1
PENGARUH PENDAYAGUNAAN DANA ZIS DAN PDRB PER KAPITA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN (Studi Kasus di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2009)
Ria Marginingsih Dr. H. Hadi Sasana, SE., M.Si
Abstrak Still large number of poor in the province of Central Java indicate that the level of welfare is still low. Still large number of poor people in Central Java caused by the distribution of uneven economic development. The purpose of this study was to determine the effect of actual Utilization of funds ZIS, Actual Government expenditure for people's welfare and GDP per capita of population poor in Central Java. The results of this study indicate that the utilization of funds ZIS realization, the realization of government spending for People's Welfare and GDP per capita is negative and significant effect on the number of poor people. Direction of the negative regression coefficient indicates that the increased utilization of funds ZIS and GDP per capita will decrease the amount of poverty.
Key words:
poverty, number of poor people, zakat, infak, sedekah GDP per capita, Central Java
2
Pendahuluan Kemiskinan merupakan masalah yang sampai saat ini masih dihadapi oleh negara-negara di seluruh dunia. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara-negara ini biasanya ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan dan pada akhirnya meningkat menjadi ketimpangan. Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka kemiskinan di Indonesia sangat fluktuatif. Susenas BPS 2006 mencatat penduduk miskin Indonesia mencapai 39,05 juta jiwa. Sementara itu bank dunia (World Bank) menyatakan bahwa, angka kemiskinan di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 120 juta jiwa dengan asumsi penduduk yang hidup di bawah dua dolar sehari (Casmi, 2008). Indonesia merupakan negara berkembang yang memilki jumlah penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia. berdasarkan hasil penelitian Public Interst Research and Advocacy Center (PIRAC), potensi zakat per tahun di Indonesia sebesar 20 triliun rupiah. Namun, realisasi penghimpunan dana zakat dari tahun ke tahun hanya berkisar 800 miliar rupiah hingga 1,2 triliun rupiah. Kenyataan ini menunjukkan sangat timpangnya realisasi penghimpunan zakat dari potensi sebenarnya. Berkaitan dengan usaha pengentasan kemiskinan, pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga memperhatikan peranan pendayagunaan dana zakat yang dikelola Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Provinsi Jawa Tengah. Pendayagunaan dana ZIS mempunyai dua sifat, yaitu bersifat santunan dan bersifat bantunan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui peranan dan potensi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu. Berdasarkan publikasi data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita di Provinsi Pulau Jawa tahun 2009 terdapat dua Provinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi di bawah pertumbuhan nasional (4,55%), yaitu Provinsi Jawa Barat dan DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,29% dan 4,39%.
3
Sedangkan empat Provinsi lainnya termasuk Provinsi Jawa Tengah mengalami pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan nasional. Berikut Gambar 1.1 merupakan jumlah total PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah tahun 20062009. Gambar 1.1 Jumlah Total PDRB per Kapita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2009 (Juta Rupiah)
Sumber: BPS (2010), diolah Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun persentase jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah Tengah masih tinggi dibanding tingkat kemiskinan di provinsi-provinsi lain di Pulau jawa. Kenyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.
Provinsi
Tabel 1.1 Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Pulau Jawa Berdasarkan Provinsi Tahun 2006-2009 (Persen) 2006 2007 2008 2009
Yogyakarta 19,15 DKI Jakarta 4,57 Jawa Timur 21,09 Jawa Tengah 22,19 Jawa Barat 14,49 Banten 9,79 Sumber: BPS 2006-2007
18,99 4,61 19,98 20,43 13,55 9,07
18,32 4,29 18,51 19,23 13,01 8,15
17,23 3,62 16,68 17,72 11,96 7,64
Rata-rata 18,42 4,27 19,07 19,89 13,25 8,67
4
Berdasarkan Tabel 1.1 tingkat kemiskinan di Jawa Tengah periode tahun 2006-2009 mengalami trend yang cenderung menurun dengan rata-rata 19,89% yang merupakan persentase jumlah penduduk miskin terbesar di Pulau Jawa. Pada tahun 2007 persentase jumlah penduduk miskin menurun sebesar 7,93% dan pada tahun 2008 persentase jumlah penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 5,87%. Kemudian pada tahun 2009 persentase jumlah penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 7,85%. Rumusan Masalah Banyak faktor yang dapat mempengaruhi berkurangnya penduduk miskin. Pertama, pengelolaan dana zakat, dengan pengelolaan yang baik akan berguna bagi kepentingan ekonomi dan pembangunan dalam mengentaskan kemiskinan. Dengan pendayagunaan dana ZIS yang disalurkan kepada mustahik (penerima zakat) dapat membantu mereka keluar dari kemiskinan. Mengingat PDRB per kapita merupakan gambaran bagi kesejahteraan penduduk di suatu wilayah maka dengan PDRB per kapita yang tinggi maka mengindikasikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi pula. Dengan tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah maka bisa dipastikan bahwa tingkat kemiskinan juga akan semakin menurun. Kenaikan yang terus meningkat pada pendayaagunaan dana ZIS serta PDRB per kapita dalam kurun waktu empat tahun, yaitu dari tahun 2006 sampai tahun 2009, seharusnya dengan kenaikan tersebut dapat membawa dampak pada penurunan jumlah penduduk miskin. Namun kenyataan yang terjadi angka kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah masih tinggi dengan tingkat kemiskinan yang paling tinggi untuk pulau Jawa. Masih tinginya angka kemiskinan di Jawa Tengah merupakan masalah pokok yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Pengaruh Realisasi pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah merupakan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Merujuk pada permasalahan dalam penelitian ini, maka pertanyaanpertanyaan dalam penelitian ini adalah:
5
1. Bagaimana pengaruh pendayagunaan dana ZIS terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah? 2. Bagaimana pengaruh PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah? Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh realisasi pendayagunaan dana ZIS terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. 2. Untuk menganalisis pengaruh PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Adapun manfaat yang diharapan dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapan dapat memberikan gambaran bagaimana kontribusi pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita di Kabupaten/Kota Jawa Tengah terhadap jumlah penduduk miskin. 2. Penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi lembaga-lembaga terkait dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan jumlah penduduk miskin. 3. Referensi bagi
studi-studi
selanjutnya
yang
berkaitan
dengan
pendayagunaan dana ZIS, PDRB per kapita dan jumlah penduduk miskin. Telaah Teori Kemiskinan Bank Dunia (2006) mendefinisikan kemiskinan adalah keadaan kelaparan, kurang tempat tinggal, kurang sandang, dan kurang pendidikan. Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang masuk dalam kategori miskin, diantaranya: a) Rendahnya pendapatan dan asset untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, pakain, kesehatan dan pendidikan.
6
b) Ketidakmampuan untuk bersuara dan ketiadaan kekuatan di depan institusi dan masyarakat. c) Rentan terhadap guncangan ekonomi. Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu: a) Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan. b) Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena ketimpangan pada pendapatan. c) Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya. d) Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh suatu sistem sosial budaya dan sosial politik. Menurut Robert Chamber (2004) dalam Departemen Komunikasi dan Informatika (2008) inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletak pada apa yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Secara rinci, deprivation trap terdiri dari lima unsur, yaitu: (1) kemiskinan itu sendiri, (2) kelemahan fisik, (3) keterasingan atau kadar isolasi, (4) kerentanan, dan (5) ketidakberdayaan. Kelima unsur ini seringkali saling berkaitan satu sama lain, sehingga menjadi penyebab perangkap kemiskinan yang mematikan peluang hidup seseorang sehingga kerentanan dan ketidakberdayaan perlu mendapat perhatian yang utama. Todaro (2006), menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung dari dua faktor utama, yakni: pertama, tingkat pendapatan nasional rata-rata. Kedua, lebar sempitnya kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Dalam kaitannya dengan kemiskinan, jumlah penduduk yang besar justru akan memperparah tingkat kemiskinan. Fakta menunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Wahyuniarti (2007), semakin banyak jumlah penduduk maka akan meningkatkan jumlah penduduk miskin. Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah penduduk yang besar akan meningkatkan jumlah penduduk miskin.
7
Zakat Sebagai Alat Pengentas Kemiskinan Secara etimologi (bahasa) kata “zakat” diambil dari kata (az-zakah), sedang lafal (az-zakah) berarti tumbuh, baik, suci dan berkah. Menurut Departemen Agama RI (2009) zakat adalah harta wajib yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Dan zakat terdiri dari zakat fitrah dan zakat mal. Islam memiliki perhatian yang besar tehadap kemiskinan. Fakir miskin mendapatkan prioritas utama dalam pembagian zakat. Selain itu, masalah kemiskinan juga menjadi perhatian al-Quran, surat adz-Dzariat ayat 19. Ayat lain menyebutkan
bahwa kedudukan zakat sejajar dengan kedudukan sholat. Dalam al-Quran, tidak kurang dari 28 ayat Allah menyebutkan perintah sholat dengan perintah zakat dalam satu ayat sekaligus. Diantaranya dalam surat al- Baqoroh: 43. Dalam al-Quran terdapat 32 ayat zakat dan 82 kali diulang dengan mengunakan istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat, yaitu kata sedekah dan infak. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan yang sangat penting dalam Islam (Qadir, 2001). Dalam sejarah perkembangan dunia Islam, zakat merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting, selain itu zakat juga merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi kewajiban moral bagi orang kaya untuk membantu yang miskin, sehingga kemiskinan dan kemelaratan dapat terhapuskan dari masyarakat. Menurut Manan (1997) zakat sebagai salah satu kebijakan fiskal yang menjadi sendi utama
dari sistem
ekonomi
Islam
diharapkan
mampu
mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas kekayaan yang berimbang dengan menempatakan nilai-nilai spiritual pada tingkat yang sama, karena zakat merupakan komponen utama dalam sistem keuangan publik yang memiliki ikatan ketakwaan seseorang. Zakat sebagai kebijakan fiskal dalam Islam memiliki tujuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer (al-hajat al-asasiyah/basic needs) per individu secara menyeluruh, dan membantu tiap-tiap individu dalam memenuhi
8
kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya (al-hajat al-kamaliyah) sesuai kadar kemampuannya. Pendayagunaan Dana ZIS (Zakat, Infak dan Sedekah) Zakat mempunyai dua fungsi, yaitu pertama untuk membersihkan harta benda dan jiwa (fitrah) manusia. Kedua, zakat berfungsi sosial sebagai sarana saling berhubungan sesama manusia terutama sebagai jembatan antara si kaya dan si miskin. Fungsi zakat sebagai amal ibadah dan sebagai konsep sosial memiliki empat bentuk pendayagunaan, yaitu (Departemen Agama RI, 2009): 1. Konsumtif Tradisional yaitu zakat dibagikan kepada mustahik secara langsung, seperti zakat fitrah. 2. Konsumtif Kreatif yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain, misalnya seperti dalam bentuk alat-alat pertanian. 3. Produktif Tradisional yaitu dimana zakat diberikan dalam bentuk barangbarang yang produktif seperti kambing. Pemberian dalam bentuk ini akan dapat menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja baru bagi fakir miskin. 4. Produktif Kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan bergulir baik untuk permodalan proyek sosial atau untuk membantu atau menambah modal pedagang/pengusaha kecil. Masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia adalah kebodohan, kemiskinan dan pengangguran. Agama Islam yang memiliki konsep sosial dengan adanya ajaran zakat diharapkan dapat ikut membantu permasalahan-permasalahan yang dihadapi suatu bangsa. Dengan demikian zakat untuk fakir miskin seharusnya tidak dibagikan secara keseluruhan, hal ini bertujuan supaya dana zakat dapat dijadikan suatu proyek usaha sehingga dapat terpenuhinya modal yang tujuannya untuk mengurangi kemiskinan. Menurut Miftah (2008) dalam konteks ini, pembentukan modal tidak semata-mata dari pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam, tetapi juga berasal dari sumbangan wajib orang kaya yang menyisikan sebagian kecil harta
9
kekayaannya (zakat). Karena zakat berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penyediaan sarana dan prasarana, dengan demikian akan berdampak terhadap produktifitas yang tinggi, pendapatan riil yang tinggi, tabungan dan insentif yang tinggi, dan berakhir pada terpenuhinya modal sehingga tingkat kemiskinan dapat berkurang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi seluruh wilayah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi. Dalam menghitung angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) digunakan tiga pendekatan, yaitu: 1. Menurut Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah (region) dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). 2. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). 3. Menurut Pendekatan Pengeluaran
10
PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Pengaruh PDRB per Kapita Tehadap Kemiskinan Pendapatan
per
kapita
seringkali
digunakan
sebagai
indikator
pembangunan karena pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara. Produk domestik bruto per kapita adalah jumlah PRDB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di daerah yang bersangkutan. Menurut Arsyad (1999), pendapatan per kapita seringkali digunakan sebagai indikator pembangunan. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk membayar (ablity to pay) berbagai pungutan yang ditetapkan pemerintah. Semakin tinggi PDRB per kapita suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut. Tingginya penerimaan daerah, diharapkan nantinya pemerintah daerah tersebut dapat mengatasi masalah kemiskinan dengan baik. Tingginya tingkat pendapatan daerah bisa disebabkan karena berbagai perubahan mendasar, seperti struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional. Metodologi Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan informasi melalui pendalaman literatur-literatur yang berkaitan dengan objek studi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan obyek studi.
11
Model Estimasi Penelitian ini menggunakan data sekunder times series selama periode 2006-2009 dan data cross section seluruh kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah Sehingga kombinasi atau pooling data menghasilkan 140 observasi. Poenelitian ini menggunakan alat analisis Fixed Effect Model (FEM) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) dengan model persamaan sebagai berikut: KM = ƒ(ZIS, PDRB) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1.1) Dimana : KM
= Jumlah Penduduk Miskin
ZIS
= Pendayagunaan Dana Zakat, Infak dan Sedekah
PDRB = PDRB per kapita Model dasar (3.2) di atas diturunkan menjadi model ekonometrik sebagai berikut: LOGKMit = α0 + α1 LOGZISit + α3LOGPDRBit + μit . . . . . . . . . . . . . . (1.2) Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Letak Geografis dan Pembagian Wilayah Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak dibagian tengah Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah memiliki posisi yang setrategis, hal ini karena letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur. Letaknya antara 5°40' dan 8°30' Lintang Selatan dan antara 108°30' dan 111°30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke Selatan 226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa). Ibukota Provinsi Jawa Tengah adalah Semarang. Luas wilayahnya 32.548 km2, atau sekitar 25,04% dari luas Pulau Jawa. Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 Kabupaten dan enam Kota dengan 565 Kecamatan serta 8.568 desa/kelurahan. Daerah yang memiliki wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.124,47 km2 atau sekitar 6,57% dari luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota
12
Magelang merupakan daerah yang memiliki wilayah paling kecil dengan luas wilayah sebesar 16,06 km2. 2. Luas dan Pembagian Wilayah Jumlah penduduk yang besar merupakan modal bagi kegiatan ekonomi, karena penduduk merupakan tenaga kerja yang akan menghasilkan output dalam pembangunan. Akan tetapi jumlah penduduk yang besar juga harus diimbangi dengan kualitas penduduk, karena apabila jumlah penduduk besar, namun kualitasnya rendah akan menjadi sumber masalah pembangunan yang harus mendapat perhatian dan penanganan yang serius (BPS, 2006). Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 32.380.687 jiwa terdiri atas 16.081.140 laki-laki dan 16.299.547 perempuan. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1,732 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,553 juta jiwa). Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal, Brebes, Slawi. Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun). Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%) (Wikipedia, 2011). Uji Asumsi Klasik Ada beberapa asumsi-asumsi dari model regresi yang perlu diuji validitasnya. Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut:
13
1. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai-nilai korelasi antara variabel bebas = 0. Multikolinieritas dapat dilihat dengan membandingkan koefisien korelasi antar variabel independen (Kuncoro, 2001). Tabel 1.2 Hasil Auxiliary Regression Pengaruh Pendayagunaan Dana ZIS dan PDRB per Kapita Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Tengah Tahun 2006–2009 Regresi R2 * R2 ZIS = ƒ (PDRB)
0,000642
0,988418
PDRB = ƒ (ZIS)
0,000642
0,988418
Sumber: : Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.0 Dimana: R2* = R2 hasil auxiliary regression R2
= R2 hasil regresi utama
Berdasarkan hasil Auxiliary Regression di atas terlihat bahwa hasil R2 lebih besar dari hasil R2*, sehingga dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa model pada Tabel 1.2 tidak mengandung unsur multikolinieritas. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas akan memperlemah kemampuan prediksi suatu model regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Breusch-Pagan-Godfrey.
14
Tabel 1.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Sample: 1 140 Included observations: 140
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
0.002112
0.073125
0.028879
0.977
LOG(ZIS)
0.001454
0.00455
0.319532
0.750
LOG(PDRB)
0.000863
0.000798
1.081369
0.282
R-squared
0.500349
Mean dependent var
0.00851
Adjusted R-squared
0.332197
S.D. dependent var
0.018204
S.E. of regression
0.014877
Akaike info criterion
-5.361029
Sum squared resid
0.023016
Schwarz criterion
-4.604607
Log likelihood
411.272
Hannan-Quinn criter.
-5.053642
F-statistic
2.975579
Durbin-Watson stat
2.331323
Prob(F-statistic)
0.00001
Sumber: : Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.0 Uji Breusch-Pagan-Godfrey dapat menjelaskan apabila apabila koefisien parameter untuk masing-masing variabel independen bersifat signifikan (dengan tingkat kepercayaan 5%) maka data bersifat heteroskedasitas begitu pula sebalikanya. Pada model persamaan pengaruh Realisasi Pendayagunaan Dana ZIS, dan PDRB per Kapita tahun 2006-2009 pada Tabel 1.3 dengan menggunakan uji Breusch-Pagan-Godfrey maka diperoleh hasil bahwa semua variabel independen tidak signifikan dengan probailitas diatas 5%, maka dapat disimpulkan model regresi persamaan tersebut bebas dari heteroskedastisitas.
15
3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara variabel penganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t- (sebelumnya). Akibat adanya autokorelasi adalah parameter yang diamati menjadi bias dan variannya tidak minimum, sehingga tidak efisien (Gujarati, 2003). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson (DW). Adapun ketentuan pengujiannya adalah sebagai berikut: 1. 0 < DW < 1,10 berarti autokorelasi positif 2. 1,10 < DW < 1,54 tidak dapat diputuskan 3. 1,54 < DW < 2,46 berarti tidak ada autokorelasi 4. 2,46 < DW < 2,90 tidak dapat diputuskan 5. DW > 2,90 berarti ada autokorelasi negative Tabel 1.4 Regresi Utama Dependent Variable: LOG(KM) Method: Least Squares Date: 12/29/11 Time: 14:28 Sample: 1 140 Included observations: 140
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C LOG(ZIS) LOG(PDRB)
11.26852 -0.066015 -0.031337
0.532764 0.032062 0.004921
21.15104 -2.058965 -6.368387
R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.991571 0.988625 0.091749 0.867046 157.25 336.5635 0
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob.
0 0.042 0 11.84989 0.860237 -1.717858 -0.940424 -1.401932 2.315794
Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.0
16
Dari hasil regresi utama Tabel 1.4 diketahui nilai DW adalah sebesar 1,926305, nilai ini berada diantara 1,54 dan 2,46 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat autokorelasi. Hasil Uji Statistik 1. Uji R2 Koefisien determinasi (R2), digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Semakin besar nilai R2, maka variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Berdasarkan hasil regresi, dapat diketahui bahwa nilai R2 adalah 0.991571, hal ini berarti sebesar 99,16% variasi jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independenya yakni variabel ZIS (Zakat, Infak dan Sedekah), PDRB (Produk Domestik Regional Bruto per Kapita), dan D (Dummy wilayah). Sedangkan sisanya sebesar 0,84% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 2. Uji Keseluruhan (F-stat) Untuk menguji pengaruh semua variabel independen dalam model, dapat dilakukan dengan Uji simultan (Uji F). Uji statistik F pada dasarnya untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dari regresi pengaruh pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita terhadap jumlah jenduduk jiskin di Jawa Tengah tahun 2006-2009
yang
menggunakan taraf keyakinan 95% ( = 5%), dengan degree of freedom for denominator sebesar 102. Dimana (n – k) = (140 – 37 = 103), dan degree of freedom for nominator sebesar 37, nilai tersebut diperoleh dari k – 1 = , maka diperoleh F-tabel sebesar 1,54. Dari hasil regresi pengaruh pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006–2009, diperoleh F-statistik sebesar 336,5635 dan nilai
17
probabilitas F-statistik 0,000000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Fhitung > F-tabel). 3. Uji Parsial (t-Stat) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual, digunakan tingkat kepercayaan 5%. Dengan ketentuan H0 ditolak bila nilai probabilitas dari tstatistik lebih kecil dibandingkan tingkat kepercayaan 5% dan H0 diterima bila nilai probabilitas dari t-statistik lebih besar dibanding tingkat kepercayaan 5%. Pengaruh pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah tahun 2006-2009 dengan menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen) dan degree of freedom (df) = 102 (n - k = 140 - 38), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,983. Dari Tabel 4.4 (regresi utama) dapat disimpulkan bahwa pada taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen), seluruh variabel
berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa
Tengah. Hasil Penelitian dan Pembahasan Model regresi kemiskinan dalam penelitian ini mampu memenuhi asumsi klasik, dengan nilai koefisien regresi sangat tinggi (0,991571) menunjukkan kemampuan variasi variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Secara statistik, variabel independen yaitu Pendayagunaan Dana dan PDRB per Kapita secara bersama-mama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa semua variable independen berpengaruh
signifikan
terhadap
variabel
dependen
dengan
menggunakan α = 5% dan semua variable memiliki tanda yang sesuai dengan teori. Namun demikian, ternyata tidak semua variabel dummy berpengaruh
18
signifikan (D32), hal ini mungkin dikarenakan adanya persamaan karakteristik dan sumber daya antar wilayah. Kemiskinan dalam penelitian ini diukur dengan banyaknya jumlah penduduk miskin menurut kriteria BPS, dengan tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah konsumsi rupiah berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Berdasarkan pengertian tersebut, maka usaha untuk menurunkan angka kemiskinan dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga daya beli masyarakat dapat meningkat. Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan sesuai dengan harapan adanya efek menetes ke bawah (trickle down effect), dimana diyakini pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita mampu
mengatasi
masalah-masalah
pembangunan
antara
lain
masalah
kemiskinan. Adapun model persamaan pengaruh pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut: LOG(KM) = 11,26852 – LOG(-0,660156ZIS) – LOG(-0,031337PDRB) + 3,18D1 + 3,09D2 + 2,72D3 + 2,63D4 + 3,08D5 + 2,19D6 + 2,65D7 + 2,49D8 + 2,42D9 + 2,76D10 + 1,98D11 + 2,65D12 + 2,23D13 + 2,48D14 + 2,93D15 + 2,35D16 + 2,35D17 + 2,64D18 + 1,85D19 + 2,09D20 + 2,67D21 + 2,00D22 + 1,96D23 + 2,46D24 + 2,07D25 + 2,36D26 + 2,99D27 + 2,68D28 + 3,40D29 + 1,67D31 + 0,01D32 + 1,74D33 + 0,39D34 + 0,46D35 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1.3) Pengaruh Realisasi Pendayagunaan Dana ZIS Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Zakat sebagai salah satu sarana dalam mengatasi masalah kemiskinan mempunyai peran yang sangat besar dalam perekonomian. Potensi zakat yang
19
besar harus diimbangi dengan pengelolaan yang baik dan tepat guna, sehingga sasaran pencapaiannya bisa lebih maksimal dalam menanggulangi kemiskinan di negeri ini. Dalam penelitian ini, hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien variabel pendayagunaan dana ZIS (-0.066015) berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika terjadi peningkatan pendayagunaan dana ZIS sebesar 10% maka dapat menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0,66%. Berdasarkan data penelitian dari tahun 2006 sampai tahun 2009, pendayagunaan dana ZIS mengalami peningkatan. Kenaikan ZIS tersebut menunjukkan bahwa setiap daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah mempunyai potensi yang sama dalam mengatasi masalah kemiskinan di daerah masing-masing. Zakat tesebut dapat dijadikan sumber pendapatan bagi instansi non pemerintah dalam memperbaiki perekonomian daerah yang bersangkutan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya (Ujang Syahrul, 2009) bahwa pendayagunaan dana ZIS berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Dengan demikian, apabila semakin besar pendayagunaan dana ZIS maka akan meningkatkan perekonomian dan pada akhirnya dapat mengurangi jumlah penduduk miskin ke tingkat yang lebih rendah. Dalam penelitian ini, dana ZIS disalurkan dalam empat bentuk pendayagunaan sebagai berikut: pertama, Konsumtif Tradisional yaitu zakat dibagikan kepada mustahik secara langsung, seperti zakat fitrah. Kedua, Konsumtif Kreatif yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain, misalnya seperti dalam bentuk alat-alat sekolah, beasiswa, cangkul, gerabah dan sebagainya. Ketiga, Produktif Tradisional yaitu dimana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing. Keempat, Produktif Kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan bergulir baik untuk permodalan proyek sosial atau untuk membantu atau menambah modal pedagang/pengusaha kecil. Dana ZIS yang disalurkan dalam upaya pencapain penanggulangan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah dilakukan melalui pendekatan yang bersifat
20
produktif dengan lebih menekankan investasi jangka panjang dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (Program beasiswa). Menurut Arsyad (1999) pendidikan (formal dan non formal) dapat berperan penting dalam menggurangi kemiskinan dalam jangka panjang, baik secara tidak langsung melalui perbaikan produktivitas dan efesiensi secara umum, maupun secara langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan ketrampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan
meningkat sehingga akan
mendorong peningkatan
produktivitas seseorang. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih naik, yang dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Pengaruh PDRB per Kapita Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Berdasarkan hasil estimasi model penelitian ini, nilai koefisien slope variabel realisasi pengeluaran pemerintah bidang kesra adalah (-0,031337), berpengaruh
signifikan
terhadap
jumlah
penduduk
miskin.
Hasil
ini
mengindikasikan bahwa jika terjadi peningkatan PDRB per kapita sebesar 10% maka dapat menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 0,313%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Todaro (2006), yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama, yakni: (1) tingkat pendapatan nasional ratarata; (2) lebar sempitnya kesenjangan distribusi pendapatan. Dengan demikian, setinggi apapun tingkat pendapat nasional per kapita yang dicapai oleh suatu negara, selama distribusi pendapatannya tidak merata, maka tingkat kemiskinan di negara tersebut akan tetap parah. Berdasarkan data penelitian dari tahun 2006 sampai tahun 2009 PDRB per kapita mengalami peningkatan di setiap Kabupatan/Kota di Jawa Tengah. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa setiap daerah di Kabupaten/Kota Provinsi
21
Jawa Tengah mempunyai potensi yang sama dalam mengatasi masalah kemiskinan di daerah masing-masing. Dummy Variabel Dalam menginterpretasikan hasil regresi data panel dengan menggunakan metode LSDV yang menggunakan variabel dummy. Signifikannya variabel dummy yang digunakan menunjukkan kondisi tingkat kemiskinan pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Kota Magelang yang dijadikan sebagai benchmark karena memiliki jumlah pendudk miskin paling rendah dibanding Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah selama periode 2006-2009. Angka positif atau negatif pada koefisien dummy menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang dinyatakan dengan variabel dummy tersebut memiliki kondisi tingkat kemiskinan yang lebih rendah (bertanda negatif) atau lebih tinggi (bertanda positif) dibandingkan Kota Magelang sebagai benchmark. Berdasarkan hasil Persamaan 4.1 diketahui bahwa selama empat tahun periode penelitian terdapat empat Kota di Jawa Tengah yang memiliki jumlah pendudukk miskin terkecil, yaitu diantaranya Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Tegal. Kondisi Kemiskinan terbesar yaitu di Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas. Perbedaan kondisi ini terjadi karena setiap daerah memiliki kondisi geografis dan ekonomi yang berbeda-beda, termasuk perbedaan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin, seperti perbedaan penerimaan dan pendayagunaan dana zakat, pertumbuhan ekonomi, dan PDRB per kapita. Kesimpulan Berdasar analisis yang telah dilakukan pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Model regresi pengaruh pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2009 cukup layak digunakan karena telah memenuhi dan
22
melewati uji penyimpangan asumsi klasik, yaitu uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. 2. Hasil uji koefisien determinasi (R2) pengaruh pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 menunjukan bahwa besarnya R2 cukup tinggi yaitu (0, 991571) nilai ini berarti bahwa model yang dibentuk cukup baik dimana 99.16% variasi variabel dependen jumlah penduduk miskin dapat dijelaskan dengan baik oleh varibel-variabel independen yakni Pendayagunaan Dana ZIS, PDRB per Kapita dan dummy wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan 0,84% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model. 3. Uji F-statistik menunjukan bahwa variabel independen dalam model regresi pengaruh realisasi pendayagunaan dana ZIS, PDRB per kapita serta dummy wilayah secara bersama-sama mempengaruhi variabel jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi JawaTengah tahun 2006-2009 serta dummy wilayah secara bersama-sama mempengaruhi variabel jumlah penduduk miskin. 4. Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa realisasi pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Arah koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa peningkatan
pendayagunaan dana ZIS dan PDRB per kapita akan
menurunkan jumlah penduduk miskin. Saran 1. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, diharapkan mampu meningkatkan peran serta BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) di setiap Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah dengan memerhatikan kebijakan yang akan diterapkan, agar
nantinya tepat sasaran dan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin. Salah satunya dengan merealisasikan pendayagunaan dana ZIS yang lebih berpihak langsung kepada masyarakat, seperti pinjaman modal terhadap pengusaha kecil yang nantinya diharapkan
23
dapat meningkatkan produktivitas. Dengan demikian pendapatan akan meningkat, selanjutnya tingkat konsumsi rumah tangga akan bertambah, dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. 2. Indikator tingkat keberhasilan ekonomi dapat dilihat melalui perkembangan kegiatan ekonomi sektoral, sektor ekonomi andalan daerah yang memiliki potensi dalam meningkatkan PDRB seharusnya mendapat perhatian lebih, karena kontribusinya dalam peningkatan PDRB per kapita. Mengingat PDRB per kapita merupakan perbandingan PDRB dengan jumlah penduduk. Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: pertama, periode waktu yang digunakan hanya empat tahun, akan lebih baik jika series waktunya lebih lama lagi sehingga dapat lebih menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Penggunaan Fixed Effect Model (FEM) memiliki beberapa kelemahan antara lain yaitu masalah modifikasi asumsi error term, karena merupakan error cross section dan time series. Kedua, Muallaf dan Amil yang mendapat dana zakat terkadang bukanlah termasuk golongan masyarakat miskin secara absolut, sehingga jika dipandang dari segi ekonomi konvensional penyaluran dana tersebut kurang tepat sasaran.
24
Daftar Pustaka Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: bagian Penerbitan sekolah tinggi ilmu ekonomi YKPN Badan Pusat Statistik. 2010. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2006-2009 Casmi Arrsa, Ria. 2008. Peran Negara dalam Merevitalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Upaya Strategis Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Mahasiswa Konsentrasi HTN Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang dan Aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI Koms. Hukum Brawijaya). h.1. Diakses tanggal 23 November 2010 Departemen Agama RI. 2002. Al Quran dan Terjemah, Semarang: PT. Karya Toha Putra Departemen Komunikasi dan Informatika. 2008. “Mengurai Benang Kusut Masalah Kemiskinan di Indonesia”. Jurnal Kebijakn Publik. November 2008. Departemen Komunikasi dan Informatika. Gujarati, Damodar N., 2003. Basic Econometrics Fourth Edition, The McGrow Hill Companies Inc, New York Kuncoro, Mudrajad. 2001. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN: Yogyakarta. Manan, M. Abdul. 1997. Teori dan Praktek: Ekonomi Islam. Yogyakarta. PT. Dana Bhakti Prima Yasa Miftah. 2008. Pembaharuan Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Innovatio, Vol. VII, No. 14. h.425 Qadir, Abdurrachman. Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Siregar, H. dan Dwi Wahyuniarti. 2007. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/PROS_2008_MAK3.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2011. Todaro, Michael dan Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, (Terj.) Drs. Haris Munandar, MA; Puji A.L, SE. Jakarta: Erlangga. Wikipedia. 2010. Jawa Tengah. http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah. Diakses tanggal 8 September 2011.
25
World Bank. 2006. Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, available: http://www. wordlbank.org