Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY SEBAGAI VARIABEL MODERATING Aisyatul Munawaroh
[email protected] Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the disclosure influence of corporate social responsibility in moderating the relation between the profitability and the company value. The population is manufacturing companies which are listed in IDX in 2009 – 2012, the sample collection technique is carried out by using purposive sampling method and based on the determined criteria so the samples are 11 manufacturing companies which have continuously published their annual report and have implemented the practice of corporate social responsibility during the period of 2009-2012. The research hypothesis is performed by using multiple linear regressions analysis technique with the assistance of SPSS application. The result of research shows that Return On Assets (ROA) has significant negative influence to the company’s value, Return On Equity (ROE) and Net Profit Margin (NPM) have significant positive influence to the company’s value, Corporate Social Responsibility variable is unable to influence to the relation between Return On Assets (ROA) and Net Profit Margin (NPM) to the company’s value while the Corporate Social Responsibility is able to influence the relations between Return On Equity (ROE) to the company’s value. Keywords:
ROA, ROE, NPM, Corporate Social Responsibility, and Company Value.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapan corporate social responsibility dalam memoderasi hubungan antara profitabilitas dengan nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009- 2012, teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel diperoleh sebanyak 11 sampel perusahaan manufaktur yang berturut-turut tidak terlambat menerbitkan laporan tahunan dan menerapkan praktik corporate social responsibility selama periode 2009-2012. Pengujian hipotesis penelitian digunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return On Aseets (ROA) berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan, Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, variabel Corporate Social Responsibility tidak mampu mempengaruhi hubungan antara Return On Aseets (ROA) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel Corporate Social Responsibility mampu mempengaruhi hubungan antara Return On Equity (ROE) terhadap nilai perusahaan. Kata kunci : ROA, ROE, NPM, Corporate Social Responsibility, dan nilai perusahaan. PENDAHULUAN Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
2 masyarakat sosial secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi perusahaan dalam jangka panjang. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Menurut Brigham (2001) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas pemegang saham yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham dan profitabilitas. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini, namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) karena nilai pasar dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajibankewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihaklain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban- kewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadiantara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Elkington (1997) dalam Adiesti (2009) mengemas Corporate Social Responsibility ke dalam 3 fokus atau 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini. Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan melalui Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA), dan Net Profit Margin (NPM) sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001) Return on Equity (ROE) adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi para pemegang saham. Sedangkan ROA adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003: 120) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Dan NPM adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Selanjutnya di dalam penelitian ini dikembangkan kembali menjadi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan corporate social responsibility sebagai variabel moderating. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali apakah hasil yang didapatkan akan sama pada perusahaan manufaktur – manufaktur di Indonesia jika teori yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
3 diterapkan sama dengan penelitian terdahulu. Dan yang membuat penelitian ini untuk diuji kembali karena tidak kekonsistennya hasil yang didapatkan pada penelitian – penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yakni pada variabelnya, baik variabel independen maupun variabel moderatingnya, dan tahun penelitiannya yaitu 2009 -2012. Penulis beranggapan bahwa variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengungakapan corporate social responsibility dan profitabilitas merupakan informasi yang mempunyai tingkat materialitas yang tinggi dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) pada tahun 2009-2012. Alasanya karena perusahaan manufaktur lebih mudah terpengaruh oleh kondisi ekonomi dan memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap setiap kejadian baik internal maupun ekternal perusahaan. Selain itu, perusahaan manufaktur juga sangat terkait dengan lingkungan dan masyarakat.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Stakeholder Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha. (Freeman, et al.,2002 dalam Waryanti, 2009). Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan. Mereka adalah pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, dan asosiasi perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan (Waryanti, 2009). Teori Sinyal (Signaling Theory) Suatu informasi dapat dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benar-benar atau seakan-akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai yang dituju, yang ditunjukkan adanya asosiasi antara peristiwa (event) dengan return, harga atau volume saham di pasar modal (Suwardjono, 2005). Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Asimetri informasi terjadi jika manajemen tidak menyampaikan semua informasi yang diperoleh secara penuh sehingga mempengaruhi nilai perusahaan yang terefleksi pada perubahan harga saham karena pasar akan merespon informasi yang ada sebagai sinyal. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
4 perusahaan adalah informasi tentang tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility. Informasi ini dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan corporate social responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan (Rustiarini, 2010). Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Anggraini, 2006). Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadapkinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan. Laporan keuangan perusahaan ditujukan kepada pemegang saham, investor, dan kreditor. 1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit) 2. Laporan Sosial (Social Report) Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi dan teori ekonomi politik. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudit (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Anggraini (2006) mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Sedangkan dalam penelitian ini mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative). Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia (www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan sosial yang berdasarkan standar GRI juga pernah digunakan oleh (Dahlia dan Siregar, 2008), peneliti ini menggunakan 6 indikator pengungkapan yaitu : ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial dan produk. Indikatorindikator yang terdapat di dalam GRI yang digunakan dalam penelitian yaitu : 1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
5 2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator) 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator) 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator) 5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator) 6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator) Untuk penelitian ini indikator yang digunakan hanyalah tiga kategori, yaitu indikator kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Indikator kinerja sosial mencakup empat indikator yang terdiri dari: indikator kinerja tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial/kemasyarakatan, dan produk. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008), karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Nurlela dan Islahuddin, 2008). Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi. Tujuan perusahaan pada dasarnya adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan atau memaksimalisasi harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi (Erlina, 2002). Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Gapensi, 1996 dalam Wahidahwati, 2002). Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh pihak manajemen suatu perusahaan. Kinerja berarti pula bahwa dengan masukan tertentu untuk memperoleh keluaran tertentu. Secara implisit definisi kinerja
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
6 mengandung suatu pengertian adanya suatu efisiensi yang dapat diarti secara umum sebagai rasio atau perbandingan antara masukan dan keluaran. Kinerja perusahaan sebagai emiten di pasar modal merupakan prestasi yang dicapai perusahaan yang menerbitkan saham yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi (operating result) perusahaan tersebut dan biasanya diukur dalam rasio-rasio keuangan (Siregar, 2010). Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan ukuran rasio sudah menjadi suatu parameter yang terbilang umum saat ini. Dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan dilakukan berdasarkan pada ketentuan: (1) hasil penelitianpenelitian sejenis sebelumnya, (2) menggunakan tolok ukur yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, (3) kelaziman dalam praktek, (4) mengembangkan model pengukuran melalui pengujian secara statistik terlebih dahulu dengan memilih tolok ukur yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sawir (2005) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Menurut Nainggolan (2004), kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu aspek penilaian yang fundamental mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan, antara lain: rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976 dalam Florence, et al., 2004). Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi social (Bowman dan Haire, 1976 dalam Anggraini, 2006). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan manajemen adaptive dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, ketrampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini (Cowen, et al., 1987 dalam Florence, et al., 2004). Menurut Petronila (2003) dalam Wahidahwati (2002) profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Ang (1997) dalam Wahidahwati (2002) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen, tapi juga akan memperoleh power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan perusahaan. Dengan demikian semakin besar dividen (dividend payout) akan semakin menghemat biaya modal, di sisi lain para manajer (insider) menjadi meningkat powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat penerimaan deviden sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Jadi, profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya. Pengembangan Hipotesis
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
7 Hubungan Return On Asset (ROA) dan Nilai Perusahaan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas dalam hal ini ROA terhadap nilai perusahaan antara lain: Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin eraning power, semakin efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini brdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh posituf signifikan terhadap return saham satu periode kedepan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Makaryanawati (2002) juga menemukan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, H1: ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Hubungan Return On Equity (ROE) dan Nilai Perusahaan Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Jika investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang akan mereka tanamkan, yang akan dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas, terutama ROE, karena rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar nilai profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan investasi untuk memperoleh return tertentu. Tingkat return yang diperoleh menggambarkan seberapa baik nilai perusahaan di mata investor. Apabila perusahaan berhasil membukukan tingkat keuntungan yang besar, maka hal ini akan memotivasi para investor untuk menanamkan modalnya pada saham, sehingga harga saham dan permintaan akan saham pun akan meningkat. Harga saham dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobins Q sebagai proksi dari nilai perusahaan, jika harga saham dan jumlah saham yang beredar naik, maka nilai Tobins Q juga akan naik. Tobins Q yang bernilai lebih dari 1, menggambarkan bahwa perusahaan menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan asset-asetnya. Hal ini selaras dengan penelitian Wahyudi (2005) yang menunjukkan bahwa rasio profitabilitas ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, H2 : ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Hubungan Net Profit Margin (NPM) dan Nilai Perusahaan Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan laba bersih dan penjualan. Semakin besar NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Susanti (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas (NPM) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, H3 : NPM berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
8 Pengaruh Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara ROA dan Nilai Perusahaan Pengaruh Alokasi Biaya Tanggung Jawab terhadap profitabilitas dapat dilihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain: Waddock dan Graves (1997) menemukan bahwa tanggung jawab sosial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan serta memiliki hubungan positif. Penelitian yang meneliti tentang “ Corporate Social Responsibility and Financial Performance”. Dengan menggunakan metode “linear regression” memperoleh hasil tanggung jawab sosial berpengaruh secara signfikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang yang turut mempengaruhi hubungan ROA dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini memasukkan variabel CSR sebagai variabel moderating. Pemilihan variabel CSR didasari oleh hasil penelitian mengenai pengaruh Alokasi Biaya Tanggung Jawab Sosial terhadap profitabilitas yang menunjukkan bahwa alokasi tanggung jawab sosial memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR sebagai variabel moderating dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2008), hadil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan CSR mampu memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, H4: Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan Pengaruh Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara ROE dan Nilai Perusahaan Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara profitabilitas dalam hal ini ROE terhadap nilai perusahaan, bahwa terdapat berbagai hasil penelitian yang mengungkapkan ROE mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap nilai perusahaan, diduga terdapat variabel moderating yang turut menginteraksi. Dalam penelitian ini, variabel moderating yang akan digunakan adalah pengungkapan CSR. Variabel moderating CSR akan turut menginteraksi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan pada suatu kondisi tertentu. Desakan lingkungan perusahaan menuntut perusahaan agar menerapkan strategi untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Strategi perusahaan seperti CSR dapat dilakukan untuk memberikan image perusahaan yang baik kepada pihak eksternal. Perusahaan dapat memaksimalkan modal pemegang saham, reputasi perusahaan, dan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dengan menerapkan CSR. Telah disebutkan dalam UU bahwa perusahaan yang aktivitasnya berhubungan dengan lingkungan alam wajib menerapkan CSR. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham. Disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan (sustainable). Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan CSR dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR, mereka akan membeli produk yang sebagian laba dari produk tersebut disisihkan untuk kepentingan sosial lingkungan, misalnya untuk beasiswa, pembangunan fasilitas masyarakat, program pelestarian lingkungan, dan lain sebagainya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
9 Hal ini akan berdampak positif terhadap perusahaan, selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap sosial lingkungan, juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan penjualan. Dengan demikian nilai ROE akan tinggi, dan akan menarik perhatian para investor untuk berinvestasi serta berpengaruh bagi peningkatan kinerja saham di bursa efek. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut. H5: Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan antara ROE dengan nilai perusahaan Pengaruh Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara NPM dan Nilai Perusahaan Net Profit Margin merupakan perbandingan laba bersih dan penjualan, semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Variabel moderating CSR akan turut menginteraksi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan pada suatu kondisi tertentu. Desakan lingkungan perusahaan menuntut perusahaan agar menerapkan strategi untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Apabila perusahaan memiliki NPM tinggi maka akan meningkatkan harga saham perusahaan dan secara otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Dan hal ini akan meningkatkan laba perusahaan, sebagian dari laba tersebut digunakan untuk alokasi pembiayaan CSR. Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H6 : Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan antara NPM dengan nilai perusahaan METODA PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun pengamatan dari tahun 2009- 2012, (2) Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan selama 4 tahun pengamatan dari tahun 2009- 2012, (3) Perusahaan Perusahaan manufaktur yang laporan tahunan disajikan dalam mata uang rupiah Indonesia, (4)Perusahaan manufaktur yang memiliki data mengenai CSR, ROA, ROE, dan NPM, (5) Perusahaan Manufaktur yang tidak terlambat menerbitkan laporan keuangan tahunan di BEI (paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan) dari tahun 2009 sampai tahun 2012 perusahaan di BEI. ( Peraturan Bapepam No.X.K.2 Tahun 2011). Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yang diproksikan dengan return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Rumus profitabilitas : Laba Bersih Return on Asset (ROA) = -------------------------------- x 100% Total Asset Laba Bersih Return on Equity (ROE) = -------------------------------- x 100% Total Modal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
10
Laba Bersih Net Profit Margin (NPM)= -------------------------------- x 100% Penjualan Variabel Moderating Corporate Social Responsibilty Informasi mengenai Corporate Social Responsibility (X2) berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative). GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan yaitu : 1. Ekonomi 2. Lingkungan 3. Sosial Dimensi sosial menyangkut keberlanjutan sebuah organisasi telah berdampak di dalam sistem sosial yang beroperasi. Indikator kinerja sosial GRI mengidentifikasi kunci aspek kinerja yang meliputi praktek perburuhan/tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan tanggung jawab produk. (www.globalreporting.org). Penghitungan CSR dilakukan dengan menggunakan CSR disclousure / CSRDI yaitu : Menentukan indeks pengungkapan social untuk setiap perusahaan sampel berdasarkan daftar (checklist) pengungkapan social dengan cara sebagai berikut: Score 0: Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Score 1 : Jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlah untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRDI adalah sebagai berikut: Dimana : ∑ CSRDI CSRDI j Xj N
=
N
: corporate social responsibility disclosure index perusahaan j : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j : jumlah item pengungkapan CSR
Variabel Dependen Nilai Perusahaan Nilai perusahaan disimbolkan dengan (Y). Salah satu alternative yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. James Tobin (1967) dalam Herawaty (2008). Rasio Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomi dalam kekuasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Copelan (2002), Lindenberg dan Ross (1981) dalam Herawaty (2008), menunjukkan bagaimana rasio Q dapat diterapkan pada masing- masing perusahaan. Mereka menemukan bahwa beberapa perusahaan dapat mempertahankan rasio Q yang lebih besar dari satu. Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio Q yang lebih besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio Q mendekati satu. Variabel ini diberi simbol Q. Variabel ini telah digunakan oleh Herawaty (2008), dan Nurlela dan Islahuddin (2008). Penghitungan menggunakan rumus :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
11
Q
=
(EMV + D) (EBV + D)
Dimana : Q = Nilai perusahaan EMV = Nilai pasar ekuitas (EMV= closing price x jumlah saham yang beredar) D = Nilai buku dari total hutang EBV = Nilai buku dari total ekuitas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumssi normalitas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedasitisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi sebelumnya (Ghozali, 2006). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi data dihitung dengan menggunakan nilai statistic Durbin- Watson (DW). 4. Uji Multikolinearitas Multikolineritas adalah adanya suatu hubungan linear yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas. Jika terdapatkorelasi yang kuat diantara sesama variabel independen, maka konsekuensinya adalah: Koefisien–koefisien regresi yang menjadi tidak dapat ditaksir. Nilai standart error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Dengan demikian, berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Ada pun cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya tidaknya multikolineritas adalah dengan menggunakan Variance Infaltion Factor /VIF.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
12 Uji Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusannya adalah : 1. Jika t-hitung < t-tabel, maka variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis ditolak). 2. Jika t-hitung > t-tabel, maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis diterima). Tabel 1 Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 1,132 ,153 ROA -6,159 2,585 -,504 1 ROE 3,927 1,574 ,530 NPM 4,169 1,986 ,368 a. Dependent Variable: NP
t
Sig.
7,390 -2,383 2,494 2,099
,000 ,022 ,017 ,042
Tabel 2 Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B (Constant) 1,281 ROA 7,006 ROE -1,154 NPM 1,566 ROAxCSR -6,059 ROExCSR -7,865 NPMxCSR 4,647 a. Dependent Variable: NP
Std. Error ,178 4,212 2,005 3,992 10,181 3,715 9,265
Standardized Coefficients Beta ,573 -,156 ,138 -,171 -,390 ,157
t
Sig.
7,214 1,664 -,576 ,392 -,595 -2,117 ,502
,000 ,105 ,568 ,697 ,555 ,041 ,619
Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan perhitungan didapat ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan mempunyai nilai,t hitung sebesar -2,383 sedangan t tabel -6,159 dengan signifikansi sebesar 0,022 (lebih kecil dari 0,05). Hasil pengujian ini dapat menunjukan bahwa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan, dengan angka pengaruh -2,383. Hasil ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller yang menyatakan bahwa
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
13 nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Hasil yang negatif menunjukkan bahwa semakin kecil earning power semakin tidak efisien perputaran asset atau semakin kecil profit margin yang diperoleh oleh perusahaan. Hal ini berdampak pada penurunan nilai tobin’s Q satu tahun kedepan. Nilai signifikan ini diperoleh karena semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor, sehingga akan mempengaruhi nilai perusahaan. ROA adalah nilai yang mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (pendanaan)yang diberikan pada perusahaan. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian yang sudah dilakukan oleh Hermawati (2011) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan melalui ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan perhitungan didapat ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan mempunyai nilai t hitung sebesar 2,494 dengan signifikansi sebesar 0,017 (lebih kecil dari 0,05). Hasil pengujian ini dapat menunjukan bahwa ROE berpengaruh singnifikan positif terhadap nilai perusahaan, dengan angka pengaruh 2,494,karena semakin tinggi nilai ROE maka perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham, itu akan membuat para investor tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan yang memberikan keuntungan besar pada pemegang saham. ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Hermawati (2011) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan (ROA dan ROE) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini menujukkan bahwa semakin tinggi nilai ROE semakin tinggi pula nilai perusahaan. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan perhitungan didapat NPM berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan mempunyai nilai t hitung sebesar 2,099 dengan signifikansi sebesar 0,042 (lebih kecil dari 0,05). Hasil pengujian ini dapat menunjukan bahwa NPM berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan, dengan angka pengaruh 2,099, dan dapat diartikan apabila semakin meningkat nilai NPM akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya dengan permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan ikut meningkat. NPM adalah perbandingan laba bersih dan penjualan, semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan nilai suatu perusahaan Rinati (2008). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Susanti (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas (NPM) terdapat berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan Corporate social Responsibility (CSR) pada pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Nilai Perusahaan Hasil pengujian hipotesis ini merupakan pengujian dengan menggunakan variabel moderating CSR menunjukkan bahwa variabel tersebut ternyata tidak berpengaruh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
14 signifikan terhadap hubungan ROA dengan nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar -0,595dengan signifikansi sebesar 0,555 (lebih besar dari 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU Perseroan Terbatas no. 40 tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR dan mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka perusahaan tersebut akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Pengungkapan CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan social kedalam oprasinya dan interaksinya dengan stakeholder. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Hermawati (2011) yang menyatakan bahwa CSR tidak mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan yang diproksikan melalui ROA dan ROE terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengungkapan CSR pada pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan Corporate social Responsibility (CSR) pada Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Nilai Perusahaan Hasil pengujian hipotesis ini merupakan pengujian dengan menggunakan variabel moderating CSR menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan negatif terhadap hubungan antara ROE dengan nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar -2,117, dengan signifikansi sebesar 0,041 (lebih kecil dari 0,05). Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara kinerja keuangan (ROE) terhadap nilai perusahaan, bahwa terdapat berbagai hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa ROE mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil yang tidak konsisten ini menunjukkan bahwa adanya variabel kontingen (CSR) yang turut menginteraksi hubungan antara ROE dengan nilai perusahaan pada suatu kondisi tertentu, karena adanya desakan lingkungan perusahan yang menuntut perusahaan tersebut. CSR yaitu mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai hasil dari peningkatan penjualan perusahaan dengan cara melakukan berbagai aktifitas social dilingkungan sekitarnya. Hasil peneletian ini bertolak belakang dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hermawati (2011) yang menyatakan bahwa CSR tidak mampu mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan yang diproksikan (ROA dan ROE) terhadap nilai perusahaan, tetapi penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2008) yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR dapat memoderasi pengaruh kinerja keuangan (ROE) terhadap nilai perusahaan . Ini menujukkan bahwa semakin tinggi nilai ROE semakin tinggi pula nilai perusahaan apalagi dengan diungkapkannya CSR yang bertujuan untuk menambah kepercayaan para investor dalam menanamkan modalnya karena para investor beranggapan bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan para masyarakat akan membeli produk yang labanya akan disisihkan untuk kepentingan social dan lingkungan. Hal ini akan membangun image yang baik dimata para stakeholder dan juga akan menambah laba perusahaan (Rahayu, 2010). Pengungkapan Corporate social Responsibility (CSR) pada Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Nilai Perusahaan Hasil pengujian hipotesis ini merupakan pengujian dengan menggunakan variabel moderating CSR menunjukkan bahwa variabel tersebut ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan antaara NPM dengan nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar 0,502 dengan signifikansi sebesar 0,619 (lebih besar dari 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa CSR tidak mampu menpengaruhi antara NPM terhadap nilai perusahaan. hal ini menunjukkan bahwa informasi variabel CSR kurang informatif sebagai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
15 variabel moderating. Karena hanya dengan melihat nilai dari variabel NPM, sudah cukup bagi investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Sehingga tidak perlu adanya CSR dalam hubungan NPM terhadap nilai perusahaan. Dan dapat disimpulkan bahwa nilai tinggi dari NPM akan membuat para investor menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Adanya pengungkapan CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor bahwa perusahaan tersebut akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan CSR daripada yang tidak mengungkapkan CSR. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Susanti (2010) karena penelitian ini menambahkan variabel CSR sebagai variabel moderating. dilihat dari hasil statistik menunjukkan bahwa variabel CSR tidak dapat mempengaruhi hubungan antara NPM terhadap nilai perusahaan. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh profitabilitas yang diproksikan melalui ROA, ROE, NPM terhadap nilai perusahaan dengan corporate social responsibility sebagai variabel moderating, maka dapat diambil kesimpulan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Adapun kesimpulannya: 1. Hasil penelitian variabel ROA dengan nilai perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Koefisien negatif menunjukkan bahwa semakin kecil earning power semakin tidak efisien perputaran asset atau smakin kecil profit margin yang diperoleh oleh perusahaan. Hal ini berdampat pada pnurunan nilai Tobin’s Q satu tahun kedepan. 2. Hasil penelitian variabel ROE dengan nilai perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjuukan bahwa semakin tinggi nilai ROE maka perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham, itu akan membuat para investor tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan yang memberikan keuntungan besar pada pemegang saham. 3. Hasil penelitian variabel NPM dengan nilai perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat nilai NPM akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya dengan permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan ikut meningkat. 4. Hasil penelitian variabel ROA dengan corporate social responsibility sebagai variabel moderating terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak merespon atas pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU Perseroan Terbatas no. 40 tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR dan mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka perusahaan tersebut akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. 5. Hasil penelitian variabel ROE dengan corporate social responsibility sebagai variabel moderating terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan negatif. Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara kinerja keuangan (ROE) terhadap nilai perusahaan, bahwa terdapat berbagai hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa ROE mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil yang tidak konsisten ini menunjukkan bahwa adanya variabel kontingen (CSR) yang turut menginteraksi hubungan antara ROE dengan nilai perusahaan pada suatu kondisi tertentu, karena adanya desakan lingkungan perusahan yang menuntut perusahaan tersebut.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
16 6. Hasil penelitian variabel NPM dengan corporate social responsibility sebagai variabel moderating terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa CSR tidak mampu menpengaruhi antara NPM terhadap nilai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa informasi variabel CSR kurang informatif sebagai variabel moderating. Karena hanya dengan melihat nilai dari variabel NPM, sudah cukup bagi investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Sehingga tidak perlu adanya CSR dalam hubungan NPM terhadap nilai perusahaan. Dan dapat disimpulkan bahwa nilai tinggi dari NPM akan membuat para investor menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Keterbatasan 1. Bagi peneliti selanjutnya, akan lebih baik jika dalam penelitiannya menambah jumlah sampel penelitian dengan membandingkan antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan non manufaktur. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan variabel yang lebih berpengaruh terhadap nilai perusahaan, seperti: faktor eksternal yang meliputi tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs mata uang, situasi politik ekonomi. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan variabel CSR digunakan sebagai variabel independen. Karena dalam penelitian ini hasil dari CSR sebagai variabel moderating menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan teori yang ada. DAFTAR PUSTAKA Adiesti, A. C. 2009. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Reaksi Pasar Melalui Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaanperusahaan yang terdaftar di BEI. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi. Universitas Airlangga. Anggraini, Fr. R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 23-26 Agustus. Bastian, I. dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Salemba Empat. Jakarta Brigham, E. dan J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta. Dahlia, L. dan Siregar, V. S. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006) Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Dendawijaya, Tjiptono dan Hendi M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan Tanya jawab. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Erlina. 2002. Manajemen Keuangan. Universitas Sumatera Utara Program Studi Akuntansi. Medan. Florence, D. Suryanto dan Zulaikha. 2004. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta . Jurnal Maksi. Volume 4. Agustus: 161-177. Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang. Herawaty, V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Hermawati, A. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social responsibility dan Struktur Kepemilikan sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
17 Makaryanawati, 2002, Pengaruh Perataan Laba dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahan, Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada. Nainggolan, P. 2004. Cara Mudah Memahami Akuntansi. PPM. Jakarta. Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Rahayu, S. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2007- 2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Rustiarini, N. 2010. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Siregar, S. R. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham dengan Menggunakan Rasio Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Soewardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta. BPFE. Susanti, R. 2010. Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (Study Kasus pada Perusahaan Go Publik yang Listed tahun 2005- 2008). Skripsi Referensi Website. Ulupui, I. G. K. A., 2007. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Januari. Hal 88- 102. Waddock, S. A., dan S. B. Graves, 1997. The Corporate Social Performance Financial Performance link. Strategic Management Journal. Hal 303- 319. Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Utang Perusahaan : Sebuah Perspektif Teori Agensi. JRAI, Volume 5 Nomor 1. Januari : 1-16. Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Hartini Pawestri. Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Waryanti, 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi S1 Akuntansi UNDIP. Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Bali www.globalreporting.org www.idx.co.id