Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan sumber devisa bagi negara
disamping
mendorong
berkembangnya
agrobisnis
kakao
dan
agroindustri. Pada tahun 2009, luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.587.136 ha yang terdiri dari 1.491.808 ha (93,9%) Perkebunan Rakyat, 49.489 ha Perkebunan Besar Negara dan 45.839 ha Perkebunan Besar Swasta, dengan jumlah petani yang terlibat secara langsung sebanyak 1.475.353 KK. Produksi sebesar 809.583 ton menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (1.380.000 ton). Ekspor kakao Indonesia pada tahun 2009 mencapai 521,3 ribu ton dengan nilai US$ 1,3 milyar menempatkan kakao sebagai penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet (Ditjenbun, 2013) Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomopha cramerella Snellen merupakan hama utama kakao yang menimbulkan masalah serius di Indonesia, menyerang hampir seluruh areal pertanaman kakao dan sangat merugikan petani. Kehilangan hasil akibat serangan PBK dapat mencapai 64,90 - 82,20% (Wardojo, 1980). Mengingat kesulitan tersebut, maka perlu dicari atraktan alternatif yang berasal dari bahan-bahan nabati alami yang ada disekitar petani. Bahan-bahan nabati alami tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai atraktan. Penggunaan pestisida sintetik yang tidak bijaksana akan merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini terjadi karena tidak semua pestisida yang digunakan mampu mengenai OPT sasaran. Banyak pestisida terbuang ke tanah dan ke dalam perairan, bahan beracun itu akan mempengaruhi biota baik yang ada di dalam tanah maupun air.
Penangkap, perangkap dan pembasmi serangga atau binatang lain atau disebut Atraktan. Atraktan adalah aroma atau bau yang mampu merangsang hewan untuk tertarik atau mendekat karena menyukai aromanya. Di dalam biji kopi terkandung beberapa senyawa kimia antara lain, kafein, trigoneline, protein, karbohidrat, asam alifatik, asam klorogenat, lemak, glikosida, mineral, dan komponen volatile. Dari beberapa kandungan kimia tersebut, asam klorogenat bertindak sebagai senyawa atraktan terhadap imago PBK, bahan-bahan nabati alami tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai atraktan.
Gambar 1. Biji Kopi PBK menyerang saat fase larva. Larva yang baru menetas menggerek buah muda, memakan daging buah dan saluran makanan yang menuju ke biji. Setelah buah masak, barulah nampak gejala serangan PBK. Ini terlihat dari warna kulit buah menjadi pudar dan timbul belang berwarna jingga. Bila buah diguncang tidak menimbulkan bunyi, bila dibelah warna daging buah hitam, bijinya melekat satu sama lain, berwarna hitam, keriput dan ringan, serta mutunya rendah.
A
B
Gambar 2. A. Larva PBK, B. Biji Buah Kakao Yang Terserang PBK Perilaku serangga seperti ini memberikan kendala dalam usaha pengendaliannya, terutama untuk pengendalian pada fase larva yang terdapat di dalam buah sehingga salah satu alternatif pengendalian diarahkan pada serangga dewasa atau fase imago. Pengendalian hama PBK dengan menggunakan insektisida sintetik yang hanya bisa diaplikasikan pada daun dan buah sehingga cara ini dinilai kurang berhasil. Mengingat kesulitan tersebut, maka perlu dicari atraktan alternatif yang berasal dari bahan-bahan nabati alami yang ada disekitar petani. Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan komoditi kakao. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat besar. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam unggul, metode pemangkasan untuk membentuk habitat yang baik, pengaturan
jarak tanam
maupun usaha perlindungan terhadap hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu periode penanaman dan pemeliharaan kakao yang efisien dengan sasaran produksi baik dari segi jumlah maupun mutu. Kerugian yang diakibatkan secara ekonomi karena aktifitas larva penggerek buah kakao menyerang buah yaitu pada daging buah (pulp) dan plasenta sehingga perkembangan biji menjadi terhambat akibatnya ukuran biji menjadi kecil, melekat satu sama lain sehingga sulit dikeluarkan. Pengendalian untuk larva sangat sulit dilaksanakan karena berada di dalam buah sehingga timbul suatu pemikiran untuk menghasilkan alternatif pengendalian lainnya yaitu dengan menganggu aktifitas serangga dewasa untuk datang meletakkan telur atau bagaimana mengupayakan supaya serangga dewasa terutama serangga
dewasa betina tertarik datang tidak pada buah tetapi pada suatu perangkap yang bersifat menarik. Penggunaan atraktan yang berasal dari ekstrak bahan alami bioaktif tanaman atau perangkap untuk menarik serangga dewasa terutama betina merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama terpadu (PHT) yang ramah lingkungan yang dapat dipadukan dengan komponen pengendalian PBK lainnya. Kopi memiliki kandungan asam klorogenat tertinggi di antara spesies tanaman, 6-7% dalam Arabika dan sampai 10% dalam Robusta. Kandungan asam klorogenat pada kopi diduga dapat menarik serangga dewasa PBK. (Firmansyah et al., 2013) kandungan asam klorogenat pada kopi dapat menarik serangga dewasa PBK tertinggi pada konsentrasi 7% dengan tingkat ketertarikan 86,48% dan persentase penggerek terjebak rata-rata 31%. Renwick dan Chew (1994) mengatakan bahwa asam klorogenat selain bertindak sebagai antioksidan pada manusia, juga bersifat menarik serangga. Namun sedikitnya jumlah imago yang tertarik masih dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kondisi lingkungan dan bahan perekat yang digunakan, yang sesuai dengan pendapat Morallo-Rejesus (1986) bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman atau yang berasal dari tanaman akan mudah mengalami penguraian.
Daftar Pustaka
Firmansyah AP., Sjam S. dan Dewi VS., 2013. EKSTRAK BIJI KOPI SEBAGAI ATRAKTAN IMAGO PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen). Pascasarjana Program Studi Sistem-Sistem Pertanian Universitas Hasanuddin. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea. Makassar. Ditjenbun, 2013. PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR. Direktorat Jenderal Perkebunan. KEMENTAN. Moralla-Rejesus, B., 1986. Botanical Insecticides Againts Diamondback Moth. Proc. of the First Int. Workshop. Renwick, J.A.A & F.S. Chew. 1994. OVIPOSITION BEHAVIOR LEPIDOPTERA. Annu. Rev. Entornot. 1994. 39:377-400.
IN
Wardojo, S. 1980. The cocoa podborer–major hidranceto development. Indonesian Agricultural Research & Development Journal, 2:1-4.