Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERMACAMMACAM BENTUK TULANG DAUN DI SEKOLAH DASAR Oleh: Rusdiyana1 Dosen FKIP Universitas Achmad Yani Banjarmasin1 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap pemahaman konsep macammacam bentuk tulang daun di Sekolah Dasar. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experiment), dengan desain posttest control group design. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Variabel terikat adalah pemahaman siswa pada tingkat kemampuan mengklasifikasi. Variabel kontrol terdiri dari kemampuan awal siswa dan materi pembelajaran yang sama untuk semua kelompok. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sungai Besar 2 dan siswa kelas IV SDN Sungai Besar 8. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji t menggunakan bantuan SPSS-16 for windows. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan rata-rata kemampuan siswa mengklasifikasi dan uji t digunakan untuk melihat signifikansi perbedaan antara pembelajaran koopertif tipe GI dengan pembelajaran kelas kontrol dengan taraf signifikansinya ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan p=0,034<0,05 antara rata-rata nilai postes pada kelas eksperimen dengan rata-rata nilai postes pada kelas kontrol. Rata-rata nilai kelas eksperimen 80,70 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol 72,02, sehingga disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih efektif terhadap pemahaman siswa di SD dibandingkan dengan pembelajaran individual. Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation, Pemahaman Konsep PENDAHULUAN Permendiknas No.22 tahun 2006 pada latar belakang dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. 12
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
Selanjutnya menurut Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang SKL IPA SD/MI pembelajaran IPA dianjurkan agar siswa melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis. Pembelajaran IPA dianjurkan agar siswa melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis. Proses pembelajaran yang diharapkan permendiknas ini merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center).
Dan tujuan akhir dari proses pembelajaran
diharapkan penguasaan konsep melalui pengalaman langsung yang dialami oleh siswa dalam proses penemuan konsep tersebut. Dalam kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 mengharuskan
siswa dapat
mencapai level pemahaman terhadap pengetahuan konseptual. Pada materi IPA kelas IV SD pada konsep macam-macam bentuk tulang daun, sebagian besar siswa tidak mampu memahami konsep macam-macam bentuk tulang daun. Siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar komputer (Anderson & Krathwohl, 2010). Dalam materi konsep macammacam bentuk tulang daun di Sekolah Dasar (SD), diharapkan siswa mampu memahami dalam kategori dan proses kognitif mengklasifikasikan , yaitu siswa mampu mengelompokkan beberapa daun berdasarkan bentuk tulang daunnya. Kesulitan siswa mengelompokkan beberapa daun berdasarkan bentuk tulang daunnya disebabkan oleh siswa yang mengkaji secara sendiri-sendiri tanpa dilakukan secara kooperatif (berkelompok) sehingga kurang melakukan kerjasama dalam menyelesaikan tugas. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dan melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) adalah menerapkan pembelajaran inovatif yang berlandaskan paradigma konstruktivistik, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe model Group Investigation (GI). Group Investigation merupakan
salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia,
13
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran (Kiranawati, 2007) Berdasarkan latar belakang adalah:
di atas maka permasalahan dalam penelitian ini
Bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation terhadap pemahaman konsep macam-macam bentuk tulang daun di Sekolah Dasar.
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experiment), dengan disain beberapa pretes dan posttest control group design. Format desain penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Pretest-Posttest Control Group Design Kelompok
Pretes
Variabel
Postes
Eksperimen I
0
X1
P
Kontrol I Eksperimen II
0 0
X2
P P
Kontrol II
0
-
P
Keterangan : O
: pretes kelompok eksperimen I, II, dan control I dan II
P
: postes kelompok eksperimen I, II, dan control I dan II
X1
: pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI
X2
: pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu pembelajaran kooperatif tipe GI pada pembelajaran di kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Variabel terikat adalah pemahaman siswa
14
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
pada tingkat kemampuan mengklasifikasi. Variabel kontrol terdiri dari kemampuan awal siswa dan materi pembelajaran yang sama untuk semua kelompok.
Rencana populasi Penelitian adalah semua siswa kelas V SDN Banjarbaru. Sampel penelitian adalah siswa kelas IVA dan IVB SDN Sungai Besar 2 dan siswa kelas IVA dan IVB SDN Sungai Besar 8. Sampel penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Sampel penelitian Kelompok
Jumlah Sampel Siswa kelas IV di SD
Eksperimen I
31 siswa
Perlakuan Menggunakan
Sungai Besar 2
Kontrol I
27 siswa
Sungai Besar 2
Eksperimen II
28 siswa
Sungai Besar 8
Kontrol II
26 siswa
Sungai Besar 8
pembelajaran kooperatif Penugasan individual tipe GI Menggunakan pembelajaran kooperatif tipe GI Penugasan individual
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pemberian tes tertulis untuk mengetahui
pemahaman
siswa
dan
observasi
untuk
mengetahui
aktivitas
menglasifikasi dalam proses pembelajaran. Tes dilaksanakan dua kali yaitu tes awal (pretest) yang dilakukan sebelum siswa diberi perlakuan, dan tes akhir (posttest) yang dilakukan setelah perlakuan. Lembar Penilaian mengklasifikasi dilakukan oleh 2 orang observer di kelas tersebut dengan cara mengamati dan mencatat pada pedoman observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif, sehingga dalam pelaksanaannya tidak memerlukan alat dan bahan khusus, namun diperlukan sejumlah perangkat pembelajaran, instrumen penilaian, dan instrumen pengamatan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran terdiri atas: a. Silabus, b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
15
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
c. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD), 2. Instrumen penilaian terdiri atas: a. Lembar penilaian produk (soal pretes dan postes) beserta kisi-kisinya, dan b. Lembar penilaian mengklasifikasi beserta rubrik penilaiannya. Instrumen divalidasi oleh 2 orang dosen, yaitu Dr. Soepramono, M.Pd dari Universitas palangkaraya dan Dr. Zaenal Fanani, M.Ed. dari LPMP Kalsel. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji t. 1. Analisis
deskriptif
digunakan
untuk
mendeskripsikan
rata-rata
kemampuan
mengklasifikasi. Kategori nilai berdasarkan Arikunto (2005) yakni Baik (76-100%), Sedang (56-75%), Kurang (40-55%) dan Buruk (<40%). 2. Data hasil pretes dan posttes dianalisis menggunakan teknik uji t menggunakan bantuan SPSS-16 for windows untuk melihat signifikansi perbedaan efektifitas antara pembelajaran koopertif tipe GI dengan pembelajaran kelas kontrol. Taraf signifikansinya ≤ 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui signifikansi perbedaan efektifitas antara pembelajaran koopertif tipe GI dengan pembelajaran kelas kontrol menggunakan soal pretest dan posttest, hasilnya dianalasis dengan teknik uji t hasilnya p=0,034<0.05, Artinya terdapat perbedaan
signifikan
antara
penerapan
pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation dibandingkan pembelajaran kelas kontrol. Tabel 1. Hasil uji beda kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas
Rata-rata
Sig (p)
Keterangan
Eksperimen
80,70
0,034 < 0,05
Signifikan
Kontrol
72,02
Pada tabel 1 menunjukkan perbedaan secara signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol karena nilai p lebih kecil dari 0,05. Hasil uji statistik pembelajaran menerapkan pembelajaran koopertif tipe GI dengan pembelajaran kelas kontrol hasilnya terdapat perbedaan signifikan karena nilai p 0.034
16
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
lebih kecil dari = 0.05. Rata-rata hasil posttest kelas eksperimen dengan menerapkan pembelajaran koopertif tipe GI diperoleh nilai dengan rata-rata 80,70 dengan kategori baik sedangkan pembelajaran kelas kontrol dengan kegiatan individual diperoleh nilai dengan rata-rata 72,02 dengan kategori sedang. Pada materi IPA kelas IV SD judul konsep macam-macam bentuk tulang daun, diharapkan
siswa
mampu
memahami
dalam
kategori
dan
proses
kognitif
mengklasifikasikan, yaitu siswa mampu mengelompokkan beberapa daun berdasarkan bentuk tulang daunnya. Pengklasifikasian adalah pengelompokkan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa perilaku siswa dalam mengkalisifikasi adalah a) pengidentifikasian suatu sifat umum b) memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih (BSNP, 2006). Nilai kemampuan mengklasifikasi yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dengan menerapkan pembelajaran koopertif tipe GI. Kemapuan mengklasifikasi dapat berkembang dengan baik karena mereka dapat saling berdiskusi dalam sesama anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemapuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota bekerjasama dan saling membantu. Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran koopertif tipe GI memperoleh nilai posttest dengan kategori baik, hal ini dapat membuktikan bahwa guru telah berhasil memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe GI maka kemampuan
mengklasifikasi
siswa
berkembang
baik
sehingga
siswa
mampu
mengelompokkan beberapa daun berdasarkan bentuk tulang daunnya. Hasil
penelitian
ini
membuktikan
Investigation (kelas eksperimen)
bahwa
lebih efektif
pembelajaran
kooperatif
Group
bila dibandingkan dengan model
tradisional (kelas kontrol) dalam meningkatkan pemahaman konsep macam-macam bentuk tulang daun di Sekolah Dasar. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Muhibbah (2009) bahwa rata-rata nilai kelompok pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (7.61) lebih tinggi dari rata-rata nilai kelompok kontrol (7.01) dengan perbedaan yang signifikan (t hitung=5.20 > t tabel=2.02)
17
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
pada materi pokok sifat fisika, sifat kimia dan pemisahan campuran. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Doymus (2009) yang dipublikasikan melalui Journal of Turkish Science Education bahwa rata-rata nilai kelompok pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (6.80) lebih tinggi dari rata-rata nilai kelompok kontrol (6.24) dengan perbedaan yang signifikan (p=0.018<0.05). PENUTUP Kesimpulan Ada perbedaan secara signifikan dengan p=0,034<0,05 antara rata-rata nilai postes pemahaman siswa pada kelas eksperimen (pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation) dengan rata-rata nilai postes pemahaman siswa pada kelas kontrol (pembelajaran individual). Rata-rata nilai pemahaman siswa kelas eksperimen sebesar 80,70 lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai kelas kontrol sebesar 72,02.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran individual. Dengan kata lain, ada pengaruh penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation terhadap pemahaman konsep
macam-macam bentuk tulang daun di Sekolah Dasar.
Saran Proses kegiatan belajar mengajar yang ingin mengembangkan kemampuan mengklasifikasi siswa, maka diharapkan guru menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
DAFTAR PUSTAKA Anderson & Krathwohl. Pustaka pelajar.
2010. Pembelajaran, Pengajaran, dan asesmen. Jakarta:
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
18
Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Peraturan Lampiran Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Pembelajaran sains menurut kurikulum 2006. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan menteri Pendidikan Nasional No 41 tahun 2007 Tentang standar proses. Jakarta: Depdiknas. Doymus. 2010. Journal of Turkish Science Education. Volume 7, Issue 2, June 2010. Elfis, 2010. MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN KOOPERATIF http://ahmadsyahbio.blogspot.com/2010/02/model-pembelajaran-groupinvestigation.html. Hibbard, Michael. 1995. Performance Assessment in Middle school Science. New York: Glencoe. Ibrahim, Muslimin. 2007. http://herfis.blogspot.com/2009/07/Pembelajaran inkuiri.html. Diakses 24 Oktober 2009.. Kiranawati. 2007. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/ 2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-groupinvestigation/. (Diakses tgl 13 November 2007). Muhibbah. 2009. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 4 Malang (http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/ pub/detail/ pengaruhpenerapan-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation-gi-terhadapprestasi-belajar-siswa-kelas-vii-smp-negeri-4-malang-luluk-muhibbah-40043. html. Diakses 25 Februari 2012). Rachmad & Sunarto. 2008. Sains Sahabatku.Jakarta: Ganeca Exact. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Diterjemahkan oleh nurulita. Bandung: Nusa Media. Sudrajat, Akhmad. 2009. Pembelajaran Metode Group Investigation http:akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/strategi-pembelajarankooperatif-metode-group-investigation/html. Diakses 20 Juni 2009.
19