Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
PENGARUH PERAN ORANG TUA TENTANG PERAWATAN GIGI TERHADAP TERJADINYA KARIES DENTIS PADA ANAK PRA SEKOLAH Darsini Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Email :
[email protected]
ABSTRAK Perawatan gigi dan mulut pada masa anak cukup menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Kebanyakan orang tua tidak mendampingi dan mendidik anaknya untuk merawat gigi yang secara tidak langsung membiasakan anaknya malas untuk merawat gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peran orang tua tentang perawatan gigi terhadap terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Jumlah sampel sebanyak 55 responden di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Variabel penelitian yaitu independent peran orang tua tentang perawatan gigi dan dependent terjadinya karies dentis. Dalam Pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi, data diolah dan dianalisa secara tabulasi frekuensi dilanjutkan dengan uji korelasi Chi Square. Dari hasil data diperoleh bahwa dari orang tua yang tidak berperan dalam perawatan gigi sebagian besar anak pra sekolah terjadi karies dentis sebesar 93,55% sedangkan dari orang tua yang berperan dalam perawatan gigi sebagian besar anak pra sekolah tidak terjadi karies dentis sebesar 75,00%. Hasil uji Chi Square : 0,000 < (0,05). Kesimpulan yang diperoleh ada pengaruh peran orang tua tentang perawatan gigi terhadap terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah.
Kata kunci : peran, karies dentis, anak pra sekolah
Hal 83
Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan badan, ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang (Tantursyah, 2009). Perawatan gigi dan mulut pada masa anak cukup menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Sehingga menilai status kesehatan gizi dapat dilihat dari ada dan tidaknya penyakit gigi dan mulut diantaranya gigi berwarna, karies gigi, karang gigi dan sariawan (Wikipedia, 2010). Kebanyakan orang tua tidak mendampingi dan mendidik anaknya untuk merawat gigi yang secara tidak langsung membiasakan anaknya malas untuk merawat gigi. Setiap anak kecil memang senang pada makanan manis (Mangoenprasodjo AS, 2004). Tidak hanya rasa yang menarik bagi anak kecil, tetapi juga bentuk dan warnanya. Sebagian orang tua juga membiarkan anak mengonsumsi makanan manis, walau mereka tahu makanan manis sangat berbahaya bagi gigi. Tidak banyak orang tua yang menyuruh anaknya menggosok gigi atau setidaknya berkumur air putih setelah mengonsumsi makan manis. Walau sudah banyak informasi disebarkan, hingga kini masih banyak orang tua yang belum sadar akan kesehatan gigi anak balita. Masih banyak di antara mereka yang berpikir giginya belum permanen, nanti juga akan tanggal dan diganti gigi tetap (Mangoenprasodjo AS, 2004). Begitu juga yang terjadi di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto banyak siswa yang menderita karies gigi. Penyakit gigi dan mulut, khususnya penyakit karies dentis telah tersebar ke seluruh dunia, sehingga merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penelitian Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa 90%-100% anak-anak dibawah umur 18 tahun dihinggapi penyakit caries dentis (Santoso S, Ranti LA, 2004). Sedangkan indikator dan target yang telah ditentukan WHO, anak umur 5 tahun 90% bebas karies (Depkes RI, 2007). Sekitar 90 persen anak Indonesia usia 0 hingga 16 tahun menderita karies gigi (gigi berlubang) sehingga mudah mengalami "mal-oklusi" atau pertumbuhan gigi tidak normal (Suryanto, 2007). Untuk prevalensi karies aktif di Jawa Timur 71,3%. Di Tuban angka prevalensi karies gigi pada balita tahun 2014 yaitu pada triwulan pertama sebanyak 997 anak, triwulan kedua sebanyak 683 anak, triwulan ketiga sebanyak 557 anak dan pada triwulan
keempat sebanyak 473 anak (Profil Kesehatan Gigi dan Mulut Kabupaten Tuban, 2014). Dari data siswa TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto tahun 2014 sebanyak 63 siswa dan dari hasil survey awal tanggal 5 Juni 2014 didapatkan 41 (65,08%) siswa mengalami karies dan 22 (34,92%) siswa yang tidak mengalami karies. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti yang diajukan pada 5 ibu siswa, dari hasil pertanyaan tentang pernah tidaknya ibu menyuruh anaknya untuk menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur, 1 (20%) ibu menjawab kadang-kadang, 2 (40%) ibu menjawab jarang, 1 (20%) ibu menjawab sering dan 1 (20%) ibu menjawab selalu. Banyak orang tua yang kurang peduli terhadap kesehatan gigi si kecil. Kondisi gigi anak yang tidak bersih dibiarkan begitu saja. Dan akibatnya, ketika gigi anak menjadi rusak atau biasa disebut dengan gigis itupun masih dianggap sebagian hal yang biasa. Akhirnya tanpa disadari orang tua sudah menanamkan kebiasaan malas menggosok gigi pada anak (Aziz Mustofa 2009). Perkembangan karies gigi tergantung pada hubungan yang kritis antara permukaan gigi, diet karbohidrat dan bakteri mulut spesifik. Proses pembusukan dimulai dengan demineralisasi permukaan luar gigi, karena pembentukan asam organik selama fermentasi bakteri diet karbohidrat. Lesi yang baru mulai, mula-mula tampak seperti titik putih yang buram. Dengan hilangnya jaringan gigi secara progresif, maka terjadilah rongga (Nelson, 2000). Jika dibiarkan dapat mengakibatkan lubang gigi terus membesar, kesimpulannya karies gigi hanya terjadi jika semua faktor saling mempengaruhi, seperti bakteri, gula, waktu dan juga gigi (Martariwansyah, 2008). Jika tidak ditangani, karies gigi biasanya menghancurkan sebagian besar gigi dan menyebar ke jaringan sebelahnya, sehingga menyebabkan sakit dan infeksi (Nelson, 2000). Nyeri baru dapat dirasakan setelah karies mencapai lapisan dentin. Rasa nyeri pada saat makan-makanan asam menunjukkan bahwa pulpa masih sehat. Namun, beberapa saat selanjutnya akan terasa sakit sekali sehingga menimbulkan migrain. Bahkan kadang-kadang disertai dengan demam (Susanto A, 2007). Gangguan atau penyakit yang timbul akibat karies gigi antara lain gangguan pada mata, sakit kepala, Hal 84
Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
penyakit saluran pernafasan dan penyakit jantung (Susanto A, 2007). Untuk mengatasi masalah diatas, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melakukan berbagai upaya pendekatan pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dan berkesinambungan (Herijulianti E, Indriani ST, Artini S, 2001). Salah satu upaya promotif dengan memberikan penyuluhan kepada orang tua dan anak-anak melalui posyandu maupun Taman Kanak-kanak sangat potensial untuk melaksanakan pembinaan perawatan gigi. Agar kebersihan dan kesehatan gigi sikecil selalu terjaga, ajarilah untuk menggosok gigi sejak dini (Rudi Hermawan, 2010). Tindakan yang digunakan untuk mencegah dan mengontrol karies gigi mencakup mempraktikan perawatan gigi efektif, mengurangi masukan gula (karbohidrat halus), memberikan fluorida pada gigi atau minum air mengandung flourida, dan menggunakan pelapis pit dan fisura (Smeltzer SC, 2002). Keberhasilan perawatan gigi anak tidak lepas dari kerja sama antara beberapa pihak, dalam hal ini diperlukan peran serta orang tua. Adapun peranan orang tua terhadap keberhasilan perawatan gigi anak yaitu : orang tua sebagai teladan yang akan dijadikan oleh seorang anak sebagai panutan yang akan memberikan contoh yang baik terhadap perawatan gigi anak, orang tua
berperan sebagai kontroler untuk tetap mengawasi anaknya untuk tetap memperhatikan kebersihan giginya, orang tua sebagai figur yang dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada anak tentang apa yang baik untuk perawatan gigi anak dan orang tua sebagai motivator yang akan selalu memberikan bimbingan kepada seorang anak untuk tetap memperhatikan kebersihan giginya (Sunanti DA, 2012). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin meneliti pengaruh peran orang tua tentang perawatan gigi terhadap terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah di TK Manbaul Ulum Japanan Kemlagi Mojokerto METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Seluruh ibu balita di Desa Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto sebanyak 194 orang. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 55 responden. Dalam penelitian ini pengambilan sampel yaitu dengan teknik probability sampling dengan cara simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi. Pengolahan data melalui editing, skoring, coding dan tabulating selanjutnya dilakukan analisa statistik uji Chi-square.
Hal 85
Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik umur responden Gambar 1 Diagram pie distribusi umur responden di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto.
41,82%
< 20 tahun 21-25 tahun 26-30 tahun 10,91%
47,27%
0,00%
> 30 tahun
Umur
Pada gambar 1 di atas menunjukkan bahwa dari 55 responden kurang dari sebagian berumur >30 tahun sebanyak 26 orang (47,27%). 2. Karakteristik pendidikan responden Gambar 2 Diagram pie distribusi pendidikan responden di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto Tidak sekolah 49,09%
SD SMP SMA 29,09% 10,91%
0,00%
10,91%
Pendidikan
Perguruan Tinggi
Pada gambar 2 menunjukkan bahwa dari 55 responden kurang dari sebagian berpendidikan SMA sebanyak 27 orang (49,09%%). 3. Karakteristik jumlah anak responden Gambar 3 Diagram pie distribusi penghasilan responden di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto 27,27%
1 anak 2 anak 3 anak 50,91%
18,18%
4 anak
3,64%
Jumlah anak
Pada gambar 3 menunjukkan bahwa dari 55 responden kurang dari sebagian mempunyai 1 anak sebanyak 28 orang (50,91%).
Hal 86
Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
4. Karakteristik pekerjaan responden Gambar 4 Diagram pie distribusi pekerjaan responden di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto 27,27% 3,64%
Tidak bekerja Tani Buruh Wiraswasta
36,36%
25,45% 7,27%
PNS/ABRI/POLRI
Pekerjaan
Pada gambar 4 di atas menunjukkan bahwa dari 55 responden kurang dari sebagian tidak bekerja sebanyak 20 orang (36,36%). 5. Karakteristik tempat tinggal responden Gambar 5 Diagram pie distribusi tempat tinggal responden di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto
100,0%
Ya
Tidak
0,0%
Tinggal 1 rumah
Pada gambar.5 di atas menunjukkan bahwa dari 55 responden semuanya tinggal 1 rumah dengan anaknya. 6. Peran orang tua tentang perawatan gigi pada anak pra sekolah Tabel 1 Distribusi peran orang tua tentang perawatan gigi pada anak pra sekolah di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto No Peran orang tua Frekuensi Persentase 1 Tidak berperan 31 56,4% 2 Berperan 24 43,6% Jumlah 28 100% Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 55 responden sebagian besar tidak berperan sebanyak 31 orang (56,4%). 7. Kejadian karies dentis Tabel 2 Distribusi kejadian karies dentis di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto No Kejadian karies dentis Frekuensi Persentase 1 Ada karies dentis 35 63,6% 2 Tidak ada karies dentis 20 36,4% Jumlah 55 100% Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas ada karies dentis sebanyak 35 orang (63,6%).
Hal 87
Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
8. Tabulasi silang peran orang tua tentang perawatan gigi terhadap terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto Tabel 3 Distribusi silang pengaruh peran orang tua tentang perawatan gigi terhadap terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah Kejadian Karies Jumlah total Tidak karies No Peran Karies dentis n % n % n % 1 Tidak berperan 29 93,55 2 6,45 31 100,00 2 Berperan 6 25,00 18 75,00 24 100,00 Total 35 63,64 20 36,36 55 100,00 Uji Chi Square : 0,000 Dari tabel 3 dapat dijelaskan mengenai hubungan peran orang tua tentang perawatan gigi dengan terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah, didapatkan bahwa dari orang tua yang tidak berperan dalam perawatan gigi sebagian besar anak pra sekolah terjadi karies dentis sebesar 93,55% sedangkan dari orang tua yang berperan dalam perawatan gigi sebagian besar anak pra sekolah tidak terjadi karies dentis sebesar 75,00%. Dibuktikan dengan uji Chi Square dengan : 0,000 < (0,05), jadi H1 diterima yang berarti ada pengaruh peran orang tua tentang perawatan gigi terhadap terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto PEMBAHASAN 1. Peran orang tua tentang perawatan gigi pada anak pra sekolah Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 55 responden sebagian besar tidak berperan sebanyak 31 orang (56,4%). Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri, suami atau anak (Muhlisin A, 2012). Menurut Nursalam (2008), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja pada umumnya adalah kegiatan yang menyita waktu. Bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi peran seseorang diantaranya adalah pekerjaan. Hasil penelitian di atas sesuai teori bahwa di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto sebagian besar orang tua anak yang bekerja tidak berperan, dimana orang tua anak yang bekerja tidak memiliki waktu untuk mendidik dan mengawasi anaknya dalam merawat gigi. Mata pencaharian orang tua sebagai besar bekerja di sawah. Ibu biasanya berangkat kerja pagi hari dan pulang kerja menjelang sore, sehingga untuk mendapatkan informasi kesehatan
tentang perawatan gigi sangat kurang. Hal ini juga didukung dengan waktu untuk bertemu ibu dengan keluarga terutama anaknya sangat sedikit. Keterbatasan waktu untuk bertemu dengan anak membuat komunikasi dan perhatian orang tua terhadap kesehatan anak terabaikan padahal anak-anak pada usia ini masih sangat memerlukan bantuan orang dewasa terutama ibu atau orang tuanya. 2. Kejadian karies dentis Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 55 responden mayoritas ada karies dentis sebanyak 35 orang (36,6%). Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi akibat aktivitas bakteri sehingga terjadilah (melunaknya) jaringan keras gigi yang diikuti terbentuknya kavitas (rongga) (Martariwansyah, 2008). Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri (agent) (Niken Widyanti S, 2009). Hasil penelitian di atas sesuai teori bahwa di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto sebagian besar anak pra sekolah mengalami karies dentik. Hal ini dapat disebabkan karena dimana anak-anak sering mengkonsumsi makanan yang manis dan mudah melekat yang dapat merusak gigi. Padahal makanan yang manis dan lengket, bila terselip dipermukaan gigi akan diubah menjadi asam, yang apabila tidak segera Hal 88
Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
membersihkan rongga mulut dengan menggosok gigi secara teratur dan benar akan menimbulkan karies gigi. Serta anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya perilaku kontrol orang tua mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa. Anak usia pra sekolah masih kurang mengetahui dan mengerti memelihara kebersihan gigi dan mulut. 3. Pengaruh peran orang tua tentang perawatan gigi pada anak dengan terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah Dari tabel 3 dapat dijelaskan mengenai hubungan peran orang tua tentang perawatan gigi dengan terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah, didapatkan bahwa dari orang tua yang tidak berperan dalam perawatan gigi sebagian besar anak pra sekolah terjadi karies dentis sebesar 93,55% sedangkan dari orang tua yang berperan dalam perawatan gigi sebagian besar anak pra sekolah tidak terjadi karies dentis sebesar 75,00%. Dibuktikan dengan uji Chi Square dengan : 0,000 < (0,05), jadi H1 diterima yang berarti ada pengaruh peran orang tua tentang perawatan gigi terhadap terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies yaitu 1) Gigi, anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies celah atau alur yang dalam. Pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan. 2) Bakteri kariogenik (penyebab karies), Mulut merupakan tempat berkembangnya banyak bakteri namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Contoh bakteri dapat diambil pada plak. 3) Karbohidrat yang difermentasikan, Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat mempengaruhi perkembangan karies. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam dan 4) Waktu, Telah diuraikan dalam bab sebelumnya bahwa sisa-sisa makanan dalam rongga
mulut terutama makanan lengket dan manis dapat menyebabkan timbulnya plak gigi yang menumpuk kemudian akan menyebabkan karies gigi (Susanto A, 2007). Kebanyakan orang tua tidak mendampingi dan mendidik anaknya untuk merawat gigi yang secara tidak langsung membiasakan anaknya malas untuk merawat gigi. Setiap anak kecil memang senang pada makanan manis. Tidak hanya rasa yang menarik bagi anak kecil, tetapi juga bentuk dan warnanya. Sebagian orang tua juga membiarkan anak mengonsumsi makanan manis, walau mereka tahu makanan manis sangat berbahaya bagi gigi. Tidak banyak orang tua yang menyuruh anaknya menggosok gigi atau setidaknya berkumur air putih setelah mengonsumsi makan manis. Walau sudah banyak informasi disebarkan, hingga kini masih banyak orang tua yang belum sadar akan kesehatan gigi anak balita. Masih banyak di antara mereka yang berpikir giginya belum permanen, nanti juga akan tanggal dan diganti gigi tetap (Mangoenprasodjo AS, 2004). Pada anak di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto sebagian besar terjadi karies dentis hal ini disebabkan karena peran orang tua yang kurang. Untuk mencegah terjadinya karies dentis pada anak maka dibutuhkan peran orang tua dan keaktifan petugas dalam memberikan penyuluhan tentang gigi melalui program UKG. Peran orang tua untuk menjaga kebersihan gigi pada anak dengan cara menganjurkan anak mereka untuk menggosok gigi 3 kali sehari, mengurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dan memeriksakan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali. Program pemerintah melalui Usaha Kesehatan Gigi (UKG) dengan penyuluhan kesehatan gigi bagi orang dewasa terutama bagi mereka yang mempunyai anak usia pra sekolah adalah penting, selain itu kebersihan mulut anak melalui usaha menjaga kebersihan gigi secara teratur dan benar dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung gula guna menurunkan jumlah karies demtis anak usia pra sekolah. Serta dari hasil pemantauan Hal 89
Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
responden selama pengumpulan data diperoleh keterangan bahwa ibu kurang memperhatikan jenis makanan yang dimakan anaknya. Hasil jawaban ibu diketahui bahwa beberapa perilaku ibu yang mendukung menyebabkan timbulnya karies gigi pada anak adalah ibu hanya menyediakan uang jajan anak tanpa mengontrol jenis jajanan anak. Ibu mengemukakan bahwa anak sering mengkonsumsi makanan yang manis seperti permen, coklat, dan lain-lain. Konsumsi makanan manis dalam jangka waktu yang lama beresiko terjadinya karies gigi. KESIMPULAN 1. Sebagian besar orang tua di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto tidak berperan dalam perawatan gigi pada anak. 2. Mayoritas anak di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto mengalami karies gigi. 3. Ada pengaruh peran orang tua tentang perawatan gigi terhadap terjadinya karies dentis pada anak pra sekolah di TK Manbaul Ulum Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto SARAN 1. Bagi responden Lebih melakukan pengawasan dan mengajarkan anaknya dalam merawat gigi sehingga dapat mencegah terjadinya karies dentis. 2. Bagi instansi kesehatan Dapat memberikan pelayanan kesehatan tidak hanya memiliki kemampuan dan ketrampilan pelayanan kesehatan saja tapi juga kemampuan berkomunikasi sehingga bisa melakukan pendekatan pada masyarakat secara menyeluruh. 3. Bagi peneliti Peneliti mampu memahami karakteristik peran responden sehingga diharapkan nantinya bisa memberikan masukan tentang kesehatan serta penyuluhan yang tepat pada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Arif. 2011. Peran Orang Tua Terhadap Anak. http://berkarya.um.ac.id/2011/ 04/25/peran-orang-tua-terhadap-anak. (Diakses tanggal 13 Juni 2014)
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikel Bedah edisi 8. Jakarta: EGC. Depkes RI. 2007. Laporan Riset Kesehatan Dasar Jawa Timur. Jakarta: Depkes RI. Gunarsa S. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: EGC. Herijulianti, E, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. Hidayat, AAA. 2007. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. IDAI. 2002. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto. Mangoenprasodjo, AS. 2004. Gigi Sehat Mulut Terjaga. Yogyakarta: Thinkfresh. Martariwansyah. 2008. Gigiku Kuat Mulutku Sehat. Bandung: Karya Kita. Muhlisin, A. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing Mustofa, A. 2009. Panduan Ummahat Merawat Dan Mendidik Sang Balita. Yogyakarta: Gara Ilmu Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 90
Jurnal Keperawatan & Kebidanan Stikes Dian Husada Mojokerto
Ronald. 2006. Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup, Mendidik Dan Mengembangkan Moral Anak. Bandung: Yrama Widya. Rudi H, 2010. Menyehatkan Daerah Mulut. Yogyakarta. Santoso, S dan Ranti, LA. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. .
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Surendro, D. 2002. Kumpulan Artikel Kesehatan Anak. Jakarta: Initisari Mediatama. Susanto, A. 2007. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka
Hal 91