PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh : NICKY IRSALINA MAZAYA F.100090164
FALKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
Nicky Irsalina Mazaya Usmi Karyani Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui apakah ada hubungan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan somatisasi, 2) mengetahui sumbangan efektif penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan somatisasi, 3) mengetahui tingkat penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik, 4) mengetahui tingkat kecenderungan somatisasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMA Al Islam 1 Surakarta kelas X. Metode menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 𝑟xy = - 0,282 dengan sig. = 0,017; p < 0,05, sehingga hipotesis yang diajukan diterima, sehingga dapat dikatakan ada hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan kecenderungan somatisasi. Sumbangan efektif penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik sebesar 7,9% dan sisanya 92,1% dipengaruhi variabel lain. Tingkat penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik termasuk ke dalam kategori tinggi dengan rerata empirik sebesar 42,79 dan rerata hipotetik sebesar 35. Tingkat kecenderungan somatisasi termasuk ke dalam kategori rendah dengan rerata empirik sebesar 14,61 dan rerata hipotetik sebesar 20,5. Kata kunci : penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik, kecenderungan somatisasi
menggunakan sistem paket, yang
Pendahuluan Sekolah menengah swasta
berarti bahwa semua peserta didik
dengan berbasis keislaman di kota
wajib mengikuti seluruh program
Surakarta salah satunya adalah SMA
pembelajaran dan beban belajar
Al Islam 1. SMA Al Islam 1
yang sudah ditetapkan untuk setiap
melaksanakan pembelajaran dengan
kelas
1
sesuai
dengan
struktur
kurikulum yang berlaku. Beban
memiliki ciri khusus dalam hal
belajar dirumuskan dalam bentuk
penambahan
satuan waktu yang dibutuhkan oleh
untuk Mata Pelajaran Agama Islam,
peserta
sehingga
didik
program
untuk
mengikuti
pembelajaran
melalui
jam
mata
Pedoman
dan
Surakarta, 2011).
mandiri
tidak
terstruktur. Kegiatan tatap muka berupa
proses
interaksi
pelajaran
yang
diberikanpun lebih banyak (Buku
sistem tatap muka, tugas terstruktur kegiatan
pembelajaran
SMA
Al
Islam
1
Tuntutan-tuntutan akademik
antara
tersebut
tidak
menutup
peserta didik dengan pendidik, dan
kemungkinan bahwa hal tersebut
tugas terstruktur meliputi kegiatan
dapat
pendalaman materi pembelajaran
Lazarus
yang dirancang oleh pendidik untuk
menjelaskan stres merupakan bentuk
mencapai standar kompetensi dan
interaksi antara individu sebagai
waktu
sesuatu
penyelesaian
tugas
yang
memicu
yang
melampaui
kegiatan mandiri tidak terstruktur
dimiliki,
meliputi
kesejahteraan
materi
stres.
Wijono,
2010)
(dalam
ditentukan oleh pendidik, sedangkan
pendalaman
terjadinya
membebani kemampuan
serta
atau yang
mengancam
karena
individu
pembelajaran oleh peserta didik
menilai kemampuannya tidak cukup
yang dirancang oleh pendidik untuk
untuk memenuhi tuntutan situasi
mencapai standar kompetensi dan
lingkungan.
waktu
penyelesaian
diatur
oleh
Stres
peserta didik. SMA Al Islam 1
yang
berasal
dari
stressor kehidupan (stres pribadi,
2
stres
keluarga,
maupun
lingkungan/sosial) faktor
akan
pemicu
stres
mengalami
menjadi
merasakan
somatisasi
cenderung
kecemasan
dan
munculnya
ketegangan yang berlebihan, serta
kecenderungan somatisasi (Hadjam,
memiliki dorongan atau keinginan
2003). Menurut Kaplan & Sadock
yang keras. Kondisi fisik yaitu pada
(1997)
individu
somatisasi
merupakan
yang
menyenangi
gangguan
yang
tidak
dapat
keteraturan dan memiliki agresifitas
dijelaskan
secara
medis
serta
yang
meledak-ledak
cenderung
berhubungan dengan stress, dan
mudah mengalami sakit kepala saat
biasanya dimulai sebelum usia 30
menghadapi
tahun, tetapi seringkali mulai selama
Hal tersebut muncul dipengaruhi
usia belasan tahun. Setiap keluhan
oleh
fisik
eksternal.
yang
kemungkinan
dimunculkan mempunyai
suatu
faktor-faktor
permasalahan.
internal
dan
latar
Faktor internal yang berasal
belakang penyebab seperti konflik
dari dalam diri individu antara lain
intramental,
kepribadian
interpersonal
dan
masalah sosial maupun lingkungan. Adapun
aspek
dan
keturunan
/
gangguan neurologis. Kepribadian
somatisasi
ditunjukkan dengan emosi yang
yang terdapat pada diri individu
tidak
menurut
(dalam
mengontrol perilaku. Pada individu
Cahyono, 2002) meliputi; kondisi
yang mempunyai kepribadian rentan
psikis dan kondisi fisik. Kondisi
atau tidak tahan banting dalam
psikis
menghadapi
Ramdhani
yaitu
individu
yang
3
stabil,
ketidakmampuan
kejadian-kejadian
hidup
yang
mencekam
akan
akademik, tuntutan-tuntutan tersebut
mengalami ketegangan dan pada
dapat diatasi dengan penyesuaian
akhirnya akan muncul keluhan fisik.
diri,
Keturunan / gangguan neurologis,
menyesuaikan diri dengan baik akan
sangat sensitif terhadap rangsang
bereaksi dengan keluhan-keluhan
fisik dan berinteraksi dengan stres
sakit (Semium, 2006). Peristiwa
kehidupan sehari-hari yang dialami
dalam kehidupan keluarga, termasuk
oleh individu. Somatisasi memiliki
model keluarga dan
suatu
genetika,
orang yang dicintai karena musibah,
dalam
perceraian dan lain sebagainyaakan
komponen
cenderung keluarga
berjalan (Kaplan
di dan
Sadock,
apabila
dapat
1997).
tidak
memicu
dapat
kehilangan
munculnya
kecenderungan somatisasi. Faktor eksternal dari luar diri
individu
antara
lingkungan
lain
Stressor
pengaruh
sosialkultural
kehidupan
pada
banyak penelitian sudah dibuktikan
dan
sebagai pemicu munculnya gejala-
kehidupan
gejala patologis (Hadjam, 2004).
lingkungan
Semium (2006) yang menyatakan
sosialkultural, bahwa manusia hidup
bahwa terdapat hubungan yang jelas
di tengah kebudayaan masyarakat
antara
yang dapat memicu stres kehidupan
kesehatan
karena tekanan dari lingkungan.
dalam menghadapi stres kehidupan,
Stressor lingkungan yang dialami
salah satunya dengan menyesuaikan
siswa salah satunya adalah tuntutan
diri dengan lingkungan disekitarnya,
peristiwa
di
dalam
keluarga.
Pengaruh
4
penyesuaian mental.
diri
dengan
Banyak
cara
menyelaraskan lingkungan pribadi
menggunakan
dengan
simtomatik, begitu juga sebaliknya.
lingkungan
sosialnya.
Penyesuaian diri diperlukan remaja
tingkah
Setiap
orang
laku
memiliki
dalam menjalani transisi kehidupan,
tingkat penyesuaian dirinya sendiri,
salah
sekolah.
yang ditentukan oleh kapasitas-
Transisi sekolah adalah perpindahan
kapasitas bawaan, kecenderungan-
siswa dari sekolah yang lama ke
kecenderungan yang diperoleh dan
sekolah yang baru yang lebih tinggi
pengalaman.
tingkatannya. Transisi remaja ke
menyesuaikan
sekolah menghadapkan remaja pada
ditentukan oleh hubungan antara
perubahan
kapasitas
satunya
yang
dan
tuntutan-tuntutan
diri
dalam
sering
individu
kali
dalam
menyesuaikan diri dan kualitas dari
lingkungan sekolah, pengajar, dan
tuntutan-tuntutan yang dikenakan
teman baru. Tuntutan yang harus
kepadanya. Penyesuaian diri juga
dihadapi
dapat
siswa
Perubahan
Kegagalan
pada
dalam
baru.
transisi
adalah
bidang
tuntutan akademik,
diartikan
terhadap
sebagai
reaksi
tuntutan-tuntutan
kemandirian, dan tanggung jawab.
lingkungan terhadap diri individu
Apabila siswa memiliki penyesuaian
(Gerungan, 2000). Khairul Bariyyah
diri yang baik, siswa dapat bereaksi
(2012) mendefinisikan penyesuaian
secara efektif terhadap situasi yang
diri terhadap tuntutan akademik
berbeda, dapat memecahkan konflik,
adalah
frustasi
berbagai
dan
masalah
tanpa
biasanya
5
respon situasi
siswa
terhadap
akademik
dipersepsikan
dan siswa
sebagai
beban
melebihi
batas
somatisasi pada siswa kelas X yang
kemampuan yang ditandai dengan
berasal dari SMP dan MTs.
berbagai reaksi yang mempengaruhi
Metode Penelitian
fisik, emosi dan perilaku.
Penelitian
Berdasarkan uraian di atas
dengan
ini dilakukan
pendekatan
kuantitatif
dapat dibuat rumusan masalah yakni
dengan menggunakan skala sebagai
“apakah
antara
alat pengumpul datanya. Skala yang
penyesuaian diri terhadap tuntutan
digunakan ada dua, yaitu skala
akademik dengan kecenderungan
penyesuaian diri terhadap tuntutan
somatisasi?”. Penelitian ini memiliki
akademik dan skala somatisasi.
tujuan untuk mengetahui apakah ada
Skala penyesuaian diri terhadap
hubungan antara penyesuaian diri
tuntutan
terhadap tuntutan akademik dengan
menggunakan
aspek-aspek
kecenderungan
dikemukakan
oleh
apakah
ada
ada
hubungan
somatisasi perbedaan
kecenderungan
somatisasi
dan antara
(1964)
pada
akademik
yaitu
tidak
disusun yang
Schneiders terdapat
emosionalitas yang berlebih, tidak
siswa kelas X yang berasal dari
terdapat
SMP dan MTs. Hipotesis dalam
tidak terdapat perasaan frustrasi
penelitian ini adalah ada hubungan
personal, kemampuan untuk belajar,
negatif penyesuaian diri terhadap
dan pemanfaatan pengalaman masa
tuntutan
dengan
lalu. Sedangkan skala somatisasi
kecenderungan somatisasi dan ada
menggunakan tes kepribadian yang
perbedaan
dikembangkan
akademik
kecenderungan
6
mekanisme
oleh
psikologis,
Jurusan
Psikologi
Klinis
dan Konseling
Fakultas
Psikologi
5% dengan uji satu ekor karena
Universitas
hipotesis penelitian ini satu arah.
Gadjah Mada (1988) yang disusun
Hasil Penelitian dan Pembahasan
berdasarkan aspek psikologis dan
Dari
hasil
penelitian
yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa 𝑟xy
aspek fisiologis. Subjek dalam penelitian ini
= - 0,282 dengan sig. = 0,017; p <
adalah siswa-siswi kelas X di SMA
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
Al
ada
Islam
1
surakarta.
Teknik
hubungan
negatif
yang
sampling yang digunakan dalam
signifikan antara penyesuaian diri
mengambil subjek penelitian adalah
terhadap tuntutan akademik dengan
cluster
Dengan
kecenderungan somatisasi diterima.
mengambil tiap kelompok kelas
Apabila siswa memiliki penyesuaian
dalam suatu populasi. Pengambilan
diri yang baik, maka siswa dapat
objek
bereaksi secara efektif terhadap
sampling.
dilakukan
menggunakan
random,
dengan yaitu
situasi
yang
berbeda,
dapat
sebagian siswa kelas X. Teknik
memecahkan konflik, frustasi dan
analisis data dalam penelitian ini
masalah
menggunakan
product
tingkah laku simtomatik, begitu juga
moment dari Pearson. Pengolahan
sebaliknya (Semium, 2006). Setiap
data dilakukan dengan program
siswa memiliki tingkat penyesuaian
komputer SPSS Version 15.0. Taraf
dirinya sendiri, yang ditentukan oleh
signifikansi yang digunakan adalah
kapasitas-kapasitas
korelasi
tanpa
menggunakan
bawaan,
kecenderungan yang diperoleh dan
7
pengalaman.
Kegagalan
siswa
dialami
melalui
keluhan-keluhan
dalam menyesuaikan diri sering kali
fisik yang tidak dapat diterangkan
ditentukan oleh hubungan antara
secara
kapasitas siswa itu sendiri dalam
Hampir setiap harinya siswa berada
menyesuaikan diri dan kualitas dari
di
tuntutan-tuntutan yang dikenakan
merasakan apa yang dialaminya dan
kepadanya.
selama
Variabel terhadap
penyesuaian
tuntutan
diri
medis
sekolah,
(Kroenke,
maka
siswa
menjadi
siswa
2003).
akan
selalu
dihadapkan pada situasi akademik.
akademik
Situasi
akademik
memberikan
sumbangan
sebesar
tuntutan-tuntutan
7,9%
terhadap
variabel
dihadapi
siswa,
merupakan yang
harus
apabila
siswa
sebagai
beban
kecenderungan somatisasi. Hal ini
mempersepsikan
menandakan
92,1%
yang melebihi batas kemampuannya
variabel lain yang mempengaruhi
maka akan ditandai dengan berbagai
variabel kecenderungan somatisasi.
reaksi yang mempengaruhi fisik,
Variabel
misalnya
emosi dan perilaku (Schneiders,
kepribadian, keturunan, peristiwa
1964). Akibatnya, pada saat seorang
dalam kehidupan keluarga (Nietzel,
siswa mengalami penderitaan secara
dkk.,
emosional,
masih
ada
tersebut
dalam
Hadjam,
2004).
semua
Kecenderungan somatisasi ketika
termanifestasi
berada di sekolah itu mencerminkan
berbagai macam gejala.
sejauhmana mengekspresikan
seorang emosi
di
itu
badan
akan dengan
siswa
Salah satu pemicu seseorang
yang
memiliki kecenderungan somatisasi
8
adalah kejadian menekan dalam
somatisasi ketika dihadapkan pada
kehidupan sehari-hari, atau kerap
tuntutan akademik adalah rendah.
diistilahkan
stressor
Rendahnya tingkat kecenderungan
kehidupan. Dalam hal ini tuntutan
somatisasi ini salah satu sebabnya
akademik merupakan salah satu
karena
stressor lingkungan yang dialami
penyesuaian diri yang baik (tinggi)
siswa. Tuntutan-tuntutan tersebut
terhadap tuntutan akademik.
dengan
mereka
memiliki
dapat diatasi dengan penyesuaian
Rerata antara kecenderungan
diri, apabila siswa tidak dapat
somatisasi pada kelas X negeri atau
menyesuaikan diri dengan baik akan
yang berasal dari SMP lebih rendah
bereaksi dengan keluhan-keluhan
daripada kelas X aliyah yang berasal
sakit,
dari MTs, yaitu kelas negeri sebesar
begitu
juga
sebaliknya
(Semium, 2006).
14,19 dan kelas aliyah sebesar
Ini dapat dilihat dari hasil kategori
skala
15,03,
kecenderungan
sehingga
kecenderungan
ada
perbedaan
somatisasi
pada
somatisasi yang diketahui bahwa 28
kelas negeri dan aliyah, namun
siswa (38,89%) tidak mengalami
perbedaan ini tidak signifikan atau
kecenderungan
somatisasi,
dapat juga dikatakan tidak ada
sedangkan 1 siswa (1,39%) masih
perbedaan, hal ini diilihat dari nilai t
mengalami
= -0,464 dan sig. (2-tailed) p =
kecenderungan
somatisasi ketika berada di sekolah.
0,644 (p > 0,05).
Hal ini berarti secara umum siswa
Kesimpulan
tidak
mengalami
kecenderungan
9
data
Berdasarkan hasil analisis
ketika berada di sekolah
penelitian,
karena
maka
diambil
kesimpulan sebagai berikut :
kategori
1.Ada hubungan negatif yang signifikan
termasuk
dalam
rendah
dengan
nilai sebesar 38,89%.
antara
4.Siswa-siswi kelas X di SMA
penyesuaian diri terhadap
Al
tuntutan akademik dengan
secara umum sudah dapat
kecenderungan somatisasi.
menyesuaikan diri dengan
Nilai koefisien korelasi 𝑟xy
baik
= - 0,282 dengan sig. =
akademik karena termasuk
0,017; p < 0,05.
dalam
kategori
dengan
nilai
2. Sumbangan
efektif
Islam
1
Surakarta
terhadap
tuntutan
tinggi sebesar
48,61%.
penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan
Daftar Pustaka
kecenderungan somatisasi
Bariyyah, K. 2012. Stres Akademik.
(diakses tanggal 6 Juni 2013, 11:38).
sebesar
7,9% dan masih
terdapat
92,1%
dipengaruhi
sisanya Buku Pedoman KTSP. 2011. Surakarta: SMA Al Islam 1 Surakarta.
variabel
lainnya. Cahyono, R. T., LNH, N. I., & Lestari, S. 2002. Kecenderungan Somatisasi Ditinjau dari Sense of Humor dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah. Indegenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol. 6, No. 2, 159-167.
3.Secara umum siswa-siswi di SMA Al Islam 1 Surakarta tidak
terlalu
mengalami
kecenderungan somatisasi
10
Gerungan, W. A. 2000. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Hadjam, M. N. R., Martaniah, S. M., Prawitasari, J. E., & Masrun. 2004. Peran Kepribadian Tahan Banting pada Gangguan Somatisasi. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol. 19, No. 2, 122-135. Hadjam, N. R. 2003. Peranan Kepribadian dan Stres Kehidupan terhadap Gangguan Somatisasi. Jurnal Psikologi. No. 1, 36-56. Kaplan, H. I., & Sadock B. J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ke-7. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal: 68-73 Kroenke, K. 2003. Interface Between Physical and Psychological Symptoms. Primary Care Companion J Clin Psychiatry. 5, Suppl 7: 1118. Schneiders, A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt, Rineharr and Wisnton. Semium, Y. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius. Wijono, S. 2010. Penghayatan Subyektif terhadap Stres Berdasarkan Teori Lazarus. Jurnal Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Hal. 2137.
11