PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI DI PESAWARAN DAN LAMPUNG SELATAN
Endriani dan Robet Asnawi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl.Hi.Z.A. Pagar Alam No. 1A, Rajabasa – Bandar Lampung Email :
[email protected]
RINGKASAN Pupuk organik merupakan salah satu komponen wajib dalam SL-PTT dengan sasaran pencapaian target surplus 10 Juta ton beras pada tahun 2014. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik dan sistem Jajar Legowo Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, dan Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Perlakuan yang diterapkan adalah penggunaan pupuk organik (Petroganik) dan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan tanpa pupuk organik dengan sistem tanam jajar tegel yang dilakukan petani. Dosis pupuk yang digunakan adalah 200 kg/ha Urea, 300 kg/ha Phonska dan 500 kg/ha Petroganik, sedangkan dosis pupuk petani yaitu 150 kg/ha Urea, 150 kg/ha Phonska, dan tanpa pupuk organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik (Petroganik) dan sistem tanam jajar legowo 2:1 meningkatan produksi sebesar 57,83% di Kabupaten Pesawaran dan 43,42% di Kabupaten Lampung Selatan. Kata kunci : pupuk organik, system tanam, jajar legowo, padi
ABSTRACT
Organic fertilizer is one of necessary component on the SL-PTT with achieving target of surplus 10 million tonnes rice in 2014. The research was objective to evaluate effect of the organic fertilizers and Jajar Legowo system. The study was condacted at Gedong Tataan district, Pesawaran regency, and Natar district , South Lampung regency. Treatment were organic fertilizers (Petroganik) applied and jajar legowo 2:1 cropping systems compare without organic fertilizer and jejer tegel planting system by farmer. Fertilizer used were 200 kg/ha Urea, 300 kg/ha Phonska, and 500 kg/ha Petroganik, while farmers fertilizer dose of 150 kg/ha urea, 150 kg/ha Phonska, and without organic fertilizer. The results showed that the use of organic fertilizers (Petroganik) and row cropping systems legowo 2:1 increase in production by 57.83% and 43.42% Pesawaran district in South Lampung. Key words : organic fertilizer, planting system, jejer legowo, rice 129
PENDAHULUAN
Upaya petani untuk meningkatkan produksi padi selalu menggunakan pupuk an organik dalam jumlah cenderung meningkat dari musim ke musim. Pemakaian pupuk anorganik secara intensif serta penggunaan bahan organik yang terabaikan untuk mengejar hasil yang tinggi menyebabkan bahan organik tanah menurun. Keadaan ini berakibat produktivitas lahan menurun (Las et al., 2002). Pemberian pupuk anorganik secara terus menerus dan tidak rasional menyebabkan hasil semakin menurun (Abdurachman dan Sembiring, 2008). Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk (Adiningsih dan Rochayati, 1988). Bahan organik merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan. Lampung sebagai salah satu sentra produksi padi nasional, dengan potensi lahan sawah seluas 447.000 hektar, diproyeksikan dapat meningkatkan produksi padi secara kontinyu dan memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan ketersediaan beras secara nasional (Said, 2013). Produksi padi Lampung dalam beberapa tahun terakhir naik rata-rata 4,88 persen dari 2,67 juta ton gabah kering giling pada 2009, menjadi 3,04 juta ton pada tahun 2012 (LamPost.com, 16 Januari 2013). Luas lahan sawah di Kabupaten Pesawaran 14.446 hektar, jenis penggunaan lahan sawah yang terbanyak adalah irigasi teknis. Kabupaten Pesawaran merupakan daerah tropis, dengan curah hujan rata-rata 151,5 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan 12,1 hari/bulan. Rata-rata suhu udara 26,7oC. Luas panen produksi padi di Kabuapten Pesawaran adalah 36.014 hektar dan produksi 185.416 ton. Produksi padi sawah di Kecamatan Gedong Tataan Tahun 2011 28.750 ton, luas panen 5.394 ha, dengan
produktivitas
53,30
kuintal/ha.
(BPS
Kabupaten
Pesawaran,
2011).
Sedangkan luas tanam padi sawah di Kabupaten Lampung Selatan 74,515 ha, luas panen 74,376 ton, rata-rata hasil 51,44 kuintal/ha, dan produksi 382.590 ton tahun 2011. Kecamatan Natar luas tanam 7.711, luas panen 7.711, rata-rata hasil 52.15 ku/ produksi 40.215,9 ton (BPS Lampung Selatan, 2011). Menurut Suprihatno et al., (2009), varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi inovatif untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil, maupun peningkatan ketahanannya terhadap cekaman biotik maupun abiotik. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. 130
Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organic
yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami
beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006). Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relative sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006) Penggunaan bahan organik melalui pemberian pupuk organik ditujukan selain untuk menambah kesuburan tanah juka memelihara kelestarian lingkungan terutama menjaga kerusakan tanah pertanian sebagai akibat penggunaan pupuk kimia yang banyak dibgunakan petani. Sistem pertanian yang berkelanjutan adalah sistem pertanian yang tidak merusak, serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan (Salikin, 2003).
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadadi Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran dan Desa Negararatu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan bulan pada Mei sampai Agustus 2012. Penelitian dilaksanakan pada hamparan sawah milik petani seluas 2 ha, masing-masing 1 ha di Kabupaten Pesawaran dan 1 ha di Kabupaten Lampung Selatan. Perakuan yang diterapkan 131
adalah penggunaan pupuk organik (Petroganik) dan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan tanpa pupuk organik dengan sistem tanam jajar tegel yang dilakukan petani. Varietas yang digunakan Mekongga, Inpari 10 dan Ciherang sebagai kontrol. Untuk kegiatan di Kabupaten Pesawaran, perlakuan yang di lakukan adalah penggunaan varietas Mekongga dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan pupuk Organik (Petroganik), dibandingkan dengan petani sekitar yang menggunakan varietas Ciherang dan sistem tanam jejer tegel 25 cm x 25 cm. Sedangkan di Kabupaten Lampung Selatan digunakan varietas Inpari 10 dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan pupuk Organik (Petroganik), dibandingkan dengan petani sekitar yang menggunakan varietas Ciherang dan sistem tanam jejer tegel 22 cm x 22 cm. Dosis pupuk yang digunakan adalah Urea 200 kg/ha, Phonska 300 kg/ha, Petroganik 500 kg/ha, sedangkan dosis pupuk petani yaitu Urea 150 kg/ha, Phonska 150 kg/ha, tanpa pupuk organik. Pada tiap varietas diambil petak sampel seluas 2,5 m x 2,5 m sebanyak 3 petak sampel per varietas, pada masing-masing petak diambil 10 tanaman sampel, sehingga ada 30 tanaman
sampel
per
varietas.
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
mengetahui
pertumbuhan dan produksi padi dengan penggunaan pupuk organik (Petroganik) dan sistem Jajar Legowo 2:1. Parameter pertumbuhan dan produksi yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah anakan produktif (batang), panjang malai (cm), jumlah bulir per malai (buah), persentase gabah hampa (%), berat 1000 butir dan produksi padi ubinan (2 m x 5 m) (kg GKP). Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis perbandingan (T-test). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
pengamatan
menunjukkan
bahwa
penggunaan
pupuk
organik
(Petroganik) menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih tingggi dibandingkan dengan tanpa penggunaan pupuk organik yang dilakukan oleh petani. Hasil pengamatan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik dengan sistem tanam jejer legowo 2:1 di Kabupaten Pesawaran menghasilkan tinggi tanaman rata-rata 98,53 cm lebih tinggi dari tanpa pemupukan organik yakni 85 cm, walaupun jumlah anakan yang ada sama yakni 20,4 anakan. Penggunaan pupuk organik menghasilkan panjang malai yang lebih panjang yakni 23,8 cm, jumlah bulir/malai yang lebih banyak (151 butir/malai), persentase gabah hampa lebih rendah (20,2%), berat 1000 butir lebih tinggi (25,57 g), dan berat ubinan lebih tinggi (9,77 kg/10m 2). Dari hasil ubinan pada Tabel 1, menunjukkan terjadi peningkatan produksi sebesar 57,83%
132
sebagai akibat penggunaan pupuk organik dan sistem tanam jejer legowo dibandingkan tanpa pupuk organik dan sistem tanam jejer tegel. Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi padi di Desa Sukadadi Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran No
Perlakuan
Tinggi Tanama n (cm)
Jumlah Anakan (batang)
Panjang Malai (cm)
1.
Mekongga Legowo 2:1 Petroganik Ciherang Tegel Non Petroganik
98,53
20,4
85
20,4
2.
Persenta se Gabah Hampa (%)
Berat 1000 butir (gr)
23,8
Jumla h Butir/ Malai (bulir) 151
29,57
Berat ubina n (2m x 5m) (kg) 9,77
Persent ase Peningk atan (%) 57,83
20,2
23
139,6
22,86
29,15
6,19
-
Tinggi pertumbuhan dan produksi padi tersebut diatas diduga selain disebabkan penerapan sistem tanam jejer legowo juga disebabkan oleh pengggunaan pupuk organik sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah yang berakibat lebih baiknya pertumbuhan dan produksi padi. Hasil penelitian Setyanto dan Kartikawati (2008), dengan sistem tanam jajar legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir tanaman yang biasanya member hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir). Dengan adanya barisan kosong (legowo), penyerapan nutrisi oleh akar menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Hasil penelitian Muchlas dan Kiswanto (2003) menunjukkan bahwa penerapan teknologi budidaya padi sawah sistem tanam jejer legowo dapat meningkatkan produktivitas sekitar 25%, dari semula 5,6 ton/ha GKP menjadi 7 ton/ha GKP. Menurut Sirappa et al., (2007), bahwa introduksi benih bermutu mampu memberikan hasil yang jauh lebih tinggi 21-54% dibandingkan dengan hasil gabah yang dihasilkan oleh petani. Ditambahkan oleh Hakim et al.,
(1986) bahwa penggunaan pupuk organik dapat
menekan pengaruh buruk akibat penggunaan pupuk buatan secara terus-menerus dalam jumlah besar yaitu mencegah pemadatan tanah, meningkatkan daya pegang air, dan pemantap agregat tanah serta efek residunya masih sangat menguntungkan bagi tanaman yang ditanam pada musim berikutnya. Hasil
pengamatan
menunjukkan
bahwa
penggunaan
pupuk
organik
(Petroganik) menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemupukan organik yang dilakukan oleh petani. Hasil pengamatan pada Tabel 2, menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik yang dikombinasikan dengan sistem tanam jejer legowo 2:1 di Kabupaten Lampung Selatan menghasilkan tinggi tanaman rata-rata 82,37 cm lebih tinggi dari tanpa pemupukan organik yakni 133
71,6 cm, dan menghasilkan jumlah anakan lebih tinggi yakni 21,55 anakan. Penggunaan pupuk organik juga menghasilkan panjang malai yang lebih panjang yakni 22,87 cm, jumlah bulir/malai yang lebih banyak (118,07 butir/malai), persentase gabah hampa lebih rendah (9,90%), berat 1000 butir lebih tinggi (31,99 g), dan berat ubinan lebih tinggi (7,53 kg/10 m2). Dari hasil ubinan pada Tabel 2, menunjukkan terjadi peningkatan produksi sebesar 43,42% sebagai akibat penggunaan pupuk organik dan sistem tanam jejer legowo dibandingkan tanpa pupuk organik dan sistem tanam jejer tegel.
Tabel 2. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi padi di Desa Negararatu, Kecamatan Natar. Kabupaten Lampung Selatan No
Perlakuan
Tinggi Tanam an (cm)
Jumlah Anakan (batang )
Panjan g Malai (cm)
Jumlah Butir/Mal ai (bulir)
1.
Inpari Legowo 2:1 Petroganik Ciherang Tegel Non Petroganik
82,3
21,55
22,87
71,6
20,22
21,68
2.
118,07
Persenta se Gabah Hampa (%) 9,90
111,5
13,04
Berat 1000 butir (gr) 31,99
Berat ubina n (2m x 5m) (kg) 7,53
Persent ase Pening katan (%) 43,42
31,02
5,25
-
Tinggi pertumbuhan dan produksi padi tersebut diatas dimungkinkan selain disebabkan penerapan sistem tanam jejer legowo juga disebabkan oleh penggunaan pupuk organik sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah yang berakibat lebih baiknya pertumbuhan dan produksi padi. Menurut Mukhlis (2011), penambahan pupuk organik akan mengembalikan keadaan tanah kembali subur, karena pupuk organic selain menambah hara juga dapat menggemburkan tanah sehingga akar tanaman menjadi lebih mudah menyerap hara. Sedangkan menurut Abbas (1992), pupuk organik dapat meningkatkan ketersediaan fosfor di dalam tanah dan akan memperbaiki pertumbuhan akar sehingga dapat menyerap hara lebih banyak. Dijelaskan oleh Hakim dkk (1986) bahwa penggunaan pupuk organik dapat menekan pengaruh buruk akibat penggunaan pupuk buatan terus menerus dalam jumlah besar yaitu mencegah pemadatan tanah, meningkatkan daya pegang air, dan pemantap agregat tanah serta efek residunya masih sangat menguntungkan bagi tanaman yang ditanam pada musim berikutnya. Ditambahkan oleh Setyanto dan Kartikawati (2008), dengan sistem tanam jejer legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir tanaman yang biasanya 134
memberikan hasil lebih baik karena efek tanaman pinggir. Dengan adanya barisan kosong (legowo) penyerapan nutrisi oleh akar menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain itu, ketersediaan hara, produktivitas tanaman padi ditentukan oleh kesuburan tanah, kondisi iklim (suhu udara, intensitas cahaya surya, dan curah hujan), varietas, dan pengendalian hama penyakit tanaman. Pengelolaan hara yang tidak berimbang akan menurunkan hasil padi hingga 40% dan apabila disertai dengan pengelolaan tanaman yang tidak baik, maka kehilangan hasil dapat mencapai 60% dari potensi hasilnya (Setiobudi et al, 2008).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Penggunaan pupuk organik (Petroganik) dan sistem tanam jajar legowo 2:1 menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemupukan organik dan sistem tanam jajar tegel yang dilakukan oleh petani.
2.
Terjadi peningkatan produktivitas sebesar 57,83% di Kabupaten Psawaran dan 43,42% di Kabupaten Lampung Selatan sebagai akibat penggunaan bahan organik dan sistem tanam jejer legowo.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, K. 1992. Pengaruh pemberian bahan organic mikoriza vesikuler ambuskular dan pupuk fosfat terhadap serapan fosfor oleh tanaman jagung. Tesis Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Abdulrachman,S. dan H. Sembiring.2008. Komparatif berbagai metode penetapan kebutuhan pupuk. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN Sukamandi.
135
Adiningsih dan S.Rochayati.1988. Peranan bahan organik dalam meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas tanah. Hal.161-181.Dalam M. sudjadi et.al. (eds) Pros.Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Puslittan, Bogor. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 10 halaman BPS. Kab.Pesawaran 2011. Pesawaran Dalam Angka 2011. Hal 167-174. BPS. Kab. Lampung Selatan 2011. Lampung Selatan Dalam Angka 2011. Hal 163171. Hakim, N.,M.Y.Nyakpa,A.M.Lubis,M.A.Pulung,M.A.Diha, dan G.B.Hong.1986. Pupuk dan Pemupukan.Universitas Lampung.B.K.S.PTN/USAID Project, Bandar Lampung.283 hal. Muchlas dan Kiswanto. 2003. Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sawah Sistem TanamJejer Legowo dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Teknologi Pertanian Lampung, Vol 1 (1): 24-35. Mukhlis. 2011. Pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil padi di lahan rawa lebak. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010 “Variabilitas dan Perubahan Iklim: Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Pangan Nasional”. Baa BesarPenelitian Tanaman padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Halaman 693-700. Salikin, K.A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius, Jakarta. Setyanto,P dan R.Kartikawati.2008. Sistem Pengelolaan Tanaman Padi Rendah Emisi Gas Metan. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan, vol 27(3): 154-163. Setiobudi, D., A. Abdullah dan E. Suhartatik. 2008. Interaksi antara varietas dan jenis tanah dengan pupuk Nitrogen dan unsur mikro dalam meningkatkan hasil padi tipe baru. Prosiding Simposium V Tanaman Paangan “Inovasi Teknologi
Tanaman
Pangan
(Buku
2).
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Peneliian dan Pengembangan Pertanian. Hal 354-367. 136
Las,I.,A.K. Makarim, H.M. Toha, dan A.Gani.2002. Panduan Tekniis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.37 hlm. LamPost.com. 2013. Diakses Tanggal 16 Januari 2013.
137