PENGARUH PENGGUNAAN TELEMEDICINE (APLIKASI PESAN BERBASIS INTERNET) TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Nindy Ellena1, Denny Anggoro Prakoso2 1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Kedokteran Keluarga dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI
Angka insiden dan prevalensi diabetes melitus tipe 2 di berbagai penjuru dunia cenderung mengalami peningkatan. International Diabetes Federation (IDF) memprediksi Indonesia mengalami kenaikan jumlah pasien dari 10 juta penduduk pada tahun 2015 menjadi sekitar 16,2 juta penduduk pada tahun 2040. Kepatuhan pasien dengan pengobatan penyakit kronis seperti diabetes melitus umumnya rendah. Telemedicine meliputi pemberian informasi dan edukasi berupa pesan multimedia yaitu video animasi melalui aplikasi pesan berbasis internet pada smartphone. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh Telemedicine (aplikasi pesan berbasis internet) terhadap kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian ini adalah Quasi Experiment pretest-posttest with control group design. Subjek penelitian adalah 56 pasien diabetes melitus tipe 2 yang menjalani kontrol rutin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, terdiri dari 28 pasien untuk masing-masing kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Perlakuan diberikan sebanyak 8 kali yaitu 2 kali setiap minggu selama 1 bulan. Kuesioner yang digunakan untuk menilai tingkat kepatuhan minum obat adalah Morisky Medication Adherence Scales (MMAS‐8). Analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon test dan Mann-Whitney test. Hasil uji beda Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai signifikansi 0,539 pada kelompok perlakuan dan 0,071 pada kelompok kontrol. Hasil perhitungan 2 sampel Mann-Whitney test diperoleh nilai mean rank kelompok perlakuan 31,95 dan kelompok kontrol 25,05 dengan nilai p 0,098. Telemedicine (aplikasi pesan berbasis internet) dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pada kelompok perlakuan pasien diabetes tipe 2 namun tidak bermakna secara statistik. Kata Kunci: Diabetes Melitus, Kepatuhan Minum Obat, Telemedicine.
THE INFLUENCE OF TELEMEDICINE (MESSAGES APPLICATION INTERNET-BASED) ON THE ADHERENCE OF MEDICATION IN PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELITUS Nindy Ellena1, Denny Anggoro Prakoso2 1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Kedokteran Keluarga dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT
The incidence in prevalence of diabetes mellitus type 2 increased in the world. International Diabetes Federation (IDF) predicts that Indonesia has increasing of amount of diabetic patient 10 million in 2015 to be 16,2 million in 2040. The adherence of patients with treatment of chronic disease like diabetes melitus mostly was poor. Telemedicine contains giving information and education such as multimedia messaging specifically animation video using messages application internet-based on smartphone. The research has purpose to know the influence of Telemedicine (messages application internet-based) on the adherence of medication in patient with type 2 diabetes melitus. The design of this research was a Quasi-Experiment pretest and posttest with control group design. The subjects were 56 patient with type 2 diabetes melitus that routinely check up in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital, each consisting of 28 patients in intervention group and the control group. Interventions was administered for 8 times and twice per week for one month. The adherence of medication score was evaluated with Morisky Medication Adherence Scales (MMAS‐8). The data was analyzed by Wilcoxon test and MannWhitney test. The result of Wilcoxon Signed Rank Test obtained significance value 0,539 for intervention group and 0,071 for control group. The results of 2 samples Mann-Whitney test calculation of mean rank values for intervention group is 31,95 and 25,05 for control group with p value 0,098. Telemedicine (messages application internet-based) can improve the adherence of medication in intervention group patient with type 2 diabetes melitus but not statistically significant. Keywords : Diabetes Melitus, Adherence of Medication, Telemedicine.
Berbagai
Pendahuluan Angka insiden dan prevalensi
menunjukkan
penelitian bahwa
justru
kepatuhan
diabetes melitus tipe 2 di berbagai
pasien pada pengobatan penyakit
penjuru dunia cenderung mengalami
yang bersifat kronis pada umumnya
peningkatan. International Diabetes
rendah. Penelitian yang melibatkan
Federation
pasien berobat jalan menunjukkan
(IDF)
memprediksi kenaikan
bahwa lebih dari 70% pasien tidak
jumlah pasien dari 10 juta penduduk
minum obat sesuai dengan dosis
pada tahun 2015 menjadi sekitar 16,2
yang seharusnya3.
Indonesia
mengalami
juta penduduk pada tahun 2040.
Berbagai
cara
dapat
dilakukan
sebagai
memiliki risiko lebih tinggi terhadap
meningkatkan
kepatuhan
masalah
dibandingkan
obat pada pasien diabetes melitus
orang tanpa diabetes melitus. Kadar
tipe 2. Salah satu upaya yang
glukosa darah yang tinggi dapat
dilakukan
menyebabkan penyakit serius yang
Telemedicine. Telemedicine adalah
mempengaruhi jantung, pembuluh
penggunaan teknologi informasi dan
darah, mata, ginjal dan saraf. Orang
komunikasi
dengan diabetes juga meningkatkan
dengan
risiko
memberikan
Orang
dengan
diabetes
kesehatan
mengembangkan
melitus
suatu
penyakit infeksi 1. Diabetes
upaya
dengan
yang
kepakaran
minum
adanya
digabungkan medis
layanan
untuk
kesehatan,
mulai dari konsultasi, diagnosa dan Melitus
dapat
tindakan medis, tanpa terbatas ruang
berdampak terhadap kualitas sumber
atau dilaksanakan dari jarak jauh.
daya manusia dan peningkatan biaya
Untuk dapat berjalan dengan baik,
kesehatan yang cukup besar, maka
sistem ini membutuhkan teknologi
sangat
komunikasi
diperlukan
program
yang
memungkinkan
pengendalian Diabetes Melitus Tipe
transfer data berupa video, suara, dan
2. Diabetes Melitus Tipe 2 bisa
gambar secara interaktif4.
dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan 2
faktor resiko .
Maka dari itu penelitian ini dilakukan
untuk
melihat
apakah
Telemedicine mampu memperbaiki
tingkat kepatuhan minum obat pada
diabetes
melitus
tipe
2
yang
diabetes tipe 2. Hasil dari penelitian
melakukan kontrol rutin di RS PKU
ini diharapkan dapat memberikan
Muhammadiyah
kontribusi terhadap perkembangan
sedang mengonsumsi
ilmu pengetahuan.
anti diabetes, tinggal di wilayah
Yogyakarta
dan
obat-obatan
Yogyakarta, pasien atau anggota keluarga pasien atau orang terdekat
Bahan dan Cara Penelitian
ini
merupakan
yang
merawat
pasien
memiliki
penelitian quasi experiment pretest-
handphone dengan fasilitas jaringan
posttest with control group design.
internet yang memadai dan mampu
Subjek penelitian ini adalah 56
mengoperasikan
pasien diabetes melitus tipe 2 yang
berbasis internet dengan baik, dan
dibagi dalam 2 kelompok yaitu 28
bersedia menjadi subjek penelitian.
subjek untuk kelompok perlakuan
Untuk kriteria eksklusi adalah pasien
dan 28 subjek untuk kelompok
dengan
kontrol.
subjek
penyakit fisik berat atau terminal,
tingkat
pasien
Masing-masing
dilakukan
penilaian
fasilitas
kondisi
dengan
pesan
komplikasi
gangguan
atau
mental
kepatuhan minu obat menggunakan
berat. Apabila subjek selama proses
kuesioner
Morisky
Medication
penelitian tiba-tiba putus kontak atau
Adherence
Scales
(MMAS‐8).
tidak ada respon maka dikeluarkan
Penelitian dilakukan di Poli penyakit
dari subjek penelitian. Alat
dalam RS PKU Muhammadiyah
dan
bahan
yang
Yogyakarta dan dilakukan mulai
digunakan antara lain handphone,
bulan
laptop,
April-September
2016.
printer,
lembar
inform
Sebagai variabel bebasnya adalah
consent, kuesioner identitas diri,
perlakuan
kuesioner
Telemedicine
(aplikasi
Morisky
Medication
pesan berbasis internet) dan variabel
Adherence Scales (MMAS‐8)5 untuk
terikat
menilai tingkat kepatuhan minum
adalah
tingkat
kepatuhan
obat.
minum obat. Sebagai adalah
pasien
kriteria yang
inklusi
didiagnosis
Instrumen
dikembangkan Morisky
yang
MMAS-8 oleh
yang
Donald
terdiri
dari
E, 8
pertanyaan.
Di
Indonesia
telah
(aplikasi pesan berbasis internet).
dilakukan uji validitas dan reliabilitas
Untuk
untuk kuesioner MMAS-8 salah
kepada responden apakah benar-
satunya oleh Risya Mulyani dengan
benar melihat video yang telah
Cronbach Alfa dan didapatkan hasil
dikirimkan
Cronbach Alfa = 0,783. Suatu
dengan cara mengajukan pertanyaan
instrumen dikatakan memiliki tingkat
yang berkaitan dengan video yang
reliabilitas tinggi jika nilai koefisien
telah dikirimkan dan meminta respon
Cronbach Alfa > 0,60 6.
dari
Pelaksanaan
pemantauan
dilakukan
pasien.
pengecekan
Setelah
dilakukan
ini
perlakuan sebanyak 8 pengiriman
diawali dengan penentuan subjek
video dalam satu bulan kemudian
penelitian yang masuk ke dalam
diberikan
posttest
kriteria
menggunakan
kuesioner
Morisky
Adherence
Scales
sehingga
penelitian
melakukan
didapatkan
28
pasien diabetes melitus tipe 2 yang
Medication
ditetapkan
(MMAS‐8).
sebagai
kelompok
perlakuan dan 28 pasien diabetes
Untuk
melitus tipe 2 sebagai kelompok
tingkat
kontrol.
setelah
Sebelum
dilakukan
dengan
menilai
kepatuhan
perubahan
minum
dilakukan
obat
perlakuan
perlakuan pada kedua kelompok
digunakan Paired Sample T-Test
tersebut
pretest
untuk data yang terdistribusi normal
kuesioner
Morisky
atau Wilcoxon Signed Rank Test
Adherence
Scales
apabila
perlakuan
menggunakan Medication
dilakukan
tidak
terdistribusi
normal.
Perbedaan
dianggap
akan mendapatkan perlakuan berupa
bermakna
bila
pengiriman pesan multimedia berupa
interval kepercayaan 95%.
(MMAS‐8).
Kelompok
data
p<0.05
dengan
video Telemedicine (aplikasi pesan berbasis internet) yang diberikan
Hasil Penelitian
sebanyak 8 kali pengiriman 2 kali
Responden dalam penelitian
satu minggu selama satu bulan,
ini adalah pasien diabetes melitus
sedangkan kelompok kontrol tidak
tipe
mendapat perlakuan Telemedicine
mendapatkan pengobatan rutin di RS
2
yang
kontrol
serta
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
untuk
kelompok
perlakuan
Jumlah responden yang ada dalam
kelompok kontrol. Semua pasien
penelitian adalah responden yang
menyelesaikan
telah disesuaikan dengan kriteria
lengkap tidak ada yang drop out.
penelitian
dan
secara
inklusi maupun kriteria eksklusi dan didapatkan masing-masing 28 pasien Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kelompok Kelompok Perlakuan Kontrol Karakteristik P value N % N % 1.Usia 30-50 tahun 7 25,0 8 28,6 51-70 tahun 18 64,3 15 53,6 0,657 71-90 tahun 3 10,7 5 17,9 2.Jenis Kelamin Laki-laki 12 42,9 14 50,0 0,592 Perempuan 16 57,1 14 50,0 3.Pendidikan SD 2 7,1 3 10,7 SMP 3 10,7 8 28,6 SMA 8 28,6 10 35,7 0,141 S1 9 32,1 6 21,4 S2 5 17,9 0 S3 1 3,6 1 3,6 4.Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 8 28,6 7 25,0 Pegawai Swasta 5 17,9 4 14,3 Pensiunan 5 17,9 11 39,3 0,219 PNS 2 7,1 0 POLRI 1 3,6 3 10,7 Wiraswasta 7 25,0 3 10,7
Tabel 2. Frekuensi Tingkat Kepatuhan Minum Obat Responden Frekuensi Tingkat Kepatuhan Pretest Posttest Minum Obat N % N % Perlakuan Rendah 10 35,7 6 21,4 Sedang 18 64,3 22 78,6 Kontrol
Rendah Sedang
11 17
39,3 60,7
13 15
46,4 53,6
Tabel 3. Perbedaan Rerata Pretest dan Posttest TingkatKepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Hasil Analisa Wilcoxon signed rank test Kelompok Keterangan N Mean + SD P Perlakuan
Pretest Posttest
28 28
2,43 + 1,501 1,89 + 1,031
0,539
Kontrol
Pretest Posttest
28 28
2,36 + 1,789 2,46 + 1,621
0,071
Tabel 4. Hasil Uji Beda Selisih Skor Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pretest dan Posttest antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan Mann-Whitney Test Keterangan Kelompok P value Mean Rank Z Selisih skor tingkat Perlakuan 31.95 kepatuhan minum -1.656 0,098 obat pasien diabetes melitus tipe 2 Kontrol 25.05 pretest dan posttest yang dapat muncul sebagai Diabetes
Diskusi
usia,
Hasil penelitian berdasarkan
Melitus (DM). Dan pada saat ini,
responden
jumlah
pada
kelompok
usia
lanjut
diperkirakan
berusia 51-70 tahun yaitu 18 orang
orang (7% dari seluruh penduduk
(64,3%) untuk kelompok perlakuan
dunia), dan nilai ini diperkirakan
dan
untuk
akan terus meningkat dengan sekitar
kelompok kontrol. Lansia merupakan
50% lansia mengalami intoleransi
populasi
glukosa 7.
orang
yang
(53,6%)
rentan
terhadap
gangguan metabolisme karbohidrat
450
dunia
perlakuan dan kontrol mayoritas
15
mencapai
di
juta
Karakteristik jenis kelamin
yaitu 8 orang (28,6%) sedangkan
didominasi oleh perempuan pada
pada kelompok kontrol didominasi
kelompok perlakuan yaitu 16 orang
oleh
(57,1%) sedangkan untuk kelompok
(39,3%).
kontrol berimbang anatara laki-laki
responden
dan perempuan yaitu 14 orang
didominasi oleh lanjut usia dimana
(50%).
pensiunan
yaitu
Berkaitan yang
11
orang
dengan
sebagian
usia besar
hal
menjaga
sebagian besar dari mereka memang
biasanya
kaum
sudah tidak bekerja atau pensiun dari
memperhatikan
pekerjaannya, begitu pula dengan
kesehatanya dibandingkan dengan
responden perempuan yang juga
laki-laki. Hal ini dikarenakan sifat-
didominasi oleh lanjut usia yang
sifat dari perempuan yang lebih
kebanyakan
memperhatikan
bekerja di rumah sebagai ibu rumah
Dalam
kesehatan, perempuan
lebih
kesehatan
bagi 8
responden
pendidikan
untuk
mereka
hanya
tangga. Akibat diabetes melitus tipe
dirinya dibandingkan laki-laki . Karakteristik
dari
kelompok
2 yang diderita responden juga berdampak
terhadap
berbagai
perlakuan adalah S1 yaitu 9 orang
aktivitas fisiknya, dimana aktifitas
(32,1%) dan untuk kelompok kontrol
fisik
adalah SMA yaitu 10 orang (35,7%).
berkurang
Tingkat pendidikan mempengaruhi
sebelumnya.
responden
yaitu
tingginya
dibanding
dengan
semakin
kelompok perlakuan dan kelompok
pendidikan
kontrol terhadap tingkat kepatuhan
dengan
tingkat
banyak
Hasil pretest responden dari
kepatuhan pasien dalam menjalani terapinya
menjadi
seseorang, maka kesadarannya untuk
minum
menjaga kesehatan semakin tinggi
perlakuan
yang
pesan berbasis internet) diperoleh
berbanding
tingkat
lurus
kepatuhannya
dengan dalam
menjalani pengobatan9.
skor
obat
sebelum
diberikan
Telemedicine
(aplikasi
kepatuhan
responden
minum
kelompok
obat
perlakuan
pada
adalah tingkat kepatuhan minum obat
responden pada kelompok perlakuan
kategori sedang sebanyak 18 orang
didominasi oleh ibu rumah tangga
(64,3%). Untuk kelompok kontrol,
Data
pekerjaan
tingkat
kepatuhan
minum
obat
pasien poli penyakit dalam yang
kategori sedang yaitu sebanyak 17
memang
orang (60,7%).
Muhammadiyah Yogyakarta untuk
Tingkat obat
kepatuhan
pada
kedua
minum
kelompok
datang
melakukan bulannya,
ke
kontrol dalam
RS
PKU
rutin
setiap
kontrol
rutin
responden dapat dipengaruhi oleh
tersebut pasien sudah mendapatkan
berbagai faktor. Faktor-faktor yang
arahan pengobatan langsung dari
mendukung kepatuhan yaitu faktor
dokter dan mendapatkan resep obat
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
yang diresepkan hanya untuk waktu
intrinsik adalah faktor yang tidak
satu bulan, sehingga pada bulan
perlu rangsangan dari luar, berasal
berikutnya pasien pasti datang untuk
dari diri sendiri, seperti motivasi,
kontrol dan juga untuk mendapatkan
pendidikan,
resep obat satu bulan berikutnya,
terhadap
dan
pemahaman tenaga
itulah yang menyebabkan tingkat
kesehatan. Faktor ekstrinsik adalah
kepatuhan minum obat responden di
faktor yang perlu rangsangan dari
RS
luar, yang terdiri dari dukungan
Yogyakarta cukup baik. .
sosial
instruksi
dan
dari
dukungan
dari
10
professional kesehatan .
PKU
Hasil posttest dari responden kelompok
Mayoritas tingkat kepatuhan
Muhammadiyah
perlakuan
setelah
dilakukan perlakuan menggunakan
minum obat pada pretest kedua
Telemedicine
kelompok responden berada pada
berbasis internet) sebanyak 8 kali
tingkat kepatuhan kategori sedang,
pengiriman pesan multimedia dalam
sedangkan untuk kategori rendah
kurun waktu 1 bulan didapatkan hasil
hanya
dapat
bahwa tingkat kepatuhan minum obat
disebabkan pasien diabetes melitus
yang sebelumnya didominasi oleh
tipe 2 di RS PKU Muhammadaiyah
tingkat kepatuhan kategori sedang
Yogyakarta
memiliki
sebanyak 18 orang (64,3%) dan
tingkat kepatuhan minum obat yang
kemudian responden dengan tingkat
cukup baik, sebab responden dalam
kepatuhan
kategori
sedang
penelitian ini diambil dari pasien-
mengalami
peningkatan
menjadi
sedikit,
hal
memang
ini
(aplikasi
pesan
sebanyak 22 orang (78,6%) dan
dapat disimpulkan bahwa terdapat
responden
kepatuhan
perbedaan yang tidak signifikan atau
mengalami
tidak bermakna secara statistik antara
penurunan menjadi hanya 6 orang
skor pretest dan posttest kelompok
(21,4%) setelah diberi Telemedicine
perlakuan
(aplikasi pesan berbasis internet).
Telemedicine
Dan untuk kelompok kontrol, setelah
berbasis internet).
dengan
kategori
rendah
setelah
diberikan
(aplikasi
pesan
ditunggu tanpa diberikan perlakuan
Berdasarkan hasil uji beda
apapun selama 1 bulan didapatkan
Wilcoxon Signed Rank Test untuk
hasil
kepatuhan
kelompok kontrol didapatkan skor
sebelumnya
rerata mean + SD nilai pretest
didominasi oleh tingkat kepatuhan
sebesar 2,36 + 1,789 dan nilai
kategori sedang sebanyak 17 orang
posttest sebesar 2,46 + 1,621 dengan
(60,7%) dan kemudian responden
nilai signifikansi sebesar 0,071. Dari
dengan tingkat kepatuhan kategori
hasil tersebut dapat disimpulkan
sedang
menjadi
bahwa juga terdapat perbedaan yang
sebanyak 15 orang (53,6%) dan
tidak signifikan atau tidak bermakna
responden
secara statistik antara skor pretest
bahwa
minum
tingkat
obat
yang
justru
menurun
dengan
kepatuhan
kategori rendah justru meningkat
dan
menjadi 13 orang (46,4%).
setelah
Hasil Signed
uji
Rank
beda
Test
perbedaan
rerata
kepatuhan
minum
Wilcoxon
menunjukkan
kelompok
diberikan
kontrol
Telemedicine
(aplikasi pesan berbasis internet). Berdasarkan
uji
Mann
tingkat
Whitney Test terdapat perbedaan skor
pasien
selisih tingkat kepatuhan minum obat
diabetes melitus tipe 2 saat pretest
pretest dan posttest antara kelompok
dan
kelompok
kontrol dan perlakuan, didapatkan
perlakuan dengan skor rerata mean +
nilai mean rank kelompok perlakuan
SD nilai pretest sebesar 2,43 + 1,501
sebesar 31.95 sedangkan kelompok
dan nilai posttest sebesar 1,89 +
kontrol sebesar 25.05 dengan nilai
1,031
signifikansi
posttest
dengan
skor
posttest
obat
pada
nilai
signifikansi
sebesar 0,539. Dari hasil tersebut
yaitu sebesar 0,098.
Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang tidak
pada
bermakna atau tidak signifikan pada
informasi yang didapatnya sesuai
selisih skor pretest dan posttest pada
dengan predisposisi psikologinya,
kelompok
perlakuan
setelah
yaitu
diberikan
Telemedicine
(aplikasi
pesan
berbasis
dibandingkan
diri
seseorang
menerima
terhadap
atau
menolak
informasi tersebut12.
internet)
dengan
kelompok
Kesimpulan
kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian
Ada berbagai faktor yang
dan
pembahasan
maka
dapat
menyebabkan Telemedicine (aplikasi
disimpulkan
pesan berbasis internet) ini menjadi
(aplikasi pesan berbasis internet)
kurang
tidak
berpengaruh
terhadap
bahwa
Telemedicine
berpengaruh
terhadap
peningkatan kepatuhan minum obat
peningkatan kepatuhan minum obat
pada pasien diabetes melitus tipe 2,
pada pasien diabetes melitus tipe 2
salah satunya yaitu pada kebanyakan
pada kelompok perlakuan dibanding
masyarakat di negara berkembang
kelompok
masih sangat jarang menggunakan
signifikansi yaitu 0,098.
fasilitas
kemajuan
informasi
khususnya
pada
dikenal dengan Telemedicine. Selain tingkat
kehidupan
yang
rendah, masih sangat kurangnya kepercayaan pada informasi yang diberikan secara online11. Faktor menyebabkan Telemedicine
lain kurang dalam
dengan
nilai
teknologi
pengobatan jarak jauh yang lebih
karena
kontrol
yang efektifnya peningkatan
kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 juga bisa akibat adanya suatu proses persepsi
Saran 1. Penelitian
yang
sama
bisa
dilakukan dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak lagi dan waktu penelitian yang lebih lama. 2. Penelitian ini dapat dikembangan dengan
menggunakan
variabel
lain yang lebih inovatif dan lebih baik
untuk
kepatuhan pasien.
minum
meningkatkan obat
pada
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 85.
Referensi 1.
2.
3.
4.
International Diabetes Federation. (2015). IDF diabetes atlas (7th ed.) 2015. International Diabetes Federation. Diunduh 18 Maret 2016, dari http://www.diabetesatlas.org/
7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus. Jakarta.
Kurniawan, Indra. (2010). Diabetes Melitus Tipe 2 pada usia Lanjut. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 60 Nomor 12 Desember 2010.
8.
Departemen Kesehatan RI, 2013, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular.
9.
Pradana, I. P A. (2015). Hubungan Karakteristik Pasien dengan Tingkat Kepatuhan dalam Menjalani Terapi Diabetes Melitus di Puskesmas Tembuku 1 Kabupaten Bangli Bali 2015. ISM, Vol 8 Nomor 1 JanuariMaret 2015.
10.
Irwanto, dkk. (2000). Psikologi Umum. PT Sramedik: Jakarta.
11.
Supono, A. R. (2006). Penerapan Teknologi Informasi Pada Dunia Kedokteran: Peluang dan Hambatan Penerapan Pengobatan Jarak Jauh Berbasis Internet di Negara Berkembang. Bandung: Informatika.
12.
Emilia, O. (2008). Promosi Kesehatan Dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi.
Basuki, E. (2009). Konseling Medik: Kunci Menuju Kepatuhan Pasien. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 59 Nomor 2 Februari 2009. Jamil, M., Khairan, A., & Fuad, A. (2015). Implementasi Aplikasi Telemedicine Berbasis Jejaring Sosial dengan Pemanfaatan Teknologi Cloud Computing. Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN), 1(1).
5.
Morisky, D.E., Green, L.W., Levine, D.M. (1986). Concurrent and Predictive Validity of a Self-reported Measure of Medication Adherence. Med Care, 24:67–74.
6.
Mulyani, R., Andayani, M. T., Pramantara, P. D. I. (2012). Kepatuhan Terapi Berbasis Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Endokrinologi
Yogyakarta: Cendekia Press. 13.
14.
Pustaka
Hidayati, A. K. (2013). Pengaruh Penggunaan Short Message Service (SMS) Terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Kestabilan Glukosa Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Melitus. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Setiawan, M. S. (2009). Hubungan Antara Fungsi Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Melitus Di Poliklinik Penyakit Dalam RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. 15.
World Health Organization. (2014). Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2014. World Health Organization. Geneva. Diakses 18 Maret 2016, dari http://www.who.int/mediacen tre/factsheets/fs312/en/