PENGARUH PENYULUHAN AGAMA TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN MELALUI PENDIRIAN BANK SAMPAH DI DESA RAGAJAYA BOGOR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan memeroleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
MUHTAR MOCHAMAD SOLIHIN NIM. 1 1 1 0 0 5 2 0 0 0 0 4 1
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M
ABSTRAK MUHTAR MOCHAMAD SOLIHIN, NIM. 1110052000041, Pengaruh Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan Melalui Pendirian Bank Sampah Di Desa Ragajaya Bogor, Dibawah Bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si Berdasarkan data BPS angka kemiskinan tertinggi di Jawa Barat berada di wilayah Bogor. Secara tidak langsung angka kemiskinan tersebut berdampak pada kurangnya kesadaran lingkungan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kesadaran lingkungan telah dilakukan dengan penyuluhan agama melalui pendirian bank sampah yang digagas oleh Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: (1) tingkat kesadaran kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam mengelola kebersihan lingkungan sekitar, (2) pengaruh metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan, dan (3) pengaruh dari masing-masing dimensi variabel metode dan variabel media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. Metode penyuluhan adalah suatu ―cara yang terpilih‖ untuk mencapai tujuan penyuluhan. Sedangkan media penyuluhan adalah alat atau sarana untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau minat. Kesadaran lingkungan adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap lingkungan hidup dan terlihat pada perilaku masing-masing individu. Dimensi kesadaran lingkungan dibagi menjadi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan psikomotorik/konatif (perilaku/tindakan). Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif analisis dengan alasan peneliti ingin mengukur dan menganalisis fenomena yang teramati. Sampel sebanyak 35 orang dengan teknik pengambilan acak sederhana. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda, uji koefisien korelasi dan determinasi, uji F-test dan uji t-test. Hasil penelitian ini menemukan: (1) terdapat peningkatan kesadaran di majelis taklim Nurul Falah hanya saja aspek konatif masih lebih kecil dari aspek afektif, (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel metode dan media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan MT Nurul Falah. Variabel metode penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel media penyuluhan hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan, dan (3) masingmasing dimensi, terlihat bahwa dimensi diskusi kelompok/ Focus Group Discussion berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan dimensi ceramah, demonstrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering, hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan. Kata Kunci: Lingkungan
Metode,
Media
Penyuluhan
i
Agama,
dan
Kesadaran
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas semua limpahan rahmat, nikmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan melalui Pendirian Bank Sampah Di Desa Ragajaya Bogor. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya sampai kepada kita selaku umatnya yang senantiasa taat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya hingga akhir zaman. Ucapan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada orangtua tercinta Ibu Sumiyati dan Bapak Taad yang selalu mendukung, menasihati, memberi kasih sayang dan mendoakan siang dan malam untuk kesuksesan dan kebahagiaan penulis. Selanjutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, antara lain kepada: 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I) dan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag R.I) sebagai pencetus dan
ii
pemberi bantuan beasiswa BIDIKMISI angkatan pertama tahun 2010 selama 4 tahun. 2. Bapak Beben dan Bapak Robi sebagai pengelola beasiswa BIDIMISI Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I). 3. Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA sebagai Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan sekaligus penanggungjawab dan pengelola BIDIKMISI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 4. Dr. Arief Subhan, MA sebagai dekan, Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wakil Dekan bidang Akademik, Drs. Jumroni, M. Si sebagai Wakil Dekan bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Sunandar Ibnu Nur, MA sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu memberikan arahan/masukan, nasihat, bimbingan dan do‘a kepada penulis. 6. Drs. Sugiharto, MA sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu secara administratif. 7. Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi.
iii
8. Seluruh dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan secara khusus dosen jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru kepada penulis. 9. Tim Pemberdayaan Masyarakat untuk pengelolaan bank sampah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melibatkan penulis untuk ikut andil dalam pemberdayaan masyarakat. 10. Dra. Mahmudah Tasyrifatun sebagai Kasubbag Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini menjabat Kabag Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan Ameliya Hidayat, S.Pd.I sebagai pengelola BIDIKMISI yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menempuh pendidikan Strata Satu. 11. Kepada kakak penulis tercinta juga Ceu Cicih, Kang Didi, A. Aris Effendy (A. Asep), Teh Nolis Cartini, A. Rudi Hartanto (A. Use), Teh Tuty Wahyuni, A. Tatang Soetarno dan keponakan tersayang Elvis, Sri Oktaviani, Dernt, Dimas, Surya, Deri Dermawan serta keluarga besar lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 12. Ade Rina Farida, M.Si sebagai pembina bank sampah Desa Ragajaya Bogor yang telah membantu kelancaraan proses penelitian skripsi di lapangan. 13. Ibu-Ibu majelis taklim Uswatun Hasanah dan Nurul Falah yang sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini. 14. Seluruh teman, sahabat dan adik-adik mahasiswa beasiswa BIDIKMISI angkatan 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014.
iv
15. Seluruh teman dan keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan dan keberkahan kepada orang-orang di atas yang telah berjasa dengan tulus kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, semoga ilmu yang diperoleh di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tercinta selama ini bermanfaat dan dapat diterapkan di lingkungan masyarakat yang dijadikan sebagai amal sholeh di sisi Allah SWT. Aamiin.... Terakhir, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca dan pengguna. Kritik dan saran yang membangun pada penulis untuk perbaikan karya tulis ini sehingga bisa lebih sempurna.
Jakarta, 14 09
Dzulkaidah 1435H September 2014M
Muhtar Mochamad Solihin
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................. 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 11 D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 12 E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 18 BAB II. TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Penyuluhan Agama Islam ................................................ 19 1. Pengertian Penyuluhan Agama Islam ................................................... 19 2. Metode Penyuluhan Agama Islam ........................................................ 23 3. Media Penyuluhan Agama Islam .......................................................... 27 B. Teori Kesadaran Lingkungan .................................................................... 29 1. Pengertian Kesadaran ........................................................................... 29 2. Dimensi-Dimensi Kesadaran ................................................................ 31 3. Kesadaran Lingkungan ......................................................................... 34 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesadaran Lingkungan.................. 37 C. Penjelasan Bank Sampah .......................................................................... 40 1. Pengertian Bank Sampah ...................................................................... 40 2. Jenis-Jenis Sampah ............................................................................... 41 3. Sumber-Sumber Sampah ...................................................................... 43 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sampah .......................................... 44 D. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 45
vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 48 1. Subyek dan Obyek Penelitian ............................................................... 48 2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 48 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................ 49 C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 50 D. Variabel Penelitian .................................................................................... 51 E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian .......................................... 51 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 53 1. Observasi atau Pengamatan .................................................................. 53 2. Kuesioner .............................................................................................. 54 3. Dokumentasi ......................................................................................... 54 G. Teknis Analisis Data ................................................................................. 54 1. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................. 55 2. Uji Koefisien Korelasi .......................................................................... 55 3. Uji Koefisien Determinasi .................................................................... 56 4. Uji F-test (Simultan) ............................................................................. 56 5. Uji t-test (Parsial) ................................................................................. 57 H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 58 1. Uji Validitas.......................................................................................... 59 2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 62 I.
Sumber Data .............................................................................................. 62
BAB IV. GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Profil Desa Ragajaya Kabupaten Bogor .................................................... 64 1. Kondisi Geografis ................................................................................. 64 2. Kondisi Demografis .............................................................................. 65 3. Kondisi Keagamaan .............................................................................. 66 B. Profil Majelis Taklim Nurul Falah ............................................................ 67 1. Sejarah Singkat Majelis Taklim Nurul Falah ....................................... 67 2. Visi Misi Majelis Taklim Nurul Falah ................................................. 68 3. Struktur Pengurus Majelis Taklim Nurul Falah ................................... 68 4. Kegiatan Majelis Taklim Nurul Falah .................................................. 70 vii
C. Profil Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta ...................... 70 1. Sejarah Singkat Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta.. 70 2. Struktur Pengurus Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta Majelis Taklim Nurul Falah ................................................................. 71 3. Kegiatan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta Majelis Taklim Nurul Falah .............................................................................. 72 BAB V. TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Karakteristik Responden ........................................................................... 73 B. Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan ............................................................................................... 77 1. Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan ........................................................................................... 77 a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda ........................................... 78 b) Uji Serentak Varibel Regresi Linier Berganda (F-test) ................... 78 c) Uji Parsial Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test) ... 79 d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi .......................................... 79 2. Pengaruh Dimensi Variabel Metode dan Media Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan ......................................................... 80 a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda ........................................... 81 b) Uji Serentak Varibel Regresi Linier Berganda (F-test) ................... 82 c) Uji Parsial Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test) ... 82 d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi .......................................... 83 BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 84 B. Saran .......................................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 87 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Jumlah Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013….
3
Tabel 2.
Statistik Perkembangan bank sampah di Indonesia Tahun 2012
41
Tabel 3.
Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ………………………
56
Tabel 4.
Bobot Nilai Skala Likert ………………………………………..
59
Tabel 5.
Blue Print Skala Metode Penyuluhan (Sebelum Validitas
60
Instrumen) ……………………………………………………… Tabel 6.
Blue Print Skala Media Penyuluhan (Sebelum Validitas
60
Instrumen) ……………………………………………………… Tabel 7.
Blue Print Skala Kesadaran Pengelolaan Lingkungan (Sebelum
60
Validitas Instrumen) …………………………………………… Tabel 8.
Blue Print Skala Metode Penyuluhan (Setelah Validitas
61
Instrumen) ……………………………………………………… Tabel 9.
Blue Print Skala Media Penyuluhan (Setelah Validitas
61
Instrumen) ……………………………………………………… Tabel 10.
Luas Wilayah Per RW di Desa Ragajaya ………………………
64
Tabel 11.
Jumlah Jiwa Berdasarkan RW di Desa Ragajaya ……………...
66
Tabel 12.
Institusi Keagamaan di Desa Ragajaya ………………………...
66
Tabel 13.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ………………………...
67
Tabel 14.
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……
73
Tabel 15.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……………………
73
Tabel 16.
Perbandingan Rata-Rata Respon Metode, Media dan Kesadaran
74
Lingkungan Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah …………….. Tabel 17.
Output Regresi Linier Variabel Metode dan Media Terhadap
77
Kesadaran Lingkungan ………………………………………… Tabel 18.
Output Regresi Linier Dimensi Variabel Metode dan Media Terhadap Kesadaran Lingkungan ………………………………
ix
80
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.
Kerangka Berfikir Penelitian …………………………...…….. Struktur Pengurus majelis taklim Nurul Falah Desa Ragajaya Bogor ……………………………………………………......... Struktur Kepengurusan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta majelis taklim Nurul Falah ……….....................
x
46 69 71
DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Diagram 2.
Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 ……… Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia ……………………...
xi
1 2
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9.
Surat Bimbingan Skripsi Surat Izin Penelitian (Skripsi) Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Majelis Taklim Nurul Falah Daftar Nama Responden Majelis Taklim Nurul Falah Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan Agama dan Saat Penelitian Berlangsung di Majelis Taklim Nurul Falah Tabulasi Data Penelitian (Sebelum Validitas) Tabulasi Data Penelitian (Setelah Validitas) Output Regresi Linier Metode dan Media Penyuluhan Terhadap Kesadaran Pengelolaan Lingkungan Output Regresi Linier Variabel Dimensi Metode dan Media Penyuluhan Terhadap Kesadaran Pengelolaan Lingkungan
xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat merupakan masalah penting yang harus diatasi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam 10 tahun terakhir (2000-2010) laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan menjadi 1,49 persen per tahun dibandingkan dengan periode sebelumnya (1990-2000) yang hanya 1,44 persen per tahun. Peningkatan jumlah penduduk dapat dilihat dalam diagram berikut ini:1 Diagram 1. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010
BKKBN, Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013 Disatu sisi jumlah penduduk yang tinggi dapat dimaknai sebagai ketersediaan jumlah tenaga kerja yang tinggi, namun disisi lain angka kemiskinan akibat keterbatasan jumlah lapangan pekerjaan juga terus beranjak naik. Idealnya jumlah pertumbuhan penduduk yang tinggi harus diiringi dengan tingkat
1
BKKBN, Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013, disarikan dari BPS, www,bkkbn.go.id, diakses tanggal 23 April 2014
1
2
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri guna menekan angka kemiskinan. Sekalipun data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah penduduk miskin menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2006 hingga tahun 2013, namun negeri ini tetap mempunyai pekerjaan rumah yang harus mendapat perhatian serius soal pengentasan kemiskinan. Sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat dari 28, 07 juta orang pada bulan Maret 2013 menjadi 28, 55 juta orang pada bulan September 2013 atau meningkat 480.000 orang. Peningkatan tersebut mendorong angka kemiskinan naik dari 11,37 persen menjadi 11,47 persen. 2 Kecenderungan angka yang menunjukkan penurunan dan peningkatan penduduk miskin tersebut dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut: Diagram 2. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA 36,10
TAHUN 2004
39,30 35,10
2005
2006
37,17
2007
34,96
2008
32,53 31,02
2009
2010
29,89
28,59
28,55
2011* 2012* 2013*
Penduduk Miskin (juta jiwa)
*Posisi pada bulan September Sumber: data Litbang Kompas/IWN disarikan dari BPS, Kompas 3 Januari 2014. Terkait dengan data di atas, fenomena kemiskinan juga menjadi masalah serius bagi pemerintah provinsi Jawa Barat khususnya wilayah Kabupaten Bogor
2
Sumber data Litbang Kompas/IWN disarikan dari BPS, Kompas 3 Januari 2014, hal 18
3
untuk segera dicarikan solusinya. Fenomena peningkatan angka kemiskinan Kabupaten Bogor Jawa barat dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Jumlah Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 No 1.
2.
Wilayah
Angka Kemiskinan
Provinsi Jawa
Maret
4.297.038 Org
Barat
September
4.382.648 Org
Maret
2.501.001 Org
September
2.626.162 Org
Perkotaan
Jumlah Peningkatan
Prosentase Peningkatan
85.610 Org
0,09 %
125.161 Org
0,24%
Sumber: data BPS Jawa Barat, jabar.bps.go.id, 02 Januari 2014 Dari data di atas daerah Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi yang mana jumlah keluarga miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2014 mengalami lonjakan yang cukup signifikan, yaitu mencapai 10 persen atau sekitar 500.000 jiwa dari jumlah penduduk sebanyak 5 juta jiwa lebih.3 Kemiskinan sebagai masalah serius secara konseptual dapat dibedakan menjadi dua: pertama, kemiskinan relatif (Relative Poverty) yaitu kemiskinan karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum yang disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk ―termiskin‖, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kedua, kemiskinan absolut (Absolute Poverty), yaitu kemiskinan ditentukan berdasarkan ketidakmampuan mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, 3
WAR, artikel: ‖Jumlah Warga Miskin Capai 10 Persen, Bupati Bogor Dinilai Tak Mampu Berantas Kemiskinan ‖, sentanaonline.com, diposting tanggal 08 Januari 2014, diakses tanggal 28 Maret 2014
4
kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.4 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan miskin berdasarkan konsep/pendekatan kesejahteraan keluarga dengan membagi ke dalam lima tahapan seperti, keluarga prasejahtera (KPS), keluarga sejahtera I (KS-I), keluarga sejahtera II (KS-II), keluarga sejahtera III (KS-III), dan keluarga sejahtera III plus (KS-III plus). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, pendekatan BKKBN ini dianggap masih kurang realistis karena konsep dan KS-I sifatnya normatif dan lebih sesuai dengan keluarga kecil/inti. Disini Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan dengan menggunakan konsep kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach) yang memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar.5 Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur‘an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali. Secara bahasa miskin berasal dari kata sakana, artinya diam, tetap, jumud dan statis. Menurut Al-Raghib al-Ashfahani dalam Asep Usman Ismail mendefinisikan miskin sebagai seorang yang tidak memiliki sesuatu apapun. Disini menggambarkan bahwa miskin sebagai akibat dari keadaan diri seseorang atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang tidak berhasil mengembangkan potensi (baca: kecerdasan, mental, dan keterampilan) dirinya
4
Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bappenas 2010, Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera-I/KS-I),h.9, www. bappenas.go.id, diakses tanggal 23 April 2014 5 Ibid, h.9-11
5
secara maksimal, maka akan berakibat pada kemiskinan. Ia memilih pola hidup sakana yang berarti diam, jumud, dan statis yang akibatnya menjadi miskin.6 Al-Qur‘an mengumpamakan perjuangan untuk mengentaskan kemiskinan dengan jalan yang berat seperti tersurat dalam Q.S. al-Balad ayat 12-16 sebagai berikut:
Artinya:“Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir”. (Q.S. al-Balad : 12-16)7 Menurut Asep Usman Ismail, surat al-Balad ayat 12-16 di atas menjelaskan bahwa mengatasi masalah kemiskinan itu merupakan jalan yang mendaki dan sukar. Kemiskinan yang menjadi akar masalah sosial itu bersumber dari kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama soal mentalitas, seperti; al-dha‟if, yaitu keadaan diri seseorang yang diliputi kelemahan; al-khawf, yaitu keadaan diri seseorang yang diselimuti suasana takut mencekam; al-kaslan, yaitu keadaan jiwa seseorang yang diliputi kemalasan; al-bakhil, yaitu keadaan diri seseorang yang didominasi sifat kikir.8 Ajaran dan pengetahuan agama di atas tentang keharusan manusia untuk menghindari diri dari kemiskinan menjadi lebih maksimal bila diikuti dengan perhatian dan peran pemerintah (ulil amri) untuk mengatasi kemiskinan tersebut. 6
Asep Usman Ismail (Ed.), Pengamalan Al-Qur‟an tentang Pemberdayaan Dhu‟afa, (Ciputat: Dakewah Press, 2008), h. 20 7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 594 8 Asep Usman Ismail (Ed.), Pengamalan Al-Qur‟an tentang Pemberdayaan Dhu‟afa, (Ciputat: Dakewah Press, 2008), h. 25
6
Sebagaimana diketahui tingginya angka kemiskinan suatu negara akibat peningkatan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan, tidak saja menciptakan pengangguran terbuka, rendahnya angka partisipasi sekolah, memunculkan kriminalitas, tapi juga berdampak pada persoalan kesadaran pengelolaan lingkungan. Saat ini masalah pengelolaan lingkungan masih harus mendapat perhatian bersama dalam mengatasi kebersihan lingkungan tempat tinggal sekitar, seperti penanganan masalah sampah. Masalah sampah seakan belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi timbunan sampah yang setiap hari volumenya semakin meningkat. Tingginya jumlah volume sampah berbanding lurus dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Namun disayangkan sarana dan fasilitas pengelolaan sampah yang ada di masyarakat masih terbatas jumlahnya.9 Undang-undang R.I No 18/2008 dan Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan pola lama pengelolaan sampah yang ada di Indonesia yang semula berupa pengumpulan-pengangkutanpembuangan (P3) mulai bergeser ke bentuk pemilahan-pengolahan-pemanfaatanpembuangan residu (P4).10 Pergeseran paradigma pola pengelolaan sampah tersebut berlangsung dengan cukup signifikan di beberapa kota metropolitan, seperti Medan, Surabaya dan Jakarta. Dalam pengelolaan sampah wilayah tersebut terdapat peran aktif dari Dinas Kebersihan, yang mendapat dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), praktisi, serta program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan industri yang mendukung
9
Itasmalinda, artikel: ‖Pengelolaan Sampah Terkendala Fasilitas‖,www.koran-sindo.com, diposting tanggal 24 Maret 2014, diakses tanggal 29 Maret 2014 10 Kementerian Lingkungan Hidup, Rakernas Bank Sampah: Dari Sampah Membangun Ekonomi Kerakyatan, 2012, www.menlh.go.id, h. v, diakses tanggal 1 April 2014
7
program penyelamatan bumi. Data survey yang diungkapkan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) tahun 2008 menunjukkan pengelolaan sampah di Pulau Jawa baru mampu melayani 59% dari total jumlah penduduk. Dilaporkan pula, tingkat pelayanan pengelolaan sampah pada tingkat nasional hanya mencapai 56%.11 Penyelesaian masalah sampah kota sebenarnya berhubungan dengan Millenium Development Goals (MDGs – Tujuan Pembangunan Millenium) yang ditandatangani oleh 149 Kepala Negara dalam UN Millenium Summit pada bulan September 2000. Sebagaimana dinyatakan oleh United Nations Development Program (UNDP) tahun 2006, ada 8 tujuan MDGs yang ditargetkan dapat tercapai pada tahun 2015, yaitu: (1) teratasinya masalah kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim, (2) tercapainya tingkat pendidikan dasar umum, (3) meningkatnya peran gender dan kemampuan wanita, (4) berkurangnya tingkat kematian anakanak, (5) meningkatnya kesehatan ibu, (6) terkendalinya HIV/AIDS, malaria, dan penyakit
lainnya,
(7)
tercapainya
sustainabilitas
lingkungan,
dan
(8)
berkembangnya kemitraan global untuk pembangunan.12 Tidak
sedikit
program-program
pembangunan
untuk
pengentasan
kemiskinan yang diluncurkan oleh Pemerintah pusat maupun daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Bahkan belakangan kegiatan pembangunan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan pendapatan pada keluarga miskin digagas oleh
11
Yulinah Trihadiningrum, artikel: “Perkembangan Paradigma Pengelolaan Sampah Kota dalam Rangka Pencapaian Millenium Development Goals”, h. 2, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November Jln. Arif Rachman Hakim, Sukolilo, Surabaya, Indonesia 60111 e-mail:
[email protected], www.unhas.ac.id, diakses tanggal 30 Maret 2014 12 Ibid
8
Perguruan Tinggi dan lembaga mitra di masyarakat. Contohnya,
pemberian
pengetahuan dan peningkatan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pengelolaan lingkungan tempat tinggal sekitar. Salah satu bentuk respon yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi terhadap upaya peningkatan pendapatan pada keluarga miskin di masyarakat adalah melakukan
kegiatan
penyuluhan
agama
untuk
meningkatkan
kesadaran
pengelolaan lingkungan melalui pendirian bank sampah. Kegiatan penyuluhan agama di atas adalah transformasi nilai-nilai sosial keagamaan untuk perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan guna meningkatan kualitas mutu hidup. Pentingnya mengelola dan menjaga lingkungan hidup sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-A‘raf ayat 56 yang berbunyi:
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”. (Q.S. Al-A‘raf : 56)13 Di ayat lain Allah SWT menyatakan tidak menyukai kerusakan di muka bumi sebagaimana tertuang dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 205 yang berbunyi sebagai berikut:
13
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 157
9
Artinya:”Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan”.(Q.S. Al-Baqarah : 205)14 Lebih dari itu, Allah SWT juga menyatakan dengan jelas bahwa Dia tidak menyukai manusia yang membuat kerusakan di muka bumi seperti dalam firmanNya Q.S. Al-Qasas ayat 77 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya:”Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada mu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. Al-Qasas ayat 77)15 Kegiatan penyuluhan agama disini tidak hanya membahas secara langsung mengenai urusan akhirat, tapi juga membahas mengenai kesadaran pengelolaan lingkungan demi mencapai kesejahteraan hidup yang secara tidak langsung berkaitan dengan urusan akhirat. Telah di uraikan di atas bahwa peningkatan angka kemiskinan yang terus melonjak dapat berdampak pada kurangnya kesadaran pengelolaan lingkungan, dan salah satu upaya dalam meningkatkan kesadaran
pengelolaan
lingkungan
tersebut
telah
dilakukan
oleh
Tim
Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta dengan cara penyuluhan agama. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kegiatan penyuluhan agama sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan.
14
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 32 15 Ibid, h. 394
10
Selain itu, hal yang menarik dari penelitian ini adalah pendirian bank sampah melati bersih dibentuk oleh Perguruan Tinggi di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), yakni Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Jakarta. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ―Pengaruh Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan Melalui Pendirian Bank Sampah Di Desa Ragajaya Bogor”. B.
Batasan dan Rumusan Masalah Berlandaskan latar belakang masalah di atas, maka batasan dan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Batasan Masalah Batasan dari penelitian ini adalah: a. Penyuluhan agama yang dimaksud dalam penelitian disini adalah penggunaan metode (yaitu, ceramah, FGD, dan demonstrasi plot) dan media (yaitu, pengajian, alat peraga dan pemanfaatan sampah kering) penyuluhan dalam mentransformasikan nilai-nilai sosial keagamaan untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan. b. Kesadaran lingkungan disini dibatasi pada perilaku kelompok majelis taklim yang secara sadar tahu, mau dan mampu menjaga dan mengelola tempat tinggal sekitar. c. Lokasi penelitian disini dibatasi hanya di kelompok majelis taklim Nurul Falah Desa Ragajaya Bogor.
11
2.
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian berdasarkan batasan di atas sebagai
berikut: a. Bagaimanakah tingkat kesadaran kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar? b. Bagaimanakah pengaruh metode dan media penyuluhan agama yang digunakan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah? c. Bagaimanakah pengaruh masing-masing dimensi variabel metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dan menganalisis tingkat kesadaran kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam mengelola kebersihan lingkungan tempat tinggal sekitar. b. Mengetahui dan menganalisis pengaruh metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan di kelompok majelis taklim Nurul Falah. c. Mengetahui dan menganalisis pengaruh dimensi variabel metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah.
12
2.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk pengembangan ilmu bimbingan dan penyuluhan agama, penyuluhan sosial, dan pengelolaan lingkungan. b. Untuk pengembangan kurikulum dan referensi dalam kegiatan praktikum profesi mikro dan makro pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. c. Untuk memetakan kebutuhan praktis dan strategis oleh penyuluh agama yang berhubungan dengan penerapan metode dan media kegiatan penyuluhan agama untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan pada kelompok-kelompok majelis taklim. D.
Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan kajian atas penelitian terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperjelas perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan menghindari penjilpakan (plagiarism) karya orang lain. Berikut penelaahan atas penelitian terdahulu sebagai berikut: 1.
Penelitian jurnal yang ditulis oleh Retno Jamanti Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman tahun 2014 dengan judul ―Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran Lingkungan Masyarakat Kelurahan Temindung Permai Samarinda”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; pertama terdapat hubungan (korelasi) yang positif dan signifikan antara berita banjir di Koran Kaltim terhadap kesadaran lingkungan masyarakat Kelurahan Temindung Permai Samarinda,
13
dengan korelasi 0,644. Kedua, hubungan tersebut bersifat pengaruh dilihat dari Ftest>Ftabel. Harga b dalam penelitian ini yaitu 0,607. Hasil penelitian ttest>ttabel, berarti harga b sebesar 0,607 tersebut adalah signifikan. Hal ini berarti perubahan sebesar satu satuan pada variabel berita banjir di Koran Kaltim akan menyebabkan perubahan sebesar 0,607 pada variabel kesadaran lingkungan masyarakat Kelurahan Temindung Permai Samarinda. Kelebihan penelitian yang ditulis dalam jurnal tersebut, peneliti dengan jelas memberikan perbedaan mendasar dengan alasan yang jelas mengenai hasil analisis. Namun kelemahannya, peneliti belum memberikan ulasan yang rinci mengeni faktor-faktor lain yang mempengaruhi munculnya kesadaran lingkungan masyarakat. 2.
Penelitian skripsi yang ditulis oleh Irhamna Romadlon Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Pembinaan Rohani Mental Islam Terhadap Pemahaman dan Kesadaran Keagamaan Anggota di Markas Korps Brimob Kelapadua Depok”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kegiatan pembinaan rohani mental Islam berpengaruh positif terhadap pemahaman dan kesadaran keagamaan anggota Brimob di Markas Korps Brimob Kelapadua Depok. Kelemahan dari penelitian ini, yaitu peneliti belum menjelaskan secara menyeluruh dan mendalam mengenai pokok bahasan pamahaman dan kesadaran.
3.
Penelitian skripsi yang ditulis oleh Putri Ratna Wulan Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan judul ―Studi Metode
14
Penyuluhan Terhadap Perilaku Berdagang Pada Kelompok Pedagang Makanan Sehat di Depok”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pedagang merubah perilaku berdagangnya dengan tidak menggunakan bahan tambahan pangan berbahaya pada makanan, menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan makanan yang dijualnya pada konsumen. Metode yang digunakan pada penyuluhan ini adalah metode kelompok dan individu, dan metode kelompok lebih efektif dari metode individu. Melalui metode kelompok, pedagang dapat termotivasi menjadi sadar dengan makanan sehat, halal dan higenis. Sementara metode individu lebih banyak untuk sarana bimbingan pembayaran angsuran. Kelemahan dari penelitian ini, peneliti menjelaskan metode kelompok lebih efektif dari metode individu, tapi dalam penggunaan yang berbeda, yaitu metode individu digunakan sebagai sarana bimbingan pembayaran angsuran bukan untuk penyuluhan merubah perilaku berdagang. 4.
Penelitian skripsi yang ditulis oleh Bunga Nur Mawaddah Nasution Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah Rw.09 dan 13 Tangerang Selatan”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa bentuk partisipasi dalam kegiatan Bank Sampah yang dilakukan Bank Sampah telah memberikan hubungan yang baik dan positif terhadap partisipasi warga sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungannya sendiri dan telah berhasil membangun kepercayaan, potensi, kreatifitas serta partisipasi warga
15
Bukit Pamulang Indah dalam kegiatan Bank Sampah dengan hubunganhubungan yang dirasakan oleh warga. Kelebihan dari skripsi ini, peneliti memberikan gambaran secara umum mengenai manfaat adanya bank sampah di Bukit Pamulang Indah. Namun kelemahannya, yaitu peneliti belum membahas mengenai manfaat bank sampah dalam aspek sosial dan ekonomi. Padahal manfaat penting bank sampah selain menumbuhkan sikap tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan, tapi juga bermanfaat untuk menumbuhkan perekonomian keluarga anggota bank sampah. Selain itu, peneliti belum menggambarkan kegiatan bank sampah di Bukit Pamulang Indah secara jelas. 5.
Penelitian skripsi yang ditulis oleh Ismail Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 dengan judul “Peran Bank Sampah Seruni Jakarta Selatan dalam Peningkatan Perekonomian Nasabah”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa peran Bank Sampah Seruni dalam meningkatkan perekonomian nasabahnya tidak terlalu signifikan untuk kalangan ekonomi menengah atas, namun cukup membantu bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. Selain itu, dampak positif kehadiran Bank Sampah Seruni seperti eliminasi iuran sampah, fasilitas pinjaman tanpa bunga dan jaminan, peningkatan pendapatan tiap bulannya meskipun masih relatif sedikit dan terbukanya lapangan kerja baru. Kelemahan dari penelitian ini, peneliti belum menjelaskan faktor penyebab perbedaan hasil penelitian dari nasabah dengan status ekonomi (baca: menengah-atas dengan menengah-bawah) yang berbeda.
16
6.
Penelitian skripsi yang ditulis oleh Buhori Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 dengan judul ―Model Pengorganisasian Masyarakat dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono termasuk ke dalam model pengorganisasian masyarakat
lokal
(locality
development
model).
Dalam
identifikasi
pengorganisasian masyarakat melalui 11 indikatornya, 1 indikator yakni Karakteristis Taktik dan Teknik Perubahan pada wilayah asumsi lebih mengarah pada Aksi Sosial, hal itu terbukti dari persetujuan Harini terhadap tindakan
demonstrasi
sebagai
kontrol
pemerintah.
Adapun
tahapan
pengorganisasiannya (tahapan alaminya, bukan berdasarkan pengklasifikasian atau penggolongan), yaitu persiapan diri praktisi; memotivasi diri dan mulai dari diri sendiri, interaksi/pendekatan; keterlibatn langsung dan tidak langsung, membangun kontak; rektutmen anggota untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat, diskusi kelompok (forum warga), membuat aturan; menyusun tata tertib, pemetaan permasalahan; pembagian tugas, pembentukan kelompok kecil, perencanaan pengorganisasian, pembentukan organisasi dan membangun jaringan; melakukan promosi dan penyebarluasan ide-ide. Kelemahan dari penelitian ini, yaitu peneliti belum menjelaskan model-model yang ada dalam pengorganisasian masyarakat dan belum menjelaskan secara rinci dari kesadaran lingkungan yang diteliti. 7.
Penelitian skripsi yang ditulis oleh Muhammad Abdul Kahfi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam
17
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006 dengan judul ―Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Perubahan Tingkah Laku Mantan Wanita Tuna Susila (WTS) di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya „Pasar Rebo‟ Jakarta Timur”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya adalah bimbingan dan penyuluhan Islam termasuk didalamnya bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan, yang menunjukkan adanya perubahan tingkah laku serta mempunyai kemampuan untuk memahami dan menguasai keterampilan, kemampuan untuk tidak kembali menjadi WTS; mempunyai kemampuan untuk hidup berumah tangga dengan pasangan yang sah dan bertanggung jawab. Kelemahan dari penelitian ini, peneliti hanya memberikan gambaran umum mengenai bentuk atau jenis bimbingan dan penyuluhan Islam dan belum memberikan gambaran yang jelas mengenai metode yang dilakukan PSKW dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan Islam untuk perubahan tingkah laku. Dari tujuh (7) tinjauan pustaka yang disebutkan diatas, penulis menegaskan bahwa skripsi ini berbeda dengan skripsi atau penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun yang membedakannya adalah penelitian skripsi ini mendasari kajian analisis penelitian dengan menggunakan teori-teori penyuluhan. Fokus penelitian ini melihat pengaruh metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di Desa Ragajaya Bogor dengan menggunakan pendekatan Kuantitatif dengan analisis Deskriptif.
18
E.
Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusun sistematikannya kepada Enam Bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan BAB II LANDASAN TEORI, yang terdiri dari pengertian penyuluhan agama Islam, metode dan media penyuluhan agama Islam, pengertian kesadaran, dimensi-dimensi
kesadaran,
kesadaran
lingkungan,
faktor-faktor
yang
memengaruhi kesadaran lingkungan, pengertian bank sampah, jenis-jenis jenis sampah, sumber-sumber sampah dan faktor-faktor yang memengaruhi sampah. BAB III METODOLOGI PENELITIAN, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas, uji reliabilitas, teknik analisis data, sumber data dan teknik penulisan BAB IV GMBARAN UMUM LEMBAGA, yang terdiri dari profil wilayah Desa Ragajaya, profil, visi misi, program, struktur dan kegiatan majelis taklim Nurul Falah, kemudian profil, struktur dan kegiatan bank sampah melati bersih FIDKOM UIN Jakarta. BAB V TEMUAN DAN ANALISIS DATA, yang terdiri dari karakteristik responden, hasil uji koefisien regresi linier berganda, uji F-test, t-test dan uji koefisien korelasi dan determinasi. BAB VI PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II TINJAUAN TEORITIS A.
Ruang Lingkup Penyuluhan Agama Islam 1. Pengertian Penyuluhan Agama Islam Kata penyuluhan secara bahasa berasal dari kata ―suluh‖ yang berarti obor atau alat untuk menerangi dalam keadaan yang gelap. Ini artinya penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan atau penjelasan kepada tersuluh atau khalayak sasaran agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu.1 Penerangan yang dilakukan tersebut tidaklah sekedar memberi penerangan sesaat, tetapi penerangan yang dilakukan secara terus menerus sampai khalayak sasaran benar-benar memahami, menghayati dan melaksanakan.2 Totok Mardikanto mengemukakan bahwa penyuluhan merupakan proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok dan kelembagaan) yang terlibat demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera dan berkelanjutan.3 Selanjutnya kata ―Agama‖ berasal dari bahasa sanskerta, yaitu ―a”, artinya ―tidak‖ dan ―gam”, artinya ―pergi‖, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun.4 Menurut kamus ilmiah populer agama 1
Zulkarimein Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. (Jakarta: Lemlit FEUI, 1990), h. 7 2 Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Surakarta: UNS Press, 1993), h. 13 3 Totok Mardikanto, Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan,- dalam buku:‖Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan”, (Bogor: IPB Press, 2003), h. 190-191 4 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI Press, 2011), h. 1
19
20
didefinisikan
sebagai
ajaran,
sistem
yang
mengatur
tata
keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan manusia dengan lingkungan.5 Sedangkan menurut Mujahid istilah agama terbentuk dari kata ―a‖, artinya ke sini dan ―gam, gaan, go, gehen‖ yang berarti berjalan-jalan sehingga istilah agama diartikan sebagai ajaran, peraturan-peraturan tradisional atau kumpulan hukum-hukum. Secara singkat agama menurut Mujahid tersebut adalah apa saja yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan.6 Kemudian ada lagi yang berpendapat bahwa istilah agama itu berarti teks atau kitab suci yang menjadi tuntunan.7 Sesuai pengertian penyuluhan dan agama di atas, dalam Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 54/Kep/MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya disebutkan bahwa Penyuluhan Agama adalah suatu kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional. Selain itu, ditetapkan juga bahwa penyuluh agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.8 Menurut Arifin penyuluhan agama
5
Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 10 Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 2 7 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI Press, 2011), h. 1 8 Peraturan Kemenpan Nomor 54 Tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya, www.bkn.go.id, diakses tanggal 30 Maret 2014 6
21
merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah
dalam
lingkungan
hidupnya
agar
orang
tersebut
mampu
mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.9 Sebagaimana penjelasan Arifin di atas, materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan agama tentunya harus merujuk kepada sumber ajaran agama, dalam hal ini Al-Qur‘an dan sunnah Rasul. Dalam pada itu tertuang dengan jelas dalam Al-Qur‘an manfaat mengimplementasi ajaran Al-Qur‘an dalam kehidupan manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus ayat 57 yang menjelaskan Al-Qur‘an sebagai sumber pelajaran bagi manusia sebagai berikut: Artinya: ‖Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur‟an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman‖. (Q.S. Yunus : 57)10 Dewasa ini, Penyuluh Agama Islam mempunyai peran penting dalam pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan dirinya masing-masing sebagai insan pegawai pemerintah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam bimbingan dan penyuluhan agama kepada masyarakat menunjukkan keberhasilan dalam manajemen diri sendiri. Penyuluh Agama Islam sebagai leading sektor bimbingan masyarakat Islam, memiliki tugas/kewajiban yang cukup berat, 9
Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden Terayon Press, 1979:21, 1982), h. 1 10 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 215
22
luas dan permasalahan yang dihadapi semakin kompleks. Oleh karenanya Penyuluh Agama Islam tidak mungkin sendiri dalam melaksanakan amanah yang cukup berat ini, ia harus mampu bertindak selaku motivator, fasilitator, dan sekaligus katalisator dakwah Islam.11 Mengenai tugas atau kewajiban penyuluh agama Islam yang berat, Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Artinya:”Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran : 104)12 Dalam ayat lain dijelaskan juga tugas atau kewajiban penyuluh agama sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi sebagai berikut: Artinya: ―Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.(Q.S. An-Nahl : 125)13 Beberapa ayat di atas menggambarkan bahwa penyuluhan agama itu diperlukan demi terciptanya kehidupan manusia yang selaras dan seimbang dalam lingkungan hidupnya. Sejalan dengan uraian di atas, Rasyidul Basri 11
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan, (UIN Jakarta, 2014), h. 29 12 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 63 13 Ibid, h. 281
23
menjelaskan bahwa penyuluhan agama merupakan upaya membangun masyarakat berdasarkan nilai-nilai keagamaan dengan menumbuhkan kualitas keberagamaannya.
Dalam
pelaksanaannya,
penyuluhan
agama
dapat
dilakukan melalui dua pendekatan utama, pertama dengan pendekatan normatif yaitu merefleksikan nilai-nilai keberagamaan ke dalam tatanan masyarakat sebagaimana yang diinspirasikan oleh agama, dan kedua dengan pendekatan kultural yaitu membangun nilai-nilai luhur dalam kultur lokal yang relevan dengan nilai-nilai agama.14 2. Metode Penyuluhan Agama Islam Metode berasal dari bahasa Inggris ―method‖, dari bahasa Latin “methodus”, dan dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya ‗cara ke seberang‘ atau suatu cara, alat mengamati, mendekati, menganalisis dan menjelaskan suatu fenomena.15 Menurut Soesmono yang dikutip Totok Mardikanto dalam Rini L. Prihatini menjelaskan metode sebagai ―cara yang terpilih‖ sehingga apabila metode dikaitkan dengan penyuluhan diartikan sebagai suatu ―cara yang terpilih‖ untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dilaksanakannya.16 Lebih lanjut menurut Rini L. Prihatini sebelum melakukan penyuluhan agama metode penyuluhan tersebut harus dipersiapkan dengan matang oleh penyuluh agama mengingat tugas dan tanggung jawab penyuluh agama sangat berat, yaitu mentransformasikan materi kepada khalayak sasaran yang
14
Rasyidul Basri, artikel:‖Kajian Diklat Terhadap Strategi dan Metode Penyuluhan Agama Islam, 2013, h. 14, sumbar.kemenag.go.id, diakses tanggal 30 Maret 2014 15 Dewan Redaksi Kebahasaan Indonesia, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid III LP, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 767 16 Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan, (UIN Jakarta, 2014), h. 15
24
beragam dengan tujuan mengubah khalayak sasaran menjadi tahu, mau dan mampu menerapkan informasi dari penyuluh agama.17 Dalam penggunaannya, ―metode‖ penyuluhan dapat pula dikatakan sebagai ―teknik‖. Penyamaan kata tersebut dikarenakan keduanya dipahami sebagai ―cara‖ yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan. Perbedaannya ―metode‖ diartikan sebagai ―cara‖ yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan guna mencapai tujuan sedangkan ―teknik‖ diartikan sebagai ―seperti apa‖ penerapan cara/ metode tersebut dalam penggunaannya, langsung atau tidak langsung. Singkatnya kata teknik tersebut menurut Ainur Rahim Faqih dalam Rini L. Prihatini merupakan penerapan metode dalam praktik.18 Menurut peraturan menteri pertanian Nomor 52/ Permentan/ OT.140/ 12/ 2009
menyebutkan
bahwa
metode
penyuluhan
berdasarkan
teknik
komunikasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a). metode penyuluhan langsung, yaitu penyuluhan yang dilakukan melalui tatap muka dan dialog langsung antara penyuluh dengan pelaku utama dan pelaku usaha melalui demonstrasi, kursus tani dan obrolan sore, b). metode penyuluhan tidak langsung, yaitu penyuluhan dilakukan melalui perantara (media komunikasi) seperti: pemasangan poster, penyebaran brosur/leaflet/majalah, siaran radio, televisi, pemutaran slide dan film.19
17
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan, (UIN Jakarta, 2014), h. 16 18 Ibid, h. 17 19 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian, www.pertanian.go.id, diakses tanggal 05 Mei 2014
25
Metode yang biasa digunakan dalam proses penyampaian materi menurut Rayidul Basri dalam Rini L. Prihatini diantaranya sebagai berikut20: a. Metode ceramah, yaitu metode yang biasa disebut tabligh atau khutbah. Namun tabligh lebih dapat dikatakan ceramah karena khutbah biasanya hanya berlaku dalam ibadah formal seperti Shalat Jumat, Nikah, Haji dan Idain. Keduanya memiliki kesamaan makna, tapi tetap memiliki ciri khas masing-masing. Metode ceramah ini biasanya menggunakan media mimbar dan pengajian. b. Metode wisata religi, yiatu metode yang dikenal dengan wisata ziarah, dilakukan dengan cara mengunjungi tempat-tempat bersejarah dari masa lalu. Selain itu dapat dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap telah lebih baik kehidupan keberagamaannya sehingga menjadi komparasi yang memadai untuk meningkatkan gairah keberagamaan khalayak sasaran. c. Metode tanya jawab, yaitu metode dengan ciri keterlibatan aktif sasaran untuk mengungkapkan hal-hal yang masih belum difahami atau menjadi persoalan bersama. d. Metode diskusi kelompok atau Foccus Group Discussion (FGD), yaitu metode yang mirip dengan tanya jawab. Perbedaan metode diskusi kelompok dengan tanya jawab, yaitu metode tanya jawab hanya menerima keterlibatan sasaran sebatas bertanya dan penyuluh menjawab. Sedangkan metode diskusi kelompok sasaran tidak hanya bertanya
20
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan, (UIN Jakarta, 2014), h. 18-21
26
kepada penyuluh, tapi juga bersama-sama dengan penyuluh dan anggota kelompok diskusi lainnya menuntaskan suatu pokok kajian. e. Metode demontrasi terplot, yaitu metode untuk menyampaikan hal-hal yang sifatnya praktis dan memerlukan penjelasan secara demonstratif. Metode ini memerlukan model yang tepat agar materi dapat dipahami sasaran. Dalam ajaran Islam, sepeti contoh praktik wudlu, sholat, atau manasik haji. f. Metode konseling, yaitu metode penyuluhan itu sendiri. Namun dalam hal ini konseling menjadi metode tertentu dalam penyuluhan agama dimana penyuluh agama dalam hal ini menjadi pembimbing agama atau konselor spiritual. Penyuluhan model ini lebih bersifat konsultatif, atau terapi bagi klien—sasaran. Jika pada metode-metode sebelumnya (ceramah, diskusi, wisata religi, dan demontratif) penyuluh memerankan fungsi edukatif dan preventif, maka pada metode ini penyuluh memerankan fungsi konsultatif dan kuratif. g. Metode peragaan yang biasanya menggunakan media wayang, baik wayang golek, wayang kulit maupun wayang orang Berdasarkan penjelasan metode-metode penyuluhan di atas, penggunaan metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode ceramah, diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) dan demonstrasi plot. 3. Media Penyuluhan Agama Islam Rogers dalam Totok Mardikanto menyatakan bahwa media merupakan alat atau saluran komunikasi yang dapat dimanfaatkan sumber atau pengirim untuk ―menyalurkan‖ atau menyampaikan pesan-pesannya. Dengan kata lain,
27
media, alat atau saluran komunikasi dapat dimanfaatkan oleh individu dan/atau kelompok yang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan (messages) penyuluhan mereka. Tentang hal ini, Berlo dalam Totok Mardikanto mengartikan media dalam beragam pengertian, yaitu21: a. Saluran/media sebagai alat pembawa pesan b. Saluran yang dilalui oleh alat pembawa pesan c. Media/wahana yang memungkinkan alat pembawa pesan itu melalui jalan atau saluran yang harus dilaluinya d. Media/wahana yang dapat dijadikan sarana untuk berkomunikasi, seperti: pertemuan, pertunjukan dan lain-lain. Secara konseptual, Totok Mardikanto membagi media komunikasi menjadi tiga macam, yaitu: saluran antar pribadi (inter-personal), media massa (mass media), dan forum media yang dimaksudkan untuk menggabungkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki saluran antar pribadi dan media massa.22 Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi tentu memerlukan media sebagai alat atau saluran menyampaikan pesan penyuluhan. Menurut Yetti Wira Citerawati SY, media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilakunya kearah positif. Media penyuluhan juga dapat diartikan sebagai wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
21
Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan –Acuan bagi Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi Pembangunan, (Surakarta:UNS Press, 2010), h. 127 22 Ibid
28
penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau minat.23 Menurut H.A.W Widjaja media komunikasi yang dapat digunakan dalam penyuluhan seperti: a). the printed word, termasuk didalamnya majalah, surat kabar, booklet dan pamplet, pedoman, surat-surat dan bulletin, papan pengumuman, poster dan reklame, b). the spoken word, yang terdiri dari rapat-rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya, dan c). media lainnya, seperti televisi, radio, pameran, open house, dan sandiwara. Secara umum lingkup media komunikasi tersebut terdiri dari dua: pertama, media umum yang terdiri dari surat, telepon, telegraf, telex dan sebagainya. Kedua, media massa yang terdiri dari pers, radio, film, televisi dan lain-lain.24 Berdasarkan fungsi, media penyuluhan dibagi menjadi Tiga (3), antara lain25: a. Media cetak, merupakan media yang biasanya menggunakan pesan-pesan visual yang terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dan tata warna, seperti leaflet, selebaran, poster, foto dan lain-lain. b. Media elektronik, merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar yang penyampainnya melalui alat bantu elektronika, seperti televisi, radio, film, kaset, DVD dan lain-lain.
23
Yetti Wira Citerawati SY, Media Penyuluhan, h.2, www.e-bookspdf.org, diakses tanggal 08 Mei 2014 24 H.A.W. Widjaja, Komunikasi –Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-2, h. 7-77 25 Yetti Wira Citerawati SY, Media Penyuluhan, h.2, www.e-bookspdf.org, diakses tanggal 08 Mei 2014
29
c. Media luar ruang, merupakan media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan, bisa melalui media cetak maupun elektronik seperti papan reklame, spanduk, pameran, televisi layar lebar dan lain-lain. Berdasarkan sifat, media penyuluhan dapat dibagi menjadi media tradisional dan modern yang terdiri dari wayang dengan metode peragaan, mimbar dan pengajian dengan metode ceramah, penyuluhan keliling (penyuling), arisan dan outbond. Sedangkan berdasarkan bentuk, media penyuluhan dapat dibagi menjadi media audio, seperti; radio, telepon, kaset, media visual, seperti; koran, majalah, leaflet, internet (twitter, fb, instagram) dan sebagainya, dan media audio-visual, seperti; tv, slide (ppt.), internet (youtube, web), film, kaset, DVD, dan lain-lain.26 Dengan demikian, media yang digunakan untuk penyuluhan agama dalam penelitian ini adalah media pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering. B.
Teori Kesadaran Lingkungan 1.
Pengertian Kesadaran Kesadaran menurut bahasa berawal dari kata ‖sadar‖ yang mendapat imbuhan ke– dan –an, yang artinya insaf, merasa, tahu dan mengerti, ingat kembali, dan siuman.27 Sedangkan menurut istilah yang disampaikan Joseph Murphy dalam Amos Neolaka, kesadaran adalah siuman atau sadar akan tingkah lakunya, yaitu pikiran sadar yang mengatur akal dan dapat menentukan pilihan terhadap yang diingini seperti baik-buruk, indah-jelek dan sebagainya. Dalam pada itu Sigmund Freud yang dikutip Monowito 26
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan, (UIN Jakarta, 2014), h. 30 27 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 550
30
dalam Amos Neolaka menjelaskan kesadaran sebagai keadaan manusia dalam sadar atau siuman.28 Menurut Simorangkir kesadaran pada dasarnya adalah berpikir. Jika kita menghendakai suatu perubahan, dalam skala besar atau kecil, baik dalam lingkungan keluarga atau dalam pekerjaan maupun masyarakat luas, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah merubah cara berpikir. Lebih jelasnya kesadaran merupakan hasil cara berpikir sekelompok masyarakat, masing-masing pikiran terpisah satu sama lain dan kesadaran setiap orang adalah bagian dari kesadaran manusia secara kolektif.29 Buletin Para Navigator dalam Amos Neolaka menyatakan bahwa kesadaran adalah modal utama bagi setiap orang yang ingin maju. Secara garis besar kesadaran itu dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain: kemampuan membuka mata dan menafsirkan apa yang dilihat, kemampuan aktivitas, dan kemampuan berbicara. Maksudnya seseorang yang sadar adalah orang yang mampu melakukan ketiga aspek tersebut secara terintegrasi. Disisi lain kesadaran diartikan sebagai adanya hak dan kemampuan kita untuk menolak melakukan keinginan orang lain atau sesuatu yang diketahui buruk/tidak bermanfaat bagi dirinya.30 2. Dimensi-Dimensi Kesadaran Menurut
Amos
Neolaka
tentang
kesadaran
lingkungan
hidup,
menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap
28
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h. 18 O.P. Simorangkir, Kesadaran, Pikiran dan Tanggung Jawab, (Jakarta: Yagrat, 1987), Cet. Pertama, h. 107-108 30 Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h.19 29
31
sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup, dan dapat terlihat pada perilaku dan tindakan masing-masing individu.31 Kesadaran menurut Carl Gustav Jung terdiri dari tiga sistem yang saling berhubungan. Ketiga sistem tersebut antara lain sebagai berikut32: a.
Ego Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan
sadar
yang
bekerja
pada
tingkat
kesadaran.
Singkatnya ego merupakan bagian dari manusia yang membuat ia sadar pada dirinya. Sigmun Freud mengungkapkan bahwa ego sebagai bagian kepribadian yang mengambil keputusan yang oleh karena ego mengontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana akan merespons dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.33 b.
Ketidaksadaran Pribadi (personal unconscious) Struktur kepribadian ini berdekatan dengan ego yang terdiri dari pengalaman-pengalaman
yang
pernah
disadari
tetapi
kemudian
direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalamanpengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat
31
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h.18 Calvin S. Hall & Gardner Lindzey (penulis), A. Supratiknya (terj.), Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.182-183 33 Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikonalitik Freud, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 64-65 32
32
dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa.34 c.
Ketidaksadaran Kolektif (collective unconsciousness) Konsep ketidaksadaran kolektif merupakan salah satu diantara segi-segi teori kepribadian Jung yang paling original dan kontroversial. Ketidaksadaran kolektif merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, seperti sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri dan leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran Kolektif adalah sisa psikis perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi. Semua manusia kurang lebih memiliki ketidaksadaran kolektif yang sama. Disini Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif dengan kesamaan struktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini disebabkan oleh evolusi umum. 35 Menurut Soekanto terdapat empat indikator kesadaran yang masing-
masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Keempat indikator tersebut antara lain: pengetahuan, pemahaman,
34
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey (penulis), A. Supratiknya (terj.), Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.183 35 Ibid, h. 184
33
sikap dan pola perilaku (tindakan).36 Dalam pada itu, tahapan-tahapan dalam tingkatan kesadaran seseorang menurut Geller sebagai berikut37: a.
Unconscious Incompetence, yaitu tahapan pertama dimana seseorang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Conscious Incompetence, yaitu tahapan kedua dimana seseorang
b.
mengerti atau tahu apa yang seharusnya dilakukan, tetapi perlu adanya pembelajaran bagaimana untuk melakukannya secara benar. c.
Conscious Competence, yaitu tahapan ketiga dimana seseorang dapat melakukannya dengan benar dikarenakan telah mengikuti aturan yang terlah ditetapkan.
d.
Unconscious Competence, yaitu tahapan terakhir dimana seseorang telah mempunyai kebiasaan dan mengetahui secara benar apa yang dilakukannya. Pembagian indikator di atas menurut B.S. Bloom dapat digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu sistematika pengkategorian atas jenisjenis perilaku yang harus nampak bila warga belajar telah mencapai tujuan instruksional khusus. Dalam perkembangannya B.S. Bloom membagi sistematika tersebut kedalam tiga domain (dimensi) diantaranya: a). kognitif (pengetahuan),
b).
afektif
(sikap),
dan
c).
psikomotorik/konatif
(perilaku/tindakan).38
36
Retno Jamanti, eJurnal: “Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran Lingkungan Masyarakat Kelurahan Termindung Permai Samarinda, tahun 2014, vol. 2 (1), ejournal.ilkom.fisip.unmul.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 h. 24 37 Ambar Sih Wadani, Penelitian: Studi Tentang Literatur Kesadaran, h. 12-13, lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 38 W.S. Winkel SJ, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-6, h. 243245
34
Berdasarkan dimensi-dimensi kesadaran yang diuraikan di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dimensi kesadaran menurut B.S. Bloom yang dikombinasikan dengan tingkatan kesadaran menurut Geller. Hal ini dikarenakan penyuluhan agama sebagai proses perubahan perilaku harus dilihat dari ketiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik/konatif dengan tahapan-tahapan dalam tingkatan perubahan kesadaran. 3.
Kesadaran Lingkungan Pengelolaan kualitas lingkungan sangat diperlukan agar semua kegiatan manusia tidak kembali merugikan manusia beserta harta bendanya, tetapi betul-betul dapat mencapai kesejahteraan yang dituju. Berbagai ahli diperlukan untuk secara bersama mengelola lingkungan, bahkan seluruh masyarakat perlu ikut serta dalam pengelolaannya. Secara khusus, para ahli lingkungan dan teknik lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam pengelolaan ini.39 Untuk mencapai harapan tersebut, terlebih dahulu diperlukan upaya membangun kesadaran pengelolaan lingkungan secara bersama-sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesadaran lingkungan adalah pengertian yang mendalam pada seseorang atau sekelompok orang yang terwujud dalam pemikiran, sikap dan tingkah laku yang mendukung pengembangan lingkungan.40 Kesadaran lingkungan menurut M.T. Zen dalam Amos Neolaka adalah usaha melibatkan setiap warga Negara dalam menumbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan,
39
Juli Soemirat (ed.), Toksikologi Lingkungan, (Yogyakarta: UGM Press, 2005), Cet. Ke-
2, h. 3 40
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 975-976
35
berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai dari pada lingkungan itu sendiri dengan filsafat hidup secara damai dengan alam lingkungannya.41 Menurut Emil Salim dalam Amos Neolaka kesadaran lingkungan adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran agar tidak hanya tahu tentang sampah, pencemaran, penghijauan dan perlindungan satwa langka, tetapi lebih dari itu semua, membangkitkan kesadara lingkungan manusia Indonesia khususnya pemuda masa kini agar mencintai tanah dan air untuk membangun tanah air Indonesia yang adil, makmur serta utuh lestari.42 Dasar yang menjadi penyebab kesadaran lingkungan menurut Danil Chiras dalam Amos Neolaka adalah etika lingkungan.43 Etika lingkungan menurut Sony Keraf adalah disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma, nilai, kaidah dan prinsip moral yang mengatur dan menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam. Selanjutnya prinsip-prinsip Etika Lingkungan Hidup diantaranya sebagai berikut44: a. Sikap hormat terhadap alam (Respect for Nature), yaitu suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Manusia mempunyai kewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptaannya. Singkatnya manusia perlu memelihara, merawat, melindungi dan melestarikan alam beserta seluruh isinya. b. Tanggung jawab (Moral Responsibility for Nature), yaitu manusia sebagai bagian dari alam semesta, memiliki tanggung jawab untuk menjaganya. 41
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h.20 Ibid 43 Ibid 44 A. Sony Keraf, Etika Lingkungan Hidup, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), 42
h.40
36
Prinsip tanggung jawab ini menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Wujud konkretnya, semua orang harus bisa bekerjasama bahu membahu menjaga dan melestarikan alam dan mencegah serta memulihkan kerusakan alam dan segala isinya. c. Solidaritas kosmis (Cosmic Solidarity), yaitu prinsip yang mendorong manusia untuk mengambil kebijakan pro-alam, pro-lingkungan hidup, atau menentang
setiap
tindakan
yang
merusak
alam
dengan
tujuan
menyelematkan lingkungan. d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (Caring for Nature), yaitu prinsip moral satu arah, menuju yang lain tanpa mengharapkan balasan semata-mata demi kepentingan alam bukan pribadi. e. No harm, yaitu kewajiban dan tanggung jawab moral bisa dinyatakan dalam bentuk maksimal dengan melakukan tindakan merawat (care), melindungi, menjaga dan melestarikan alam. Sebaliknya, kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama bisa mengambil bentuk minimal dengan tidak melakukan tindakan yang merusak alam semesta dan segala isinya. f. Hidup sederhana dan selaras dengan alam, yaitu manusia harus memanfaatkan alam secukupnya. Bersamaan dengan itu, manusia akan hidup seadanya sebagaimana alam dan akan mengikuti hukum alam seperti hidup dengan memanfaatkan alam sejauh dibutuhkan dan berarti hidup selaras dengan alam itu sendiri. Manusia tidak perlu rakus, tidak perlu banyak menimbun sehingga membuatnya mengeksploitasi alam tanpa batas.
37
g. Keadilan, yaitu prinsip yang berbicara tentang bagaimana manusia harus berperilaku satu terhadap yang lain dalam kaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem sosial harus diatur agar berdampak positif pada kelestarian lingkungan hidup. h. Demokrasi, yaitu setiap orang yang peduli kepada lingkungan hidup adalah orang yang demokratis. Sebaliknya orang yang demokratis sangat mungkin seorang pemerhati lingkungan hidup. Prinsip demokratis terkait dengan pengambilan kebijakan di bidang lingkungan hidup yang menentukan baik-buruk, rusak tidaknya dan tercemar tidaknya lingkungan. i. Integritas moral, yaitu prinsip yang menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mangamankan kepentingan publik. Secara nyata prinsip ini berlaku baik dalam kaitan dengan kebijakan publik yang berdampak pada rusaknya lingkungan hidup maupun dalam kaitan dengan pemberian izin yang mempunyai dampak merugikan bagi lingkungan hidup. Berdasarkan teori di atas, konsep kesadaran lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman kelompok majelis taklim Nurul Falah tentang lingkungan menjadi tahu, mau dan mampu menjaga dan mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar. 4.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesadaran Lingkungan Amos Neolaka menyebutkan terdapat empat faktor yang memengaruhi kesadaran lingkungan. Keempat faktor tersebut antara lain45:
45
Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h. 41-65
38
a. Ketidaktahuan Kata ketidaktahuan merupakan lawan kata dari ketahuan, sehingga apabila dikaitkan antara pengetahuan dan kesadaran yang menurut teori adalah sama, maka faktor ketidaktahuan dapat mempengaruhi kesadaran dalam
hal
ini
kesadaran
pengelolan
lingkungan.
Singkatnya
ketidaktahuan sama artinya dengan ketidaksadaran sehingga Amos Neolaka
menyebutkan
menyebabkan
ketidaktahuan
ketidaksadaran
pada
kepada
lingkungan
lingkungan
hidup
dapat
sehingga
berpengaruh kepada kesadaran pengelolaan lingkungan. b. Kemanusiaan Manusia
merupakan
makhluk
hidup
yang
berinteraksi
dengan
lingkungan, tentu dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi lingkungan. Oleh karena manusia mengusahakan sumber daya alam lingkungan untuk mempertahankan kehidupan dan keturunannya. Manusia bersama dengan lingkungan merupakan suatu ekosistem sehingga kedudukannya tidak dapat terpisahkan. Kelangsungan manusia tergantung pada kelestarian lingkungan dan menurut Amos Neolaka manusia menjadi faktor dominan mempunyai kecenderungan sifat sebagai perusak lingkungan. Oleh karena itu, faktor kemanusiaan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran pengelolaan lingkungan. c. Gaya Hidup Perkembangan dunia yang semakin canggih dan modern termasuk didalamnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menyebabkan perubahan gaya hidup manusia yang selalu ingin memiliki semua
39
peralatan
dunia/alat
canggih
walaupun
tidak
dibutuhkan
untuk
memuaskan dirinya. Gaya hidup mewah, mementingkan materi, bersenang-senang, dan ingin mengikuti mode terbaru sudah menyebar ke desa-desa. Hal tersebut apabila dibiarkan tanpa kendali manusia itu sendiri akan sangat merugikan atau merusak lingkungan. Oleh karena itu, gaya hidup dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran pengelolaan lingkungan. Beberapa gaya hidup tersebut antara lain: (1) gaya hidup yang menekan pada kenikmatan, foya-foya dan berpesta pora (hedonisme); (2) gaya hidup yang mementingkan materi (materialisme); (3) gaya hidup yang konsumtif (konsumerisme); (4) gaya hidup sekuler atau yang mengutamakan keduniaan (sekulerisme); dan (5) gaya hidup yang mementingkan diri sendiri (individualisme). d. Kemiskinan Kemiskinan adalah perihal miskin (tidak berharta benda, serba kurang), kemelaratan,
dan
kepapaan.
Kemiskinan
merupakan
keadaan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Menurut Ismail Arianto yang dikutip oleh Amos Neolaka menyebutkan bahwa kemiskinan sebagai salah satu masalah yang paling berpengaruh terhadap masalah sosial. Dalam keadaan miskin menurut Amos Neolaka, akan lebih sulit berbicara mengenai kesadaran lingkungan karena dalam pikiran orang miskin adalah bagaimana caranya mengatasi masalah hidupnya. Oleh karena itu, kesadaran pengelolaan lingkungan seperti pengelolaan limbah atau sampah, drainase yang bersih, sungai yang bersih dari sampah dan lain sebagainya tidak akan sempat terpikirkan.
40
Dengan demikian pemikiran yang beranggapan bahwa kemiskinan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran pengelolaan lingkungan dapat diterima atau mengandung kebenaran. C.
Penjelasan Bank Sampah 1. Pengertian Bank Sampah Pengelolaan lingkungan dalam hal ini sampah dengan paradigma awal, yaitu pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan (P3) masih menghadapi kendala dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Salah satu upaya untuk mengatasai masalah tersebut dengan pengembangan bank sampah yang merupakan kegiatan mengajarkan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memilah dalam pengelolaan sampah secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Bank Sampah dapat berperan sebagai drooping point bagi produsen untuk produk dan kemasan produk yang masa pakainya telah usai.46 Bank sampah memiliki konsep dimana masyarakat sebagai nasabah dapat membawa sampah tertentu dan kering yang bisa diolah kembali menjadi bahan yang bermanfaat dan diberikan imbalan berupa uang yang ditabungkan. Sistem pengambilan uang tersebut minimum diambil tiga (3) bulan setelah masa penyimpanan. Waktu pengambilan hasil tabungan juga memperhatikan dengan jenis tabungan yang dibuat oleh nasabah. Misalnya, jenis tabungan hari raya, maka uang tabungan hanya boleh diambil menjelang hari raya. Singkatnya bank sampah merupakan salah satu kegiatan alternatif 46
Kementerian Lingkungan Hidup, Rakernas Bank Sampah: Dari Sampah Membangun Ekonomi Kerakyatan, 2012, www.menlh.go.id, h. v-vi, diakses tanggal 1 April 2014
41
mengajak masyarakat peduli akan sampah dengan cara melakukan pengelolaan sampah berbasis rumah tangga seperti pemilahan, pengurangan volume sampah (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle).47 Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekyasa sosial (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah dan dapat memberikan tujuan nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam melaksanakan manajemen operasi bank sampah dan investasi dalam bentuk tabungan.48 Pelopor perkembangan bank sampah di Indonesia adalah bank sampah Gemah Ripah yang didirikan oleh masyarakat Dusun Bandengan Bantul D.I. Yogyakarta.49 Statistik perkembangan bank sampah di Indonesia dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Statistik Perkembangan bank sampah di Indonesia Tahun 2012 Jumlah Bank Sampah
Nasabah
Jumlah Sampah/ Bln
Februari
471
47.125
755.600 Kg
Mei
886
84.623
2.001.788 Kg
No
Bulan
1. 2.
Perputaran Uang/ Bln 1.648.320.000 3.182.281.000
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, www.menlh.go.id, 1 April 2014 2. Jenis-Jenis Sampah Menurut Karden Eddy Sontang Manik jenis sampah berdasarkan zat pembentuknya dapat dibedakan sebagai sampah organik dan anoraganik.50
47
Tim Pemberdayaan Bank Sampah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Laporan Kegiatan pemberdayaan perempuan melalui bank sampah, Kerjasama dengan KPP&PA, hal 34-38, 2013 48 Devita Permanasari dan Erni Damanhuri, Penelitian: Studi Efektivitas Bank Sampah Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan Sampah yang Berbasis Masyarakat,h. SW2, www.ftsl.itb.ac.id, diakses tanggal 15 Mei 2014 49 Artikel: Bank Sampah Pertama di Dunia dari Indonesia, www.indonesiaberprestasi.web,id, diakses tanggal 31 Maret 2014 50 Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2009), Cet. Ke-3, h. 67-67
42
Sampah organik yang biasa disebut sampah basah merupakan sampah yang bisa membusuk karena aktivitas mikrooganisme, yang menghasilkan gas metan, gas H2S yang bersifat beracun.51 Contoh sampah organik ini seperti sampah berupa sayuran, buah-buahan dan sisa dari pemotongan hewan di pasar tradisional dan aktivitas memasak dan makan. Sedangkan anorganik merupakan sampah yang memiliki ciri tidak membusuk dan dapat didaur ulang. Sampah jenis ini dibagi menjadi dua, pertama sampah yang mudah terbakar, seperti sampah kertas, kardus, platik, textil, karet, kulit, kayu, dan furniture, kedua sampah yang tidak mudah terbakar seperti gelas, tembikar, keramik dan kaleng.52 Jenis sampah juga sering dikelompokkan menjadi limbah benda padat (waste), limbah cair atau air bekas (sewage), dan kotoran manusia (human waste). Namun secara umum, pengelompokkan sampah hanya untuk bendabenda padat dengan pembagian sebagai berikut: a. Sampah yang mudah membusuk (garbage), misalnya sisa makanan. b. Sampah yang tidak mudah membusuk (rubish), terdiri dari: 1) Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, kayu dan 2) Sampah yang tidak mudah terbakar, misalnya kaca, kaleng. c. Sampah bangkai binatang (dead animal), terutama binatang besar seperti kucing, anjing dan tikus. d. Sampah berupa abu hasil pembakaran (ashes), misalnya abu pembakaran kayu, batu bara, arang.
51
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), Cet. Ke-7, h. 153 52 Cahyadi Pitoyo, Jurnal: Studi Komposisi Sampah Perkotaan Pada Tingkat Rumah Tangga di kota Depok, h. 7, www.gunadarma.ac.id, diakses tanggal 10 Mei 2014
43
e. Sampah padat hasil industri (industrial waste), misalnya potongan besi, kaleng, kaca. f. Sampah padat yang berserakan di jalan-jalan (street sweeping), yaitu sampah yang dibuang oleh penumpang atau pengemudi kendaraan bermotor.53 3. Sumber-sumber sampah Sumber-sumber sampah dapat dikelompokkan kedalam Delapan bagian antara lain sebagai berikut: a. Sampah dari rumah tangga, yaitu sampah yang biasanya berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan bekas rumah tangga seperti kertas, kardus, gelas, kain, sampah kebun/halaman dan lain-lain. b. Sampah dari pertanian, yaitu sampah dari kegiatan pertanian seperti jerami, pertisida/pupuk dan sejenisnya. c. Sampah dari perdagangan dan perkantoran, yaitu sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti toko, pasar tradisional, warung, lembaga pendidikan, kantor pemerintahan dan sebagainya. d. Sampah dari industri, yaitu sampah yang berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan serpihan/potongan kimia), perlakuan dan pengemasan produk kertas, kayu, plastik dan lain-lain. e. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung, seperti kayu, bambu, triplek, semen, pasir, batu-bata, besi dan sebagainya.
53
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2009), Cet. Ke-3, h. 67-68
44
f. Sampah yang berasal dari jalan raya, yaitu sampah dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas, plastik, debu, pasir, daun-daun dan sebagainya. g. Sampah yang berasal dari pertambangan, yaitu sampah yang berasal dari pertambangan misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, arang dan sejenisnya. h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan, yaitu sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan berupa kotoran-kotoran ternak, sisasisa makanan, bangkai ternak dan sebagainya.54 4. Faktor-Faktor yang memengaruhi sampah Juli Soemirat menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi sampah, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya: a. Jumlah penduduk, maksudnya semakin besar jumlah penduduk maka semakin banyak pula jumlah sampah hasil dari berbagai kegiatan manusia. b. Keadaan sosial ekonomi, maksudnya semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang atau masyarakat, maka semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampah disini semakin banyak yang bersifat tidak dapat membusuk atau anorganik. c. Kemajuan teknologi, maksudnya dengan terjadinya kemajuan teknologi akan dapat menambah jumlah maupun kualitas sampah. Oleh karena
54
2014
Chairil Nizar, Sumber-sumber Sampah, www.ilmusipil.com , diakses tanggal 10 Mei
45
pemakaian bahan baku dan cara pengepakan yang semakin beragam, dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.55 D.
Kerangka Berfikir Kerangka berfikir dalam penelitian tentang ―pengaruh penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di Desa Ragajaya Bogor‖ ini, berdasarkan al-Qur‘an surat al-A‘raf ayat 56 tentang pentingnya mengelola dan menjaga lingkungan hidup, surat al-Baqarah ayat 205 dan al-Qasas ayat 77 tentang ketidaksukaan Allah SWT terhadap kerusakan dan yang membuat kerusakan di muka bumi. Selain berpijak pada ayat al-Qur‘an di atas, alur pemikiran lain dalam penelitian ini berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah serta konsep-konsep penyuluhan agama dan kesadaran lingkungan. Selanjutnya alur pemikiran yang digunakan dalam penelitian ―pengaruh penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di Desa Ragajaya Bogor‖ ini dapat dilihat dalam gambar 1. kerangka berfikir penelitian di bawah ini sebagai berikut:
55
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), Cet. Ke-7, h. 154
46
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian
-Ceramah -FGD -Demplot
Metode Penyuluhan Agama
Kesadaran Pengelolaan Lingkungan -Pengajian -Alat Peraga -Sampah kering
-Tidak Tahu -Tahu Perubahan Kognitif -Mau Perubahan Afektif -Mampu Perubahan Psikomotorik
Media Penyuluhan Agama
Dalam penerapan metode penyuluhan agama di atas, pertama kali tim pemberdayaan/penyuluhan melakukan penyadaran pengelolaan lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah dengan metode atau cara ceramah, diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) dan demonstrasi terplot melalui media pengajian, alat peragaan dan pemanfaatan sampah kering. Metode dan media ini digunakan dalam menyampaikan informasi untuk menambah pengetahuan, pemahaman dan kesadaran kelompok majelis taklim tentang pengelolaan lingkungan tempat tinggal sekitar. Dalam pelaksanaannya, metode dan media penyuluhan di atas dilakukan secara bersamaan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, seperti metode ceramah dengan media pengajian, metode diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) dengan media alat peragaan dan metode demonstrasi terplot dengan media pemanfaatan sampah kering. Tujuan pemilihan metode dan media penyuluhan agama di atas dikarenakan untuk memudahkan penyebaran informasi kepada khalayak sasaran dalam hal ini ibu-ibu majelis taklim Nurul Falah yang sudah biasa melakukannya dan dipilih oleh peneliti untuk diteliti,
47
karena ingin melihat dan menganalisis apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode dan media dalam penyuluhan agama di atas untuk kesadaran pengelolaan lingkungan ibu-ibu majelis taklim? Penggunaan metode dan media di atas akan berpengaruh signifikan manakala terdapat perubahan pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan perilaku (psikomorik) ibu-ibu majelis taklim yang semula tidak tahu menjadi tahu apa yang harus dilakukan, mau melakukan dengan benar dan mampu melakukan dengan menerapkan kebiasaan baru secara benar dalam mengelola dan menjaga lingkungan tempat tinggal sekitar.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Ruang Lingkup Penelitian 1. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang dapat memberikan informasi sesuai dengan objek yang diteliti, yaitu anggota kelompok majelis taklim Nurul Falah Kabupaten Bogor. Sedangkan objek adalah keseluruhan permasalahan yang dibicarakan dalam penelitian,1 dalam hal ini adalah penggunaan metode dan media dalam kegiatan penyuluhan agama untuk kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Majelis Taklim Nurul Falah yang beralamat di Jl. Kecubung I Citayam Desa Ragajaya Kabupaten Bogor dan dipilih secara sengaja dengan alasan: a. Bank Sampah Melati Bersih Majelis Taklim Nurul Falah didirikan oleh Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hasil kerjasama dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) tahun 2013. b. Penjajakan dalam penyadaran pengelolaan lingkungan dan pendirian bank sampah Melati Bersih Majelis Taklim Nurul Falah diawali dengan kegiatan penyuluhan agama. c. Adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang dimiliki peneliti.
1
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 135
48
49
Adapun waktu penelitian dalam penulisan skripsi ini dimulai bulan Mei sampai dengan Juli 2014. B.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif analisis. Pendekatan kuantitatif dipilih karena dapat menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan tetap.2 Secara sederhana menurut Nanang Martono pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian dengan mengumpulkan data berupa angka, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut.3 Adapun jenis penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya.4 Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis apa adanya mengenai penggunaan metode dan media penyuluhan agama untuk peningkatan kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di kelompok majelis taklim Nurul Falah Desa Ragajaya Kabupaten Bogor.
2
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 36 3 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Sekunder, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. Ke-2, h. 20 4 M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. Ke-2, h. 89
50
C.
Populasi dan Sampel Populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.5 Sesuai judul penelitian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok majelis taklim Nurul Falah Desa Ragajaya Bogor sebanyak 50 orang. Sedangkan sampel adalah bagian dari kumpulan objek penelitian (populasi) yang dipelajari dan diamati.6 Adapun sampel dalam penelitian ini, yaitu anggota majelis taklim yang menjadi nasabah atau mengikuti kegiatan bank sampah melati bersih. Dalam
penentuan
sampel,
peneliti
menghendaki tingkat presisi dengan tingkat kesalahan (margin error) 10% pada derajat kebenaran 90% berdasarkan pada rumus Slovin sebagai berikut7: n=
N___ N(d)2 + 1
Keterangan: n = Jumlah Sampel yang Dicari N = Jumlah Populasi d = Nilai Presisi (10%) Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: n=
N___ = __ 50____ N(d)2 + 1 50(0,1)2 + 1
= 50_ 0,5+1
=
50_ 1,5
= 33,33 dibulatkan menjadi 35
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 35 responden.
5
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 99 6 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), h. 78 7 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 137
51
D.
Variabel Penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari: a. Metode
penyuluhan
meliputi
metode
ceramah,
metode
diskusi
kelompok/Foccus Group Discussion (FGD), dan metode demonstrasi terplot. b. Media penyuluhan meliputi pengajian, alat peragaan dan pemanfaatan sampah kering. 2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu kesadaran lingkungan yang terdiri dari: a. Tidak tahu b. Tahu dengan adanya perubahan pengetahuan (kognitif) c. Mau dengan adanya perubahan sikap (afektif) d. Mampu dengan adanya perubahan perilaku (psikomotorik/konatif) E.
Definisi Operasional dan Indikator Penelitian Adapun definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Metode penyuluhan disini adalah cara atau teknik penyuluhan yang dilakukan dalam menstransformasikan pengetahuan kepada sasaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan atau direncanakan dengan cara ceramah, diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) dan demonstrasi plot. a. Metode ceramah disini adalah menyampaikan materi penyuluhan kepada sasaran tentang kebersihan lingkungan yang dikaitkan dengan nilai-nilai agama melalui ceramah.
52
b. Metode diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) disini adalah menyampaikan materi penyuluhan dengan cara melakukan diskusi kelompok yang terarah terkait pengelolaan kebersihan lingkungan. c. Metode demonstrasi terplot disini adalah menyampaikan materi penyuluhan dengan memberikan contoh praktik langsung dalam pemanfaatan sampah kering. 2. Media penyuluhan disini adalah semua alat atau saluran komunikasi dalam menyampaikan materi penyuluhan sebagai upaya untuk mempermudah penyampaian materi penyuluhan yang terdiri dari media pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering. a. Media pengajian disini adalah saluran komunikasi dalam kegiatan belajar agama pada kelompok majelis taklim Nurul Falah dengan materi pengajian tentang pelajaran agama dan pengelolaan lingkungan. b. Media alat peragaan disini adalah alat komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada kelompok majelis taklim Nurul Falah. c. Media pemanfaatan sampah kering disini adalah pemanfaatan dan pengelolaan sampah kering dengan cara ditabungkan ke bank sampah dan digunakan untuk bahan kerajinan tangan. 3. Kesadaran lingkungan disini adalah adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman kelompok majelis taklim Nurul Falah tentang pengelolaan lingkungan yang diwujudkan dalam tindakan menjaga dan mengelola lingkungan sekitar. Kesadaran lingkungan ini berawal dari tidak tahu menjadi tahu, kemudian mau dan mampu menjaga dan mengelola lingkungan.
53
a. Tidak tahu disini maksudnya kelompok majelis taklim Nurul Falah tidak mengerti dan mengetahui apa yang harus dilakukan dalam pemanfaatan sampah untuk menjaga lingkungan. b. Tahu disini maksudnya kelompok majelis taklim Nurul Falah mengerti dan tahu tentang manfaat mengelola sampah untuk menjaga lingkungan yang ditandai dengan peningkatan pengetahuan (kognitif). c. Mau disini maksudnya kelompok majelis taklim Nurul Falah mau belajar mengelola lingkungan dengan memilah sampah kering dan basah. d. Mampu disini maksudnya kelompok majelis taklim Nurul Falah mampu memilah sampah dengan cepat, tepat untuk menjaga lingkungan sekitar. F.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, antara lain sebagai berikut: 1. Observasi atau pengamatan Observasi atau pengamatan merupakan susunan proses pengamatan dan ingatan baik biologis maupun psikologis.8 Semua bentuk penelitian psikologis, baik kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya yang diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek fenomena tersebut.9. Adapun observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pengajian dan penyuluhan agama tentang lingkungan serta psoses
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-14, h.145 9 E. Kristi Perwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Depok: LPSP3-UI, 2011), Cet. Ke-4, h. 134
54
pendirian dan pengelolaan sampah melalui bank sampah pada kelompok majelis taklim Nurul Falah. 2. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dan tertulis.10 Pengumpulan data menggunakan kuesioner ini diberikan oleh peneliti kepada Ibu-Ibu majelis taklim Nurul Falah untuk mengetahui dan manganalisis pengaruh metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran pengelolaan lingkungan. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.11 Peneliti mendokumentasikan kegiatan majelis taklim Nurul Falah, penyuluhan agama dan proses pengelolaan sampah melalui bank sampah serta mencari dokumen-dokumen tertulis lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian. G.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisis data yang berwujud angka kemudian menguraikan secara naratif.12 Analisis dalam penelitian ini meliputi:
10
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 239 11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h, 236 12 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 336-337
55
1. Uji Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui bagaimana hubungan fungsional ataupun kausal antara beberapa variabel independen dengan variabel dependen. Meunurut Fred N. Kerlinger persamaan umum regresi linier berganda adalah sebagai berikut13: Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + …. +anXn Keterangan: Y
= Variabel denpenden (kesadaran pengelolaan lingkungan)
X
= Variabel independen (metode dan media penyuluhan)
a0
= Konstanta
a1
= Angka arah atau koefisien regresi untuk variabel bebas ke-1
an
= Angka arah atau koefisien regresi untuk variabel bebas ke-n
2. Uji Koefisien Korelasi Uji koefisien korelasi ini berfungsi untuk melihat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebasnya. Setelah data diklasifikasikan, kemudian diolah dan dianalisis dengan penelaahan hubungan antara variabel-variabel pada situasi atau kelompok subyek yang dilakukan untuk melihat hubungan antara fenomena atau hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Menurut Sugiyono, untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 3 di bawah ini sebagai berikut14:
13
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 929-939 14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-14, h.184
56
Tabel 3. Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
3. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R square. Namun untuk regresi berganda sebaiknya menggunakan R square yang telah disesuaikan (Adjusted R square), karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Menurut Santoso, nilai R square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R square berkisar antara 0 sampai dengan 1. Secara umum sampel dengan data deret waktu (times series) memiliki R square maupun Adjusted R square dikatakan cukup tinggi dengan nilai di atas 0,5.15 4. Uji F-tes (simultan) Uji simultan dengan uji F ini bertujuan untuk megetahui pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun besaran taraf signifikansinya adalah sebesar α = 1 % sampai dengan α =10 % Untuk melakukan pengujian hipotesis, maka ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu dengan merumuskan:
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-14, h.187-188
57
H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel metode dan media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. H1 : β0 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel metode dan media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. Jika sig F > 0,1 maka berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig F < 0,1 maka berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.16 5. Uji t-tes (parsial) Uji parsial dengan uji (t-tes) ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individu (parsial) terhadap variabel dependen. Adapun nilai taraf signifikansinya sebesar α = 1 % sampai dengan α = 10 %.17 Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu merumuskan hipotesis nol (H0) dan harus disertai pula hipotesis alternatifnya (H1) seperti berikut ini: a) Variabel metode penyuluhan (X1) H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel metode penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah.
16
Fred N.Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: UGM Press, 2004), Cet. Ke-10, h.330-332 17 Ibid, h. 343-344
58
H1 : β0 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel metode penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. b) Variabel media penyuluhan H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. H1 : β0 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah Jika sig t > 0,1 maka berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig t < 0,1 maka berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. H.
Instrumen Pengumpulan Data Dalam membuat koesioner, teknik pengukurannya menggunakan skala likert dengan 5 kategori pilihan jawaban dan masing-masing kategori memiliki nilai tertentu, baik pernyataan favorable maupun unfavorable. Penggunaan skala likert dipilih agar memudahkan subyek penelitian. Adapun 5 kategori jawaban dalam Skala likert dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini sebagai berikut18:
18
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet. Ke-2, h. 110-113
59
Tabel 4. Bobot nilai skala likert Kategori Pilihan
Favorable
Unfavorable
Sangat Sejutu/Sesuai (SS)
5
1
Setuju/Sesuai (S)
4
2
Cukup Setuju (CS)
3
3
Tidak Setuju/Sesuai (TS)
2
4
Sangat Tidak Setuju/Sesuai (STS)
1
5
Selanjutnya untuk mengetahui apakah instrumen tersebut tepat untuk melakukan pengukuran dan untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian, maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen. a. Uji Validitas 19 Uji validitas berguna untuk mengukur ketepatan instrumen penelitian. Suatu instrumen dikatakan valid jika mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti validitasnya rendah. Pendekatan yang digunakan untuk uji validitas dalam penelitian ini adalah construct validity, yaitu untuk mengukur construct tertentu yang artinya apakah suatu instrumen mengukur construct sesuai yang diharapkan. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen penelitian ini adalah rumus korelasi Pearson Product Moment dan menggunakan program SPSS 21 for Windows. Adapun blue print untuk skala metode, media dan kesadaran lingkungan sebelum dilakukan uji coba validitas instrument terlihat pada tabel 5 dan 6 di bawah ini sebagai berikut:
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h.328
60
Tabel 5. Blue print Skala Metode Penyuluhan (sebelum validitas instrumen) No
Dimensi Metode Penyuluhan
1
Ceramah
2
Diskusi (FGD)
3
Demonstrasi Plot
Item Favorable 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 9, 10, 11, 12, 13, 14 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 Jumlah
Unfavorable
Jumlah 8 6 7 21
Tabel 6. Blue print Skala Media Penyuluhan (sebelum validitas instrumen) No 1 2 3
Dimensi Media Penyuluhan
Item
Favorable 22, 23, 24, 25, Pengajian 26 27, 28, 29, 30, Alat Peraga 31, 32 33, 34, 35, 36, Pemanfaatan sampah kering 37, 38 Jumlah
Unfavorable
Jumlah 5 6 6 17
Tabel 7. Blue print Skala Kesadaran Pengelolaan Lingkungan (sebelum validitas instrumen) No 1
2 3
Dimensi Kesadaran Pengelolaan Lingkungan
Favorable 39, 40, 41, 42, Pengkuran Pengetahuan 43, 44, 45, 46, (Kognitif) 47, 48, 49, 50 51, 53, 54, 55, Pengukuran Sikap (Afektif) 56, 59, 62, 63, 65, 67, 68 Pengukuran Perilaku 69, 70, 71, 72, (Psikomotorik) 73, 75, 80, 84 Jumlah
Item Unfavorable
Jumlah 12
52, 57, 58, 60, 61, 64, 66
18
74,76, 77, 78, 79, 81, 82, 83
16 46
Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dengan teknik Product Moment pada skala metode penyuluhan sebanyak 30 responden, dari 21 item butir pernyataan yang diujicobakan terdapat 2 item butir yang tidak valid. Item yang gugur/tidak valid ini dikarenakan pernyataan yang kurang jelas atau
61
kurang dipahami oleh responden. Sehingga item yang valid atau yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya sebanyak 19 butir pernyataan seperti terlihat pada blue print tabel 8 (skala metode penyuluhan setelah validitas instrumen). Besarnya skor metode penyuluhan pada kisaran minimal 19 poin dan maksimal 95 poin. Tabel 8. Blue print Skala Metode Penyuluhan (setelah validitas instrumen) No
Dimensi Metode Penyuluhan
1
Ceramah
2
Diskusi (FGD)
3
Demonstrasi Plot
Item Favorable 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 9, 10, 12, 13, 14 16, 17, 18, 19, 20, 21 Jumlah
Unfavorable
Jumlah 8 5 6 19
Sedangkan pada skala media penyuluhan, dari 17 butir yang diujicobakan semua item dinyatakan valid. Sehingga item yang digunakan untuk penelitian selanjutnya sebanyak 17 butir pernyataan seperti terlihat pada blue print tabel 9 (skala media penyuluhan setelah validitas instrumen). Besarnya skor media penyuluhan pada kisaran minimal 17 poin dan maksimal 85 poin. Tabel 9. Blue print Skala Media Penyuluhan (setelah validitas instrumen) No 1 2 3
Dimensi Media Penyuluhan
Favorable 22, 23, 24, 25, Pengajian 26 27, 28, 29, 30, Alat Peraga 31, 32 33, 34, 35, 36, Pemanfaatan sampah kering 37, 38 Jumlah
Item Unfavorable
Jumlah 5 6 6 17
62
b. Uji Reliabilitas 20 Uji reliabilitas berguna untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian. Apabila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat tersebut reliable. Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil cronbach alpha > 0,60 maka data tersebut mempunyai kehandalan yang tinggi. Peneliti menggunakan teknik Internal Consistency yang dilakukan dengan cara mengukur instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dinalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument. Dalam uji reliabilitas ini, peneliti menggunakan Reliability Analysis dengan metode Cronbach‟s Alpha dengan bantuan perangkat lunak SPSS 21 for Windows. I.
Sumber Data Sumber data yang akan digunakan untuk mendapatkan data lapangan terdiri dari dua sumber antara lain: a. Sumber data primer, yaitu sumber data yang didapati dari para responden yang akan diteliti dengan cara mengisi kuesioner. Responden disini adalah Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah yang mengikuti kegiatan penyuluhan untuk pendirian bank sampah baik yang terdaftar atau tidak sebagai nasabah
20
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 133
63
bank sampah yang sudah didirikan di Majelis Taklim Nurul Falah Desa Ragajaya Kabupaten Bogor. b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang dikumpulkan dari penelitian sebelumnya atau kepustakaan lain untuk mencari teori-teori yang sesuai atau berhubungan dengan penelitian ini, seperti skripsi, tesis, disertasi, jurnal, surat kabar harian, dan dokumentasi lainnya.
BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA A.
Profil Desa Ragajaya Kabupaten Bogo1 1. Kondisi Geografis Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 tahun 2006 tentang Pembentukan Desa di Kecamatan Bojonggede, Desa Ragajaya mempunyai wilayah seluas 403 Ha terdiri dari 67 RT dan 15 RW, yaitu sebagai berikut: Tabel 10. Luas Wilayah Per RW di Desa Ragajaya No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15.
Jumlah RT Luas (Ha) RW 01 4 ± 10 Ha 02 2 ± 13 Ha 03 3 ± 10 Ha 04 3 ± 13 Ha 05 2 ± 16 Ha 06 4 ± 12 Ha 07 4 ± 14 Ha 08 3 ± 16 Ha 09 4 ± 14 Ha 10 4 ± 11 Ha 11 2 ± 15 Ha 12 15 ±100 Ha 13 10 ± 90 Ha 14 4 ± 18 Ha 15 4 ± 18 Ha JUMLAH 67 ± 403 Ha Sumber: Disarikan dari Laporan Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta 2013 Batas-batas Wilayah Desa Ragajaya sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Depok
1
Tim FIDKOM UIN Jakarta, Laporan: Pemberdayaan Perempuan pada Rumah Tangga Miskin Melalui Pengelolaan Sampah untuk Penguatan Ekonomi Rumah Tangga di Wilayah Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor, FIDKOM UIN Jakarta kerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) Jakarta tahun 2013, h. 19-20
64
65
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tajur Halang 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Depok/Pabuaran 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Depok/Tajur Halang Jarak yang ditempuh dari kantor Desa Ragajaya ke Ibukota Pemerintahan sebagai berikut: 1. Kantor Kecamatan ± 5 KM 2. Ibukota Kabupaten Bogor ± 10 KM 3. Ibukota Propinsi Jawa Barat ± 124 KM 4. Ibukota Negara Republik Indonesia (RI) ± 60KM 2. Kondisi Demografis Desa Ragajaya yang dibentuk pada tanggal 19 September 1987 merupakan organisasi perangkat daerah di Kecamatan Bojonggede yang mempunyai wilayah administrasi Desa Ragajaya dengan pola kehidupan masyarakat pada umumnya berbudaya betawi pinggiran yang dipengaruhi oleh pola kehidupan kota Jakarta, Depok, Bogor dan Tangerang. Adapun jumlah penduduk Desa Ragajaya tercatat per 29 Februari 2012 sebanyak 24.801 jiwa atau 5.732 Kepala Keluarga dengan rincian sebagai berikut: 1. Laki-laki
: 12.163 Jiwa
2. Perempuan
: 12.636 Jiwa
Dari data tersebut sebanyak 12.400 jiwa adalah penduduk yang wajib memliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan telah terealisasi 6.950 jiwa atau sekitar ± 28 %. Adapun jumlah jiwa berdasarkan RW dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
66
Tabel 11. Jumlah Jiwa Berdasarkan RW di Desa Ragajaya No RW Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. 01 725 755 1.480 2. 02 363 377 740 3. 03 544 566 1.110 4. 04 544 566 1.110 5. 05 363 377 740 6. 06 725 755 1.480 7. 07 725 755 1.480 8. 08 544 566 1.110 9. 09 725 755 1.480 10. 10 544 566 1.110 11. 11 378 372 751 12. 12 2.720 2.831 5.550 13. 13 1.813 1.887 3.700 14. 14 725 755 1.480 15. 15 725 755 1.480 TOTAL 12.163 12.838 24.801 Sumber: Disarikan dari Laporan Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta 2013 3. Kondisi Keagamaan Kegiatan keagamaan di Desa Ragajaya berjalan sebagaimana mestinya seusai dengan agama yang dianut. Kerukunan hidup antar dan inter umat beragama berjalan harmonis dan tidak ditemui kasus-kasus sosial yang dilatar belakangi oleh agama. Jumlah sarana keagamaan di Desa Ragajaya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 12. Institusi Keagamaan di Desa Ragajaya Sarana Jumlah Pondok Pesantren 1 Buah Masjid 10 Buah Mushola 20 Buah Majelis Taklim 20 Buah Sumber: Disarikan dari Laporan Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta 2013 Adapun jumlah penganut agama di Desa Ragajaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
67
Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Agama
Jumlah (Orang) Islam 20.732 Katolik 116 Protestan 102 Hindu 2 Budha 5 Konghucu 0 Aliran Kepercayaan 0 Sumber: Disarikan dari Laporan Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta 2013 B.
Profil Majelis Taklim Nurul Falah2 1. Sejarah Singkat Majelis Taklim Nurul Falah Majelis Taklim Nurul Falah terletak di Jl. Kecubung I Citayam Komplek Departemen Pertanian, Desa Ragajaya, Bojonggede, Bogor di bawah DKM Nurul Falah yang diketuai oleh H. Junianto. MT Nurul Falah adalah wadah bagi Ibu-Ibu di lingkungan Kacapiring, Kecubung dan Kastari untuk bersilaturahim antar jama‘ah/warga dalam meningkatkan pemahaman keislaman dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Program utama MT Nurul Falah, yaitu pengajian Ibu-Ibu yang diadakan setiap hari Sabtu pukul 10.0012.00 wib di minggu Ke-Empat setiap bulannya. Selain itu, kegiatan yang sudah dilakukan selama ini, yaitu pengajian rutin, seminar parenting, bimbingan baca tulis, Tahsin, Tahfidz Qur‘an, perayaan hari besar umat Islam, seperti Maulid Nabi, Isra Mi‘raj, Muharam dan terbaru kegiatan pendirian bank sampah sebagai wadah Ibu-ibu dan warga untuk menjaga dan mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar. Ustadz dan ustadzah yang pernah dan menjadi pengisi kegiatan pengajian Ibu-Ibu diantaranya: Ustadz.
2
Wawancara peneliti dengan Ketua Majelis Taklim Nurul Falah, tanggal 20 Mei 2014 pukul. 13.30-15.00 wib
68
M. Faisal Ali Nurdin, MA, Ustadz. Ihza, S.Ag (Asisten Ustadz. Arifin Ilham), Ustadz. Zakaria, M.Ag, Utadzah Kalsum Minangsih, MA, dan lain-lain. 2. Visi dan Misi Majelis Taklim Nurul Falah a. Visi Mewujukan generasi Islam yang beriman dan bertaqwa yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta berakhlaqul karimah dengan beramal sholeh sehingga berguna bagi agama dan bangsa sesuai dengan petunjuk Al Qur‘an dan Hadits. b. Misi 1) Menjadikan masyarakat yang Islami berlandaskan Iman dan Taqwa yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Meningkaan motivasi dan potensi masyarakat dalam kehidupan seharihari 3) Mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan serta persaudaraan sesama umat Islam (Ukhuwah Islamiyah ) 3. Struktur Pengurus Majelis Taklim Nurul Falah Struktur kepengurusan majelis Taklim Nurul Falah di Jl. Kecubung I Citayam Komplek Departemen Pertanian Desa Ragajaya Bojonggede Kabupaten Bogor dapat dilihat pada gambar di bawah ini sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur Pengurus majelis taklim Nurul Falah Desa Ragajaya Bogor
69
70
4. Kegiatan Majelis Taklim Nurul Falah Kegiatan majelis taklim Nurul Falah seperti yang sudah disebutkan di atas antara lain: pengajian rutin satu bulan satu kali yang diadakan setiap hari Sabtu minggu ke-Empat pukul 10.00-12.00 wib; seminar parenting yang diadakan setiap perayaan hari pendidikan nasional; bimbingan baca tulis, Tahsin dan Tahfidz Qur‘an; perayaan hari besar umat Islam, seperti Maulid Nabi, Isra Mi‘raj, Muharaman; Santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa; Mengikuti perlombaan antar majelis taklim se-komplek Atsiri Permai dan paling terbaru kegiatan pendirian bank sampah sebagai wadah Ibu-ibu majelis taklim Nurul Falah dan warga untuk menjaga dan mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar C.
Profil Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta3 1. Sejarah Singkat Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta Bank sampah melati bersih Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan tanggal 30 dan 31 Agustus 2013 di empat majelis taklim wilayah kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor. Keempat majelis taklim tersebut antara lain; majelis taklim al-Wardah, at-Taqwa, Uswatun Hasanah dan Nurul Falah. Pendirian bank sampah ini bertujuan untuk membantu laju perekonomian rumah tangga miskin
ke tingkat
yang lebih baik
dengan memadukan kegiatan
kewirausahaan dan pendidikan pengelolaan lingkungan.
3
Tim FIDKOM UIN Jakarta, Laporan: Pemberdayaan Perempuan pada Rumah Tangga Miskin Melalui Pengelolaan Sampah untuk Penguatan Ekonomi Rumah Tangga di Wilayah Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor, FIDKOM UIN Jakarta kerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) Jakarta tahun 2013, h. iii-46
71
Kegiatan pendirian bank sampah ini didahului dengan melakukan kajian dan asemen awal, selanjutnya tim melaksanakan penyuluhan agama untuk menambah pengetahuan, baik pengetahuan tentang agama, lingkungan, ekonomi
keluarga
maupun
keterampilan
masyarakat
dalam
rangka
pengentasan kemiskinan. Setelah bank sampah berdiri, pengelolaan, pemilahan dan penimbangan sampah di bank sampah dilakukan oleh masing-masing majelis taklim dengan Bapak Drs. H. Bambang B.S, MM pemilik lapak bank sampah melati bersih. Dalam perjalanannya, nasabah bank sampah sudah bertambah lebih banyak daripada awal-awal pendirian bank sampah. Oleh karena itu, bank sampah FIDKOM UIN Jakarta dibagi menjadi empat dengan pengurus masingmasing berdasarkan wilayah majelis taklim berada. 2. Struktur pengurus Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta Majelis Taklim Nurul Falah Gambar 3. Struktur Kepengurusan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM majelis taklim Nurul Falah
72
3. Kegiatan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta Majelis Taklim Nurul Falah Kegiatan bank sampah melati bersih Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta majelis taklim Nurul Falah antara lain: pengelolaan, pemilahan dan penimbangan sampah, sosialisasi mengajak Ibu-Ibu lain yang belum tergabung, pengajian rutin seperti biasa, penghijauan, membuat kompos, mendaur ulang sampah kering/ membuat kerajinan tangan dari sampah kering, santunan dan lain sebagainya.
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS DATA A.
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah di Komplek Pertanian Jl. Kecubung, Kecamatan Bojonggede Desa Ragajaya Kabupaten Bogor sebanyak 35 orang yang dipilih secara acak sederhana. Ibu-Ibu majelis taklim tersebut yang pernah mengikuti kegiatan penyuluhan agama untuk peningkatan kesadaran pengelolaan lingkungan melalui pendirian bank sampah, baik yang terlibat langsung maupun yang tidak menjadi nasabah bank sampah. Adapun karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dan usia terlihat pada tabel 14 dan tabel 15 sebagai berikut: Tabel. 14 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
≤SMA
15
42,9 %
>SMA – S1
18
51,4 %
>S1
2
5,7 %
35
100 %
Jumlah
Tabel. 15 Karakteristik responden berdasarkan usia Usia
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
≤35 tahun
4
11,5 %
>35 – 45 tahun
9
25,7 %
>45 tahun
22
62,8 %
35
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel 14, terlihat bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan > SMA – S1. Sedangkan tabel 13 terlihat bahwa sebagian besar responden berusia > 45 tahun. Hal ini terjadi karena dalam pemilihan
73
74
responden peneliti mengabaikan pengaruh tingkat pendidikan dan usia terhadap kesadaran pengelolaan lingkungan. Untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik respon metode, media dan kesadaran lingkungan Ibu-Ibu majelis taklim Nurul Falah dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut: Tabel. 16 Perbandingan Rata-Rata Respon Metode, Media dan Kesadaran Lingkungan Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah. Metode Ceramah
33, 60
FGD
19, 71
Demplot
Kesadaran Lingkungan Pengetahuan Sikap Perilaku (Kognitif) (Afektif) (Konatif)
Media Pengajian
Alat Peragaan Pemanfaatan 23, 34 Sampah Kering Rangking
19, 49 23, 29 40, 97
53, 80
52, 03
3
1
2
24, 11
Berdasarkan tabel 16 di atas menunjukkan nilai rata-rata metode ceramah yang digunakan pada metode penyuluhan agama untuk peningkatan kesadaran pengelolaan lingkungan mempunyai nilai lebih tinggi (33,60) dari metode focus group discussion (19,71) dan demonstrasi plot (23,34). Dalam penggunaan media penyuluhan agama menunjukkan bahwa media pemanfaatan sampah kering (24,11) dan media alat peragaan (23,29) merupakan media penyuluhan yang lebih tinggi nilai rata-ratanya dari pada media pengajian (19,49). Selanjutnya tabel 16 juga menunjukkan tingkat kesadaran pegelolaan lingkungan dengan aspek sikap (afektif), yaitu sebesar 53,80 merupakan tingkat kesadaran tertinggi dari pada aspek perilaku (konatif) sebesar 52,03 dan aspek pengetahuan (kognitif) dengan nilai 40,97. Nilai pengetahuan (kognitif) responden
75
tentang pengelolaan lingkungan yang rendah diduga responden tidak selalu memperbarui
mencari
informasi
(pengetahuan)
baru
dalam
mengikuti
perkembangan mengenai pengelolaan lingkungan dengan baik. Nilai rata-rata aspek afektif yang tinggi (53,80) dari pada aspek konatif (52,03) menandakan bahwa proses perubahan perilaku (kesadaran) sasaran penyuluhan masih dalam tahapan mau dan sedikit mampu (conscious competence). Hal tersebut diduga Ibu-Ibu majelis taklim yang mengikuti kegiatan penyuluhan agama melalui pendirian bank sampah tidak semua ikut menjadi nasabah yang disebabkan beberapa faktor, seperti kemauan ada tapi takut sama tukang sampah keliling yang biasa meminta sampah-sampahnya, ada juga karena jumlah produksi sampahnya sedikit sehingga tidak ikut menjadi nasabah dan faktor yang lainnya. Menurut Totok Mardikanto hal demikian bisa saja terjadi karena penyuluhan merupakan proses merubah kebiasaan sasaran harus dilakukan secara terus menerus dan belum tentu langsung berhasil sekali jadi. Selanjutnya dijelaskan penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku baik pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (konatif) khalayak sasaran agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi perbaikan kesejahteraan hidupnya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya. 1
Menurut Soekanto terdapat empat tingkatan kesadaran yang masingmasing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya mulai dari yang
1
Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Surakarta: UNS Press, 1993), h. 14-17
74
terendah sampai dengan yang tertinggi.2 Selanjutnya Geller berpendapat bahwa perubahan tingkatan kesadaran tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya: Pertama, Unconscious Incompetence yaitu tahapan pertama dimana seseorang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Kedua, Conscious Incompetence yaitu tahapan kedua dimana seseorang mengerti atau tahu apa yang seharusnya dilakukan, tetapi perlu adanya pembelajaran bagaimana untuk melakukannya secara benar. Ketiga, Conscious Competence yaitu tahapan ketiga dimana seseorang dapat melakukannya dengan benar dikarenakan telah mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Keempat, Unconscious Competence, yaitu tahapan terakhir dimana seseorang telah mempunyai kebiasaan dan mengetahui secara benar apa yang dilakukannya.3 Tahapan keempat di atas merupakan titik akhir atau puncak dari keberhasilan penyuluhan sesuai dengan salah satu falsafahnya yang diutarakan Kelsey dan Hearne dalam Totok Mardikanto, yaitu penyuluhan dilakukan dengan cara bekerja bersama masyarakat agar mereka mampu menolong dirinya sendiri dan tidak lagi bergantung kepada penyuluh setelah kegiatan penyuluhan berakhir.4 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan perilaku sasaran yang terjadi bisa saja masih berada pada tahapan pengetahuan (kognitif), atau sikap (afektif) atau bahkan sudah masuk kedalam tahapan keterampilan (konatif).
2
Retno Jamanti, eJurnal: “Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran Lingkungan Masyarakat Kelurahan Termindung Permai Samarinda, tahun 2014, vol. 2 (1), ejournal.ilkom.fisip.unmul.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 h. 24 3 Ambar Sih Wadani, Penelitian: Studi Tentang Literatur Kesadaran, h. 12-13, lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 4 Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Surakarta: UNS Press, 1993), h. 19-22
75
B.
Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama terhadap Kesadaran Lingkungan 1.
Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama terhadap Kesadaran Lingkungan Untuk mengetahui hubungan antara variabel kesadaran lingkungan terhadap
variabel metode dan media penyuluhan agama, maka setelah dilakukan pengolahan data dengan bantuan bantuan perangkat lunak (Software) SPSS 21 didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 17. Output Regresi Linier Variabel Metode dan Media Terhadap Kesadaran Lingkungan KL = f (MTD, MDA) Regression Variables Entered/Removed Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
MDA, MTD
a
Method
b
. Enter
a. Dependent Variable: KL b. All requested variables entered.
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
Change Statistics R Square
F Change
Change ,656
1
a
,431
,395
,24948
,431
12,104
a. Predictors: (Constant), MDA, MTD a
ANOVA Model
Sum of
Df
Mean
Squares
1
1,507
2
,753
Residual
1,992
32
,062
Total
3,498
34
b. Predictors: (Constant), MDA, MTD
Sig.
Square
Regression
a. Dependent Variable: KL
F
12,104
,000
b
76
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Beta
1,489
,538
MTD
,509
,168
MDA
,136
,165
(Constant) 1
Std. Error
2,769
,009
,546
3,022
,005
,149
,826
,415
a. Dependent Variable: KPL
a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil olahan data seperti terlihat pada tabel 17, maka persamaan pengaruh metode dan media penyuluhan terhadap kesadaran pengelolaan lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah adalah : KL = 1,489 + 0,509MTD + 0,136MDA ……………………………… (1) Dari persamaan 1 terlihat bahwa terdapat hubungan positif antara metode dan media penyuluhan dengan kesadaran lingkungan. Hal ini berarti bahwa semakin besar metode dan media penyuluhan, semakin besar pula kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim tersebut. Adapun angka 1,489 berarti apabila nilai metode dan media penyuluhan nol, maka besarnya kesadaran lingkungan sebesar 1,489. Sedangkan koefisien 0,509 pada variabel metode dan 0,136 pada variabel media, berarti apabila terdapat penambahan sebesar satu satuan variabel metode dan media, maka akan terjadi penambahan kesadaran lingkungan sebesar 0,509 yang berasal dari variabel metode penyuluhan dan 0.136 berasal dari media penyuluhan tersebut. b) Uji Serentak Variabel Regresi Linier Berganda (uji F-test) Dari tabel 17 Anova juga terlihat bahwa pengaruh metode dan media penyuluhan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
kesadaran
77
lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. Bila dilihat dari hasil uji Ftest dimana nilai signifikansinya (0,000b) kurang dari 5%, ini menunjukkan bahwa persamaan tersebut cukup relevan untuk menerangkan fenomena yang ada. c) Uji Parsial pada Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test) Selanjutnya untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap kesadaran lingkungan, dilakukan pengujian parsial untuk masing-masing variabel seperti pada tabel 17. Dari tabel output koefisien terlihat bahwa variabel metode penyuluhan mempunyai t hitung 3,022 lebih besar dari t tabel (2,021), hal ini juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya (0,005) kurang dari atau sama dengan 5%. Sedangkan variabel media penyuluhan mempunyai t hitung (0,826) lebih kecil dar t tabel (2,021), atau nilai signifikansinya (0,415) lebih dari 5%. Hal ini berarti bahwa variabel metode penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan sedangkan media penyuluhan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan tehadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi Berdasarkan tabel 17 terlihat bahwa koefisien korelasi sebesar 0,656, berarti terdapat hubungan yang (positif) kuat antara variabel metode dan media dengan kesadaran lingkungan. Hal ini juga ditunjukkan dengan koefisien determinasi yaitu sebesar 0,43 yang berarti bahwa pengaruh variabel metode penyuluhan dan media penyuluhan sebesar 43% terhadap kesadaran lingkungan, sedangkan 57% lainnya ditentukan oleh variabel lain diluar model.
78
2.
Pengaruh Dimensi Variabel Metode dan Media Penyuluhan Agama terhadap Peningkatan Kesadaran Lingkungan Selanjutnya untuk mengetahui bagian mana yang paling berpengaruh dari
dimensi-dimensi variabel metode penyuluhan agama yaitu: (1) ceramah, (2) diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD), (3) demonstrasi terplot (demplot) dan dimensi-dimensi media penyuluhan agama yaitu: (1) pengajian, (2) alat peragaan, dan (3) pemanfaatan sampah kering terhadap kesadaran lingkungan, maka setelah dilakukan pengolahan data dengan bantuan perangkat lunak (Software) SPSS 21 didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 18. Output Regresi Linier Dimensi Variabel Metode dan Media terhadap Kesadaran Lingkungan KL = f (CRM, DSK, DPL, PGJ, APR, PSM) [DataSet0] Variables Entered/Removed Model
Variables
Variables
Entered
Removed
a
Method
PSM, DSK, 1
. Enter
APR, CRM, DPL, PGJ
b
a. Dependent Variable: KL b. All requested variables entered. Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
Change Statistics R Square
F Change
Change 1
,695
a
,483
,373
,25405
,483
4,368
a. Predictors: (Constant), PSM, DSK, APR, CRM, DPL, PGJ a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1,691
6
,282
Residual
1,807
28
,065
Total
3,498
34
a. Dependent Variable: KL b. Predictors: (Constant), PSM, DSK, APR, CRM, DPL, PGJ
F 4,368
Sig. ,003
b
79
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error 1,275
,611
CRM
,137
,171
DSK
,323
DPL
Beta 2,087
,046
,153
,803
,429
,131
,430
2,464
,020
,034
,120
,053
,283
,779
PGJ
,039
,148
,059
,264
,794
APR
,082
,134
,115
,609
,547
PSM
,088
,178
,099
,493
,626
a. Dependent Variable: KL
a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil olahan data seperti terlihat pada tabel 18, maka persamaan pengaruh metode dan media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah adalah: KL = 1,275 + 0,137CRM + 0,323DSK + 0,034DPL + 0,039PGJ + 0,082APR + 0,088PSM………... ……………………………… (2) Keterangan : CRM
= Ceramah
DSK
= Diskusi kelompok/Foccus group discussion
DPL
= Demonstrasi terplot (demplot)
PGJ
= Pengajian
APR
= Alat peragaan
PSM
= Pemanfaatan sampah kering
Dari persamaan 2 terlihat bahwa terdapat hubungan positif antara ceramah, diskusi kelompok, demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering dengan kesadaran ingkungan kelompok majelis
80
taklim Nurul Falah. Hal ini berarti bahwa semakin besar ceramah, diskusi kelompok, demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering, semakin besar pula kesadaran lingkungan majelis taklim tersebut. Adapun angka 1,275 berarti apabila nilai masing-masing dimensi metode dan media nol, maka besarnya kesadaran lingkungan sebesar 1,275. Sedangkan apabila terdapat penambahan sebesar satu satuan pada tiap-tiap dimensi-dimensi variabel metode dan media, maka akan terjadi penambahan kesadaran lingkungan sebesar konstanta yang ada pada masing-masing dimensi variabel metode dan media tersebut. b) Uji Serentak Variabel Regresi Linier Berganda (uji F-test) Dari tabel 18 Anova juga terlihat bahwa pengaruh dimensi ceramah, diskusi kelompok, demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran lingkungan. Bila dilihat dari hasil uji F-test dimana nilai signifikansinya (0,003b) kurang dari 5%, ini menunjukkan bahwa persamaan tersebut cukup relevan untuk menerangkan fenomena yang ada. c) Uji Parsial pada Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test) Selanjutnya untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap kesadaran lingkungan, dilakukan pengujian parsial untuk masing-masing variabel seperti terlihat pada tabel 18. Dari tabel 18 terlihat bahwa dimensi diskusi kelompok/FGD (DSK) mempunyai nilai t hitung (2,464) lebih besar dari t tabel (2,021). Keadaan tersebut juga dapat dilihat dari nilai siginifikansinya (0,020) atau kurang dari 5%. Hal ini berarti dimensi diskusi kelompok/FGD (DSK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
81
peningkatan kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah, sedangkan dimensi ceramah (CRM), demonstrasi terplot (DPL), pengajian (PGJ), alat peragaan (APR), dan pemanfaatan sampah kering (PSM) hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan dengan t hitung lebih kecil dari t tabel. d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi Berdasarkan tabel 18 terlihat bahwa koefisien korelasi sebesar 0,695 berarti terdapat hubungan (positif) kuat antara dimensi ceramah, diskusi, demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering dengan kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah. Hal ini juga ditunjukkan dengan koefisien determinasi yaitu sebesar 0,483 yang berarti bahwa dimensi ceramah, diskusi, demontrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering sebesar 48,3% berpengaruh positif terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim tersebut, sedangkan 51,7% lainnya ditentukan oleh variabel diluar model.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan tentang pengaruh metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di Desa Ragajaya Bogor yang telah dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tingkat kesadaran kelompok majelis taklin Nurul Falah dalam mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar sudah mengetahui (kognitif), mau (afektif) dan mampu (konatif) melakukan penjagaan dan pengelolaan lingkungan yang tergolong lebih baik. Hanya saja peningkatan kesadaran yang terjadi masih lebih tinggi pada aspek afektif (kemauan) daripada aspek konatif (kemampuan), dengan skor rata-rata afektif sebesar 53,80 dan konatif sebesar 52,03. Hal tersebut diduga Ibu-Ibu majelis taklim yang mengikuti kegiatan penyuluhan agama melalui pendirian bank sampah tidak semua ikut menjadi nasabah yang disebabkan beberapa faktor, seperti kemauan ada tapi takut sama tukang sampah keliling yang biasa meminta sampah-sampahnya, ada juga karena jumlah produksi sampahnya sedikit sehingga tidak ikut menjadi nasabah dan faktor yang lainnya.
2.
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel metode penyuluhan dan media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah dengan F-test nilai signifikansinya sebesar (0,000b) atau kurang dari 5%. Hal ini berarti semakin besar nilai metode dan media, maka semakin besar pula kesadaran lingkungan kelompok majelis
84
85
taklim tersebut. Apabila dilihat dari masing-masing variabel, terlihat bahwa variabel metode penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran lingkungan dengan t hitung (3,022) lebih besar dari t tabel (2,021) atau nilai signifikansinya (0,005) kurang dari 5%. Sedangkan variabel media penyuluhan hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan dengan t hitung (0,826) lebih kecil dar t tabel (2,021). 3.
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan anatara dimensi ceramah (CRM), diskusi kelompok/FGD (DSK), demonstrasi terplot (DPL), pengajian (PGJ), alat peragaan (APR), dan pemanfaatan sampah kering (PSM) terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah dengan F-test nilai signifikansinya sebesar (0,003b) atau kurang dari 5%. Hal ini berarti semakin besar nilai masing-masing dimensi dari metode dan media, maka semakin besar pula kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim tersebut. Apabila dilihat dari masing-masing dimensi, terlihat bahwa dimensi diskusi kelompok/Focus Group Discussion (DSK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran lingkungan dengan t hitung (2,464) lebih besar dari t tabel (2,021) atau nilai signifikansinya (0,020) kurang dari 5%. Sedangkan dimensi ceramah (CRM), demonstrasi terplot (DPL), pengajian (PGJ), alat peragaan (APR), dan pemanfaatan sampah kering (PSM) hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan dengan t hitung lebih kecil dari t tabel.
86
B.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1.
Untuk meningkatkan peran serta kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam pengelolaan lingkungan, sebaiknya penyuluhan agama dilakukan secara berkesinambungan dan lebih inovatif sehingga dapat memikat sasaran dan pada akhirnya tercipta perubahan perilaku sasaran sesuai yang direncanakan.
2.
Untuk tim Pemberdayaan Masyarakat FIDKOM UIN Jakarta diharapkan dapat terus memantau, mengevaluasi, dan memberi masukan demi keberlanjutan dan pengembangan keterampilan lain, seperti kegiatan membuat kerajinan tangan dari sampah plastik, membuat kompos dari sampah basah dan atau membuat gerakan penghijauan dan sebagainya.
3.
Untuk majelis taklim Nurul Falah diharapkan dapat terus menerus mengikuti dan memberi semangat kepada yang lainnya terutama kepada yang belum menjadi nasabah untuk ikut andil dalam kegiatan menjaga dan mengelola lingkungan melalui bank sampah
4.
Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan dengan kajian penelitian Ekonomi Rumah Tangga Miskin.
DAFTAR PUSTAKA Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Terayon Press. 1979 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002 Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group. 2010 Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema. 2007 Dewan Redaksi Kebahasaan Indonesia. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid III L-P. Bandung: Angkasa. 2009 Hall, Calvin S & Gardner Lindzey (penulis), A. Supratiknya (terj.). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. 1993 Ismail, Asep Usman (ed.). Pengamalan Al-Qur‟an tentang Pemberdayaan Dhu‟afa. Ciputat: Dakwah Press. 2008 Iwn. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia. Jakarta: Koran Kompas. 2014 Keraf, A. Sony. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas Media Nusantara. 2010 Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral. Cet. Ke-10. Yogyakarta: UGM Press. 2004 Manaf, Mujahid Abdul. Sejarah Agama-agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1996 Manik, Karden Eddy Sontang. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Cet. Ke-3. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi. 2009 Mardikanto, Totok. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: UNS Press. 1993 ________________. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan,dalam buku Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: IPB Press. 2003
87
88
________________. Komunikasi Pembangunan –Acuan bagi Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi Pembangunan. Surakarta: UNS Press. 2010 Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Sekunder. Cet. Ke-2. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2011 Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Cet Ke-2. Ciputat: CeQDA UIN. 2007 Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press. 2011 Nasution, Zulkarimein. Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. Jakarta: Lemlit FEUI. 1990 Neolaka, Amos. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2008 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. 2005 Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2006 Prihatini, Rini Laili. Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan. UIN Jakarta. 2014 Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1994 Rais, Heppy El. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012 Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010 Salam, Syamsir dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial. Cet. Ke-1. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006 Simorangkir, O.P. Kesadaran, Pikiran dan Tanggung Jawab. Cet. Pertama. Jakarta: Yagrat. 1987 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Cet. Ke-2. Jakarta: LP3ES. 1995 Subana, M. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Cet. Ke-2. Bandung: Pustaka Setia. 2005
89
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Cet. Ke-14. Bandung: Alfabeta. 2011 Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Cet. Ke-17. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2007 ____________ (ed.). Toksikologi Lingkungan. Cet. Ke-2 Yogyakarta: UGM Press. 2005 Semiun, Yustinus. Teori Kepribadian dan Terapi Psikonalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius. 2006 SJ, W.S. Winkel. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. 1996 Tim Pemberdayaan Bank Sampah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta. Laporan Kegiatan pemberdayaan perempuan melalui bank sampah. Jakarta: Kerjasama UIN dengan KPP&PA. 2013 Widjaja, H.A.W. Komunikasi –Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara. 2002
DAFTAR PUSTAKA INTERNET Basri, Rasyidul Basri. Artikel: Kajian Diklat Terhadap Strategi dan Metode Penyuluhan Agama Islam tahun 2013. sumbar.kemenag.go.id Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. jabar.bps.go.id BKKBN. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013. www,bkkbn.go.id Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bappenas. Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera-I/KS-I) tahun 2010. www. bappenas.go.id Itasmalinda. Artikel: Pengelolaan Sampah Terkendala Fasilitas. www.koransindo.com Jamanti, Retno. Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran Lingkungan Masyarakat Kelurahan Termindung Permai Samarinda. ejournal vol. 2 (1) tahun 2014. ejournal.ilkom.fisip.unmul.ac.id
90
Kementerian Lingkungan Hidup. Rakernas Bank Sampah: Dari Sampah Membangun Ekonomi Kerakyatan tahun 2012. www.menlh.go.id Nizar, Chairil. Sumber-sumber Sampah. www.ilmusipil.com Noname. Artikel: Bank Sampah Pertama www.indonesiaberprestasi.web.id
di
Dunia
dari
Indonesia.
Pitoyo, Cahyadi. Jurnal: Studi Komposisi Sampah Perkotaan Pada Tingkat Rumah Tangga di kota Depok. www.gunadarma.ac.id Peraturan Kemenpan Nomor 54 Tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya. www.bkn.go.id Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2099 tentang Metode Penyuluhan Pertanian. www.pertanian.go.id Permanasari, Devita dan Erni Damanhuri. Penelitian: Studi Efektivitas Bank Sampah Sebagai Salah Satu Pendekatan dalam Pengelolaan Sampah yang Berbasis Masyarakat. www.ftsl.itb.ac.id SY, Yetti Wira Citerawati SY. Media Penyuluhan. www.e-bookspdf.org Trihadiningrum, Yulinah. Artikel: Perkembangan Paradigma Pengelolaan Sampah Kota dalam Rangka Pencapaian Millenium Development Goals. Surabaya: ITS. www.unhas.ac.id Wadani, Ambar Sih. lontar.ui.ac.id
Penelitian:
Studi
Tentang
Literatur
Kesadaran.
WAR. Artikel: Jumlah Warga Miskin Capai 10 Persen, Bupati Bogor Dinilai Tak Mampu Berantas Kemiskinan. sentanaonline.com
LAMPIRAN
Lampiran 4. DAFTAR NAMA RESPONDEN MT NURUL FALAH NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NAMA Ade Rina Farida Anah Kustini Ero Cucum Sumiati Dewi Roso Diana Gayatri Elizar Chaerudin Eni Endraningsih Yasir Herlina Sukmawati Miral Hj. Tiara Marly Nanang Ika Atikah Bambang Israwati Kahfi Jamila Nyi Ayu (Budi) Katrtika Hanum Harsono Laras Ati Lies Yunarti Dedi
16
Lilis Komariah (Ahmad S)
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Lilis Siswati Mintarsih Yusman Mulyani Silang Napisah Pulungan Nurul Anggrianan Purwati Rahmawati Elfianora P Siti Noroni Sani Sri Purwani Aris Sri Rahayu Gimin Sri Sayuti Silang
28
Sri Umami Raswad
29 30 31 32 33 34 35 36
Suprapti Suwarti Edy L Trinawati Mustakim Tuty Achmad Yani Maskum Yatty Koerniarty Kirman Yunita Dewi Yusri Krisnawati
PROFRSI Dosen UIN IRT IRT Penyuluh Wiraswasta Guru IRT IRT IRT Guru IRT IRT IRT Guru TK IRT Kepala Unit Keuangan FKM UI IRT IRT PNS IRT IRT PNS PNS IRT Aktifis Sosial IRT Guru TK Ka. Posyandu/Ka. Rumah Pintar Astiri IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT Pensiunan
PDDKN S2 SMA SD S1 D-3 S1 SMA SMA D-3 SMA SMA SMA PGTK S1
PUTRA/I 2 1 2 3 3 3 2 6 2 3 1 4 4 1 2
ALAMAT Jl. Kecubung III No.27 Jl. Kesturi VI No. 1 Jl. Kecubung Raya No. 20 Jl. Kacapiring III No. 7 Jl. Kacapiring I No 40 Jl. Kacapiring I No. 1 Jl. Sedap Malam Raya No. 38 Jl. Kesturi VI No. 8 Jl. Kesturi Raya No. 8 Jl. Kesturi Raya Jl. Kacapiring II No. 31 Jl. Kesturi Raya No. 19 Jl. Kesturi V No. 3 Jl.Kecubung I No. 16 Jl. Kecubung III No. 14
S2
3
Jl. Kecubung II No. 41
SMA SMA S2 SMA D-3 D-3 SKP SMA SPG/PGTK
3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 5
Jl. Kecubung III No. 11 Jl. Kesturi I No. 21 Jl. Kesturi Raya No. 13 Jl. Sedap Malam Raya No. 20 Jl. Kecubung III No. 22 Jl. Kecubung III No 6 Jl. Kacapiring II No. 5 Jl. Kecubung II No. 36 Jl. Kacapiring Raya No. 4 Jl. Kacapiring III No. 6 Jl. Kecubung III No. 4
D-3 IKIP
3
Jl. Kacapiring II No. 23
SMA SMP SMK SMA SMA SMA S1 Unpad S1
3 3 1 4 4 2 3 3
Jl. Kacapiring I No. 43 Jl. Kesturi I No. 3 Jl. Kesturi VI No. 16 Jl. Kecubung III No. 19 Jl. Kecubung Raya No. 6 Jl. Kesturi III No. 20 Jl. Kecubung I No. 2 Jl. Kacapiring I No. 27
Lampiran 8. Output Regresi Linier Metode dan Media Penyuluhan Terhadap Kesadaran Lingkungan KL = f (MTD, MDA) Regression Warning # 849 in column 23. Text: in_ID The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could not be mapped to a valid backend locale. REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT KL /METHOD=ENTER MTD MDA.
Regression Notes Output Created
30-AUG-2014 15:54:00
Comments
Input
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing
Missing Value Handling Cases Used
Syntax
Processor Time
DataSet0 <none> <none> <none> 35 User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used. REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT KL /METHOD=ENTER MTD MDA. 00:00:00,02
Elapsed Time Resources
00:00:00,05
Memory Required
1636 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
0 bytes
[DataSet0] Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
KL
4,0783
,32078
35
MTD
4,0343
,34423
35
MDA
3,9351
,35183
35
Correlations KL KL
MTD
MDA
1,000
,647
,518
Pearson Correlation
MTD
,647
1,000
,675
Sig. (1-tailed)
MDA KL MTD MDA KL
,518 . ,000 ,001 35
,675 ,000 . ,000 35
1,000 ,001 ,000 . 35
N
MTD
35
35
35
MDA
35
35
35
Variables Entered/Removed Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
MDA, MTD
b
a
Method
. Enter
a. Dependent Variable: KL b. All requested variables entered. Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
Change Statistics R Square
F Change
Change 1
,656
a
,431
,395
,24948
,431
12,104
Model Summary Model
Change Statistics df1
df2
1
2
a
Sig. F Change 32
,000
a. Predictors: (Constant), MDA, MTD a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1,507
2
,753
Residual
1,992
32
,062
Total
3,498
34
a. Dependent Variable: KL b. Predictors: (Constant), MDA, MTD
F 12,104
Sig. ,000
b
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error
Beta
1,489
,538
MTD
,509
,168
MDA
,136
,165 Coefficients
Model
2,769
,009
,546
3,022
,005
,149
,826
,415
a
95,0% Confidence Interval for B
Correlations
Collinearity Statistics
Lower Bound
1
Upper Bound
Zero-order
Partial
Part
Tolerance
(Constant)
,394
2,585
MTD
,166
,852
,647
,471
,403
,544
MDA
-,200
,472
,518
,144
,110
,544
Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics VIF (Constant)
1
MTD
1,837
MDA
1,837
a. Dependent Variable: KL Coefficient Correlations Model
a
MDA
MTD
MDA
1,000
-,675
MTD
-,675
1,000
MDA
,027
-,019
MTD
-,019
,028
Correlations 1 Covariances a. Dependent Variable: KL Collinearity Diagnostics Model
Dimension
Eigenvalue
Condition Index
a
Variance Proportions (Constant)
1
MTD
MDA
1
2,993
1,000
,00
,00
,00
2
,004
26,886
,98
,10
,24
3
,002
35,488
,02
,90
,76
a. Dependent Variable: KL
Lampiran 9. Output Regresi Linier Variabel Dimensi Metode dan Media Penyuluhan Terhadap Kesadaran Pengelolaan Lingkungan KL = f (CRM, DSK, DPL, PGJ, APR, PSM) REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT KL /METHOD=ENTER CRM DSK DPL PGJ APR PSM.
Regression Notes Output Created
30-AUG-2014 16:01:31
Comments
Input
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing
Missing Value Handling Cases Used
Syntax
Processor Time
DataSet0 <none> <none> <none> 35 User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used. REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT KL /METHOD=ENTER CRM DSK DPL PGJ APR PSM. 00:00:00,02
Elapsed Time Resources
00:00:00,02
Memory Required
3076 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
0 bytes
[DataSet0] Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
KL
4,0783
,32078
35
CRM
4,2014
,35672
35
DSK
3,9429
,42722
35
DPL
3,8906
,50481
35
PGJ
3,8971
,48111
35
APR
3,8814
,45032
35
PSM
4,0183
,36140
35 Correlations
KL KL
Pearson Correlation
N
DSK
DPL
PGJ
APR
1,000
,497
,614
,492
,386
,472
CRM
,497
1,000
,409
,497
,595
,436
DSK
,614
,409
1,000
,546
,200
,453
DPL
,492
,497
,546
1,000
,422
,584
PGJ
,386
,595
,200
,422
1,000
,528
APR
,472
,436
,453
,584
,528
1,000
PSM
,412
,579
,293
,362
,690
,340
.
,001
,000
,001
,011
,002
CRM
,001
.
,007
,001
,000
,004
DSK
,000
,007
.
,000
,125
,003
DPL
,001
,001
,000
.
,006
,000
PGJ
,011
,000
,125
,006
.
,001
APR
,002
,004
,003
,000
,001
.
PSM
,007
,000
,044
,016
,000
,023
KL
35
35
35
35
35
35
CRM
35
35
35
35
35
35
DSK
35
35
35
35
35
35
DPL
35
35
35
35
35
35
PGJ
35
35
35
35
35
35
APR
35
35
35
35
35
35
PSM
35
35
35
35
35
35
KL
Sig. (1-tailed)
CRM
Correlations PSM
Pearson Correlation
KL
,412
CRM
,579
DSK
,293
Sig. (1-tailed)
N
Variables Entered/Removed Model
Variables
Variables
Entered
Removed
,362
PGJ
,690
APR
,340
PSM
1,000
KL
,007
CRM
,000
DSK
,044
DPL
,016
PGJ
,000
APR
,023
PSM
.
KL
35
CRM
35
DSK
35
DPL
35
PGJ
35
APR
35
PSM
35
a
Method
PSM, DSK, 1
DPL
. Enter
APR, CRM, DPL, PGJ
b
a. Dependent Variable: KL b. All requested variables entered. Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
Change Statistics R Square
F Change
Change 1
,695
a
,483
,373
,25405
,483
4,368
Model Summary Model
Change Statistics df1
1 a.
df2 6
a
Predictors: (Constant), PSM, DSK, APR, CRM, DPL, PGJ
Sig. F Change 28
,003
a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1,691
6
,282
Residual
1,807
28
,065
Total
3,498
34
F
Sig.
4,368
,003
b
a. Dependent Variable: KL b. Predictors: (Constant), PSM, DSK, APR, CRM, DPL, PGJ Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error
Beta
1,275
,611
2,087
,046
CRM
,137
,171
,153
,803
,429
DSK
,323
,131
,430
2,464
,020
DPL
,034
,120
,053
,283
,779
PGJ
,039
,148
,059
,264
,794
APR
,082
,134
,115
,609
,547
PSM
,088
,178
,099
,493
,626
Coefficients Model
a
95,0% Confidence Interval for B
Correlations
Collinearity Statistics
Lower Bound (Constant)
1
Upper Bound
Zero-order
Partial
Part
Tolerance
,024
2,527
CRM
-,213
,488
,497
,150
,109
,510
DSK
,054
,591
,614
,422
,335
,607
DPL
-,212
,279
,492
,053
,038
,518
PGJ
-,265
,343
,386
,050
,036
,373
APR
-,193
,356
,472
,114
,083
,520
PSM
-,276
,451
,412
,093
,067
,460
Coefficients Model
a
Collinearity Statistics VIF (Constant)
1
CRM
1,962
DSK
1,648
DPL
1,929
PGJ
2,680
APR
1,922
PSM
2,172
a. Dependent Variable: KL Coefficient Correlations Model
PSM
a
DSK
APR
CRM
DPL
PSM
1,000
-,167
,150
-,234
-,001
DSK
-,167
1,000
-,251
-,192
-,337
APR
,150
-,251
1,000
-,004
-,320
CRM
-,234
-,192
-,004
1,000
-,178
DPL
-,001
-,337
-,320
-,178
1,000
PGJ
-,543
,278
-,384
-,267
-,071
PSM
,032
-,004
,004
-,007
-1,287E-005
DSK
-,004
,017
-,004
-,004
-,005
APR
,004
-,004
,018
,000
-,005
CRM
-,007
-,004
,000
,029
-,004
DPL
-1,287E-005
-,005
-,005
-,004
,014
PGJ
-,014
,005
-,008
-,007
-,001
Correlations
1
Covariances
Coefficient Correlations
a
Model
PGJ PSM
-,543
DSK
,278
APR
-,384
CRM
-,267
DPL
-,071
PGJ
1,000
PSM
-,014
DSK
,005
APR
-,008
CRM
-,007
DPL
-,001
PGJ
,022
Correlations
1
Covariances
a. Dependent Variable: KL Collinearity Diagnostics Model
Dimension
Eigenvalue
a
Condition Index
Variance Proportions (Constant)
CRM
DSK
DPL
1
6,963
1,000
,00
,00
,00
,00
2
,013
23,565
,00
,01
,13
,16
1
3
,009
27,475
,13
,01
,11
,17
4
,006
34,109
,03
,01
,00
,46
5
,004
39,868
,40
,01
,67
,16
6
,003
49,191
,09
,90
,00
,05
7
,002
54,747
,35
,06
,08
,00
Collinearity Diagnostics Model
Dimension
Variance Proportions PGJ
1
a
APR
PSM
1
,00
,00
,00
2
,14
,02
,04
3
,09
,13
,01
4
,00
,63
,02
5
,13
,01
,01
6
,00
,00
,25
7
,63
,20
,66
a. Dependent Variable: KL
FOTO SIDANG SKRIPSI SELASA, 09 SEPTEMBER 2014 PUKUL. 13.00-14.00 LT. 7A FIDKOM