PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum)
Oleh : Mawardi A00499046
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Mawardi A00499046
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
RINGKASAN
MAWARDI. Pengaruh Perendaman Buah dalam Larutan CaCl2 Terhadap Kualitas Tomat (Lycopersicon esculentum). (Dibawah bimbingan BAMBANG S. PURWOKO). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman buah dalam CaCl2 terhadap kualitas tomat. Hipotesis yang diajukan adalah peningkatan konsentrasi CaCl2 sampai 0.45 M dapat memperpanjang daya simpan buah tomat, peningkatan lama perendaman dalam larutan CaCl2 sampai 30 menit dapat memperpanjang daya simpan buah tomat dan terdapat konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan CaCl2 tertentu yang memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas dan daya simpan buah tomat. Persiapan penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge. Pengamatan dilaksanakan di laboratorium RGCI (Research Group on Crop Improvement). Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman. Analisis total asam tertitrasi (TAT) dan padatan terlarut total (PTT) dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Analisis kandungan kalsium dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Penelitian dilaksanakan dari awal bulan Maret 2005 sampai bulan Juni 2005. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan satu faktor, tujuh perlakuan dan tiga kali ulangan. Ketujuh perlakuan tersebut adalah kontrol, perendaman dalam CaCl2 0.15 M selama 15 menit, perendaman dalam CaCl2 0.15 M selama 30 menit, perendaman dalam CaCl2 0.30 M selama 15 menit, perendaman dalam CaCl2 0.30 M selama 30 menit, perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 15 menit, dan perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 30 menit Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Arthaloka, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, KCl, Dithane, Daconil, Benlate, Decis, Curacron, Lanet, kalsium klorida, NaOH, indikator phenolptalein dan aquades. Alat-alat yang digunakan adalah alat untuk budidaya, timbangan analitik, penetrometer, refraktometer, cosmotektor dan alat untuk titrasi. Buah tomat yang digunakan untuk uji kualitas adalah buah tomat yang dipanen pada tingkat kemasakan breaker (semburat merah). Perendaman buah dalam larutan kalsium sesuai perlakuan dilakukan di laboratorium RGCI pada hari panen. Pengamatan terhadap uji kualitas meliputi kandungan kalsium, susut bobot, perubahan warna, kelunakan buah, kandungan padatan terlarut total, kandungan asam total tertitrasi, dan laju respirasi pada hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 dan 24 setelah perendaman. Perendaman buah dalam larutan CaCl2 dapat meningkatkan kandungan kalsium pada buah tomat sekitar 1.0 – 1.6 mg/100 g. Perbedaan konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan CaCl2 tidak berpengaruh terhadap kandungan kalsium pada buah. Persentase susut bobot buah secara umum hingga hari terakhir pengamatan semakin besar. Pada 24 HSP susut bobot pada perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30 menit lebih kecil dibanding dengan kontrol.
Perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30 menit berbeda nyata dengan kontrol terhadap kelunakan buah pada 3 HSP, 9 HSP, 21 HSP dan 24 HSP. Pada saat 24 HSP perendaman buah dalam larutan CaCl2 dapat menghambat pelunakan buah karena pada semua perlakuan nilai kelunakan buah lebih rendah dibanding kontrol. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubaha n warna kulit buah. Nilai padatan terlarut total (PTT) secara umum hingga 15 HSP tidak berbeda dengan kontrol. Pada 18 HSP dan 21 HSP perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 15 menit memiliki nilai PTT lebih rendah yang berbeda nyata dibanding kontrol. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan asam tertitrasi pada buah Puncak respirasi (kenaikan produksi CO2 secara mendadak) pada perlakuan kontrol terjadi pada 15 HSP sedangkan perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M 30 menit terjadi pada 12 HSP. Perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 30 menit tidak dapat menurunkan laju respirasi pada buah tomat. Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M memberikan pengaruh yang lebih baik dalam mempertahankan kualitas buah tomat.
Judul : PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Nama : MAWARDI NRP : A00499046
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc NIP 131 404 220
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP 130 422 698
Tanggal lulus :...........................................
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Januari 1982 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, anak dari Bapak M. Manaf dan Ibu Titin Sumarni. Tahun 1993 penulis menyelesaikan pendidikan dari SD Negeri 12 Meruya Utara Jakarta Barat, kemudian tahun 1996 penulis lulus dari SMP Negeri 134 Jakarta dan menyelesaikan studi di SMU Negeri 65 Jakarta pada tahun 1999. Tahun 1999 penulis diterima di Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB melalui jalur UMPTN.
Selama
menjadi mahasiswa di IPB penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Budidaya Buah-buahan pada tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Perendaman Buah dalam Larutan CaCl2 terhadap Kualitas Tomat (Lycopersicon esculentum) ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. atas bimbingan dan pengarahannya selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Sobir MSc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan nasehat. 3. Dr. Ir. Darda Efendi, MSi. dan Ir. Diny Dinarti, MSi. yang berkenan menjadi dosen penguji skripsi. 4. Ayah, Mama, Feri, Neti, Ci Yana dan Aa Eman atas doa, perhatian dan kasih sayangnya. 5. Renata Widi Astuti atas kesabaran dan dukungan semangat yang tidak pernah putus. 6. Pak Nana atas kerjasamanya selama penanaman di KP Pasir Sarongge. 7. Pak Joko Mulyono atas bantuannya di Laboratorium Ekofisologi Tanaman. 8. Pak Yudhi dan Mas Bambang atas arahan dan bantuannya di Laboratorium RGCI, IPB. 9. Pak Didi atas bantuannya di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. 10. Ibu Hety atas bantuannya di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Bogor. 11. Teman-teman baikku Ade, Hendra, Ami, Dian, Deni, Erlin, Khafid, Afifi, dan Nina atas bantuan dan sarannya. 12. Teman-teman Hortikultura 36 lainnya atas persahabatannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Bogor, November 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN .............................................................................................. Latar Belakang ....................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................... Hipotesis .................................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... Botani ..................................................................................................... Syarat Tumbuh ....................................................................................... Kualitas Buah Tomat ............................................................................. Proses-proses Pasca Panen..................................................................... Penggunaan Kalsium Klorida ................................................................
3 3 4 5 5 6
BAHAN DAN METODE.................................................................................. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ Bahan dan Alat....................................................................................... Metode Penelitian .................................................................................. Pelaksanaan............................................................................................ Pengamatan ............................................................................................
8 8 8 9 9 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 14 Keadaan Umum...................................................................................... 14 Hasil dan Pembahasan ........................................................................... 14 KESIMPULAN .................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20 LAMPIRAN ....................................................................................................... 23
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman Teks
1. Indeks Warna Kulit Buah Tomat (Kader, 1992) ............................................. 11 2. Kandungan Ca pada Buah............................................................................... 14 3. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah ..... 15 4. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah........ 16 5. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah ..... 16 6. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut Total17 7. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Total Asam Tertitrasi 17 8. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Laju Respirasi ........... 18 Lampiran
1. Sidik Ragam Kandungan Ca pada Buah Tomat.............................................. 24 2. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah.................................................................................................... 25 3. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah ............................................................................................ 26 4. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah ..................................................................................................... 27 5. Sidik Ra gam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut Total................................................................................... 28 6. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Total Asam Tertitrasi.............................................................................................. 29
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1. Buah Tomat pada Tingkat Kemasakan Breaker ............................................. 8 2. Laju Respirasi Tomat ...................................................................................... 18
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman tomat merupakan jenis sayuran penting. Penggunaan buah tomat dalam konsumsi masyarakat sangat beragam, selain dikonsumsi dalam bentuk segar buah toma t juga dapat diolah menjadi saus, pure, kecap, sari buah dan dikalengkan dalam bentuk utuh maupun potongan (Prosea, 1994). Kandungan gizi buah tomat yang tinggi, pemanfaatan yang beragam dan penerimaan masyarakat yang baik menjadikan buah tomat sebagai komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Pada umumnya produk hortikultura dikonsumsi dalam bentuk segar, sehingga kadar air sangat menentukan kualitasnya. Buah tomat memiliki kadar air mencapai 94% dari total beratnya. Kadar air yang tinggi menyebabkan produk tersebut mudah rusak (perishable) (Ashari, 1995). Kehilangan hasil pascapanen buah tomat dapat mencapai 30% (Maletta et al., 1995). Kehilangan hasil ini disebabkan oleh daya simpan yang relatif singkat berkisar antara 4 sampai dengan 10 hari tergantung pada kultivar dan tingkat kematangan buah tomat pada saat panen.
Tomat mudah rusak disebabkan
berbagai faktor fisik, kimiawi dan hayati. Kehilangan hasil dapat terjadi sejak panen, penanganan yang kurang baik, keterlambatan mencapai konsumen, cara bongkar/muat yang kasar dan penggunaan kemasan yang tidak memadai, serta keadaan yang tidak menguntungkan selama pengangkutan (Marpaung, 1997). Usaha untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang daya simpan buah tomat tersebut sampai tiba ke konsumen perlu dilakukan (Ashari, 1995). Salah satu cara untuk memperpanjang daya simpan buah tomat adalah dengan perlakuan pascapanen dengan perendaman buah dalam larutan kalsium. Buah dengan kandungan kalsium yang tinggi mempunyai tingkat respirasi yang rendah dan lama penyimpanan yang lebih panjang dibandingkan dengan buah dengan kandungan kalsium yang rendah. Kalsium dapat mempertahankan organisasi selular dan jika kekurangan dapat menyebabkan disintegrasi membran (Shear dan Faust, 1975).
Perlakuan dengan CaCl2 telah banyak dilakukan pada beberapa jenis buah. Pelunakan apel ‘MacIntosh’ selama penyimpanan dapat direduksi dengan perendaman buah 2 hari setelah panen dalam larutan 4% CaCl2 (Mason et al., 1975). Apel ‘Golden Delicious’ lebih keras dibandingkan kontrol setelah diberi perlakuan perendaman dalam larutan kalsium (Conway et al., 1994). Purwoko dan Juniarti (1998) melaporkan perlakuan dengan CaCl2 memberikan hasil terbaik dalam memperlambat peningkatan pelunakan buah, padatan terlarut total dan memberikan hasil yang baik dalam indeks skala warna kulit pada buah pisang cavendish.
Perlakuan perendaman dalam kalsium klorida juga meningkatkan
kekerasan dari buah melon cantaloupe potong (Luna-Guzman et al., 1999). Perendaman dalam larutan CaCl2 1% dapat mempertahankan kualitas buah tomat potong (Artes et al., 1999).
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman buah dalam CaCl2 terhadap kualitas tomat.
Hipotesis 1. peningkatan konsentrasi CaCl2 sampai 0.45 M dapat memperpanjang daya simpan buah tomat. 2. peningkatan lama perendaman dalam larutan CaCl2 sampai 30 menit dapat memperpanjang daya simpan buah tomat. 3. terdapat konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan CaCl2 tertentu yang memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas dan daya simpan buah tomat.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) termasuk ke dalam famili Solanaceae.
Tanaman ini berasal dari Peru dan Ekuador, yang kemudian
menyebar ke seluruh dunia.
Tanaman tomat merupakan herba semusim,
bunganya hermafrodit dan bersifat self-compatible pada daerah yang lebih dingin. Penyerbukan sendiri sangat tinggi persentasenya, tetapi di daerah tropik 24% buahnya terjadi melalui penyerbukan silang oleh serangga penyerbuk (Ashari, 1995).
Tanaman tomat sangat bervariasi dalam karakter pertumbuhannya.
Tanaman ini terbagi menjadi tiga jenis, yakni tipe determinate, semideterminate dan indeterminate (Crockett, 1972) Bunga tanaman tomat berjenis kelamin dua , kelopaknya berwarna hijau dan mahkota bunganya berwarna kuning. Kepala sari membentuk tabung dan mengelilingi putik. Tangkai putik terus tumbuh memanjang ketika kepala sari dalam persiapan membebaskan tepung sarinya (Ashari, 1995). Pembuaha n atau fertilisasi terjadi 50-96 jam setelah penyerbukan dan pematangan buah terjadi 4250 hari setelah anthesis (Harjadi dan Sunarjono, 1989). Menurut Pantastico (1986) buah tomat termasuk tipe buah buni karena bijinya terletak pada daging buah yang lunak dan berair. Sistem perakaran tomat berupa akar tunggang dengan akar samping yang menjalar merata.
Tanaman tomat berbatang lunak, mudah patah dan berbulu
halus pada waktu muda, setelah tua batangnya menjadi persegi dan hampir berkayu.
Tanaman tomat memiliki percabangan yang menyebar atau tegak
dengan cabang-cabang berwarna hijau (Thompson dan Kelly, 1957). Pada ujung batang utama terdapat meristem apikal yang merupakan bagian paling aktif membentuk daun dan bunga (Jaya, 1997). Setiap 100 g buah tomat me ngandung air sebanyak 94.1%; protein 1.0 g; lemak 0.2 g; karbohidrat 4.1 g; serat 0.8 g; abu 0.6 g; Ca 18.0 mg; P 18.0 mg; Fe 0.8 mg; Na 4.0 mg; K 266.0 mg; vitamin A 735 IU; tiamin 0.06 mg; riboflavin 0.04 mg; niasin 0.60 mg; dan asam askorbat 29.0 mg (Ashari, 1995)
Syarat Tumbuh Tanaman tomat toleran terhadap beberapa kondisi lingkungan tumbuh. Suhu optimum untuk tumbuh dan berkembang tanaman tomat berkisar antara 2124o C (Prosea, 1994). Apabila suhu melebihi 26o C, hujan lebat dan mendung menyebabkan dominasi pertumbuhan vegetatif dan masalah serangan penyakit tanaman. Suhu malam sangat menentukan terhadap pembentukan buah. Pigmen penyebab warna merah pada kulit buah hanya dapat berkembang pada suhu antara 15-30oC. Pada suhu di atas 30o C hanya pigmen warna kuning saja yang terbentuk (Ashari, 1995). Tomat tidak sensitif terhadap panjang hari.
Pembentukan buah dapat
terjadi pada saat panjang hari sekitar 7-19 jam (Prosea, 1994). Menurut Harjadi dan Sunarjono (1989) cahaya sebaiknya cukup moderat. Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan transpirasi, memperbanyak gugur bunga dan gugur buah. Bila cahaya kurang, tanaman beretiolasi dan lemah. Tomat dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat yang mengandung banyak bahan organik. Kisaran pH tanah ideal 6.0-6.5, pH yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan defesiensi mineral dan keracunan. (Prosea, 1994) Tanaman tomat lebih banyak diusahakan di dataran tinggi (700-1500 m di atas permukaan laut). Pada suhu tinggi (dataran rendah), produksinya rendah dan buahnya lebih pucat. (Ashari, 1995). Di dataran tinggi, penanaman tomat pada musim kemarau adalah yang terbaik. Temperatur yang optimal dan penyinaran matahari yang penuh sudah cukup. Selama musim hujan di dataran tinggi, curah hujan yang tinggi, drainase yang buruk dan penyinaran matahari yang terganggu dapat menyebabkan masalah yang serius pada tanaman tomat. Petani menanam tomat pada musim hujan karena untuk mendapatkan harga yang baik di pasaran (Villareal, 1980).
Menanam tomat berurutan pada lokasi yang sama dapat
mengundang risiko kegagalan yang tinggi karena serangan penyakit layu (Ashari, 1995).
Kualitas Buah Tomat Kualitas komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditi tersebut. Penerima dan distributor pasar komoditi hortikultura tertarik pada kualitas penampilan, tingkat kekerasan dan daya simpan yang panjang. Konsumen memperhatikan kualitas buah dan sayur didasari pada penampilan dan tingkat kekerasan yang baik, nilai rasa, dan gizi (Santoso dan Purwoko, 1995). Ameriana (1997) menyatakan kualitas buah tomat dapat dinilai berdasarkan sifat fisik dan sifat kimianya. Sifat fisik meliputi bentuk buah, warna, kekerasan, ketebalan daging buah, tekstur, ada tidaknya kerusakan, bebas serangan hama dan penyakit. Sifat kimia meliputi kandungan vitamin C (asam askorbat), kadar gula, kadar asam, kadar air dan komposisi nilai gizi. Tigchelaar (1986) membedakan komponen kualitas buah antara tomat untuk konsumsi segar dan tipe olahan. Komponen kualitas buah tomat untuk konsumsi segar meliputi ukuran, bentuk, kekerasan dan permukaan kulit buah yang bebas dari cacat dan serangan hama penyakit.
Buah tomat tipe olahan
memiliki komponen kualitas yaitu warna, pH, total keasaman, dan total padatan terlarut.
Proses-proses Pasca Panen Selama pematangan, buah mengalami beberapa perubahan nyata dalam warna, tekstur, dan aroma, yang menunjukkan bahwa terjadi perubahan-perubahan dalam susunannya (Mattoo et al., 1986).
Marpaung (1997) menyatakan
perubahan kimia selama proses pemasakan buah tomat terjadi pada warna kulit buah yang berubah dari hijau menjadi merah, tergantung pada perubahan struktur klorofil; karbohidrat berubah dari pati menjadi gula; asam organik semakin menurun; protein dan pembebasan asam amino yang meningkat diikuti kerusakan jaringan sel-sel; aroma yang tergantung pada perubahan enzim-enzim dan menurunnya kandungan bahan organik terlarut untuk kegiatan metabolisme Tomat tergolong dalam buah klimakterik dimana terjadi puncak respirasi yang khas. Peningkatan yang tajam dalam respirasi ditunjukkan oleh peningkatan
produksi CO2 atau penurunan O2 internal, yang berkaitan dengan proses mekanisme pemasakan buah (Santoso dan Purwoko, 1995).
Penggunaan Kalsium Klorida Kalsium
merupakan nutrisi tanaman yang paling sering diasosiasikan
dengan kualitas buah dan kekerasan buah. Keterlibatan kalsium dalam beberapa proses fisiologi dan biokimia diasosiasikan dengan pelunakan buah (Sams, 1999). Kalsium merupakan kation utama dari lamela tengah dinding sel, dimana kalsium pektat merupakan unsur utama. Kalsium berhubungan erat dengan kekuatan mekanis suatu jaringan. Konsentrasi kalsium dalam jaringan yang sehat pada berbagai macam tanaman berkisar antara 0.2 persen hingga beberapa persen (Epstein, 1972). Ferguson dan Drobak (1988) menyatakan kalsium dapat mereduksi atau menunda kerusakan dinding sel. Pengaruh ini biasanya diekspresikan pada penundaan pelunakan buah diasosiasikan dengan aktifitas poligalakturonase. Kalsium juga mempertahankan fungsi membran.
Luna-Guzman dan Barrett
(2000) melaporkan pengaruh pengerasan yang disebabkan kalsium klorida dapat dijelaskan dengan: 1. kompleks dari ion kalsium dengan dinding sel dan pektin lamela tengah. 2. penstabilan membran sel oleh ion kalsium. 3. pengaruh kalsium pada tekanan turgor sel. Tekstur buah-buahan tergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan padatan terlarut total, dan perbedaan kandungan patinya. Tekstur buah-buahan juga tergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk, dan keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang, dan susunan tanamannya. Dengan dinding sel yang tegang dan kuat dipertahankan suatu tekstur yang kokoh (Pantastico, 1986). Ferguson (1984) melaporkan perlakuan kalsium pada jaringan sel apel memberikan efek pada komposisi dinding sel, penguatan mekanis dan fungsi membran. Larutan 0.14 g/L CaCl2 merupakan konsentrasi untuk memperpanjang masa simpan serta meminimalkan risiko kerusakan permukaan buah apel ‘Golden Delicious’.
Perlakuan perendaman buah dengan larutan kalsium lebih efektif jika dikombinasikan dengan perlakuan panas. Lurie dan Klein (1992) melaporkan buah apel ‘Anna’ menyerap kalsium lebih efektif dengan perlakuan panas sebelum perendaman dalam larutan kalsium. Komb inasi perlakuan CaCl2 dan perlakuan panas pada buah apel 'Lobo' meningkatkan pH. Pada saat akhir masa penyimpanan kekerasan buah apel yang diberi perlakuan lebih tinggi dan gejala kerusakan lebih rendah dibandingkan kontrol (Dris et al., 2000). Pemberian garam CaCl2 0.1 M dan 0.2 M pada waktu aplikasi 18±2 hari setelah anthesis (HSA) dan 25±2 HSA tidak dapat mempertahankan kualitas buah tomat.
Pemberian CaCl2 0.1 M prapanen dapat menghambat perkembangan
warna kulit buah (Normasari dan Purwoko, 2002). Hamaisa (2005) melaporkan pemberian garam CaCl2 pra panen pada buah tomat dapat meningkatkan kandungan kalsium pada buah. Peningkatan tersebut secara umum tidak dapat mempertahankan kualitas buah. Perlakuan kalsium laktat merupakan alternatif yang potensial dibandingkan kalsium klorida untuk memperpanjang masa segar dari melon potong (Luna-Guzman dan Barrett, 2000). Rahayu (2003) melaporkan perlakuan Ca(NO3 )2 memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan CaCl2 terhadap warna kulit buah tomat.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Persiapan penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge, Cianjur dengan ketinggian 1100 m di atas permukaan laut.
Pengamatan
kelunakan buah, perubahan warna, susut bobot buah dan laju respirasi dilaksanakan di laboratorium RGCI (Research Group on Crop Improvement), Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman. Analisis total asam tertitrasi (TAT) dan padatan terlarut total (PTT) dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Darmaga, Bogor.
Analisis kandungan
kalsium dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Bogor. Penelitian dilaksanakan dari awal bulan Maret 2005 sampai bulan Juni 2005.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Arthaloka, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, KCl dan pestisida. Fungisida yang digunakan adalah Dithane, Daconil dan Benlate.
Insektisida yang digunakan adalah Decis,
Curacron, dan Lanet. Bahan kimia yang digunakan yaitu kalsium klorida, NaOH, indikator phenolptalein dan aquades.
Buah tomat yang digunakan untuk uji
kualitas adalah buah tomat yang dipanen dengan bentuk dan ukuran yang relatif sama dan pada tingkat kemasakan breaker yaitu pada umur 45 Hari Setelah Anthesis (HSA) seperti pada Gambar 1. Alat-alat yang digunakan adalah alat untuk budidaya, timbangan analitik, penetrometer, refraktometer, cosmotektor dan alat untuk titrasi.
Gambar 1. Buah Tomat pada Tingkat Kemasakan Breaker.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan satu faktor, 7 perlakuan dan 3 kali ulangan. Ketujuh perlakuan adalah: P0 = Kontrol (perendaman dalam air selama 15 menit) P1 = perend aman dalam CaCl2 0.15 M selama 15 menit P2 = perendaman dalam CaCl2 0.15 M selama 30 menit P3 = perendaman dalam CaCl2 0.30 M selama 15 menit P4 = perendaman dalam CaCl2 0.30 M selama 30 menit P5 = perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 15 menit P6 = perendaman dalam CaCl2 0.45 M selama 30 menit Terdapat 21 satuan percobaan dan setiap percobaan terdiri atas 18 buah tomat untuk 9 kali pengamatan (2 buah/pengamatan). Empat buah tomat untuk pengamatan susut bobot dan warna. Pada perlakuan kontrol dan perendaman buah dalam CaCl2 0.45 M selama 30 menit ditambahkan satu buah setiap pengamatan untuk pengukuran laju respirasi. Oleh karena itu untuk 21 satuan percobaan dibutuhkan 516 buah tomat. Model matematika yang digunakan adalah: Yij = µ + a i + Rj + eij i = 1,2,3,4,5,6,7
j = 1,2,3
Keterangan : Yij
= Pengaruh perendaman CaCl2 ke-i dan kelompok ke-j
µ
= Nilai rataan umum
ai
= Pengaruh perendaman CaCl2 ke-i
Rj
= Pengaruh pengelompokan ke-j
eij
= Galat percobaan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Hasil pengamatan dianalisis dengan uji F, jika berbeda nyata maka
dilakukan uji lanjut dengan uji Jarak Berganda Duncan.
Analisis statistik
disajikan pada Tabel lampiran 1-6.
Pelaksanaan Benih tomat disemai di bak semai dengan kedalaman ± 0.5 cm. Media tanam yang digunakan pada penyemaian adalah tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1. Setelah 1 minggu benih yang telah disemai dipindahkan ke tempat pembumbungan. Tanah yang akan ditanami diolah pada kedalaman lapisan tanah 30 cm. Fumigasi dilakukan dengan cara : tanah dicangkul kemudian dibasahi dengan air dan diratakan, lalu ditaburi basamid dengan dosis 40 g/m2 dan pupuk kandang dengan dosis 0.5 kg/tanaman kemudian dicangkul hingga tercampur rata antara tanah, basamid dan pupuk kandang. Selanjutnya dibuat bedengan selebar 0.4m0.6m dan ditutup dengan mulsa selama 1 minggu.
Setelah 1 minggu, mulsa
dibuka kemudian dicangkul dan dibiarkan selama 2 minggu sebelum ditanami. Setelah 2 minggu, tanaman siap ditanam dalam lubang tanam yang dibuat dengan jarak 50 cm x 80 cm. Penanaman dilakukan setelah 3 minggu tanaman dibumbung. Pada saat penanaman diberikan pupuk urea 15 gram/tanaman, SP-36 10 gram/tanaman, dan KCL 10 gram/tanaman. Urea kedua diberikan 15 gram/tanaman saat tanaman berumur 4 minggu. Pupuk diberikan dengan cara membuat alur melingkar di sekitar tanaman dengan kedalaman + 3 cm. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pengajiran, pewiwilan, pemangkasan bagian pucuk tanaman (topping), pengendalian hama dan penyakit serta penjarangan buah. Buah tomat dipanen pada + 45 hari setelah anthesis (HSA) yaitu pada tingkat kemasakan breaker. Buah yang dipilih adalah bentuknya seragam, sehat dan tidak luka. Kemudian buah dimasukkan ke dalam kotak kardus dengan terlebih dahulu dilapisi kertas koran untuk menghindari terjadinya benturan selama dalam perjalanan ke Laboratorium RGCI, Bogor. Persiapan larutan untuk perendaman dilakukan dengan melarutkan garam CaCl2 dengan konsentrasi sesuai masing- masing perlakuan, kemudian ditera dengan menggunakan labu takar.
Setelah CaCl2 menjadi larutan, kemudian
dimasukkan ke dalam ember plastik. Buah direndam dalam 4 liter larutan. Buah yang diberi perlakuan dicuci dahulu sampai bersih, kemudian direndam dalam ember yang berisi larutan kalsium sesuai perlakuan yang diberikan. Setelah kering, buah dicelupkan ke dalam larutan Benlate 500 ppm selama 30 detik untuk mencegah kerusakan akibat mikroorganisma yang dapat
menimbulkan penyakit.
Kemudian buah diletakkan pada piring kertas dan
disimpan dengan suhu kamar berkisar 28o C - 30o C.
Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik dan kimia buah tomat. Sifat fisik meliputi susut bobot, perubahan warna dan kelunakan buah, sedangkan sifat kimia meliputi kandungan padatan terlarut total, kandungan asam total tertitrasi, dan laju respirasi. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 dan 24 setelah perendaman. Perubahan warna ditentukan berdasarkan indeks skala warna kulit buah tomat (Tabel 1).
Pengukuran kelunakan buah menggunakan penetrometer.
Pengukuran dilakukan pada tiga tempat yang berbeda yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung buah tomat. Tabel 1. Indeks Warna Kulit Buah Tomat (Kader, 1992) Skor
Warna Kulit Buah
1
Hijau tidak ada warna kuning (6-10 hari sebelum semburat, breaker). Fase masak hijau
2
Semburat warna kuning atau pink awal pada bagian luar ujung buah. Fase breaker
3
10-30% warna buah yang nyata kombinasi hijau, kuning, pink, merah. Fase turning
4
30-60% permukaan buah menunjukkan warna pink atau merah. Fase pink
5
60-90% menunjukkan warna pink- merah. Fase light red
6
Lebih dari 90% permukaan kulit menunjukkan warna merah. Fase red
7
Warna merah tua, kulit buah mengkerut. Fase lewat masak
Susut bobot dinyatakan dalam persen yang diperoleh dengan menimbang buah yang telah disiapkan pada hari ke 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, kemudian dibandingkan dengan bobot awal sebelum penyimpanan. % Susut Bobot = bobot awal – bobot akhir x 100 % bobot awal
Kandungan
padatan
terlarut
total
diukur
dengan
menggunakan
refraktometer. Buah tomat dihancurkan dengan blender, kemudian cairan buah yang telah disaring diteteskan pada prisma refraktometer. Hasil pengukuran dapat terlihat pada skala yang tertera (o Brix). Pengukuran kandungan total asam dilakukan dengan cara titrasi yaitu menghancurkan buah tomat dengan menggunakan blender kemudian diambil sebanyak 25 gram, disaring, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades hingga tanda tera lalu dikocok dan disaring. Hasil saringan dipipet sebanyak 25 ml dan ditetesi indikator phenolphtalein kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N hingga berubah warna menjadi merah jambu. Kandungan total asam dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Total Asam (mg/100 g bahan)= ml NaOH x N NaOH x fp x BE x 100 Bobot contoh Keterangan : fp BE
= faktor pengenceran (100/25) = Bobot ekivalen asam sitrat yaitu 64
Pengukuran respirasi dilakukan dengan menggunakan cosmotektor tipe XP. 314, yaitu dengan cara menimbang 3 buah tomat, lalu dimasukkan ke dalam stoples respirasi dan diinkubasi selama + 5 jam, kemudian diukur kadar CO2 akhir. Rumus perhitungannya adalah : L = V x K : W x 1.76 B Keterangan
: L
= Laju Respirasi (mg CO2 /kg/jam)
V
= Volume bebas stoples (ml)
K
= Kadar CO2 setelah beberapa jam – Kadar CO2 awal (%)
W
= Waktu yang digunakan untuk inkubasi (jam)
B
= Bobot bahan (kg)
1.76 = Faktor koreksi untuk konversi ml CO2 ke mg CO2 (pada suhu 26o C – 28o C) Analisis kandungan Ca pada buah tomat (pada skor warna 2) menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Buah tomat sebanyak satu gram bobot kering diekstrak dengan HNO3 pekat, ditambah air destilata, setelah itu disaring dan diambil filtratnya. Filtrat tersebut dianalisis
dengan metode AAS pada panjang gelombang ? = 422.7 nm untuk mengukur Ca (AOAC, 1999). Data hasil analisis diuji dengan ANOVA dan uji lanjut dengan uji Duncan.
Kemudian kandungan kalsium untuk masing- masing perlakuan
dibandingkan dengan kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Pertumbuhan vegetatif tanaman tomat mulai dari penyemaian hingga dipindahkan ke lapang cukup baik. Pertumbuhan tanaman tomat di dalam rumah plastik tanaman tomat mengalami etiolasi yang disebabkan sedikitnya cahaya matahari yang diterima tanaman. Cahaya matahari terhambat oleh kondisi atap rumah plastik yang berlumut dan cuaca saat penanaman yang sering mendung dan hujan. Hama yang menyerang tanaman tomat yaitu hama Liriomyza huidobrensis dengan gejala pada daun terdapat liang korokan berwarna putih dan berkelokkelok.
Hama lainnya adalah kutu kebul (Bemisia tabaci), belalang dan ulat
jengkal yang memakan daun dan buah. Penyakit yang menyerang tanaman tomat yaitu jamur dan layu Phytopthora. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan pestisida terhadap tanaman.
Hasil dan Pembahasan Kandungan kalsium pada buah mengalami peningkatan 1.0 – 1.6 mg/100 g dibandingkan kontrol setelah diberi perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 (Tabel 2).
Berdasarkan analisis statistik buah tomat yang mendapat
perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 berbeda nyata dengan kontrol. Konsentrasi larutan CaCl2 dan waktu perendaman tidak berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalsium dalam buah tomat. Tabel 2. Kandungan Ca pada Buah Perlakuan Kontrol CaCl2 0.15 M 15’ CaCl2 0.15 M 30’ CaCl2 0.30 M 15’ CaCl2 0.30 M 30’ CaCl2 0.45 M 15’ CaCl2 0.45 M 30’
Ca
Peningkatan mg/ 100 g 5.11a 6.53b 1.42 6.29b 1.18 6.34b 1.23 6.49b 1.38 6.20b 1.09 6.71b 1.60
Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05
Hamaisa
(2005)
melaporkan
pemberian
CaCl2 0.3 M prapanen
meningkatkan kandungan kalsium pada buah tomat dari 4.12 mg/100 g menjadi 6.04 mg/100 g, namun peningkatan tersebut secara umum tidak dapat memberikan pengaruh nyata dalam mempertahankan kualitas buah tomat. Persentase susut bobot buah secara umum hingga hari terakhir pengamatan semakin besar. Pada 24 HSP susut bobot pada perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30 menit berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 3). Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30 menit memiliki persentase susut bobot yang lebih kecil dibanding kontrol Persentase susut buah tomat selama penyimpanan semakin besar karena buah mengalami kehilangan kandungan air disebabkan transpirasi. Santoso dan Purwoko (1995) menyatakan transpirasi selain berpengaruh langsung terhadap kehilangan kuantitatif, juga menyebabkan kehilangan kualitas (layu dan pengkerutan). Tabel 3. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah Perendaman 3
6
Hari Setelah Perendaman 9 12 15 18 (%) 4.2abc 5.5ab 6.9ab 8.2ab 3.6c 4.7b 5.8b 6.9b 3.7bc 4.7b 5.8b 6.9b 4.5ab 5.9ab 7.3ab 8.5a 4.6a 6.0a 7.5a 8.7a 4.8a 6.2a 7.6a 8.8a 4.6a 6.1a 7.7a 9.0a
21
24
Kontrol 1.1b 2.8abc 9.4ab 10.9a CaCl2 0.15 M 15’ 1.1b 2.4c 7.8b 8.8b CaCl2 0.15 M 30’ 1.2ab 2.5bc 7.9b 8.9b CaCl2 0.30 M 15’ 1.4ab 2.9ab 9.7a 10.9a CaCl2 0.30 M 30’ 1.6a 3.0a 10.0a 11.2a CaCl2 0.45 M 15’ 1.3ab 3.1a 10.0a 11.4a CaCl2 0.45 M 30’ 1.4ab 2.9ab 10.3a 11.6a Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05
Perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 menit dan 30 menit berbeda nyata dengan kontrol terhadap kelunakan buah pada 3 HSP, 9 HSP, 21 HSP dan 24 HSP (Tabel 4). Pada saat 24 HSP perendaman buah dalam larutan CaCl2 dapat menghambat pelunakan buah karena pada semua perlakuan nilai kelunakan buah lebih kecil dibanding kontrol.
Santoso dan Purwoko (1995)
menyatakan pemecahan polimer karbohidrat, khususnya senyawa pektin dan hemiselulose, melemahkan dinding sel dan gaya kohesif yang mengikat sel-sel
bersama.
Pada tahap awal, tekstur menjadi lebih lunak, tetapi pada akhirnya
struktur buah menjadi rusak. Tabel 4. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah Hari Setelah Perendaman 9 12 15 (mm/ 102 g/ 5 detik) 5.1a 5.3 5.4 4.7b 5.2 5.0 4.7b 4.9 5.1 5.1a 5.2 5.1 5.1a 5.1 5.3 4.9ab 5.3 5.0 4.9ab 5.0 5.0
Perendaman
0
3
6
18
Kontrol 2.4 4.5a 4.8 5.6 CaCl2 0.15 M 15’ 2.3 3.9c 4.8 4.9 CaCl2 0.15 M 30’ 2.3 4.0bc 4.7 4.9 CaCl2 0.30 M 15’ 2.2 4.4ab 4.8 5.0 CaCl2 0.30 M 30’ 2.2 4.4ab 4.8 5.0 CaCl2 0.45 M 15’ 2.1 4.2abc 4.6 5.1 CaCl2 0.45 M 30’ 2.0 4.2abc 4.7 5.2 Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05
21
24
5.4a 4.7b 4.9ab 4.7b 5.1ab 5.0ab 5.3a
5.7a 4.9b 4.9b 5.1b 5.2b 5.1b 5.2b
sama berbeda
Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan warna kulit buah (Tabel 5). Secara umum buah yang diberi perlakuan memiliki skor warna yang lebih kecil dibanding kontrol. Perubahan skor warna berkisar antara 2.0 (fase breaker) pada 0 HSP hingga 4.9 (fase light red) pada 24 HSP. Perubahan warna dari hijau menjadi merah pada buah tomat dikarenakan adanya sintesis likopen dan perombakan klorofil (Pantastico, 1986).
Tabel 5. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah Perendaman
0
3
6
Hari Setelah Perendaman 9 12 15 Skor Warna 4.1 4.2 4.3 3.9 4.0 4.3 3.8 3.8 3.9 4.1 4.2 4.3 3.9 3.9 4.1 3.9 3.8 3.8 4.0 4.0 4.2
18
21
24
Kontrol 2.0 3.1 3.7 4.3 4.5 4.9 CaCl2 0.15 M 15’ 2.0 3.0 3.6 4.3 4.4 4.7 CaCl2 0.15 M 30’ 2.0 3.1 3.7 4.0 4.0 4.4 CaCl2 0.30 M 15’ 2.0 3.1 3.8 4.3 4.4 4.9 CaCl2 0.30 M 30’ 2.0 3.1 3.7 4.1 4.4 4.8 CaCl2 0.45 M 15’ 2.0 3.0 3.8 4.1 4.3 4.6 CaCl2 0.45 M 30’ 2.0 2.9 3.8 4.3 4.4 4.8 Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05
Nilai padatan terlarut total (PTT) secara umum hingga 15 HSP tidak berbeda dengan kontrol. Pada 18 HSP dan 21 HSP perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 15 menit memiliki nilai PTT lebih rendah yang
berbeda nyata dibanding kontrol (Tabel 6).
Normasari dan Purwoko (2002)
melaporkan aplikasi CaCl2 pra panen tidak berpengaruh nyata terhadap padatan terlarut total (PTT) buah tomat. Tabel 6. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut Total Hari Setelah Perendaman 9 12 15 18 (o Brix) 4.0 3.9 4.1 4.1a 4.0 3.9 3.9 4.1a 3.9 3.9 3.9 4.1a 4.0 4.0 3.9 4.2a 3.9 4.1 3.9 4.1ab 4.1 4.0 3.9 3.8b 3.9 3.9 4.0 4.1ab
Perendaman
0
3
6
21
24
Kontrol 4.0 3.9 4.1 4.2a 4.1ab CaCl2 0.15 M 15’ 4.0 3.9 4.0 4.0ab 4.0b CaCl2 0.15 M 30’ 4.0 3.8 3.8 4.0ab 4.0b CaCl2 0.30 M 15’ 4.0 3.7 4.0 4.0ab 4.1ab CaCl2 0.30 M 30’ 4.0 3.6 4.0 3.9b 4.0ab CaCl2 0.45 M 15’ 4.0 3.9 4.1 3.9b 4.0ab CaCl2 0.45 M 30’ 4.0 3.7 3.9 4.0ab 4.2a Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05
Perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 pada semua konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan asam tertitrasi pada buah (Tabel 7). Rahayu (2003) melaporkan perendaman buah tomat dalam larutan CaCl2 hingga 0.2 M tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan asam total tertitrasi buah. Nilai kandungan asam tertitrasi cenderung menurun hingga 24 HSP. Umumnya kandungan asam organik menurun selama pemasakan karena direspirasikan atau diubah menjadi gula (Santoso dan Purwoko, 1995).
Tabel 7. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Total Asam Tertitrasi Perendaman
Hari Setelah Perendaman 9 12 15 18 (mg/100g) Kontrol 462.6 461.2 409.6 412.2 405.2 334.5 335.7 CaCl2 0.15 M 15’ 469.7 420.3 376.5 366.8 332.5 373.3 343.6 CaCl2 0.15 M 30’ 451.2 441.3 401.8 377.0 373.9 334.3 346.7 CaCl2 0.30 M 15’ 431.1 441.2 367.1 363.4 357.5 332.3 351.1 CaCl2 0.30 M 30’ 441.8 448.5 365.0 328.5 339.6 318.9 325.8 CaCl2 0.45 M 15’ 470.3 462.7 387.0 389.3 329.3 306.2 304.9 CaCl2 0.45 M 30’ 466.2 428.3 366.7 338.7 337.2 323.7 376.1 Keterangan : - Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 0.05 0
3
6
21
24
346.9 352.4 389.0 353.4 372.0 357.7 333.9 339.5 329.1 327.9 306.4 314.5 329.4 336.1 sama berbeda
Puncak respirasi (kenaikan produksi CO2 secara mendadak) pada perlakuan kontrol terjadi pada 15 HSP sedangkan perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 30 menit terjadi pada 12 HSP (Tabel 8, Gambar 2). Perlakuan perendaman dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 30 menit tidak dapat menurunkan laju respirasi pada buah tomat. Pantastico (1986) menyatakan laju respirasi yang tinggi biasanya disertai oleh umur simpan yang pendek. Kenaikan laju respirasi pada buah yang direndam dalam larutan CaCl2 0.45 M selama 30 menit kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi larutan yang tinggi, sehingga terjadi plamolisis pada sel-sel buah. Tabel 8. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Laju Respirasi Perendaman
Kontrol CaCl2 0.45 M 30’
0
3
3.4 4.1
2.9 3.4
Hari Setelah Perendaman 9 12 15 18 (mg CO2 / kg/ jam) 1.3 1.8 1.4 1.6 0.9 2.1 2.1 2.2 2.1 1.4
6
21 0.6 1.1
Laju Respirasi
mg CO2/kg/jam
5 Kontrol
4
CaCl2 0.45 M 30" 3 2 1 0 0
3
6
9
12
15
18
Hari Setelah Perendaman
Gambar 2. Laju Respirasi Tomat
21
24
24 0.7 0.7
KESIMPULAN
Perendaman buah dalam larutan CaCl2 dapat meningkatkan kandungan kalsium dalam buah tomat. Perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M selama 15 dan 30 menit dapat menghambat susut bobot pada 24 HSP, kelunakan buah pada 3, 9, 21 dan 24 HSP. Dengan demikian perlakuan perendaman buah dalam larutan CaCl2 0.15 M memberikan pengaruh yang lebih baik dalam mempertahankan kualitas buah tomat.
DAFTAR PUSTAKA Ameriana, M. 1997. Produksi dan Konsumsi Tomat. Dalam Duriat A. S., W. W. Hadisoeganda ,A. H. Permadi, R. M. Sinaga, Y. Hilman, dan R. S. Basuki (eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Artes, F., M. A. Conesa, S. Hernandez, and M. I. Gil. 1999. Keeping quality of fresh-cut tomato. Postharvest Biology and Technology. 17 : 153-162. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 485 hal. Association of Official Analytical Chemists. 1999. Offical Methods of Analysis of AOAC International, 16th ed. AOAC International, Maryland, USA. Conway, W. S., C. E. Sams, C. Y. Wang and J. A. Abbott. 1994. Additive effects of postharvest calcium and heat treatment on reducing decay and maintaining quality in apples. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 119(1):49-53. Crockett, J. U. 1972. Vegetables and Fruits. Time Life Books. New York. Dris, R., R. Niskanen, and N. El-Assi. 2000. Effect of CaCl2 sprays, heat, and combined CaCl2 -heat treatments on the quality of apples (Malus domestica Borkh.). Jour. Appl. Hort. 2 : 79-83. www.Horticultureworld.net/2279.htm. Epstein, E. 1972. Mineral Nutrition of Plant: Principles and Toronto. John Willey and Sons, Inc.
Perspectives.
Ferguson, I, B. 1984. Calcium in plant senescence and fruit ripening. Plant Cell Environ. 7:477-489. Hamaisa, A. 2005. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Garam terhadap Kualitas Tomat (Lycopersicon esculentum) di Dataran Tinggi. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Harjadi, S. S. Dan H. Sunarjono. 1989. Budidaya Tomat, hal. 244-269. Dalam Harjadi, S. S. (ed.). Dasar-dasar Hortikultura. Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya, IPB. Jaya, B. 1997. Botani Tanaman Tomat, Dalam Duriat A. S., W. W. Hadisoeganda ,A. H. Permadi, R. M. Sinaga, Y. Hilman, dan R. S. Basuki (eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Kader, A. A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. University of California Division of Agriculture and Natural Resources.
Luna-Guzman, I., M. Cantwell, and D. M. Barrett. 1999. Fresh cut cantaloupe: effects of CaCl2 dips and heat treatment on firmness and metabolic activity. Postharvest Biology and Technology. 17 : 201-213. Luna-Guzman, I. and D. M. Barrett. 2000. Comparison of calcium chloride and calcium lactate effectiveness in maintaining shelf stability and quality of fresh cut cantaloupes. Postharvest Biology and Technology. 19 : 61-72. Lurie, S., and J. D. Klein. 1992. Calcium and heat treatment to improve storability of ‘Anna’ apples. HortScience. 27 : 36-39. Maletta, M., W. H. Tietjen, W. P. Cowgill, Jr., and S. A. Johnson. 1995. Tomato Culture--How Does It Affect Yield and Disease?. www. Ext.vt.edu/news/periodicals/commhort/1995-10/commhort-43.html. Marpaung, L. 1997. Pemanenan dan Penanganan Buah Tomat. Dalam Duriat A. S., W. W. Hadisoeganda ,A. H. Permadi, R. M. Sinaga, Y. Hilman, dan R. S. Basuki (eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Mason, J. L., J. J. Jasmin, and R. L. Granger. 1975. Softening of ‘McIntosh’ apples reduced by a postharvest dip in calcium chloride solution plus thickener. HortScience. 10:524-525. Mattoo, A.K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, dan C. T. Phan. 1986. Perubahan-perubahan Kimiawi Selama Pematangan dan Penuaan. Dalam Er. B. Pantastico (ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Normasari, F., dan B. S. Purwoko. 2002. Pengaruh pemberian CaCl2 prapanen terhadap perubahan kualitas tomat segar selama penyimpanan. Bul. Agron. 30 : 53-57. Pantastico, Er. B. 1986. Susunan Buah-buahan dan Sayur-sayuran. Dalam Er. B. Pantastico (ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan Kamariyani. Gadjah Mada University Press. PROSEA. 1994. Plant Resources of South-East Asia 8. Vegetables. J. S. Siemonsma and Kasem Piluek (eds.). Bogor. Purwoko, B. S., dan D. Juniarti. 1998. Pengaruh beberapa perlakuan pascapanen dan suhu penyimpanan terhadap kualitas dan daya simpan buah pisang Cavendish (Musa (Grup AAA, subgrup Cavendishi)). Bul. Agon. 26 : 1928.
Rahayu, T. 2003. Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 dan Ca(NO3 )2 terhadap Daya Simpan Buah Tomat. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Sams, C. E. 1999. Preharvest factors affecting postharvest texture. Postharvest Biology and Technology. 15:249-254. Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project. Shear, C. B. and M. Faust. 1975. Preharvest Nutrition and Postharvest Physiology of Apples. In N. F. Haard and D. K. Salunkhe (eds.). Symposium: Postharvest Biology and Handling of Fruits and Vegetables. The AVI Publishing Company, Inc. Connecticut. Thompson, H. C. and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. Mcgraw-Hill Book Company, Inc. New York. Tigchelaar, E. C. 1986. Tomato Breeding. In M. J. Bassett (ed.). Breeding Vegetable Crops. AVI Publ. West Port. Connecticut. Villareal, R. L. 1980. Tomatoes in the Tropics. Westview Press. Colorado. USA.
Lampiran
Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Kandungan Ca pada Buah Tomat Faktor
Sumber
Konsentrasi
Waktu
Db
JK
KT
F-hit
F-Tabel
Aplikasi 3
4.486
1.495
12.615
3.197
0.000
Galat
17
2.015
0.119
Total
20
6.502 21.226
3.555
0.000
Aplikasi 2
4.566
2.283 0.108
perendaman Galat
18
1.936
Total
20
6.502
probabilitas
Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Susut Bobot Buah HSP Sumber 3
6
9
12
15
18
21
24
Db
JK
KT
F-hit
Pr>F
Aplikasi 8
1.9857
0.2482
3.77
0.0194
19.56
Galat
12
0.7899
0.0658
Total
20
2.7755 17.29
0.0001
8.11
9.23
0.0004
10.22
3.36
0.0292
11.53
2.72
0.0577
11.93
2.94
0.0452
10.65
3.13
0.0369
10.35
3.41
0.0276
10.25
Aplikasi 8
7.1394
0.8924
Galat
12
0.6193
0.0516
Total
20
7.7587
Aplikasi 8
14.1842
1.7730
Galat
12
2.3062
0.1922
Total
20
16.4904
Aplikasi 8
11.1482
1.3935
Galat
12
4.9828
0.4152
Total
20
16.1311
Aplikasi 8
14.8987
1.8623
Galat
12
8.2203
0.6850
Total
20
23.1191
Aplikasi 8
17.7500
2.2187
Galat
12
9.0505
0.7542
Total
20
26.8005
Aplikasi 8
23.2618
2.9077
Galat
12
11.1471
0.9289
Total
20
34.4089
Aplikasi 8
31.6918
3.9614
Galat
12
13.9336
1.1611
Total
20
45.6250
KK
Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Kelunakan Buah HSP Sumber 0
3
6
9
12
15
18
21
24
Db
JK
KT
F-hit
Pr>F
Aplikasi 8
1.5016
0.1877
5.71
0.0038
8.23
Galat
12
0.3945
0.0329
Total
20
1.8961 4.92
0.0070
5.67
0.82
0.6003
7.28
6.10
0.0029
4.03
5.45
0.0046
5.33
1.24
0.3558
6.09
0.97
0.5019
6.89
3.01
0.0418
5.32
3.51
0.0250
4.68
Aplikasi 8
2.2543
0.2818
Galat
12
0.6879
0.0573
Total
20
2.9422
Aplikasi 8
0.7843
0.0980
Galat
12
1.4348
0.1196
Total
20
2.2191
Aplikasi 8
1.9489
0.2436
Galat
12
0.4792
0.0399
Total
20
2.4281
Aplikasi 8
3.2951
0.4119
Galat
12
0.9064
0.0755
Total
20
4.2015
Aplikasi 8
0.9757
0.1220
Galat
12
1.1809
0.0984
Total
20
2.1566
Aplikasi 8
0.9616
0.1202
Galat
12
1.4893
0.1241
Total
20
2.4509
Aplikasi 8
1.7246
0.2156
Galat
12
0.8585
0.0715
Total
20
2.5831
Aplikasi 8
1.6376
0.2047
Galat
12
0.6993
0.0583
Total
20
2.3369
KK
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Warna Kulit Buah HSP Sumber 3
6
9
12
15
18
21
24
Db
JK
KT
F-hit
Pr>F
Aplikasi 8
0.1328
0.0166
1.20
0.3748
3.86
Galat
12
0.1662
0.0138
Total
20
0.2990 1.22
0.3654
8.68
0.68
0.7032
7.47
1.16
0.3922
7.50
1.24
0.3539
6.74
1.53
0.2441
7.18
1.58
0.2281
5.99
2.38
0.0856
7.32
Aplikasi 8
1.0207
0.1276
Galat
12
1.2562
0.1047
Total
20
2.2769
Aplikasi 8
0.4782
0.0598
Galat
12
1.0573
0.0881
Total
20
1.5355
Aplikasi 8
0.8326
0.1041
Galat
12
1.0732
0.0894
Total
20
1.9058
Aplikasi 8
0.7693
0.0962
Galat
12
0.9280
0.0773
Total
20
1.6973
Aplikasi 8
1.1139
0.1392
Galat
12
1.0917
0.0910
Total
20
2.2056
Aplikasi 8
0.8520
0.1065
Galat
12
0.8073
0.0673
Total
20
1.6593
Aplikasi 8
2.2637
0.2830
Galat
12
1.4291
0.1191
Total
20
3.6927
KK
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Padatan Terlarut Total HSP Sumber 0
3
6
9
12
15
18
21
24
Db
JK
KT
F-hit
Pr>F
Aplikasi 8
0.0086
0.0011
0.22
0.9789
1.73
Galat
12
0.0571
0.0048
Total
20
0.0657 1.79
0.1760
5.38
1.96
0.1409
4.21
1.13
0.4105
4.33
1.11
0.4211
3.17
0.37
0.9191
5.60
2.12
0.1161
3.12
2.62
0.0644
3.14
1.80
0.1737
2.85
Aplikasi 8
0.5886
0.0736
Galat
12
0.4943
0.0412
Total
20
1.0829
Aplikasi 8
0.4476
0.0560
Galat
12
0.3419
0.0285
Total
20
0.7895
Aplikasi 8
0.2686
0.0336
Galat
12
0.3571
0.0298
Total
20
0.6257
Aplikasi 8
0.1400
0.0175
Galat
12
0.1895
0.0158
Total
20
0.3295
Aplikasi 8
0.1438
0.0180
Galat
12
0.5886
0.0490
Total
20
0.7324
Aplikasi 8
0.2733
0.0342
Galat
12
0.1933
0.0161
Total
20
0.4667
Aplikasi 8
0.3295
0.0412
Galat
12
0.1886
0.0157
Total
20
0.5181
Aplikasi 8
0.1905
0.0238
Galat
12
0.1590
0.0133
Total
20
0.3495
KK
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Perendaman dalam Larutan CaCl2 terhadap Total Asam Tertitrasi HSP Sumber 0
3
6
9
12
15
18
21
24
Db
JK
KT
F-hit
Pr>F
Aplikasi 8
4875.5133
609.4392
1.84
0.1649
3.99
Galat
12
3979.0750
331.5896
Total
20
8854.5883
Aplikasi 8
10784.5514 1348.0689 0.48
0.8497
11.98
Galat
12
33857.9669 2821.4972
Total
20
44642.5183 0.51
0.8255
10.37
Aplikasi 8
21593.3933 2699.1742 1.62
0.2166
11.08
Galat
12
19951.8557 1662.6546
Total
20
41545.2490 0.0067
10.99
0.0486
10.66
0.4655
13.40
0.6284
14.71
0.5955
8.87
Aplikasi 8
6430.0837
803.7605
Galat
12
18821.2242 1568.4354
Total
20
25251.3080
Aplikasi 8
60024.5534 7503.0692 4.97
Galat
12
18111.0222 1509.2519
Total
20
78135.5756
Aplikasi 8
28787.2692 3598.4087 2.88
Galat
12
15017.9457 1251.4955
Total
20
43805.2149
Aplikasi 8
17152.9918 2144.1240 1.03
Galat
12
25007.2912 2083.9409
Total
20
42160.2831
Aplikasi 8
15974.7308 1996.8414 0.78
Galat
12
30707.0932 2558.9244
Total
20
46681.8240
Aplikasi 8
6023.2192
752.9024
Galat
12
10927.1629 910.5969
Total
20
16950.3821
0.83
KK