return saham). Hipotesis yang digunakan adalah Ho : b1/ b2/ b3/…………b8 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat, Ha : b1,/ b2/ b3/ ………b8 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf signifikan 0,05 adalah, 1. Jika thitung>ttabel berarti Ho ditolak. 2. Jika thitung
56
3. Koefisien Determinan Menurut Imam Ghozali (2005:83) koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendeteksi satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan periode penelitian yang digunakan tahun 2004-2006. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar adalah 146 perusahaan. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan dengan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria yang telah dijelaskan pada bab III. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian sebanyak 69 perusahaan sebagaimana yang tercantum pada lampiran I. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan Jakarta Stock Excange (JSX), annual report. Data-data tersebut adalah rasio keuangan (EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV), laporan keuangan, IHSG, dividen dan harga saham penutupan bulanan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Rasio keuangan, laporan keuangan digunakan untuk menghitung nilai variabel bebas sedangkan harga saham penutupan bulanan perusahaan selama 1 tahun beserta dividen digunakan untuk menghitung variabel terikat yaitu return. 4.2 Penjelasan Variabel Penelitian pada Perusahaan Sampel 4.2.1 Earning Per Share (EPS) Earning Per Share dalam penelitian merupakan pengembalian per tahunan. PER diukur dengan cara menghitung rasio laba bersih dengan jumlah lembar saham yang beredar. Umumnya para pemegang saham seringkali memusatkan perhatiannya pada earning per share, karena earning per share mencerminkan
58
jumlah rupiah yang akan diperoleh untuk setiap lembar saham. Calon investor dan investor sangat suka dengan EPS yang tinggi, karena dengan EPS merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan perusahaan. Dengan demikian EPS mempunyai pengaruh nyata terhadap return yang diterima oleh investor. Berdasarkan data EPS yang tampak di lampiran II. Selama tiga tahun penelitian yaitu tahun 2004-2006 perusahaan sampel mempunyai rata-rata sampel sebesar Rp 469,91. Pada tahun 2006, terdapat 5 perusahaan sampel yang mempunyai EPS negatif, hal ini terjadi karena pada PT Tirta Mahakam Resource Tbk. dan PT Prima Alloy Stell Tbk. telah menerbitkan saham baru tanpa diimbangi dengan kenaikan laba perusahaan. Sedangkan pada perusahaan lain yang EPS-nya negatif yaitu pada PT Intikeramik Alamasri industri Tbk, PT Argha Karya Prima Industri Tbk., dan PT indofarma Tbk. karena adanya penurunan laba bersih dan dimungkinkan adanya laba ditahan. Berdasarkan rata-rata selama periode tahun 2004-2006 EPS tertinggi diperoleh PT. Aqua Golden M Tbk. sebesar Rp 5693.33 dan terendah pada PT. Indofarma Tbk sebesar -0.67. Sementara berdasarkan rata-rata tahunan, rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar Rp 541.17 dan terendah terjadi pada tahun 2004 yakni sebesar Rp 436.75. 4.2.2 Price Earning Ratio (PER) Price Earning ratio dalam penelitian merupakan per tahunan yang diperoleh dari perbandingan harga pasar perlembar saham biasa (closing price per akhir desember) dibagi dengan earning per share pada tahun bersangkutan. Adapun data price earning ratio (PER) dari perusahaan sampel selama
59
periode 2004-2006 dapat dilihat pada lampiran III. Berdasarkan data tersebut didapat suatu kesimpulan bahwa price earning ratio selama tiga tahun pada perusahaan sampel mempunyai rata-rata sebesar 77.18 kali. Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata PER lebih tinggi dari pada rata-rata PER sampel yaitu perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. sebesar 3.111,44 kali, PT Delta Dunia Petrotindo Tbk. sebesar 329,75 kali, PT Fajar Surya Wasesa Tbk. sebesar 314,11 kali, PT Hexindo Adiprakarsa Tbk. sebesar 462,48 kali. Berdasarkan rata-rata tahun periode penelitian, rata-rata PER tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 118.24 dan terendah pada tahun 2006 sebesar 45.47. Tingginya nilai PER pada perusahaan sampel tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan yang tinggi atau prospek yang baik dimasa mendatang, sehingga investor memberikan harga relatif tinggi. Sedangkan untuk perusahaan selain keempat perusahaan diatas memiliki nilai rata-rata PER lebih rendah dari rata-rata sampel. Rendahnya nilai PER dapat diartikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan yang rendah atau prospek yang kurang baik dimasa mendatang dan sebagai akibatnya investor akan memberikan harga yang relatif rendah 4.2.3 Debt to Earning Ratio (DER) Debt to Earning Ratio pada penelitian ini merupakan DER tahunan yang diperoleh dari perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan per desember dengan jumlah lembar saham yang beredar. Data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006 hal ini tampak pada lampiran IV.
60
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa DER selama tiga tahun pada perusahaan sampel mempunyai rata-rata sebesar 3.78 %. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata DER lebih tinggi dari pada rata-rata DER sampel yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. sebesar 179.82%, PT Inti keramik Alamasri Tbk. sebesar 6.14%. Semakin tinggi nilai DER mencerminkan bahwa proporsi aktiva yang didanai oleh kreditur lebih besar daripada pemilik perusahaan. Dapat dikatakan bahwa rasio ini menggambarkan berapa besar perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Semakin besar rasio hutang suatu perusahaan maka akan memperbesar pula beban bunga yang harus ditanggung perusahaan sehingga akan memaksa perusahaan untuk memperbesar EBIT agar lebih besar. Disamping itu nilai jaminan hutang atas kekayaan semakin meningkat dapat menimbulkan ancaman kebangkrutan. Tinggi rendahnya DER akan berpengaruh pada besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai DER yang tinggi berarti hutang perusahaan besar maka laba yang diperoleh perusahaan akan menjadi lebih kecil karena akan digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Sedangkan perusahaan dengan nilai DER yang rendah akan mengurangi beban membayar bunga pinjaman sehingga laba yang didapat akan lebih besar. Selain itu disisi lain, semakin besar hutang maka akan semakin kecil jumlah ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. 4.2.4 Return on Asset(ROA) Return on Asset yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ROA per tahun. ROA diukur dengan cara membandingkan keuntungan sebelum bunga dan
61
pajak dengan total aktiva. Data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006. Hal ini tampak lampiran VI. Berdasarkan data, terlihat bahwa ROA rata-rata selama 3 tahun penelitian yang dimulai tahun 2004 sampai tahun 2006 adalah 7.75%. Perusahaan yang mempunyai rata-rata ROA diatas rata-rata sampel berarti perusahaan tersebut mampu memanfaatkan asset yang di miliki secara lebih efisien untuk menghasilkan laba. Berapa perusahaan yang memiliki rata-rata ROA diatas ratarata sampel yaitu PT Multi Bintang Indonesia Tbk. sebesar 14.64%, PT Sari Husada Tbk. sebesar 23.19%, PT Ricky Putra Globalindo Tbk. sebesar 8.72%. Rata-rata selama periode penelitian yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 ROA tertinggi pada PT Unilever Tbk. sebesar 38.55, sedangkan ROA terendah pada PT Indofarma Tbk. sebesar -0.26. Sedangkan dilihat dari rata-rata pada masing-masing tahun penelitian ROA tidak mengalami perbedaan yang jauh yaitu pada tahun 2004 sebesar 7.85 dan tahun 2005 sebesar 7.79 dan tahun 2006 sebesar 7.60. ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan seluruh aktiva yang dimiliki. ROA memiliki hubungan positif dengan harga saham yang berarti semakin efisien perputaran asset pada perusahaan tersebut dan semakin tinggi pula laba yang dihasilkan. 4.2.5 Return on Equity (ROE) Pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang telah go public ekuitas atau modal yang ditanamkan oleh pemegang saham atau investor merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan perusahaan. Sebagai
62
investor tentunya memiliki harapan hasil atau return terhadap dana yang telah diinvestasikan. Return on Equity dalam penelitian merupakan ROE per tahun, ROE diukur dengan cara menghitung rasio laba bersih dengan jumlah modal sendiri. Berdasarkan data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006 yang tampak di lampiran V. Diketahui bahwa ROE rata-rata selama 3 tahun mulai dari 2004 sampai tahun 2006 adalah 13,52 %. Beberapa perusahaan selama periode penelitian mempunyai rata-rata ROE yang lebih tinggi dari rata-rata ROE sampel, yaitu PT Unilever Indonesia sebesar 67.03 %, PT Sari Husada Tbk. sebesar 28.82% dan seterusnya. Perusahaan ini berarti perusahaan tersebut relatif lebih mampu menghasilkan pendapatan dengan memanfaatkan ekuitas yang mereka miliki. Semakin tinggi ROE atau penghasilan yang diperoleh, maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Dimana hal ini menggambarkan semakin meningkatnya penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan. Berdasaran rata-rata selama periode tahun 2004-2006 ROE tertinggi diperoleh PT.Unilever Tbk, sebesar 67.03% dan Terendah diperoleh PT. Prasidna Aneka Niaga Tbk. sebesar -40.88%. Sementara berdasarkan rata-rata tahunan, rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 14.30%, terendah terjadi pada tahun 2005 yakni sebesar 12.49%.
.
Pada data ROE pada perusahaan sampel mengalami fluktuasi, ada yang mengalami kenaikan dan juga penurunan. Penurunan ROE karena perusahaan sampel mengalami penurunan laba atau penurunan penggunaan hutang dalam
63
struktur modal. Dan kenaikan ROE karena pada tahun itu perusahaan sampel mengalami kenaikan laba atau kenaikan jumlah hutang atau terjadi penurunan aktiva. 4.2.6 Price Book Value (PBV) Price Book Value dalam penelitian ini merupakan PBV per tahun. PBV diukur dengan cara membagi harga pasar per saham dengan nilai buku perusahaan. Data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006. Nilai Price Book Value perusahaan dapat dilihat pada lampiran VII. Berdasarkan data PBV, terlihat bahwa PBV rata-rata pada tahun penelitian adalah 1.63 kali. Perusahaan yang memiliki rata-rata PBV tertinggi pada PT Unilever Tbk. sebesar 15.10 kali dan tertinggi ke dua pada PT Sari Husada Tbk. sebesar 6.62 kali. Sedangkan PBV terendah pada PT Alumindo Light Metal Tbk sebesar 0.43. Sedangkan dilihat dari rata-rata pada masing-masing tahun penelitian PBV tertinggi pada tahun 2004 sebesar 1.71 dan terendah pada tahun 2005 sebesar 1.67 sedangkan pada tahun 2006 sebesar 1.51. Rasio
PBV
menunjukan
tingkat
kemampuan
perusahaan
dalam
menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Sehingga semakin tinggi rasio ini, maka semakin berhasil dan mampu perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. 4.2.7 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added dalam penelitian ini merupakan EVA per tahun. EVA merupakan selisih antara Nopat selama 1 tahun buku dan capital yang
64
dikalikan WACC. Data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006. Hal ini tampak pada lampiran VIII. Berdasarkan data EVA terlihat bahwa EVA rata-rata selama 3 tahun penelitian
yang dimulai
tahun
2004
sampai
tahun
2006
adalah
Rp
148.038.974.459,-. Perusahaan yang mempunyai rata-rata EVA diatas rata-rata sampel berjumlah 6 perusahaan yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT Semen Gresik, PT Astra International Tbk, PT Kalbe Farma Tbk dan PT United Traktor Tbk. Suatu perusahaan mempunyai EVA negatif pada tahun sekarang bisa jadi akan mempunyai nilai EVA positif pada tahun berikutnya. Seperti pada PT Davomas Abadi Tbk yang pada tahun 2004 dan 2005 mempunyai nilai EVA negatif tetapi pada tahun 2006 bernilai positif. Sehingga bisa disimpulkan bahwa EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada tahun tertentu. EVA positif menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat biaya yang diharapkan investor atas investasinya. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai bagi penyedia dana karena telah memaksimumkan nilai perusahaan. Sedangkan EVA negatif menunjukan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagi akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pegembalian yang diharapkan penyedia dana atau dengan kata lain tidak ada nilai tambah yang diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
65
4.2.8 Market Value Added (MVA) Market Value Added dalam penelitian ini merupakan MVA tahunan yang diperoleh dari selisih antara nilai pasar ekuitas (market value of equity) dengan nilai buku ekuitas (book value of equity). Data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006. Hal ini tampak pada lampiran IX. Berdasarkan data MVA dari perusahaan sampel dapat diketahui bahwa dari ke-69 perusahaan sampel memiliki nilai market value added yang cenderung bervariasi. Nilai MVA yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Sebaliknya nilai MVA yang negatif menandakan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Secara umum dapat diketahui bahwa pada tahun 2006 lebih banyak perusahaan sampel yang memiliki nilai MVA negatif daripada tahun sebelumnya. Bilamana kita lihat dari rata-rata nilai MVA perusahaan sampel selama periode 2004-2006 sebesar Rp 1.408.994.551.965,-. Dan perusahaan yang memiliki MVA rata-rata lebih besar daripada rata-rata MVA sampel yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Gudang Garam Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT Semen Gresik Tbk, PT United Traktor Tbk, PT Astra Internasional Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Tempo Scan Pasifik Tbk. Tingginya nilai MVA pada kesembilan perusahaan sampel diatas disebabkan oleh closing price selama periode
2004-2006
yang
cenderung
meningkat. Sedangkan bila dilihat dari jumlah saham yang beredar cenderung
66
tetap dari tahun ke tahun dan walaupun ada perusahaan yang menerbitkan saham baru yang berarti akan menambah jumlah saham yang beredar. Kodisi ini mengakibatkan nilai MVA perusahaan tersebut relatif tinggi sehingga mampu berada diatas rata-rata sampel. Sebaliknya rendahnya nilai MVA pada perusahaan sampel sampai berada dibawah rata-rata diakibatkan oleh closing price selama periode 2004-2006 yang cenderung menurun. Bahkan penurunan closing price ini ada yang melebihi book value dari saham perusahaan sehingga menyebabkan nilai MVA negatif. 4.2.9 Return Saham Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham bulanan, kemudian return saham bulanan selama dua belas bulan dirata-rata untuk mendapatkan return saham tahunan. Return saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:111): Rit
P
it
Pi t ! Pi t 1
D Pi (t 1)
Adapun data return dari perusahaan sampel yang tercatat selama periode 2004-2006 dapat dilihat pada lampiran X. sebagai penerapan rumus diatas dapat dicontohkan pada pemberian return pada PT Aqua Golden Misissipi Tbk tahun 2004 sebesar 0.108 atau 10.8 %. Angka 0.108 atau 10.8% ini merupakan hasil rata-rata selama 12 bulan return bulanan, yaitu return bulan januari 2004 sampai return bulanan per desember 2004. Sementara return bulanan per januari 2004
67
diperoleh dari (closing price bulan desember 2003 - closing price bulan januari 2004): closing price bulan januari 2004. Return saham selama tiga tahun pada perusahaan sampel mempunyai ratarata sebesar 2.26 atau 226%. Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata return lebih tinggi daripada nilai rata-rata return sampel yaitu PT Indofood sukses makmur Tbk dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Kedua perusahaan tersebut memiliki rata-rata return yang tinggi karena pada tahun 2005, kedua perusahaan mempunyai return yang sangat tinggi. 4.3
Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik dengan penelitian ini dilakukan empat uji asumsi klasik
yang harus dipenuhi supaya persamaan regresi yang dihasilkan dapat dihandalkan untuk peramalan. Keempat uji asumsi tersebut sebagai berikut: pengujian normalitas menggunakan uji Scatter Plot, pengujian multikolonieritas dengan menggunakan besarnya Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance, pengujian Heterokedasitas dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman dan Uji Autokorelasi mengunakan metode Durbin Waston(dw-test). 4.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan bebas mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Metode yang digunakan dalam uji ini adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal menurut Imam Ghozali (2005:112) pada prinsipnya normalitas
68
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dengan pengambilan keputusan. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukan pola ditribusi normal. Maka model regresi memenuhi asumsi normalitas berdasarkan hasil pengolahan data (lihat lampiran XI) grafik yang menunjukan bahwa distribusi data penelitian ini berada disekitar sumbu diagonal sehingga distribusi data penelitian ini dapat dikatakan normal 4.3.2 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi variabel bebas antara satu dengan yang lainnya. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Jika VIF mempunyai nilai dibawah 10 dan batas dari Tolerance Value sebesar 0.10 maka tidak terjadi multikolineritas. Berikut disajikan hasil Uji Multikolinearitas :
69
Table 4.3.2 Uji Multikolineritas Collinerity Variabel Statistic
Keterangan
Tolerance
VIF
EPS
0,896
1,117 Tidak terjadi Multikolinearitas
PER
0,467
2.119 Tidak terjadi Multikolinearitas
DER
0,469
2,113 Tidak terjadi Multikolinearitas
ROA
0,538
1,860 Tidak terjadi Multikolinearitas
ROE
0,412
2,429 Tidak terjadi Multikolinearitas
PBV
0,519
1,926 Tidak terjadi Multikolinearitas
EVA
0,252
3,965 Tidak terjadi Multikolinearitas
MVA
0,162
6,176 Tidak terjadi Multikolineritas
Sumber: data diolah 4.3.3 Uji Heterokedatisitas Pengujian Heterokedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda disebut heterokedatisitas (Michell Suharli, 2005:112). Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedatisitas digunakan Spearman Rank collection. Uji Spearman Rank Collection dapat diaplikasikan pada sampel besar dan kecil (C Ambar dan Sherli, 2006), merupakan pengkorelasian antara semua variabel bebas dengan obsolut residual. Jika signifikan lebih besar dari 0.05 menunjukan hubungan yang tidak signifikan antara residual dengan variabel terikat sehinga heterokedasitas tidak terjadi.
70
Berikut disajikan hasil uji heteroskedatisitas : Tabel 4.3.3 Uji Heterokedasitas Variabel Residual(Sig) Keterangan EPS
0,462
Homokedatisitas
PER
0,541
Homokedatisitas
DER
0,448
Homokedatisitas
ROA
0,644
Homokedatisitas
ROE
0,092
Homokedatisitas
PBV
0,131
Homokedatisitas
EVA
0,700
Homokedatisitas
MVA
0,559
Homokedatisitas
Sumber: data diolah 4.3.4 Uji Autokorelasi Pengujian Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam sebuah model regresi linier terjadi korelasi antara variabel dependen dengan dirinya sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai sesudahnya. Model regresi yang baik adalah regresi yag terbebas dari autokorelasi. Ada tidaknya Autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson. Apabila nilai nilai Durbn-Watson terletak didaerah “tidak ada Autokorelasi” dibantu dengan tabel Dw. Untuk mendeteksi ada tidaknya Autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin Watson (dw) dengan ketentuan sebagai berikut (Gujarati, 1997: 217) a. Terjadi Autokorelasi positif jika nilai dw terletak antara 0 < dw < dl.
71
b. Terjadi Autokorelasi positif maupun negatif jika nilai dw terletak antara du < dw < 4-du. c. Ragu-ragu tidak ada Autokorelasi positif (tidak ada kesimpulan) jika dl < dw < du. d. Ragu-ragu tidak ada Autokorelasi negatif (tidak ada kesimpulan) jika 4-du < dw < 4dl Nilai du dan dl penelitian tidak dapat di temukan pada tabel Dw maka penelitian ini menggunakan pernyataan Makridakis et.al (1983) dalam Krisna (2005) mengunakan ketentuan sebagai berikut :
1.65 < Dw < 2.35 tidak ada Autokorelasi
1.21 < Dw < 1.65 atau 2.35 < Dw < 2.79 ragu-ragu
Dw < 1.21 atau Dw > 2.79 terjadi Autokorelasi Dari hasil uji Autokorelasi, dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson
adalah 1.929. Nilai ini berarti berada pada posisi 1.65 < Dw < 2.35, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat gejala Autokorelasi. 4.4
Hasil Penelitian
4.4.1 Persamaan Regresi Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Alat
72
pengujian yang digunakan adalah regresi berganda. Berikut merupakan persamaan yang disajikan pada tabel. Tabel 4.4 Persamaan Regresi Unstadardized Variabel coefisien (ß) konstanta 6,331 EPS (X1) 2,715.E-03 PER(X2) 6.052.E-04 DER(X3) -2.716.E-03 ROA(X4) 0,208 ROE(X5) 9,718.E-02 PBV(X6) 1,430 EVA(X7) 6,546.E-13 MVA(X8) 1,474.E-13 Sumber: data diolah Berdasarkan hasil penghitungan regresi berganda pada tabel 4.4 diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut. Y = 6,332 + 2,715.E-03X1 + 6,052.E-04X2 – 2,716.E-03X3 + 0,208X4 + 9,718.E-02X5 + 1,430X6 + 6,546.E-13X7 + 1.482.E-13X8 + e Keterangan : Y = Return Saham X1 = earning per share (EPS) X2 = price earning ratio (PER) X3 = debt to equity rasio (DER) X4 = return on equity (ROE) X5 = return on asset (ROA) X6 = price book value (PBV) X7 = economic value added (EVA) X8 = market value added (MVA) e = Error
73
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa koefisien pada variabel X1 (EPS), X2 (PER), X4 (ROA), X5 (ROE), X6 (PBV), X7 (EVA), dan X8 (MVA) mempunyai arah yang positif atau berbanding lurus dengan variabel terikat. Sedangkan koefisien pada X3 (DER) mempunyai arah negatif atau berbanding terbalik dengan variabel terikat, return saham. Adapun interpretasi dari persamaan regresinya adalah sebagai berikut: 1.
Konstanta Nilai konstansta dari persamaan regresi ini sebesar 6.331, menyatakan bahwa jika tidak ada variabel EPS, PER, DER, ROE, ROA, PBV, EVA dan MVA, maka return saham sebesar 6.331.
2.
Koefisien Variabel X1 (EPS) Nilai dari koefisien regresi X1 sebesar 2.715.E-03, menyatakan bahwa penambahan sebesar Rp 1,- earning per share (EPS) akan meningkatkan return saham sebesar 2.715.E-03, dengan asumsi variabel lain tetap.
3.
Koefisien Variabel X2 (PER) Nilai dari koefisien regresi X2 sebesar 6.052.E-04, menyatakan bahwa penambahan sebesar 1X,- price earning ratio (PER) akan meningkatkan return saham sebesar 6.052.E-04, dengan asumsi variabel lain tetap.
4.
Koefisien Variabel X3(DER) Nilai dari koefisien regresi X3 sebesar -2.716.E-03, menyatakan bahwa penurunan sebesar 1% Debt to equity rasio (DER) akan meningkatkan return saham sebesar -2.716.E-03, dengan asumsi variabel lain tetap.
74
5.
Koefisien Variabel X4 (ROA) Nilai dari koefisien regresi X4 sebesar 0.208, menyatakan bahwa penambahan sebesar 1% Rertun on asset (ROA) akan meningkatkan return saham sebesar 0.208, dengan asumsi variabel lain tetap.
6.
Koefisien Variabel X5 (ROE) Nilai dari koefisien regresi X5 sebesar 9.718.E-02, menyatakan bahwa penambahan sebesar 1% return on equity (ROE) akan meningkatkan return saham sebesar 9.718.E-02, dengan asumsi variabel lain tetap.
7.
Koefisien Variabel X6 (PBV) Nilai dari koefisien regresi X6 sebesar 1.43, menyatakan bahwa penambahan sebesar 1 kali Price book value (PBV) akan meningkatkan return saham sebesar 1.43, dengan asumsi variabel lain tetap.
8.
Koefisien Variabel X7 (EVA) Nilai dari koefisien regresi X7 sebesar 6.546.E-13, menyatakan bahwa penambahan sebesar Rp 1,- economic value added (EVA) akan meningkatkan return saham sebesar 6.546.E-13, dengan asumsi variabel lain tetap.
9.
Koefisien Variabel X8 (MVA) Nilai dari koefisien regresi X8 sebesar 1.474.E-13, menyatakan bahwa penambahan sebesar Rp 1,- market value added (MVA) akan meningkatkan return saham sebesar 1.474.E-13, dengan asumsi variabel lain tetap.
75
4.4.2 Hasil Pengujian Hipotesis 4.4.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Uji F (simultan) digunakan untuk menunjukan seberapa besar pengaruh variabel bebas yang dimasukan kedalam model terhadap variabel terikat. Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Ho : b1, b2, b3, …………b8 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, Ha : b1, b2, b3, ………b8 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Dikatakan berpengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan apabila Fhitung > dari Ftabel, dan Ho ditolak, sebaliknya, jika Fhitung
Dari perhitungan tabel 4.51, dapat dilihat bahwa nilai dari Fhit adalah 171.990 sedangkan nilai dari Ftab adalah sebesar 1.98. dapat diambil keputusan bahwa nilai Fhit > F tab, maka menolak Ho. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan secara simultan semua variabel bebas berpengaruh sinifikan terhadap return saham. Selain cara diatas uji F dapat diketahui dengan membandingkan signifikansi dari hasil perhitungan dengan angka 0.05 (). Apabila nilai
76
signifikansi yang ada pada tabel Anova lebih kecil dari 0.05 maka secara simultan variabel bebas mampu berpengaruh terhadap variabel terikat. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi pada tabel Anova lebih besar dari 0.05 maka secara serempak variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Nilai signifikansi pada tabel Anova menunjukan nilai 0.000. Hal ini berarti nilai signifikansi lebih kecil dari angka 0.05, sehingga dapat dikemukakan bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap return saham. 4.4.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Uji t digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Ho : b1/ b2/ b3/…………b8 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, Ha : b1,/ b2/ b3/ ………b8 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat Ho ditolak, apabila thitung>ttabel, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel bebas secara pasial terhadap variabel terikat, dan sebaliknya apabila thitung
77
Tabel 4.5.2 Uji Parsial (Uji t) Variabel t hitung EPS (X1) 5,833 PER (X2) 0,382 DER (X3) -0.012 ROA (X4) 2,422 ROE (X5) 2,183 PBV (X6) 24,331 EVA (X7) 0,688 MVA (X8) 0,643 R 0,935 Rsquare 0,874 Adj Rsquare 0,869 t tabel 1,960 Sumber: Data diolah
Sig 0,000 0,703 0,991 0,016 0,030 0,000 0,492 0,521
Standardize Coefficients 0,155 0,014 0,000 0,083 0,086 0,851 0,035 0,040
keterangan Berpengaruh Signifikan Berpengaruh Tidak Signifikan Berpengaruh Tidak Signifikan Berpengaruh Signifikan Berpengaruh Signifikan Berpengaruh Signifikan Berpengaruh Tidak Signifikan Berpengaruh Tidak Signifikan
Dari hasil perhitungan statistik pada tabel 4.5.2 nilai thitung < ttabel (1.96) yaitu Price Earning Ratio (PER) sebesar 0.382, Debt to Equity Ratio (DER) sebesar -0.012, Economic Value Added (EVA) sebesar 0.688 dan Market Value Added (MVA) sebesar 0.643. Sehingga dapat dikemukakan bahwa PER, DER, EVA dan MVA secara parsial tidak signifikan. Sementara nilai hitung variabel Earning Per Share (EPS) sebesar 5.833, Return on Asset (ROA) sebesar 2.422, Return on Equity (ROE) sebesar 2.183 dan Price Book Value (PBV) sebesar 24.331 lebih besar dari nilai tabel (1.96). Sehingga dapat dikemukakan bahwa EPS, ROA, ROE, dan PBV secara parsial berpengaruh secara signifikan. Untuk mengetahui variabel bebas yang secara dominan mempengaruhi variabel terikat, dapat dilihat nilai pada standardized coefficient. Semakin besar nilai standardized coefficient, maka menunjukan variabel yang dominan terhadap variabel terikat.
78
Nilai beta standardized coefficient harus diberi nilai mutlak. Hal ini diperlukan untuk menghindari keracunan akibat nilai dari beta standardized coefficient yang bernilai negatif. Karena nilai negatif atau positif pada beta menunjukan arah dari koefisien (berbanding lurus atau terbalik) dan tidak menunjukan besaran. Dari tabel 4.5.2 dapat dilihat bahwa nilai beta standardized coefficient dari variabel Price Book Value (PBV) sebesar 0.851 merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan yang lain. Hal ini berarti bahwa diantara variabel bebas PBV mempunyai pengaruh yang paling dominan. 4.4.3 Koefisien Determinasi Untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas menjelaskan variabel terikat, menurut Imam Ghozali (2005:83) perlu diketahui nilai koefisien determinasi (R2) karena nilai variabel bebas yang diukur terdiri dari nilai rasio obsulut dan nilai perbandingan. R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0≤R2≤1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel bebas secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel terikat. Menurut Imam Ghozali (2005:83) kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinan adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted RSquare pada saat mengevaluasi mana model regresi
79
terbaik. Karena Adjusted Rsquare dapat naik atau turun apabila satu variabel bebas ditambahkan ke dalam model. Nilai Adj R2 menunjukan nilai sebesar 0.869. Hal ini diartikan bahwa kontribusi variabel bebas yakni EPS, PER, DER, ROE, ROA, PBV, EVA, dan MVA mempengaruhi variabel terikat (Return saham) sebesar 86.9%. Dan sisanya 13.1% dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain tersebut seperti faktor makro ekonomi (Inflasi, tingkat bunga dan lainnya) dan rasio lainnya seperti rasio Devident Payout Ratio (DPR), Net Profit Margin (NPM) diduga juga berpengaruh terhadap return saham. 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil uji simultan (F test) mempunyai nilai signifikansi pada tabel Anova menunjukan nilai 0.000. Nilai signifikansi lebih kecil dari angka 0.005, sehingga dapat dikemukakan bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dengan demikian variabel yang digunakan pada penelitian yaitu: EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV, EVA dan MVA berpengaruh signifikan terhadap return saham pada sektor manufaktur. Dari hasil penelitian tersebut dapat dikemukkan bahwa return saham dipengaruhi oleh faktor internal perusahan yaitu indikator kinerja keuangan seperti yang digunakan dalam penelitian. Semakin tinggi EPS berarti semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan dalam operasionalnya, berarti semakin besar pula perusahaan memberikan pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan oleh investor. Dan sebaliknya semakin kecil EPS berarti semakin kecil laba yang dihasilkan perusahaan dalam operasionalnya.
80
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X1 (EPS) memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 2.715.E-03, hal ini mengandung arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka kenaikan sebesar Rp 1,- earning per share (EPS) akan meningkatkan return saham sebesar 2.715.E-03. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
t
tabel
(5.833
1,960) dengan tingkat signifikansi untuk EPS sebesar 0,000 dengan = 0,005 (0,000 0,005) dengan demikian berarti EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan positif. Hasil penelitian tidak sesuai dengan hasil penelitian Ida Ayu (2005). Hasil penelitian yang menunjukan bahwa EPS signifikan mempengaruhi return saham sektor manufaktur mengindikasi bahwa banyak investor menggunakannya dalam pengambilan keputusan. EPS juga mempunyai arah yang positif terhadap return saham yang berarti semakin tinggi EPS, maka semakin meningkat pula return saham. Investor sangat menyukai EPS karena EPS mencerminkan jumlah rupiah yang akan diperoleh untuk setiap lembar saham. Selain itu, EPS juga disajikan pada laporan keuangan sehingga investor sangat mudah untuk mendapatkan informasinya. Dengan demikian EPS perlu digunakan oleh investor sebagai pertimbangan pemilihan investasi. Semakin besar PER maka semakin besar harga saham yang diberikan. Dan sebaliknya semakin kecil PER berarti semakin kecil harga saham perusahaan tersebut. Hal ini karena nilai PER dapat diartikan sebagai tingkat pertumbuhan dan prospek perusahaan dimasa mendatang dan sebagai patokan investor dalam memberikan harga saham.
81
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X2 (PER) memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 6.052.E-04, hal ini mengandung arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka kenaikan sebesar 1X,- price earning ratio (PER) akan meningkatkan return saham sebesar 6.052.E-04. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
< t
tabel
(0.382 < 1,960)
dengan tingkat signifikansi untuk PER sebesar 0,703 dengan = 0,005 (0,703 > 0,005) dengan demikian berarti PER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan positif. Dilihat dari tingkat signifikansi terhadap return saham, hasil ini mendukung hasil penelitian Ida Ayu (2005) bahwa PER tidak signifikan terhadap return saham. PER yang tidak berpengaruh signifikan menandakan bahwa PER tidak dipandang lagi sebagai rasio yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi khususnya pada perusahaan manufaktur. Seperti yang kita ketahui bahwa PER merupakan rasio harga saham terhadap laba bersih per sahamnya. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan dari suatu perusahaan. Semakin besar nilai DER berarti hutang perusahaan besar maka laba yang diperoleh perusahaan akan menjadi lebih kecil. Dan sebaliknya, semakin kecil nilai DER berarti semakin kecil hutang perusahaan maka laba perusahaan yang diperoleh lebih besar. Semakin besar rasio hutang suatu perusahaan maka akan memperbesar pula beban bunga yang harus ditanggung perusahaan. Disamping itu nilai jaminan hutang atas kekayaan semakin meningkat dapat menimbulkan ancaman kebangkrutan.
82
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X3 (DER) memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar -2.716.E-03; hal ini mengandung arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka kenaikan sebesar 1% Debt to equity rasio (DER) akan menurunkan return saham sebesar -2.716.E-03. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
tabel
(-0,012 < 1.960)
dengan tingkat signifikansi untuk pertumbuhan penjualan sebesar 0,991 dengan = 0,005 (0,991 0,005), dengan demikian berarti variabel DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan negatif.. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Ida Ayu (2005) dan Michell Suharli (2005). Rasio DER yang tidak signifikan menandakan bahwa DER tidak banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi khususya pada perusahaan manufaktur dan dikarenakan kondisi perekonomian dan politik Indonesia tidak stabil sehingga menyebabkan nilai saham pasar modal Indonesia berfluktuasi tidak menentu. Standardized coefisients DER paling rendah dibandingkan variabel lainnya. Hal ini berarti bahwa variabel DER paling tidak dominan terhadap return saham sebesar 0.7% saja. DER berpengaruh negatif karena semakin tinggi DER, maka semakin rendah nilai return saham. Investor dan calon investor harus berhati-hati dalam memilih investasinya sehubungan dengan risiko finansial yang kemungkinan akan terjadi, walaupun pada prosporsi tertentu DER dapat mengurangi besarnya pajak perusahaan. Semakin besar ROA maka semakin efisien perputaran asset pada perusahaan tersebut sehingga semakin tinggi pula laba yang dihasilkan. Dan
83
Sebaliknya semakin kecil ROA maka semakin tidak efesien perputaran asset perusahaan sehingga semakin rendah pula laba yang dihasilkan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X4 (ROA) memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 0.208, hal ini mengandung arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka kenaikan sebesar 1% return on asset (ROA) akan meningkatkan return saham sebesar 0.208. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
>t
tabel
(2.422 >1,960) dengan
tingkat signifikansi untuk ROA sebesar 0,016 dengan = 0,005 (0,016 > 0,005) dengan demikian berarti ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan positif. Hasil ini mendukung hasil penelitian Rostina (2004) yang menunjukan bahwa ROA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham dari perusahaan yang termasuk LQ 45 di BEJ. ROA berpengaruh positif dapat diartikan bahwa semakin besar ROA, maka akan semakin besar pula return saham. Rasio ROA berpengaruh signifikan menandakan bahwa ROA banyak digunakan dalam pengambilan keputusan. Semakin besar ROE maka semakin besar penghasilan perusahaan dengan memanfaatkan ekuitas yang mereka miliki. Hal ini berarti bahwa semakin meningkatnya penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan. Dan sebaliknya semakin kecil ROE, maka semakin kecil penghasilan perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X5 (ROE) memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 9.718.E-02, hal ini mengandung
84
arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka kenaikan sebesar 1% return on equity (ROE) akan meningkatkan return saham sebesar 9.718.E-02. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
> t
tabel
(2.183 >1,960)
dengan tingkat signifikansi untuk ROE sebesar 0,030 dengan = 0,005 (0,030 > 0,005) dengan demikian berarti ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan positif. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Njo Anastasia (2003) dan Krisna (2005). Tapi penelitian ini memperkuat hasil penelitian Ida Ayu (2005) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa ROE berpengaruh secara signifikan terhadap return saham maupun dengan demikian ROE perlu diperhatikan dalam berinvestasi saham. Hasil penelitian ini berpengaruh positif menunjukan bahwa peningkatan ROE berpengaruh nyata terhadap peningkatan return saham. Dan ROE berpengaruh signifikan menandakan bahwa ROE banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi oleh investor maupun calon investor. Rasio ini digunakan untuk mengukur hasil pengembalian atas investasi saham, baik saham preferen maupun saham biasa. Semakin besar PBV maka semakin berhasil dan mampu perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Dan semakin kecil PBV maka semakin gagal perusahaan dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham, sehingga menunjukan bahwa sesungguhnya harga atau nilai perusahaan kurang dari biayanya Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X6 (PBV) memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 1.43, hal ini mengandung arti
85
bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka kenaikan sebesar 1 kali Price book value (PBV) akan meningkatkan return saham sebesar 1.43. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
>t
tabel
(24.331 >1,960) dengan
tingkat signifikansi untuk PBV sebesar 0,000 dengan = 0,005 (0,000 < 0,005) dengan demikian berarti PBV berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan positif Dari hasil penelitian menunjukan bahwa PBV mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Dengan kata lain dapat dikemukanan bahwa peningkatan atau penurunan PBV mampu mempengaruhi return saham secara signifikan dengan arah yang sama. Hal ini mendukung hasil penelitian dari Krisna (2005) yang menyatakan bahwa PBV berpengaruh signifikan dan positif terhadap return saham. Dengan demikian hasil penelitian menunjukan bahwa investor perlu menggunakan rasio ini untuk pertimbangan investasi. Selain itu PBV mempunyai nilai standardized coeffisient paling tinggi dari pada variabel bebas lainnya. Hal ini berarti bahwa PBV memiliki nilai yang paling dominan terhadap return saham. Semakin besar EVA maka semakin besar perusahaan mampu menciptakan nilai bagi penyedia dana karena telah mampu memaksimumkan nilai perusahaan dengan menunjukkan tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat biaya yang diharapkan investor atas investasinya.. Dan sebaliknya semakin kecil EVA maka semakin rendah nilai tambah yang diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
86
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X7 (EVA) memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 6.546.E-13, hal ini mengandung arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka kenaikan sebesar sebesar Rp 1,- economic value added (EVA) akan meningkatkan return saham sebesar 6.546.E-13. Berdasarkan uji t diperoleh t hitung < t tabel (0.688 <1,960) dengan tingkat signifikansi untuk EVA sebesar 0,492 dengan = 0,005 (0,492 > 0,005) dengan demikian berarti EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan positif Dari hasil penelitian EVA berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Suratman (2006) yang menyatakan bahwa EVA berpengaruh signifikan terhadap return saham. Tapi hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Pradhono dan Yulius (2004) dan Nuzlia (2003) yang menunjukan bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham yang diterima pemegang saham. Begitu juga hasil penelitian dari Zaki Baridwan dan Ari Legowo, variabel EVA berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Menurut Zaki Baridwan dan Ari Legowo, hal ini mengindikasi bahwa investor dipasar modal Indonesia kurang memperhatikan konsep economic value added dalam pengambilan keputusan investasi mereka. Semakin besar MVA, berarti kekayaan pemilik akan bertambah. Dan semakin kecil MVA, berarti semakin berkurangnya kekayaan pemilik perusahaan. MVA yang positif diartikan bahwa pasar menghargai nilai perusahaan melebihi modal yang diinvestasikan. MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang
87
dijalankan manajemen jarang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X8 (MVA) memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 1.474.E-13, hal ini mengandung arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka kenaikan sebesar sebesar Rp 1,- market value added (MVA) akan meningkatkan return saham sebesar 1.474.E-13. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
< t
tabel
(0.643<1,960) dengan tingkat signifikansi untuk EVA sebesar 0,521 dengan = 0,005 (0,521 > 0,005) dengan demikian berarti EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan positif Dari hasil penelitian ini MVA menunjukan pengaruh positif yang tidak signifikan. Jadi penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Suratman (2006), Nuzlia (2003), Zaki Baridwan dan Ari Legowo (2002) yang menyatakan bahwa MVA menunjukan pengaruh positif yang signifikan. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa MVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur mengindikasikan bahwa investor dan calon investor lebih memilih faktor lain yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi. 4.6 Implikasi Hasil Penelitian Dari hasil pengujian F test dapat dikemukakan bahwa EPS, PER, DER, ROE, ROA, PBV, EVA, dan MVA secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur.
88
Dari hasil penelitian ini diketahui EPS mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap
return
saham
perusahaan
manufaktur.
Hasil
ini
mengindikasikan bahwa EPS merupakan informasi yang sangat dibutuhkan oleh investor dan calon investor. EPS menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh dari setiap lembar saham. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik terhadap pemegang saham, sehingga mendorong investor untuk memperbanyak investasi pada perusahaan manufaktur tersebut. Hal ini tentu saja dapat menambah permintaan saham sehingga mendorong naiknya harga saham perusahaan. Ketika harga saham naik maka return saham perusahaan juga naik. Weston dan Copeland (1995: 243) menjelaskan bahwa pertumbuhan laba mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan harga saham. EPS juga digunakan sebagai tolok ukur profitabilitas perusahaan, yang pada umumnya dijadikan alasan utama para investor untuk berinvestasi, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Helfert (1997:89) bahwa laba per saham merupakan suatu ukuran menarik perhatian baik manajemen maupun pemegang saham. Dengan adanya pengaruh positif dari EPS terhadap return saham, perusahaan manufaktur dapat menerapkan kebijaksanaan untuk mengutamakan perbaikan terhadap profitabilitas, khususnya EPS dimasa yang akan datang. Selain itu EPS merupakan komponen penting yang diperhatikan dalam menganalisis keuangan perusahaan karena banyak investor yang menjadikan besarnya EPS sebagai alasan dalam pengambilan keputusan.
89
Sedangkan PER pada hasil penelitian diketahui berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hasil ini mengindikasikan
bahwa
PER
tidak
banyak
digunakan
investor
dalam
pengambilan keputusan investasi diperusahaan manufaktur. PER merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba masa depan perusahaan. Dengan demikian semakin tinggi PER suatu perusahaan maka semakin tinggi pertumbuhan perusahaan tersebut, sehingga prospek perusahaan semakin baik. Dengan tidak berpengaruhnya PER terhadap return saham menunjukan bahwa investor cenderung kurang optimis terhadap perolehan laba yang dihasilkan perusahaan mengingat kondisi perekonomian di negeri ini yang tidak menentu, sehingga investor cenderung tidak mengharapkan perolehan laba dalam bentuk dividen melainkan lebih memilih keuntungan jangka pendek yang berupa capital gain sebagai strategi investasi yang lebih aman Dengan adanya pengaruh positif dari PER terhadap return saham sebaiknya perusahaan tetap mempertahankan nilai baik dari PER. Karena hal ini dapat menggambarkan prospek dari perusahaan manufaktur di masa depan. DER juga tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hasil ini mengindikasikan bahwa DER bukan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh investor maupun calon investor dalam berinvestasi, sehingga investor kurang memperhatikan risiko tidak terbayarnya hutang yang digunakan perusahaan. Juga dapat diartikan bahwa investor tidak melihat adanya potensi keuntungan dibalik penggunaan hutang, yaitu apabila
90
keuntungan perusahaan meningkat melebihi biaya yang ditimbulkan oleh hutang (bunga) maka return yang diperoleh investor akan meningkat. Walaupun DER tidak dibutuhkan dalam pengambilan keputusan investasi, sebaiknya perusahaan manufaktur menekan nilai DER, karena perusahaan yang memiliki nilai DER yang tinggi berarti hutang perusahaan besar maka laba yang diperoleh perusahaan akan menjadi lebih kecil karena akan digunakan untuk membayar bunga pinjaman yang besar juga. Disamping itu nilai jaminan hutang atas kekayaan semakin meningkat dapat menimbulkan ancaman kebangkrutan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ROA berpengaruh Positif dan signifikan
terhadap
return
saham
perusahaan
manufaktur.
Hasil
ini
mengindikasikan bahwa investor banyak menggunakan ROA dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Joeng-Bonkim (1993) dalam Sugeng (2004) bahwa bagi pihak luar perusahaan, kinerja berupa ROA dapat memberi bukti tentang efektivitas manajemen. Hal tersebut merupakan pertimbangan yang sangat vital bagi para investor dalam kasus sebuah perusahaan. Karena profitabilitas yang tinggi dapat mengurangi kekuatiran investor mengenai efektivitas manajemen yang sedang berjalan. Ini juga sesuai dengan teori Modligiani dan Miller sebagaimana yang dipaparkan oleh Njo Anastasia (2003) bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset yang dimiliki perusahaan tersebut, semakin tinggi earning power semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
91
ROA berpengaruh positif terhadap return saham, kondisi ini dapat diartikan bahwa perusahaan sangat dituntut untuk meningkatkan besarnya ROA karena hal ini akan meningkatkan return saham perusahaan. Selain itu besarnya ROA juga merupakan tolok ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. ROE juga menunjukan pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hasil ini mengindikasikan bahwa investor dalam investasinya banyak mempertimbangkan pengelolaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan. Informasi laba perusahaan secara langsung akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan diterima investor. Selain itu dengan besarnya laba perusahaan tentu akan banyak investor yang akan menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Sehingga akan meningkatkan pula permintaan akan saham yang tentu saja akan berpengaruh pada kenaikan harga saham terjadilah capital gain. Dengan ROE yang berpengaruh positif, perusahan sebaiknya sangat memperhatikan besarnya pengelolaan ekuitas perusahaan atau dengan kata lain perusahaan lebih mempertahankan tingkat ROE. Karena ROE merupakan tolok ukur besarnya pengembalian atas modal yang tealh diinvestasikan oleh investor. Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hal ini dapat diartikan bahwa investor sangat menyukai PBV untuk digunakan dalam pengambilan keputusan investasinya. PBV memberikan indikasi kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai jaminan keamanan berinvestasi atau dalam
92
perusahaan tersebut investor mempunyai klaim atas asset bersih perusahaan yang tinggi (Njo Anastasia, 2003). PBV yang tinggi menunjukan investor dan calon investor percaya bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai bukan hanya untuk periode tertentu saja tapi pada periode selanjutnya di masa depan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugeng (2004) yang menyatakan bahwa variabel Price book value merupakan variabel yang sangat penting, yaitu sebagai salah satu indikasi perusahaan dalam upaya komitmen yang tinggi terhadap pasar. Investor akan bersedia membayar harga saham yang lebih tinggi bila ada jaminan investasi yang tinggi. Dari itu akan mempengaruhi harga saham perusahaan yang berimbas pada besarnya return saham. Dengan pengaruh PBV yang positif terhadap return saham, diharapkan perusahaan memperhatikan besarnya PBV. Apalagi dalam penelitian ini variabel PBV paling dominan digunakan investor dalam memprediksi return saham. EVA pada hasil penelitian berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun secara teoritis konsep EVA telah banyak memiliki keunggulan investor pada indonesia ternyata kurang memperhatikan konsep EVA tersebut dalam kaitanya dengan pengambilan keputusan investasinya. Hal ini diindikasikan konsep EVA yang belum dikenal luas oleh para investor. Metode perhitungan EVA juga melibatkan proses perhitungan yang cukup rumit dan panjang, sehingga kemungkinan investor menganggap kurang praktis dalam penggunaanya. Dan menurut Pradhono dan Yulius (2004) dengan angka EVA tidak langsung disediakan di laporan keuangan perusahaan dan perhitungan EVA diperlukan
93
banyak data. Sebagai akibat dari keruwetan ini, para pelaku
pasar modal
menghadapi kendala waktu untuk mengambil keputusan investasi berdasarkan EVA. Walupun Variabel EVA tidak signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur, tetapi perusahaan juga harus tetap memperhatikan nilai EVA. Karena nilai EVA menggambarkan nilai tambah dari kekayaan perusahaan dimasa depan. Selain itu perusahan juga dapat menggunakan EVA sebagai acuan penilaian dalam kinerja dan reputasinya. Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa MVA berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap return saham perusahaan manufaktur. Tidak signifikannya pengaruh MVA terhadap return saham diartikan bahwa walaupun MVA menggambarkan berapa kekayaan yang bisa diciptakan perusahaan samapi saat ini tapi investor dan calon investor lebih memilih faktor lain sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Tidak signifikannya MVA juga bisa disebabkan sulitnya mendapatkan informasi mengenai perubahan MVA. Kesulitan ini dikarenakan keterkaitan dengan publikasi laporan keuangan yang membutuhkan waktu yang relatif lama dan tidak disajikannya MVA secara langsung pada laporan keuangan. Walaupun variabel MVA tidak signifikan sebaiknya perusahaan menggunakan MVA sebagai acuan pengelola perusahan dalam menjalankan perusahaan, agar dimasa yang akan datang dapat menciptakan kekayaan sesuai dengan harapan investor. Dengan memenuhi harapan investor, nilai perusahaan
94
akan terus naik sehingga return saham perusahaan manufaktur diharapkan dapat meningkat pula. Selain variabel tersebut investor maupun calon investor harus tetap mempelajari faktor makro yang juga mempengaruhi besarya return. Faktor makro tersebut seperti peristiwa politik, inflasi, suku bunga dan sebagainya.
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara simultan variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 2. Secara Parsial dapat dikemukakan bahwa EPS, ROA, ROE, dan PBV berpengaruh signifikan. Sedangkan pada variabel PER, DER, EVA dan MVA secara parsial tidak signifikan. 5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa variabel EPS, ROA, ROE, dan PBV dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Mengingat pada penelitian ini keempat variabel terbukti berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Namun tentu saja tanpa meninggalkan variabel-variabel lain diluar faktor fundamental perusahaan, seperti inflasi, kondisi perekonomian, stabilitas politik dan sebagainya. 2. Bagi penelitian yang lain, penelitian ini diharapkan sebagai pembuktian dari penelitian terdahulu sehingga dapat dikembangkan untuk penelitian berikutnya. Dalam lingkungan yang kompetitif, perusahaan diharapkan
96
dapat melipatgandakan kekayaan. Hendaknya pada penelitian yang akan datang ukuran kinerja keuangan tidak hanya mendasar pada laba akuntansi saja, karena dianggap tidak memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan. Untuk itu disarankan menggunakan variabel seperti EVA, MVA, return on capital, cost of capital dan FGV(future Growth Value) yang memberikan gambaran nilai pasar saat ini yang bersumber pada ekspektasi pertumbuhan nilai perusahaan dimasa mendatang. Menurut kusnan M.Djawahir dengan melihat variabel MVA, EVA dan FGV, investor bisa menilai harga saham sekarang wajar ataukah tidak, sekaligus mengukur apakah perusahaan sudah unggul dibandingkan perusahaan lain..
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2005, Indonesia Capital Market Directory, Jakarta, Bursa Efek Jakarta. Anonimous, 2005, Jakarta Stock Exchange, Jakarta, Bursa Efek Jakarta. Gujarati, Damodar, 1997, Ekonometrika Dasar, Edisi Bahasa Indonesia cetakan ke Enam, Erlangga, Jakarta. Harahap S., 2002, Teori Akuntansi: Analisis Kritis Terhadap Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Helfert, Erich A, 1997, Tenik Analisis Keuangan, Edisi kedelapan, Erlangga, Jakarta. Ida Ayu Putu, 2005, Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Brawijaya, Malang. Imam Ghozali, 2005, Aplikasi Analisis Multivariante Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Jogianto H.M., 2003, Teori Portfolio dan Analisis Investasi, Edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta. Krisna Agung Dewantoro, 2005, Analisis Rasio Keuangan Konvensional Economic Value Added (EVA), Faktor Makro Ekonomi dan Risiko Sistematis terhadap Retrun Saham Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Brawijaya, Malang. Michell Suharli, 2005, Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi & Keuangan, No.2, Vol VII, November, Hal 99-116. Njo Anastasia, Yanny W dan Imelda, 2003, Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap harga Saham Properti di BEJ, Jurnal Akuntansi & Keuangan, No.2, Vol. 5, November. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
98
Nuzlia Kurniawati, 2003, EVA, MVA, ROE dan ROI sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan dan Pengaruhnya terhadap return Saham, Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan yang Termasuk dalam Indeks LQ45 Bursa Efek Jakarta selama periode 1999-2001, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang. Pradhono dan Yulius Jogi C, 2004, Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earning dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar di ursa Efek Jakarta), Jurnal Akuntansi & Keuangan, No. 2, Vol 6, November. C Ambar Pujiharjanto dan Sherli Novitasari KA, 2006, Relevans Dividend Per Share, Retained Earning, Book Value dan Total Debt Dalam Valuation Model Pada Perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Buletin Ekonomi, No.1, Vol 4, April, Hal 49-61. Ridwan S, Sundjana dan Inge Barlian, 2003, Manajemen Keuangan, Edisi Empat, PT. Prenhallindo, Jakarta. Rostina Dewi Indah, 2004, Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang. S. Munawir, 2002, Analsis Laporan Keuangan, Liberty Offset, Yogyakarta. Suad Husnan, 1998, Dasar-dasar Teori Portfolio, Edisi ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Sugeng Wahyudi, 2004, Sinyal Rasio Harga Nilai Buku dan Return Saham, diakses dari www.suaramerdeka.com tanggal 20 Mei 2007. Sunariyah,1997, Pengetahuan Pengantar Dasar Pasar Modal, Cetakan Pertama, UPP AM YKPN, Yogyakarta. Suratman, 2006, Analisis Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added terhadap Return Saham, Skripsi, Fakultas Ilmu dan Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang. Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid I, Edisi Ketiga, Bayu Media Publising, Malang. Weston, J Fred dan Thomas E. Copeland, 1995, Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: A.J. Wasana dan Kibrandoko, Jilid I, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta.
99
Wilson Bangun, 2006, Mengenal Intrumen Pasar Modal di Indonesia, Jurnal Ekonomi, No.3, Vol. XVI, Desember. Wiloejo W.W., dan Sunarsip, 2006, Potret Industri Manufaktur dan Sektor Riil, Republika Online:http//www.republika.co.id, tanggal akses 21 Mei 2007.
Zaki Baridwan dan Ari Legowo, 2002, Asosiasi Antara Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Rasio Profitabilitas terhadap harga saham, Tema, No.2, Vol III, September. http://www.bi.go.id http://www.jsx.co.id