PENGARUH PENYIMPANAN DENGAN METODE BANGUN PIRAMIDA TERHADAP DAYA BERKECAMBAH BENIH TUMBUHAN OBAT SAGA POHON (Adenanthera pavonina L.)
RAHMAT HIDAYAT
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PENGARUH PENYIMPANAN DENGAN METODE BANGUN PIRAMIDA TERHADAP DAYA BERKECAMBAH BENIH TUMBUHAN OBAT SAGA POHON (Adenanthera pavonina L.)
RAHMAT HIDAYAT
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN RAHMAT HIDAYAT. Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.). Dibawah bimbingan : SISWOYO dan EDHI SANDRA. Saga pohon memiliki banyak kegunaan, yakni kulit batangnya dapat digunakan sebagai anti bakteri (untuk luka), dapat diolah menjadi susu, digunakan sebagai bahan untuk membuat perhiasan, dan lain-lain. Penelitian saga pohon telah banyak dilakukan namun dalam aspek penyimpanan benih masih terbatas. Oleh karena, itu penelitian pengaruh penyimpanan dengan metode bangun piramida terhadap benih saga pohon perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyimpanan dengan metode bangun piramida terhadap daya berkecambah benih tumbuhan obat Saga pohon (Adenanthera pavonina L.). Metode penelitian terdiri dari dua tahapan kegiatan, yaitu: (1) Tahapan penyimpanan, meliputi: persiapan benih dan penyimpanan benih; (2) Tahap pengecambahan, meliputi: pra pengecambahan, pengecambahan benih, pemeliharaan, dan pengamatan. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial terdiri atas 6 faktor metode penyimpanan dengan 3 faktor lama penyimpanan. Data dianalisis dengan menggunakan uji F dilanjutkan dengan uji Duncan bagi perlakuan yang memberikan pengaruh nyata. Hasil penelitian menunjukkan Faktor metode penyimpanan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih; lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih; sedangkan interaksi metode dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih saga pohon (A. pavonina). Urutan Metode dari yang paling rendah daya berkecambahnya antara lain: piramida tanpa dinding dengan daya berkecambah 13,33%, Piramida dinding kertas (Piramida kertas) dengan daya berkecambah 13,67%, piramida dinding kertas dengan lubang/ventilasi (Piramida ventilasi) dengan daya berkecambah 17,67%, piramida berdinding kaolin-gips (Piramida kaolin-gips) dengan daya berkecambah 20,33%, piramida berdinding kertas perak yang memiliki daya pencerminan (Piramida cermin) dengan daya berkecambah 22,00%. Dari hasil analisis faktor lama penyimpanan terhadap daya berkecambah diperoleh bahwa benih yang langsung tanam (0 Minggu) memiliki nilai rata-rata daya berkecambah terendah yakni sebesar 3,33%, kemudian nilai terbesar dihasilkan oleh lama penyimpanan 2 minggu yakni sebesar 28,67%, daya berkecambah menurun kembali pada lama penyimpanan 4 minggu, yakni sebesar 23%. Faktor metode penyimpanan berpengaruh nyata dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih saga pohon (A. pavonina). Penyimpanan dengan metode bangun piramida tidak sesuai untuk benih saga pohon. Hasil terbaik untuk faktor lama penyimpanan diperoleh dari lama penyimpanan 2 minggu dengan daya berkecambah sebesar 28,67%. Kata kunci : Penyimpanan, Saga Pohon, Perkecambahan, Bangun Piramida
SUMMARY RAHMAT HIDAYAT. Storage Effect in Pyramid Shape Methods to Germination of Medical Plant Red Sandalwood (Adenanthera pavonina L.). Under supervision of SISWOYO and EDHI SANDRA Red sandalwood is usefull medical plant, the bark can be used as an anti bacterial medicine (for injury), can be processed into milk, used as materials for making jewelry, and other things. Although research for red sandalwood could be found in abundance there were limited on its seed strorage, due to that situation the studies about storage effect using pyramid shape method of red sandalwood needs to be done. The study was aimed to determine the effect of storage in the pyramid shape method to germination percentage of the seeds of medicinal plants Red sandalwood (Adenanthera pavonina L.). The research method consisted of two phases of activity, namely: (1) The stages of storage, including preparation of seed and seed storage, (2) stage of germination, including pre-germination, seed germination, treatment, and observation. Observed variable was the germination percentage. Experimental design that used was completely randomized factorial design consisted of 6 storing methods factor and 3 storing durations factor. Data were analyzed using the F test followed by Duncan test. The results showed that storage methods factor was significantly affected the germination of seeds; storage durations was very significantly affected the germination of seeds, whereas the interaction of methods and storage durations did not significantly affected the red sandalwood (A. pavonina) germination. The method of the lowest to the highest germination are: the pyramid without surface that has 13.33% of germination percentage, paper surface pyramid (paper pyramid) that has 13.67%, paper pyramid surface with holes/ventilation (ventilation pyramid ) that has 17.67%, kaolin-gypsum pyramid surface (kaolingypsum pyramid) that has 20.33%, silver paper pyramid surface that has a reflection (mirror pyramid) that has the 22.00 %. From the analysis of storage duration on the germination percentage showed that seeds planted immediately (0 week) have the lowest average of germinating which has 3.33% of germination, then the largest value is generated by 2 weeks storage duration which has 28.67% of germination, the germination decreased in the storage duration of 4 weeks which has 23% of germination. Storage methods factor was significantly affected the germination and storage durations was very significantly affect the seeds germination of red sandalwood (A. pavonina). The pyramid shape methods were not suitable for red sandalwood storage, the best results for storage duration factors was 2 weeks duration with the 28.67% of germination. Keywords: Storage, Red sandalwood, Germination, Pyramid shape.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) adalah benarbenar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini
Bogor, Maret 2012
Rahmat Hidayat NIM. E34070117
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
: Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) : Rahmat Hidayat
NIM
: E34070117
Menyetujui, Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Siswoyo, M.Si NIP. 19650208 199203 1 003
Ir. Edhi Sandra, M.Si NIP. 19661019 199303 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta diiringi doa tulus dari orang tua, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)” dapat diselesaikan. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang pemanfaatan metode Bangun Piramida sebagai alat untuk penyimpanan benih Saga Pohon. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan kegiatan konservasi khususnya penyimpanan benih. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Bogor, Maret 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Probolinggo Jawa Timur, tanggal 03 Mei 1988 sebagai putra bungsu dari lima bersaudara pada keluarga Samu’in (Alm.) dan Mu’azila. Penulis masuk lingkungan pendidikan sekolah dasar tahun 1995 di SDN Kandang Jati Kulon 1 Kraksaan Probolinggo hingga tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kraksaan pada tahun 2001 hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Kraksaan dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis terlibat dalam beberapa organisasi, diantaranya adalah Forum Mahasiswa Probolinggo (FMP) dari tahun 2007 sampai sekarang, Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dari tahun 2008 hingga sekarang, International Forestry Students’ Association Local Comitte Bogor Agricultural University (IFSA LC BAU) dari tahun 2008 hingga sekarang. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Kamojang dan Cagar Alam Leuwueng Sancang. Pada tahun 2010 penulis mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merbabu, Provinsi Jawa Tengah. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)” di bawah bimbingan Ir. Siswoyo, M.Si dan Ir. Edhi Sandra, M.Si.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses menyelesaikan skripsi ini dan juga pihak yang selama ini membimbing penulis, antara lain : 1. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si selaku pembimbing utama dan Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah membimbing dan memberikan nasehat. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal Amir Muhammad Zuhud, MS sebagai Kepala Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan yang mendukung penelitian ini. 3. Bapak, Ibu dan keluarga besar tercinta atas semua dukungannya, doa dan kasih sayangnya yang telah diberikan. 4. Teman-teman : A. Chaerus S., Hendra P., Fachrurrazie, Yoga P., Irwan P., Irvan N., Dahlan, Rona, Oman, Nayunda, Marwa, Dwi Woro, Muthia, Angga Z., Anang, Windu, Khamdan, Meta, Diena, Tiwi, Asih, Rahmi, Rurun, Uni yang membantu selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 5. Teman-teman KSHE 44 atas semua kenangan yang telah kita lalui, dan kebersamaan ini semoga tetap bisa terjalin. 6. Keluarga Laboratorium KKT : Pak Santa, Pak Basuki, Bu Minah atas bantuan dan keramahannya serta saran-saran yang belum tentu didapatkan di perkuliahan. 7. Keluarga besar DKSHE atas ilmu yang telah penulis peroleh serta suasana kekeluargaannya. 8. Keluarga Besar Forum Mahasiswa Probolinggo (FMP), IFSA LC IPB, dan HIMAKOVA, serta Kelompok Pemerhati Burung (KPB) atas dukungan ilmu dan suasana kekeluargaan yang diberikan. 9. Ibu-ibu dan Bapak-bapak staf Tata Usaha : Ir. Sutoro, Ibu Ratna, Ibu Evan, Ibu Titin, Pak Acu atas semua bantuan dan keramahannya. 10. Teman-teman se-Fakultas Kehutanan. 11. Semua pihak yang belum disebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat. Semoga semua kebaikan dibalas Allah SWT.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .......................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1 1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 1.3 Hipotesis ................................................................................................. 2 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3 2.1 Tumbuhan Obat .............................................................................................. 3 2.2 Gambaran Umum Saga Pohon (A. pavonina) ....................................... 3 2.3 Benih Ortodoks ....................................................................................... 6 2.4 Penyimpanan Benih ................................................................................ 6 2.5 Viabilitas Benih dalam Penyimpanan. ................................................. 10 2.6 Perkecambahan ..................................................................................... 10 BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 12 3.1 Lokasi dan Waktu ................................................................................. 12 3.2 Bahan dan Alat ..................................................................................... 12 3.3 Pengumpulan Data ................................................................................ 13 3.4 Metode Pengambilan Data.................................................................... 13 3.5 Pengukuran Suhu dan Kelembaban ...................................................... 14 3.6 Rancangan Percobaan ........................................................................... 14 3.7 Analisis Data ........................................................................................ 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 17 4.1 Hasil ...................................................................................................... 17 4.2 Pembahasan .......................................................................................... 22 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 26 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 26 5.2 Saran ..................................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 27 LAMPIRAN................................................................................................................... 29
DAFTAR TABEL No. 1.
Halaman Analisis Sidik Ragam Daya Berkecambah Benih Saga Pohon (A. pavonina) ........................................................................................................17
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Buah Saga Pohon (A. pavonina) .......................................................................4
2.
Efek piramida cheops dan medan magnet bumi-ionosfer. ............................... 8
3.
Struktur Ikatan Kimia Kaolin........................................................................... 9
4.
Ukuran Piramida ............................................................................................ 12
5.
Metode Bangun Piramida yang Diterapkan ................................................... 15
6.
Uji Duncan Daya Berkecambah Benih A. pavonina pada Berbagai Metode Penyimpanan ..................................................................................... 18
7.
Uji Duncan Rata-Rata Daya Berkecambah Benih A. pavonina pada Berbagai Lama Penyimpanan ........................................................................ 18
8.
Daya Berkecambah A. pavonina pada Berbagai Metode dan Lama Penyimpanan .................................................................................................. 19
9.
Grafik Suhu dalam Setiap Metode Penyimpanan .......................................... 20
10. Grafik Kelembaban dalam Setiap Metode Penyimpanan .............................. 21 11. Benih A. pavonina yang Berkecambah pada Berbagai Metode dan Lama Penyimpanan. ....................................................................................... 25
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Data Jumlah benih Saga Pohon (A. Pavonina) yang berkecambah. ...............30 2. Data Daya Berkecambah Benih Saga Pohon (A. pavonina) ...........................33 3. Data Hasil Tranformasi Arcsin untuk Masing-Masing Perlakuan ..................34 4. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan. ..................................35 5. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida tanpa dinding ...................................................................................................36 6. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Kertas ..............................................................................................................37 7. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Ventilasi ..........................................................................................................38 8. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Kaolin-Gips .....................................................................................................39 9. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Cermin .............................................................................................................40
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk negara yang memiliki hutan tropika yang luas dengan kekayaan keanekaragaman hayati berupa tumbuhan obat yang cukup tinggi. Menurut Zuhud (2008), sampai tahun 2001 Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan IPB telah mendata dari berbagai laporan penelitian dan literatur tidak kurang dari 2.039 spesies tumbuhan obat yang berasal dari hutan Indonesia. Salah satu jenis tumbuhan obat tersebut adalah saga pohon (Adenanthera pavonina L.). Saga pohon memiliki banyak kegunaan, yakni kulit batangnya dapat digunakan sebagai anti bakteri (untuk luka), dapat diolah menjadi susu, digunakan sebagai bahan untuk membuat perhiasan (kalung atau bahan mainan), dan bisa dimakan setelah disangrai atau direbus; daunnya dapat dimakan dijadikan lalap dan sayuran; kulit batangnya dapat digunakan untuk mencuci rambut dan pakaian; sedangkan kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan rumah, pembuatan jembatan, papan lantai, arang, meubel. Selama ini budidaya tumuhan obat saga pohon telah dilakukan, meskipun masih terbatas sebagai tanaman pinggir jalan dan pekarangan.
Disamping itu penelitian tentang budidaya tumbuhan obat
tersebut juga sudah dilakukan, namun penelitian tentang penyimpanan benih masih terbatas. Menurut Schull dan Pettit (1987) dalam buku “Rahasia Kekuatan Piramida” menyatakan bahwa biji yang ditanam dalam piramida bersifat berbeda dari benih di luar piramida. Tanaman tumbuh lebih cepat dalam piramida dibandingkan tanaman di luar piramida. Selain itu, ada informasi ditemukannya biji gandum di dalam piramida Mesir yang masih mampu berkecambah. Mengacu pada informasi tersebut menunjukkan bahwa metode bangun piramida dapat digunakan sebagai salah satu metode penyimpanan benih. Oleh karena itu, uji coba penggunaan metode bangun piramida dalam penyimpanan benih saga pohon ini dilakukan.
2
Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka mengetahui pengaruh penyimpanan benih dengan metode bangun piramida terhadap perkecambahannya, maka penelitian ini perlu dilakukan. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyimpanan dengan metode bangun piramida terhadap daya berkecambah benih tumbuhan obat saga pohon (A. pavonina). 1.3 Hipotesis Penyimpanan benih dengan menggunakan metode bangun piramida dapat mempengaruhi daya berkecambah benih saga pohon. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang pengaruh metode bangun piramida dan lama penyimpanan terhadap daya berkecambah benih saga pohon.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Obat 2.1.1 Pengertian Fransworth dan Sujarto (1988) diacu dalam Setiawan (2005) menyatakan bahwa tumbuhan obat adalah tumbuhan yang lebih unggul karena memiliki unsur obat-obatan, yakni efek yang berhubungan dengan kesehatan atau yang telah terbukti bermanfaat sebagai obat dengan standar barat atau yang mengandung unsur yang bisa digunakan sebagai obat. 2.1.2 Macam tumbuhan obat Zuhud dan Haryanto (1994) menggolongkan tumbuhan obat menjadi 3 macam, yaitu: 1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional 2. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis 3. Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri. 2.2 Gambaran Umum Saga Pohon (A. pavonina) 2.2.1 Taksonomi Anonim (2008) serta Kusmana dan Tambunan (2010) mengklasifikasikan taksonomi Saga pohon sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
4
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus
: Adenanthera
Spesies
: Adenanthera pavonina L.
Sinonim
: Adenanthera gersenii Scheffer
Nama dagang
: Saga telik
Nama daerah
: Saga utan (Bangka), ki toke laut (Sunda), segawe sabrang (Jawa), ghak-saghakan, sagha binek (Madura), bibilaka (Alor).
Gambar 1 Buah saga pohon (A. pavonina). 2.2.2 Ciri morfologi Saga pohon merupakan pohon berukuran sedang, tinggi dapat mencapai 40 m, diameter dapat mencapai 45 cm bahkan lebih, menggugurkan daun, pada umumnya tidak berbanir, permukaan kulit batang beralur berwarna cokelat keabua-abuan, kulit bagian dalam lunak berwarna cokelat pucat. Bentuk tajuk pohon menyebar tidak merata. Daun tersusun spiral, panjang 15–55 cm, bentuk lonjong, menyirip rangkap dengan 2–6 pasang sirip, anak daun 4–10, berseling, bentuk bundar telur atau bundar telur membalik, ukuran daun 1,5–4,5 cm x 1–2,2 cm, bertepi rata. Berdaun penumpu kecil dan berbulu. Perbungaan terminal atau diketiak daun terdiri atas banyak bunga, menyerupai tandan panjang 12–30 cm
5
(termasuk gagang bunga). Bunga kecil warna putih kekuningan, masing-masing terdiri 5 bagian, sedikit berbulu, daun mahkota lonjong, bulu jarang. Buah saga pohon berbentuk polong berwarna cokelat, ukuran polong 15–25 cm x 1,3-1,8 cm, polong memuntir, isi polong berbiji sampai 25 biji, polong pecah melalui kampuh pada kedua sisinya. Biji berwarna merah, mengkilat, lonjong, agak bundar-bundar telur terbalik, ukuran biji 7–9 mm x 7–9,5 mm , cembung. Jumlah biji sebanyak 3.200–3.400 butir/kg. Saga pohon berbunga biasanya di musim akhir penghujan dan berbuah sekitar Desember – Februari. Pemanenan dilakukan setelah polong tua yang ditandai dengan warna polong cokelat tua kehitaman, sebelum polong buah merekah, polong mudah merekah apabila terkena panas matahari, sehingga biji terpencar berhamburan di sekitar pohon. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara pemanjatan langsung menggunakan galah atau pengumpulan dari biji-biji yang jatuh di permukaan tanah, biasanya polong kering ikut jatuh dan biji masih banyak menempel. Buah yang sudah dipanen dikumpulkan, dimasukkan dalam wadah/karung, sebelum dijemur pilih polong buah yang sehat dan utuh, kemudian dijemur selama 1–2 hari, agar polong buah merekah dan biji dengan sendirinya mudah dikumpulkan. Biji kering dimasukan ke dalam kantong plastik. Benih saga pohon termasuk kelompok benih orthodoks, benih tahan disimpan sampai 8 bulan, terlalu lama disimpan menjadi tidak permeabel, viabilitas akan menurun bahkan tidak berkecambah. Benih yang sudah dimasukkan ke dalam wadah/kantong plastik disimpan di dalam ruang kedap udara atau ruang AC. 2.2.3 Penyebaran Asal-usul pohon ini tidak diketahui, karena kadang-kadang ditelusuri tumbuh secara alami baik di dalam maupun di luar tempat tumbuh aslinya, contoh di Afrika dan India. Daerah sebarannya luas hampir di seluruh kawasan tropika Asia. Jenis ini ditanam secara luas di Srilangka, Myanmar bagian selatan, IndoCina, Cina bagian selatan, Thailand dan seluruh kawasan Malesiana dan kepulauan Solomon. Saga pohon tumbuh di tepi hutan hujan dataran rendah, baik di hutan primer maupun hutan sekunder. Kebanyakan jenis ini tumbuh di kawasan
6
berdekatan dengan pantai (hutan pantai) sampai pada ketinggian tempat 600 m dpl. 2.2.4 Kegunaan Kulit batang jenis tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai anti bakteri (untuk luka) dan lepra (World Health Organization 1998). Selain sebagai obat ternyata Saga pohon memiliki manfaat yang lain, yaitu bijinya dapat diolah menjadi susu (Nugraha dan Seta 2009). Kusmana dan Tambunan (2010) menyatakan bahwa kayu Saga pohon dapat digunakan untuk bahan bangunan rumah, pembuatan jembatan, papan lantai, arang, dan cocok untuk bahan meubel. Bijinya yang mengkilat merah menarik untuk dijadikan perhiasan pembuatan kalung atau bahan mainan. Biji saga pohon mengandung minyak dan bisa dimakan setelah disangrai atau dimasak terlebih dahulu. Daun muda setelah direbus bisa dimakan dijadikan lalap dan sayuran. Kulit batang mengandung saponin yang dapat digunakan untuk mencuci rambut dan pakaian. Di Indonesia dan Malaysia, tanaman ini kadang dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh pada perkebunan karet, kopi, teh dan cengkeh. Sedangkan di Afrika tropis saga pohon merupakan tanaman kehutanan. 2.3 Benih Ortodoks Sahupala (2007) menyatakan bahwa benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau di bawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti: karung kain, toples kaca/plastik, plastik, kaleng, dan lain-lain. Setelah itu benih dapat disimpan pada suhu kamar atau pada temperatur rendah (cold storage) umumnya pada suhu 2-5°C. Menurut Willan (1985), dalam penyimpanan benih-benih ortodoks, yang paling penting adalah mengusahakan agar tingkat respirasi dapat ditekan serendah mungkin karena turunnya viabilitas benih-benih ortodoks selama masa penyimpanan selain ditentukan oleh kadar air dan kondisi awal benih juga dipengaruhi oleh respirasi. 2.4 Penyimpanan Benih Darjadi dan Hardjono (1976) mengemukakan bahwa penyimpanan benih adalah upaya pengawetan benih yang berdaya hidup (viable) semenjak waktu pengumpulannya hingga penanamannya di persemaian maupun di lapangan.
7
Penyimpanan benih bertujuan untuk: menjaga benih tetap dalam keadaan baik selama masa penyimpanan, melindungi benih dari kerusakan yang disebabkan oleh burung, serangga, hama dan penyakit maupun gangguan lainnya, sebagai persediaan, pada saat panen tidak mencukupi maupun selama waktu-waktu tidak ada musim berbuah. Pertimbangan-pertimbangan lain dalam penyimpanan benih, antara lain: musim panen tidak tepat dengan musim penanaman, tanaman tidak selalu berbuah sepanjang tahun, benih harus diangkut dalam jarak yang jauh, dan benih harus dimasakkan dahulu setelah dipanen agar perkecambahannya baik. 2.4.1 Metode piramida Flanagan (1997) mengemukakan bahwa kata “Piramida” terbentuk dari dua kata Piros dan amid. Penerjemahan Piramida secara harfiah berarti “Api di Tengah”, makna ini sepenuhnya sejalan dengan pengaruh energi Piramida karena pengaruh kuat dibentuk di tengah piramida. Hal ini juga memberi petunjuk atau bukti bahwa pembangun piramida kuno mengetahui energi yang terbentuk dari piramida. Schull dan Pettit (1987) menyatakan bahwa biji yang ditanam dalam piramida bersifat berbeda dari benih di luar piramida. Tanaman tumbuh lebih cepat dalam piramida dibandingkan tanaman di luar piramida. Karel Drbal (1959) diacu dalam West (1985) menemukan bahwa silet tumpul bisa kembali tajam jika dibiarkan berada dalam efek Piramida. Energi piramida mempengaruhi struktur kristal baja dan memulihkan struktur atom pada bentuk aslinya. Andre Bovisse diacu dalam Delgado (1996) menempatkan kucing mati dalam piramida setinggi 1 meter dan tubuh kucing tidak busuk dari waktu ke waktu, tapi efek mumifikasi terjadi sebagai gantinya atau tubuh kucing terdehidrasi. Raja-raja Mesir biasanya disemayamkan dengan gandum sehingga mereka bisa memiliki makanan di kehidupan setelah mati. Namun hal pentingnya yakni setelah ribuan tahun biji gandum yang disimpan ternyata masih bisa tumbuh (Meyerowitz 2010). Beberapa ilmuan yang fokus terhadap penelitian piramida mengemukakan beberapa teori tentang mekanisme terbentuknya energi di dalam piramida. Zujic
8
(2008) mengemukakan bahwa selama ribuan tahun setelah dibangun, piramida telah dan terus berfungsi sebagai generator ion negatif untuk terus mengionisasi udara di sekitarnya sehingga piramida perlu dihubungkan ke sumber permanen ion negatif. Salah satu sumber ion negatif adalah aliran air bawah tanah. Plato Giza (Mesir) memiliki aliran bawah tanah yang melimpah. Sungai bawah tanah yang besar mengalir di sekitar piramida dan penuh dengan ion negatif, kemudian oleh efek piezoelektrik ion negatif tersebut dipancarkan bolak balik (Transmitterresponder) dalam piramida dan kemudian terakumulasi dengan surplus ion
dibebaskan di bagian atas piramida. Semua piramida (kawasan Giza) dibangun dari batu yang mengandung kristal yang mampu mengikat muatan listrik dari air ketika air bawah tanah secara mekanis memberikan gaya terhadap kristal. Contohnya jika kita memberikan gaya mekanis pada kristal, maka percikan listrik muncul di permukaannya dan fenomena ini disebut efek piezoelektrik. Kristal adalah konverter gaya mekanis menjadi energi listrik. Akibat terus menerus terjadi pengisian dan pengosongan muatan elektrik dari sungai bawah tanah, piramida berkontraksi (kembang-kempis) sehingga menyebabkan gempa mikro.
Gambar 2 Efek piramida cheops dan medan magnet bumi-ionosfer. Beberapa keramik kualitas tinggi (advance ceramic) memiliki kemampuan unik yang memungkinkannya untuk mengkonversi gaya mekanis atau getaran menjadi listrik dan sebaliknya. Bahan-bahan yang disebut keramik piezoelektrik
9
ini telah digunakan untuk membuat berbagai macam produk. Salah satu contoh adalah kompor gas yang digunakan memasak di dapur, pemantik kompor mengeluarkan percikan listrik dengan mengubah kejut mekanik menjadi listrik sehingga menyambar gas. Suara klik yang terdengar bila memutar tombol kontrol adalah suara keramik piezoelektrik yang digesekkan untuk menginduksi gaya mekanik yang diperlukan (Anonim 2011). Keramik mempunyai efek piezoelektrik sehingga mengubah gaya mekanik menjadi listrik. Hal ini masih erat kaitannya dengan bangun piramida, karena bahan dasar pembuatan keramik adalah kaolin dan ikatan kimia penyusun kaolin berbentuk piramida. Berikut ini gambar struktur kaolin menurut Grim (1962) diacu dalam United State Geological Survey (2001)
Gambar 3 Struktur ikatan kimia kaolin. Zujic (2008) menyatakan bahwa pengaruh ion negatif terhadap kesehatan manusia telah dikenal selama sekitar 60 tahun. Ada proses oksidasi biokimia yang terjadi dalam tubuh manusia sehingga memerlukan ion bermuatan negatif agar berfungsi dengan baik. Semua makhluk hidup menerima ion bermuatan negatif dari udara melalui organ-organ kulit dan pernapasan. Ketika cukup ion negatif dalam suatu ruangan, ada peningkatan kandungan oksigen dalam darah, denyut jantung normal, dan hal ini akan mempercepat ekskresi racun. Hal tersebut disebabkan aliran darah di otak lebih baik, konsentrasi, dan kemampuan mental lainnya lebih kuat, serta dampak dari stres bisa dinetralisir. Ion negatif mengikat racun dalam tubuh dengan bertindak sebagai anti-oksidan sehingga mencegah perkembangan penyakit degeneratif.
10
Di alam kondisi paling menguntungkan ionisasi udara adalah ketika terjadi debit atmosfer, yakni saat setelah badai, hujan deras, dan gerimis. Hal ini terjadi ketika ion negatif lebih banyak dibanding ion positif. Peningkatan konsentrasi ion oksigen negatif juga ditemukan di dekat air terjun, di hutan pinus, pegunungan, di sepanjang pantai laut dan di gua. Ukuran piramida Khufu (Cheops dalam bahasa yunani), yakni: tinggi asli 5.813 inchi, sisi alas 9.131 inchi, tinggi aktual karena kerusakan 5.496 inchi, panjang bingkai dari sudut alas ke puncak 8.684 inchi, apothema atau tinggi sisi bidang miring 7.387 inchi. Apothema dibagi setengah lebar alas sama dengan Phi (Φ) yang besarnya 1,62 dan dua kali lebar alas dibagi tinggi piramida sama dengan pi (π) yang besarnya 3,14 (Flanagan 1997). Rasio Phi (Φ) ada dalam deret angka yang diperkenalkan oleh Fibonacci (0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1.597, 2.584, 4.181, 6.765, 10.946…) kemudian Leonardo da Vinci juga mengemukakan bahwa rasio 1,62 ada di tubuh manusia. Teori ini yang mendukung adanya mekanisme energi di dalam piramida, piramida memiliki rasio-rasio tersebut sehingga bisa beresonansi dengan energi yang ada di alam. 2.5 Viabilitas Benih dalam Penyimpanan. Sutopo (1985) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan terdiri atas faktor dalam, yaitu jenis dan sifat benih, viabilitas awal benih dan kadar air benih serta faktor luar, yaitu temperatur, kelembaban, gas di sekitar benih dan mikroorganisme. Willan (1985) menyatakan bahwa kondisi ruang simpan kamar yang memiliki suhu relatif tinggi dapat mempercepat penurunan daya berkecambah selama masa penyimpanan karena suhu yang tinggi akan mempercepat respirasi benih dan selanjutnya akan mempercepat proses penguraian cadangan makanan sehingga daya berkecambah turun pada saat benih ditabur. 2.6 Perkecambahan Perkecambahan pada tanaman berbiji didefinisikan sebagai tahapan teratur pada peristiwa morfogenetik yang menghasilkan suatu transformasi embrio menjadi sebuah anakan (Berlyn 1972). Torrey (1967) diacu dalam Berlyn (1972)
11
menyatakan perkecambahan terdiri atas 4 tahap proses fisiologis, yaitu: imbibisi yang merupakan penyerapan air secara fisik, hidrasi dan aktivasi proses metabolisme, pembelahan sel dan perkembangan sel, penonjolan sel yang merupakan pemunculan embrio secara fisik dari biji, dan penyelesaian peristiwa morfogenesis (diferensiasi) berupa pembentukan tubuh tanaman primer. Sadjad (1980) diacu dalam Syahrum (1987) mengemukakan bahwa terdapat dua proses yang membantu proses metabolisme ketika perkecambahan terjadi, yaitu: a. Proses katabolisme, yaitu proses yang menghasilkan energi. Proses ini terjadi dalam endosperm. b. Proses anabolisme, yaitu proses yang dapat menghasilkan sintesa protein dan pembentukan sel-sel baru untuk pertumbuhan . Proses ini terjadi dalam embrio. Baker et al. (1995) menyatakan terdapat dua tipe perkecambahan berdasarkan perkembangan hipokotilnya, yaitu: a. Epigeous, yaitu hipokotil memanjang sehingga kotiledon mengalami pertumbuhan dan mengangkat biji keluar dari tanah. Kotiledon tersebut menjadi organ fotosintesis awal. b. Hipogeous, yaitu hipokotil tidak berkembang sehingga kotiledon tetap berada di dalam tanah atau pada permukaanya dan tertutup dalam kulit biji.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian dilakukan selama bulan Januari sampai dengan Februari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya benih Saga pohon, pasir, tanah, furadan, kaolin, dan gips. Alat yang digunakan selama penelitian antara lain piramida bambu ukuran bingkai sisi miring 52,31 cm dengan alas persegi yang memiliki sisi alas 54,97×54,97 cm, dan tinggi 35 cm; bak kecambah yang terbuat dari plastik; ayakan tanah; termometer bola basah bola kering (dry wet); kompas.
t = 35 cm
52,31 cm 44,50 cm
a = 54,97 cm
Gambar 4 Ukuran piramida.
13
3.3 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer berupa daya berkecambah. 3.4 Metode Pengambilan Data Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap penyimpanan benih dan tahap uji perkecambahan. 3.4.1 Tahap penyimpanan 3.4.1.1 Persiapan benih Benih diunduh dari Pohon Saga di Kampus IPB Dramaga kemudian diekstraksi dan diseleksi agar benih yang diuji adalah yang berkualitas fisik baik, yaitu tidak kusam, tidak retak, atau cacat lainnya. 3.4.1.2 Penyimpanan benih Benih dimasukkan ke dalam ruangan piramida. Piramida diatur agar keempat sisinya tepat mengarah pada 4 mata angin. Penyimpanan benih dilakukan 0 minggu, 2 minggu dan 4 minggu dalam ruangan. 3.4.2 Tahap pengecambahan 3.4.2.1 Persiapan media Perkecambahan dilakukan secara langsung dengan media alami, media tersebut adalah pasir dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 dan diberi furadan. 3.4.2.2 Pengecambahan benih Benih yang telah disiapkan sebelumnya diseduh dengan air panas selama 30 menit kemudian direndam air selama 24 jam, benih yang telah disiapkan dibenamkan ke dalam media tanam secara sistematik dengan jarak tanam 0,5 × 0,5 cm, digunakan 9 bak kecambah. 3.4.2.3 Pengamatan Respon yang diamati dalam pengecambahan adalah daya berkecambah (%). Daya berkecambah merupakan persentase jumlah benih yang ditanam pada akhir pengamatan (Sutopo 1985). Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki perkembangan akar primer baik, hipokotil baik tanpa kerusakan jaringan, plumula sempurna, berdaun hijau dan tumbuh baik serta memiliki dua kotiledon untuk kecambah dikotil (Sutopo 1985). Daya berkecambah dihitung dengan rumus:
14
DB=
Jumlah kecambah normal yang dihasilkan ×100% Jumlah benih yang ditanam
3.5 Pengukuran Suhu dan Kelembaban Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan pada pagi hari, siang dan sore hari sebagai data penunjang dalam pelaksanaan penelitian. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan dengan termometer bola basah bola kering (dry wet). 3.6 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan jumlah sampel sebesar 100 biji per perlakuan yang terbagi dalam 5 ulangan. Taraf-taraf yang diterapkan adalah sebagai berikut: Faktor P: Metode Penyimpanan P0 = tanpa piramida (kontrol) P1 = piramida tanpa dinding P2 = piramida dinding kertas (piramida kertas) P3 = piramida dinding kertas dengan lubang/ventilasi (piramida ventilasi) P4 = piramida berdinding kaolin-gips (piramida kaolin-gips) P5 = piramida berdinding kertas perak yang memiliki daya pencerminan (piramida cermin) Faktor T: Lama Penyimpanan T0 = 0 minggu/langsung tanam T1 = 2 minggu T2 = 4 minggu Pemilihan Faktor P1 sampai dengan P5 didasarkan penelitian energi piramida yang dilakukan oleh Kanjski. Menurut Kanjski dan Zujic (2008), baik piramida berdinding maupun tanpa dinding mampu membentuk energi, kecuali piramida dinding dengan daya pencerminan.
15
Piramida tanpa dinding
Piramida kertas
Piramida ventilasi
Piramida kaolin-gips
Piramida cermin
Kontrol
Gambar 5 Metode bangun piramida yang diterapkan. Model persamaannya adalah sebagai berikut: Yijk
= µ +Pi + Tj + (PT)ij +εijk
Dimana: i
= 1, 2, 3, 4, 5, 6
j
= 1, 2, 3
k
= 1, 2, 3, 4, 5
Yijk
= Nilai faktor P taraf ke-i dan faktor T taraf ke-j pada ulangan ke-k
µ
= Nilai tengah umum
Pi
= Pengaruh Faktor P pada taraf ke-i
Tj
= Pengaruh Faktor T pada taraf ke-j
(PT)ij = Interaksi antara faktor P taraf ke-i dengan faktor T taraf ke-j εijk
= Galat percobaan dari faktor ke-i ,taraf ke-j, dan ulangan ke-k
3.7 Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji F. Sebelumnya, dilakukan transformasi terhadap seluruh data yang akan diuji yang bertujuan agar nilai tengah dan ragamnya bebas serta menghomogenkan ragam. Pada parameter daya berkecambah dan parameter nilai perkecambahan dilakukan transformasi
16
sudut atau kebalikan sinus (arc sin
% ) karena data yang diperoleh merupakan
data binom yang dinyatakan sebagai pecahan desimal atau persentase. Hipotesis yang akan diuji dengan uji F adalah sebagai berikut : H0 : Perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih Saga Pohon H1 : Perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap perkecambahan benih Saga Pohon Pengambilan keputusan adalah adalah dengan F uji sebagai berikut: F hitung ≤ F tabel → terima H0 F hitung > F tabel → tolak H0 Selanjutnya apabila didapat F hitung > F tabel (terima H1), dilakukan uji beda dengan statistik parametric melalui perbandingan ganda yaitu menggunakan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan terhadap respon yang diamati. Uji wilayah berganda Duncan didasarkan pada wilayah nilai tengah perlakuan yang dibandingkan terhadap wilayah nyata terpendek. Penghitungan nilai wilayah nyata terpendek untuk berbagai selang nilai tengah menggunakan rumus: Rp = rp×Sy Dimana :
Rp = wilayah nyata terpendek rp = nilai dari tabel DMRT Sy = galat baku nilai tengah perlakuan
Pengambilan keputusan menggunakan uji Duncan adalah dengan ketentuan sebagai berikut : Wilayah nilai tengah perlakuan >Rp → terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan. Wilayah nilai tengah perlakuan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Daya berkecambah Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor metode berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih; faktor lama penyimpanan menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih; sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih Saga Pohon (A. pavonina). Hasil Pengujian Statistik disajikan lebih rinci pada Tabel 1. Tabel 1 Analisis sidik ragam daya berkecambah benih saga pohon (A. pavonina). Sumber
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Keragaman
Kuadrat
Bebas
Tengah
Metode (P)
753,51
5
150,70
3,26*
2,35
Waktu (T)
11027,27
2
5513,64
119,21**
3,13
Interaksi (PT)
553,51
10
55,35
1,20
1,97
Galat
3330,00
72
46,25
Total
15664,28
F Hitung
F Tabel (F0.05)
Faktor:
Keterangan : * berpengaruh nyata pada selang kepaercayaan 95% ** berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99%
4.1.1.1 Metode penyimpanan Terlihat pada Gambar 6 bahwa semua Metode Penyimpanan yang diterapkan menunjukkan kecenderungan penurunan rata-rata daya berkecambah. Metode piramida tanpa dinding menunjukkan perbedaan nyata dengan kontrol dengan nilai daya berkecambah sebesar 13,33%, sedangkan keempat metode piramida yang lainnya tidak berbeda nyata dengan kontrol. Daya berkecambah kontrol sebesar 23,00%. Metode piramida cermin adalah metode yang daya berkecambahnya mendekati nilai kontrol yakni sebesar 22,00%.
18
22,00a
Metode Penyimpanan
Piramida cermin
20,33ab
Piramida kaolin-gibs
17,67ab
Piramida ventilasi 13,67ab
Piramida kertas
13,33b
Kerangka piramida
23,00a
Kontrol 0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Rata-Rata Daya Berkecambah (%) Keterangan: Huruf yang sama di belakang nilai daya berkecambah menunjukkan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Gambar 6
Uji duncan daya berkecambah benih A. pavonina pada berbagai metode penyimpanan.
Lama Penyimpanan
4.1.1.2 Lama penyimpanan
23,00c
4 minggu
28,67b
2 minggu 3,33a
0 minggu 0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
Rata-Rata Daya Berkecambah (%) Keterangan: Huruf yang sama di belakang nilai daya berkecambah menunjukkan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Gambar 7
Uji duncan rata-rata daya berkecambah benih A. pavonina pada berbagai lama penyimpanan.
Kontrol (0 minggu) menunjukkan rata-rata daya berkecambah terkecil yakni 3,33%, kemudian nilainya melonjak pada lama penyimpanan 2 minggu sebesar 28,67%, dan turun kembali pada lama penyimpanan 4 minggu yakni sebesar 23,00% (Gambar 7).
19
4.1.1.3 Interaksi metode penyimpanan dan lama penyimpanan Hasil analisis sidik ragam interaksi metode penyimpanan dan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap daya berkecambah, namun daya berkecambah tertinggi dihasilkan kontrol dengan lama penyimpanan 2 minggu yakni sebesar 35,00%. Daya berkecambah terendah dihasilkan oleh metode piramida kertas dan piramida ventilasi pada lama penyimpanan 0 minggu dengan nilai yang sama yakni sebesar 1,00%. Interaksi
4 minggu
metode dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 8.
Piramida cermin
29,00
Piramida kaolin-gibs
29,00 18,00
Piramida ventilasi
20,00
Piramida kertas 13,00
29,00
Kontrol
33,00
Piramida cermin 27,00
Piramida kaolin-gibs 2 minggu
Metode dan Lama Penyimpanan
Piramida tanpa dinding
34,00
Piramida ventilasi 20,00
Piramida kertas
23,00
Piramida tanpa dinding
35,00
Kontrol 4,00
Piramida cermin
5,00
0 minggu
Piramida kaolin-gibs Piramida ventilasi
1,00
Piramida kertas
1,00 4,00
Piramida tanpa dinding
5,00
Kontrol 0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
Daya Berkecambah (%)
Gambar 8
Daya berkecambah A. pavonina pada berbagai metode dan lama penyimpanan.
20
4.1.2 Suhu dan kelembaban dalam ruang simpan dan metode simpan
1 28 27,50
2
27
3 27,00
26
Kontrol 4
26,50
25
5
26,00
24
Piramida tanpa dinding
6
25,50
23
7 25,00
22
Piramida Kertas
8
24,50
21
9 20
10 19
11 18
12 17
13 16
Piramida Ventilasi
Piramida KaolinGibs Piramida Cermin
14 15
Keterangan: Sisi lingkaran = Hari pengamatan Diameter lingkaran = Suhu (°C)
Gambar 9 Grafik suhu dalam setiap metode penyimpanan. Grafik menunjukkan bahwa suhu di dalam piramida tanpa dinding cenderung sama dengan suhu ruangan atau kontrol, namun di beberapa waktu yakni hari ke-4 sampai dengan hari ke-11 menunjukkan suhu yang lebih tinggi dan begitu juga pada hari ke-12 sampai dengan hari ke-21. Grafik juga
21
menunjukkan bahwa keempat metode yang lain memiliki suhu yang lebih rendah dari daripada suhu ruangan atau kontrol. Kemudian untuk grafik kelembaban dapat dilihat pada Gambar 10.
1 28100,00
2
27
Kontrol
3
26
4
95,00
25 24
6
85,00
23
Piramida Kertas 7
80,00
22
Piramida tanpa dinding
5
90,00
8
75,00
21
9 20
10 19
Piramida Ventilasi Piramida KaolinGibs Piramida Cermin
11 18
12 17
13 16
14 15
Keterangan: Sisi lingkaran = Hari pengamatan Diameter lingkaran = Kelembaban (%)
Gambar 10 Grafik kelembaban dalam setiap metode penyimpanan. Grafik kelembaban pada Gambar 10 menunjukkan bahwa semua metode penyimpanan menghasilkan nilai kelembaban yang lebih rendah dari kelembaban ruangan atau kontrol, data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4-9.
22
4.2 Pembahasan 4.2.1 Faktor metode penyimpanan Faktor metode penyimpanan berpengaruh terhadap daya berkecambah benih saga pohon. Bila dilihat dari rata-rata daya berkecambah pada berbagai metode pada uji Duncan (Gambar 6), metode tanpa piramida (kontrol) menghasilkan daya berkecambah tertinggi yakni sebesar 23,00% sedangkan metode piramida tanpa dinding mengahasilkan daya berkecambah terkecil yakni 13,33%. Secara umum metode bangun piramida yang diterapkan membuat daya berkecambah lebih rendah daripada kontrol. Kenyataan tersebut disebabkan oleh pengaruh suhu dan kelembaban di dalam piramida. Metode piramida tanpa dinding mimiliki daya berkecambah terkecil yakni 13,33% karena kondisi kelembaban di dalamnya lebih rendah (lebih kering) daripada kontrol diikuti dengan suhu yang sama dengan kontrol bahkan di beberapa hari pengamatan suhunya lebih tinggi (Gambar 9 dan Gambar 10). Keempat metode bangun piramida lainnya memiliki daya berkecambah lebih tinggi daripada metode piramida tanpa dinding dan lebih rendah rendah daripada kontrol karena kelembaban lebih rendah dari kontrol namun diimbangi dengan suhu yang lebih rendah juga dibanding kontrol. Menurut Willan (1985), kondisi ruang simpan kamar yang memiliki suhu relatif tinggi dapat mempercepat penurunan daya berkecambah selama masa penyimpanan karena suhu yang tinggi akan mempercepat respirasi benih dan selanjutnya mempercepat proses penguraian cadangan makanan sehingga daya berkecambah turun pada saat benih ditabur. Kondisi daya berkecambah yang lebih rendah dari kontrol akibat kelembaban rendah sama dengan yang dinyatakan Octavia (2004) bahwa pada penelitian cabe jawa daya berkecambah tertinggi dicapai oleh benih yang mempunyai kadar air 25% (kadar air benih segar tanpa pengeringan) baik pada lama penyimpanan 1 bulan maupun 2 bulan. Sebaliknya, daya berkecambah terendah dicapai oleh benih yang yang mempunyai kadar air 10% (dengan pengeringan) baik pada lama penyimpanan 1 bulan maupun lama penyimpanan 2 bulan. Hal ini mengindikasikan bahwa dehidrasi pada benih berdampak pada rendahnya daya berkecambah benih.
23
Kecenderungan kelembaban lebih rendah di dalam piramida daripada ruangan kamar merupakan hasil dari aktifitas gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh piramida. Proses terjadinya aktifitas elektromagnetik di dalam piramida ialah karena piramida meresonansikan energi yang ada di sekitarnya, Zujic (2008) menyebut efek resonansi yang menghasilkan medan elektromagnetik ini sebagai efek piezoelektrik. Salah satu energi yang sengaja dipenetrasikan ke dalam piramida ialah medan magnet bumi, hal tersebut dilakukan dengan mengarahkan salah satu sisi piramida ke arah utara dengan bantuan kompas sehingga empat sisi piramida tepat mengarah pada empat mata angin, yakni: utara, selatan, barat, dan timur. Aktivitas elektromagnetik yang dapat menyebabkan kelembaban rendah memiliki kesamaan dengan kasus di dunia kedokteran seperti yang dinyatakan Covidien (2008) bahwa alat bedah elektrik
berefek pada
dehidrasi jaringan dan denaturasi protein (pasien) disebabkan oleh kontak antara alat bedah dan jaringan. 4.2.2 Faktor lama penyimpanan Berdasarkan uji Duncan lama penyimpanan (Gambar 7) terlihat bahwa benih-benih Saga pohon memiliki pola daya berkecambah yakni pada 0 minggu (langsung tanam) daya berkecambah rendah dengan nilai sebesar 3,33%, kemudian pada lama penyimpanan 2 minggu daya berkecambah tinggi dengan nilai sebesar 28,67%, dan pada lama penyimpanan 4 minggu daya berkecambah menurun kembali dengan nilai sebesar 23,00%. Kondisi benih yang memiliki daya berkecambah rendah pada faktor 0 minggu (langsung tanam) dikarenakan masih tingginya dormansi pada benih Saga pohon sesaat setelah dipanen, tipe dormansi biji saga adalah dormansi fisik. Namun setelah disimpan lambat laun benih menjadi aktif bermetabolisme sehingga mempunyai kemampuan berkecambah yang lebih tinggi, dan jika benih telah aktif bermetabolisme maka jangka waktu penyimpanan yang lebih lama akan menurunkan kemampuan daya berkecambah lagi karena cadangan makanan berkurang sebagai akibat aktivitas metabolisme.
24
4.2.3 Faktor interaksi metode dan lama penyimpanan Dalam penelitian ini, interaksi metode dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap respon daya berkecambah. Namun jika dilihat dari Gambar 8 metode simpan tanpa piramida dengan lama penyimpanan 2 minggu memberikan respon daya berkecambah terbaik. Di sisi lain, terdapat pola yang berbeda dari 2 jenis piramida yang diterapkan terhadap kenaikan daya berkecambah seiring bertambahnya lama penyimpanan. Pertama, pada metode piramida kaolin-gips yang memiliki pola daya berkecambah sangat rendah pada 0 minggu kemudian naik signifikan pada lama penyimpanan 2 minggu dan naik sedikit lagi pada lama penyimpanan 4 minggu. Kedua, pada metode piramida kertas menghasilkan daya berkecambah rendah pada lama penyimpanan 0 minggu kemudian naik signifikan pada lama penyimpanan 2 minggu dan tidak ada kenaikan pada lama penyimpanan 4 minggu. Pola yang umum terjadi selama penelitian yakni daya berkecambah rendah pada 0 minggu kemudian naik signifikan pada lama penyimpanan 2 minggu dan turun kembali sedikit pada lama penyimpanan 4 minggu. Terjadinya pola yang berbeda tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor internal benih, yakni adanya ketidaksamaan ukuran dan berat pada benih yang disimpan. Ketidaksamaan ukuran dan berat tersebut berbanding lurus dengan jumlah cadangan makanan dalam benih yang akan berpengaruh pada kemampuan benih untuk disimpan. Semakin banyak cadangan makanan berarti semakin tahan benih tersebut disimpan.
25
T0
T1
T2
P1 P0
P3 P2
P5 P4
Gambar 11 Benih A. pavonina yang berkecambah pada berbagai metode dan lama penyimpanan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1.
Faktor metode penyimpanan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih; lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih; sedangkan interaksi metode dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih saga pohon (A. pavonina).
2.
Penyimpanan dengan metode bangun piramida tidak sesuai untuk benih saga pohon.
3.
Hasil terbaik untuk faktor lama penyimpanan diperoleh dari lama penyimpanan 2 minggu dengan daya berkecambah sebesar 28,67%.
5.2 Saran 1.
Metode bangun piramida tidak disarankan untuk penyimpanan benih saga pohon.
2.
Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan ukuran piramida yang lebih besar.
3.
Perlu dilakukan penelitian serupa terhadap jenis saga pohon dengan mempertimbangkan aspek keseragaman ukuran dan berat benih.
.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Informasi Benih Sagawe Sabrang (Adenanthera pavonina L.). http://www.plantamor.com/index.php?plant=29 [10 Maret 2012]. Anonim.
2011. Converting Mechanical Vibration into http://global.kyocera.com/fcworld/charact/elect/piezo.html. November 2011].
Electricity. [25
Baker FS, TW Daniel, dan JA Hekms. 1995. Prinsip-Prinsip Silvikultur. (D. Marsono, Penterj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Berlyn GP. 1972. Seed Germination and Morphogenesis. Seed Biology I: 224-228 editor: T.T. Kozkowski. West Sussex UK: Board of Trustees RBG Kew. Bramasto Y dan Ismiati E. 1998. Penentuan Wadah Simpan Benih Khaya anthoteca pada Berbagai Periode Simpan dalam Bundel 26 : Laporan Uji Coba Teknologi Perbenihan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Balai Teknologi Perbenihan. Covidien. 2008. Principles of Electrosurgery. Boulder Colorado Amerika: The Covidien Energy-based Professional Education Departemen of Clinical Education. Darjadi L dan R Hardjono. 1976. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Direktorat Jenderal Kehutanan. Delgado JM. 1996. La Gran Piramide De Keop. Mas Alla: Piramides Del Mundo. http://www.maita.es/upload/viatge/la-gran-piramide-de-keops.pdf. [10 Mei 2010]. Flanagan GP. 1997. Pyramid Power The Millenium Science. Anchorage Alaska Amerika: Earthpulse press. Kanjski V dan Zujik H. 2008. The Secret of Pyramid Revealed. Osijek Kroasia: Grafika Kemp BJ. 1989. Ancient Egypt, Anathomy of civilization. New York Amerika: Routledge. Kusmana I dan Tambunan S. 2010. Informasi Singkat Benih Adenanthera pavonina L. Sumedang: Balai Perbenihan Hutan Jawa dan Madura. Meyerowitz, S. 2010. Sprouts The Miracle Food: The Complete Guide to Sprouting. Great Barrington Massachusetts Amerika: Sproutman Publication.
28
Nugraha AYW dan Seta FT. 2009. Pembuatan Susu dari Biji Buah Saga (Adenanthera pavonina) sebagai Alternatif Pengganti Nutrisi Protein Susu Sapi dan Susu Kedelai [Skripsi]. Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Octavia D. 2004. Pengaruh Kadar Air dan Lama Penyimpanan terhadap Perkecambahan Benih Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Sahupala A. 2007. Teknologi Benih. Maluku: Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Schull B, Pettit E. 1987. The Secret Power of Pyramid. New York Amerika: Fawcett Publications. Setiawan. 2005. Kajian Beberapa Aspek Ekologi Tumbuhan Obat Amis Mata (Labisia pumila (Blume) Fern.-Vill.) di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Sutopo L. 1985. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Pers. Syahrum S. 1987. Pengaruh Kadar Air Awal, Kondisi Simpan dan Periode Simpan terhadap Perkecambahan Benih Macadamia hildebrandii Steen [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. United
State Geological Survey. 2001. Kaolinite Group. http://pubs.usgs.gov/of/2001/of01-041/htmldocs/clays/kaogr.htm [25 November 2011].
West JA. 1985. The Traveler’s Key to Ancient Egypt. Wheaton Illinois Amerika. The Theosophical Publication House. Willan RL. 1985. A Guide to Forest Seed Handling: with Special Reference to The Tropics. Roma Italia: Food and Agriculture Organization of The United Nations. World Health Organization. 1998. Medical Plants in The South Pacific. Chicago Amerika: WHO Regional Publication Western Pacific. Zuhud EAM dan Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Laboratorium Konservasi Sumberdaya hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Zuhud EAM. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Zujic H. 2008. Tesla and Pyramid. Sarajevo Bosnia: The First International Scientific Confrence Bosnian Valley of The Pyramid.
LAMPIRAN
30
Lampiran 1 Data Jumlah benih Saga Pohon (A. pavonina) yang berkecambah. Perlakuan
P0T0
P1T0
P2T0
P3T0
P4T0
P5T0
Ulangan I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke8 9 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
12 1 0 1 0 0 2 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1
13 2 0 2 0 0 2 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 0 0 0 1 0 1 2
14 2 0 2 0 0 2 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 0 2 1 0 0 1 0 1 2
15 3 0 2 0 0 2 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 0 2 1 0 0 1 0 1 2
31
Lampiran 1 (Lanjutan) Perlakuan
P0T1
P1T1
P2T1
P3T1
P4T1
P5T1
Ulangan I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke8 9 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 3 5 8 4 5 2 5 5 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 10 7 2 3 5 9 2 6 7 5 5 4
12 3 5 11 5 6 3 6 6 3 4 3 4 3 4 3 3 5 4 10 7 2 5 5 11 3 8 7 5 5 5
13 3 7 11 7 7 3 6 6 3 5 3 4 3 5 3 4 5 6 10 7 2 5 5 11 3 9 7 5 5 5
14 3 7 11 7 7 3 6 6 3 5 3 5 3 5 3 4 6 6 10 7 3 5 5 11 3 9 7 5 5 5
15 3 7 11 7 7 3 6 6 3 5 4 5 3 5 3 4 6 7 10 7 3 5 5 11 3 9 8 5 6 5
32
Lampiran 1 (Lanjutan) perlakuan
P0T2
P1T2
P2T2
P3T2
P4T2
P5T2
Ulangan I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke8 9 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 6 5 4 6 6 2 4 2 3 2 1 2 5 2 2 2 4 1 1 3 4 6 4 5 2 5 5 3 6 5
12 6 5 4 6 6 2 4 2 3 2 1 2 6 3 2 2 4 1 2 4 5 6 4 5 4 5 5 4 7 5
13 6 5 5 6 7 2 4 2 3 2 1 2 6 3 2 2 4 2 3 4 5 6 4 6 5 5 7 4 7 6
14 6 5 5 6 7 2 4 2 3 2 2 3 6 4 2 2 4 4 3 4 5 6 5 6 5 5 7 4 7 6
15 6 5 5 6 7 2 4 2 3 2 3 4 7 4 2 2 4 5 3 4 5 7 6 6 5 5 7 4 7 6
33
Lampiran 2 Data Daya Berkecambah Benih Saga Pohon (A. pavonina).
I
Daya Berkecambah (%) 15
II
0
Ulangan
III
Perlakuan
P0T0
10
Perlakuan
Daya Berkecambah (%) 15
Perlakuan
35 P0T1
55
Daya Berkecambah (%) 30 25
P0T2
25
IV
0
35
30
V
0
35
35
I
10
15
10
II
5
30
20
III
P1T0
0
P1T1
30
P1T2
10
IV
0
15
15
V
5
25
10
I
0
20
15
II
0
25
20
III
P2T0
5
P2T1
15
P2T2
35
IV
0
25
20
V
0
15
10
I
0
20
10
II
0
30
20
III
P3T0
0
P3T1
35
P3T2
25
IV
5
50
15
V
0
35
20
I
10
15
25
II
0
25
35
III
P4T0
10
P4T1
25
P4T2
30
IV
5
55
30
V
0
15
25
I
0
45
25
II III
5 P5T0
0
40 P5T1
25
35 P5T2
20
IV
5
30
35
V
10
25
30
34
Lampiran 3 Data Hasil Tranformasi Arcsin untuk Masing-Masing Perlakuan.
Ulangan I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V I II III IV V
Perlakuan
P0T0
P1T0
P2T0
P3T0
P4T0
P5T0
Transformasi arcsin√(%) Daya Daya Perlakuan Berkecambah Berkecambah 22,79 22,79 0,00 36,27 18,43 P0T1 47,87 0,00 36,27 0,00 36,27 18,43 22,79 12,92 33,21 0,00 P1T1 33,21 0,00 22,79 12,92 30,00 0,00 26,57 0,00 30,00 12,92 P2T1 22,79 0,00 30,00 0,00 22,79 0,00 26,57 0,00 33,21 0,00 P3T1 36,27 12,92 45,00 0,00 36,27 18,43 22,79 0,00 30,00 18,43 P4T1 30,00 12,92 47,87 0,00 22,79 0,00 42,13 12,92 39,23 0,00 P5T1 30,00 12,92 33,21 18,43 30,00
Perlakuan
P0T2
P1T2
P2T2
P3T2
P4T2
P5T2
Daya Berkecambah 33,21 30,00 30,00 33,21 36,27 18,43 26,57 18,43 22,79 18,43 22,79 26,57 36,27 26,57 18,43 18,43 26,57 30,00 22,79 26,57 30,00 36,27 33,21 33,21 30,00 30,00 36,27 26,57 36,27 33,21
35
Lampiran 4 Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan. Ruangan (Kontrol) Hari
Pagi
Siang
Sore
S (°C)
K (%)
S (°C)
K (%)
S (°C)
K (%)
1
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
2
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
3
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
4
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
5
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
6
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
7
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
8
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
9
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
10
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
11
25,80
96,10
26,00
96,10
26,00
96,10
12
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
13
26,00
96,10
26,00
96,10
25,00
98,40
14
26,00
96,10
26,00
96,10
26,00
96,10
15
26,00
96,10
26,00
96,10
26,00
96,10
16
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
17
26,00
96,10
26,00
96,10
27,50
92,40
18
26,50
92,30
26,00
96,10
27,50
92,40
19
26,50
92,30
26,00
96,10
27,50
92,40
20
26,50
92,40
26,00
96,10
27,50
92,40
21
27,00
92,40
27,00
96,20
27,00
96,20
22
27,00
92,40
27,00
96,20
27,00
96,20
23
27,00
92,40
27,00
96,20
27,00
96,20
24
27,00
92,40
27,00
96,20
27,00
96,20
25
27,00
92,40
27,00
96,20
27,00
96,20
26
27,00
92,40
27,00
96,20
27,00
96,20
27
27,00
92,40
28,50
89,00
27,00
96,20
28
26,50
92,30
28,50
89,00
27,00
96,20
36
Lampiran 5 Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida tanpa dinding Piramida tanpa dinding Hari
Pagi
Siang
Sore
S (°C)
K (%)
S (°C)
K (%)
S (°C)
K (%)
1
26,50
88,60
27,00
88,70
27,00
92,40
2
26,50
88,60
27,00
88,70
27,00
92,40
3
26,50
88,60
27,00
88,70
27,00
92,40
4
26,50
88,60
27,00
88,70
27,00
92,40
5
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
6
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
7
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
8
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
9
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
10
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
11
26,00
88,40
26,00
92,20
26,50
96,00
12
26,50
88,60
26,00
92,20
27,00
92,40
13
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
14
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
15
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
16
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
17
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
18
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
19
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
20
26,50
88,60
26,50
92,30
27,00
92,40
21
27,00
88,70
27,00
92,40
27,00
85,00
22
27,00
88,70
27,00
92,40
27,00
85,00
23
27,00
88,70
27,00
92,40
27,00
85,00
24
27,00
88,70
27,00
92,40
27,00
85,00
25
27,00
88,70
27,00
92,40
27,00
85,00
26
27,00
88,70
27,00
92,40
27,00
85,00
27
27,00
88,70
28,00
88,90
27,00
85,00
28
27,00
88,70
28,00
88,90
27,00
85,00
37
Lampiran 6 Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Kertas Piramida Kertas Hari
Pagi
Siang
Sore
S (°C)
K (%)
S (°C)
K (%)
S (°C)
K (%)
1
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
2
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
3
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
4
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
5
26,00
92,10
26,50
92,30
26,50
92,30
6
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
7
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
8
26,00
92,10
26,50
92,30
26,50
92,30
9
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
10
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
11
26,00
92,20
26,00
92,30
26,50
92,30
12
26,00
92,20
25,00
92,10
26,50
92,30
13
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
14
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
15
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
16
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
17
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
18
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
19
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
20
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
92,30
21
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
84,90
22
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
84,90
23
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
84,90
24
26,00
92,20
27,00
92,40
26,50
84,90
25
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
84,90
26
26,00
92,20
26,50
92,30
26,50
84,90
27
26,00
92,20
27,00
92,40
26,50
84,90
28
26,00
92,20
27,00
92,40
26,50
84,90
38
Lampiran 7 Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Ventilasi Piramida Ventilasi Hari
Pagi
Siang
Sore
S (°C)
K (%)
S (°C)
K (%)
S (°C)
K (%)
1
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
92,30
2
26,00
88,40
26,50
88,60
25,50
88,30
3
26,00
88,40
26,50
88,60
25,00
88,30
4
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
92,30
5
26,00
88,40
26,50
88,60
25,50
88,30
6
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
92,30
7
26,00
88,40
26,00
88,40
26,50
92,30
8
26,00
88,40
26,00
88,40
25,50
88,30
9
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
92,30
10
26,00
88,40
26,00
88,40
26,50
92,30
11
25,50
84,60
26,00
88,40
25,50
88,30
12
25,50
88,40
25,50
88,30
25,50
88,30
13
26,00
88,40
25,50
88,30
25,00
88,30
14
26,00
88,40
26,00
88,40
25,00
88,30
15
25,50
84,60
26,50
88,60
26,50
92,30
16
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
92,30
17
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
92,30
18
26,00
88,40
26,50
88,60
25,50
88,30
19
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
92,30
20
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
81,30
21
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
81,30
22
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
81,30
23
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
81,30
24
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
81,30
25
26,00
88,40
27,00
85,00
26,50
81,30
26
26,00
88,40
26,50
88,60
26,50
81,30
27
26,00
88,40
27,00
85,00
26,50
81,30
28
26,00
88,40
27,00
85,00
26,50
81,30
39
Lampiran 8 Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Kaolin-Gips Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Pagi S (°C) 26,00 26,00 25,50 25,50 26,00 26,00 26,00 25,50 26,00 26,00 25,50 25,50 26,00 25,50 26,00 25,50 26,00 25,50 26,00 26,00 26,50 26,50 26,50 26,50 26,50 26,50 26,50 26,50
K (%) 88,40 88,40 84,60 84,60 88,40 88,40 88,40 84,60 88,40 88,40 84,60 84,60 88,40 84,60 88,40 84,60 88,40 84,60 88,40 88,40 84,90 84,90 84,90 84,90 84,90 84,90 84,90 84,90
Piramida Kaolin-Gips Siang S (°C) K (%) 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 88,40 26,00 84,70 26,00 88,40 26,50 88,40 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 88,40 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,50 88,60 26,50 88,60 26,50 88,60 26,50 88,60 27,00 85,00 26,50 88,60 27,00 85,00 27,00 85,00
Sore S (°C) 26,50 26,50 26,00 26,00 26,50 26,50 26,50 26,00 26,50 26,50 26,00 26,00 26,50 26,00 26,50 26,00 26,50 26,00 26,50 26,50 26,00 26,00 26,00 26,00 27,00 26,00 26,00 26,00
K (%) 92,30 92,30 84,70 84,70 92,30 92,30 92,30 84,70 92,30 92,30 84,70 84,70 92,30 84,70 92,30 84,70 92,30 84,70 92,30 92,30 84,70 84,70 84,70 84,70 78,00 84,70 84,70 84,70
40
Lampiran 9 Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Cermin Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Pagi S (°C) 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,50 26,50 26,50 26,50 26,50 26,50 26,50 26,50
K (%) 88,40 88,40 88,40 88,40 92,20 88,40 88,40 88,40 88,40 88,40 92,20 88,40 88,40 88,40 88,40 88,40 88,40 88,40 88,40 88,40 84,90 84,90 84,90 84,90 84,90 84,90 84,90 84,90
Piramida Cermin Siang S (°C) K (%) 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 26,00 84,70 27,00 81,50 27,00 81,50 27,00 81,50 27,00 81,50 27,50 85,20 27,50 85,20 27,50 85,20 27,50 85,20
Sore S (°C) 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,50 26,50 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,50 26,50 26,50 26,50 27,00 26,50 26,50 26,50
K (%) 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 92,30 92,30 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 84,70 81,30 81,30 81,30 81,30 78,00 81,30 81,30 81,30