Pengaruh Penggunaan Internet dalam Pembelajaran Jarak Jauh (E-Learning) terhadap Efektivitas Pengajaran Bahasa Indonesia kepada Penutur Asing (Studi Kasus pada Pengajar Bahasa Indonesia Wisma Bahasa Yogyakarta 2013) Likhu Puspa Hapsari, Wisma Bahasa
Abstract This paper will use quantative analisys to describe the topic regarding the use of internet toward the effectiveness in conducting long distance Indonesian Language learning classes. The case of study will be done in Wisma Bahasa, one of the oldest Indonesian Language School located in Yogyakarta, Central Java. Wisma Bahasa has been conducting e-learning classes since 2010. The respondents of this research will be the language instructors who have experience in teaching Indonesian to nonIndonesian speaking persons both in direct classes and trough e-learning process, where the teacher and the student are not in the same location. This paper will be focusing on each skills used in teaching languages process. Including techniques for teaching vocabularies, structures, grammars, listening, reading, speaking, and writing. Each of the skills mentioned, will be structured in a compact questionnaire. All of the variable used in the questionnaire will be tested before and after distributed. The method used for analyzing the questionnaire will be validity and reliability test, later on after the respondents completed it, the result will be analyzed using the regression test. The result of the regression test will be used to explain the influence of internet use toward the effectiveness in conducting long distance Indonesian Language learning classes. With this research, the writer mainly intends to share the information related to e-learning class’s procedure including it difficulties and all the challenges. By sharing the result of this research, the writer hopes that other Indonesian Language instructors will master the process of conducting the long distance classes confidently. Long distance learning becomes popular in Indonesia along with the development of the technology. Distance doesn’t obstruct the process of language learning. In fact, it opens wider business opportunities for the institutions. Every year this business continues to grow. Keywords Kuantitaf, internet, e-learning, long distance language classes, pembelajaran bahasa Indonesia
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
1
Latar Belakang Jarak tidak lagi menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan ilmu. Pada masa old media, dua pihak harus bertemu untuk dapat menciptakan proses belajar mengajar. Pengajar harus bertatap muka dengan pembelajar, sehingga pembelajaran dapat terjadi. Apabila salah satu pihak tidak hadir, maka proses tersebut tidak akan terlaksana. Pada masa itu hanya cara inilah yang dijadikan satu-satunya acuan. Cara belajar yang konvensional yakni bertemunya dua pihak (pengajar dan pembelajar) dalam sebuah lokasi yang sama memang sampai saat ini masih dianggap sebagai cara yang pencapaian hasil akhirnya paling efektif. Penulis juga mengakui tentang fakta ini. Kemudian bagaimana dengan para pembelajar yang terkendala oleh jarak? Keberadaan new media (internet) memberi solusi tepat terkait dengan masalah ini. Internet telah memungkinkan hal yang dulunya tidak mungkin dilakukan pada masa old media. Bagi siapapun yang terkendala jarak kini dapat mengecap proses pembelajaran dengan cara belajar jarak jauh menggunakan koneksi internet (e-learning). Kehadiran pembelajar dan pengajar di lokasi yang sama bukanlah faktor utama untuk melaksanakan proses pembelajaran ini, namun koneksi internet yang lancarlah yang dapat menentukan berjalannya proses pembelajaran tersebut. Penggunaan internet sebagai media belajar bukan merupakan fungsi utama dari internet itu sendiri. Contoh yang dapat kita lihat misalnya penggunaan media internet dalam bidang komersial, informasi, ataupun hiburan masih mendominasi kegunaan internet di Indonesia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa pengguna internet tahun 2013 meningkat menjadi 71 juta pengguna, naik 13% dari tahun sebelumnya. Penggunaan internet sebagai media belajar menjawab tuntutan globalisasi masyarakat modern. Dalam konsep di mana tidak dibutuhkan kehadiran komunikator dan komunikan, melainkan hanya proses bertukarnya informasi di antara mereka dan tercapainya obyektif dari penyampaian informasi tersebut. Di luar negeri, penggunaan internet sebagai media pembelajaran dimulai jauh sebelum metode ini dikenal di Indonesia. Banyak universitas menyediakan program pembelajaran jarak jauh untuk menjembatani pembelajar yang ingin meneruskan studinya, namun terkendala oleh jarak. Cara ini terbukti memberi dampak yang positif terhadap edukasi pada pembelajar dan dampak ekonomis untuk universitas sebagai pelaku bisnis. Berkaca dari suksesnya pelaksanaan sistem belajar jarak jauh yang sudah dimulai dahulu di luar negeri tersebut, lembaga-lembaga pendidikan di Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
2
Indonesia kemudian menerapkan sistem yang serupa demi mewujudkan konvergensi sistem pembelajaran yang memudahkan akses para pembelajar. Dan di sini internet menjadi solusi terbaik dalam konvergensi sistem pembelajaran tersebut. Penguasaan bahasa asing sebagai bahasa kedua, akan memberikan dampak positif bagi kemajuan karir seseorang. Seorang pekerja akan mendapat nilai tambah dari organisasi yang mempekerjakannya apabila dia memiliki kemampuan berbahasa selain bahasa ibunya, seperti yang dijelaskan dalam penelitian oleh Zhang (2012) yang berjudul Expatriate Development for CrossCultural Adjustment: Effects of Cultural Distance and Cultural Intelegence. Selain untuk kepentingan pekerjaan, ada beberapa alasan lain seseorang mempelajari bahasa asing, seperti pengembangan keterampilan bahasa untuk tujuan pendidikan dan juga untuk kesenangan. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengangkat tema tentang proses pengajaran yang terjadi pada penutur asing yang mempelajari Bahasa Indonesia melalui metode pembelajaran jarak jauh (e-learning) dengan melihat dari sudut pandang pengajar Bahasa Indonesia yang dapat menilai sejauh mana efektivitas proses pembelajaran tersebut.
Tinjauan Teori Di dalam kerangka pemikiran, akan dipaparkan teori-teori yang mendukung dan berelevansi dengan penelitian ini. Beberapa garis besar teori ini akan terkait dengan internet sebagai new media, proses pembelajaran bahasa, dan konvergensi media pembelajaran. Dengan rinciannya sebagai berikut: a.
Internet sebagai new media.
Pertama kali internet muncul pada tahun 1969. Berasal dari jaringan komputer Departemen Pertahanan AS yang pada masa itu disebut sebagai ARPNet (Advanced Research Project Agency Network). Pada masa itu Pentagon membangun jaringan yang berfungsi untuk bertukar informasi antara kontraktor militer dengan universitas yang melakukan riset militer. Pada 1983, National Science Foundation, yang diberi tugas mempromosikan sains mengambil alih proyek ini. Mereka menarik lebih banyak pengguna dan banyak di antaranya telah punya jaringan internal sendiri. Bahkan beberapa universitas yang tergabung dalam NSF punya jaringan intrakampus. Kemudian NSF menjadi konektor untuk jaringan-jaringan lain yang serupa, dan disepakatilah nama “internet” untuk merepresentasikan sistem jaringan ini.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
3
Pada tahun 1996 internet tumbuh dengan cepat. Universitas yang tergabung dalam NSF makin memutakhirkan sistem internet yang sudah ada yang meliputi 203 universitas riset, 526 akademi, dan 551 komunitas universitas. Sejak saat itu, penggunaan internet tidak hanya sekedar pusat informasi, namun juga sebagai media untuk pembelajaran jarak jauh. Pada perkembangan tahun-tahun selanjutnya internet menguasai ranah kehidupan manusia. Pemanfaatan internet meliputi berbagai bidang seperti komunikasi, hiburan, bisnis, pendidikan, dan masih banyak lagi. Berdasarkan kebutuhan di atas, muncullah banyak aplikasi yang memungkinkan dua pihak berinteraksi dalam cyberspace baik berupa suara maupun bertatap muka. Contohnya skype, viber, tango, facetime, dan sebagainya.
b.
Proses pembelajaran bahasa Koentjoroningrat (1985) dalam bukunya menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan yaitu (a)
Sistem Religi, (b) Sistem Organisasi Masyarakat, (c) Sistem Pengetahuan, (d) Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi, (e) Sistem Teknologi dan Peralatan, (f) Bahasa, (g) Kesenian. Bahasa sebagai bagian dari budaya, tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Bahasa merupakan sebuah sistem yang kompleks. Mempelajari bahasa tidak hanya mempelajari kata saja, melainkan sebuah sistem yang saling terintergrasi. Kata menjadi kalimat, kalimat menjadi sebuah konsep yang mengandung unsur budaya. Dalam penelitian ini, penulis berkonsentrasi pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh penutur asing. Dalam hal ini mereka memiliki dua obyektif, yaitu mempelajari kosakata dan struktur yang baik dan benar dalam Bahasa Indonesia, dan yang kedua adalah memahami makna budaya yang menyertai kata-kata tersebut. Bahasa yang baik, belum tentu benar, dan bahasa yang benar, belum tentu baik. Pembelajar harus menyesuaikan kata apa yang harus digunakan sehingga penggunaannya tepat, sesuai dengan konteksnya. Dalam proses pembelajaran ini, yang terjadi adalah proses interaksi interpersonal yang terjadi dari seorang individu ke individu yang lain yaitu dari pengajar kepada pembelajar. Proses pembelajaran terjadi secara dua arah dan eksklusif. Dengan demikian diperlukan kemahiran si pengajar dan kerjasama dari si pembelajar, sehingga dapat tercipta kesepahaman di antara dua pihak. Konsep komunikasi seperti ini dapat dijelaskan menggunakan konsep komunikasi transaksional sebagai berikut:
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
4
Pesan (Message)/Feed Back Sumber (source)
Penerima (Receiver)
Penerima (receiver)
Saluran (Channel)
Sumber (Source)
Pesan (Message)/Feed Back
Contexts
a.
Gangguan (Interference)
Environtment
Konvergensi media pembelajaran Lembaga pendidikan pada masa sebelum new media menjadi tren, hanya menggunakan
internet sebagai alat untuk mempromosikan bisnisnya atau dapat dikatakan sebagai alat marketing. Pada masa perkembangan selanjutnya, internet menjadi salah satu alat untuk memaksimalkan bisnis tersebut, bukan hanya sebagai media marketing namun menjadi salah satu media untuk menjalankan sebuah proses pembelajaran. Tuntutan globalisasi menyebabkan dunia menjadi menyusut. Adanya jarak bukan halangan untuk berkomunikasi, dan belajar bahasa adalah salah satu dari wujud berkomunikasi. Khususnya pembelajaran bahasa oleh penutur asing. Menurut teori dari Niklas Luhman seorang pemikir dari Jerman yang memiliki teori tentang masyarakat modern menyatakan bahwa kehadiran komunikator dan komunikan tidaklah penting dalam sebuah proses berkomunikasi, karena yang dianggap penting adalah isi pesannya. Teori ini sangat cocok bila diaplikasikan dalam konsep pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan media internet, di mana kehadiran komunikator dan komunikan dalam lokasi yang sama, bukan lagi prioritas utama. Kehadiran sistem e-learning menjawab tantangan globalisasi di mana jarak bukan lagi halangan dewasa ini.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
5
Penelitian yang Relevan Penelitian-penelitian yang mengangkat tema penggunaan internet sebagai media pembelajaran telah dilakukan sebelumnya, seperti oleh Azwar Rhosyied dan Bambang Wijanarko Otok (2009) dengan judul “Analisa pengaruh penggunaan internet sebagai media belajar, motivasi belajar dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan structural equation modeling (studi kasus SMAN 1 Probolinggo). Hasil yang diperoleh adalah penggunaan internet sebagai media belajar berpengaruh secara tidak langsung terhadap prestasi belajar. Juga penelitian yang dilakukan oleh Ariesta Miftriana Susanti (2009) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Prestasi Akademik Bagi Mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Ekonomi Angkatan 2007 dan 2008 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang”. Dari penelitian tersebut, penulis menyimpulkan poin-poin yang berhubungan dengan penggunaan internet, dan kemudian mengaitkannya dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa jarak jauh. Sehingga temuan yang didapat sesudah data dianalisis akan memberi hasil yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Metodologi Penelitian dan Analisis Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan paradigma partisipatif, di mana peneliti terlibat langsung dalam proses tersebut sebagai pengajar bahasa. Populasi penelitian ini adalah para pengajar Bahasa Indonesia yang mengalami proses pengajaran bahasa Indonesia jarak jauh dengan menggunakan media internet. Para pengajar tersebut selain menggunakan metode e-learning, juga masih aktif dalam proses pengajaran konvensional di kelas yang riil, di mana pengajar dan pembelajar bertatap muka secara langsung. Lembaga pengajaran bahasa Indonesia di mana penelitian ini dilakukan sudah mengaplikasikan metode e-learning selama lebih dari tiga tahun dan mendapat respon positif dari para penggunanya. Jumlah pembelajar asing yang mengambil kelas e-learning ini selalu berbeda setiap minggunya, namun kisaran stabilnya berada pada angka sepuluh sampai dua puluh orang, dalam kelas eksklusif one on one class. Para pengajar di lembaga bahasa ini terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan kisaran usia 23 sampai 45 tahun yang semuanya dituntut untuk dapat memberikan pengajaran dengan metode e-learning. Dari total 40 populasi pengajar yang ada, baik untuk kelas konvensional maupun kelas eKobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
6
learning, akan diambil 10 orang yang sudah pernah atau masih menjalankan pengajaran dengan metode e-learning sebagai random sampling. a.
Definisi Konsep 1. Internet: dalam penelitian ini terdapat tiga fokus yang akan disorot terkait dengan pemanfaatan internet. Yaitu penggunaan, jenis layanan, serta fungsinya. Dari segi penggunaan, menurut Munir (2008:113) internet dapat digunakan sebagai media pembelajaran dengan rinciannya yaitu sebagai media pembelajaran, media untuk mencari dan memperdalam materi, membangkitkan motivasi murid, media untuk mengoreksi tugas murid, dan hal-hal lain yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Internet dapat diakses setiap hari untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Sementara dari sudut pandang jenis layanannya, menurut Mc Bridge (2001:12) layanan internet terdiri dari email, newsgroup, mentransfer file, gopherspace, world wide web, internet telephony. Fokus ketiga adalah fungsi internet yang menurut Dicky (2004) memiliki fungsi sebagai media berkomunikasi, media pertukaran data, media untuk mencari informasi, dan media untuk membentuk komunitas. Ketiga fokus tersebut akan dijadikan penulis sebagai variabel acuan dalam pembentukan indikator pengukuran penggunaan internet sebagai media pembelajaran jarak jauh. 2. Metode pengajaran bahasa: sukses tidaknya proses ditentukan oleh segi metode yang digunakan, karena metodelah yang menentukan isi dan cara pengajaran bahasa. Tentu saja faktor ini juga didukung oleh kemauan belajar dan kualitas murid, serta guru yang cekatan. Menurut William Francis Mackey dalam bukunya Language Teaching Analysis dalam Sumardi (1974:32-40), terdapat 15 metode mengajar bahasa yang lazim digunakan yaitu: (1) Direct Method, (2) Natural Method, (3) Psychological Method, (4) Phonetic Method, (5) Reading Method, (6) Grammar Method, (7) Translation Method, (8) Grammar-Translation Method, (9) Eclectic Method, (10) Unit Method, (11) Language-Control Method, (12) Mim-Mem Method, (13) Practice-Theory Method, (14) Cognate Method, (15) Dual-Language Method. Berikut akan dijelaskan poin-poin penting yang mewakili masing-masing metode: Tabel 1: Metode Pengajaran Bahasa Menurut William Francis Mackey
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
7
No. 1.
Metode Direct Method
Deskripsi a) Materi pelajaran terdiri dari kata-kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari-hari b) Gramatika diajarkan dengan melalui situasi dan dilakukan secara lisan dan bukan dengan cara menghafalkan aturanaturan gramatika c) Arti yang konkrit diajarkan dengan menggunakan bendabenda, sedangkan arti yang abstrak melalui asosiasi d) Banyak latihan-latihan mendengarkan dan menirukan dengan tujuan agar dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis e) Ativitas belajar banyak dilakukan di dalam kelas f) Bacaan mula-mula diberikan secara lisan g) Sejak permulaan, murid dilatih untuk “berfikir dalam bahasa asing”
2.
Natural Method
a) Kata-kata baru diajarkan melalui kata-kata yang telah diketahui sebelumnya b) Arti atau makna diajarkan melalui inferensi c) Gramatika
digunakan
untuk
membetulkan
kesalahan-
kesalahan d) Untuk membantu mengingat kata-kata yang dilupakan digunakan kamus e) Pelajaran diawali dengan memperkenalkan benda-benda dan gambar f) Presentasi pelajaran mengikuti urutan-urutan sebagai berikut: mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, lalu gramatika 3.
Psychological Method
a) Untuk menciptakan gambaran mental atau mental image dan menghubungkannya dengan kata digunakanlah benda, diagram, gambar, dan chart
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
8
No.
Metode
Deskripsi b) Kosakata dikelompokkan ke dalam ungkapan-ungkapan pendek yang berhubungan dengan suatu masalah dan merupakan satu pelajaran; beberapa pelajaran dikumpulkan dalam satu bab; kumpulan beberapa bab membentuk satu seri c) Pelajaran mula-mula diberikan secara lisan, kemudian sebagian berdasarkan materi dari buku d) Bahasa murid boleh digunakan walaupun jarang e) Pelajaran mengarang baru boleh diperkenalkan setelah diberikan beberapa pelajaran terlebih dulu f) Gramatika diajarkan pada permulaan, baru kemudian membaca
4.
Phonetic Method
a) Dimulai dengan mendengarkan b) Latihan-latihan mengucapkan bunyi, kemudian kata, lalu kalimat, dan cerita c) Materi pelajaran ditulis dalam notasi fonetik d) Gramatika diajarkan secara induktif e) Pelajaran mengarang terdiri dari reproduksi apa yang didengar dan dibaca
5.
Reading Method
Materi pelajaran terdiri dari bacaan yang dibagi-bagi menjadi seksi-seksi pendek, tiap seksi didahului dengan daftar kata yang maknanya diajarkan melalui konteks, terjemahan atau gambargambar
6.
Grammar Method
Penghafalan aturan-aturan gramatika
7.
Translation Method
Latihan-latihan menerjemahkan
8.
Grammar-Translation
a) Gramatika yang diajarkan adalah gramatika formal
Method Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
9
No.
Metode
Deskripsi b) Kosakata tergantung pada bacaan yang telah dipilih c) Kegiatan belajar terdiri dari penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa, penerjemahan kata-kata tanpa konteks, kemudian penerjemahan bacaan-bacaan pendek, penafsiran d) Latihan ucapan tidak diberikan, kalaupun iya, hanya sekali-kali saja.
9.
Eclectic Method
a) Berbicara, menulis, memahami, membaca b) Oral practice dan tanya jawab
10.
Unit Method
a) Persiapan dari pihak murid b) Penyajian materi c) Bimbingan melalui induksi d) Generalisasi e) Aplikasi
11.
Language-Control Method
Pembatasan dan gradasi baik kosakata maupun struktur kalimat yang diajarkan
12.
Mim-Mem Method
a) Drill gramatika dan struktur kalimat dengan meniru guru b) Latihan pengucapan dengan meniru guru c) Latihan menggunakan kosakata dengan mengikuti guru d) Gramatika diajarkan secara tidak langsung melalui kalimat model e) Diskusi pada tingkat yang lebih lanjut
13.
Practice-Theory Method
Kalimat-kalimat contoh dihafalkan dengan cara mengulang-ulang secara teratur dengan menirukan rekaman atau langsung dari penutur asli, perbandingan adalah 7 unit praktek dan 3 unit teori
14.
Cognate Method
Mempelajari kata dasar yang terdiri dari kata-kata yang mirip
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
10
No.
Metode
Deskripsi dengan kata-kata dalam bahasa murid baik dalam bentuk maupun artinya yang kemudian digunakan untuk menyatakan perasaan maupun pikiran baik dalam bentuk lisan maupun tulisan
15.
Dual-Language Method
Mirip dengan cognate method, yang juga mencakup sistem bunyi dan sistem gramatika kedua bahasa
Sumber: Sumardi, Muljanto. (1974). Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi. Jakarta: Bulan Bintang Dalam kurikulum pengajaran yang digunakan di sekolah Bahasa Indonesia Wisma Bahasa, terdapat 7 keterampilan juga 1 poin hal yang dijadikan tolok ukur efektif tidaknya proses pembelajaran bahasa, yang terdiri dari kosakata, struktur, tata bahasa, mendengarkan, membaca, menulis, berbicara, dan hal di luar kelas seperti review, latihan, pekerjaan rumah, maupun persiapan kelas. Maka dengan mengkategorikan metode-metode di atas ke dalam kurikulum pengajaran yang telah ditetapkan, penulis akan menjabarkan indikator proses tersebut. b.
Definisi Operasional Dari definisi konsep yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik definisi operasionalnya sebagai berikut: Tabel 2: Kesimpulan dari Definisi Konsep Variabel
a. Independent
Dimensi Intensitas waktu
(Penggunaan internet dalam pembelajaran jarak jauh (e-learning)
Penggunaan
Indikator Saya menggunakan internet dalam
Skala Likert
pembelajaran Saya menggunakan internet untuk mencari materi Saya menggunakan internet untuk mengoreksi tugas murid Saya mengakses internet setiap hari
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
11
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Saya menggunakan internet lebih dari lima jam per hari untuk untuk kepentingan pengajaran Saya menggunakan internet lebih dari 3 kali dalam seminggu untuk proses pembelajaran
Jenis layanan
Saya menggunakan email untuk
Likert
mengirim materi kepada murid Saya menggunakan email untuk mengirim tugas kepada murid Saya menggunakan fasilitas chatting untuk berdiskusi dengan murid Saya menggunakan web sebagai sarana untuk mencari artikel dalam penyusunan materi Saya merasa tidak menguasai materi pembelajaran jika tidak mencari informasi dari internet Saya menggunakan internet telephony sebagai sarana berdiskusi dengan murid
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
12
Variabel
Dimensi Fungsi
Indikator
Saya menggunakan internet sebagai
Skala Likert
sarana untuk berkomunikasi dengan murid
Saya merasakan kenyamanan dan kecepatan dalam berkomunikasi melalui internet
Saya menggunakan internet sebagai sarana untuk mencari informasi tentang budaya maupun pendidikan
Saya menggunakan internet sebagai perpustakaan digital
Saya menggunakan internet sebagai pengembang materi pembelajaran
Saya menggunakan internet sebagai sumber media untuk mengakses materi pembelajaran elektronik
Saya menggunakan internet sebagai media pelengkap untuk mengakses materi untuk menambah wawasan dan pengetahuan
Saya menggunakan internet untuk media pengiriman tugas ketika murid tidak dapat hadir
b. Dependent
Kosakata
(Efektivitas
Pengajaran kosakata
Likert
Penjelasan benda-benda, gambar,
pengajaran bahasa Indonesia pada
diagram Pengajaran kata baru dengan kata yang
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
13
Variabel
Dimensi
penutur asing)
Indikator
Skala
sudah diajarkan sebelumnya Pengajaran arti melalui penarikan kesimpulan Pengajaran daftar kata melalui terjemahan Pengajaran kata dengan mencari kata yang mirip Struktur
Pengajaran struktur kalimat
Likert
Pengajaran ungkapan Pengajaran aplikasi kalimat Tata bahasa
Pengajaran gramatika
Likert
Penghafalan gramatika Mendengarkan
Pengajaran keterampilan mendengarkan
Likert
Penggunaan rekaman Membaca
Pengajaran keterampilan membaca
Likert
Pengajaran teks-teks pendek Menulis
Pembelajaran mengarang
Likert
Penulisan materi pelajaran Pelatihan menerjemahkan Berbicara
Pembelajaran lisan dengan campuran
Likert
bahasa murid Pelatihan pengucapan Proses Tanya-Jawab Proses Diskusi
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
14
Variabel
Dimensi Review, Latihan, dan hal-hal teknis terkait pengajaran
Indikator Proses latihan dan review semua
Skala Likert
keterampilan Pembiasaan murid untuk berpikir dalam bahasa yang dipelajari Penggunaan kamus Pengajaran yang berurutan Proses persiapan kelas (teknis) Proses penyiapan materi Bimbingan di luar pelaksanaan kelas Pembatasan dan gradasi materi Sumber: Disimpulkan dari definisi konsep
Dalam menganalisis data mengenai item-item jawaban dari responden tentang pengaruh penggunaan media internet terhadap efektivitas proses pembelajaran bahasa jarak jauh, maka dibuat skoring dalam kuesionernya. Sistem skoring tersebut diukur dengan skala likert (skala sikap). Skala likert dibagi menjadi lima alternatif jawaban yaitu: sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1), untuk pengukuran tentang penggunaan internet. Sementara untuk tingkat efektivitas juga diukur dengan skala likert dengan pilihan jawaban sangat efektif (5), efektif (4), ragu-ragu (3), tidak efektif (2), sangat tidak efektif (1). c.
Jenis Data 1)
Data Primer: diperoleh berdasarkan jawaban yang dikumpulkan lewat kuesioner kepada para pengajar bahasa Indonesia yang memberikan pengajaran bahasa Indonesia jarak jauh (e-learning) kepada penutur asing. Populasi pengajar adalah 40 orang, jumlah ini gabungan antara pengajar kelas konvensional dan juga e-learning, sementara kuesioner dibagikan kepada 10 orang sample yang akan mereprentasikan target penelitian ini. Karakteristik para pengajar tersebut homogen (lama mengajar kelas e-learning, dan kemampuan yang merata) maka digunakan metode random sampling.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
15
2)
Data Sekunder: diperoleh dari hasil observasi terhadap berjalannya proses pembelajaran bahasa Indonesia jarak jauh. Juga melalui data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka seperti buku, artikel, jurnal, dan data-data internet yang berkaitan dengan topik penelitian.
d.
Uji Validitas dan Reliabilitas 1)
Uji validitas untuk memastikan sejauh mana validnya alat pengukuran. Di sini uji validitasnya menggunakan analisis product moment dengan syarat valid apabila nilai r hitung lebih besar daripada r tabel. (r hitung > r tabel). Nilai r hitung didapat dari Pearson Correlation dengan sig <0,05. Nilai r table didapat dari tabel product moment. N=10, sig 0,05 sehingga r tabel 0,632. Tabel 3.1: hasil uji validitas variabel x No.
r hitung
r table
Keterangan
1
0,846
0,632
valid
2
0,835
0,632
valid
3
0,860
0,632
valid
4
0,808
0,632
valid
5
0,659
0,632
valid
6
0,757
0,632
valid
7
0.694
0,632
valid
8
0,728
0,632
valid
9
0,864
0,632
valid
10
0,757
0,632
valid
11
0,815
0,632
valid
12
0,728
0,632
valid
13
0,831
0,632
valid
14
0,802
0,632
valid
butir
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
16
No.
r hitung
r table
Keterangan
15
0,817
0,632
valid
16
0,914
0,632
valid
17
0,776
0,632
valid
18
0,794
0,632
valid
19
0,749
0,632
valid
20
0,836
0,632
valid
butir
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel di atas dirangkum dari hasil analisis product moment, dan didapati bahwa setiap butir indikator pertanyaan yang berkaitan dengan penggunaan internet dalam proses pembelajaran bahasa menghasilkan angka di atas 0,632 sehingga semua pertanyaan di atas valid. Tabel 3.2: hasil uji validitas variabel y No.
r hitung
r table
Keterangan
1
0,701
0,632
valid
2
0,870
0,632
valid
3
0,794
0,632
valid
4
0,655
0,632
valid
5
0,719
0,632
valid
6
0,659
0,632
valid
7
0,731
0,632
valid
8
0,679
0,632
valid
9
0,875
0,632
valid
10
0,776
0,632
valid
butir
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
17
No.
r hitung
r table
Keterangan
11
0,790
0,632
valid
12
0,670
0,632
valid
13
0,870
0,632
valid
14
0,738
0,632
valid
15
0,852
0,632
valid
16
0,705
0,632
valid
17
0,659
0,632
valid
18
0,870
0,632
valid
19
0,812
0,632
valid
20
0,752
0,632
valid
21
0,851
0,632
valid
22
0,787
0,632
valid
23
0,665
0,632
valid
24
0,767
0,632
valid
25
0,809
0,632
valid
26
0,778
0,632
valid
27
0,709
0,632
valid
28
0,724
0,632
valid
29
0,656
0,632
valid
30
0,838
0,632
valid
butir
Sumber: Data Primer yang diolah
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
18
Sementara tabel yang kedua mendeskripsikan efektivitas pengajaran bahasa yang setiap butir indikator pertanyaannya juga menghasilkan angka di atas 0,632 sehingga semua pertanyaan di atas juga valid. 2)
Uji reliabilitas untuk menunjukkan sejauh mana sebuah alat pengukur dapat diandalkan. Pengujian reabilitas di sini menggunakan coefficient alpha yang apabila menunjukkan angka lebih dari 0,60 dinyatakan reliable. Tabel 4.1.1: hasil uji reliabilitas variabel x Case Processing Summary N Cases
Valid
% 10
100.0
0
.0
10
100.0
Excluded(a) Total
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Tabel 4.1.2: hasil statistic alpha cronbach Reliability Statistics Cronbach's
N of
Alpha
Items
.966
20
Hasil uji reliabilitas dari variable x tentang penggunaan internet menghasilkan angka 0,966 yang berarti reliable karena berada di atas angka 0,60. Tabel 4.2.1: hasil uji reliabilitas variabel y Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded(a)
%
10
100.0
0
.0
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
19
Total
10
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Tabel 4.2.2: hasil statistic alpha cronbach Reliability Statistics Cronbach's
N of
Alpha
Items
.966
30
Hasil uji reliabilitas dari variable y tentang efektivitas pembelajaran bahasa menghasilkan angka 0,966 yang berarti reliable karena berada di atas angka 0,60. e.
Teknik Analisis Data 1.
Penggunaan internet dalam pengajaran jarak jauh Dalam bagian ini akan menjelaskan hasil analisis mengenai dimensi-dimensi yang terkait dengan penggunaan internet dalam pembelajaran jarak jauh (e-learning) per butirnya yang keseluruhannya terdiri dari 20 pertanyaan. 1)
Pengajar menggunakan internet dalam pembelajaran Tabel 5.1: Pengajar menggunakan internet dalam pembelajaran
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
3
30.0
30.0
30.0
Sering
4
40.0
40.0
70.0
Selalu
3
30.0
30.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan pertama menjelaskan bahwa 30% pengajar kadang-kadang menggunakan internet, 40% sering menggunakan internet, dan 30% Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
selalu 20
menggunakan internet. Maka hasil jawabannya cukup seimbang di antara ketiganya.
2)
Pengajar menggunakan internet untuk mencari materi Tabel 5.2: Pengajar menggunakan internet untuk mencari materi
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
3
30.0
30.0
30.0
Sering
3
30.0
30.0
60.0
Selalu
4
40.0
40.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan kedua menjelaskan bahwa 30% pengajar kadang-kadang menggunakan internet untuk mencari materi, 30% sering menggunakan internet untuk mencari materi, dan 40% pengajar selalu menggunakan internet untuk mencari materi.
3)
Pengajar menggunakan internet untuk mengoreksi tugas murid Tabel 5.: Pengajar menggunakan internet untuk mengoreksi tugas murid
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
4
40.0
40.0
40.0
Sering
2
20.0
20.0
60.0
Selalu
4
40.0
40.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan ketiga menjelaskan bahwa 40% pengajar kadang-kadang menggunakan internet untuk mengoreksi tugas murid, 20% sering menggunakan Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
21
internet untuk mengoreksi tugas murid, 40% pengajar selalu menggunakan internet untuk mengoreksi tugas murid.
4)
Pengajar mengakses internet setiap hari Tabel 5.4: Pengajar mengakses internet setiap hari
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
2
20.0
20.0
20.0
Sering
2
20.0
20.0
40.0
Selalu
6
60.0
60.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan keempat menjelaskan bahwa 20% pengajar kadang-kadang mengakses internet, 20% sering mengakses internet, 60% pengajar selalu mengakses internet.
5) Pengajar menggunakan internet lebih dari lima jam per hari untuk kepentingan pengajaran Tabel 5.5: Pengajar menggunakan internet lebih dari lima jam per hari untuk kepentingan pengajaran
Frequency Valid Kadang-kadang
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Sering
4
40.0
40.0
50.0
Selalu
5
50.0
50.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
22
Butir pertanyaan kelima menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang menggunakan internet lima jam per hari, 40% sering menggunakan internet, dan 50% pengajar selalu menggunakan internet lebih dari lima jam per hari untuk kepentingan pengajaran.
6)
Pengajar menggunakan internet lebih dari 3 kali dalam seminggu untuk proses pembelajaran Tabel 5.6: Pengajar menggunakan internet lebih dari 3 kali dalam seminggu untuk proses pembelajaran
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Sering
5
50.0
50.0
60.0
Selalu
4
40.0
40.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan keenam menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang menggunakan internet lebih dari 3 kali per minggu, 50% sering menggunakan internet lebih dari 3 kali per minggu, dan 40% pengajar selalu menggunakan internet lebih dari 3 kali per minggu untuk proses pembelajaran.
7)
Pengajar menggunakan email untuk mengirim materi kepada murid Tabel 5.7: Pengajar menggunakan email untuk mengirim materi kepada murid
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Sering
3
30.0
30.0
40.0
Selalu
6
60.0
60.0
100.0
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
23
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan ketujuh menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang menggunakan email untuk mengirim materi kepada murid, 30% sering menggunakan email untuk mengirim materi kepada murid, dan 60% pengajar selalu menggunakan email untuk mengirim materi kepada murid.
8)
Pengajar menggunakan email untuk mengirim tugas kepada murid Tabel 5.8: Pengajar menggunakan email untuk mengirim tugas kepada murid
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Selalu
9
90.0
90.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan kedelapan menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang menggunakan email untuk mengirim tugas kepada murid, 90% selalu menggunakan email untuk mengirim tugas kepada murid.
9)
Pengajar menggunakan fasilitas chatting untuk berdiskusi dengan murid Tabel 5.9: Pengajar menggunakan fasilitas chatting untuk berdiskusi dengan murid
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Sering
3
30.0
30.0
40.0
Selalu
6
60.0
60.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
24
Sumber: Data Primer yang diolah Butir pertanyaan kesembilan menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang menggunakan fasilitas chatting untuk berdiskusi dengan murid, 30% sering menggunakan fasilitas chatting untuk berdiskusi dengan murid, 60% pengajar selalu menggunakan fasilitas chatting untuk berdiskusi dengan murid.
10)
Pengajar menggunakan web sebagai sarana untuk mencari artikel dalam penyusunan materi Tabel 5.10: Pengajar menggunakan web sebagai sarana untuk mencari artikel dalam penyusunan materi
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Sering
1
10.0
10.0
20.0
Selalu
8
80.0
80.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan kesepuluh menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang menggunakan menggunakan web sebagai sarana untuk mencari artikel dalam penyusunan materi, 10% menggunakan menggunakan web sebagai sarana untuk mencari artikel dalam penyusunan materi, 80% pengajar selalu menggunakan web sebagai sarana untuk mencari artikel dalam penyusunan materi.
11) Pengajar merasa tidak menguasai materi pembelajaran jika tidak mencari informasi dari internet Tabel 5.11: Pengajar merasa tidak menguasai materi pembelajaran jika tidak mencari informasi dari internet
Frequency
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
25
Valid
Kadang-kadang
2
20.0
20.0
20.0
Sering
3
30.0
30.0
50.0
Selalu
5
50.0
50.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan kesebelas menjelaskan bahwa 20% pengajar kadang-kadang merasa tidak menguasai materi pembelajaran jika tidak mencari informasi dari internet, 30% pengajar merasa sering tidak menguasai materi pembelajaran ketika tidak mencari informasi dari internet, dan 50% pengajar merasa selalu tidak menguasai materi pembelajaran ketika tidak mencari informasi dari internet.
12) Pengajar menggunakan internet telephony sebagai sarana berdiskusi dengan murid Tabel 5.12: Pengajar menggunakan internet telephony sebagai sarana berdiskusi dengan murid
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Sering
1
10.0
10.0
10.0
Selalu
9
90.0
90.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan kedua belas menjelaskan bahwa 10% pengajar sering menggunakan internet telephony untuk berdiskusi dengan murid dan 90% selalu menggunakan internent telephony sebagai sarana untuk berdiskusi dengan murid.
13) Pengajar menggunakan internet sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan murid Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
26
Tabel 5.13: Pengajar menggunakan internet sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan murid
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sering
2
20.0
20.0
20.0
Selalu
8
80.0
80.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan ketiga belas menjelaskan bahwa 20% pengajar sering menggunakan internet sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan murid dan 80% pengajar selalu menggunakan internet sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan murid.
14)
Pengajar merasakan kenyamanan dan kecepatan dalam berkomunikasi melalui internet Tabel 5.14: Pengajar merasakan kenyamanan dan kecepatan dalam berkomunikasi melalui internet Valid
Cumulative
Percent
Percent
Frequency
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Sering
4
40.0
40.0
50.0
Selalu
5
50.0
50.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
Valid Kadang-kadang
Sumber: Data Primer yang diolah Butir pertanyaan keempat belas menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang merasakan kenyamanan dan kecepatan dalam berkomunikasi melalui internet, 40% sering pengajar merasakan kenyamanan dan kecepatan dalam berkomunikasi melalui internet, 50% pengajar selalu merasakan kenyamanan dan kecepatan dalam berkomunikasi melalui internet. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
27
15)
Pengajar menggunakan internet sebagai sarana untuk mencari informasi tentang budaya maupun pendidikan Tabel 5.15: Pengajar menggunakan internet sebagai sarana untuk mencari informasi tentang budaya maupun pendidikan
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Sering
5
50.0
50.0
50.0
Selalu
5
50.0
50.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan kelima belas menjelaskan bahwa 50% pengajar sering menggunakan internet sebagai sarana untuk mencari informasi tentang budaya maupun pendidikan dan 50% pengajar selalu menggunakan internet sebagai sarana untuk mencari informasi tentang budaya maupun pendidikan.
16) Pengajar menggunakan internet sebagai perpustakaan digital Tabel 5.16: Pengajar menggunakan internet sebagai perpustakaan digital
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
2
20.0
20.0
20.0
Sering
2
20.0
20.0
40.0
Selalu
6
60.0
60.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
Sumber: Data Primer yang diolah Butir pertanyaan keenam belas menjelaskan bahwa 20% pengajar menggunakan internet sebagai perpustakaan digital, 20% sering menggunakan internet sebagai perpustakaan digital, 60% selalu menggunakan internet sebagai perpustakaan digital. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
28
17) Pengajar menggunakan internet sebagai pengembang materi pembelajaran Tabel 5.17: Pengajar menggunakan internet sebagai pengembang materi pembelajaran
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Sering
6
60.0
60.0
70.0
Selalu
3
30.0
30.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan ketujuh belas menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang menggunakan internet sebagai pengembang materi pembelajaran, 60% pengajar sering menggunakan internet sebagai pengembang materi pembelajaran, 30% pengajar selalu menggunakan internet sebagai pengembang materi pembelajaran.
18) Pengajar menggunakan internet sebagai sumber media untuk mengakses materi pembelajaran elektronik Tabel 5.18: Pengajar menggunakan internet sebagai sumber media untuk mengakses materi pembelajaran elektronik
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Sering
7
70.0
70.0
80.0
Selalu
2
20.0
20.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Butir pertanyaan kedelapan belas menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
29
menggunakan internet sebagai sumber media untuk mengakses materi pembelajaran elektronik, 70% pengajar sering menggunakan internet sebagai sumber media untuk mengakses materi pembelajaran elektronik, 20% selalu menggunakan internet sebagai sumber media untuk mengakses materi pembelajaran elektronik.
19) Pengajar menggunakan internet sebagai media pelengkap untuk mengakses materi untuk menambah wawasan dan pengetahuan Tabel 5.19: Pengajar menggunakan internet sebagai media pelengkap untuk mengakses materi untuk menambah wawasan dan pengetahuan
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
2
20.0
20.0
20.0
Sering
4
40.0
40.0
60.0
Selalu
4
40.0
40.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
Sumber: Data Primer yang diolah Butir pertanyaan kesembilan belas menjelaskan bahwa 20% pengajar kadang-kadang menggunakan internet sebagai media pelengkap untuk mengakses materi untuk menambah wawasan dan pengetahuan, 40% pengajar sering menggunakan internet sebagai media pelengkap untuk mengakses materi untuk menambah wawasan dan pengetahuan 40% selalu menggunakan internet sebagai media pelengkap untuk mengakses materi untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
20) Pengajar menggunakan internet untuk media pengiriman tugas ketika murid tidak dapat hadir Tabel 5.20: Pengajar menggunakan internet untuk media pengiriman tugas ketika murid tidak dapat hadir
Frequency
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
30
Valid
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Sering
3
30.0
30.0
40.0
Selalu
6
60.0
60.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
Sumber: Data Primer yang diolah Butir pertanyaan kedua puluh menjelaskan bahwa 10% pengajar kadang-kadang menggunakan internet sebagai media pengiriman tugas ketika murid tidak dapat hadir, 30% pengajar sering menggunakan internet sebagai media pengiriman tugas ketika murid tidak dapat hadir, 60% pengajar selalu menggunakan internet sebagai media pengiriman tugas ketika murid tidak dapat hadir.
21) Intensitas penggunaan internet Tabel 5.21: Intensitas penggunaan internet
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kadang-kadang
1
10.0
10.0
10.0
Sering
2
20.0
20.0
30.0
Selalu
7
70.0
70.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel kedua puluh satu merangkum intensitas penggunaan internet oleh para pengajar bahasa Indonesia. 10% dari para pengajar kadang-kadang menggunakan internet, 20% sering menggunakan internet, dan 70% pengajar selalu menggunakan internet.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
31
2.
Efektivitas Pembelajaran Bahasa Pada bagian ini akan membahas hasil analisis dimensi-dimensi yang berkaitan dengan unsurunsur yang membangun pengajaran bahasa Indonesia yang efektif.
1) Efektivitas pengajaran kosakata Tabel 6.1: Pengajaran kosakata
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
4
40.0
40.0
40.0
Tidak efektif
5
50.0
50.0
90.0
Ragu-ragu
1
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Pada tabel ini 40% pengajar merasa pengajaran kosakata dengan menggunakan internet sangat tidak efektif, sementara yang menjawab bahwa pengajaran kosakata dengan internet tidak efektif ada 50% pengajar, dan 10% menjawab ragu-ragu.
2) Efektivitas penjelasan benda-benda, gambar, diagram Tabel 6.2: Penjelasan benda-benda, gambar, diagram
Frequency Valid
Sangat tidak efektif Tidak efektif Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
2
20.0
20.0
20.0
8
80.0
80.0
100.0
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
32
Tabel kedua menjelaskan bahwa 20% pengajar merasa bahwa penjelasan benda-benda dengan menggunakan media internet sangat tidak efektif dan 80% pengajar merasa media internet tidak efektif untuk mengajarkan benda-benda, gambar dan diagram.
3) Efektivitas pengajaran kata baru dengan kata yang sudah diajarkan sebelumnya Tabel 6.3: Pengajaran kata baru dengan kata yang sudah diajarkan sebelumnya
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
Tidak efektif
5
50.0
50.0
80.0
Ragu-ragu
2
20.0
20.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel ketiga menjelaskan bahwa 30% pengajar setuju bahwa pengajaran kosakata baru dengan metode mengajarkan kata-kata yang sudah dipelajari sebelumnya dengan menggunakan media internet sangat tidak efektif, sementara yang menyatakan tidak efektif ada 50%, dan 20% pengajar ragu-ragu.
4) Efektivitas pengajaran arti melalui penarikan kesimpulan Tabel 6.4: Pengajaran arti melalui penarikan kesimpulan
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
4
40.0
40.0
40.0
Tidak efektif
4
40.0
40.0
80.0
Ragu-ragu
2
20.0
20.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
33
Tabel keempat menyatakan bahwa 40% pengajar merasa bahwa pengajaran arti melalui penarikan kesimpulan dengan menggunakan media internet adalah tidak efektif seimbang dengan yang berpendapat hal tersebut tidak efektif juga 40%, sementara yang ragu-ragu terdiri dari 20% pengajar.
5) Efektivitas pengajaran daftar kata melalui terjemahan Tabel 6.5: Pengajaran daftar kata melalui terjemahan
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
Tidak efektif
5
50.0
50.0
80.0
Ragu-ragu
2
20.0
20.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kelima menjelaskan bahwa 30% pengajar berpikir bahwa pengajaran daftar kata melalui terjemahan dengan media internet sangat tidak efektif, sementara yang berpikir bahwa proses tersebut tidak efektif ada 50%, dan 20% menyatakan bahwa mereka ragu-ragu.
6) Efektivitas pengajaran kata dengan mencari kata yang mirip Tabel 6.6: Pengajaran kata dengan mencari kata yang mirip
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
Tidak efektif
6
60.0
60.0
90.0
Ragu-ragu
1
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
34
Tabel keenam menyatakan bahwa pengajaran kata dengan mencari kata yang mirip sangat tidak efektif apabila diajarkan dengan media internet sebesar 30% pengajar, dan 60% pengajar menyatakan proses tersebut tidak efektif, dan 10% menyatakan ragu-ragu.
7) Efektivitas pengajaran struktur kalimat Tabel 6.7: Pengajaran struktur kalimat
Frequency Valid
Sangat tidak efektif Ragu-ragu Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
7
70.0
70.0
100.0
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel tersebut menjelaskan bahwa 30% pengajar berpikir bahwa pengajaran struktur kalimat dengan menggunakan media internet sangat tidak efektif dan 70% pengajar menjawab ragu-ragu.
8) Efektivitas pengajaran ungkapan Tabel 6.8: Pengajaran ungkapan
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
Tidak efektif
4
40.0
40.0
70.0
Ragu-ragu
3
30.0
30.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedelapan mendiskripsikan pertanyaan mengenai proses pengajaran ungkapan yang 30% pengajar menyatakan bahwa prosesnya sangat tidak efektif apabila menggunakan Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
35
internet. Sementara yang menjawab bahwa proses tersebut tidak efektif ada 40% dan 30% menjawab ragu-ragu.
9) Efektivitas pengajaran aplikasi kalimat Tabel 6.9: Pengajaran aplikasi kalimat
Frequency Valid
Tidak efektif Ragu-ragu Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
7
70.0
70.0
100.0
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel kesembilan menjelaskan bahwa proses pengajaran ungkapan dengan menggunakan media internet oleh 30% pengajar dianggap sangat tidak efektif dan 40% menjawab proses tersebut tidak efektif, dan 30% menjawab ragu-ragu.
10) Efektivitas pengajaran gramatika Tabel 6.10: Pengajaran gramatika
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
4
40.0
40.0
40.0
Tidak efektif
4
40.0
40.0
80.0
Ragu-ragu
2
20.0
20.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kesepuluh menyatakan bahwa masing-masing 40% pengajar berpikir bahwa proses pengajaran gramatika dengan media internet sangat tidak efektif dan tidak efektif. Sementara sisanya 20% menyatakan bahwa mereka ragu-ragu. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
36
11) Efektivitas penghafalan gramatika Tabel 6.11: Penghafalan gramatika
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
Tidak efektif
4
40.0
40.0
70.0
Ragu-ragu
3
30.0
30.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kesebelas memberi penjelasan bahwa 30% pengajar berpendapat bahwa penghafalan gramatika dengan menggunakan media internet sangat tidak efektif, dan 40% mengatakan tidak efektif, dan sisanya 30% menyatakan mereka ragu-ragu.
12) Efektivitas pengajaran keterampilan mendengarkan Tabel 6.12: Pengajaran keterampilan mendengarkan
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
2
20.0
20.0
20.0
Tidak efektif
3
30.0
30.0
50.0
Efektif
2
20.0
20.0
70.0
Sangat efektif
3
30.0
30.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua belas menjelaskan bahwa 20% pengajar menjawab pengajaran keterampilan mendengarkan dengan media internet sangat tidak efektif, 30% menyatakan proses tersebut
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
37
tidak efektif, dan 20% menyatakan sebaliknya bahwa proses tersebut efektif dan 30% menyatakan bahwa hal tersebut sangat efektif.
13) Efektivitas penggunaan rekaman Tabel 6.13: Penggunaan rekaman
Frequency Valid
Sangat tidak efektif Ragu-ragu Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
2
20.0
20.0
20.0
8
80.0
80.0
100.0
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel ketiga belas mendeskripsikan bahwa penggunaan rekaman sangat tidak efektif apabila menggunakan media internet sebanyak 20% pengajar, sementara 80% menyatakan bahwa mereka ragu-ragu.
14) Efektivitas pengajaran keterampilan membaca Tabel 6.14: Pengajaran keterampilan membaca
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
Tidak efektif
2
20.0
20.0
50.0
Ragu-ragu
1
10.0
10.0
60.0
Efektif
3
30.0
30.0
90.0
Sangat efektif
1
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
38
Tabel keempat belas menjelaskan bahwa 30% pengajar berpendapat bahwa pengajaran keterampilan membaca dengan media internet sangat tidak efektif, sementara yang menyatakan tidak efektif ada 20%, yang merasa ragu-ragu ada 10%, yang berpikir bahwa proses tersebut efektif ada 30%, dan yang berpikir bahwa proses tersebut efektif ada 10% pengajar.
15) Efektivitas pengajaran teks-teks pendek Tabel 6.15: Pengajaran teks-teks pendek
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Tidak efektif
1
10.0
10.0
20.0
Efektif
3
30.0
30.0
50.0
Sangat efektif
5
50.0
50.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kelima belas menjelaskan tentang efektivitas pengajaran teks-teks pendek dengan media internet, di mana 10% pengajar masing-masing menyatakan proses tersebut sangat tidak efektif dan tidak efektif, 30% menyatakan bahwa proses tersebut efektif, dan 50% pengajar berpendapat bahwa proses tersebut sangat efektif.
16) Efektivitas pengajaran mengarang Tabel 6.16: Pembelajaran mengarang
Frequency Valid
Sangat tidak efektif Tidak efektif
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
3
30.0
30.0
60.0
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
39
Ragu-ragu
3
30.0
30.0
90.0
Efektif
1
10.0
10.0
100.0
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel keenam belas menyatakan bahwa 30% pengajar beranggapan bahwa pembelajaran mengarang dengan media internet sangat tidak efektif, 30% mengatakan proses tersebut tidak efektif, 30% pengajar juga ragu-ragu, dan sisanya 10% pengajar bahwa proses pengajaran tersebut efektif.
17) Efektivitas penulisan materi pelajaran Tabel 6.17: Penulisan materi pelajaran
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
Tidak efektif
6
60.0
60.0
90.0
Ragu-ragu
1
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel ketujuh belas mendeskripsikan bahwa 30% pengajar berpendapat bahwa proses penulisan materi pelajaran dengan media internet sangat tidak efektif, 60% pengajar berpendapat bahwa proses tersebut tidak efektif dan sisanya 10% berpikir ragu-ragu.
18) Efektivitas pelatihan menerjemahkan Tabel 6.18: Pelatihan menerjemahkan
Frequency
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
40
Valid
Sangat tidak efektif Tidak efektif Total
2
20.0
20.0
20.0
8
80.0
80.0
100.0
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel kedelapan belas menjelaskan bahwa proses pelatihan menerjemahkan dengan menggunakan media internet sangat tidak efektif dan 80% responden mengatakan proses tersebut tidak efektif.
19) Efektivitas pembelajaran lisan dengan campuran bahasa murid Tabel 6.19: Pembelajaran lisan dengan campuran bahasa murid
Frequency Valid
Tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Ragu-ragu
1
10.0
10.0
20.0
Efektif
8
80.0
80.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
efektif
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kesembilan belas menyatakan bahwa proses pembelajaran lisan dengan metode campuran bahasa murid melalui media internet diakui masing-masing 10% pengajar bahwa proses tersebut tidak efektif dan ragu-ragu, sementara sisanya 80% menyatakan bahwa proses tersebut efektif.
20) Efektivitas pelatihan pengucapan Tabel 6.20: Pelatihan pengucapan
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
41
Frequenc y Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
2
20.0
20.0
20.0
Tidak efektif
1
10.0
10.0
30.0
Efektif
4
40.0
40.0
70.0
Sangat efektif
3
30.0
30.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh mendeskripsikan mengenai efektivitas pelatihan pengucapan dengan media internet dengan hasil 20% pengajar mengatakan bahwa proses tersebut sangat tidak efektif, 10% menyatakan tidak efektif, 40% menyatakan efektif dan 30% menyatakan bahwa proses tersebut sangat efektif.
21) Efektivitas proses tanya-jawab Tabel 6.21: Proses Tanya-Jawab
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Efektif
5
50.0
50.0
60.0
Sangat efektif
4
40.0
40.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh satu menjelaskan bahwa 10% pengajar berpendapat bahwa proses tanyajawab dengan media internet sangat tidak efektif, sementara 50%nya menyatakan efektif dan 40% dari mereka menyatakan sangat efektif.
22) Efektivitas proses diskusi Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
42
Tabel 6.22: Proses Diskusi
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Efektif
2
20.0
20.0
30.0
Sangat efektif
7
70.0
70.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh dua mendiskripsikan tentang efektivitas proses diskusi di mana 10% pengajar menyatakan mereka merasa proses diskusi sangat tidak efektif, sementara 20% menyatakan proses diskusi berjalan efektif, dan 70% dari mereka menyatakan proses diskusi berjalan sangat efektif.
23) Efektivitas proses latihan dan review semua keterampilan Tabel 6.23: Proses latihan dan review semua keterampilan
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
2
20.0
20.0
20.0
Tidak efektif
3
30.0
30.0
50.0
Ragu-ragu
2
20.0
20.0
70.0
Efektif
1
10.0
10.0
80.0
Sangat efektif
2
20.0
20.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh tiga menjelaskan tentang proses latihan dan review. 20% pengajar menyatakan proses tersebut berjalan sangat tidak efektif, 30% menyatakan proses tersebut Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
43
tidak efektif, 20% dari responden ragu-ragu, 10% menyatakan efektif, dan 20% menyatakan proses tersebut sangat efektif.
24) Efektivitas proses pembiasaan murid untuk berpikir dalam bahasa yang dipelajari Tabel 6.24: Pembiasaan murid untuk berpikir dalam bahasa yang dipelajari
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Tidak efektif
1
10.0
10.0
10.0
Efektif
8
80.0
80.0
90.0
1
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
Sangat efektif Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh empat menjelaskan tentang proses pembiasaan murid untuk berpikir dalam bahasa yang dipelajari melalui media internet. 10% menyatakan proses tersebut tidak efektif, 80% menyatakan proses tersebut efektif, dan 10% pengajar menyatakan proses tersebut sangat efektif.
25) Efektivitas penggunaan kamus Tabel 6.25: Penggunaan kamus Frequenc y Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
2
20.0
20.0
20.0
Tidak efektif
2
20.0
20.0
40.0
Ragu-ragu
1
10.0
10.0
50.0
Efektif
3
30.0
30.0
80.0
Sangat efektif
2
20.0
20.0
100.0
efektif
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
44
Total
10
100.0
100.0 Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel kedua puluh lima menyatakan tentang penggunaan kamus melalui media internet di mana masing-masing 20% responden menyatakan proses tersebut sangat tidak efektif dan tidak efektif. 10% menyatakan mereka ragu-ragu, dan 30% menyatakan bahwa proses tersebut efektif dan 20% menyatakan proses tersebut sangat efektif.
26) Efektivitas proses pengajaran yang berurutan Tabel 6.26: Pengajaran yang berurutan Frequenc y Valid
Percent
Sangat tidak
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Efektif
9
90.0
90.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
efektif
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh enam menjelaskan tentang proses pengajaran yang berurutan apabila dilakukan dengan menggunakan media internet. 10% menyatakan proses tersebut sangat tidak efektif tetapi mayoritas menyatakan proses tersebut dapat dijalankan dengan efektif sebesar 90%.
27) Efektivitas proses persiapan kelas (teknis) Tabel 6.27: Proses persiapan kelas (teknis) Frequenc y Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Tidak efektif
2
20.0
20.0
20.0
Ragu-ragu
1
10.0
10.0
30.0
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
45
Efektif
2
20.0
20.0
50.0
5
50.0
50.0
100.0
10
100.0
100.0
Sangat efektif Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh tujuh menjelaskan mengenai proses persiapan kelas dengan menggunakan media internet di mana 20% responden menyatakan proses tersebut tidak efektif bila dilakukan dengan media internet, 10% menyatakan ragu-ragu, dan 20% menyatakan bahwa proses tersebut dapat dilakukan dengan efektif dan sebesar 50% dari mereka menyatakan proses tersebut dapat dilakukan dengan sangat efektif.
28) Efektivitas proses penyiapan materi Tabel 6.28: Proses penyiapan materi
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Efektif
2
20.0
20.0
30.0
Sangat efektif
7
70.0
70.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh delapan menjelaskan tentang proses penyiapan materi yang dilakukan dengan media internet. 10% responden berpendapat bahwa proses tersebut sangat tidak efektif, 20% menyatakan proses tersebut efektif, dan 70% pengajar berpendapat bahwa proses tersebut sangat efektif.
29) Efektivitas bimbingan di luar pelaksanaan kelas Tabel 6.29: Bimbingan di luar pelaksanaan kelas Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
46
Frequency Valid Tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
30.0
30.0
30.0
Ragu-ragu
2
20.0
20.0
50.0
Efektif
5
50.0
50.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
efektif
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel kedua puluh sembilan menjelaskan proses bimbingan di luar pelaksanaan kelas dengan menggunakan media internet di mana 30% responden mengatakan bahwa prosesnya tidak efektif, 20% dari mereka ragu-ragu, dan 50% dari mereka berpikiran bahwa proses tersebut dapat dilakukan dengan efektif.
30) Efektivitas proses pembatasan dan gradasi materi Tabel 6.30: Pembatasan dan gradasi materi
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Efektif
2
20.0
20.0
30.0
Sangat efektif
7
70.0
70.0
100.0
10
100.0
100.0
efektif
Total
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel ketiga puluh menjelaskan proses terakhir mengenai efektivitas pengajaran bahasa yaitu tentang proses pembatasan dan gradasi materi. 10% dari responden menyatakan proses tersebut sangat tidak efektif, 20% menyatakan proses tersebut efektif, dan 70% menyatakan proses tersebut sangat efektif.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
47
31) Efektivitas pengajaran bahasa Tabel 7: Efektivitas pengajaran Bahasa
Frequency Valid
Sangat tidak
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
10.0
10.0
10.0
Tidak efektif
2
20.0
20.0
30.0
Ragu-ragu
5
50.0
50.0
80.0
Efektif
2
20.0
20.0
100.0
Total
10
100.0
100.0
efektif
Sumber: Data Primer yang diolah Tabel ketiga puluh satu merangkum keseluruhan data tentang proses pengajaran bahasa dengan menggunakan media internet di mana 10% dari responden berpikiran bahwa prosesnya sangat tidak efektif, 20% dari responden menyatakan proses pengajaran bahasa dengan media internet prosesnya tidak efektif. 50% menyatakan ragu-ragu dan 20% dari responden menyatakan efektif.
3.
Deskripsi variabel x dan variabel y a) Variabel x Untuk mendeskripsikan variabel x (indepedent) yaitu penggunaan internet, akan ditentukan terlebih dahulu kelas intervalnya lalu dibuat kategori dan kemudian memasukkan jumlah akumulasi dari jawaban-jawaban dari kuesioner yang telah ditabulasi. 1) Interval kelas
= Nilai tertinggi – Niai terendah Jumlah kelas (20X5) – (20X1) 5 100 - 20 5 16
Dari perhitungan tersebut didapat nilai interval 16. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
48
2) Kategorisasi: Tabel 8.1: Rentang Angka Rentang angka
Keterangan
20 – 35
Tidak Pernah
36 – 51
Jarang
52 – 67
Kadang-kadang
68 – 83
Sering
84 – 100
Selalu Sumber: Data Primer yang diolah
Maka berdasarkan kategorisasi tersebut diketahui bahwa: Tabel 8.2: Kategorisasi Responden
Jumlah tabulasi
Keterangan
Responden 1
86
Selalu
Responden 2
83
Sering
Responden 3
96
Selalu
Responden 4
97
Selalu
Responden 5
100
Selalu
Responden 6
87
Selalu
Responden 7
92
Selalu
Responden 8
76
Sering
Responden 9
98
Selalu
Responden 10
65
Kadang-kadang Sumber: Data Primer yang diolah
Sehingga dari hasil rekapitulasi di atas diketahui bahwa ada 1 responden yang menjawab bahwa mereka kadang-kadang menggunakan internet, 2 orang responden
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
49
mengatakan mereka sering memakai internet, dan 8 responden selalu menggunakan internet untuk proses pembelajaran. b) Variabel y Serupa dengan langkah untuk mendeskripsikan variabel y (depedent) yaitu pembelajaran bahasa, juga akan ditentukan terlebih dahulu kelas intervalnya lalu dibuat kategori dan kemudian memasukkan jumlah akumulasi dari jawaban-jawaban dari kuesioner yang telah ditabulasi. 1) Interval kelas
= Nilai tertinggi – Niai terendah Jumlah kelas (30X5) – (30X1) 5 150 – 30 5 24
Dari perhitungan tersebut didapat nilai interval 24. 2) Kategorisasi: Tabel 9.1: Rentang Angka Rentang angka
Keterangan
30 – 53
Sangat tidak efektif
54 – 77
Tidak efektif
78 – 101
Ragu-ragu
102 – 125
Efektif
126 – 150
Sangat efektif Sumber: Data Primer yang diolah
Maka berdasarkan pengkategorian tersebut diketahui bahwa: Tabel 9.2: Kategorisasi Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
50
Responden
Jumlah tabulasi
Keterangan
Responden 1
94
Ragu-ragu
Responden 2
90
Ragu-ragu
Responden 3
100
Ragu-ragu
Responden 4
98
Ragu-ragu
Responden 5
106
Efektif
Responden 6
88
Ragu-ragu
Responden 7
105
Efektif
Responden 8
61
Tidak efektif
Responden 9
74
Tidak efektif
Responden 10
36
Sangat tidak efektif Sumber: Data Primer yang diolah
Dari tabel rekapitulasi di atas didapat jawabannya yang bervariasi. Mulai dari seorang responden yang berpendapat bahwa pengajaran bahasa menjadi sangat tidak efektif, 2 orang menyatakan tidak efektif, 5 orang yang menyatakan keragu-raguan, dan 2 orang yang mengaku pengajaran bahasa dapat dilakukan dengan efektif.
4.
Analisis Regresi Tabel 10.1: Variables Entered/Removed(b) Mode l 1
Variables Variables Entered
Removed
Intensitas penggunaan
Method . Enter
internet(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Efektivitas pengajaran Bahasa
Sumber: Data Primer yang diolah Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
51
Tabel 10.2: Model Summary Mode l 1
R
R Square
.823(a)
.678
Adjusted
Std. Error of
R Square
the Estimate
.638
13.37783
a Predictors: (Constant), Intensitas penggunaan internet Sumber: Data Primer yang diolah Dalam Tabel Summary didapat nilai R (koefisien korelasi) yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan x dan y sebesar 0,832. Sehingga dengan mengacu pada Buku Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi oleh Sugiono (2005: 216), nilai tersebut tergolong dalam kategori sangat kuat. Juga dalam Model Summary didapat nilai R Square sebesar 0,678 yang menunjukkan besarnya pengaruh x terhadap y yakni sebesar 67,8%. Tabel 10.3: ANOVA(b) Mode
Sum of
l
Squares
1
Mean df
Square
F
Regression
3015.870
1
3015.870
Residual
1431.730
8
178.966
Total
4447.600
9
16.852
Sig. .003(a)
a Predictors: (Constant), Intensitas penggunaan internet b Dependent Variable: Efektivitas pengajaran Bahasa Sumber: Data Primer yang diolah Untuk tabel Anova menjelaskan signifikansi pengaruh x terhadap y. Pengukurannya dapat dilihat dari nilai sig yang harus kurang dari 0,05. Dari tabel tersebut didapat angka 0,03 yang berarti pengaruh x terhadap y signifikan. Tabel 10.4: Coefficients(a)
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
52
Mode l 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
B (Constant)
Std. Error
-59.984
35.619
1.650
.402
-1.684
.131
4.105
.003
Intensitas penggunaan
.823
internet a Dependent Variable: Efektivitas pengajaran Bahasa Sumber: Data Primer yang diolah Limitasi Penelitian Peneliti membatasi penelitian ini di Wisma Bahasa, sebuah lembaga Bahasa Indonesia yang berlokasi di Yogyakarta yang memberikan jasa pengajaran bahasa Indonesia dan Jawa kepada para penutur asing dari berbagai negara. Sekolah ini telah terbukti dapat mengembangkan konvergensi sistem pembelajaran bahasa Indonesia yang beberapa tahun lalu hanya berfokus pada metode kelas konvensional. Konvergensi pembelajaran ini selain menjawab tantangan globalisasi pada masyarakat modern, juga mampu mendongkrak keuntungan bisnis mereka dan sebagai wadah untuk menjembatani pertukaran budaya tanpa mengenal halangan jarak dalam pelaksanaan proses komunikasinya. Setiap tahunnya Wisma Bahasa menentukan target pencapaian pelaksanaan kelas e-learning dengan jumlah cukup tinggi, namun begitu jumlah realisasinya terus melampaui target. Kualitas pelaksanaan e-learning terus diperbaiki dengan dilakukannya pelatihan teknis kepada para pengajar dan juga peningkatan mutu sambungan internet untuk menjaga kelancaran proses kelas e-learning. Standart operasional pelaksanaan kelas e-learning tidak jauh berbeda dengan kelas konvensional, yang sedikit membedakannya adalah bahwa hubungan profesional antara pengajar dan calon pembelajar telah dimulai sebelum jadwal kelas yang sebenarnya. Pengajar harus mengontak murid melalui email untuk memperkenalkan diri, memastikan kembali jam pelaksanaan kelas, juga mengirimkan materi, dan pengajar kembali mengontak murid sesudah kelas untuk mengirimkan tugas baru serta tugas yang telah diperiksa. Penelitian ini bersifat studi kasus dan terbatas pada Wisma Bahasa Yogyakarta saja. Jika penelitian tersebut diadakan di sekolah bahasa yang lain dan dengan skala yang lebih besar, hasil yang didapatkan mungkin akan sedikit berbeda mengingat pupulasinya yang lebih besar. Untuk Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
53
mendapatkan hasil yang lebih menyeluruh, maka penelitian skala besar direkomendasikan untuk diadakan, serta didukung dengan data kualitatif.
Temuan Penelitian Menilik kembali hasil analisis data kuantitatif yang telah dijelaskan per poin di atas, maka diketahui bahwa penggunaan internet pada pembelajaran Bahasa Indonesia jarak jauh, berdasarkan analisis koefisien korelasi memiliki pengaruh yang sangat kuat dan berdasarkan tabel anova, hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Pemanfaatan internet dilihat dari ketiga dimensi yang dimilikinya, yaitu intensitas penggunaan, jenis layanan, dan fungsi memiliki pengaruh yang kuat pada dimensi-dimensi pembelajaran bahasa yaitu pengajaran kosakata, struktur, tata bahasa, mendengarkan, membaca, berbicara, juga review dan hal-hal teknis. Para pengajar bahasa Indonesia sebagai responden mengaku bahwa dalam pembelajaran jarak jauh yang mereka lakukan, kehadiran koneksi internet sangat membantu ketika proses pembelajaran, juga proses sebelum maupun sesudahnya. Keterampilan-keterampilan berbahasa yaitu penguasaan kosakata, struktur, tata bahasa, mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara, penyampaiannya harus disesuaikan dengan media yang dipakai. Baik itu penyampaian materi yang baru maupun pengulangan. Apabila pengajar menguasai metode dan teknik pembelajaran dengan baik, justru pengajaran dengan menggunakan media internet lebih mudah daripada pelaksanaan kelas konvensional. Contoh yang dapat kita cermati misalnya ketika pengajar tidak menguasai suatu topik atau materi, dia bisa membuka materi tersebut secara online dengan sekali klik ketika proses pengajaran berlangsung. Di Wisma Bahasa sendiri, standart operasional prosedur pelaksanaan kelas e-learning tidak berbeda dengan pelaksanaan kelas konvensional, khususnya untuk murid-murid yang mulai di kelas pemula. Pengajar juga dituntut untuk mempersiapkan media bantu ajar, juga memanfaatkan media papan tulis untuk menjelaskan konsep. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi tersebut akan menyesuaikan dengan kondisi murid itu sendiri dan tergantung pada keterampilan yang mana yang sedang difokuskan oleh pengajar dan pembelajar. Keterampilan-keterampilan yang diajarkan dalam proses pembelajaran yang pertama adalah kosakata. Kosakata diajarkan dengan beberapa metode seperti penggunaan alat bantu ajar, penggunaan kosakata sederhana untuk menjelaskan kata lain, dan juga terjemahan, menurut para pengajar, cara ini jika dilakukan dengan menggunakan media internet mereka tidak mengalami Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
54
kesulitan, walaupun mereka merasa kurang efektif ketika dibandingkan dengan metode kelas konvensional. Struktur diajarkan dengan cara diaplikasikan dalam kalimat dan juga dalam ungkapan dilakukan oleh para pengajar untuk mencapai target pengajaran dan mereka menjelaskan bahwa penggunaan internet kurang efektif jika dibandingkan dengan kelas konvensional. Yang paling sulit dan menantang adalah ketika pengajar harus berfokus pada keterampilan tata bahasa atau gramatikal, karena keterampilan ini sangat sulit diajarkan dengan menggunakan media internet. Sementara untuk keterampilan mendengarkan, berbeda dengan kondisi pada kelas konvensional, karena dari awal murid dibiasakan dengan audio yaitu dengan cara fokus pada mendengarkan penjelasan-penjelasan pengajar, maka pembelajaran keterampilan mendengarkan dengan menggunakan media internet lebih mudah dilakukan. Untuk keterampilan membaca, juga menjadi mudah karena pembelajar selalu dibiasakan dengan teks-teks pendek sedari awal untuk dibaca bersama dengan pengajarnya, dan ketersediaan materi sama dengan standart kelas konvensional, maka keterampilan membaca relatif mudah untuk dilatihkan. Pada keterampilan menulis pengajar mengaku bahwa keterampilan ini paling sulit dilakukan karena dengan menggunakan media internet, fokus pembelajaran bukan menulis, sehingga pemantaban keterampilan tersebut dapat dilakukan oleh pembelajar di luar proses pembelajaran kelas sebagai tugas, dan pengajar dapat mengoreksinya juga di luar kelas. Keterampilan berikutnya adalah berbicara. Karena fokus kelas e-learning sekali lagi adalah audio, maka pengajar dan pembelajar berfokus pada pendengaran. Pengucapan pengajar akan diperhatikan benar oleh pembelajar agar dapat ditirukan dengan baik untuk kemudian dia gunakan dalam diskusi dan tanya-jawab, walaupun kadang-kadang bahasa murid masih digunakan jika mereka belum mampu, namun metode tersebut efektif untuk mengasah keterampilan berbicara murid. Selain ketujuh keterampilan tersebut, hal-hal teknis yang dihadapi oleh para pengajar dapat diatur sebelum dan sesudah kelas juga dengan bantuan-bantuan dari staf-staf lain seperti bidang riset dan pengembangan materi juga pihak staf teknologi informasi untuk memaksimalkan pelaksanaan kelas e-learning atau pembelajaran jarak jauh dengan media internet.
Diskusi Seperti kita ketahui bersama bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner. Data dari pendekatan kuantitatif bersifat kaku dan matematis. Untuk mendapatkan data yang lebih detail dan menyeluruh guna melengkapi penelitian ini dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Selain daripada itu, penelitian yang dilakukan penulis mengambil target populasi para pengajar bahasa Indonesia Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
55
yang menyelenggarakan kelas konvensional dan kelas e-learning. Untuk penelitian berikutnya target sampling dapat dilihat dari sisi pembelajar yang telah mengalami kedua metode pembelajaran, sehingga mereka mampu memberikan data yang relevan terkait topik yang serupa. Penelitian lanjutan tersebut dapat mengambil judul sejauh mana pengaruh penggunaan internet terhadap tingkat efektivitas pencapaian pemahaman Bahasa Indonesia dari sudut pandang pembelajar asing. Penelitian ini hanya berfokus pada penyampaian pengajaran tanpa melihat dari detil esensinya. Akan lebih menarik dan menantang jika pada penelitian berikutnya juga melihat esensi transfer budaya yang dilakukan para pengajar Indonesia kepada para penutur asing. Metode apa yang paling cocok untuk melakukan transfer budaya dengan menggunakan media internet supaya prosesnya terjadi secara efektif dan terhindar dari kesalahpahaman. Yang juga dapat dijadikan bahan diskusi adalah bahwa sejauh ini belum disepakati standart operasional yang berlaku secara nasional tentang tata cara pelaksanaan kelas e-learning. Pembentukan panitia survey atau tim khusus untuk kemudian disusun SOP pelaksanaan kelas elearing merupakan hal yang urgent mengingat semakin berkembangnya bisnis ini di lembagalembaga kursus Bahasa Indonesia. Tindakan taktis akan membantu keberlangsungan dan pengembangan pembelajaran jarak jauh ini.
Penutup Pada masa new media seperti sekarang ini, tidak ada lagi penghalang bagi seseorang untuk belajar. Keinginan seseorang untuk terus mengembangkan keterampilannya difasilitasi oleh kehadiran internet sebagai produk dari teknologi informasi dan komunikasi. Pemanfaatan internet dalam melakukan proses pembelajaran merupakan tindakan konvergensi perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya. Untuk menjaga keberlangsungan dan juga mengembangkan proses pembelajaran jarak jauh ini, semua pihak harus bekerja sama untuk memperbaiki sistem yang sudah ada. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya merupakan panduan bagi pihak-pihak terkait untuk menyempurnakan sistem yang sudah ada. Di masa depan, tentu saja sistem pengajaran akan terus berkembang, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun new media, oleh karena itu kita sebagai pengajar harus terus siap dan terus berusaha menemukan inovasi-inovasi terbaik untuk menghadapi tantangantantangan yang muncul dari sistem pembelajaran bahasa tersebut. Kesulitan dan tantangan pasti terus ada, hal ini muncul untuk dapat kita atasi bersama. Tulisan ini merupakan salah satu informasi Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
56
kecil sebagai masukan yang dapat kita diskusikan bersama dalam mengembangkan pengajaran dan pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media internet.
Daftar Pustaka Alderson, Charles J. (2000). Assesing Reading. Australia: Cambrige University Press Ariesta, Miftriana Susanti. (2009). Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Prestasi Akademik Bagi Mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Ekonomi Angkatan 2007 dan 2008 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Skripsi. UNM Azwar, Rhosyied. dan Bambang, Wijanarko Otok. (2009). Analisa Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media Belajar, Motivasi Belajar dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Structural Equation Modeling. (studi kasus SMAN 1 Probolinggo). Skripsi. Jawa Timur Berger, A.A. (2000). Media and Communication Research Methods An Introduction to Qualitative and Quantitative Approaches. London: Sage Publication Buck, Gary. (2000). Assesing Listening. Australia: Cambrige University Press Damono, Sapardi Djoko (1976). Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dicky.
(2004).
Internet
sebagai
Sarana
Komunikasi
Mahasiswa.
http://www.stietrisakti.ac.id/forum/forum_posts.asp?TID=1. (diakses Sabtu, 28 Desember 2013 jam 17.15) Gulo, W. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit PT Grasindo Kerlinger, M. (1986). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Laudon, Kenneth C and Laudon, Jane Price. (2013). Management Information System: Managing the Digital Firm. England: Pearson Education Limited Luoma, Sari. (2000). Assesing Speaking. Australia: Cambrige University Press Mantra, I.B. (2004). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Purbo, Onno W. dkk (1996). Teknologi Internet untuk Pendidikan dan Dakwah dalam Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Konsep Etika. Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
57
Read, John. (2000). Assesing Vocabulary. Australia: Cambrige University Press Rovai, Alfred P. and Lucking, Robert. (2003). Sense of Community in a Higher Education TelevisionBased Distance Education Program. Retrieved from Journal of Educational Technology Research and Development, Vol. 51 No.2 (2003), pp 5-16 Published by Springer Singarimbun, M. Dan Effendi, S. (1981). Metode Penelitian Survey, edisi Kedua. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan, Universitas Gadjah Mada Sumardi, Muljanto. (1974). Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi. Jakarta: Bulan Bintang Sudiroatmadja, M.H. dan Rahmanto, B. (1982). Bakti Gatra: Bunga Rampai Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: FKSS IKIP Sanata Dharma Tarigan, Henry Guntur. (1998). Metodology Pengajaran Bahasa. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sstra Indonesia Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan. Jakarta: Prenada Media Group Weigle, Sara Cushing. (2000). Assesing Writing. Australia: Cambrige University Press Zhang, Ying. (2012). Expatriate Development for Cross-Cultural Adjustment: Effects of Cultural Distance and Cultural Intelegence. Retrieved from the Journal of Human Resource Development Review 2013 12. DOI: 10.1177/1534484312461637. Published by Sage http://www.the-marketeers.com/archives/Indonesia%20Internet%20Users.html http://www.merdeka.com/teknologi/jumlah-pengguna-internet-indonesia-capai-7119-juta-pada2013.html
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
58
KUISIONER “PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH (E-LEARNING) TERHADAP EFEKTIFITAS PENGAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING” (Studi Kasus pada Pengajar Bahasa Indonesia Wisma Bahasa Yogyakarta 2013)
Petunjuk: 1. 2. 3. 4. 5.
Isilah biodata Anda. Mohon membaca pernyataan dengan baik. Pilihlah jawaban dengan memberi tanda contreng (√) pada kolom yang tersedia. Tidak ada jawaban benar ataupun salah. Jawaban terjaga kerahasiaannya.
Nama Jenis Kelamin Lama Mengajar
: : :
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
1
1.
PENGGUNAAN INTERNET DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH (E-LEARNING)
No.
1. 2. 3. 4. 5.
6.
7. 8. 9. 10.
11.
12.
13.
14.
15.
16. 17. 18.
Pernyataan
Selalu (5)
Sering (4)
KadangKadang (3)
Jarang (2)
Tidak Pernah (1)
Saya menggunakan internet dalam pembelajaran Saya menggunakan internet untuk mencari materi Saya menggunakan internet untuk mengoreksi tugas murid Saya mengakses internet setiap hari Saya menggunakan internet lebih dari lima jam per hari untuk kepentingan pengajaran Saya menggunakan internet lebih dari 3 kali dalam seminggu untuk proses pembelajaran Saya menggunakan email untuk mengirim materi kepada murid Saya menggunakan email untuk mengirim tugas kepada murid Saya menggunakan fasilitas chatting untuk berdiskusi dengan murid Saya menggunakan web sebagai sarana untuk mencari artikel dalam penyusunan materi Saya merasa tidak menguasai materi pembelajaran jika tidak mencari informasi dari internet Saya menggunakan internet telephony sebagai sarana berdiskusi dengan murid Saya menggunakan internet sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan murid Saya merasakan kenyamanan dan kecepatan dalam berkomunikasi melalui internet Saya menggunakan internet sebagai sarana untuk mencari informasi tentang budaya maupun pendidikan Saya menggunakan internet sebagai perpustakaan digital Saya menggunakan internet sebagai pengembang materi pembelajaran Saya menggunakan internet sebagai sumber media untuk mengakses materi pembelajaran elektronik Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
2
19.
20.
Saya menggunakan internet sebagai media pelengkap untuk mengakses materi untuk menambah wawasan dan pengetahuan Saya menggunakan internet untuk media pengiriman tugas ketika murid tidak dapat hadir
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
3
2. INDIKATOR EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Pernyataan
Sangat Efektif (5)
Efektif (4)
RaguRagu (3)
Tidak Efektif (2)
Sangat Tidak Efektif (1)
Pengajaran kosakata Penjelasan benda-benda, gambar, diagram Pengajaran kata baru dengan kata yang sudah diajarkan sebelumnya Pengajaran arti melalui penarikan kesimpulan Pengajaran daftar kata melalui terjemahan Pengajaran kata dengan mencari kata yang mirip Pengajaran struktur kalimat Pengajaran ungkapan Pengajaran aplikasi kalimat Pengajaran gramatika Penghafalan gramatika Pengajaran keterampilanmendengarkan Penggunaan rekaman Pengajaran keterampilan membaca Pengajaran teks-teks pendek Pembelajaran mengarang Penulisan materi pelajaran Pelatihan menerjemahkan Pembelajaran lisan dengan campuran bahasa murid Pelatihan pengucapan Proses Tanya-Jawab Proses Diskusi Proses latihan dan review semua keterampilan Pembiasaan murid untuk berpikir dalam bahasa yang dipelajari Penggunaan kamus Pengajaran yang berurutan Proses persiapan kelas (teknis) Proses penyiapan materi Bimbingan di luar pelaksanaan kelas Pembatasan dan gradasi materi
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
4