31 PENGARUH PENGGUNAAN OVITRAP DENGAN MENGGUNAKAN ATRAKTAN BIJI JINTEN 10% DAN ATRAKTAN GULA PASIR TERHADAP KEBERADAAN JUMLAH JENTIK AEDES AEGYPTY INFLUENCE OF OVITRAP USING ATTRACTANT CUMIN SEED 10% AND ATTRACTANT SUGAR TOWARD THE TOTAL LARVAE OF AEDESAEGYPTI Mulyana Sari*, Farrah fahdhienie**, Susanti*** Universitas. Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, 23245
[email protected] Abstrak: Nyamuk Aedes Aegypty merupakan salah satu vector penyakit yang harus diwaspadai dan dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue. Salah satu pengendalian nyamuk dengan cara mekanis yaitu penggunaan ovitrap. Modifikasi ovitrap dengan menggunakan atraktan masih jarang dilakukan di Indonesia sehingga perlu dilakukan penelitian manakah diantara atraktan tersebut yang paling efektif. Salah satu atraktan yang digunakan adalah biji jinten 10% dan gula pasir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modifikasi ovitrap terhadap jumlah jentik yang didapat sehingga dapat direkomendasikan kepada masyarakat. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan desain Post Test Only Control Group Design. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah jumlah jentik yang didapat pada ovitrap yang dimodifikasi yang diletakkan pada 10 rumah. Penelitian ini dilakukan di Kp. Keuramat yang merupakan angka tertinggi terdapatnya kasus DBD. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Anova One Way (Anova Satu Arah) dan data disajikan menggunakan table dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ovitrap dengan atraktan biji jinten 10% mengasilkan jentik yang terbanyak didalamnya dan pada ovitrap tanpa atraktan tidak ditemukan jentik satupun karena kurang tertariknya nyamuk untuk bertelur didalamnya. Berdasarkan hasil uji anova yang di dapat nilai F hitung> F tabel (5,610 > 3,354) dan p value <0,05 (p=0,009<0,05)yang berarti ada pengaruh antara ovitrap yang dimodifikasi terhadap keberadaan jumlah jentik yang terdapat didalamnya dengan tingkat keyakinan 0,05.
d i .
c
a . h
e
c a s
ke a w biji jinten, gula pasir, Kata kunci: Aedes Aegypty, ovitrap, atraktan, u s Abstract: Aedes Aegypty is one naof vector that should be watched and can cause Dengue
Hemorrhagic Fever. One of control by mechanical means namely the use of ovitrap. Ovitrap modifications by using attractants are still rarely carried out in Indonesia. It was necessary to study which of the most effective attractant. One of attractant was cumin seeds 10% and sugar. This study aimed to analyze the effect of number of ovitrap to larvae that can be recommended to the public. This study was experimental with Post test Only Control Group Design. Population and sample was the number of larvae which obtained on a modified ovitrap in 10 homes in Keuramat village. This village had the highest number of dengue cases. Processing and analysis of data using One Way Anova (Anova One Way) and the data were presented using tables and narrative. The findings showed that the ovitrap with cumin seeds 10%, the most popular place for larvae to lay their eggs compared the ovitrap without attractants. The ANOVA test showed that F count > F table (5.610 > 3.354) and p value < 0.05 (p = 0.009 < 0.05), which means there was influence between modified ovitrap to the number of larvae with confidence level = 0.05. Keywords: Aedes aegypty, ovitrap, attractants, cumin seeds, sugar.
31
Pengaruh Penggunaan Ovitrap dengan Menggunakan Atraktan Biji Jinten…………32
dikenal sebagai arthropod borne disease
PENDAHULUAN Ovitrap secara bahasa dapat diartikan sebagai
perangkap
telur
(ovi=telur,
atau sering juga disebut sebagai vector borne disease. Penyakit ini merupakan
trap=perangkap). Jadi dapat didefinisikan
penyakit
sebagai perangkap telur nyamuk sederhana.
bersifat endemis maupun epidemis dan
Dikatakan sederhana karena alat ini dapat
dapat menimbulkan bahaya kematian. Di
dibuat sendiri dengan menggunakan barang
Indonesia
bekas yang mudah ditemukan disetiap
ditularkan melalui serangga merupakan
rumah. Ovitrap adalah alat pemancing
penyakit endemis pada daerah tertentu
nyamuk
antara lain DBD, malaria, dan kaki gajah.2
untuk
bertelur
di
dalamnya.
yang penting dan seringkali
penyakit-penyakit
yang
Awalnya ovitrap hanya digunakan sebagai
Pada musim hujan hampir tidak ada
alat bantu dalam kegiatan survei jentik
daerah di Indonesia yang terbebas dari
Aedes Aegypty, namun pada perkembangan-
serangan
nya ditambahkan zat kimia yang berfungsi
menunjukkan bahwa DBD ditemukan di
untuk membunuh larva Aedes Aegypty saat
seluruh provinsi id Indonesia. Dari tahun ke
untuk
mengontrol
mengontrol
dan
mendeteksi
.
w ini u nyamuk Aedes Aegypty. Teknik as dikembangkan oleh Jakob dannBevier pada tahun 1969.1
semua eh negara Asia. Salah satu penyebabnya
c a s yaitu
ke
populasi a
Penelitian
.
populasi
nyamuk karena alat ini dapat memonitor,
DBD.
c peningkatan kasus DBD di tahun a terjadi
menetas dari telur. Sekarang ovitrap bahkan digunakan
penyakit
pengaruh globalisasi dan mobilisasi
yang
semakin
tinggi.
Hal
ini
turut
mempermudah penyebaran penyakit DBD.3 Indonesia selama tahun 2003-2007 angka kasus DBD menunjukkan kenaikan
Lebih dari 50% fauna yang menghuni
yang cukup signifikan. Selama tahun 2003
muka bumi adalah serangga. Selama ini
tercatat 51.516 kasus IR (Insidens Rate)
kehadiran beberapa jenis serangga telah
atau angka kesakitan
mendatangkan
manusia,
Fatality Rate) atau angka kefatalan kasus
misalnya lebah madu, ulat sutera, serangga
1,5 ; Tahun 2004 tercatat 79.462 kasus
penyerbuk,
(IR=37,11; CFR=1,2); tahun 2005 tercatat
manfaat
atau
musuh
bagi
alami
hama
tanaman. Meskipun demikian, tidak sedikit
95.279
serangga yang justru membawa kerugian
Tahun 2006 tercatat 114.656 kasus (IR=
bagi kehidupan manusia, misalnya serangga
52,48; CFR=1,04); Tahun 2007 158.115
perusak tanaman dan nyamuk.1
kasus (IR=71,778; CFR=1,01). 4
Penularan
penyakit
pada
kasus
23,87; CFR (Case
(IR=43,42;
CFR=1,36);
manusia
Namun demikian, tingkat kematian
melalui vektor penyakit berupa serangga
atau CFR yang ditimbulkan oleh DBD
33 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 32 - 39
cenderung menurun dari tahun ketahun.
menempati urutan kedua setelah Bali angka
Pada awal mula munculnya penyakit ini di
Insidens Rate (IR) tahun 2011 sebanyak
Indonesia Tahun 1968, CFR mencapai
31,90% dan terdapat 1.419 kasus pada
angka 41,3 namun selang waktu berganti
tahun 2011.6
CFR
mengalami
yang
Penyakit DBD di Provinsi Aceh terus
signifikan. Menurunnya kasus penyakit
meningkat yaitu pada tahun 2009 mencapai
Demam Berdarah Dengue (DBD) salah satu
1549 kasus namun pada tahun 2010 insiden
faktor pendukungnya adalah partisipasi
DBD terus meninggkat yaitu 2834 kasus
masyarakat dalam Pemberantasan Sarang
(IR=63,1; CFR=0,9). Berdasarkan data
Nyamuk
jentik-jentik
yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
nyamuk semakin berkurang. Pada tahun
provinsi Aceh tahun 2010, jumlah kasus
2005, 2006, dan 2007 masing-masing CFR
penderita DBD di Aceh sebanyak 2.834
bernilai 1,36; 1,04; dan 1,01. Angka ini
kasus. Angka kasus DBD tertinggi di Kota
menunjukkan
Banda Aceh yaitu sebanyak 750 kasus,
(PSN)
penurunan
sehingga
bahwa
CFR
semakin
kemudian disusul id Aceh Besar sebanyak 539
mendekati CFR nasional, yakni < 1.4
.
c kasus, aLhokseumawe sebanyak 378 kasus,
Kematian akibat DBD di Indonesia
.
mencapai 1.317 orang pada tahun 2010 dan Indonesia merupakan negara tertinggi kasus
c 7 a s Bireuen sebanyak 283 kasus.
e
DBD diantara negara ASEAN lainnya. ak
Aceh eh Tamiang sebanyak 244 kasus dan Setiap tahunnya insidens DBD di
w u Berdasarkan data P2B2 (Pengendalian s na jumlah Penyakit Bersumber Binatang)
beberapa kabupaten/kota masih merupakan
kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada
musim yang tidak menentu juga sumber
150.000 kasus dan paling banyak terjadi di
perindukan yang tidak dimusnahkan secara
kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan
cepat oleh penduduk maupun petugas.
Surabaya.5
Laporan hasil survei yang diperoleh dari
Jumlah kasus DBD di Provinsi Aceh adalah
2,834
jiwa
dengan
kematian
masalah. Selain kondisi geografis dan
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2011
menyatakan
terdapat
1230
unit
berjumlah 26 jiwa. Incidence Rate (IR)
rumah/bangunan yang positif jentik dari
DBD di provinsi Aceh tahun 2010 pada
5466 unit rumah/bangunan yang diperiksa
laki-laki
dengan.7
32,8/100.000
dan
CFR=0,1%
sementara pada wanita IR=30,7% / 100.000
Ovitrap dapat dimodifikasi dengan
dan CFR = 0,8% (Profil Kesehatan Aceh,
menggunakan zat atraktan yaitu zat penarik
2010). Berdasarkan data dari Direktorat
penciuman yang mempengaruhi perilaku
Jenderal
dan
nyamuk dalam memilih tempat bertelur.
Penyehatan Lingkungan Provinsi Aceh
Para peneliti terdahulu menggunakan zat
Pengendalian
Penyakit
Pengaruh Penggunaan Ovitrap dengan Menggunakan Atraktan Biji Jinten…………34
atraktan dari air rendaman jerami, air
biji
rendaman udang, air rendaman kerang, air
menggunakan atraktan gula pasir serta
cabai merah, air biji jinten, air rendaman
ovitrap yang dijadikan sebagai kontrol pada
rumput dan lain-lain yang digunakan dalam
10 rumah. Sampel pada penelitian ini
berbagai konsentrasi. Dalam penelitian ini
adalah
peneliti tertarik untuk meneliti antara
populasi yaitu keberadaan jumlah jentik
ovitrap yang menggunakan atraktan biji
Aedes
jinten
pasir
menggunakan atraktan biji jinten 10% dan
disebabkan karena kedua jenis bahan
ovitrap dengan menggunakan atraktan gula
tersebut
pasir serta ovitrap yang dijadikan sebagai
10%
dan
mudah
atraktan
didapat
gula
dan
tidak
menimbulkan gangguan pada individu lain baik
dari
segi
maupun
10%
jumlah
dan
dari
Aegypty
ovitrap
dengan
keseluruhan
pada
pada
ovitrap
yang
kontrol pada 10 rumah.
cara
Data yang diperoleh disajikan dalam
menggunakan
tabel dengan menggunakan analisis Varians
konsentrasi 10% karena para peneliti
atau Anova jika berdistribusi normal untuk
terdahulu telah melakukan penelitian dan
d menguji perbedaan mean memeriksa i atau
pengolahannya.
bau
jinten
Peneliti
.
terhadap ac kelompok
konsentrasi yang terbukti paling banyak menghasilkan
nyamuk
untuk
bertelur
adalah 10%.
yang
mendapat
perlakuan (kelompok eksperimen) dengan
e ac
s ke
a w u
h.
yang tidak mendapat perlakuan (kelompok kontrol) sedangkan bila distribusinya tidak
s na adalah Jenis penelitian yang dilakukan
normal maka digunakan uji Kruskall-
bersifat Eksperimen dengan rancangan
menggunakan Anova untuk mengetahui
Posttest Only Control Group Design yaitu
efektifitas kedua jenis ovitrap dengan
mengukur variabel dependen dan variabel
atraktan tersebut.
METODE PENELITIAN
independen
secara
membandingkan
bersamaan hasil
yang
Wallis.
kontrol
tanpa
dalam
penelitian
ini
dengan diberi
PEMBAHASAN
perlakuan dengan hasil observasi pada kelompok
Maka
Jumlah jentik Aedes Aegypty yang
dilakukannya
terperangkap
didalam
pretest. Populasi dalam penelitian ini adalah
dimodifikasi
dengan
keberadaan jumlah jentik
sebanyak 30 buah yang ditempatkan pada
Aedes Aegypty
pada ovitrap yang menggunakan atraktan
10
rumah
adalah
ovitrap jumlah
sebagai
yang ovitrap
berikut:
35 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 31 - 37
Tabel 1.
Hasil jumlah jentik Aedes Aegypty yang terdapat didalam ovitrap Ovitrap yang dimodifikasi Kontrol (air biasa) Biji jinten 10% Gula pasir Total
Tabel 2.
1 0 3 0
Hasil jumlah jentik Aedes Aegypty yang terdapat didalam ovitrap Ovitrap yang dimodifikasi Kontrol (air biasa) Biji jinten 10% Gula pasir Total
Tabel 3.
Jumlah jentik yang didapat pada 10 rumah Total jentik 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0 2 1 0 0 1 2 19 1 1 0 2 0 2 2 3 0 11 30
n
Rata-rata
10 10 10 30
0,00 1,90 1,10
Standar deviasi 0,000 1,912 1,101
Standar eror 0,000 0,605 0,348
Minimum
Maksimum
0 0 0
0 5 3
Hasil uji anova pada jumlah jentik yang didapat pada ovitrap Sumber Variasi
Data yang dikuadratkan
df
Rata-rata yang dikuadratkan
Antar Kelompok Dalam kelompok
18,200 43,800
2 27
9,100 1,622
Total
62,000
29
a . h
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel.1)
ke diketahui bahwa jumlah jentik yang paling a w banyak terdapat pada ovitrap u dengan s najumlah 19 atraktan biji jinten 10% dengan
e cjentik a s
F hitung
d5,610 i .
Sig.
0,009
c
pada biji jinten 10% lebih banyak
terdapat dari pada kontrol dan gula pasir. Nilai
(n) pada tabel
2 tersebut
merupakan jumlah masing-masing ovitrap
jentik, dan yang paling terendah terdapat
yang digunakan pada setiap kelompok,
pada ovitrap yang tidak menggunakan
ovitrap
atraktan yang dijadikan sebagai kontrol
menggunakan 10 ovitrap pada masing-
dengan tidak ditemukannya satupun jentik
masing
yang
keseluruhan
terdapat
yang
menggunakan
kelompok
Rata-rata
yang terdapat
didalam
adalah 30 ovitrap. Standar deviasi terendah
ovitrap pada atraktan biji jinten 10%
terdapat pada kelompok kontrol yaitu
adalah 1,90 atau 2 jentik dalam waktu 2
0,000 sementara standar deviasi tertinggi
minggu, pada atraktan gula pasir rata-
terdapat pada kelompok biji jinten 10%
ratanya adalah 1,10 atau 1 jentik yang
sebesar 1,912. Nilai ini menunjukkan
didapat dalam kurun waktu 2 minggu
bahwa
selama penelitian. Dari nilai rata-rata
ketidakseragaman (variatif) dalam jumlah
tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
jentik yang didapat karena dengan standar
atraktan
biji
yang
jumlah
didalamnya.
jumlah jentik
ovitrap
sehingga
atraktan
jinten
digunakan
memiliki
error (tingkat signifikan) 0,605 semakin
Pengaruh Penggunaan Ovitrap dengan Menggunakan Atraktan Biji Jinten…………36
besar nilai standar deviasi maka semakin
Pada penelitian ini digunakan ovitrap
besar pula tingkat ketidakseragaman data.
yang berjumlah 30 ovitrap dengan masing-
Nilai minimum yang didapat antara ketiga
masing kelompok digunakan 10 ovitrap.
kelompok sama yaitu 0 sedangkan nilai
Ovitrap tersebut ditempatkan pada 10
maksimum yang paling tinggi terdapat
rumah yang ada di kawasan Kp. Keuramat,
pada biji jinten 10% adalah 5.
pada setiap rumah ditempatkan sebanyak 3
Sumber variasi merupakan kelompok
ovitrap yang berbeda dari masing-masing
yang akan dilihat perbedaannya baik antar
kelompok. Ovitrap tersebut diletakkan
kelompok maupun didalam kelompok itu
pada daerah yang tidak langsung terkena
sendiri, data yang dikuadratkan adalah
matahari ataupun di tempat-tempat yang
jumlah jentik yang didapat dibagi dengan
gelap.
jumlah kelompok kemudian di kuadratkan
meletakkan ovitrap tersebut pada daerah
baik
antar
Pada
penelitian
ini
peneliti
kelompok
maupun
dalam
luar dan dalam rumah seperti di dapur, di
Nilai
adalah
derajat
sudut luar rumah, di tempat yang banyak
kebebasan yang digunkan sebagai penentu
penumpukan idbarang dan di belakang mesin
kelompok.
df
.
c cuci. aOvitrap yang digunakan dilapisi
dalam melihat F tabel p1= 2, dan p2= 27
.
pada confident interval 0,05. F hitung adalah
nilai
F
yang
didapat
dan
c a s gelap
ke
dibandingkan dengan nilai F tabel. a Sig
w u adalah nilai probabilitas yang disimbolkan s na tingkat dengan p value yang merupakan Ho ditolak atau diterima.
dengan eh warna agar didalam ovitrap terlihat sehingga nyamuk tertarik untuk
bertelur didalamnya. Hasil
penelitian
Sayono
(2008),
tentang penggunaan lethal ovitrap (LO) yang dimodifikasi menggunakan atraktan
Dari tabel Anova (Tabel 3) dapat
air rendaman jerami, air rendaman udang,
diketahui bahwa F hitung 5,610 dengan
dan air hujan di Kota Semarang. Dari hasil
signifikan 0,009. Sedangkan untuk F tabel
penelitian didapatkan nyamuk Aedes yang
pada tingkat signifikan 0,05 adalah 3,354.
terperangkap selama penelitian adalah
kriteria pengujian yaitu H0 ditolak apabila
7.055 ekor dengan sebaran 4.015 ekor pada
F hitung > F tabel karena F hitung > F
LO di luar rumah dan 3.040 ekor di dalam
tabel ( 5,610 > 3,354) dan nilai p value
rumah, menunjukkan perbedaan signifikan
<0,05 (p=0,009<0,05) maka HO ditolak
(p<0,0001). Rerata mingguan nyamuk
yang artinya ada pengaruh antara ovitrap
yang terperangkap per LO menurut jenis
yang dimodifikasi terhadap jumlah jentik
atraktan adalah 13,19 ekor pada LO berisi
yang terdapat didalamnya.
air rendaman udang, 4,20 ekor pada LO berisi air rendaman jerami dan 3,02 ekor
37 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 31 - 37
pada
LO
berisi
air
hujan,
berbeda
signifikan (p<0,0001).
atau berasal dari nyamuk lain. Pada penelitian ini juga terdapat jentik dari
Dari hasil penelitian ini menunjukkan
nyamuk
lain,
namun
peneliti
hanya
bahwa ovitrap yang dimodifikasi dengan
menghitung jentik nyamuk yang ciri-
menggunakan berbagai macam atraktan,
cirinya sesuai dengan sifat dan perilaku
kontrol (air biasa), biji jinten 10%, gula
dari jentik Aedes Aegypty.
pasir,
memberi
pengaruh
terhadap
Dari hasil uji Anova didapatkan hasil
keberadaan jumlah jentik Aedes Aegypty
yang berbeda secara keseluruhan antar
yang ada didalamnya. Rata-rata yang
kelompok dan perlakuan ini menunjukkan
paling banyak
ovitrap
bahwa ada pengaruh antara ovitrap yang
dengan atraktan biji jinten 10% berjumlah
dimodifikasi terhadap keberadaan jentik
2 jentik dalam waktu 2 minggu sedangkan
yang ada didalamnya dengan tingkat
pada kontrol tidak ditemukannya jentik
keyakinan 95% atau α=0,005. Dari hasil
disebabkan kurang tertariknya nyamuk
penelitian ini menunjukkan bahwa diantara
untuk bertelur karena tidak terdapatnya
ketiga kelompok id yang diberi perlakuan
terdapat
pada
.
tersebut acmaka kelompok ovitrap dengan
atraktan sebagai daya tarik nyamuk untuk
.
bertelur. Penelitian yang dilakukan selama 2 minggu ini dipantau selama 3 kali dalam
c a s banyak
ke
2 minggu atau berjarak 5 hari dari a
uw pantauan pertama untuk smelihat na keberadaan jentik yang ada didalamnya.
atraktan biji jinten 10% yang paling eh membuat nyamuk tertarik untuk
bertelur didalamnya. Dari segi biaya dengan menggunakan atraktan tersebut maka atraktan biji jinten 10% yang paling
Jentik nyamuk yang ada didalamnya
efisien dan efektif, hal itu dapat dilihat
diidentifikasi dengan cara melihat secara
dengan lebihnya zat atraktan tersebut
manual baik dari perilaku maupun sifat
setelah digunakan untuk 10 ovitrap pada
dari ciri-ciri jentik Aedes Aegypty yang
penelitian ini.
apabila dalam keadaan diam maka jentik akan tegak lurus posisinya didalamnya air, sedangkan saat air digoyangkan maka jentik tersebut akan bergerak lincah atau naik turun pada permukaan air. Pada penelitian ini terdapat kelemahan atau kurang valid disebabkan tidak adanya tes yang dilakukan di laboratorium untuk melihat keabsahan dari jentik tersebut apakah berasal dari nyamuk Aedes agypti
KESIMPULAN Penggunaan ovitrap yang dimodifikasi dengan
menggunakan
atraktan
air
rendaman biji jinten 10% dan gula pasir dapat mempengaruhi tingkat jumlah jentik yang didapat didalam ovitrap tersebut, penggunaan ovitrap yang dimodifikasi dengan menggunakan atraktan gula pasir dapat mempengaruhi tingkat jumlah jentik
Pengaruh Penggunaan Ovitrap dengan Menggunakan Atraktan Biji Jinten…………38
yang didapat didalam ovitrap tersebut dengan
jumlah
jentik
yang
didapat
DAFTAR PUSTAKA 1.
sebanyak 19 jentik dengan rata-rata di dapat 1 jentik dalam waktu 2 minggu, dan Penggunaan ovitrap yang paling banyak terdapat jentik didalamnya adalah ovitrap dengan menggunakan atraktan biji jinten 10%. SARAN Disarankan pada peneliti selanjutnya agar menggunakan ovitrap dengan desain yang berbeda
untuk
melihat
perbandingan
jumlah jentik yang didapat, seperti desain dengan menggunakan kaleng susu bekas dan kawat kasa pada bagian dalamnya dan diharapkan
sebaiknya
penelitian
ini
c a s
dilakukan pada saat musim penghujan dimana pada musim tersebut nyamuk lebih e banyak untuk bertelur.
k a w
u
as UCAPAN TERIMA KASIH n
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Muhammadiyah Banda Aceh yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian, Geucik Gampong Keuramat yang
membantu
menyediakan
Lahan
penelitian. Terima kasih kami ucapkan juga kepada Direktur Politeknik Kesehatan kementerian Kesehatan Aceh dan semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian ini. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan imbalan dari Yang Maka Kuasa.
Kardinan, Agus, Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk, Cet. ke-9. Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka, 2009. 2. Chandra, Budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007. 3. Satari, dkk., Demam Berdarah (Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit), Jakarta: Puspa Swara, 2004. 4. Profil Kesehatan Aceh 2010, Banda Aceh: Dinas Kesehatan Aceh, 2010. 5. Rimanews, Penderita DBD di Indonesia Ternyata Tertinggi di ASEAN, 2012. 6. Depkes RI, Ditjen PPM&PL, Jakarta: d 2011 i 7. Profilc.Kesehatan Aceh 2011, Banda a Aceh: Dinas Kesehatan Aceh, . eh 2011.