Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP PENURUNAN SENYAWA RACUN DALAM MINYAK BIJI KAPOK (CYCLOPROPENOID FATTY ACID, CPFA) (Influence of Strorage Time on the Decreasing of a Toxic Compound in Kapok Seed Oil (Cyclopropenoid Fatty Acid, CPFA)) YUNINGSIH Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151. Bogor 16114 ABSTRACT Kapok seed (Ceiba petandra) known as an agriculture waste product has a potential for feedstuff due tue its high content of protein. However, a nature toxic compound of kapok seed oil is cyclopropenoid fatty acid (CPFA), which can cause death in animals if its in a high concentration. Decreasing of kapok seed oil was occured by trying two type of storage time of 6% kapok seed in mixed feed were keep in oven (370C) and room temperature during 5 days, respectively. Sampling of mixed feed every day and it’s extracted with petroleum ether to get a oil residue then this oil can be detected a toxic compound (CPFA) by Halphen test. The results showed that the best storing for decreasing of kapok seed oil were storing 2 days in drying oven and 3 days in room temperature as decreasing of toxic compound in kapok seed oil. Key words: Kapok seed oil, CPFA, storing, Halphen test ABSTRAK Biji kapok (Ceiba petandra ) sebagai hasil limbah pertanian yang cukup potensi untuk makanan ternak, karena mengandung protein yang cukup tinggi. Tetapi dalam bentuk minyak biji kapok mengandung racun asam lemak siklopropenoat (cyclopropenoic fatty acid, CPFA) yang dapat mengakibatkan kematian pada ternak apabila racun asam lemak siklopropenoat dalam konsentrasi tinggi. Dengan perlakuan 2 macam penyimpanan dari campuran pakan yang mengandung 6% biji kapok, yaitu penyimpanan campuran pakan dalam oven (370C) (PO) dan penyimpanan pada suhu kamar (PS) selama 5 hari, dapat menurunkan kadar minyak biji kapok (senyawa racun asam lemak siklopropenoat). Sampel diambil tiap hari dari masing-masing PO dan PS untuk dianalisis kadar minyaknya kemudian senyawa racun dalam minyak biji kapok ini dideteksi dengan cara uji Halphen. Hasil dari kedua perlakuan PO dan PS menunjukkan bahwa penyimpanan terbaik untuk PO selama 2 hari dan PS selama 3 hari yang dapat menurunkan kadar minyak biji kapok sebagai penurunan senyawa racun dalam minyak biji kapok. Kata kunci: Minyak biji kapok, asam lemak siklopropenoat, penyimpanan, uji Halphen
PENDAHULUAN Banyak para peternak yang sudah biasa menggunakan biji kapok atau bungkil biji kapok sebagai campuran dalam pakan ternak karena disamping mengandung protein yang cukup tinggi juga merupakan salah satu cara untuk pemanfaatan limbah pertanian dari hasil produksi kapok atau limbah hasil produksi minyak biji kapok. Penggunaan limbah pertanian kapok tersebut dalam campuran pakan ternak secara luas perlu dilakukan, terutama didaerah-daerah produksi kapok yang potensial.
747
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Kandungan protein dalam biji kapok ini mencapai kira-kira 30,4% protein kasar (SAHAI et al., 1968). Tetapi ada kerugiannya dalam pemakaian biji kapok dalam campuran pakan ini, karena biji kapok ini menghasilkan minyak yang mengandung racun asam lemak siklopropenoat atau cyclopropenoid fatty acid (CPFA). CPFA ini terdapat juga dalam minyak biji kapas. Kandungan CPFA dalam minyak biji kapok kurang lebih sekitar 14,50% yang lebih tinggi dari kandungan CPFA dalam biji kapas. Sementara itu kandungan CPFA yang paling tinggi terdapat dalam minyak biji tanaman Sterculia foetida, yang mengandung kurang lebih 57%. Maka banyak penelitian maupun percobaan mengenai CPFA ini dengan mempergunakan minyak dari hasil ekstrak biji tanaman Sterculia foetida sebagai pembanding atau standar CPFA (HAMMONDS et al., 1971) Kasus keracunan CPFA pada ternak akibat pemakaian biji kapok dalam campuran pakan, telah dilaporkan oleh THANU et al. (1983), yang menyatakan bahwa pemberian 5% biji kapok dalam campuran pakan untuk jenis burung, akan terjadi perubahan jaringan lemak ringan, focal necrosis dan pembendungan pada hati. Sementara itu pemberian 15%-20% biji kapok menunjukkan pembendungan dan degenerasi tubular pada ginjal. Kemudian efek lain dari penggunanaan biji kapok dalam campuran pakan ini adalah defisiensi lysine dan methionine. Pada pemberian 10% biji kapok dalam campuran pakan untuk ayam broiler menunjukkan gejala-gejala tidak bisa berdiri, keadaan mata tertutup, bulu mengkerut, sayap turun dan akhirnya jatuh kemudian ayam mati. Pada ayam petelur dengan pemberian ransum yang mengandung asam lemak siklopropionat (CPFA) terjadi perubahan warna pada putih telur yaitu dari warna putih menjadi warna pink, karena telur mengandung asam stearat yang tinggi dan kadar asam oleat yang rendah (PHELPS et al., 1965). Pada tahun 1989, telah terjadi kasus keracunan CPFA disalah satu peternakan sapi perah di Jawa Tengah akibat pemberian 22% bungkil biji kapok. Kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium toksikologi, Balitvet-Bogor, kearah uji CPFA dengan metoda menurut HAMMONDS et al. (1971) dan DEUTSMCMAN et al. (1960) terhadap sampel-sampel jaringan lemak, otak dan hati dari sapi mati yang diduga keracunan CPFA tersebut. Ternyata hasil pemeriksaan dari ketiga macam sampel tersebut menunjukkan positif senyawa racun CPFA dan yang paling tinggi kandungan racun tersebut diketemukan dalam sampel jaringan lemak (YUNINGSIH, 1993). Kasus keracunan senyawa racun CPFA terjadi juga pada tahun 1995, disalah satu peternakan sapi di Cianjur yang mengakibatkan kematian 3 ekor anak sapi (pedet) dari 134 ekor, setelah mengalami gejala lumpuh dan mencret dalam 3-5 hari. Dengan metoda yang sama seperti kasus keracunan senyawa asam lemak siklopropionat sebelumnya maka diperoleh hasil pemeriksaan toksikologik terhadap sisa pakannya adalah positif senyawa racun asam lemak siklopropenoat (YUNINGSIH, 1995). Kandungan senyawa racun CPFA yang cukup tinggi dalam campuran pakan, maka akan menyebabkan keracunan pada ternak disamping itu mempunyai suatu masalah bagi peternak yang mempunyai persediaan pakan yang mengandung CPFA tersebut dalam jumlah cukup besar. Sehingga sebagai salah satu cara untuk menanggulanginya adalah harus dicari metoda untuk menurunkan/menghilangkan kadar CPFA dalam pakan tersebut. Maka dalam penelitian ini dicoba dua macam perlakuan penyimpanan pakan yang mengandung biji kapok yaitu perlakuan penyimpanan dalam oven (370C) dan perlakuan penyimpanan pada suhu kamar dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana penurunan kadar minyak biji kapok yang dapat dihubungkan sebagai penurunan senyawa racun CPFA.
748
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
MATERI DAN METODE Sebagai bahan pemeriksaan adalah sampel pakan ternak yang mengandung 6% biji kapok, yaitu dengan mencampurkan 6 gram biji kapok kedalam 94 gram pakan. Tahap-tahap pemeriksaan sampel: Persiapan sampel untuk analisis kandungan minyak Sampel campuran pakan yang 100 gram diatas dibagi dua bagian yaitu 50 gram sampel pakan disimpan dalam oven 370C (PO) dan 50 gram sampel campuran pakan disimpan pada suhu kamar (PS) kemudian kedua perlakuan tersebut disimpan selama 5 hari. Pengambilan sampel PO dan PS dilakukan setiap hari untuk pemeriksaan kandungan minyaknya menurut metoda HAMMONDS et al. (1971). Kemudian masing-masing pemeriksaan dilakukan 2 ulangan. Untuk menentukan kandungan minyak dilakukan dengan menimbang 5 gram sampel, kemudian diekstraksi dengan petroleum ether dan hasil saringan diuapkan dengan alat evaporator. Hasil pengeringan yaitu residu yang berupa minyak sebagai hasil ekstraksi sampel pakan (PO dan PS). Deteksi senyawa racun CPFA dalam ekstrak minyak PO dan PS Deteksi senyawa racun CPFA menurut metoda DEUTSCHMAN dan J.S KLAUS (1960). Minyak direaksikan dengan pereaksi Halphen (pereaksi Halphen: campuran 5 ml piridin dan 5 ml larutan carbon disulfide yang mengandung 1% belerang). Hasil reaksi tersebut dipanaskan pada water bath pada suhu 480C selama 1 jam. Setelah itu suhu dinaikkan hingga mencapai 1000C selama 45 menit dan encerkan dengan butanol sampai volumenya mencapai 3 ml. Untuk menghasilkan positif CPFA maka akan diperoleh warna merah (pink) dari hasil reaksi dengan Halphen tersebut. Sebagai pembanding hasil reaksi warna merah (pink) dari hasil reaksi sampel dengan pereaksi Halphen, maka dibuat ekstrak biji kapok (minyak) yang dilakukan ekstraksi seperti pada sampel. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana perubahan intensitas warna pada sampel, maka dibuat variasi volume minyak ekstrak biji kapok yang mana akan menghasilkan intensitas warna yang berlainan sesuai dengan jumlah volume minyak biji kapok. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan kandungan minyak dari tiap pengambilan sampel pakan masing perlakuan PO dan PS dapat dilihat pada Tabel 1. Pada awal perlakuan penyimpanan dilakukan pemeriksaan kandungan minyak biji kapok dari sampel pakan yaitu 0,50 ml (kandungan minyak pada sampel PO-0=PS-0=0,50 ml). Berdasarkan hasil pengamatan kandungan minyak dari masing-masing sampel PO menunjukkan terjadinya penurunan kandungan minyak yaitu mulai dari hari pertama sampai hari ketiga masing-masing yaitu 0,50, 0,30 dan 0,075 ml. Begitu juga hasil pengamatan pada sampel PS terjadi penurunan mulai hari pertama sampai hari keempat yaitu masing-masing mulai 0,50, 0,35, 0,15 dan 0,05 ml. Persentase penurunan kandungan minyak dapat dilihat juga berdasarkan grafik tersebut dibawah. 749
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Tabel 1. Hasil pengamatan kandungan minyak dalam sampel PO dan PS Kode sampel
Rata-rata kandungan minyak (ml)
Penurunan minyak (%)
0,50
0
PO-1
0,30
40,65
PO-2
0,075
80,56
PO-0=PS-0
PO-3
-
100,0
PS-1
0,35
29,66
PS-2
0,15
70,33
PS-3
0,05
90,11
PS-4
-
100,0
Keterangan: PO-0: penyimpanan sampel sebelum perlakuan (PS-0) PO-1: pemanasan dalam oven selama 1 hari PO-2: “ “ “ “ 2 “ PO-3: “ “ “ “ 3 “ PS-1: penyimpanan sampel pakan pada suhu kamar selama 1 hari PS-2: “ “ “ “ “ “ “ 2 “ PS-3: “ “ “ “ “ “ “ 3 “ PS-4: “ “ “ “ “ “ “ 4 “
Pengaruh penyimpanan terhadap penurunan minyak(senyawa CPFA)
Penurunan minyak (%)
100
Suhu oven
80
Suhu kamar
60 40 20 0
0
1
2
3
4
Lama penyimpanan (hari)
Penurunan minyak pada perlakuan penyimpanan dalam oven lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan pada suhu kamar karena perlakuan pemanasan oven mengalami suhu lebih tinggi dari pada suhu kamar sehingga mengalami proses penguapan lebih cepat. Berdasarkan terjadinya penurunan kandungan minyak dalam perlakuan penyimpanan ini maka perlakuan ini dapat dicoba sebagai salah satu cara untuk menghilangkan (menurunkan) senyawa racun CPFA dalam pakan. Berdasarkan pengamatan ekstrak minyak dengan pereaksi Halphen yaitu pereaksi 750
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
spesifik untuk deteksi CPFA menghasilkan reaksi positif, maka dengan terjadinya penurunan kandungan minyak dalam perlakuan ini dapat dihubungkan terjadi juga penurunan senyawa racun CPFA. Penurunan CPFA ini terjadi karena terbentuknya polimerisasi asam sterculat (struktur CPFA) sebagai hasil perlakuan pemanasan sehingga struktur CPFA berkurang. Begitu juga dengan pendapat PHELPS et al., (1965), yang telah membuktikan bahwa setelah perlakuan pemanasan pada biji kapok akan menghasilkan reaksi negatif terhadap uji Halphen dan tidak mengakibatkan warna pink pada putih telur dari ayam yang mengkonsumsi biji kapok tersebut. Kemudian kandungan minyak yang lebih tinggi dari sampel pakan PO dan PS menghasilkan warna merah yang lebih tua dibandingkan dengan kandungan minyak yang rendah. Hal ini sesuai denga pendapat DEUTSCHMAN dan KLAUS (1960) yang menyatakan bahwa dengan perbedaan intensitas warna merah menunjukkan tingkat kuantitatif kandungan racun CPFA sehingga dengan prinsip ini dapat dilakukan analisis CPFA dengan metoda spektrofotometri (dengan alat spektrofotometer). KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan kandungan minyak terhadap sampel pakan perlakuan 6% biji kapok dalam campuran pakan setelah perlakuan penyimpanan pada suhu kamar dan dalam oven (370C), maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1.
Penyimpanan terbaik untuk menurunkan minyak biji kapok dalam campuran pakan yaitu perlakuan penyimpanan dalam oven selama 2 hari dan penyimpanan pada suhu kamar selama 3 hari.
2.
Penurunan kandungan minyak dalam campuran pakan yang mengandung biji kapok dapat juga dikorelasikan dengan penurunan kandungan senyawa racun CPFA.
3.
Penurunan kandungan minyak pada perlakuan pemanasan dalam oven, lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan penyimpanan pada suhu kamar. DAFTAR PUSTAKA
BERRY, S.K. 1979. Pertanika, 2:1. DEUTSCHMAN, A.J. and J.S. KLANS. 1960. Spectrophotometric Detremination of Sterculic Acid Analytical Chemistry. 32 (13): 1809-1810. HAMMONDS, T.W., J.A. CORNELIUS and L.TAN. 1971. Use of the Halphen Reaction for Determination of The Cyclopropenoid Content of Lipids. Analyst. 96: 659-664. PHELPS, R.A., F.S. SHENSTONE, A.R. KEMMERER and R.J. EVANS. 1965. A Review of Cyclopropenoid Compounds: Biological Effects of Some Derivates. Poultry Sci. 44: 358-394. SAHAI, B. and N.D. KEHAR. 1968. Kapok (Ceiba Pentandra) Seed as a Feed for Livestock. Indian J. Vet. Sci. 38(4) 670-675. THANU, K., R. KADIRVEL, A. SUNDARA RAJ and THANIHACHALAM. 1983. Kapok Seed as a Ingredient in Broiler Ration. Cheiron. 12(2) 81-87. YUNINGSIH. 1993. Penetapan Residu Asam Lemak Siklopropenoat (Cyclopropenoid Fatty Acid) Dalam Lemak, Hati Dan Otak Sapi. Laporan intern Balivet (tidak dipublikasi), Bogor.
751
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
YUNINGSIH. 1995. Kematian Anak Sapi (Pedet) Akibat Keracunan Asam Lemak Siklopropenoat (Cyclopropenoid Fatty Acid) Dalam Pakan Yang Mengandung Biji Kapok. Laporan intern Balitvet (tidak dipublikasi), Bogor.
752