Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan Oleh : Rupita Nilansari1 dan Kasmudjo2 INTISARI Bambu yang telah dikenal dan telah dimanfaatkan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu, berpotensi sebagai bahan alternatif pengganti kayu. Bambu memiliki pertumbuhan yang cepat dan sudah dapat dipanen pada umur 2 tahun untuk bahan mebel dan kerajinan. Jenis bambu legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) adalah salah satu jenis yang dikenal masyarakat, bernilai komersil dan mempunyai banyak kelebihan. Kualitas mebel dan kerajinan bambu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya umur dan bagian batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas optimal pengerjaan bambu legi umur 3 dan 4 tahun pada setiap bagian batang sebagai bahan mebel dan kerajinan. Penelitian ini dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu faktor umur dan bagian batang. Faktor umur terdiri dari dua aras yaitu umur 3 tahun dan 4 tahun. Faktor bagian batang menggunakan tiga aras yaitu pangkal, tengah dan ujung. Parameter pengujian meliputi sifat pengerjaan dan informasi pendukung meliputi: sifat fisika, sifat mekanika dan sifat perekatan. Data yang dihasilkan kemudian diuji analisis varians (ANOVA) dengan taraf uji 1% dan 5% serta uji lanjut Honestly Significant Difference Tukey. Hasil penelitian menunjukkan sifat pengerjaan optimal bambu legi memiliki rerata cacat penggergajian 1,93% (sangat baik); pengeboran 26,68% (baik); pengetaman 4,69% (sangat baik); pembubutan 7,95% (sangat baik) dan pengampelasan 2,14% (sangat baik). Secara keseluruhan bambu legi termasuk kelas pengerjaan I – II. Informasi pendukung menunjukkan hasil rerata kadar air (kering udara) 12,73%; berat jenis 0,75; penyusutan lebar 0,59%; penyusutan volumetrik 16,75%; kekerasan 101,16 kg/cm²; tekan sejajar serat 466,48 kg/cm²; tekan tegak lurus serat 136,40 kg/cm²; kekuatan rekat 39,10 kg/cm² dan cacat perekatan 67,69%. Interaksi faktor umur dan bagian batang berbeda nyata pada berat jenis, penyusutan volumetrik, kekuatan rekat dan cacat perekatan. Faktor umur berbeda nyata pembubutan, kadar air (kering udara), berat jenis, tekan sejajar serat dan cacat perekatan dan bagian batang berbeda sangat nyata pada penyusutan volumetrik. Kualitas sifat pengerjaan, fisika, mekanika dan perekatan optimal bambu legi mayoritas dicapai pada umur 3 tahun. Pada umur 3 tahun peluang penggunaannya lebih banyak/luas daripada umur 4 tahun untuk semua bagian batang. Kata kunci : Mebel dan kerajian, bambu legi, umur, bagian batang 1
Mahasiswa Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Dosen Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
2
xx
THE EFFECT OF AGE AND STEM PART’S DIFFERENCE OF BAMBOO LEGI (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) AS FURNITURE AND HANDYCRAFT MATERIAL By Rupita Nilansari1 and Kasmudjo2 ABSTRACT
Bamboo has been widely used as a subtitution of wood. Bamboo is fast growing species and be able to be harvested in two years old for furniture and handicraft material. Bamboo legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) is one of the commercial species with many superiorities. The quality of furniture and handicraft are affected by several factors such as age and stem part. The aim of thus study was to investigate the quality of three and four years old of bamboo legi with different stem part as material for furniture and handicraft. This study was designed in accordance with Completely Randomized Design with the two factors, which were age and stem part. Age factor comprised of three and four years old of bamboo, while stem part factor consist of positions on bottom, middle and top. The examined parameters and supporting information were properties of physical, mechanical, and adhesive. The data was analyzed by analysis of variances (ANOVA) with 1% and 5% of significant level and continued by Honestly Significant Difference Tukey. The result showed that the optimum processing properties of bamboo legi had average sawing defect of 1,93% (very good), drilling of 26,68% (good); reaping of 4,69% (very good), turning of 7,95%(very good) and sanding of 2,14% (very good). Therefore, bamboo legi was classified into I-II of utilization class. Supporting information through moisture content (air-dried), specific gravity, width shrinkage, volumetric shrinkage, hardness, compressive strength parallel to grain, compressive strength perpendicular to grain, bending strength, and adhesive defect were respectively 12,73%; 0,75; 0,59%; 16,75%; 101,16 kg/cm²; 466,48 kg/cm²; 136,40 kg/cm²; 39,10 kg/cm² and 67,69%. Interaction was found between ages and stem parts in the resulting of the value of specific gravity, shrinkage of volumetric, bending strength, and adhesive defect. The ages of bamboo influenced significantly on the value of turning, air-dried moisture content, specific gravity, compressive strength parallel to grain and adhesive defect. The stem part influenced significantly on the value of volumetric shrinkage. The quality of processing, physical, mechanical, and adhesive properties were found to be optimal in the three years old of bamboo legi .
Keywords: Furniture and handicraft, bamboo legi, age, and stem part 1
Studebt at section of Forest Products Technology, Faculty of Forestry, Gadjah Mada University Lecturer at section of Forest Products Technology, Faculty of Forestry, Gadjah Mada University
2
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam hayati yang di dalamnya terdapat hasil hutan kayu maupun non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat di Indonesia mendorong semakin tingginya permintaan kebutuhan kayu untuk berbagai keperluan industri dan rumah tangga. Keadaan tersebut menyebabkan penebangan kayu hutan melebihi riapnya, serta harga kayu yang terus melambung tinggi. Oleh karena itu perlu adanya pengganti kayu sebagai bahan baku industri misalnya untuk bahan mebel dan kerajinan. Hasil hutan non kayu dari kelompok produk berkekuatan yang dapat menjadi salah satu alternatif pengganti kayu untuk bahan industri mebel dan kerajinan adalah bambu. Bambu berpotensi sebagai bahan baku masa depan yang berkelanjutan karena pertumbuhannya cepat yaitu umur 25 tahun sudah dapat dipanen (Supriyono, 2013). Masyarakat Indonesia telah mengenal bambu dari zaman dahulu dan telah memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. Bambu merupakan sumberdaya alam yang potensial, bahkan perannya dalam kehidupan masyarakat sudah tidak dapat dipisahkan lagi (Sulthoni, 1994). Bambu dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan. Bambu merupakan tanaman yang umum terdapat di hutan, kebun maupun perkarangan dan sangat bermanfaat serta sebagai andalan bagi
1
2
penduduk yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan. Bambu yang ada di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri rumah tangga seperti kerajinan, maupun sebagai bahan baku bangunan dan usaha lain (Widjaja dkk, 2004). Beberapa alasan yang mendasari bambu dipilih sebagai alternatif pengganti kayu untuk bahan baku industri, antara lain : mudah ditanam, pertumbuhannya cepat, mudah dikerjakan, mudah dibelah, harga relatif murah, buluhnya panjang, batangnya lurus, keras serta ulet. Kualitas suatu bambu dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu : jenis, umur, tempat tumbuh dan bagian batang bambu. Kualitas suatu jenis bambu pada dasarnya merupakan kesesuaian dengan sifat-sifat yang berhubungan dengan kemungkinan penggunaannya. Hal ini juga berarti bahwa kualitas suatu jenis akan berkaitan dengan sifat-sifat bambu (Prawirohatmojo, 1976). Jenis bambu yang paling sering digunakan oleh masyarakat antara lain adalah jenis apus, ori, legi, wulung, petung, ampel, wuluh, kuning, cendani, duri dan tutul. Jenis bambu legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) adalah salah satu jenis yang dikenal masyarakat, bernilai komersil dan mempunyai banyak kelebihan. Karakteristik tersebut cukup mendukung persyaratan bahan baku untuk produk mebel dan kerajinan bambu. Mebel dan kerajinan juga dituntut mempunyai cacat minimal atau tidak ada cacat (Anonim, 1989). Umur bambu diduga dapat mempengaruhi kualitas mebel dan kerajinan. Umur bambu yang digunakan untuk konstruksi lebih tua dari pada untuk mebel dan lebih bervariasi untuk kerajinan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari
3
Kasmudjo (2005) bahwa untuk bahan mebel dan kerajinan bisanya digunakan aneka jenis bambu di muka dengan umur tidak lebih dari 5 tahun. Selain itu bagian batang juga dapat mempengaruhi sifat-sifat kualitas bambu. Tidak semua bagian batang akan memberikan hasil produk dengan kualitas yang sama. Menurut Kasmudjo (2001) perbedaan sifat-sifat bambu dijumpai juga dalam jenis maupun letak asalnya di dalam batang/pohon misalnya pada letak posisi, sepanjang batang. Makin ke arah ujung sifat-sifat bambu menunjukkan penurunan kualitas. Dengan mengetahui kesesuaian bagian batang dengan pemanfaatannya diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan bahan bambu tersebut untuk mebel dan kerajinan. Perbedaan umur dan bagian batang bambu optimal diharapkan akan menghasilkan produk mebel dan kerajinan dengan kualitas baik. Atas dasar dukungan informasi tersebut ingin dilakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kualitas optimal sifat pengerjaan bambu legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) sebagai bahan mebel dan kerajinan
4
2. Mengetahui kualitas bambu legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) pada perbedaan umur (3 dan 4 tahun) sebagai bahan mebel dan kerajinan 3. Mengetahui kualitas pengaruh perbedaan bagian batang (ujung, tengah dan pangkal) bambu legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) sebagai bahan mebel dan kerajinan 4. Mengetahui informasi sifat-sifat bambu yang penting lainnya (fisika, mekanika dan perekatan) dari bambu legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) untuk mendukung peluangnya sebagai bahan mebel dan kerajinan yang berkualitas
C. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk : 1. Peluang penggunaan bambu legi pada perbedaan umur (3 dan 4 tahun) tertentu sebagai bahan mebel dan kerajinan. 2. Kualitas sifat pengerjaan bambu legi pada bagian batang terhadap sifat kualitas bambu sebagai bahan mebel dan kerajinan. 3. Dengan dukungan sifat fisika, mekanika dan perekatan bambu tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian optimal peluangnya sebagai bahan mebel dan kerajinan.