PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA & KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA
PROSES MASUK & BERKEMBANGNYA AGAMA & KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI KEPULAUAN INDONESIA
Disebut juga “Indianisasi”. Di dalamnya antara lain mencakup “penghinduan” dan “pembudhaan”. Di Indonesia keduanya (“penghinduan” & “pembudhaan”) kemudian tumbuh dalam bentuk sinkritis, yaitu “Siwa-Budha”
PERAN PASIF INDONESIA (Orang-orang India-lah yang menyebarkan pengaruh agama & budaya Hindu-Budha di Indonesia) Hipotesa Brahmana (Bahwa yang berperan besar dalam “Indianisasi” Indonesia bukanlah para ksatria (prajurit) ataupun pedagang, tetapi peran besar para Brahmana India yang datang ke Indonesia. J. C. Van Leur adalah sejarawan yang mengeluarkan hipotesa ini Hipotesa Ksatria (Telah terjadi kolonialisasi (baik di bidang politik, budaya, ekonomi) oleh orang-orang India di Indonesia. Dalam proses kolonialisasi tersebut, peranan utama berada di tangan golongan prajurit/kelompok ksatria. Dikemukakan oleh F. D. K. Bosch & Majumdar)
Hipotesa Waysa
(Dikemukakan oleh Sejarawan N. J. Krom. Dasar hipotesanya adalah bahwa pembawa & penyebar Hinduisme & Budhisme ke Indonesia adalah para pedagang)
Perdagangan Asia Tenggara abad 1 M
PERAN AKTIF INDONESIA (TEORI “ARUS BALIK”)
Adanya peran aktif bangsa Indonesia. Setelah hubungan dagang antara Indonesia dengan India terjalin, banyak pedagang Indonesia yang pergi ke India. Mereka mendatangi tempat2 penting di India & pusat kebudayaannya. Setelah pulang mereka menyebarkan Hinduisme di Indonesia
PENGARUH PERKEMBANGAN TRADISI HINDUBUDHA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT PADA MASA KERAJAAN2 HINDU-BUDHA DI INDONESIA o Dikenalnya stratifikasi sosial dalam bentuk kasta (Brahmana, Ksatria, Waysa, Sudra)
o Sistem dan struktur sosial terbesar dalam masyarakat berbentuk kerajaan dengan raja (devaraja dalam istilah Hindu &cakravartin dalam Budha) sebagai penguasa tertinggi karena dianggap sebagai kepanjangan tangan dari dewa. Jadi bukan lagi primus inter pares
PENGARUH PERKEMBANGAN TRADISI HINDUBUDHA TERHADAP PENDIDIKAN PADA MASA KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
o Lembaga2 pendidikan (utamanya pendidikan agama) telah ada di Indonesia sejak periode permulaan masuknya Hindu-Budha: Lee Kam Hing (berdasarkan sumber berita Marcopolo)
o Banyak kuil-kuil Budha di Sumatera pada abad ke-7 M dimana di dalamnya berdiam para cendekiawan (Sakyakirti, Dharmapala, Djnanabhadra) yang mengajarkan beragam ilmu. Tidak saja menjadi pusat transmisi etika & nilai-nilai keagamaan, tetapi juga seni & ilmu pengetahuan. Lebih dari seribu biksu Budha yang tinggal di Sriwijaya menyebarkan ajaran seperti yang dikembangkan para biksu di Madhyadesa (India): catatan I-Ching (peziarah dari China) o Materi pelajaran yang diberikan: masalah teologi, bahasa & sastra, ilmu kemasyarakatan, ilmu eksakta seperti perbintangan, ilmu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa dan lain-lain
o Pola pendidikannya mengambil model asrama khusus, dengan fasilitas belajar seperti ruang diskusi dan seminar o Beberapa karya intelektual yang sempat lahir antara lain: Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa (Kediri, 1019), Bharatayudha karya Mpu Sedah (Kediri, 1157), Hariwangsa karya Mpu Panuluh (Kediri, 1125), Gatotkacasraya karya Mpu Panuluh, Smaradhahana karya Mpu Dharmaja (Kediri, 1125), Negara Kertagama karya Mpu Prapanca (Majapahit, 1331-1389), Arjunawiwaha karya Mpu Tantular (Majapahit), Sotasoma karya Mpu Tantular, dan Pararaton
PENGARUH PERKEMBANGAN TRADISI HINDUBUDHA TERHADAP KESENIAN PADA MASA KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA Seni Tari
Ada perbedaan antara seni tari di kalangan atas (bangsawan & orang kaya) dengan tarian di kalangan rakyat biasa. Tarian bagi kalangan atas mengacu pada kaidah tari klasik Hindu, sebagaimana dipaparkan dalam kitab Natyasastra. Sikapsikap tungkai, lengan, serta tangan, kaki, dan kepala mengikuti kaidah-kaidah sebagaimana diajarkan dalam tradisi tari Hindu
Tarian di kalangan bawah umumnya memperlihatkan posisi/gerak yang menyimpang dari ketentuan dalam kitab Natyasastra Adegan/gerakan dalam tarian menunjukkan simbol, perlambang/merupakan gambaran cerita atau kisah tertentu
relief adegan tarian kalangan atas pada candi Borobudur Sumber: Indonesia Heritage: Seni Pertunjukan, 2002
Sebuah relief adegan tarian rakyat biasa pada candi Borobudur Sumber: Indonesia Heritage: Seni Pertunjukan, 2002
Relief di atas menunjukkan kisah yang menggambarkan bagaimana perjalanan hidup Sidharta Gautama sebelum menjadi Budha. Dalam adegan tersebut sang calon Budha sedang khusuk bersemedi di atas gunung. Disekelilingnya banyak gadis-gadis cantik datang menggoda untuk menghalangi Gautama mencapai pencerahan Sumber: Indonesia Heritage: Seni Pertunjukan, 2002
Seni Arca/Patung
Merupakan seni pahat yang biasanya menggunakan media batu keras yang dibuat atau dipahat sedemikian rupa sehingga membentuk makluk tertentu (manusia, binatang, atau gabungan keduanya, juga tokoh dewa atau makluk mistis tertentu dalam kepercayaan Hindu-Budha Arca Siwa: memiliki mata ketiga di dahi, tangannya empat
yang masing-masing membawa aksamala (tasbih), camara (penghalau lalat), kamandala (kendi berisi air kehidupan), dan trisula (tombak bercabang tiga); upawitanya berbentuk ular
Arca Brahma memiliki ciri bermuka empat, tangannya empat yang dibelakang memegang aksamala dan camara, dan berkendaraan angsa Arca Wisnu memiliki ciri bertangan empat yang masingmasing memegang gada, cakra, syangka (kerang bersayap), dan buah atau kuncup teratai; kendaraannya adalah garuda
Arca Dwarapala sebagai penjaga pintu gerbang pada Candi Singasari Arca Airlangga dalam bentuknya sebagai Dewa Wisnu yang sedang menunggang garuda
Arca Kertanegara/Joko Dolok dalam wujud Amoghapasa
Arca Kertarajasa dalam wujud Dewa Siwa Arca Ken Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamitha
Seni arca Kutai Sumber: Indonesia Heritage: Seni Rupa, 2002
Arca Kertarajasa
Arca Airlangga
Arca Ken Dedes
Sumber: Indonesia Heritage: Seni Rupa, 2002
Arca Wisnu
Arca Budha
Sumber: Indonesia Heritage: Seni Rupa, 2002
Seni Sastra
(Diawali dengan pengenalan pengetahuan tentang tulisan atau tradisi tulis) Tulisan asli masyarakat Indonesia periode klasik menurut J. L. A. Brandes merupakan hasil interaksi bangsa Indonesia dengan budaya India. Tulisan yang pertama kali dikenal adalah yang menggunakan aksara Pallawa Dalam perkembangannya, aksara Pallava itu kemudian “dinasionalisasikan” oleh berbagai etnis Indonesia, maka muncullah antara lain aksara Jawa Kuno, Bali Kuno, Sunda Kuno, Lampung, Batak, dan Bugis
Prasasti (Merupakan piagam atau dokumen yang ditulis
pada bahan yang keras dan tahan lama, umumnya batu)
Sumber: Indonesia Heritage:Bahasa dan Sastra, 2002
Kitab (Merupakan hasil tulisan atau karangan yang
ditulis pada lembaran-lembaran daun tal atau rontal atau media lain yang telah dibukukan yang memuat tentang berbagai cerita, catatan-catatan atau laporan tentang suatu peristiwa. Alur cerita dalam kitab dibuat dalam bentuk puisi atau kakawin) Contoh: o Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh o Hariwangsa & Ghatotkacasraya gubahan Mpu Panuluh o Smaradahana karya Mpu Dharmaja o Kresnayana karya Mpu Triguna o Bhomantaka o Arjunawiwaha karya Mpu Tantular o Sutasoma karya Mpu Tantular o Negarakrtagama karya Mpu Prapanca o Pararaton
Kakawin Smaradahana dalam sebuah lontar. Serat Bharatayuda dalam bentuk kakawin Sumber: Indonesian Heritage:Language and Literature, 2002
Sumber: Indonesian
Heritage:Language and Literature, 2002
Teks Arjunawiwaha Arjunawiwaha digubah pada masa Yasadipura I dan II Sumber: Indonesian Heritage: Language and Literature, 2002
Seni Relief
(penggambaran suatu cerita atau kisah atau adegan tertentu yang dipahatkan pada dinding-dinding candi baik pada kaki candi maupun tubuh candi serta bagian-bagian yang lain) Contoh: relief pada Candi Borobudur
Relief kehidupan masyarakat
Relief perdagangan
Relief yang menggambarkan aktivitas pertanian
Relief yang menggambarkan aktivitas pemujaan
Letak Relief Pada Candi Borobudur
Sumber: Indonesian Heritage: Sejarah Awal, 2002
o Karmawibhangga, relief yang dipahatkan pada bagian kaki candi. Menceritakan tentang sebab akibat perbuatan baik & buruk manusia o Jatakamala Awadana, relief dipahatkan pada dinding sebagian lorong pertama & kedua candi. Berupa kumpulan sajak yang menceritakan perbuatan Sang Budha Gautama & para Boddhisatva semasa hidupnya
o Lalitavistra, relief yang dipahatkan pada dinding sebagian lorong pertama candi. Menceritakan riwayat Sang Budha Gautama o Gandawyuha Bhadracari, yang dipahatkan pada dinding lorong kedua hingga keempat. Menceritakan upaya Sudhana mencari ilmu yang tinggi sampai ia bersumpah mengikuti Boddhisatva Samanthabhadra
Contoh: Relief pada Candi Prambanan
Salah satu bagian relief yang menceritakan cerita Ramayana pada Candi Prambanan
Relief pada candi Prambanan menceritakan tentang dua kisah terkenal yaitu Ramayana dan Kresnayana. Relief cerita Ramayana dipahatkan pada pagar langkan yaitu bagian serambi atas Candi Siwa dan candi Brahma. Sementara relief cerita Kresnayana dipahatkan pada pagar langkan candi Wisnu
PENGARUH PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA TERHADAP TEKNOLOGI PADA MASA KERAJAAN2 HINDU-BUDHA DI INDONESIA Pengaruh tradisi Hindu-Budha terhadap teknologi di nusantara pada masa perkembangan kerajaan Hindu-Budha tidak bersifat dominan. Perkembangan teknologi di nusantara merupakan perkembangan lebih lanjut dari penerapan teknologi masa sebelumnya, termasuk masa prasejarah atau lebih tepatnya lagi adalah masa perundagian
Pengaruh terbesar tradisi Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi di nusantara terlihat pada kemampuan membuat bangunan candi beserta segenap ornamentasinya, termasuk pembentukan relief
Contoh arca perunggu sebagai bentuk pengaruh perkembangan teknologi masa HinduBudha Sumber: Indonesian Heritage, 2002
BUKTI-BUKTI TERJADINYA PROSES INTERAKSI MASYARAKAT DI BERBAGAI DAERAH INDONESIA DENGAN TRADISI HINDU-BUDHA
Bidang Agama
Pendirian bangunan suci di tempat2 tinggi seperti candi Sukuh merupakan perkembangan lebih lanjut terjadinya interaksi keagamaan kepercayaan JawaHindu
Susunan batu berundak seperti yang terdapat di situs Hindu-Budha di Kosala, gunung Dangke, Argopuro, Ceto dan Gunung Butak pada dasarnya adalah tempat pemujaan bagi kepala suku dan berkembang menjadi tempat pemujaan arwah orang yang telah meninggal atau orang lain yang dianggap berjasa terhadap masyarakat yang merupakan kepercayaan asli masyarakat lokal nusantara
Pemberian sesajen. Salah satu bentuk tradisi keagamaan Hindu Sumber: Indonesian Heritage:Religion and Ritual, 2002
“Air suci” yang dipakai dalam tradisi upacara umat hindu. Sumber: Indonesian Heritage: Religion and Ritual, 2002
Bidang Sosial
Struktur sosial masyarakat Hindu Indonesia, khususnya di Bali didasarkan pada sistem kasta. Meskipun sistem kasta itu sekarang tidak lagi seketat dibanding dengan masa sebelumnya, tetapi warisan tersebut masih terpelihara dalam masyarakat tradisional di Bali
Bidang Arsitektur
Dalam hal pendirian bangunan suci, tidak ada bangunan keagamaan Hindu-Budha dalam masyarakat Jawa Kuna yang mirip sama sekali dengan kuil-kuil pemujaan dewa di India. Dengan demikian terdapat perpaduan antara pengaruh arsitektur lokal dengan pengaruh arsitektur Hindu-Budha (India) di nusantara
Situs-situs Arsitektur Hindu-Budha di Jawa Tengah Sumber: Indonesian
Heritage:Architectu re, 2002
Contoh ornamentasi pada seni arsitektur masa klasik awal Sumber: Indonesian Heritage:Architecture, 2002
Contoh ragam hias arsitektur pada pintu masuk sebuah candi Sumber: Indonesian
Heritage: Architecture, 2002
Contoh ragam hias arsitektur pada masa Klasik Muda Sumber: Indonesian Heritage: Architecture, 2002
Peninggalan seni bangunan bercorak Hindu-Budha di Indonesia Candi
Bangunan candi di Indonesia berbeda dengan candi di India. Candi di Indonesia adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau penanaman abu jenazah
seorang raja. Sementara candi di India berfungsi sebagai kuil untuk melakukan ibadah bersama-sama
Secara garis besar tipe candi di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu candi Budha dan candi Hindu. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada ada tidaknya stupa. Pada candi Hindu tidak terdapat stupa, sedangkan candi Budha terdapat stupa. Contoh candi Hindu adalah candi Prambanan. Contoh candi Budha adalah candi Borobudur
Atap candi (swarloka )
Tubuh candi (bhuwarloka)
Kaki candi (bhurloka)
struktur bangunan sebuah candi Sumber: Indonesian Heritage: Sejarah Awal, 2002
Candi Prambanan Sumber: Indonesian Heritage: Sejarah Awal, 2002
Stupa
(Bangunan yang berkaitan dengan agama Budha yang berfungsi sebagai dhatugarbha (menyimpan peninggalan keramat Budha Gautama) dan caitya (tempat memperingati kejadian penting dalam kehidupan Budha Gautama). Misalnya, stupa Borobudur dan stupa Kalasan di Yogyakarta)
Stupa Sumber: Indonesian
Heritage: Sejarah Awal, 2002
Wihara
(tempat tinggal bhiksu sekaligus tempat sembahyang) yang umumnya dibuat dari kayu. Misalnya, wihara di dekat stupa Kalasan) Keraton (rumah tempat tinggal ratu atau raja. Misalnya,
keraton kuno Majapahit yang terletak di daerah Trowulan, Mojokerto) Petirtaan
(tempat pemandian yang sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan. Misalnya, petirtaan di Jotolondo & Tirtha Empul di Bali)
Gapura
(bangunan yang berupa pintu gerbang; ada yang
beratap serta berdaun pintu dan ada yang menyerupai candi yang terbelah dua. Misalnya, gapura candi Bentar, gapura di Belahan, gapura di Jombang, Wringin Lawang di Trowulan) Pertapaan
(bangunan yang dicerukkan pada suatu goa baru & difungsikan sebagai tempat tinggal para pertapa. Misalnya, goa Selomangleng yang terletak di Kediri & Goa Gajah di Bedulu, Bali)
Gapura Candi Bentar Sumber: Indonesian Heritage:Architecture, 2002