PENGARUH PERUBAHAN POSISI TIDUR PADA BAYI BARU LAHIR HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN FOTOTERAPI TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL Tina Shinta P STIKes Santo Borromeus, Padalarang – Jawa Barat Jl. Parahyangan Kav.8 Blok B No.1, Kota Baru Parahyangan, Jawa Barat – Indonesia, Email:
[email protected] ABSTRAK Hiperbilirubinemia adalah manifestasi klinis yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh perubahan posisi tidur pada bayi baru lahir yang mengalami hiperbilirubinemia dan mendapat terapi berupa fototerapi terhadap rata-rata kadar bilirubin total. Peneliti menggunakan desain quasi experimental pre-post test with control group. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 40 bayi. Sampel tersebut terdiri dari 20 bayi kelompok intervensi dan 20 bayi kelompok kontrol. Analisis perbedaan kadar bilirubin total pada kelompok kontrol dan intervensi menggunakan Independent t test. Hasil penelitian yang didapatkan terlihat bahwa kadar bilirubin total dari kelompok intervensi lebih cepat turun dibandingkan kadar bilirubin total dari kelompok kontrol. Penelitian ini merekomendasikan perubahan posisi tidur agar memperluas area tubuh yang terpajan dengan sinar fototerapi.
Kata kunci : bayi baru lahir, hiperbilirubinemia, fototerapi, perubahan posisi, bilirubin ABSTRACT Hyperbilirubinemia is a common clinical manifestation in newborns. The purpose of the study was to identify the effect of changes in sleep position in newborns who experienced hyperbilirubinemia and phototherapy form of therapy to the average total bilirubin levels. Researchers used a quasi-experimental design of pre-post test with control group. Researcher used a sample of 40 infants. The sample consisted of 20 infants intervention group and 20 control group infants. Analysis of differences in total bilirubin levels in the control group and the intervention using the Independent t test. Research results obtained shows that the total bilirubin level of intervention group fell faster than total bilirubin levels than the control group. The study recommends changes in sleeping position of the body in order to expand the area exposed to phototherapy light. Key words: Newborn, hyperbilirubinemia, phototherapy, position exchange and bilirubin
tahun
PENDAHULUAN Angka kematian bayi dan balita
2015
(BAPPENAS,
2010).
Neonatus atau bayi baru lahir (BBL)
merupakan salah satu indikator derajat
merupakan
kesehatan suatu negara. Tujuan keempat
lanjutan dari janin yang sebeumnya
dari MDGs (Millenium Development
berasal dari intra uterin, sehingga
Goals)
angka
keberadaannya dianggap unik (Kosim
kematian bayi harus dapat diturunkan
dkk., 2008). Keunikan bayi baru lahir
menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada
tersebut dikarenakan pada masa tersebut
menyatakan
bahwa
1
suatu
fase
kehidupan
setiap bayi memiliki kebutuhan yang
Bayi
baru
lahir
dengan
berbeda dan membutuhkan bantuan
hiperbilirubinemia
orang
memenuhi
kondisi yang paling sering ditemukan.
kebutuhannya. Kebutuhan bayi baru
Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang
lahir tersebut terutama dalam proses
lahir akan datang kembali ke rumah
adaptasi dengan lingkungan. (Kosim
sakit
dkk., 2008).
pertama kehidupannya disebabkan oleh
dewasa
Kebutuhan pada
manusia
dalam
melakukan bukanlah
adaptasi hal
untuk
merupakan
dirawat
pada
suatu
minggu
hiperbilirubinemia (Kosim dkk., 2008).
yang
Fototerapi merupakan terapi pilihan
mudah. Hal tersebut dikarenakan bila
pertama yang dilakukan terhadap bayi
tidak terpenuhi dapat mengakibatkan
baru lahir dengan hiperbilirubinemia
kematian atau cacat seumur hidup
(Kumar
(Alligood & Tomay, 2006) begitu pula
fototerapi
pada bayi baru lahir. Kondisi cacat
faktor utama penanganan yang cepat
seumur hidup pada bayi baru lahir pada
dari hiperbilirubinemia (Modi & Keay,
akhirnya akan menjadi beban bagi
1983). Efektifitas tindakan fototerapi
keluarga, masyarakat dan negara.
antara lain ditentukan oleh panjang
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
mengupayakan
et
gelombang
al.,
2010).
Pemberian
yang
efektif
merupakan
sinar
lampu,
kekuatan
tindakan
lampu (irradiance), jarak antara lampu
strategis, salah satu upaya tersebut
dengan bayi, dan luas area tubuh bayi
antara lain “Meningkatkan pelayanan
yang terpapar sinar lampu (Stokowski,
kesehatan yang merata, terjangkau,
2006).
bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti
dengan
upaya
mengutamakan
promotif
dan
Sistem
pada
fototerapi
mampu
menghantarkan sinar melalui bolam
preventif”
lampu
fluorescent,
lampu
quartz
(Riskesdas, 2010). Upaya promotif dan
halogen, emisi dioda lampu dan matres
preventif
dalam
optik fiber. Keberhasilan pelaksanaan
meningkatkan
tindakan keperawatan tergantung dari
kesehatan seluruh penduduk Indonesia
efektifitas fototerapi dan minimnya
baik tua, muda bahkan bayi baru lahir
komplikasi yang terjadi (Stokowski,
(Kosim dkk., 2008).
2006).
sangat
mempertahankan
berguna dan
2
Pemberi asuhan dalam memberikan
dilakukan oleh Donneborg et al., (2010)
fototerapi bertanggung jawab dalam
bahwa penurunan bilirubin total tidak
memastikan keefektifan penghantaran
signifikan berhubungan dengan posisi
sinar
(irradiance),
selama pemberian fototerapi. Stokowski
kulit
yang
perlindungan
memaksimalkan
terpapar, dan
menyediakan
perawatan
(2011)
mata,
juga
frekuensi
menyatakan
perubahan
bahwa
posisi
untuk
memperhatikan dengan baik terhadap
memperluas area kulit yang berbeda
pengaturan
untuk
suhu,
mempertahankan
terpapar
fototerapi
tidak
hidrasi yang adekuat, meningkatkan
menunjukkan peningkatan efektifitas
eliminasi
dari pemberian fototerapi dengan lampu
serta
mendukung
adanya
interaksi orang tua dan bayi (Stokowski,
tunggal.
2006).
Kumar
Penelitian
mengenai
pengaruh
et
al.,
penelitiannya
(2010)
dalam
merekomendasikan
pemberian posisi selama fototerapi
penelitian selanjutnya bukan hanya
terhadap kadar bilirubin sudah banyak
membandingkan jarak dan kuatnya
dilakukan di berbagai negara. Shinwell.,
panjang
et
bahwa
digunakan pada fototerapi (irradiance),
kelompok bayi yang mendapat posisi
tetapi juga membandingkan luasnya
terlentang
area
al
(2002)
menyatakan
menunjukkan
tingkat
gelombang
tubuh
yang
cahaya
terpapar
yang
sinar
penurunan bilirubin yang signifikan (p
fototerapi.
value=0,024) dengan waktu pemberian
(AAP, 2011) merekomendasikan bahwa
yang lebih singkat (p value=0,03) yaitu
luasnya
antara 19-37 jam pemberian.
fototerapi dapat dipengaruhi oleh tidak
Academy
area
tubuh
of
Pediatrics
yang
terpapar
Madani (2004) dalam penelitiannya
proporsionalnya ukuran kepala. Selain
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
itu, perubahan posisi tubuh bayi setiap
yang signifikan terhadap kadar bilirubin
2-3 jam dapat memaksimalkan area
total apabila jarak pemberian fototerapi
yang terpapar cahaya dari fototerapi.
pada 20 cm dan 40 cm, tetapi kadar
AAP juga menyatakan bahwa luasnya
bilirubin
melalui
area tubuh bayi yang terpapar cahaya
pemberian sistem lampu ganda yang
membawa dampak pengobatan lebih
digunakan dan selimut fiber optik.
baik
Berbeda dengan hasil penelitian yang
jumlah lampu yang digunakan.
menurun
efektif
3
dibandingkan
dari
banyaknya
Tenaga kesehatan dituntut memiliki
Waktu penelitian dimulai dari bulan
pengetahuan dan keterampilan untuk
Februari 2012 sampai dengan bulan
mampu
Juni
memberikan
asuhan
yang
2012.
Peneliti
menggunakan
optimal pada bayi dengan memberikan
lembar observasi dalam melakukan
posisi yang optimal saat fototerapi dan
pengumpulan data. Lembar observasi
melakukan pemantauan kadar bilirubin
terdiri
sehingga
dari
laboratorium bilirubin awal dan akhir
dihindari.
serta daftar jam pemberian posisi.
Mengingat kondisi-kondisi di atas maka
Analisis bivariat yang digunakan yaitu
peneliti
paired t-test dan untuk mengetahui
dampak
hiperbilirubinemia
tertarik
toksik dapat
untuk
melakukan
penelitian ini.
dari
data
demografi,
hasil
perbedaan kelompok intervensi dan kontrol menggunakan independent t test.
BAHAN DAN METODE Peneliti menggunakan desain quasi eksperimental dengan pendekatan pre
HASIL
test-post test control group, dengan
Karakteristik bayi pada penelitian
intervensi memberikan perubahan posisi
ini adalah jenis kelamin mayoritas laki-
setiap 3 jam pada bayi baru lahir dengan
laki, umur bayi mayoritas kurang dari 7
hiperbilirubinemia
dan
hari, usia gestasi mayoritas bayi cukup
fototerapi.
penelitian
yang
bulan, berat badan bayi mayoritas antara
digunakan adalah bayi baru lahir yang
3000-3499 gram, mayoritas ibu dengan
mengalami
golongan darah O dan mayoritas bayi
mendapat
Sampel
mendapat
hiperbilirubinemia penatalaksanaan
dan hanya
dengan golongan darah AB.
berupa fototerapi sejumlah 40 orang,
Rata-rata kadar bilirubin awal pada
yang dipilih secara purposive sampling.
kelompok kontrol adalah 15,72 mg/dl
Kriteria inklusi responden pada
dan pada kelompok intervensi 15,51
penelitian ini adalah; bayi dengan
mg/dl. Rata-rata kadar bilirubin akhir
jaundis fisiologis, tidak disertai dengan
pada kelompok kontrol adalah 8,19
penyakit lain atau kelainan kongenital,
mg/dl dan pada kelompok intervensi
bayi tidak dirawat di ruangan intensif
adalah 7,93 mg/dl.
dan orang tua bersedia bayinya menjadi
Hasil
responden.
menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada
4
penelitian
kelompok kontrol saat sebelum dan
30%. Bayi prematur memiliki tingkat
sesudah intervensi dengan nilai p=0,000
kematangan hepar yang kurang baik
(p<0,05), sedangkan pada kelompok
dalam melakukan metabolisme bilirubin
intervensi
dibandingkan
juga
didapatkan
ada
bayi
cukup
bulan,
perbedaan yang bermakna sebelum dan
sehingga membutuhkan waktu lebih
sesudah intervensi dengan nilai p=0,000
lama dibandingkan bayi cukup bulan
(p<0,05). Hal ini berarti bahwa antara
dalam melakukan metabolisme bilirubin
kelompok
di hepar.
kontrol
dan
kelompok
intervensi tidak ditemukan perbedaan
Terdapat
persamaan
dan
yang bermakna, hanya pada kelompok
perbedaan data karakteristik responden
intervensi mengalami penurunan kadar
yang dilakukan peneliti dan Shinwell
bilirubin lebih cepat daripada kelompok
(2002). Karakteristik responden pada
kontrol.
penelitian yang dilakukan oleh Shinwell (2002) diantaranya adalah berat badan lahir, usia gestasi, usia saat memulai
PEMBAHASAN Sampel
yang
fototerapi serta jenis makanan bayi
digunakan sebanyak 40 responden, yang
apakah itu ASI, PASI atau PASI dan
terdiri atas 20 kelompok intervensi dan
ASI, jenis kelamin, kadar Hematokrit
20 kelompok kontrol. Pada kelompok
saat memulai fototerapi dan hasil tes
kontrol, kadar bilirubin total awal
Coomb’s. Penelitian tersebut bertujuan
terendah adalah 12.57 mg/dl sedangkan
melihat perbedaan pengaruh perubahan
tertinggi adalah 20.54 mg/dl. Pada
posisi tidur terlentang dan bolak-balik
kelompok intervensi, kadar bilirubin
(terlentang dan tengkurap) pada bayi
total awal terendah adalah 12.28 mg/dl,
hiperbilirubinemia
terhadap
tertinggi adalah 21.45 mg/dl. Analisis
bilirubin
akhir
hasil
membandingkan antara kelompok bayi
terlihat
dari
penelitian
karakteristik
bahwa
usia
responden
gestasi,
total
kadar dengan
jenis
yang diberi posisi terlentang sebanyak
kelamin, golongan darah bayi, golongan
16 bayi dengan kelompok bayi yang
darah ibu dan umur bayi mempengaruhi
diberi posisi bolak-balik sebanyak 14.
kadar bilirubin ibu.
Hasil penelitian Shinwell (2002)
Pada kelompok kontrol tedapat responden
bayi
prematur
didapatkan hasil kadar hematokrit saat
sebanyak
dimulai fototerapi pada kelompok bayi
5
terlentang
adalah
51±6
dan
pada
Peneliti
melakukan
uji
kelompok bayi yang diberi posisi bolak-
kesetaraan karakteristik pada penelitian
balik adalah 51±7. Untuk hasil Coombs’
ini. Hasil uji kesetaraan untuk variabel
test positif didapatkan 2 dari 14 bayi
usia gestasi, jenis kelamin, golongan
pada kelompok terlentang dan 1 dari 16
darah bayi, golongan darah ibu, usia
bayi
bolak-balik.
bayi dan berat badan lahir adalah tidak
Penelitian yang telah dilakukan tidak
setara. Ketidaksetaraan tersebut dapat
melakukan tes Coomb’s tetapi hanya
berarti bahwa kadar bilirubin dapat
memeriksa golongan darah ibu dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
pada
kelompok
golongan bayi.
Nilai rata-rata lamanya bayi
Hasil kadar bilirubin akhir pada
mendapat fototerapi pada kelompok
kelompok bayi hiperbilirubinemia yang
kontrol adalah 66,04 jam sedangkan
diberikan posisi bolak-balik sebesar
pada kelompok intervensi adalah 44,74
12.5±2mg/dl sedangkan pada kelompok
jam. Hal ini menunjukkan bahwa bayi
bayi hiperbilirubinemia yang diberikan
hiperbilirubinemia
posisi terlentang adalah 12±1mg/dl.
kontrol memiliki hari rawat lebih
Intervensi pada penelitian ini berbeda
panjang
dengan
hiperbilirubinemia
intervensi
pada
penelitian
Shinwell et al (2002). Intervensi peneliti
kelompok
dibandingkan pada
bayi kelompok
intervensi.
yang
berbeda
pada
dilakukan
namun
Hasil penelitian yang dilakukan
dapat
Shinwell (2002) didapatkan tidak ada
disimpulkan bahwa penurunan kadar
perbedaan
bilirubin akhir juga dapat dipengaruhi
kelompok bayi yang diberi posisi
oleh faktor lain seperti usia gestasi,
terlentang dan bolak-balik, hanya pada
jenis kelamin, golongan darah bayi dan
kelompok terlentang ditemukan lebih
ibu juga kemampuan anak untuk makan
cepat
apapun jenisnya (ASI atau PASI) serta
bilirubin. Hasil penelitian Shinwell
kemampuan tubuh dalam melakukan
tersebut sama dengan yang didapatkan
penguraian
peneliti bahwa pada hasil penelitian ini
bilirubin
agar
mudah
yang
mengalami
bermakna
penurunan
antara
kadar
dikeluarkan tubuh baik melalui urine
tidak
maupun melalui feses.
bermakna antara kelompok kontrol dan
ditemukan
perbedaan
yang
kelompok intervensi hanya saja bahwa
6
bilirubin
lebih
cepat
turun
pada
Hasil
penelitian
menunjukkan
kelompok yang diberikan posisi miring
adanya perbedaan yang signifikan pada
kanan dan miring kiri.
kelompok kontrol saat sebelum dan
Implikasi penelitian ini pada dunia
sesudah intervensi dengan nilai p=0,000
keperawatan dapat digunakan sebagai
(p<0,05), sedangkan pada kelompok
acuan
intervensi
dalam
keperawatan, memberikan
memberikan
asuhan
khususnya
dalam
perbedaan yang bermakna sebelum dan
bayi
sesudah intervensi dengan nilai p=0,000
mendapat
(p<0,05). Hal ini berarti bahwa antara
intervensi
hiperbilirubinemia
pada
yang
juga
didapatkan
ada
fototerapi. Kadar bilirubin yang cepat
kelompok
turun
terjadinya
intervensi tidak ditemukan perbedaan
komplikasi hiperbilirubinemia berupa
yang bermakna, hanya pada kelompok
kernikterus.
intervensi mengalami penurunan kadar
akan
menurunkan
kontrol
dan
kelompok
bilirubin lebih cepat daripada kelompok kontrol.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik bayi pada penelitian
Saran
ini adalah jenis kelamin mayoritas laki-
Saran bagi pelayanan kesehatan,
laki, umur bayi mayoritas kurang dari 7
mengingat usaha peningkatan kualitas
hari, usia gestasi mayoritas bayi cukup
asuhan keperawatan terutama peran
bulan, berat badan bayi mayoritas antara
perawat
3000-3499 gram, mayoritas ibu dengan
kesehatan,
golongan darah O dan mayoritas bayi
operasional prosedur berupa perubahan
dengan golongan darah AB.
posisi tidur pada bayi baru lahir
Rata-rata kadar bilirubin awal pada
sebagai
pemberi
layanan
perlu
adanya
standar
hiperbilirubinemia dengan fototerapi.
kelompok kontrol adalah 15,72 mg/dl
Penerapan
tindakan
perubahan
dan pada kelompok intervensi 15,51
posisi bertujuan untuk meratakan area
mg/dl. Rata-rata kadar bilirubin akhir
tubuh bayi yang terpapar sinar dari
pada kelompok kontrol adalah 8,19
fototerapi.
mg/dl dan pada kelompok intervensi
operasional prosedur perubahan posisi
adalah 7,93 mg/dl.
perlu disosialisasikan kepada perawat-
Penerapan
perawat ruangan.
7
dari
standar
milenium di Indonesia Jakarta, BAPPENAS.
Bagi institusi pendidikan penelitian ini juga dapat dijadikan evidence based
Bhutani, V. K. & Committee on Fetus and Newborn. (2011). Phototherapy to prevent severe neonatal hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Paediatrics, 128 (1046), 1046-1052. http://pediatrics.aappublications.org /content/128/4/e1046.full.html.
practice dan memperkaya materi bacaan tentang
pemberian
posisi
dalam
memberikan asuhan keperawatan bagi bayi dengan hiperbilirubinemia. Bagi
penelitian
2010.
selanjutnya
diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan membandingkan hasil kadar
Csoma, Z., Toth-Molnar, E., Balogh, K., Polyanka, H., Orvos, H., Ocsai, H., & et al. (2011). Neonatal blue light phototherapy and melanocytic nevi: A twin study. Pediatrics, 128 (856), 856-864. http://pediatrics.aappublications.org /content/128/4/e856.full.html.
bilirubin total dari beberapa kelompok bayi hiperbilirubinemia yang diberikan intervensi berbeda
perubahan dalam
posisi
tidur
menurunkan
kadar
bilirubin total dengan sampel yang lebih besar dan area penelitian yang lebih
Dahlan, M. Sopiyudin., (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
luas. KEPUSTAKAAN Agarwal, B., Belde, A., Sakpal, Pramod., Khiste, R., & Ingale, P., (2011). Neonatal jaundice: A review. International Journal of Biomedical and Advance Research (IJBAR), 2 (10), 389-397.
Demirel, G., Uras, N., Celik, I. H., Aksoy, H. T., Oguz, S. S., Erdeve, O., Erel, Ozcan., & Dilmen, U. (2010). Comparison of total oxidant/ antioxidant status in unconjugated hyperbilirubinemia of newborn before and after conventional and LED phototherapy: A prospective randomized controlled trial. Clin Invest Med, 33 (5), 335-341.
Alligood, M. R. & Tomey, A. M., (2006). Nursing theory: Utilization and application. Third edition. Mosby, Elsevier. United States of America. Alligood, M. R. & Tomey, A. M., (2006). Nursing theorists and their work. Sixth edition. Mosby, Elsevier. United States of America.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Manajemen terpadu balita sakit: Pengantar. Modul 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
BAPPENAS. (2010). Laporan pencapaian tujuan pembangunan
Dharma, K. K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan
8
melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
A multi-center randomized controlled trial. Indian Pediatrics, 47. 131-137.
Donneborg, M. L., Knudsen, K. B. & Ebbesen, F. (2010). Effects of infants’ position on serum bilirubin level during conventional phototherapy. Journal Compilation Foundation Acta Paediatrica, 99 (8), 1131-1134.
Lemeshow,S., Hosmer Jr, D. W., Klar, J & Lwanga, S. K. (1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Penerjemah: Dibyo Pramono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Liebert, M. A. (2010). ABM clinical protocol #22: Guidelines for management of jaundice in the breastfeeding infant equal to or greater than 35 weeks’ gestation. Breastfeeding Medicine, 5 (2), 8793.
Fitzpatrick, Joyce J dan Whall, Ann L. (1989). Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application. Second Edition. Appleton dan Lange. USA Hadi, S. (2003). Gastroenterologi. Edisi Ketujuh. Bandung: Alumni.
Ludington-Hoe, S. M., & Swinth, J. Y. (2000). Kangaroo mother care during phototherapy: Effect on bilirubin profile. Neonatal Network, 20 (5), 41-48.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Essentials of pediatric nursing. Eight Edition. Canada: Mosby Elsevier.
Martiza, I. (2012). Ikterus. Dalam M. Juffrie, dkk (Penyunting). Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. (Jilid 1) (263-284). Jakarta: IDAI.
James, S. R., & Ashwill, J. W. (2007). Nursing care of children: Principles and practice. Third Edition. Canada: Saunders Elsevier
Madani, N. P. A. (2004). Effects of the different light-source distances from the skin surface in conventional phototherapy. IJMS, 29 (4), 189-191.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Maisels, M. J. & McDonagh, A. F. (2008). Phototherapy for neonatal jaundice. The New England Journal of Medicine, 358 (9), 920-928. www.nejm.org.
Kosim, M. S., et all. (2008). Buku ajar neonatologi: Hiperbilirubinemia. Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kumar, P., Srinivas, M., Malik, G. K., Chawla, D., Asho, K. D., Karthi, N., & et al. (2010, February). Light-emitting diodes versus compact flurorescent tubes for phototherapy in neonatal jaundice:
Mali, P. H., (2004). Nurse responsibilities in phototherapy. Nursing Journal of India, 95 (1). 19-20.
9
frequency of neonatal exchange transfusions and its effect on exchange-related morbidity and mortality. Pediatrics, 120, (27), 27-32.
Mannel, R. (2006). Initiating breastfeeding and special considerations for the infant with hyperbilirubinemia: What the childbirth educator needs to know. International Journal of Childbirth Education, 21 (1), 11-13.
Stokowski, L. A. (2006). Fundamentals of phototherapy for neonatal jaundice. Advances in Neonatal Care, 11 (5S): S10-S21. www.advancesinneonatalcare.org.
Mefford, L. C. (2004). A theory oh health promotion for preterm infants based on Levine’s Conservation Model of Nursing. Nursing Science Quarterly, 17 (3), 260-266.
Shinwell, E. S., Sciaky, Y & Karplus, M. (2002). Effect of position changing on bilirubin levels during phototherapy. Journal of Perinatology, 22, 226-229. www.nature.com/jp
Ministry of Health Malaysia. (2003, February). Clinical practice guideline: Management of jaundice in healthy terms newborns. April 20, 2012. http:// www.moh.gov.my/medical: http:// www.acadmed.org.my
Yaseen, H., FRCPCH., Khalaf, M., Rashid, N., & Darwich, M. (2005). Does prophylatic phototherapy prevent hyperbilirubinemia in neonates with ABO incompatibility and positive coombs’ test? Journal of Perinatology, 25, 590-594.
Polit, D. F., & Beck, C. T., (2011). Essentials of nursing research: Appraising evidence for nursing practice. Seventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Sakha, S. H., & Gharehbaghi, M. M. (2010). Exchange transfusion in severe hyperbilirubinemia: an experience in northwest Iran. The Turkish Journal of Pediatrics, 52, 367-371
Shetty, P. A. (2003). A study of hyperbilirubinemia and the effect of phototherapy among full term newborns with a view to develop a nursing care protocol based on identified needs. Nursing Journal of India, 94, (7), 149-150. Steiner, L. A., Bizzarro, M. J., Ehrenkranz, R. A & Gallagher, P. G., (2007). A decline in the
10