PENGARUH PIJAT PUNGGUNG MENGGUNAKAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PRODUKSI ASI PASCA BEDAH SESAR DI RSUD UMUM JOMBANG
PENELITIAN DOSEN
DI Susun Oleh: Dwi Arin, SST
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2014
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN Judul Penelitian
: Pengaruh Pijat Punggung menggunakan minyak Esensial lavender Terhadap Produksi Asi Pasca Bedah Sesar Di RSUD Umum Jombang 2014
Kode/Nama Rumpun Ilmu : Identitas Peneliti: a. Nama Lengkap b. NIDN c. Jabatan Fungsional d. Program Studi e. Nomor HP f. Alamat surel (e-mail) Biaya Penelitian
/ Kebidanan
: Dwi Arin, SST : 0707058601 :: DIII Kebidanan : 081331608547 :
[email protected]
: - diusulkan ke DIKTI Rp. - dana internal PT Rp. - dana institusi lain Rp. - inkind sebutkan -
Mengetahui, Kaprodi
Jombang, September 2014 Peneliti
Lusianan Meinawati, SST.,M.Kes NIDN : -
Dwi Arin, SST NIDN : Menyetujui, Ketua LPPM
Siti Rokhani, SST., M.Kes NIDN :
RINGKASAN Ibu pasca bedah sesar dapat mengalami beberapa komplikasi pasca pembedahan antara lain nyeri, ketidaknyamanan, kelemahan, stres dan ansietas. Hambatan menyusui dini akibat proses pemulihan, rasa nyeri, kecemasan, dan hambatan mobilisasi menyebabkan penundaan Laktogenesis II. Pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender merupakan salah satu intervensi keperawatan yang diharapkan membantu ibu post partum meningkatkan produksi ASI sehingga mampu mendukung pemberian ASI eksklusif bagi bayi baru lahir. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca bedah sesar di RSUD Jombang. Desain penelitian yang digunakan adalah ”quasi experiment with post test-only non equivalent control group design”. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Total sampel sebanyak 64 responden terbagi menjadi dua kelompok (pijat punggung menggunakan minyak lavender, menggunakan VCO dan kelompok kontrol). Intervensi pemijatan dilakukan mulai 24 jam pasca pembedahan dan dilakukan selama 3 hari dengan frekuensi 2 kali sehari. Analisis bivariat menggunakan chi square dengan tingkat kemaknaan p<0,05 untuk mengetahui signifikansi hubungan kedua variabel dan menghitung rasio odds pada kedua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kelancaran produksi ASI antara kelompok pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender dan kelompok kontrol dengan p-value 0,007 dan OR sebesar 4,84(95% CI:1,68-13,93) Intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender berpengaruh terhadap produksi ASI pasca bedah sesar. Ibu yang mendapatkan intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender berpeluang mengalami kelancaran produksi ASI 4,84 kali dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kata Kunci : Produksi ASI, Lavender, Pijat punggung, Bedah Sesar
DAFTAR ISI Halaman Judul…………………………………………………………….. Halaman Pengesahan……………………………………………………… Daftar Isi………………………………………………………………....... Ringkasan…………………………………………………………………. BAB I Pendahuluan…………………………………………………….. BAB II Tinjauan Pustaka…………………………………………………. BAB III Metode Penelitian……………………………………………....... BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan………………………………... BAB V Penutup…………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... LAMPIRAN……………………………………………………………….
i ii iii iv 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nutrisi yang baik selama masa bayi akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu didukung dengan adanya kesempatan untuk berinteraksi sosial, psikologis, dan bahkan pendidikan antara orangtua dan bayinya (Perry et al., 2010). Pemberian nutrisi yang optimal sejak dini dapat diberikan melalui pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi baru lahir. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan khusus yang kompleks, unik, dan dihasilkan oleh kedua kelenjar payudara. ASI merupakan cairan yang terbaik bagi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan karena komponen ASI mudah dicerna, mudah diabsorbsi oleh bayi baru lahir, dan memiliki kandungan nutrient terbaik dibandingkan dengan susu formula (Riordan & Wambach 2010; Perry et al., 2010). World
Health
Organization
(WHO) dan United Nations
Children’s Fund(UNICEF) merekomendasikan pemberian nutrisi yang optimal bagi bayi baru lahir melalui strategi global pemberian ASI eksklusif selama enam bulan (WHO, 2009). America Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat dilanjutkan minimal sampai bayi berusia 12 bulan (Perry et al., 2010). ASI merupakan nutrisi terbaik yang secara khusus ditujukan bagi bayi baru lahir karena mengandung berbagai komponen antibodi, nutrisi yang
lengkap dan mudah dicerna oleh bayi baru lahir dibandingkan dengan susu formula. (Perry et al., 2010). Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan di Indonesia pada tahun 2012 berdasarkan laporan sementara hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 masih cukup rendah yakni sebesar 42% dimana target pencapaian pemberian ASI eksklusif pada tahun 2014 sebesar 80% (Riskesdas, 2013). Salah satu penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif bagi bayi dibawah usia enam bulan karena produksi ASI pada ibu post partum yang terhambat pada hari- hari pertama pasca persalinan sehingga sebagian besar bayi mendapatkan susu formula pada saat baru lahir (Riskesdas, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Chertok dan Shoham (2008) membuktikan bahwa wanita yang melahirkan dengan seksio sesarea beresiko tiga kali lebih besar mengalami hambatan dalam proses menyusui. Sebagian besar ibu post partum akan berhenti menyusui pada bulan pertama karena tidak dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) serta keterlambatan dalam memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal. Perasaan nyeri yang dirasakan di area sekitar operasi, kelemahan, dan hambatan mobilisasi
juga
mempengaruhi
keterlambatan produksi ASI
pada wanita post seksio sesarea. Proses melahirkan melalui seksio sesarea memiliki hubungan dengan keterlambatan dalam proses laktogenesis dan menyusui dini. Faktor lain yang menyebabkan bayi mengalami kesulitan menyusui pasca bedah sesar adalah nyeri maternal, stress, mual, tipe anestesi, bayi dan ibu dirawat secara terpisah, anemia karena kehilangan darah selama
operasi dan post operasi, hambatan respon menghisap bayi, dan hambatan produksi ASI akibat pemberian obat-obatan (Dewey, 2001; Kmom, 2002). Proses melahirkan melalui seksio sesarea memiliki hubungan dengan keterlambatan dalam proses laktogenesis dan menyusui dini. Keterlambatan produksi ASI disebabkan oleh proses pemulihan membutuhkan waktu yang lama, prosedur operasi menimbulkan rasa nyeri, kecemasan, serta kelemahan. (Chen et al.,1998; Dewey et al.,2003; Evans et al.,2003; dalam Riordan & Wambach. 2010). Sebagai upaya untuk membantu pencapaian peran maternal pada wanita post partum dengan seksio sesarea, peran perawat maternitas sebagai pemberi asuhan utama dapat melakukan
intervensi pijat punggung
menggunakan aromaterapi lavender. Pijat punggung merupakan salah satu alternatif intervensi untuk membantu meningkatkan kelancaran produksi ASI. Pijat punggung adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) dimulai dari batas bawah leher sampai tulang costae kelimakeenam dan merupakan usaha untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indriyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009). Back massage dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down melalui stimulasi sensori somatik dari sistem aferen. Penggunaan minyak esensial lavender diharapkan dapat membantu ibu pasca sesar untuk meningkatkan relaksasi dan kenyamanan sehingga diharapkan produksi ASI dapat meningkat, lavender, merupakan salah satu minyak esensial yang populer dan secara luas digunakan dalam bidang kesehatan klinis khususnya mengatasi permasalahan psikosomatik dalam
ginekologi (Matsumoto et al, 2013). Chu & Kemper (2001) dalam Ujiningtyas (2012) menjelaskan bahwa salah satu manfaat klinik lavender dalam neuropsikiatri adalah sebagai agen sedatif, antikonvulsan, anxiolitic, dan analgetik. Lavender merupakan salah satu aromaterapi yang mempunyai efek terhadap amygdala dan hippocampus. Meskipun mekanisme secara seluler belum diketahui dengan pasti, namun lavender mempunyai khasiat mirip dengan benzodiazepiness dan meningkatkan efek gamma-aminobutyric acid didalam amygdala (Cavanailkinson, 2002) dalam (Ujiningtyas, 2012). Sampai saat ini pengaruh intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pada ibu post partum dengan seksio sesarea masih belum jelas. Bukti-bukti penelitian terkait dengan penggunaan minyak esensial lavender terhadap ibu post partum dengan seksio sesarea dalam meningkatkan produksi ASI masih terbatas. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD Jombang kurang lebih 70% ibu post partum dengan seksio sesarea mengalami permasalahan dalam menyusui bayinya. Permasalahan yang dialami antara lain: pengeluaran ASI yang sedikit, kondisi fisik yang lemah sehingga membutuhkan bantuan penuh dalam proses menyusui dan mobilisasi yang kurang karena pasien cenderung takut pada luka pasca bedah sesarea. Perdarahan pemaparan masalah tersebut, penelitian tertarik untuk mengidentifiksi pengaruh intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca bedah sesarea di RSUD Jombang.
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Manfaat dan Kontraindikasi Pijat Massage atau pijat adalah cara untuk penyembuhan yang memiliki banyak
manfaat
bagi semua sistem organ tubuh. Massage dapat
mempengaruhi organ-organ tubuh sesuai dengan area yang akan dipijat. Manfaat pijat bagi tubuh antara lain: 1. Meningkatkan fungsi kulit Peredaran darah dalam tubuh yang meningkat akan membantu proses untuk menghasilkan kelenjar minyak yang akan lebih efektif memproduksi keringat, sehingga akan membuang zat yang tidak berguna. Lapisan epidermis yang paling luar akan larut sehingga kondisi kulit akan lebih baik. Fungsi kulit sebagai daya penyerap akan lebih meningkat dan kulit menjadi lebih halus. 2. Melarutkan lemak Gerakan pengurutan yang sifatnya menekan dan menghentak seperti meremas/ memijat, menepuk, memukul dapat membantu melarutkan lemak sehingga terjadi pembakaran tubuh. 3. Meningkatkan refleksi pada pencernaaan Pengurutan perut dengan gerakan-gerakan tertentu akan lebih merangsang gerak refleksi (Peristaltik), dengan demikian akan lebih memperlancar sistem pencernaan.
4. Meningkatkan fungsi jaringan otot Meningkatnya sirkulasi peredaran darah dapat meningkatkan nutrisi (sari makanan) ke dalam jaringan otot sehingga kekenyalan dan elastisitas akan lebih bertahan. 5. Meningkatkanya peredaran darah Meningkatnya peredaran darah yang ditimbulkan oleh gerak pengurutan akan meningkat pula nutrisi sehingga dapat memberi makanan pada sel-sel tulang. Dengan demikian meningkat pula pertumbuhan gerak persendian. 6. Meningkatkan fungsi jaringan syaraf Gerakan vibrace dan friction dapat merangsang pada fungsi syaraf di seluruh tubuh. 7. Sistem Getah Bening Luka akibat pukulan akan menyebabkan terjadinya pembengkakan yang masuk ke dalam sirkulasi getah bening. Pijat dapat mengosongkan saluran getah bening dan menyembuhkan bengkak tersebut. Jika cairan yang membuat bengkak tidak disingkirkan, maka akan mengeras sehingga tidak dapat melewati saluran getah bening. Akibatnya gumpalan cairan yang mengeras tersebut akan menyumpal di sekeliling jaringan: otot, tulang, urat, ikatan sendi tulang (ligament) dan kemudian terbentuk “pelekatan” (adhesion). 8. Sistem Kandung Kemih Pijat di bagian punggung dan perut akan meningkatkan aktivitas ginjal yang mendorong pembuangan produk sisa metabolisme dan mengurangi penumpukkan cairan.
9. Sistem Reproduksi Sistem reproduksi juga dapat ditingkatkan. Pijat pada bagian perut dan punggung dapat membantu meredakan masalah haid, seperti rasa sakit, pra menstruasi, haid tidak teratur, dan lain-lain.
2.2 Kontraindikasi Pijat pada Berbagai Kondisi Tahapan kontraindikasi perlu dilakukan sebelum perawatan tubuh secara massage dilakukan, dengan tujuan untuk mengetahui kelainan atau kelunakan yang ada di dalam tubuh klien. Dengan kontraindikasi dapat ditentukan volume atau tekanan gerakan atau tekanan gerakan pijat yang sesuai dengan kondisi tubuh atau bagian tubuh tertentu dari tubuh klien tersebut. Pada kontraindikasi dapat dilakukan pemeriksaan antara lain : 1. Refleksi dan relaksasi otot Refleksi dan relaksasi otot dilakukan dengan menyentuh, meraba dan menekan pada bagian-bagian tubuh sehingga dapat diketahui apakah ada yang memar, bengkak, nyeri, penggumpalan jaringan lemak atau selulit, tekstur kulit dan tonus susunan otot. Contohnya: Thrombo-Phlebitis dan kondisi sejenis yaitu radang dari pembuluh darah vena. Kulit di sekitarnya tampak kemerahan, panas, dan bengkak. Jika kulit sekitarnya disentuh, terasa lembek dan sakit. Jika terbentuk gumpalan darah beku di dalam vena, maka dengan pemijatan gumpalan tersebut akan bergerak dan bisa berakibat fatal (kematian) jika menggumpal di dalam vena.
2. Temperatur Tinggi / Demam Tubuh dalam keadaan demam akan mengeluarkan toksin. Maka tidak dianjurkan melakukan pemijatan, karena akan memicu produksi toksin di dalam tubuh. 3. Infeksi Penyakit Kulit Penyakit kulit sejenis jerawat dan eksim tidak menular, bahkan akan sembuh dengan menggunakan minyak esensial lavender. Pijat dilarang untuk permukaan kulit yang menderita radang di bawah kulit seperti bisul. 4. Bekas Luka atau Operasi Baru Bekas luka yang masih baru atau luka terbuka pada klien sebaiknya tidak dipijat pada bagian tersebut. 5. Kondisi Peradangan (Bursitis) Gejala di bagian peradangan adalah warna kemerahan, terasa panas, lunak dan sakit jika disentuh dan sebaiknya bagian yang meradang tersebut dilarang dipijat. 6. Kanker Pijat yang lembut bermanfaat bagi para pasien kanker. Produksi hormon edorfin sebagai reaksi pemijatan, dapat meredakan rasa sakit yang disebabkan kanker. 2.3 Manfaat dan Efek Samping Penggunaan Minyak Lavender Manfaat Obat
tradisional Minyak Yuli Manfaat
dan efek samping
penggunaan minyak lavenderMinyak lavender adalah minyak esensial yang diambil dari ekstraksi tanaman lavender, dan telah lama digunakan untuk
pengobatan dan kosmetik. Senyawa utama minyak lavender adalah linalool (51 %), dan linalyl asetat (35 %). Komponen lainnya termasuk alfa pinene, limonene, 1,8 cineole, cis – trans – ocimene, 3 Octanone, kamper, caryophyllene terpinen – 4 – ol dan lavendulyl asetat. Advertisement Linalool dan linalyl asetat bisa sebagai analgesik sementara Linalool dan linalyl asetat adalah molekul yang ditemukan dalam minyak lavender yang bisa masuk ke sistem saraf melalui indra penciuman, sistem pernapasan, dan kulit. Baca juga: Manfaat dan cara penggunaan bunga lavender untuk kesehatan, Disini Berikut beberapa manfaat dan sifat minyak lavender untuk kesehatan: 1. Rasa gelisah Sebuah studi yang dilakukan oleh National Institute for Environmental Studies di Jepang , menunjukkan bahwa linalool, senyawa yang ditemukan dalam minyak lavender menunjukkan efek anti kecemasan. Temuan ini mendukung penggunaan minyak lavender sebagai obat tradisional untuk mengobati kecemasan. 2. Mengobati Luka Minyak lavender efektif digunakan untuk mengobati luka dan melawan infeksi. Kandungan linalool dalam minyak lavender memiliki sifat antiseptik yang kuat, sehingga cocok untuk mematikan virus dan bakteri. Berikut adalah tips untuk menggunakan minyak lavender untuk mengobati luka . Pastikan jika Anda telah membeli minyak lavender asli, sehingga bisa memberikan hasil yang efektif. Ada banyak jenis tanaman lavender, tetapi hanya dari jenis Lavendula augustifolia, Lavendula Spica, dan Lavendula stoechas yang diketahui berkualitas menyembuhkan. Lakukan tes sebelum mengoleskan minyak lavender pada luka, karena beberapa orang mungkin saja bisa alergi.
Encerkan minyak lavender dengan minyak zaitun atau minyak jojoba untuk mengurangi reaksi alergi. mencampur 1 bagian minyak lavender dengan 10 bagian minyak esensial lainnya akan membantu menghindari alergi seperti gatal-gatal, kulit kering atau kemerahan. Teteskan 1 tetes minyak lavender pada luka, untuk membantu menghentikan pendarahan . Ulangi meneteskan minyak lavender pada luka, dua atau tiga kali sehari untuk menjaga agar luka bersih dan mencegah infeksi. Terus gunakan minyak lavender setiap hari, bahkan setelah luka telah menutup untuk membantu regenerasi sel kulit, mempercepat penyembuhan luka, dan mengurangi pembentukan bekas luka. Lihat juga : Khasiat lemon untuk menyembuhkan penyakit 3. Menjaga Kulit Sehat Linalool dalam minyak lavender juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit. Ketika dioleskan, minyak lavender bisa membantu
meringankan
iritasi
kulit,
membersihkan
jerawat,
menyembuhkan luka bakar, memar, dan luka. Menggunakan minyak lavender untuk mengobati jerawat bisa menjadi alternatif pengobatan, atau bisa jadi sebaliknya. Gunakan minyak lavender murni untuk mengobati jerawat yang hampir pecah. Namun jangan mengoleskan minyak lavender ke seluruh wajah. Minyak lavender murni yang memiliki konsentrasi tinggi mungkin saja tidak cocok untuk semua jenis kulit. Untuk jerawat yang berada di bagian tubuh lain, seperti lengan atau punggung, bisa menggunakan minyak lavender untuk mandi. Tambahkan beberapa tetes minyak lavender dalam air mandi, dan kemudian pergunakan berendam selama sekitar 15 menit. Lavender juga dikenal
dapat mengurangi ketegangan dan stres. Berendam air lavender sebelum tidur akan membuat istirahat malammenjadi lebih nyenyak. 4. insomnia Lavender sangat bermanfaat untuk mengurangi stres dan ketegangan, dan juga bisa digunakan sebagai aromaterapi untuk membantu meringankan insomnia. 5. Minyak untuk pijat Minyak lavender bisa digunakan untuk minyak pijat, karena bermanfaat untuk mengendurkan otot dan meredakan ketegangan. Minyak lavender kaya akan ester, yaitu senyawa yang membantu mencegah kram otot. 6. Meningkatkan mood Ester yang terdapat dalam minyak lavender juga bisa membantu meningkatkan suasana hati, sehingga sangat berguna untuk meredakan kecemasan, ketegangan, dan depresi. 7. Meringankan Migrain Karena minyak lavender juga dikenal sebagai analgesik yang efektif, ia juga bisa digunakan untuk mengatasi migrain. Berikut ini adalah beberapa tips menggunakan minyak lavender untuk meringankan migrain. Gunakan hanya minyak Lavender murni untuk mengobati migrain. Oleskan dua tetes minyak lavender pada pelipis, dahi, atau tengkuk. Hal ini akan memungkinkan minyak lavender untuk menembus titik-titik yang menyebabkan rasa sakit. Atau bisa juga menambahkan 2-3 tetes minyak lavender murni di atas bantal sebelum digunakan untuk tidur. Anda juga bisa menambahkan 2-3 tetes minyak lavender pada diffuser, sehingga aroma minyak lavender bisa menyebar ke seluruh ruangan. Mulailah dengan mengambil napas dalam-dalam
secara perlahan untuk menghirup aroma minyak lavender . Lihat juga : Manfaat Vitamin E terhadap pertumbuhan anak. 8. Mencegah rambut rontok Selain mampu membuat pikiran rileks, minyak lavender juga merupakan salah satu minyak alami yang baik untuk rambut. Kandungan minyak esensial di dalamnya juga efektif mencegah rambut rontok, dengan cara mengurangi kelebihan minyak. Dengan mencampur 15 tetes minyak esensial lavender dengan 2 sendok makan minyak almond atau minyak zaitun, Anda sudah dapat memulai perawatan rambut Anda sendiri. Efek Samping Minyak Lavender Ada beberapa efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan dari penggunaan minyak lavender. Berikut beberapa efek samping penggunaan minyak lavender yang perlu Anda ketahui: Efek Samping pada Anak. Dalam sebuah studi yang diterbitkan New England Journal of Medicine pada tahun 2007 menyatakan bahwa, minyak lavender bisa tidak aman jika digunakan oleh anak-anak karena dapat menyebabkan gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan payadara. Dianjurkan untuk hanya memberikan minyak lavender secara topikal pada anak-anak, dan hanya setelah diencerkan. Alergi. Beberapa orang mungkin alergi terhadap lavender. Gejala alergi lavender termasuk mual, muntah, menggigil, dan sakit kepala, bisa karena menghirup atau mengoleskan minyak lavender pada kulit. Mereka yang alergi atau sensitif terhadap minyak lavender harus menghentikan penggunaannya dan berkonsultasi dengan dokter. Operasi. Lavender dapat memperlambat kinerja sistem saraf pusat, dan dapat meningkatkan efek anestesi. Jangan
menggunakan minyak lavender paling tidak dua minggu sebelum melakukan operasi medis. Interaksi obat. Obat penenang seperti barbiturat dan kloral hidrat bisa berinteraksi dengan minyak lavender. Kombinasi obat penenang dan lavender oil bisa meningkatkan efek obat penenang. Minyak lavender juga berpotensi untuk berinteraksi dengan obat herbal lain. Jadi pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan minyak lavender, ketika Anda sedang melakukan pengobatan lainnya. Efek samping lainnya. Beberapa orang melaporkan mengalami peningkatan nafsu makan dan mengalami sembelit, ketika menggunakanl minyak lavender secara oral. Efek samping bagi kehamilan dan menyusui belum sepenuhnya diketahui, jadi disarankan untuk menghindari minyak lavender dalam masa ini. 2.4 Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003). ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga
sangat kaya akan sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007) 2. Komposisi ASI a. Mengandung zat gizi (nutrien) Menurut Dewi (2011) ASI mengandung zat yang sangat dibutuhkan bayi, yang terdiri dari: 1) Lemak Lemak merupakan sumber kalori (energi) utama dalam ASI dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu sebesar 50%. Lemak ASI juga merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena sudah berbentuk emulsi. Lemak ASI terdiri dan trigliserida (98-99%). Enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurangi trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Salah satu keunggulan lemak ASI
adalah
kandungan
asam
lemak
esensial,
yaitu
docosahexaenoic acid (DHA) dan arachidnoic acid (AA). Selain itu juga mengandung kadar kolesterol yang tinggi. 2) Karbohidrat Karbohidrat utama (kadarnya paling tinggi) dalam ASI adalah lactose yang mempertinggi penyerapan kalsium yang dibutuhkan bayi. 3) Protein Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey= 60 : 40. Selain itu, protein ASI mempunyai kandungan alfalaktabumin, asam amino esensial taurin yang tinggi, serta kadar
poliamin dan nukleotid yang penting untuk sintesis protein pada ASI yang tinggi. 4) Mineral ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah kondisi umum. 5) Air Sekitar 88% ASI terdiri atas ASI yang berguna melarutkan sat-sat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi. 6) Vitamin Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflafin dan asam penthpthenik lebih kurang. a) Vitamin A; air susu manusia yang sudah masak (dewasa) mengandung 280 IU, vitamin A dan kolostrum mengandung 2 kali itu. b) Vitamin D; vitamin D larut dalam air dan lemak terdapat dalam ASI c) Vitamin E; kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga
membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide. d) Vitamin K; diperlukan untuk sintesis faktor pembekuan darah. e) Vitamin B kompleks; semua vitamin B pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan. f) Vitamin C; vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/ml vitamin C. b. Mengandung zat protektif Perinasia (2009), mengemukakan bahwa ASI mengandung zat protektif untuk mencegah infeksi yang terdiri dari : 1) Laktobasilus bifidus Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam segingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus. 2) Laktoferin Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100ml tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman
tertentu, yaitu stafilokokus dan E coli yang juga mengeluarkan zat besi untuk pertumbuhannya. Selain menghambat bakteri tersebut, laktoferin dapat pula menghambat pertumbuhan jamur kandida. 3) Lisozim Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan anti inflamantori, bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang E Coli dan salmonela. Konsentarsinya dalam ASI sangat banyak dan merupakan komponen terbesar dalam fraksi whey ASI. Keunikan lisozim lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lisozim merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit diare pada periode ini. 4) Komplemen C3 dan C4 Kedua komplemen ini walaupun kadarnya dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilaktosis, dan kemotaktik yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI. 5) Faktor antistreptokokus Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman tersebut.
6) Antibodi Secara elektroforetik, kromatografik dan radio imunoassay terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin yaitu secretori IgA, IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah IgA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke dalam mukosa usus. 3. Jenis ASI Menurut Dewi (2011), ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut: a. Kolostrum Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum, yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, dan antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada sekitar hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berubah selanjutnya menjadi ASI yang matang. ASI yang matang sekitar 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui maka proses adanya ASI akan meningkat. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA, dan Igm), yang digunakan
sebagi zat antibodi untuk menceah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurun, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi. b. ASI transisi atau peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selam 2 minggu, volume ASI bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat. c. ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih, kandungannya ASI relatif konstan. ASI yang mengalir pertama kali atau saat 5 menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjunya ASI berbah menjadi hindmilk yang kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
Tabel 2.1 Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur No Kandungan 1. Energi (kgkal) 2. Laktosa (gr/100ml) 3. Lemak 4. Protein 5. Mineral Imunoglobulin: 1. IgA 2. IgG 3. IgM 4. Lisosin 5. Laktoferin
Kolostrum 57,0 6,5 2,9 1,195 0,3
ASI transisi 63,0 6,7 3,6 0,965 0,3
ASI matur 65,0 7,0 3,8 1,324 0,3
335,9 5,9 17,1 14,2-16,4 420-520
-
119,6 2,9 2,9 24,3-27,5 250-270
4. Jumlah Produksi ASI Air susu ibu diproduksi dalam ‘alveolli’, pada bagian awal saluran kecil air susu. Jaringan di sekeliling saluran-saluran air susu dan alveoli terdiri dari jaringan lemak, jaringan pengikat tersebut menentukan ukuran payudara. Selama masa kehamilan, payudara membesar dua sampai tiga kali ukuran normalnya, dan saluran-saluran air susu serta alveoli dipersiapkan untuk masa laktasi. Pada proses laktasi tedapat 2 refleks yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting karena isapan bayi. a. Refleks prolaktin Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron menjadi berkurang. isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Isapan bayi akan
merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus malalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Produksi hormon prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti anastesi, operasi, stress atau pengaruh psikis, hubungan seks, rangsangan puting susu. Sedangkan keadaan yang menghambat pengeluaran hormon prolaktin adalah gizi ibu yang jelek serta penggunaan obat-obatan (KB).
b. Refleks aliran (let down refleks) Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontaraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor yang meningkatkan let down refleks adalah; melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Sedangkan faktor yang menghambat refleks let down adalah keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas. ASI dihasilkan oleh kerja gabungan hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang akan menyiapkan jaringan kelenjar (alveolli) untuk memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks, yaitu refleks prolaktin dan reffleks oksitosin yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat dan dalam jumlah yang tepat. Pemahaman yang tepat mengenai refleks ini dapat menerangkan mengapa dan bagaimana seorang ibu dapat memproduksi ASI. Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa depan yang berada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Sedangkan rangsangan pengeluaran prolaktin ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (sinus lactiferus). Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara, makin banyak ASI yang diproduksi. Sebaliknya apabila bayi berhenti menghidap atau sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI. Sehingga apabila seorang ibu ingin menambah produksi ASI-nya, cara yang terbaik adalah dengan merangsang bayi untuk menghisap lebih
lama dan lebih sering. Harus tetap dipahami, bahwa semakin sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, makin berkurang jumlah produksi ASInya (Roesli, 2007). Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipotesa yang terdapat didasar otak. Sama halnya dengan hormon prolaktin, hormon ini diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara di rangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin. Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI (let down reflex). Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveolli) ke gudang susu (ductus latiferous). Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan refleks prolaktin saja, akan tetapi harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI (Roesli, 2007).
Air Susu Ibu sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu pertama yang bertahan sekitar 4-5 hari, masih berupa kolustrum. Banyaknya kolustrum yang disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100 cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah hari kelima. Ibu harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh puting dan areola “tergenggam” oleh mulut bayi. Tugas mengalirkan susu jangan dibebankan pada satu payudara saja. Perlakuan berat sebelah ini, jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi payudara sebagai produsen ASI. Karena itu, kedua payudara sebaiknya digilir masing-masing sekitar 7-10 menit. Selesai menyusui, payudara dibersihkan dengan air bersih dan dibiarkan kering dalam udara selama 15 menit. Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama 750 cc sehari. Sekresi pada hari pertama hanya terkumpul sebanyak 50 cc yang kemudian meningkat menjadi 500, 650 dan 750 cc, masing-masing pada hari V, bulan I dan III. Volume ASI pada 6 bulan berikutnya menyusut menjadi 600 cc. Banyak anggapan bahwa ibu dengan status gizi kurang akan tetap mampu menyusui bayinya sama dengan ibu yang status gizi normal, walaupun sebenarnya komposisi ASI tetap sama tetapi volume ASI yang dikeluarkan ibu status gizi kurang dengan status gizi normal berbeda. Kategori untuk pembagian jumlah produksi ASI menurut (Jellife & Jellife, 2006) menyebutkan bahwa rata-rata volume ASI wanita berstatus gizi baik sekitar 700-800 cc/hari, sementara mereka yang berstatus gizi kurang hanya berkisar
500-600 cc/hari sehingga hal inilah yang dapat menyebabkan lamanya memberikan ASI Ekslusif berbeda. Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. 5. Pengeluaran ASI Apabila bayi disusui maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk alam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengarui oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. 1. Mekanisme Menyusui Proverawati
(2009)
mengemukakan
bahwa
bayi
yang
sehat
mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti: a. Refleks mencari (rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel dan diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut. b. Refleks mengisap (sucking refleks) Refleks ini timbul apabila bagian kanker limfomamaligna (kanker kelenjar). Komponen gizi ASI paling lengkap termasuk protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan zat penting lain yang belum terungkap sehingga kecukupan gizi bayi tercapai. ASI adalah cairan hidup yang mampu diserap dan digunakan tubuh bayi secara cepat, sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi akan berlangsung normal, sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangan. Manfaat ini tetap diperoleh meski status gizi ibu kurang. Pemberian ASI membantu perkembangan rahang dan pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara atas (palatum) mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar. c. Refleks menelan (swallowing refleks) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka akan timbul mekanisme menelan masuk ke lambung.
6. Manfaat Pemberian ASI/Menyusui Menurut Ambarwati (2010), pemberian ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayi saja tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara. a. Manfaat pemberian ASI untuk bayi 1) Kesehatan Kandungan antibody yang terdapat dalam ASI tetap ampuh di segala zaman. Karenanya bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. ASI juga mampu mencegah terjadinya Manfaat ASI untuk kesehatan lainnya adalah bayi terhindar dari alergi, mengurangi kejadian karies dentist dan kejadian malokulasi yang disebabkan oleh pemberian susu formula. 2) Kecerdasan Dalam ASI terkandung docosahexaenoic acid (DHA) terbaik, selain laktosa yang berfungsi untuk mielinisasi otak yaitu proses pematangan otak agar dapat berfungsi optimal. Selain itu pada saat dilakukan pemberian ASI terjadi proses stimulasi yang merangsang terjalinnya jaringan saraf dengan lebih banyak. 3) Emosi Saat menyusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Ini akan merangsang terbentuknya EI (Emotional Intelegence). Selain itu ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi.
b. Manfaat pemberian ASI untuk ibu 1)
Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang pembentukan oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah daripada ibu ynag tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang memberikan ASI secara eksklusif.
2)
Aspek kontrasepsi Isapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterisor hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi
estrogen
akibatnya
tidak
ada
ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali. 3)
Aspek penurunan berat badan Ibu yang menyusui secara eksklusif tenyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin juga karena penimbunan lemak pada
tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapakan sebagai sumber tenaga dalam produksi ASI. Pada saat menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan segera kamebali seperti sebelum hamil. 4)
Aspek psikologis Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh sesama manusia.
c. Manfaat pemberian ASI untuk keluarga 1)
Aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli sehingga uang yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebh jarang sakit sehingga mengurang biaya berobat.
2)
Aspek psikologi Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3)
Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu menyiapkan air, botol, susu formula dan sebagainya. d. Manfaat pemberian ASI untuk negara 1)
Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor protektif dan nutrien dalam ASI menjamin status gizi bayi baik sehingga kesakitan dan kematian anak menurun.
2)
Menghemat devisa negara ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
3)
Mengurangi subsidi untuk rumah sakit Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan
infeksi nosokomial
serta
mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang sakit dibanding anak yang mendapat susu formula. 4)
Peningkatan kualitas penerus bangsa Anak yang mendapat ASI akan bertumbuh dan berkembang optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
7. Teknik Pemberian ASI Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar (Dewi, 2011). a. Posisi dan perlekatan menyusui Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
b. Langkah menyusui Menurut Dewi (2011) beberapa langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut: 1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk atau berbaring dengan santai. 2) Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur/kursi. Ibu harus merasa rileks. 3) Lengan ibu menopang kepala, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu; membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai puting susu. 5) Ibu menyentuhkan bibir bayi ke puting susunya menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf C. Semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola. 6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar. 7) Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan payudara. 8) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk punggung bayi. c. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar Proverawati (2009), mengemukakan bahwa menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda sebagai berikut: 1) Bayi tampak tenang 2) Badan bayi menempel pada perut ibu 3) Mulut bayi terbuka lebar 4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu 5) Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk 6) Hidung bayi mendekati dan seringkali menyentuh payudara ibu 7) Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak puting susu saja)
hanya
lingkar areola atas terlihat lebih banyak bila
dibandingkan dengan lingkar areola bawah 8) Lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah 9) Bibir bayi melengkung keluar 10) Bayi tempak menghisap kuat dengan irama perlahan 11) Puting susu tidak terasa nyeri 12) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 13) Kepala bayi agak menengadah 14) Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan berhenti sesaat
d. Lama dan frekuensi menyusui Menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan atau kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian (Soetjiningsih, 2002). Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan akan memicu produksi ASI sebagai hasil dari efek prolaktin (Soetjiningsih, 2002) Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan.
8. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI a. Perubahan sosial budaya 1) Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya 2) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol 3) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya b. Faktor psikologis 1) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita 2) Tekanan batin c. Faktor fisik Ibu Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya d. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI e. Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI f. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu formula. 9. Tanda Bayi Cukup ASI Menurut Dewi (2011) bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mandapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut: a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama. b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih mudah pada hari ke 5 setelah lahir. c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis f. Warna bayi merah, dan kulit terasa kenyal g. Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang usianya) i. Bayi kelihatan puas, sewaktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas. 10. Petunjuk Untuk Mengetahui Produksi ASI Menurut Inung (2009) untuk mengetahui produksi ASI, kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak yaitu: a. ASI keluar sejak hari pertama pasca persalinan b. ASI keluar memancar saat hari pertama pasca persalinan c. Tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu memeres dari payudara lain yang sedang tidak diisap bayi. d. ASI yang banyak dapat merembes melalui puting susu e. Bayi menghisap dan menelan pada payudara secara terus menerus f. Sebelum disusukan payudara terasa tegang dan setelah disusukan payudara terasa lunak.
11. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI Menurut Dewi (2011) ibu yang normal akan menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: a. Makanan Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral, yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas per hari. Bahan makanan yang dibatasai untuk ibu menyusui: 1) Yang merangsang seperti cabe, merica, jahe, kopi, alkohol. 2) Yang membuat kembung seperti ubi, singkong, kool sawi dan daun bawang 3) Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak. b. Ketenangan jiwa dan pikiran Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
c. Penggunaan alat kontrasepsi Penggunaan alat kontrasepsi khususnya yang mengandung estrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap produksi ASI. d. Perawatan payudara Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi. e. Faktor aktivitas/istirahat Kondisi kelelahan akibat aktivitas serta kondisi kurang istirahat akan memberikan efek kelemahan pada sistem yang terkait dalam proses laktasi dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang. f. Faktor isapan anak Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelanjar susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna, frekuensi menyusui yang jarang serta puting susu ibu yang sangat kecil akan membuat
produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun dan produksi ASI terganggu. g. Berat lahir bayi dan usia kehamilan saat persalinan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 36 minggu), dan dengan berat badan yang kurang, sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur atau yang lahir dengan berat badan normal (> 2.500 gr). Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ. h. Konsumsi alkohol dan rokok Merokok dan konsumsi alkohol dapat mengurangi produksi ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan.
BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian
merupakan
penelitian
eksperimen
semu
dengan
menggunakan rancangan posttest only nonequivalent control group dengan pendekatan kuantitatif. Populasi target dalam penelitian ini yakni ibu post partum dengan seksio sesarea di RSUD Jombang yang sesuai dengan kriteria kelayakan. Kriteria inklusi dalam penelitian yakni: ibu post partum 24 jam pasca bedah sesar yang bersedia untuk diteliti; ibu yang dirawat gabung (rooming in) dengan bayinya; bayi yang mendapatkan ASI eksklusif; Berat badan bayi 2500 gr, bayi aterm (usia kehamilan antara 37-42 minggu), reflek hisap baik dengan APGAR skor 7-10. Adapun kriteria ekslusif yang ditetapkan oleh penelitian yakni: ibu dengan Human Imumunodefiency Virus (HIV); ibu yang mengalami alergi atau sensitif terhadap minyak esensial lavender atau VCO. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi pada 2 kelompok tidak berpasangan dengan total responden sejumlah 64 responden yang terdiri dari 32 responden kelompok pijat punggung menggunakan esensial lavender dan 32 responden kelompok kontrol tanpa pemijatan. Uji homogenitas dilakukan menggunakan uji chi squere untuk mengidentifikasi homogenitas karakteristik responden (baseline characteristic) kedua kelompok. Pengambilan sampel dari populasi yang ada dilakukan dengan consecutive sampling. Analisis bivariat dalampenelitian ini menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan p0,05. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender. Variabel terikat adalah produksi ASI pasca bedah sesar.
Instrumen pengumpulan data untuk pengamatan produksi ASI menggunakan format ceklist yang diisi oleh keluarga pasien setelah mendapatkan edukasi tentang cara pengisian yang terdiri dari pengamatan terhadap frekuensi buang air kecil bayi, buang air besar bayi, dan frekuensi menyusui bayi selama 24 jam pada hari ketiga pasca bedah sesar. Pijat punggung yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pemijatan punggung yang dimulai dari bagian bahwa leher, costae ke 5-6 sampai scapula disepanjang kedua isi tulang belakang secara sirkuler dengan penekanan menggunakan kedua ibu jari yang dapat memberikan stimulasi sensori somatik melalui jalur aferen sehingga merangsang hipofisis posterior melepaskan hormon oksitosin. Pemijatan dilakukan mulai 24 jam pasca bedah sesar dengan frekuensi 2 kali sehari selama 3 hari. Penggunaan minyak esensial lavender dengan nama produk lavender oil. Komposisi dari lavender oil antara lain linalool 25-40%, linalyl acetate 30-45% kandungan produk antara lain: lomonene, cineole,cis-ocimene, trans-acimene, trans-acimene, linalool, camphar, lavandulol, terpinene-4-ol, terpinol, linalyl acetate ,lavandulyl acetate oleh PT Enteris Nusantara. Pembuatan minyak esensial dari aromaterapi lavender akan dicampurkan dengan inert oil minyak kelapa murni (virgin coconut oil) murni dengan presentase minyak esensial lavender 1%.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi ASI pada kelompok pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan pemijatan. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kelancaran produksi ASI antara kelompok intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender dan kelompok kontrol. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai OR sebesar 4,48 yang berarti responden yang tidak mendapatkan perlakuan pijat punggung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi intervensi
pijat
punggung
menggunakan
minyak
esensial
lavender
berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI pasca bedah sesar. 4.2 Pembahasan Berdasarkan pendapat Biancuzzo, 2003; Indriyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009, pijat punggung merupakan salah satu alternatif intervensi untuk membantu meningkatkan kelancaran produksi ASI. Pijat punggung yang dimaksud adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) dimulai dari batas bawah leher sampai tulang costae kelima keenam dan merupakan usaha untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin setelah melahirkan. Pijat punggung dilakukan untuk merangsng refleks oksitosin atau refkes let down melalui stimulus sensori somatik dari sistem aferen. Oksitosin
merupakan
hormon
yang
berperan
dalam
proses
pengeluaran ASI dimana oksitosin akan merangsang terjadinya refleks let
down (Babok et al, 2004). Ejeksi ASI dari alveoli dan duktus lactiferus terjadi akibat refleks let-down atau disebut juga milk ejection reflek (MER). Akibat stimulus hisapan bayi, hiphotalamus akan mengirimkan sinyal ke hipofisis posterior sehingga hipofisis posterior melepaskan oksitosin (Bobak et al, 2004).stimulasi oksitosin menyebabkan sel-sel miopitel disekitar alveoli didalam
kelenjar
payudara
berkontraksi.
Kontraksi sel-sel
miopitel
menyebabkan ASI keluar melalui sistem duktus masuk ke sinus-sinus laktiferus dan siap untuk dikeuarkan bagi bayi (Lawrence, 1994 dalam bobak et al, 2004). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dr. Kerstin Uvnas-Moberg (1998) yang menjelaskan bahwa positif social behavior dan terikatan fisik maupun emosional dapat mempengaruhi pelepasan oksitosin. Rangsangan berupa sentuhan, kehangatan, sensasi olfatrorii, penekanan ringan, dan pemijatan dapat menstimulasi peningkatan pelepsan oksitosin didalam sirkulasi darah dan didalam cairan serebrospinal (Lund, et al 2002 dan Mario, 2004). Ibu pasca bedah sesarea cenderung mengalami permasalahan produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama post partum, persasaan nyeri yang dirasakan diarea sekiatar operasi, kelemahan, dan hambatan mobilisasi pada periode pasca bedah sesar. Pijat punggung merupakan salah satu alternatif intervensi untuk membantu mengkatkan kelancran produksi ASI. Pijat punggung yang dilakukan oleh penelitian menggunakan minyak esensial lavender dengan dosis sebesar 1% dicampurkan dengan base oil minyak kelapa murni atau VCO. Peelitian memilih minyak esensial lavender sebagai
aromaterapi yang dikombinasikan dngan pemijatan karena penggunaan munyak esensial lavender diharapkan dapat ,membantu ibu pasca bedah sesarea untuk meningkatkan relaksasi dan kenyamanan sehingga diharapkan produksi ASI dapat meningkat. Aromaterapi lavender mempunyai efek terapi secra psikologis dari aromanya yangbterhirup melalui inhalasi dari komponen yang mudah menguap. Khasiat aromaterapi lavender mempunyai aktivitas melaui sistem limbik khususnya pada amygdala dan hippocampus. Meskipun mekanisme secara seluler belum diketahui dengan pasti, namun lavender mempunyai khasiat mirip dengan benzodiazepine dan meningkatkan efek gammaaminobutyric acid didalam amygdala (cavanagh & Wilkinson,2002) dalam (Ujiningtyas, 2012). Penggunaan aromaterapi lavender melalui pemijatan, atau ketika minyak esensial digunakan dengan menggunakan teknik penijatan, komponen minyak esensial akan menguap dan diinhalasi oleh klien. Manfaat penggunaan aromaterapi melalui inhalasi dan aplikasi secara topikal dapat dirasakan secara sinergis. Manfaat lain ketika minyak esensial digunakan melalui pemijatan lain ketika minyak esensial digunakan melalui pemijatan atau melalui sentuhan lembut, memungkinan klien untuk rileks, mengurangi ketegangan otot dan mampu membantu melancarkan pengeluaran ASI (Snyder & Lindquist, 2002; Biancuzzo. 2003). Secara sinergis pengaruh pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender mampu untuk mendukung peningkatan produksi ASI pada pasca sesar.
Hasil penelitian menunjukkan intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender VCO sama efektifnya berpengaruh terhadap produksi ASI pasca bedah sesar. Aromatherapi diguanakan secara luas sebagai terapi komplementer yang ditujukan oleh mningkatkan relaksasi, kenyamanan, menurunkan nyeri dan meningkatkan kesejahteraan ibu hamil maupun ibu post partum (Bastard & Tiran, 2009). Penggunaan aromaterapi bersma dengan pemijatan memberikan efek secara psikologis dan fisiologis dapat memberikan kenyamanan bagi ibu sehingga pelaksanaan intervensi pada pasien pasca bedah sesar diduga mampu meningkatkan relaksasi sehingga dapat mempengaruhi kelancaran produksi ASI pasca bedah sesar di RSUD Jombang dan hasil hepotesis penelitian terbukti sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Terdapat perbedaan kelancaran produksi ASI antara kelompok pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender dan kelompok kontrol. Ibu yang mendapatkan intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender berpeluang mengalami kelancaran produksi ASI 4,48 kali dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan perlakuan pijat punggung. Pemijatan punggung menggunakan minyak esensial lavender dapat meningkatkan kelancaran produksi ASI sehingga menjadi alternatif intervensi bagi ibu pasca bedah sesar yang mengalami pengeluaran maupun produksi ASI. 5.2 Saran 1. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan agar dapat mengidentifikasi pengaruh pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender trhadap kadar hormon prolaktin dan hormon oksitosin melalui pemeriksaan darah vena
sebelum
dn
sesudah
dilakukan
intervensi
sehingga
dapat
mengidentifikasi secara langsung pengaruh pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender secara akurat dalam meningkatkan kosentrasi hormon oksitosin dan prolaktin dalam darah. 2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi peneliti berikutnya agara dapat mengidentifikasi pengaruh pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender dengan mengendalikan variabel luar seperti
obesisitas,
paritas,
faktor
nutrisi,
dan
obat-obatan
yang
dapat
mempengaruhi produksi ASI. 3. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar dalam penemuan kebijakan di ruangan Alamada (ruang nifas) untuk memberikan intervensi pemijatan punggung menggunakan minyak esensial lavender sebagai prosedur rutin untuk membantu ibu pasca bedah sesar dalam meningkatkan produksi ASI dan membantu mempercepat pengeluaran ASI sehingga mendukung pemberian ASI ekslusif.
DAFTAR PUSTAKA Bastard; J., Tiran, D. (2009). Aromatherapy and Mssage for Antenatal Anxiety: its Efect on Fetus. Comlementary Ther in Clin Pracvol Biancuzzo, M. (2003). Breasfending the newborn: Clinical strategies for nurse St LoLouis Mosby. Bobak, I.M, Lowdermilk; D.I.,& Jensen, M.D. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Dharma,.K (2011). Metodelogi penelitian Keperawatan panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media. Hamrarani, S. (2010). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Yang Mengalami Persalinan Lama: Jakarta Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Martin, CW. (2003). Massage Therapy: A Quick Review On The Avidence. New York: WCB Evidence Practice group Mario, CP (2004). Handbook of Clinical massage, A Comlete Guide For Students And Practitioners. Matsumoto, T., Asakura, H., Hayashi, T. (2013). Does Lavender Aromaterapy Alleviate Premenstrual Emosional Symptoms Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Kesembilan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sugiono, (2009). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Ujiningtyas, S.H., 2012. Pengaruh Minyak Esensial Lavender Dibandingkan Povidone-lodine pada penyembuhan luka episiotomi ibu post partum. Tesis. Yogyakarta: FK-UGM