Metode Langsung: Cara Praktis Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di Indonesia Anton D. Pratom o Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Abstrak Sistem pengajara n bahas a Indonesia yang efektif dan kom uni katif unt uk orang - orang asing yang akan bekerja di Indonesia atau yang akan tinggal cukup lama di Indonesia menj adi fokus utam a sajian saya berdasa r k a n pengala m a n dan penelitian seder ha na saya. Berbicara bahasa Indonesia tidak hanya menyediaka n infor m asi - infor ma si penting dalam pengguna a n bahasa Indone sia sebagai bahasa dalam perangkat kehidu pa n sosial, tapi juga meny angk u t apa yang sebena r ny a diinginkan si calon pengguna itu untu k mengem b a n gk a n kema m p ua n mereka berko m u ni ka si. Karena itu keber h asilan guru dalam mengaja r bahasa Indone sia kepada orang asing harus meliputi uns ur - unsur lengkap yang dilihat dari segala segi, misalnya dari sudut linguistik, sosiolinguistik dan psikolingui sti k. Selain mengajar kan merek a hal - hal yang mendas a r mengen ai tata bahasa, stru kt u r dan ketera m pi lam berbaha sa, juga diajak untuk terlibat secara langsung pada uns ur - unsur budaya, sehingga mereka akan menyadari juga peran dan asal bahasa dan budaya Indon esia. Umum ny a mereka ingin segera dapat menguasai kema m p u a n merek a berba h as a Indonesi a mengingat keberada an mereka yang tidak terlal u lama di Indonesia, atau dikejar oleh kebut u ha n lingkun ga n kerja mereka. Untuk itu perlu suat u metode yang tepat dan efektif yang dapat digunaka n demi mencapai target yang mereka inginkan.
Berangkat dari banyaknya orang asing yang berkunj ung ke Indonesia dengan berm aca m - macam tujuan, pengajar an bahasa Indonesia bagi penu t u r asing bisa menjadi peluang yang cukup baik untu k menjadi salah satu sum ber penda p a t a n bagi para guru bahas a. Untuk itu perlu suatu tatana n yang baik dalam sistem atau strategi pengajara n nya sehingga lebih efektif , menarik dan praktis. Secara umu m dapat dikem uka ka n bahwa mem pel aj ari bahasa yang baru akan berhasil dan lebih muda h apabila kita berada di negara di man a bahasa itu digun akan sebagai bahasa perta m a. Dengan sendi rinya kita akan term otiv asi unt uk segera mem pelajarinya unt uk kepen tinga n pribadi pada awalnya dan mungkin dipacu unt uk segera meng u as ai nya karena kebut u h a n bekerj a atau belajar di negara yang kita kunjun gi. Selain itu kita juga dapat secara langsung mem pelajari 1
budaya dan tata cara kehidup an mereka. Dengan keberad aa n kita di negara itu kita akan dengan mudah mengat ur sendiri langkah langkah yang tepat agar pemb elajara n bahasa baru ini dapat cepat terku as ai. Melihat situasi di Indonesia, orang - orang asing yang datang ke Indonesia berasal dari Asia, Australia, Eropa dan Amerika. Mereka yang berasal dari Eropa atau Amerika umu m nya sering kurang ter motivasi unt uk mem pel aj ari bahasa Indonesia cepat - cepat, karena merasa dengan menggunak a n bahasa Inggris mereka suda h dapat berko m u n ika si sederh a n a dengan setiap orang dan umu m nya lama tinggal merek a relatif singkat. Tetapi bagi orang Korea, Taiwan atau Jepang bahasa Indonesia menjad i hal yang sangat penting unt uk dipelajari sebelu m mereka ke Indonesia, karena um um nya kepen tinga n mereka ber maca m - macam, misalnya bisnis, belajar atau meng ajar dan um um n y a kema m p u a n bahasa Inggris mereka tidak begitu baik. Dilihat dari tujuan kunj u ng an mereka yang berasal dari negara negara Asia, um u m n y a mereka ingin mem pelajari bahasa Indonesia dalam rangka tugas belajar, penelitian atau bekerja. Bagi mereka yang datan g hanya sebagai turis, umu m nya tidak terpacu untuk mem p elaj ari bah as a Indonesia cepat - cepat, karena kunju nga n mereka cukup singkat. Tulisan ini lebih mem fok us ka n pada penut u r asing yang mem ang ber mi n at belajar bahasa Indo nesia karena kebut u ha n bekerja, belajar atau menda m pi ngi suami yang melaksan ak a n kont ra k kerja yang cuku p lama. Mereka mem erl uka n waktu yang cukup singkat untu k segera dapat berbicara bahas a Indonesi a, sebab mereka har us segera dapat berkom u ni k a si dengan para tem an sekerjanya atau kepenti nga n untu k mam p u mem berik a n infor m asi ilmu atau pun keteram p ila n khu su s yang harus segera disam p ai ka n kepada orang orang Indonesia yang mem b u t u h ka n, misal nya mereka yang berp rofesi guru atau instruk t u r, demikian juga unt uk para istriistrinya, mereka perlu unt uk mam p u berint er aksi dengan tetangganya atau pem ba nt u - pemb a nt u nya. Selain kebu t u ha n bahasany a, perlu diperkenalka n kepada merek a budaya setem pat secara global agar mereka tidak canggung dalam bergaul atau melakukan hal - hal yang mungki n bertent a ngan dengan adat istiadat setem p at. Dengan mengenal tata cara kehidupa n setem p a t merek a juga akan menjadi lebih percaya diri. Penulis dalam kesem p at a n presen t a si ini lebih banyak melihat dari materi - materi yang perna h disajikan sebagai bahan pengajara n bahasa Indo nesia untuk penut u r asing. Dari bahan - bahan tersebut dan didu ku n g dengan pengalam a n pribadi menj adi guru bahasa, khus u s n y a pengala m a n mengaj ar bahasa Indonesia kepada penut u r asing, penulis mencoba menganali si s sejauh mana buku - buku tersebu t sud ah cukup efektif dan praktis mencapai keberha silan belajar bahasa target. Dengan melihat latar belakang situasi tersebut kiranya dapat ditelaah apa yang menj adi kepen ti ngan kita dalam mengajar kan bahasa Indonesia bagi penu t ur asing. Pengajar an bahasa Indonesi a yang prak ti s dan efektif menu nt u t pendekat a n, metode dan teknik 2
yang tepat agar pengaj ar a n bahasa target tersebu t menca pai tujua n yang dihara p ka n pembel ajar dengan cepat dan efisien. Pengajara n bahasa Indonesia bagi penut u r asing di Indonesia tent u berbeda deng an pengaj ar an bahasa Indonesia di negara lain di luar Indonesia, misalnya di Australia. Di Australia bahasa Indonesia yang diajarkan punya tujua n dan target tertent u bagi para siswa / m a h a s i swa. Sebagai negara tetangga tent unya pemeri nt a h Australia mem pe r hi t u ngka n warganya unt uk kem ungkina n keberada an mereka di negara - negara tetangga terdeka t. Sistem pengajara n nya tent u lebih bersifat klasikal dan pengeta hu a n yang lebih cenderu n g pada cognitive approach . Lain halnya yang terjadi di Indonesia. Para penut u r asing yang ingin belajar bahas a Indonesi a langsu ng mengha da p i penut u r asli bahasa Indonesi a dan mengala mi sendi ri budaya dan adat istiadat bangsa Indonesi a. Hal ini tent u lebih banyak memb erik an kem uda h a n dalam mempelajari bahasa Indonesia dan meningk at k a n kelancar an mereka berbicara bahasa Indonesia. Yang dibu t uh ka n adalah motivasi dan bagaim ana mereka merencan aka n sen di ri langkah demi langkah kemaj ua n yang mereka target ka n. Mereka tidak hanya sekedar belajar, tapi lebih bagaim ana mem p elaj arinya. Kegiatan di luar kelas lebih ditekanka n daripada kegiatan yang dialami bersa m a guru di kelas. Pembelajaran di kelas lebih merup aka n evaluasi dan tanya jawab serta interaksi melur us k an kesalaha n - kesalahan yang dihadapi nya atau menyelesaikan perm as ala ha n dan mencari jalan keluar. Berangkat dari kebut u ha n merek a ( needs analysis )langkah - langkah kongkrit akan menjadi ka n pengajara n efektif dan praktis. Seorang guru dalam mengha da pi siswa cender un g unt u k menya m p aik a n bahan pengajar an sesuai dengan buku pegangan, dan biasanya bahan - bahan yang dihadapi kurang kontekst u al atau situasion al. Inilah yang bisa menyebabka n kebosana n bagi siswa. Apabila pengajara n bahas a Indonesi a bagi penu t ur asing ini dikelola oleh suat u lembaga sekolah tertent u, henda k nya sekolah itu mam p u selalu mema nt a u, sekaligus melakuka n pengawasa n atas target yang ingin dicapai pembelaj ar nya dan terus meneru s mem berika n motivasi ekster nal agar tetap disiplin melak san a k an jadwal pembelajara n n ya. Kebanyaka n kurs us - kursus bahasa terlalu menekank an pada ketera m pila n kognitif, sehingga yang merek a pelajari adalah aturan - atur an berbahas a dengan tata bahasa dan kosa kata yang tidak sesuai dengan kebut uh a n, dan kura ng dilatih berko m u n ika si bebas. Situasi ini adalah hal yang sangat biasa, karena pengaru h yang cukup mendas a r bagi pengajar an bahasa yang ditanam k a n oleh Noam Choms ky sebagai linguis pada awal - awal perkem b ang an pengaj ara n bahasa. Meskip un Chom sky mengat aka n bahwa pem belajar an bahasa tidak pernah menggun aka n metodologi , tetapi gagasannya yang meny at ak an bahwa bahasa bukanlah seperangkat kebiasaa n – yang penting adalah bahwa pem belajar mengi nte r nali sasikan aturan sehingga akan mem u n gki nka n terjadi nya perfor m a ns i kreatif - telah banyak mem berikan gagasan bagi berbagai teknik dan metode pengajara n. ( Pengajara n Bahasa Komu nikatif , Furqanul Azies dan Chaedar Alwasilah :1996:22 ) Pandangan ini berpe ngar u h begitu besar, 3
bahka n menjadi titik tolak keberang kat an para pengajar bahasa asing pada um um n ya. Pada kenyat aan nya para pengajar bahas a hanya menon jolka n unsu r kom pet e nsi saja, dan kurang menonj ol kan unsur perfor m a n si kreatif. Dalam pengajar an bahasa unt uk orang dewasa unsur acquisition dan learning haru s beri mbang. Karena itu tidak ada alasan unt uk tidak mem pe rlak uk a n pem belajar dewasa seperti anak kecil ( like a child bukan childish ) untu k unsur pemer olehan bahas a pert am a pada anak kecil dan pemer oleha n bahas a yang dilakuka n secara sadar pada orang dewasa pada latar formal. Demikian penda p a t Krashen.
4
Unsur lain yang perlu dipertim ba ngka n yaitu para penut ur asli bahasa Inggris sering mengalami syndrome . Almost all native English speakers suffer from the “ I- can’t- learn - a- foreign - language” syndro me . ( Language Acquisition Made Practical, Thomas & Elizabet h Brewster 1976:5) Hal ini dapat dimengerti karena mereka menganggap bahas a Inggris mer upa ka n alat kom unikasi mendu ni a, artinya dapat digunaka n di mana pun mereka berada. Maka mereka tak perlu belajar bahasa asing lainnya. Karena tuj uan utam a pembelaj ar a n bahasa yang kita bicarakan ini pada kema m p u a n berbicara ( speaking skill ) maka yang harus lebih ditonjolk an yaitu , bukan pad a cognitive skills- nya tapi pada perfor ma nce skills- nya. Belajar bahasa unt uk tujua n berbicar a sama dengan belajar berm ain basket, bukan belajar sejarah perm ai na n basket. Ketra m pilan perfor m a n si dipelajari dengan praktik terus meneru s dan mengguna ka n ny a secara disiplin dan konsist en. Dengan kata lain, pem belajar harus menggu nak an bahas a itu, bukan hanya mem p elaj arinya. Belajar bahasa harus dalam suasan a yang menyen a ng ka n dan alamiah ( comfort able and natural ). Karena itu har us dirasak an sebagai ber main dan sant ai. Untuk itu perlu waktu yang cocok, bukan di antara kesibukan - kesibukan yang meneka n hidu p. Bagaimanaka h seorang anak kecil mulai belajar bicara atau mulai belajar bahas a yang baru? Guru tidak mulai dengan menyajikan bahan - bahan yang harus dihafal. Demikian juga pengajar an bahas a untu k orang dewasa pada prinsi pnya sam a. Perlakukanl ah mereka seperti anak ( child- like ), tapi bukan berar ti diperlakuka n kekanak kanaka n ( childish ). Dengan kedewasaa n ny a mereka sudah memiliki tanggun g jawab khus us sesuai dengan profesi nya. Motivasi yang dimilikinya adalah karena kebu t u ha n sesuai dengan keberada a n dan profesi nya. Kendala yang dihada pi guru biasanya bagai man a mem p e rlak u k a n si pembelajar yang mungkin di masyar akat memiliki stat us yang cuk up tinggi, sehingga ada rasa sungka n dalam mem p e rlak u k a n siste m tadi. Pembelajar harus menyadari bahwa merek a sedang dalam kondisi belajar, sehingga mereka harus mam p u mem be da k a n status dirinya, sehingga guru lebih leluasa mem p e rlak u k a n mereka sesu ai dengan progra m dan teknik yang akan diterap k a n n y a. Perbedaan bangsa, bud aya, adat - istiadat dan perasaa n antara pengajar dan pembelajar juga sering mem pe ngar u hi suasa na dan proses belajar mengaj ar. Bagaimana mem ul ai belajar? Tho mas dan Elizabet h Brewster dalam buku nya “Language Acquisition Made Practical” ada empat putara n kegiatan yang selalu harus terjadi dalam proses belajar meng ajar, yaitu prepare - practice- comm u nicate - evaluate . Ini mer u p ak a n perpu t a r a n belajar setiap hari. ( The Daily Learning Cycle ) (1976:10.) Dengan menggu nak a n cara ini fokus proses belajar meng ajar lebih pad a pembelaj ar sen di ri, sebab pengajar benar - benar hanyalah sebagai fasilitator dan motivat or. Kegiatan lebih banyak disera h k a n sepen uh ny a kepada pembelaj ar dibant u penda m pi ng (helper ) yang penjadwalan sert a biayanya disera hka n sepenuh ny a oleh pembelaj ar sendiri. Teknisnya kira- kira adalah sebagai berikut : 5
Langkah perta m a, pem belaj ar bertat ap muka dengan pengaj ar untuk menent u k a n wakt u dan materi yang akan dipelajari sesuai dengan kebut u h an pem belajar. Bisa ditent u k a n dua kali semi nggu, dan selanju t ny a pem belajar akan berte m u dengan penda m pi ng (helper ) yang sudah ditent u ka n lebih dahul u unt uk proses latihan berbicara. Helper dap at lebih dari satu orang dan harus dipilih sesuai dengan persyar at a n yang diharap ka n oleh pembelaj ar. Persyarat a n sebagai helper yaitu jujur dan terbuka, artinya secara profesional mau mem ban t u si pem belajar maju dalam proses belajar dan tidak segan segan unt uk mem bet ul k a n bila ada kesalahan dalam berbicara. Dia har us menjad i pasan ga n yang bukan berper an sebagai guru, tapi partner kerja. Seorang helper har us mam pu mem anci ng si pembelajar untuk berbicara dan aktif berinterak si. Alangkah baiknya apabila helper terseb u t dapat berbicara sedikit bahas a ibu si penut u r asing tersebu t. Hal yang haru s diperhati k an apabila mengguna k a n sistem helper yaitu dalam mene nt u k a n hono r. Hendak nya diatu r agar masi ng - masing merasa enak, teruta m a dalam menj adwal ka n perte m u a n. Jangan sam pai saling menun gg u. Sebab ini akan mem pe nga r u hi proses belajar mengajar. Unsur budaya dan adat istiadat Indonesia akan banyak dipelajari dari para helpers dan terjun sendiri langsung ke kam pu ng kam p un g atau masyar ak at umu m tingkat bawah. Mengapa golongan tingkat bawah? Karena mereka dipaksa menggunak a n bahasa Indonesia dan bud aya daerah dan adat istiada t lebih tercer m in pada golongan tingkat bawah. Hal - hal lain yang juga akan memb a nt u agar pembelaj ara n lebih efektif yaitu siswa hen daknya mem per sia pk a n beberapa perlengka pa n belajar, misalnya buk u catatan kecil (pocket note- book ) dan kertas buram dengan pensil yang selalu har us dibawa ke mana pun mereka pergi. Kertas terseb u t dipo tong - potong segi empa t ukura n kart u pos. Setiap kali pergi cukup dibawa 3 sam pai 5 lembar. Kartu - kart u ini diperg un ak a n unt uk mencat at segala hal yang muncul secar a spont an saat terjadi kom u nik a si dengan para helpers atau pun dengan pend u d u k setem pa t. Simpan kart u - kartu tersebut dalam sebuah kotak. Apabila bertem u dengan guru masalah - masalah yang munc ul tersebu t dapat dijadikan bahan diskusi atau setelah tiba di ruma h catatan - catata n dalam kart u itu dapat disus u n kembali di buku catatan khus u s yang telah disiapkan. Alangkah baiknya bila mereka memiliki tape - record er kecil unt u k mereka m segala pem bicaraa n yang terjadi, sehingga rekam a n terseb ut dapat didengar ka n kem bali, dipelajari dan dilatih sendiri setiba di rum ah. Dengan mendengar ka n kemb ali kesalah a n - kesalah an berbah as a yang terjadi dapat segera diperbai ki sen diri. The Daily Learning Circle yang diusulkan Thomas dan Elizabet h Brewster dapat dilaksa naka n sebagai berikut : 1. Prepare what you need for the day : Perta ma - tam a dapat ka n frasa - frasa yang ingin dipelajari hari itu. Cek pada helpers bagai ma na ucapan nya dan apakah itu berguna. Kalau suda h yakin tuliskan frasa - frasa tersebu t, paha mi artinya secara 6
um um , catat dan klasifikasika n sesuai kebut u h a n unt u k meresp o n kesem p a t a n - kesem pa t a n dalam menangg ulan gi perm as ala ha n yang muncul. Rekam sendiri pesan - pesan tersebu t unt uk persiapa n praktik pada langkah selanj u t n ya. 2. Practice what you prepar ed : pada langkah ini mereka akan terlibat pad a kegiatan listening – mimicry – production . Sebelum mende nga rk an rekam an yang telah disiap kan, konsul ta si k an dahul u dengan helper apakah sudah betul pengucap a n ny a dan mungkin dapat diperbaiki atau dikem b a ngka n ( whole text listening drill ). Buatlah waktu jeda untuk melaku k a n peniru an (mi mic each sentence during the pause ) Untuk kegiatan latihan production kemb alikan rekam an pada kaset tersebut dan ulang apa yang haru s diresp on (sentence production drill) dan dilanj ut k an dengan simultaneous production drill. Demikianlah merek a telah melakuk a n pro sed u r pem belajara n sebagai langkah dasar untuk menuj u langkah berikut nya. 3. Communicate what you know : pada langkah ke tiga mereka har us segera mengadak a n kom uni kasi dengan orang - orang yang ada disekelilingnya. Biarkan mereka mencari orang sendi ri unt u k diajak berko m u ni k asi. Setiap orang yang merek a lihat dan tem ui merup a ka n individu yang bisa diajak berkom u nika si. 4. Evaluate what you’ve done : pada langkah ke empat ini merek a meluangka n waktu sekitar 30 sam p ai 40 menit unt uk mem b u at evaluasi dari hasil kegiatan sepanj an g hari itu. Perta ma - tam a mereka melihat pada metode urut an tersebu t dan di mana letak kekuata n, kelem ah a n, reaksi dan sikap nya dengan mem pe r ha ti k a n segi efisiensiny a. Buatlah catat an catatan dan klasifikasikan berdasa r ka n kesem p at a n dan masalah. Rencan aka n untuk hari berikut n ya. Berdasar k a n data dan observ asi kebut uh a n susun l ah bahan yang baru untuk hari berikut ny a. Untuk lebih mem per k ua t konsep sistem pem belajar an ini marilah kita tinjau bebera p a teori dasar pem belajar an bahas a. Pembelajara n bahasa tidak bisa lepas dari pengajara n bahasa. Di dalam pengajara n bahas a dikenal adanya pro ses pend ek at a n unt uk menen t u ka n met ode yang dises uaik a n dengan situ asi dan kondisi pem belajar sebel u m menent uk a n teknik mengajar yang sesu ai. Memang ada penda pa t mana yang lebih dahul u, approach atau method . Metode merupa ka n perencanaa n keselur u h a n unt uk penyajian materi secara terat ur. “Method is an overall plan for the orderly presen t at io n of languag e material” (J. Richards & T.S. Rodgers : 1986 : 15) Suatu pende k at a n mer upa k a n satu perang kat asum si yang saling berkaitan yang berhub u nga n dengan pengajar an dan pem belajar an bahasa, sedan gk an teknik mer upa ka n implemen t a si ny a. Pendekat an bersifat axioma tic sedangk a n metode bersifat prosed u r al dan teknik harus kon si sten dengan metode. Karen a itu harus punya hubu nga n yang harm o ni s dengan pendekat a n nya. (Antho ny 1963:63 7
7 dalam J. Richard s and T. .Rogers,1986:15) Dari tiga hal yang saling berkait an itu approach menjadi awalnya dengan mem per ti m ba ngk an tiga su du t pandang sebagai titik keberan gk at a n yaitu : Structural view – functional view – interaction al view. Ketiga sudut panda ng tersebu t mem o tivasi pemilihan suat u meto de khus us pengajar an. Para penyu su n buk u ajar berbasis pada ketiga hal tersebut. Ada yang lebih meneka nk a n pada bidang stru kt u r, ada yang lebih kepada fungsi atau interaksi. Metode langsun g yang sering disebut sebagai Direct Method sebena r ny a lahir dari met ode alamiah ( Natural Method ) yaitu suat u pem belajar an bahasa yang dialami anak - anak kecil ketika mem ul ai belajar berbaha sa. Metode langsu ng diarahka n kepada keber hasilan pada bahasa target dengan mengenal kosakat a dan kalimat - kalimat sehari - hari, menggu n aka n kom u nika si lisan dan tata bahasa diajarkan secara induktif. Hal - hal baru diperken al ka n secara lisan dengan melalui peragaa n, barang - barang nyata, gambar - gambar, sedangkan kosa kata yang bersifat abstra k diper kenal ka n melalui asosiasi ide. Berbicara dan men dengar ka n diajar ka n sekaligus dengan meneka nk an pada ketep at an ucapa n dan tata bahas a ( J.C. Richards, 1986:9 - 10 ) Maka pen deka t a n yang paling tepat unt uk metode ini yaitu melalui pen dekat an kom un ik atif. Ada 22 unsur yang harus diperh ati k an dalam pendeka ta n ini yang pada intinya meneka nk a n pada keberm a k na a n dan kontekst ual yang berpus at pada fungsi kom uni katif. Hakekat kom u ni ka si pada dasar ny a adalah keinginan unt uk meng at ak a n sesuat u unt uk tujuan komu ni k asi dan memilih kode dan bahasa yang dimiliki.( Pengajaran Bahasa Komunikatif, Furquar al Azies dan A Chaed ar Alwasilah 1996:8). Buku- buku ajar banyak menjaj agi dengan mem ulai pem bu ka a n percaka pa n, salam, hal - hal yang bersifat rutin, serem o nial dan dilaksa naka n dengan cara hapalan. Materi yang diajarkan masih perl u pengolahan berdas ar ka n kesesu ai an kom un ikasi deng an mem pe r h a t ika n latar, partisipan, tuj uan, salur an dan topik. ( F.Azies dan C. Alwasilah 1996: 13). Dengan pend ek at a n kom u ni ka tif kom pe te nsi komu ni ka tif menjadi sasaran utam a. Karena itu peran pem belajar harus lebih menonjol darip ad a peran pengajar. Pengajar hanya berpera n sebagai fasilitator. Fungsi instr u m e n t al, interaksi o nal, personal heuris tik dan represen t a sion al sangat menonj ol. Halliday menjabar ka n fungsi fungsi terseb u t dalam tiga fungsi yaitu fungsi interper so nal, ideasio nal dan tekst ual. Kompeten si kom uni katif tidak bisa lepas dari perm as ala ha n yang menyangku t bidang psikofisiologi dan sosiolingui stik. Bacman (1990) dalam F. Azies dan C. Alwasilah meng at ak a n “ Kemam p ua n bahasa komu ni katif terdiri dari kom pet en si bahasa, kom pet e n si strategis dan mekanis m e psikofisiologis. Kompete nsi pragm at ik terdiri dari kom pe te n si sosiolinguisti s dan ilokusioner ….. “. Karena fokus pem bicar aa n kita adalah pengaj ar an berbicar a, maka yang kita amati adalah bagaima na terjadinya interaksi lisan pada si pemb elaj ar bahas a. Bygate (1987) dalam Furqan ul Azies & 8
A.Chaedar Alwasilah mengat aka n bahwa interaksi lisan dapat ditandai dengan rutinitas. Rutinitas yang bersifat interaksi ini bisa berupa layanan atau sosial. Ciri lain interaksi lisan ini adalah partisipan secara terus mener u s menegosiasikan makna, dan secara umu m terus meng at u r interak si dalam hal siapa harus mengat aka n apa, kepada siapa, kapan, dan tent ang apa. ( 1996 : 92 ). Karena itu sifatnya adalah infor m atif, sehingga inform a si yang disa m p ai ka n bersifat ekspositori atau evaluatif. Gagasan ini dapat dijabark a n dalam bagan berikut ini : (Furqan ul, 1996:93)
Eksposit ori:
kom par asi
deskri psi,
instruk si,
Rut. inform a si Evaluatif:
keput us a n Rutinitas
eksplanasi,
justifikasi,
Layanan: interview pekerj aa n
Rut. interaksi Sosial: pest a makan mala m Negosiasi Makna Negosiasi Manajem en interaksi
Ada beberap a sum be r bahan buku ajar bahasa Indonesia unt uk penu t ur asing yang beredar di pasar an di Indonesi a. “The Easy Way to Master the Indonesian Language” oleh A.M. Almat sier. Buku ini diterbit k an pertam a kali pada tahun 1991. Penerbitan terakhi r yang mer u p ak a n pener bita n ke enam yaitu pad a tahun 1999. “ How to Mater the Indonesian Language” oleh pengar ang yang sam a diterbit k an pertam a kali pada tahun `1 96 7 dan pada tahun 1999 mer u p ak a n penerbita n yang ke 18. Melihat penerbit an nya yang cukup sering, buku ini tam paknya cukup suk ses sebagai referensi para 9
penu t ur asing dalam mem pelaja ri bahasa Indonesia. Buku yang diseb u t k a n ke dua ini lebih terfoku s pada gra m m at ical skill sedangka n pada buku yang diterbitkan kem udi an lebih menj ur us pada functional skill. “ Colloquial Indonesian A Complete Language Course “ oleh Sutant o Atmosu m a r t o diterbit ka n pert am a kali pada tahu n 1994 yang dilengkapi dengan kaset unt uk listening skill. Topik- topik dalam buku ini lebih bersifat konteks t u al, situasi di Indonesia yang berkena an dengan kebut u h a n sehari - hari para wisatawan asing dalam menikm a ti kehidu pa n di Indonesi a. “ Spoken Indonesian: A Course in Indonesia’s National Language “ ditulis oleh Dr. Edmund A. Anderso n. Pertam a kali diterbitkan pada tahun 1976. Revisi perta m a dilaku kan pada tahu n 1985 dan revisi kedu a pada tahun 1993. Pada tahu n 1996 diterbitk an oleh Grasindo sebagai Grasindo Edition. PURI Indonesian Language Plus menyus u n bebera pa seri buku pengajara n bahasa Indon esia untuk penut ur asing dengan judul BAHASAKU yang terdiri atas Buku 1,2 dan 3 dan Bahasaku Afiksasi . Buku ini tidak dicetak unt uk umu m tapi khusu s digunakan oleh peser ta kurs us tertent u di Jogyakart a. Siswa - siswanya antara lain adalah dari Jepang yang akan bekerja di Indonesi a sebagai Junior Expert . Dr. Edmu nd A. Anderso n menyus u n bukunya berdas ar ka n The Daily Learning Circle dari E. Thom as Brewster, Ph.D dan Elizabet h S. Brewster, Ph.D. Buku ini menyajika n bahan - bahan nya dalam tiga tahap, yaitu Term I dengan judul “Learn How to Fit in”. Target waktu penyelesai an nya tiga bulan atau 270 jam. Bulan perta m a “Get Started Right” . Bulan ke dua “Adapt Different Social Situations” Bulan ke tiga “Put Emotio ns into Words”. Masing- masi ng terdiri atas 20 pelajar an. Term II “Learn to Use Resources”. Target waktu penyelesaian nya tiga bulan atau 150 jam. Bulan perta m a “Become Literate”. Bulan kedua “Use the Literate”. Bulan ke tiga “Use the Mass Media”. Masing- masing terdiri atas 20 pelajaran. Term III “Learn to Make Sense’. Target penyelesai an nya tiga bulan atau 180 jam. Bulan perta m a “Explore What People Know”. Bulan ke dua “Explore What People Believe”. Bulan ke tiga “Explore How People Make Decisions”. Masing - masing juga terdiri atas 20 pelajaran. Maka keselur u ha n kursus terdiri atas 180 pelajara n dengan target penyelesaiaan nya selam a 9 bulan atau 600 jam. Apabila dilak sanak an secara terat ur, disiplin dan ter monit or, hasilnya akan jelas. Buku ini tent u sangat efektif bagi mereka yang benar - benar akan menggu naka n bahasa Indonesia unt uk kom u nika si langsu ng dengan orang - orang Indo nesi a yang tidak mam p u berbahas a Inggris sama sekali, dengan tujuan misalnya mengajar atau menja di instruk t u r khu su s bidang teknis yang pesert a nya um um ny a tidak mem aha m i dan tidak mam pu berkom u ni k a si dalam bahasa Inggris. Demikian penyajian makalah ini hanya ingin mem buk a wawasan baru yang bisa menjadi perti m b anga n bagi para pengajar bahasa Indonesia untuk penut u r asing dalam memilih pendekat a n, meto dologi dan teknik. Tent u perlu suat u penelitian khusu s, eksperim e n dan evaluasi yang cukup intensif untuk bisa mengkaji gagasan ini agar menja di lebih sem pu r n a dan aplikatif. Sebagai kesim p ula n dari makalah ini adalah sebagai berikut :
10
1. Pengajara n bahasa Indonesia bagi penut u r asing sangat terkait dengan keb ut u h a n nya. 2. Latar belakang pem belajar perlu dicerm at i unt uk menget ah ui motivasinya. 3. Peran guru hanyalah sebagai fasilitator yang lebih bert ugas mem an t a u perkem ba n g an dan kemajua n belajar siswa didik. 4. Perkenala n abjad, bunyi dan lafal merupa ka n prioritas pert am a sebelu m proses belajar mengajar berlanj ut lebih jauh. 5. Pembelajara n terus meneru s di luar kelas, dibant u oleh helpers mer upa ka n syarat yang harus dipenu hi oleh pem belajar. 6. The Daily Learning Circle mer up a ka n cara yang prakti s dan efektif unt uk pembelajara n bahasa Indonesi a di Indone sia. Septem ber,200 1
Bandung,8
11
Daftar Pustaka
Anderson, Edmun d A., Spoken Indonesian, A Course in Indonesia’s National Langua ge Grasin do,1 996 Almat sier, A.M., The Easy Way to Master the Indonesian Language, Penerbit Djambat an, 1999 Azies
Furqanul, Alwasilah A Chaedar, Komu nikatif, Teori dan Praktik , Pt. Bandu n g,1996
Almat sier, A.M., How Djam bat a n,19 99
to
Master
Indonesian
Pengaja ran Bahasa Remaja Rosdaka rya Language,
Penerbit
Atmos u m a r t o Sutant o, Colloquial Indonesian A Complete Languag e Course , London,19 94 Alan Matthews, Mary Spratt, Les Dangerfield, At the Chalk Life, Nelson,1985. Brewster, E. Thom as, Brewster, Elizabet h S., Language Acquisition Made Practical , Printed in the U.S. of America,1976 Chadro n Craig, Second Language Classroo m s, Research on Teaching and Learning, Cambri dge University Press,1988 Nunan David, Lamb Clarice, The Self – Directed Teacher, Managing the learni ng Process, Cambridge University Press,1996 Marton Waldema r, Methods in English Language Teaching, Prentice Hall Intern atio nal, 1988 Prato m o, Anton ,Penerapan Strategi Komu nikatif Dalam Pengajara n Bahasa Indonesia , (Thesis) 1995 Puri, Indonesian Langua ge Plus, tanpa tahun. Richards Jack C and Rodgers Thodor e S., Approaches and Methods in Langua ge Teaching , Cambridge University Press,1986. Stern, H.H., Funda me nt al Concepts of Language Teaching , Oxford University Press, 1984
12
13
Biodata Saya dilahirk an di Jogyakart a pada tanggal 25Juli 1944. Setelah menyelesaika n SLTA di Bandu ng, saya melanj ut k an pendidi ka n saya di IKIP Sanata Dhar m a, dan menyelesaikan kesarj anaa n saya di bidang pendi dik an bahasa Inggris di IKIP Bandu ng pada tahun 1977. Pada tahu n 1995 saya menyelesaika n pendidi ka n S2 di UPI Bandung pada bidang pengajara n Bahasa Indonesia. Dari tahu n 1974 sam pai dengan 1979 saya mengajar bahas a Inggris di SMU St.Angela Bandung , kemu di an pinda h ke Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung sejak tahun 1979 hingga sekaran g dengan profesi yang sama.
14
15