Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar di BEI
Dwi Fajar Wati Dr. Lana Sularto, SE.,MMSI Abstraksi Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetris antara pemilik dan pengelola perusahaan, untuk menghindari terjadi hubungan yang asimetri tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep Good Corporate Governance yang bertujuan menjadikan perusahaan menjadi lebih baik dan sehat dengan prinsip-prinsip yang dimiliki yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance dengan menggunakan variabel berupa proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba. Sampel yang digunakan adalah perusahaan - perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Penelitian ini menggunakan discretionary accruals model Jones. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan tingkat signifikan masing-masing 0,368, 0,524 dan 0,586. Serta variabel-variabel tersebut hanya dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 4,5%. I.
PENDAHULUAN Latar Belakang Manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan keagenan yaitu adanya
ketidakselarasan kepentingan antar pemilik dan manajemen (Beneish dalam Wijayanti, 1999). Manajemen laba merupakan pilihan metode yang menguntungkan dan digunakan untuk mencapai motif tertentu. Kehadiran motivasi dan peluang merupakan insentif bagi manajer untuk mengelola laba (Achmad dkk, 2007). Menurut Scott (2000) , motivasi
manajemen laba meliputi bonus plan, debt covenant dan political cost. Manajer termotivasi mengelola laba untuk mencapai target kinerja dan kompensasi bonus, meminimalkan kemungkinan pelanggaran perjanjian utang, dan meminimalkan biaya politik karena intervensi pemerintah dan parlemen. Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer (Macey dan O’Hara, 2003). Dalam penerapannya, pada April 1998 Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyusun prinsip-prinsip
yang
mengatur
good
corporate
governance,
diantaranya:
Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness (TARIF). Kerangka Pemikiran
Proporsi komisaris independen
Manajemen Laba (Earnings Managament)
Upah Tinggi
Ukuran dewan komisaris
Good Corporate Governance
Ukuran Perusahaan
Perusahaan Food and Beverages
Perusahaan dalam BEI
Teori Agensi
Gambar 1.1 Model Pemikiran
seperti
Teori keagenan menurut Jensen and Meckling (1976:5) adalah sebuah kontrak antara principal (pemilik/ pemegang saham) dan agen (manajer/pengelola) yang mana baik pemilik dan pengelola merupakan pemaksimum kesejahteraan. Pemisahaan ini dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problems) antara pemilik dan manajer yang mungkin saja pengelola tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest). Adanya masalah keagenan tersebut dapat membuat pihak manajemen melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan, salah satunya adalah memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan kinerjanya selama ini agar pemegang saham dapat memberikan bonus atau upah tinggi atas keberhasilannya dalam mengelola perusahaan (Warsono et.al, 2009). Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan atau pemegang ssaham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Terkait manajemen laba, ukuran dewan komisaris dapat memberi efek yang berkebalikan dengan efek terhadap kinerja. Hal ini bisa dimengerti karena sesuai dengan pernyataan Scott (2000) bahwa melakukan manajemen laba dapat dilaksanakan dengan berbagi cara salah satunya menurunkan laba (income decreasing earnings management).
Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat, sehingga mereka lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. II.
LANDASAN TEORI
Sejarah Good Corporate Governance dimulai sejak sekitar 200 tahun yang lalu, yaitu ketika blackstone menggambarkan corporation sebagai little republic. Dengan penganalogan seperti itu memberi konsekuensi bahwa suatu corporation harus dikelola sebagaimana suatu republic dan seringkali perusahaan disebut sebagai miniature Negara. Tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoriris, pelaksanaan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dengan
keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor (Tjager, et al., 203). Dalam penerapannya, OECD pada tahun 1998 silam telah mengeluarkan seperangkat prinsip-prinsip GCG yang dikembangkan secara umum, hal ini mengingat bahwa prinsipprinsip GCG ini disusun untuk digunakan sebagai referensi di berbagai Negara yang mempunyai karakteristik system hukum, budaya, serta lingkungan yag berbeda, diantaranya: seperti Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness (TARIF). Teori keagenan (agency theory) muncul dalam hubungan keagenan (agent relationship) antara principal atau investor dan agent atau manajer yang terikat dalam satu kontrak. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (di pihak investor) dan pengendalian (di pihak manajer). Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi apa saja yang harus dilakukan oleh manajer dalam mengelola dana para investor dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dan investor. Investor memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi apa saja yang harus dilakukan oleh manajer dalam mengelola dana para investor dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dan investor. Keberadaan Komisaris Independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen dan juga untuk menjaga fairness atau keadilan serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas bahkan kepentingan stakeholders lainnya (Alijoyo dan Zaini, 2004). Dewan komisaris adalah salah satu mekanisme yang digunakan untuk memonitor manajer. Ukuran dewan komisaris dapat mempengaruhi efektif tidaknya aktivitas pengawasan. Prefer ( dalam faisal, 2005) mengungkapkan bahwa peningkatan ukuran dewan komisaris akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya. . Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Jika perusahaan
memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relative lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relative lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Daniati, 2006). III.
METODOLOGI PENELITIAN Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2008-2011 dan laporan keuangan yang meliputi laporan rugi laba yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan sampel dari tahun 2008-2011. Selain itu penelitian ini menggunakan data komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan laporan keuangan perusahaan sampel. Variabel Penelitian Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance yang dalam hal ini dapat dijelaskan melalui proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan ukuran perusahaan. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al,. 1995), model tersebut dituliskan sebagai berikut : TAit = Nit – CFOit Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary Least Square (OLS) sebagai berikut : TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2(ΔRevt / Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus : NDAit = β1 (1 / Ait-1) + β2(ΔRevt / Ait-1 - ΔRect / Ait-1 ) + β3 (PPEt/Ait-1) Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut : DAit = TAit/Ait-1 – NDAit Keterangan :
DAit
= Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke-t
NDAit
= Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke-t
TAit
= Total akrual perusahaan i pada periode ke-t
Nit
= Laba bersih perusahaan I pada periode ke-t
CFOit
= Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan I pada periode ke-t
Ait-1
= Total aktiva perusahaan I pada periode ke t-1
ΔRevt
= Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke-t
PPEt
= Aktiva tetap perusahaan pada periode ke-t
ΔRect
= Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke-t
β1-β3
= Koefisien variabel
e
= error terms
PENGUJIAN HIPOTESIS Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat dari koefisien jalur yang ada. Dan berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, serta mengacu pada hipotesis teori, maka dalam penelitian ini dirumuskan Hipotesis (H) yang kemudian akan dilakukan pengujian untuk membuktikan apakah Hipotesis (H) tersebut ditolak atau diterima. Hipotesis tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut : H1 = Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba H2 = Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba H3 = Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Proporsi komisaris independen berada pada kisaran 29% hingga 80%, hal ini berarti ada
perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan minimal proporsi komisaris independen menurut FCGI minimal sebesar 30%. Variabel Dewan Komisaris berada pada nilai 2 hingga 10. Hal ini berarti anggota dewan komisaris perusahaan berjumlah dari 2 orang hingga 10 orang anggota dewan. Variabel Ukuran Perusahaan berada pada nilai 2036.110 hingga 3161.230 Hal ini berarti ukuran perusahaan paling kecil adalah 2036.110 dan ukuran perusahaan paling besar adalah 3161.230.
Uji Asumsi Klasik Hasil residual uji statitik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini dapat dilihat dari nilai signifikannya yaitu sebesar 0.785 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Dalam penelitian ini telah memenuhi syarat uji multikolinearitas sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian model regresi. Berdasarkan hasil tabel nilai DW (1.765) > du (1.6505), kesimpulannya adalah tidak ada autokolerasi, sehingga dapat dilanjutkan pada uji selanjutnya. Model regresi yang digunakan tidak mengalami heteroskedastisitas dilihat dari grafik scatterplot, sehingga data dalam penelitian ini dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan model regresi linear berganda. Analisi Linier Berganda Persamaan regresi yang dapat diturunkan dari hasil analisis yang dirangkum dari tabel 4.9 yaitu: LnDA= 0.006 – 0.001PKI – 0.003 UDK + 2.189E-5 UKP + e Pengujian Hipotesis Uji Parsial (Uji t) digunakan untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil table dapat dilihat nilai signifikansi (p) variabel proporsi komisaris independen sebesar 0.368. Pada tingkat signifikan (α) 0.05, ternyata nilai p (0.368) > α = 0.05, berarti keberadaan komisaris independen tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Berdasarkan hasil tabel dapat dilihat nilai signifikansi (p) variabel Ukuran Dewan Komisaris sebesar 0.524. Pada tingkat signifikan (α) 0.05, ternyata nilai p (0.524) > α = 0.05, berarti ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Berdasarkan hasil tabel dapat dilihat nilai signifikansi (p) variabel Ukuran Perusahaan sebesar 0,586 Pada tingkat signifikan (α) 0.05, ternyata nilai p (0,586) > α = 0.05, berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Uji f digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh antara variabel independen atau variabel bebas secara serentak terhadap variabel dependen atau variabel terikat yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi f dengan α = 5%. Dari tabel dapat diketahui bahwa dari hasil uji f diperoleh tingkat signifikansi f sebesar 0.728 lebih besar dari α 0.05 (0.728>0.05) maka H diterima atau dapat diartikan bahwa secara serentak (bersama-sama) variabel
independen (proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan) tidak berpengaruh terhadap mengurangi manajemen laba. Nilar R2 menunjukkan seberapa besar proporsi dari total variasi variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya (Gujarati dalam Ma’ruf, 2006). Semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi dari total variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berdasarkan hasil tabel dapat diketahui nilai R Square adalah 0.045 artinya 4,5% variabilitas discretionary accruals dapat dijelaskan oleh proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan sedangkan sisanya 95,5% dijelaskan oleh factor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Analisis Setelah melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda yaitu uji koefisien regresi secara parsial, uji koefisien regresi secara bersamasama dan uji koefisien determinasi, maka dapat dianalisis hasil pengujian tersebut secara satu-persatu. Hasil uji parsial pada pengujian hipotesis yang pertama yaitu H1 ditolak, artinya proporsi komisaris independen pada perusahaan sampel tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan Keberadaan Komisaris Independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen dan juga untuk menjaga fairness atau keadilan serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas bahkan kepentingan stakeholders lainnya (Alijoyo dan Zaini, 2004). Hasil uji parsial pada pengujian hipotesis yang kedua yaitu H2 ditolak berarti ukuran dewan komisaris pada perusahaan sampel tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan teori Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribisi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Hasil uji parsial pada pengujian hipotesis yang ketiga yaitu H3 ditolak berarti ukuran perusahaan pada perusahaan sampel tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Hal ini tidak sesuai dengan teori perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat,
sehingga mereka lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. V.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan penerapan Good Corporate Governance yang dilakukan perusahaanperusahaan sampel hanya sebagai pemenuhan regulasi saja dan lemahnya praktik Corporate Governance di Indonesia.
2. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan dewan komisaris juga bertanggung jawab secara pribadi atas kepailitan perusahaan. 3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan perusahaan hanya memikirkan untuk menampilkan laporan yang terbaik untuk pihakpihak yang berkepentingan dan masyarakat. Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya agar menambah variabel penelitian yang merupakan factor-faktor dari GCG agar efek dari mekanisme Good Corporate Governance dapat lebih dirasakan dalam mengurangi manajemen laba di perusahaan. 2. Dari hasil penelitian nilai R Square yang didapat terlalu kecil, jadi diharapkan pada penelitian selanjutnya ditambahkan variabel-variabel independen untuk mendapat hasil yang mendapatkan tingkat pengaruh lebih besar. 3. Bagi perusahaan diharapkan dapat menerapkan Good Corporate Governance di dalam perusahaannya dan bagi perusahaan yang sudah menerapkan GCG diharapkan penerapan GCG tersebut sesuai dengan tujuan dikeluarkannya GCG yaitu agar terciptanya perusahaan yang sehat dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, dkk. 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X.
Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini, 2004. Corporate governance suatu pengantar :peranan dewan komisaris dan komite audit dalam pelaksanaan corporate governance. Indeks: Jakarta. Andryan, S. 2010. Uji Asumsi Klasik Dengan SPSS 16.0. Fakultas Ekonomi. Universitar Negeri Semarang. Chtourou, SM., Jean Bedard. dan Lucie Courteau. (2001). Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper. Universite Laval, Quebec City, Canada. April. Cooper, MJ., et al, 2006. The Iron Status of Canadian Adolescent and Adults: Current Knowledge and Practical Implication. Canadian Journal of Dietetic Practice and Research. 2006 Vol 67, No,3 Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney, (1995), Detecting earnings management, The Accounting Review 70, 193-225. Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. FCGI. 2001. Corporate Governance : Tata kelola perusahaan. Edisi ketiga. Jakarta FCGI. 2003. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance ( Tata Kelola Perusahaan ). Indonesian Company Law. Available on-line at www.fcgi.or.id Nisjar. 1997, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Nuryaman. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba.” Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, 23-24 Juli 2008. Oktapiyani, Desi 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Likuiditas Perbankan Nasional. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang (Tidak Dipublikasikan) Peasnell, K.V, P.F. Pope. dan S.Young. (2001). Board Monitoring and Earnings Management: Do Outside Directors Influence Abnormal Accruals. Accounting and Business Research, Vol. 30. hal.41-63. Puspaningsih, 2010. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Earnings Management (study) Empiris Pada Perusahaan Perbankan dan Perusahaan Pembiayaan Kredit Selain Bank yang Terdaftar di BEI Selama PEriode 2006-2008. Surakarta : Universitas Muhamadiyah
Putri N. 2010. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45). Jakarta : Universitas Gunadarma Rachmaati. 2006. Model Penelitian Manajemen Laba pada Industri Perbankan Publik di Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perbankan. Artikel yang Dipresentasikan pada Seminar Bulanan Jurusan Akuntansi FE-UNS tanggal 27 Mei 2006.
Retno. W. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta : Tesis Magister Sains Akuntansi. Semarang : Universitas Diponegoro Ujiyantho, M.A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Tesis S2. Tidak Dipublikasikan. Magister Sains Akuntansi UNDIP. Veronica, Sylvia dan Siddharta Utama, 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Artikel yang dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tanggal 15-16 September 2005. Wahidin. Pengujian Hipotesis. Tekhnik Sipil, Politekhnik Negeri Malang Warsono et al. 2009. Coporate Governance Concept and Model. Yogyakarta : Center for Good Corporate Governance. Widilestariningtyas, Ony, 2007, Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) berdasarkan Corporate Governance Perception Index, Sumber Investasi Terhadap Kinerja Keuangan, Jurnal Akuntansi dan Manajemen Indonesia, Vol.1, Hal 1-12, Desember.
Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba. Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 7 Denpasar tanggal 2 -3 Desember 2004 Wijayanti. 2009. Peranan Dewan Komisaris Independen dalam Mengurangi Praktek Manajemen Laba pada Sektor Perbankan Publik di Indonesia, Semarang : Universitas Diponegoro. Yayuk, D. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45). Jakarta : Universitas Gunadarma
Yermack, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-211. Yu, Frank. 2006. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper
Zhou, Jian and Ken Y. Chen. 2004. Audit Committee, Board Characteristics and Earnings Management by Commercial Banks. Working Paper www.idx.co.id http://id.wikipedia.org/wiki/Rupiah http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dewi%20saptantinah%20puji% http://eprints.undip.ac.id/26437/2/JURNAL_ANALISIS_MANAJEMEN_LABA_DAN_KINERJA_KEUANG AN_PERUSAHAAN_PENGAKUSISI_SEBELUM_DAN_SESUDAH_M.pdf http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/teori-earning-management-definisi-pola.html http://www.iicg.org/ http://www.konsultanstatistik.com/