PENGARUH PROFITABILITAS DAN PERPUTARAN AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL ADE GUNAWAN ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal serta menganalisis dan membuktikan pengaruh perputaran aktiva terhadap struktur modal. Hasil pengujian secara parsial membuktikan bahwa variabel net profit margin (NPM) berpengaruh terhadapdebt to equity ratio (DER). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis diterima. Hasil pengujian secara parsial membuktikan bahwa variabel total assets turn over (TATO) berpengaruh terhadap debt to equity ratio (DER). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis diterima. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa net profit margin dan total assets turn over secara simultan juga berpengaruh terhadap debt to equity ratio karena mempunyai tingkat signifikansi 0,029 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), hipotesis diterima yang artinya ada pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Kata Kunci : Struktur Modal dan Struktur Aktiva PENDAHULUAN Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan leverage maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan resiko keuangan perusahaan. Dan sebaliknya perusahaan harus memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas. Untuk itu sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya dengan modal tetapi juga disertai penggunaan dana melalui hutang baik itu hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang karena terkait dengan sifat penggunaan dari hutang tersebut yaitu bersifat mengurangi pajak. Berdasarkan Balance Theory yang dikemukakan oleh (Myers, 1984 ; Bringham, 1999 dalam Muhammad Rizal, 2002) perusahaan mendasarkan diri pada keputusan suatu struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan keuntungan dari penghematan pajak atas penggunaaan hutang terhadap biaya kebangkrutan. Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
12
terakhir adalah penerbitan ekuitas baru (Myers, 1984 dalam Muhammad Rizal, 2002). Pemilihan urutan pendataan ini menunjukkan bahwa pendanaan ini didasarkan dari tingkat cost of fund dari sumber-sumber tersebut yang juga berkaitan dengan tingkat resiko suatu investasi. Dari data yang diperoleh diketahu bahwa ada sebagian perusahaan yang memiliki struktur aktiva dan profitabilitas yang meningkat dari tahun 2004 sampai tahun 2007 diikuti oleh peningkatan struktur modal, namun ada sebagian perusahaan justru mengalami hal yang sebaliknya dimana peningkatan struktur aktiva dan profitabilitas justru tidak diikuiti peningkatan struktur modal bahkan struktur modalnya negatif. Fenomena yang ada di perusahana property dan real estate adalah pada masa sekarang ini perusahaan yang bergerak di bidang property mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini berdampak pada struktur modal perusahaan, dimana perusahaan dituntuk memiliki struktur modal yang optimal. KAJIAN TEORI Profitabilitas Profit merupakan hasil dari kebijakan manajemen. Oleh karena itu, kinerja perusahaan dapat diukur dengan profit. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit disebut profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2001, hal 89), menyatakan bahwa: “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan berbagai alat analisis, tergantung dari tujuan analisisnya. Analisis profitabilitas memberikan bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan. Alat-alat analisis yang sering digunakan untuk analisis profitabilitas adalah rasio profitabilitas. Struktur Aktiva Struktur aktiva (Tangible Assets) pada penelitian ini diproyeksikan oleh Fixed Asset (FA) atau aktiva tetap. Menurut Sartono (2003, hal 248 dan 249), menyatakan : Perusahaan yang memiliki asset tetap alam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, PSAK no.16 par. 16.2) definisi aktiva tetap adalah aset berwujud yang a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedian barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
13
Menurut Sofyan Safri (2008 hal. 20) aktiva tetap sebagai berikut : “aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”. Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2002, hal. 175) aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”. Dari ketiga definisi di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang bukan dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan aktiva tetap tersebut memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva tetap yang dinilai perusahaan bermacam-macam jenisnya dan bersifat heterogen. Adapun ragam aktiva tetap pada setiap perusahaan adalah tergantung pada jenis kegiatan perusahaan itu sendiri dan luasnya operasi perusahaan tersebut. Untuk tujuan akuntansinya maka aktiva tetap perlu digolongkan berdasarkan pada suatu aturan tertentu. Aktiva tetap dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas. Jenis aktiva tetap sudah jelas relatif tidak berubah bentuk wujudnya sehingga tidak perlu dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, misalkan tanah yang dimiliki oleh perusahaan yang dipergunakan sebagai lokasi kegiatan perusahaan. 2. Aktiva tetap yang umurnya terbatas, dapat dibagi atas : a. Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaatnya harus diganti dengan aktiva sejenisnya, untuk aktiva tetap ini dilakukan penyusutan (depresiasi) terhadap harga perolehannya. Jenis aktiva tetap ini misalnya bangunan, gedung, mesinmesin, kendaraan dan lain-lain. b. Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaatnya tidak dapat diganti dengan aktiva tetap sejenisnya, untuk aktiva tetap tersebut dilakukan penyusutan yang disebut dengan istilah “Deplesi”, misalnya sumber alam seperti lahan pertambangan, hutan dan lain-lain. Secara umum aktiva tetap dapat digolongkan sebagai berikut : a. Tanah Tanah adalah permukaan bumi atau tempat berdirinya suatu bangunan, halaman tanah perkebunan dan lain sebagainya. Tanah ini mempunyai umur yang tidak terbatas yang berarti dapat dimanfaatkan selama umur perusahaan, sehingga tidak perlu disusutkan apabila tanah tersebut tidak milik perusahaan, akan tetapi hanya sebagai hak guna usaha atau hak pakai maka hak tersebut harus diamortisasi karena masa menikmati aktiva tetap tersebut adalah terbatas. b. Bangunan Bangunanan adalah gedung yang didirikan di atas tanah dan diggunakan sebagai kantor, pabrik, perumahan dan sebagainya. Aktiva tetap ini mempunyai masa manfaat yang terbatas tetapi aktiva dalam kelompok ini dimaksudkan untuk dijual-belikan maka harus dicatat sebagai persediaan barang bukan sebagai kelompok aktiva tetap. JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
14
c. Mesin Mesin adalah alat mekanis yang dikuasai oleh perusahaan yang digunakan untuk proses produksi atau kegiatan perusahaan, maka terhadap aktiva tetap ini juga harus disusutkan karena mempunyai masa manfaat yang terbatas. d. Peralatan Peralatan selain mesin digunakan dalam proses produksi misalnya peralatan bengkel, peralatan kantor, peralatan gudang dan lain-lain. e. Kendaraan Kendaraan adalah alat pengangkutan yang dimiliki dan digunakan untuk operasi perusahaan baik untuk pengangkutan di pabrik maupun untuk pengangkutan orang. Aktiva tetap ini memberikan masa manfaat yang terbatas sehingga harus dilakukan penyusutan. f. Perabotan Perabotan biasanya terdapat di bagian administrasi atau bagian penjualan dari perusahaan seperti meja, kursi dan sebagainya. Perabotan juga memperoleh masa manfaat yang terbatas sehingga harus dilakukan penyusutan. g. Prasarana Di Indonesia merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti : jalan, jembatan, reol, pagar, dan lainlain Teori Struktur Modal Struktur modal merupakan sisi kanan dari neraca, jadi merupakan kombinasi antara utang dan modal sendiri. Riset biasanya berkenaan dengan komposisi dua hal ini, biasa dikenal sebagai DER (Debt to Equity Ratio) atau Leverage [debt/(debt+equity)]. Komposisi ini dianggap dipengaruhi oleh berbagai faktor fundamental keuangan, dan selanjutnya dilakukan pengetesan empiris. Selain itu (khusus untuk utang) biasanya dikaitkan dengan financial distress atau peluang bangkrut dan expectid return atau imbalan yang diharapkan Said Kelana (2005, hal 121). Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi ke dalam dua kategori yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal. Jadi, keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Sumber dana internal perusahaan berasal dari laba bersih atau arus kas masuk. Dana internal ini berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada dasarnya milik pemegang saham. Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari ekuitas pemegang saham dan utang dari kreditor. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan utang bagi perusahaan dan dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri. Proporsi antara bauran dari penggunaan modal sendiri dan utang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut dengan struktur modal perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
15
dengan utang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, dengan catatan perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya. Tetapi kalau dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik atau optimal. Penggunaan utang menimbulkan biaya dalam bentuk resiko ekstra (resiko finansial) bagi para pemegang saham. Pada tingkat rasio utang yang tinggi, perusahaan mungkin akan terbentur pada keengganan dari pihak kreditor untuk memberikan tambahan utang. Hal ini akan menaikan biaya utang baru yang mungkin akan lebih tinggi dari keuntungan pajak dari utang, dan selanjutnya akan menjadi beban para pemegang saham dan kreditor juga akan menghadapi resiko kepailitan yang dapat mengarah kepada peneurunan total harga pasar perusahaan dan kenaikan biaya modal. Utang dan ekuitas adalah dua kelompok dari kewajiban (liabilities) perusahaan, dimana kreditor dan pemegang saham merupakan dua jenis investor dari perusahaan, masing-masing berhubungan dengan tingkat resiko, keuntungan, dan kontrol yan g berbeda terhadap perusahaan. Kreditor memiliki kontrol yang lebih rendah, oleh karena itu kreditor memperoleh tingkat pengembalian yang tetap dan diproteksi oleh kewajiban kontraktual untuk mengamankan investasinya. Pemegang saham memiliki beban resiko yang lebih besar atas keputusan perusahaan. a. Trade Off Theory Sebelumnya Trade Off Theory ini dikenal dengan nama Balance Theory. Teori Trade Off merupakan penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan utang. Sejauh manfaat yang dihasilkan lebih besar, porsi utang dapat ditambah. Berdasarkan teori ini, perusahaan berusaha mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai pasar. Husnan (2005, hal 231) mengatakan bahwa secara garis besar dapat disimpulkan bahwa balanced theory menganut pola keseimbangan antara keuntungan penggunaan dana dari utnag dengan tngkat bunga yang tinggi dan biaya kebangkrutan. Teori Trade Off menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak denganbiaya tekanan finansial dari penambahan utang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan utang di trade off (saling tukar antara satu sama lain). Tekanan finansial biasanya terjadi hanya pada perusahaan yang memiliki utang, perusahaan yang bebas dari utang biasanya tidak mengalami tekanan finansial. Teori trade off menjelaskan bahwa peningkatan rasio utang pada struktur modal akan meningkatkan nilai total perusahaan sebesar tarif pajak dikali dengan jumlah utang. Semakin besar akses ke sumber dana semakin tersedia potensi dana, maka semakin besar kemungkinan mengambil peluang investasi yang menguntungkan sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar dan kinerja perusahaan meningkat. Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian. Menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham dan juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Resiko yang mangkin tinggi diharapkan akan menaikan harga saham
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
16
rersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian yang memaksimumkan harga saham. Menurut Brigham dan Gapenski, (1999, hal 431) teori trade off memberi 3 pernyataan penggunaan utang yang dapat digunakan untuk menentukan secara pasti struktur modal optimal setiap perusahaan, yaitu : 1. Perusahaan dengan resiko lebih tinggi, diukur dengan variabelitas retur atas aktiva perusahaan, harus meminjam lebih sedikit dari pada perusahaan dengan resiko lebih rendah. Semakin tinggi variabelitas, semakin tinggi kemungkinan tekanan finansial pada setiap tingkat resiko utang, semakin tinggi espektasi biaya tekanan finansial. Dengan demikian, perusahaan dengan resiko bisnis yang lebih rendah dapat meminjam lebih banyak sebelum biaya tekanan finansial menyerap habis keuntungan pajak dari utang. 2. Perusahaan yang operasinya menggunakan aktiva berwujud, aktiva yang memiliki pasar misalnya real estate dapat meminjam lebih banyak dari pada perusahaan yang nilainya terutama berasal dari aktiva tak berwujud, misalnya paten dan goodwill. Aktiva spesifik, aktiva tidak berwujud, dan peluang pertumbuhan akan kehilangan nilainya jika tekanan finansial terjadi dibanding dengan aktiva berwujud standar. 3. Perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi, yang kemungkinan berlanjut pada masa yang akan datang dapat meminjam lebih banyak daripada perusahaan dengan tarif pajak dan prospek pajak yang lebih rendah. Tarif pajak yang tinggi menyebabkan keuntungan yang lebih besar daripada pendanaan dengan utang, sehingga perusahaan dengan tarif pajak yang lebih tinggi dapat meminjam lebih banyak, hal lain dianggap sama, sebelum keuntungan pajak diserap oleh biaya tekanan finansial dan biaya keagenan. Menurut teori trade off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimum. Sundjaya dan Barlian (2002, hal 242) menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bunga atas pinjaman dapat dikurangi dalam menghitung pendpatan kena pajak. Brigham dan Gapenski (1999, hal 432) secara umum menyatakan bahwa perusahaan dalam satu industri memiliki struktur modal yang sama karena secara umum perusahaan tersebut memiliki jenis aktivitas, risiko bisnis, dan profitabilitas yang sama. b. Pecking Order Theory Teori pecking order adalah teori yang menjelaskan bahwa manajemen secara sistematis mendahulukan pendanaan investasi dengan menggunakan dana internal JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
17
(laba ditahan) daripada penggunaan dana eksternal dan mendahulukan utang daripada ekuitas jika pendanaan eksternal dibutuhkan. Dalam pandangan pecking order, perusahaan sebaiknya menggunakan dana internal sebanyak mungkin untuk mendanai proyek baru. Apabila dana internal tidak mencukupi maka utang atau sekuritas yang paling aman lebih didahulukan daripada sumber dana eksternal lainnya. Myers (1984) dalam Said Kelana (2005) berpendapat bahwa manajer mengikuti teori pecking order menyatakan bahwa manajer lebih mengutamakan pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dengan demikian, jika arus kas internal lebih besar dari kebutuhan investasi maka manajer akan membayarkan free cash flow untuk melunasi utang atau membeli sekuritas. Sebaliknya jika arus kas internal lebih kecil dari kebutuhan investasi maka manajer pertama akan menjual sekuritas, jika tidak cukup akan menggunakan utang, penerbitan ekuitas merupakan pilihan terakhir. Penggunaan sumber dana memiliki biaya tersendiri. Laba ditahan memiliki biaya langsung langsung yang lebih kecil dari penerbitan ekuitas baru karena adanya penghematan nyata pada banker fees dan perusahaan dapat mengurangi deviden sekarang yang dapat dikenai pajak dengan membatasi ekuitas. Disamping itu biaya transaksi untuk utang lebih kecil dari penerbitan ekuitas. Kenyataan ini mendorong perusahaan memilih pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Untuk mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara utang atau ekuitas para manajer akan menerbitkan sekuritas yang beresiko paling kecil. Menurut teori pecking order, perusahaan tidak memiliki struktur modal optimal, sebab pendanaan perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada biaya modal. Tetapi berdasarkan pada urutan hirarki (dana internal, utang, dan ekuitas). Urutan pendanaan dimulai dari laba ditahan, utang, dan penerbitan saham (ekuitas) pada urutan terakhir. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih murah dibandingkan utang dan ekuitas. Menurut teori pecking order, peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, yang dapat digunakan untuk pendanaan investasi. Sehingga semangkin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin sedikit pendanaan dengan menggunakan utang. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Kerangka Konseptual Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor dalam menentukan sruktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaa akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual berikut ini :
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
18
X1 TATO Y DER X2 NPM Gambar 1. Kerangka Konseptual Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara atas penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 : Struktur Aktiva secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan property dan real estate di BEI. H2 : Profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan property dan real estate di BEI. H3 : Struktur Aktivadan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan property dan real estate di BEI. METODE PENELITIAN Defenisi Operasional Stuktur modal merupakan kebijakan tentang bauran dari segenap sumber pendanaan dari utang dan modal sendiri. Dalam penelitian ini, variabel struktur modal diindikasikan dengan Debt to Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity ratio (DER) yang sering disebut rasio utang satuannya adalah rasio. Rasio ini menunjukan banyaknya utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai seluruh aktiva dan ekuitas yang dimilikinya. Ukuran dari variabel DAR dan DER diformulasikan sebagai berikut : Total Debt DER = Total Assets Total Debt DER = Total Equity Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Ety rochaety dkk (2007, hal 35) : “Populasi (population) adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang memiliki karakteristik tertentu.”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Menurut Ety rochaety dkk (2007, hal 35): “Sampel merupakan bagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Kriteria penentuan sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
19
1. Perusahan property dan real estate yang telah terdaftar di BEI sejak tahun 2003 dan masih aktif sampai dengan tahun 2007. 2. Perusahaan property dan real estate mempublikasikan laporan kinerja keuangannya selama 5 tahun berturut-turut. 3. Perusahaan property dan real estate tersebut tidak dalam proses Delisting. Bila tidak memenuhi kriteria penentuan sampel di atas akan dikeluarkan dari sampel perusahaan dan diganti dengan perusahaan lain yang memenuhi kriteria. Berdasarkan kriteria penentuan sampel yang telah dikemukakan, maka ditetapkan sampel yang digunakan adalah sebanyak 32 sampel yang dapat dilihat pada lampiran. Teknik Analisis Data Untuk mempermudah proses analisis yang akan dilakukan, penulis akan membuat model analisis yang akan dilakukan penulis dalam rangka menjawab permasalahan yang ada. Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan alat statistik regresi linier berganda. Alat analisis ini digunakan dengan suatu alasan untuk melihat ada tidaknya pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, baik secara simultan (bersama-sama) maupun secara parsial (masing-masing). Berdasarkan itu semua, maka spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : DER = β0 + β1 NPM + β2 AKTIVA + e Dimana : DER = struktur modal β0 = intercept atau konstanta β1 β2 = koefisien regresi variabel NPM dan ASET NPM = profitabilitas ASET = perputaran aktiva HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data sengan SPSS versi 12, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada tabel berikut : Tabel 1. Model Summary(b) Std. Error Adjusted of the DurbinModel R R Square R Square Estimate Watson . . .6 1.8 .276(a) 076 052 8838 75 Sumber Data : Diolah 2010 Pada Model Summary, angka R sebesar 0,276 menunjukan bahwa korelasi atau hubungan antara perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dengan NPM dan TATO sebagai variabel independentnya adalah sangat lemah berada dibawah angka 0,5. Angka R.Square koefesien determinasi yang disesuaikan adalah 0.076. Hal ini berarti
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
20
bahwa 7,6 % variasi atau perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variansi NPM dan TATO. Sedangkan sisanya sebesar 92,4 % dijelaskan oleh variabel lain . Kemudian Standard error of estimate (SEE) adalah 0,68838 yang mana semangkin kecil SEE akan membuat model regresi semangkin tepat dalam memprediksi harga saham. Untuk melihat pengaruh NPM dan TATO secara individu terhadap perubahan DER, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik t. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 12, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Uji statistik t Sta Unstandardized ndardized Model Coefficients Coefficients t Sig. B (Constant) NPM.LG TATO.LG
Std. Error
Beta
2.631
.329
7.994
.308
.243
.168
2.756
.233
.228
.101
2.107
. 000 . 013 . 037
Sumber : Data diolah, 2010. Dari tabel 4.8 koefesien regresi, dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu 1. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independenya. Terlihat di atas bahwa NPM mempunyai angka signifikansi sebesar 0.013 berada dibawah 0,05 yang menunjukan bahwa NPM secara individu mempengaruhi DER. 2. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independenya. Terlihat di atas bahwa TATO mempunyai angka signifikansi sebesar 0.037 berada dibawah 0,05 yang menunjukan bahwa TATO secara individu mempengaruhi DER. Untuk melihat pengaruh NPM dan TATO secara simultan (bersama-sama) terhadap DER, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Berdasarkan hasil pengolahan data denga program SPSS versi 12, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada tabel berikut : Tabel 3. Uji statistik F Sum of Mean Model Squares df Square F Sig. 1Regression 4.440 3 1.480 3.123 .029(a) Residual 54.021 114 .474 Total 58.461 117 Sumber : Data Diolah, 2010
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
21
Berdasarkan uji ANOVA atau F-test, diperoleh F hitung sebesar 3.123 dengan tingkat signifikansi 0,029 di bawah 0,05, Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel NPM dan TATO secara simultan berpengaruh terhadap DER. Analisis Hasil Temuan Penelitian Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-1, penelitian ini mampu membuktikan adanya pengaruh positif antara net profit margin terhadap struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Sartono (2003, hal 248 dan 249), yang mengatakan bahwa profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor dalam menentukan sruktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaa akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan teori Bambang Riyanto (2001, hal 297) yang menyatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk Semakin besar net profit margin tersebut secara otomatis juga akan diikuti oleh peningkatan laba yang dapat di distribusikan menjadimodal. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa net profit margin secara parsial signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-3, penelitian ini mampu membuktikan adanya pengaruh positif atau negatif antara debt to equity ratio terhadap harga saham. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Trisnawati (2003) yang mengemukakan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Perputaran Aset (Total Assets Turnaver ) adalah perbandingan antara sales dengan jumlah aset rata-rata. Tingkat perputaran aset Dalam mengukur tingkat perputaran aset, sumber masuknya aset yang telah tertanam dalam investasi adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh karena itu, sumber aset dalam penelitian ini adalah berasal dan aktivitas penjualan. Idealnya makin tinggi tingkat perputaran aset berarti makin cepat kembalinya uang pada perusahaan. Menurut penulis Analisa perputaran aktiva dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan dan pengawasan struktur modal perusahaan yang ideal di masa yang akan datang dan sudah relevan dengan kondisi sebenarnya. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Dian (2006) yang menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva berpengaruh secara signifikan terhadapstruktur modal. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat membuktikan teori yang dikemukakan oleh Riyanto (2001, hal 296) yang menyatakan bahwa keadaan aktiva yang tinggi atau rendah akan memberikan gambaran tentang perputaran aktiva dan keuntungan yang dapat dicapai perusahaan dari perputaran aktiva tersebut. Suatu aktiva yang tinggi akan memberikan gambaran tingkat solvabilitas yang tinggi sehingga resiko perusahaan akan semakin rendah dalam mengcover hutang-hutang perusahaan. JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
22
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bebas untuk net profit margin dan total assets turn over secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal karena nilai signifikannya 0,029 lebih kecil dari 0,05 dan uji determinasi menunjukan bahwa nilai R sebesar 0,076 atau 7,6 % yang berarti pengaruh NPM dan TATO terhadap struktur modal sangat lemah karena berada di bawah 0,5. Hasil R-Squared juga menunjukan angka 0,076 atau 7,6 %. Hal ini dapat diartikan bahwasannya variabel bebas dapat dijelaskan pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan property yang go public di BEI sebesar 7,6% dan sisanya yaitu 92,4 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar analisis ini seperti tingkat inflasi, suku bunga deposito, kesempatan investasi dan variabel lain yang tidak diteliti. Hasil penelitian ini mendukung teori Bambang Riyanto (2001, hal 296-297) yang menyatakan suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk, selain itu kebanyakan perusahaan sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh net profit margin (NPM) dan total assets turn over (TATO) terhadap struktur modal perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian secara parsial membuktikan bahwa variabel net profit margin (NPM) berpengaruh terhadapdebt to equity ratio (DER). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis diterima. 2. Hasil pengujian secara parsial membuktikan bahwa variabel total assets turn over (TATO) berpengaruh terhadap debt to equity ratio (DER). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang berarti hipotesis diterima. 3. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa net profit margin dan total assets turn over secara simultan juga berpengaruh terhadap debt to equity ratio karena mempunyai tingkat signifikansi 0,029 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), hipotesis diterima yang artinya ada pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 4. Hasil pengujian determinasi menjelaskan bahwa kontribusi dari net profit margin dan total assets turn over dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap debt to equity ratio sangat lemah yaitu sebesar 0,076 atau 7,6 % sedangkan sisanya sebesar 92,4 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
23
DAFTAR PUSTAKA Brigham, F Eugene & Houston F Joul, 1999. Manajemen Keuangan Jilid 2, Edisi 8,Terjemahan oleh Dodo Suharto & Herman Wibowo, 2001, Erlangga, Jakarta Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang Husnan, Suad, 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio. Edisi ketiga, Yogyakarta : UPP AMP YKPN Riiyanto, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE,. Rochaety Ety, Ratih Tresnati dan H. Abdul Madjid Latief, Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Menggunakan Aplikasi SPSS, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2007 Said Kelana Asnawi dan Chandra Wijaya, 2005. Riset Keuangan, Pengujianpengujian Empiris, Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Santoso, Singgih, 2006, Buku LatiahanSPSS Statistik Parametrik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Sundjaya, Ridwan. S., dan Barlian, Inge, 2002 Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru. Cetakan Keempat, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sutrisno, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi pertama, Ekonisia, 2003. Sugiyono (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV. Alfabeta
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619
24