PENGARUH PENAMBANGAN EMAS DI PERAIRAN SUNGAI SINGINGI DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROPINSI RIAU TERHADAP KUALITAS AIR DAN KUALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) Jesri yendi 1), Usman Bulanin 2), Elfrida 3) 1)
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang. 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang Email :
[email protected]
ABSTRACT The influence of gold mining in the waters of the River Singingi in Kuantan Singingi Riau Province on water quality and fish quality tawes (Barmonymus gonionotus). The research was conducted in February 2015 in the course of the Singingi in Kuantan Singingi Riau Province. The purpose of this study was to observe the effect on the river Singingi Gold mining on water quality and heavy metal content in fish flesh tawes. In this study water quality parameters tested such as temperature, pH, alkalinity, DO, COD, BOD, TDS, TSS, brightness and hardness, while also knowing the content of heavy metals Hg, Cu, Pb, and Zn in water and in fish meat tawes. Sampling sites set up 3 station, station 1 upstream station 2 middle 3 stations downstream results compared to PP.RI No. 82 of 2001 and the Directorate General of POM RI Health Department No: 03 725 / B / SK / 1989. Results of research conducted to get the results on the quality of the water temperature, pH, TDS, hardness is still below the standard value mutu.TSS, DO, BOD, COD, alkalinity and brightness already passed the quality standard. Hg, Cu, Pb and Zn in water had passed the quality standard and Hg, Cu, Pb in the flesh of fish has not passed the quality standard while Zn had passed the standard. Keywords: heavy metals, water quality Singingi
PENDAHULUAN
air bersih yang digunakan harus memenuhi
Latar Belakang
syarat secara fisik, kimia, mikrobiologi
Air merupakan sumberdaya alam
(Ediwarman, 2011).
yang sangat penting dalam kehidupan
Meningkatnya aktivitas manusia
manusia dan digunakan masyarakat untuk
untuk memanfaatkan potensi sumberdaya
berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk
alam yang ada di Sungai Singingi seperti
kegiatan perikanan, pertanian, peternakan,
Penambangan Emas Tanpa Izin ( PETI ),
industri, pertambangan, rekreasi, olahraga
Penambangan
dan sebagainya. Akan tetapi, keberadaan
pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
air dapat menjadi satu masalah apabila
menyebabkan terganggunya daur hidup
tidak
tersedia dalam kondisi yang baik
dari organisme yang ada di Perairan
dalam kualitasnya. Khusus bagi kualitas
tersebut. Perairan menjadi tercemar karena
Batu
Bara
serta
1
diperkirakan sudah mengandung logam
terkandung didalam air dan ikan
berat yang dapat membuat keracunan bagi
tawes.
biota perairan sehingga populasi ikan dan
3. Bagi
Pemerintah,
memberikan
organisme lainnya menjadi berkurang dan
informasi tentang kualitas air dan
punah.
kandungan logam Ikan
yang
dalam
dikawasan
tubuh ikan untuk menindaklanjuti
perairan yang tercemar oleh logam berat
masih layak atau tidak air dan ikan
sejenis Cu, Zn, Pb, dan Hg
dimanfaatkan oleh masyarakat.
memungkinkan
hidup
berat
terkandung
sangat didalam
tubuhnya. Pada kosentrasi tertentu akan menyebabkan terganggu fungsi organ, yang
akhirnya
dapat
METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat
menyebabkan Penelitian ini dilakukan pada bulan
kematian. Apabila ikan ini dikonsumsi oleh manusia dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan kesehatan, seperti kerusakan
jaringan
organ
tubuh,
Februari 2015 di aliran Sungai Singingi yang melewati Desa Petai bagian hulu, Desa Koto Baru bagian tengah dan Desa Sungai Paku bagian hilir yang berada di
kemandulan, bahkan kematian.
Kecamatan Tujuan Penelitian Penelitian
Singingi
Hilir
Kabupaten
Kuantan Singingi Propinsi Riau. Analisis ini
bertujuan
untuk
melihat pengaruh Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Sungai Singingi Kecematan Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau terhadap kualitas air dan kandungan logam berat pada ikan tawes (Barbonimus gonionotus). Manfaat Penelitian 1. Wawasan Pengetahuan, Menambah
logam berat didalam tubuh ikan dan air dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Universitas Bung Hatta. Padang. B. Alat Dan Bahan Alat
Kotak pendingin (cool box)
Botol polietelien
Termometer air raksa pH universal
pipet tetes
ASS (Atomic Absorpition Spectro photometer)
ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca. 2. Bagi masyarakat menambah
Box plastik
Pisau
informasi tentang kualitas air dan kandungan logam berat yang 2
Bahan
Pengambila Sampel Ikan
MnSO4
H2SO4
Daging ikan
Air
Pengambilan
sampel
ikan
dilakukan pada bulan Februari 2015. Pada masing-masing stasiun diambil 1 ekor ikan tawes (Barbonymus gonionotus) berat
C. Metode Kerja
minimal
Penentual Lokasi Stasiun Pengambilan Sampel
300
gram/ekor
yang
siap
dikonsumsi. Pengambilan ikan dengan cara menjaring ikan yang dilakukan oleh
Stasiun
dipilih
secara
Porposive
sampling dan diharapkan dapat mewakili
nelayan setempat. Pengambilan Organ Tubuh Ikan
Singingi.
Setelah ikan ditangkap kemudian
Pengambilan sampel dilakukan pada 3 titik
dibelah menggunakan pisau dan diambil
yaitu :
bagian
kondisi
perairan
Sungai
punggungnya
yang
memiliki
Stasiun 1 Desa Petai (Bagian Hulu
daging tebal, daging yang sudah diambil
Sungai)
dimasukan kedalam kotak plastik dan
Stasiun 2 Desa Koto Baru (Bagian
ditutup
Tengah)
kedalam cool box yang sudah berisi es
Stasiun
3
Desa
Sungai
Paku
rapat
kemudian
dimasukan
kristal supaya kesegaran dari daging yang sudah diambil tetap terjaga. Kemudian
(Bagian Hilir)
dibawa ke Laboratorium Dasar Universitas
Pengambilan Sampel Air Pengambilan sampel air diambil
Bung Hatta untuk dilakukan analisis.
pada permukaan pada saat air tidak
D. Peubah Yang Diukur
pasang. Sampel air dimasukan kedalam
Pada Perairan
botol penelitian dan ditambahkan dengan
Pada perairan peubah yang diukur
cairan MnSO4, H2SO4, sebanyak 2 ml
meliputi parameter fisika dan kimia.
kemudian air yang sudah ditambahkan
Parameter fisika (insitu) seperti : Suhu,
pengawet lalu dimasukan kedalam cool
pH. Sedangkan parameter kimia (eksitu)
box dengan menambahkan es kristal
seperti : Kecerahan, Alkalinitas, DO
didalamnya
dalam
(Dissolved
dalam
oxygen demand), COD (Chemical oxygen
perjalanan memakan waktu selama 6 jam,
demand), TDS (Total dissolved solid), TSS
selanjutnya dianalisa di Laboratorium
(Total suspended solid) dan Kesadahan.
perjalanan
supaya tetap
awet
selama karena
oxygen),
BOD
(Biological
Dasar Universitas Bung Hatta. 3
Pengukuran
kandungan
logam
Tembaga (Cu) pada aliran Sungai Singingi
berat dalam air pada penelitian ini adalah
yang terukur dilakukan secara deskriptif,
Mercuri (Hg), Tembaga (Cu), Seng (Zn)
yaitu dengan membandingkan kandungan
dan Timbal (Pb).
logam berat dalam air dengan baku mutu
Pada Ikan
yang ditetapkan oleh PP. RI No. 82 Tahun
Logam Berat yang dianalisis pada
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
daging ikan dalam penelitian ini adalah
pengendalian pencemaran air kelas 2, yaitu
Tembaga (Cu), Seng (Zn), Timbal (Pb)
air yang peruntukannya dapat digunakan
dan Merkuri (Hg).
untuk kegiatan budidaya perikanan.
E. Analisis Data
Analisis Kandungan Logam Berat Pada
Analisis Kualitas Air Dan Logam Berat
Ikan
Analisis kualitas air dilihat dari nilai
parameter
kecerahan
dan
fisika kimia
seperti seperti
suhu, pH,
Alkalinitas, DO, BOD, COD, TDS, TSS, dan Kesadahan, selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu kualitas air kelas 2 menurut PP. RI No.82 Tahun 2001. Analisis Kandungan logam berat
Pada
penelitian
ini
perbedaan
kandungan logam berat pada daging ikan yang terukur dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan baku mutu yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral POM DEPKES RI No : 03725/B/SK/1989 tentang batas mutu yang diperoleh dalam makanan.
merkuri (Hg), Timbal (Pb), Seng (Zn),
Lokasi pengambilan sampel
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel. 1. Hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Pada Masing Masing Stasiun di Aliran Sungai Singingi Parameter Suhu pH TDS TSS DO BOD COD Alkalinitas Kesadahan Kecerahan
Satuan o C
Stasiun 1 26 5 121,25 89,72 4,64 3,71 130,58 46,29 73,86 20
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l cm
Stasiun 2 27 6 65,80 40,44 5,20 3,16 85,71 58,05 107,38 36
Stasiun 3 27 6 100,12 49,03 5,11 3,49 92,90 48,33 89,95 32
Baku Mutu 6-9 1000 50 4 3 25 >80 350 >45
Keterangan : Baku Mutu PP. RI No. 82 Tahun 2001. Stasiun 1 bagian hulu Desa Petai. Stasiun 2 bagian tengah Desa Koto Baru. Stasiun 3 bagian hilir Desa Sungain Paku
Suhu
Boyd (1982) menyatakan bahwa suhu
Suhu pada masing-masing stasiun pada
perairan di daerah tropis berkisar antara 25 – O
bulan Februari pada stasiun 1 yaitu 26 OC,
32
stasiun 2 yaitu 27 OC dan pada stasiun 3
organisme perairan.
yaitu 27 OC.
C masih layak untuk kehidupan
Suhu di aliran Sungai Singingi masih
Nilai tertinggi pada stasiun 2 dan 3 ini
tergolong normal yaitu antara 26 OC-27 OC
disebabkan pada saat pengukuran suhu
sesuai dengan nilai baku mutu PP.RI No,
dilapangan sangat panas sekitar pukul
82 Tahun 2001 sebesar 26 OC-30 OC untuk
12.00 WIB dan kawasan perairan terbuka
perikanan budidaya air tawar.
sehingga permukaan perairan langsung
terkena
sinar
Ediwarman
matahari.
(2011),
Menurut
penelitian
yang
dilakukan pada sungai Singingi penyebab rendahnya suhu pada stasiun 1 dikarenakan
pH Pengukuran pH pada masing-masing
stasiun pada bulan Februari pada stasiun 1 yaitu 5, pada stasiun 2 yaitu 6 dan stasiun 3 yaitu 6.
waktu pengambilan sampel masih pagi hari sehingga penyinaran matahari belum begitu
Nilai
terendah
pada
stasiun
1
panas. Rendahnya suhu pada stasiun 1
disebabkan pada kawasan ini terdapat
disebabkan
berbagai
pada
waktu
pengukuran
aktivitas
yang
berpotensi
sampel masih dipagi hari sekitar pukul
menurunkan nilai pH seperti penambangan
09.00 WIB sehingga penyinaran matahari
emas, pemukiman dan perkebunan. Sejalan
belum begitu panas pada kawasan tersebut.
dengan penelitian Ediwarman (2011), 5
bahwah
rendahnya
pH
pada
sungai
singingi disebabkan oleh tambang emas,
oleh
50 unit. Sedangkan pada stasiun 2 dan 3 sama yaitu 6 merupakan pH air yang bersifat asam, penyebabnya pertambangan emas lebih sedikit pada stasiun 2 sekitar 35 unit dan pada stasiun 3 sekitar 40 unit. Sejalan dengan pernyataan tersebut Boyd (1982),
menyatakan
bahwa
limbah
buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Kondisi
deras
sehingga
terjadi
pengenceran.
perkebunan dan batubara. Keberadaan pertambangan emas pada stasiun 1 sekitar
arusnya
Nilai tersebut masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah PP. RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air kelas 2 adalah sebesar 1000 mg/l, akan tetapi nilai TDS bisa berubah dalam waktu yang tidak ditentukan karena adanya aktivitas manusia disekitar aliran sungai singingi.
Total Suspended Solid (TSS)
pH semua stasiun masih berada dalam
Hasil pengukuran TSS pada stasiun 1
kisaran normal 6-9 untuk kehidupan biota
yaitu 89,72 mg/l, pada stasiun 2 yaitu
dan budidaya ikan menurut PP.RI No.82
40,44 mg/l dan pada stasiun 3 yaitu 49,03
Tahun 2001.
mg/l.
Total Dissolved Solid (TDS)
Nilai
tertinggi
pada
stasiun
1
Nilai TDS dialiran Sungai Singingi
dikarenakan nilai kecerahan pada stasiun 1
pada stasiun 1 yaitu 121,25 mg/l, stasiun 2
yang rendah dan stasiun 1 lebih dekat
yaitu 65,80 mg/l dan pada stasiun 3 yaitu
dengan aktivitas penambangan emas yang
100,12 mg/l.
membuang limbah cair kebadan perairan.
Nilai TDS yang tinggi yaitu pada stasiun 1 dan 3 dipengaruhi oleh pabrik kelapa sawit pada stasiun 3 dan pabrik karet pada stasiun1. TDS yang tinggi disebabkan TDS biasanya oleh bahanbahan organik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan diperairan seperti air laut yang memiliki TDS tinggi (Ariyanti, 2014). Rendahnya TDS pada stasiun 2 disebabkan
keberadaan
pertambangan
Rendahnya TSS pada stasiun 2 dan 3 disebabkan nilai kecerahan tinggi pada stasiun 2 dan 3 yang berpengaruh terhadap TSS. TSS merupakan parameter fisika yang berkaitan dengan kecerahan. Menurut Efendi (2003), semakin rendah nilai kecerahan, maka nilai kelarutan zat-zat yang tersuspensi akan tinggi. Pada stasiun 2 ,3 masih dibawa baku mutu yang ditetapkan pemerintah dan pada stasiun 1
emas lebih sedikit dan juga dipengaruhi 6
telah melewati baku mutu yang ditetapkan
tertinggi BOD pada stasiun 1 yaitu 3,71
pemerintah sebesar 50 mg/l.
mg/l hal ini disebabkan karena DO pada
stasiun 1 dalam penelitian ini rendah dan DO Nilai kadar oksigen terlarut dialiran
sungai singingi pada stasiun 1 yaitu 4,64 mg/l pada stasiun 2 yaitu 5,20 mg/l dan pada stasiun 3 yaitu 5,11 mg/l.
stasiun
1
dekat
pertambangan membuang
dengan
emas
yang
limbah
kegiatan banyaknya
kebadan
perairan.
Rendahnya BOD pada stasiun 2 dan 3 disebabkan terdapat arus sungai yang agak
Tingginya oksigen terlarut pada stasiun
deras sehingga DO tinggi menyebabkan
2 dan 3 disebabkan nilai kecerahan pada
BOD nya rendah. Menurut Ediwarman
stasiun ini juga tinggi sehingga intensitas
(2011), jika nilai BOD rendah maka nilai
cahaya yang masuk keperairan dapat
oksigen terlarut dalam suatu perairan
meningkatkan proses fotosintesa dan juga
tinggi dan sebaliknya jika nilai BOD tinggi
dipengeruhi oleh arus yang deras sehingga
maka oksigen terlarutnya rendah. Sangat
terjadi pengenceran. Rendahnya oksigen
jelas terlihat perbedaan nilai BOD pada
terlarut pada stasiun 1 dimana aktivitas
stasiun 1 tinggi dan DO pada stasiun 1
penambangan emas lebih banyak sekitar
rendah.
50 unit sehingga mempengaruhi nilai DO dan arus airnya relatif lambat sehingga oksigen yang berasal dari aliran air juga berkurang. Menurut Ediwarman (2011),
Kandungan BOD pada masing-masing stasiun sudah melewati batas minimun yang ditetapkan dalam PP. RI No.82 tahun 2001 yaitu 3 mg/l.
oksigen terlarut dalam perairan dapat berasal dari udara dan dari pergerakan air, sumber oksigen terlarut terbesar dalam
COD Nilai COD dialiran sungai Singingi
perairan berasal dari proses fotosintesa
pada stasiun 1 yaitu130,58 mg/l pada
tumbuhan air. Kandungan oksigen terlarut
stasiun 2 yaitu 85,71 mg/l dan pada stasiun
pada stasiun 1, 2 dan 3 sudah melewati
3 yaitu 92,90 mg/l. Nilai COD pada pada
batas menimum yang ditetapkan dalam PP.
setiap stasiun telah melebihi baku mutu
RI No. 82 tahun 2001 yaitu 4 mg/l.
PP. RI No. 82 tahun 2001 yaitu 25 mg/l.
BOD Hasil pengukuran BOD pada stasiun 1
Tingginya stasiun
1
kandungan perairan oleh
COD
pada
sungai
singingi
rendahnya
oksigen
yaitu 3,71 mg/l, stasiun 2 yaitu 3,16 mg/l
dipengaruhi
dan pada stasiun 3 yaitu 3,49 mg/l. Nilai
terlarut pada stasiun 1 dan diduga karena 7
tingginya aktivitas masyarakat disekitar
perikanan menurut PP. RI No. 82 Tahun
sungai singingi seperti pertanian, buangan
2001 adalah sebesar >80 mg/l.
limbah rumah tangga dan pertambangan emas. Rendahnya COD pada stasiun 2 dan 3 karena nilai BOD pada stasiun 2 dan 3 juga rendah dan juga disebabkan karena arusnya yang deras. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian
Efendi
(2003),
yang
dilakakukan
tingginya
COD
menunjukan tingginya akumulasi senyawa organik dan anorganik pada berbagai wilayah disungai petapahan dan dengan tingginya COD ini bersamaan dengan tingginya BOD pada perairan sungai
pengukuran
Hasil pengukuran nilai kesadahan pada stasiun 1 yaitu 73,86 mg/l pada stasiun 2 yaitu 107,38 mg/l dan pada stasiun 3 yaitu 89,95 mg/l. Kesadahan pada masingmasing stasiun tersebut belum melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh PP. RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dimana baku mutu yang ditetapkan pada
perairan
yang
diperuntukan
mg/l. Alkalinitas Hasil
Kesadahan
pembudidayaan ikan air tawar sebesar 350
petapahan tersebut.
alkalinitas pada
stasiun 1 yaitu 46,29 mg/l pada stasiun 2 yaitu 58,05 mg/l dan pada stasiun 3 yaitu 48,33 mg/l. Tingginya nilai pada stasiun 2 disebabkan oleh pertambangan emas dan pemukiman
penduduk
menyebabkan
alkalinitasnya
sehingga tinggi.
Rendahnya alkalinitas pada stasiun 1 dan 3 disebakan rendahnya pH dan kesadahan pada stasiun 1 dan 3 juga rendah. Konsentrasi alkalinitas yang tinggi
Rendahnya kesadahan pada stasiun 1 disebabkan karena nilai alkalinitas pada stasiun 1 yang tinggi penyebabnya adalah keadaan lokasi pengambilan sampel dekat dengan pertambangan emas dan pabrik karet yang ada dihulu sungai. Tingginya kesadahan pada stasiun 2 disebabkan karena nilai alkalinitas pada stasiun 2 yang tinggi penyebabnya adalah keadaan lokasi pengambilan perkebunan
sampel sawit
dekat dan
penduduk. Tingginya 3
dengan
pemukiman
kesadahan pada
dalam perairan biasanya berhubungan
stasiun
dengan pembuangan limbah yang masuk
pertambangan dan perkebunan kelapa
keperairan (Priyono, 1994). Perbedaan
sawit
nilai alkalinitas tidak lagi mencerminkan
Kesadahan
kondisi perairan yang layak untuk kegiatan
menyebabkan beberapa dampak negatif,
yang
disebabkan
ada air
disekitar yang
terlalu
aktivitas
perairan. tinggi
yaitu pada ikan mempengaruhi transer 8
hara/gizi
dan
membran
hasil dapat
melalui
akibatnya
air
menjadi
keruh
karena
mempengaruhi
mengandung lumpur dan partikel lainnya.
kesuburan, fungsi organ dalam (seperti
Penambangan emas pada stasiun 1 sangat
ginjal) pertumbuhan bahkan pemijahan
banyak dibanding yang lain yaitu berkisar
(Rinaldi, 2013).
50 unit. Tingginya tingkat kecerahan pada
dan
sekresi
stasiun 2 dan 3 disebabkan daerah muara Kecerahan
sungai yang arus yang relatif deras
Nilai kecerahan pada stasiun 1 yaitu 20
sihingga partikel-partikel tanah dan lumpur
cm pada stasiun 2 yaitu 36 cm dan pada
yang terbawa oleh arus tidak dapat
stasiun 3 yaitu 32 cm. Nilai kecerahan
mengendap dan pertambangan emas lebih
pada setiap stasiun tidak sesuai dengan
sedikit pada stasiun 2 berkisar 35 unit dan
standar baku mutu yang di tetapkan oleh
pada stasiun 3 sekitar 40 unit. Penggunaan
PP. RI No. 82 Tahun 2001 yaitu >45 cm
mesin sedotan tersebut secara bersamaan
Nilai terendah pada stasiun 1 disebabkan
akan terisap pasir, kerikil dan lumpur dan
banyaknya
masyarakat
terbuang
kembali
melakukan penambangan emas tanpa izin
sehingga
air
(PETI)
mengandung lumpur dan partikel lainnya (
aktivitas
dengan
menggunakan
mesin
penghisap sehingga pasir, kerikil dan
kedalam
menjadi
keruh
perairan karena
Ediwarman, 2011).
lumpur terbuang kembali kedalam perairan
Kandungan Logam Berat Dalam Air Tabel 2 Nilai Hasil Baku Mutu Logam Berat Dalam Air Baku Mutu PP.RI No. 82 Tahun 2001
Parameter Hg
Satuan mg/l
Stasiun 1 0,016
Stasiun 2 0,022
Stasiun 3 0,029
Cu
mg/l
0,370
0,248
0,416
0,02
Pb
mg/l
0,125
0,117
0,120
0,03
Zn
mg/l
1,443
0,601
0,835
0,05
0,002
Keterangan : Stasiun 1 bagian hulu Desa Petai Stasiun 2 bagian tengah Desa Koto Baru Stasiun 3 bagian hilir Desa Sungai Paku
9
Kandugan Hg Dalam Air
ditetapkan pada perairan sebesar 0,002
Nilai setiap stasiun sebagai berikut
mg/l.
pada stasiun 1 pada bagian hulu yaitu 0,016 mg/l pada stasiun 2 bagian tengah yaitu 0,022 mg/l dan pada stasiun 3 bagian hilir yaitu 0,029 mg/l.
Kandungan Cu Dalam Air Nilai logam berat Cu pada stasiun 1
yaitu 0,370 mg/l pada stasiun 2 yaitu 0,248 mg/l dan pada stasiun 3 yaitu 0,416 mg/l.
Nilai kandungan logam berat pada
Sesuai dengan ketentuan baku mutu yang
stasius 3 pada bagian hilir sangat jelas
ditetapkan oleh PP. RI No. 82 Tahun 2001
kandungan Hg tinggi dari pada stasiun 2
sebesar 0,02 mg/l, kandungan Cu sudah
dan 1, hal ini dapat dikarenakan lokasi
melewati baku mutu.
stasiun 3 terdapat masuknya aliran anak sungai yang diatasnya ada pabrik sawit dan dekat dengan kegiatan penambangan emas sebagai penyumbang merkuri terbesar diperairan. Pada stasiun 2
lebih rendah
karena arus airnya yang deras sehingga terjadi pengenceran dan juga disebabkan pada stasiun 2 penambangan emas lebih sedikit sekitar 35 unit. Pada stasiun 1 paling
terendah
karena
pada
waktu
pengambilan sampel masih pagi sehingga pertambangan emas belum beroperasi. Kandungan logam berat Hg diperairan sungai Kuantan Kabupaten Sijunjung pada stasiun 1 tinggi hal ini disebakan lokasi stasiun 1 paling dekat dengan kegiatan pertambangan emas ( Rinaldi, 2013).
Tingginya kandungan Cu pada stasiun 3 dan 1 disebabkan karena masuknya aliran anak sungai yang diatasnya ada pabrik sawit, pabrik karet dan tambang batu bara, pada stasiun 2 mengalami penurunan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan emas lebih sedikit dan arus sungai
yang
deras
sehingga
terjadi
pengenceran. Pengambilan contoh air pada ketiga stasiun dilakukan pada hari yang sama. Menurut Shinta (2005), dalam bidang industri lainnya, senyawa Cu juga digunakan pada industri cat, insektisida dan fungisida.
Kandungan Pb Dalam Air Hasil pengukuran logam berat Pb pada
Kandungan Hg pada stasiun 1, 2 dan 3
masing-masing
telah melebihi baku mutu yang ditetapkan
perbadan dimana pada stasiun 1 bagian
oleh PP. RI No. 22 Tahun 2001 tentang
hulu 0,125 mg/l pada satasiun 2 bagian
pengelolaan kualaitas air dan pengendalian
tengah 0,117 mg/l dan pada stasiun 3
pencemaran air, baku mutu Hg yang
bagian hilir 0,120 mg/l. Kandungan Pb
stasiun
menunjukkan
10
pada masing-masing stasiun tersebut sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan PP. RI No. 82 Tahun 2001. Berdasarkan kecendrungan
data logam
tersebut Pb
terjadi
mengalami
rendah dibandingkan satsiun 1, dimana pada stasiun 1 lebih tinggi
hal ini
dikarenakan lokasi pengambilan sampel dekat dengan masuknya aliran anak sungai yang diatasnya terdapat pertambangan Bara,
pabrik
Kandungan Zn Dalam Air Kandungan logam berat Zn setiap
stasiun berbeda pada stasiun 1 yaitu 1,443
penurunan pada stasiun 2 dan 3 lebih
Batu
karet
dan
lahan
perkebunan sawit yang berada disekitar aliran sungai Singingi. Pada stasiun 2 arus air sungai yang deras sehingga terjadi pengenceran logam Pb dan pada stasiun 3 dekat dengan pertambangan emas yang dilakukan masyarakat setempat dan muara sungai yang diatasnya terdapat pabrik kelapa sawit. Pb dapat berasal dari aktivitas manusia dan penambangan emas tanpa izin yang mengandung Pb dari buangan bahan bakar kapal penambangan dapat secara alami masuk keperairan karena adanya angin dan hujan (Rinaldi,
mg/l pada stasiun 2 yaitu 0,601 mg/l pada stasiun 3 yaitu 0,835 mg/l. Terjadi kecendrungan
logam
Zn
mengalami
penurunan pada satasiun 2 dan 3 lebih rendah karena pada stasiun 2 arus sungai yang deras sehingga terjadi pengenceran logam berat sedangkan pada stasiun 3 terjadi peningkatan dari stasiun 2 karena pada stasiun 3 lokasi pengambilan sampel tidak jauh dari aktivitas pertambangan emas
dan
pemukiman
warga
yang
membuang limbah cair keperairan. Pada stasiun 1 pada bagian hulu sungai singingi kandungan Zn lebih tinggi disebabkan adanya pabrik karet yang berada dihulu sungai
dan
perkebunan penelitian.
juga
banyak
terdapat
kelapa
sawit
dilokasi
Effendi
(2003),
mengemukakan bahwa seng digunakan dalam industri baja, cat, karet, tekstil, kertas dan bubur kertas. Zn Pada masingmasing stasiun sudah melewati baku mutu menurut PP. RI No. 82 Tahun 2001.
2013). Logam Berat Pada Daging Ikan Tawes
Tabel 3. Hasil Kandungan Logam Berat Dalam Daging Ikan Tawes Parameter
Satuan
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Hg Pb Zn Cu
mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg
0,192 1,118 114,729 18,461
0,308 0,732 70,916
0,457 0,900 89,354 18,635
12,944
Baku Mutu POM DEPKES RI 0,5 2,0 100 20 11
Kandungan Hg Pada Daging Ikan
stasiun 1 yaitu pada hulu sungai singingi
Tawes
1,118 mg/kg , pada stasiun 2 yaitu pada
Nilai kandungan Hg dalam daging ikan
bagian tengah 0,732 mg/kg dan pada
tawes
sudah terdeteksi
dimana pada
stasiun 1 bagian hulu 0,192 mg/kg pada
stasiun 3 yaitu pada bagian hilir 0,900 mg/kg.
stasiun 2 bagian tengah 0,308 mg/kg pada stasiun 3 bagian hilir 0,457 mg/kg. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada stasiun 1,2 dan 3 dalam daging ikan tawes masih dibawah baku mutu yang ditetapkan Direktorat Jendral POM DEPKES RI No : 03725/B/SK/1989 yang mana batas baku mutunya 0,5 mg/kg.
Rendah nilai Pb pada stasiun 2 dan 3 disebabkan karena nilai kandungan logam berat pada air stasiun 2 dan 3 juga rendah dan arus air yang deras sehingga terjadi pengenceran logam berat Pb. Sedangkan pada
stasiun
kemungkinan
1
tingginya
dikarenakan
nilai
Pb
tingginya
kandungan Pb dalam air pada stasiun 1
Tingginya kandungan Hg pada stasiun
kemungkinan disebabkan oleh adanya
3 disebabkan karena adanya kegiatan
pabrik
pertambangan emas tanpa izin bagian hilir
Kandungan Pb pada stasiun 1, 2 dan 3
sungai
kemungkinan
masih dibawah baku mutu yang ditetapkan
penyebab tingginya Hg pada stasiun 3 juga
oleh Direktorat Jendral POM DEPKES RI
dipengaruhi kandungan Hg dalam air juga
No : 03725/B/SK/1989 sebesar 2,0 mg/kg.
Singingi
dan
tinggi. Sedangkan pada stasiun 1 dan 2 rendah juga dipengaruhi oleh kandungan Hg dalam air pada stasiun 1 dan 2 juga
karet
dan
tambang
batubara.
Kandungan Zn Pada Daging Ikan Tawes
rendah dan juga dipengaruhi oleh aktivitas
Nilai Zn pada stasiun 1 bagian hulu
pertambangan emas pada stasiun 2 lebih
yaitu 114,729 mg/kg, pada stasiun 2
sedikit dibanding pada stasiun lainnya.
bagian tengah yaitu 70,916 mg/kg dan
Kandungan logam Hg dalam tubuh ikan 92
pada stasiun 3 bagian hilir yaitu 89,354
% dipengaruhi oleh air ( Rinaldi, 2013 ).
mg/kg. Tingginya kandungan Zn pada
stasiun 1 berkaitan dengan tingginya Kandungan Pb Pada Daging Ikan Tawes
logam Zn dalam air pada stasiun 1 yang tinggi ini disebabkan pada stasiun 1
Nilai kandungan Pb pada setiap stasiun
banyak terdapat aktivitas seperti adanya
terlihat sangat berbeda dimana pada
pabrik karet, lahan perkebunan kelapa sawit dan tambang batubara. Pada stasiun 12
2 dan 3 masih dibawa baku mutu,
tidak banyak aktivitas penambangan emas
rendahnya pada stasiun 2 dan 3 disebabkan
dibanding pada stasiun lainnya.
arus air yang deras sehingga terjadi pengenceran dan distasiun 2 aktivitas pertambangan lebih sedikit dan juga
KESIMPULAN DAN SARAN
dipengaruhi kandungan Zn dalam air juga
Kesimpulan 1. Nilai
parameter
suhu,
pH,
rendah. Kandungan Zn pada stasiun 1 yang
Kesadahan masih berada dalam
telah melebihi baku mutu yang ditetapkan
kisaran yang dianjurkan pada baku
oleh Direktorat Jendral POM DEPKES RI
mutu, sedangkan TDS, TSS, DO,
No : 03725/B/SK/1989 sebesar 100 mg/kg.
COD,
kecerahan sudah melewati baku
Kandungan Cu Pada Daging Ikan
BOD,
alkalinitas
dan
mutu.
Tawes
2. Kandungan logam berat Hg, Cu, Pada stasiun 1 bagian hulu yaitu
Zn dan Pb pada perairan Sungai
18,461 mg/kg, pada stasiun 2 bagian
Singingi pada setiap stasiun telah
tengah yaitu 12,944 mg/kg dan pada
melebihi baku mutu kualitas air
stasiun 3 bagian hilir yaitu 18,635 mg/kg.
kelas 2.
Kandungan Cu pada stasiun 1, 2 dan 3 masih
dibawah
baku
mutu
3. Pada
yang
ikan
tawes
yang
hidup
disungai Singingi telah terdeteksi
ditettapkan oleh Direktorat Jendral POM
logam berat Hg, Zn, Pb dan Cu.
DEPKES RI No : 03725/B/SK/1989 yaitu
4. Terdeteksi kandungan logam berat
sebesar 20 mg/kg.
apabila
menyebabkan
Tingginya nilai Cu pada stasiun 1
keracunan
akan dan
penyakit pada tubuh manusia.
dan 3 disebabkan oleh adanya aktivitas pertambangan emas yang dekat dengan
dikonsumsi
Saran
lokasi pengambilan sampel dan adanya pabrik sawit, tambanag batubara. Sampel
Bagi Pemerintah Kuantan Singingi
ikan juga dipengaruhi oleh kandungan Cu
harus menindak kegiatan yang dilakakukan
dalam air pada stasiun 1 dan 3 juga tinggi.
penambangan emas tanpa izin (PETI) agar
Rendahnya kandungan Cu dalam daging
sungai Singingi tetap terjaga kualitasnya
ikan juga dipengaruhi oleh kandungan Cu
dan
dalam air pada stasiun 2 rendah yang
mestinya.
bisa
dimanfaatkan
sebagaimana
disebabkan arus airnya yang deras dan 13
DAFTAR PUSTAKA Ariyanti, D.W. 2014. Kualitas Air Irigasi Ditinjau Dari Parameter DHL,TDS,pH Pada Lahan Sawah Desa Bulu Manis Kidul Kecamatan Margoyoso. Laporan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati. Pati. Boyd,
C. E. 1982. Water Quality Manajemen For Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company Amsterdam. New York.
Direktorat Jendral POM DEPKES RI No : 03725/B/SK/1989. Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Makanan. Ediwarman, J. 2011. Dampak Penambangan Emas Terhadap Kualitas Sungai Singingi Dikabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Jurnal Program Studi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau. 168-183 Hal.
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta 28 hl. Priyono, A. 1994. Parameter – parameter kualitas air. Laboratorium analisa lingkungan. Jurusan sumberdaya hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Rinaldi, A. 2013. Kandungan logam berat dalam air dan ikan baung (Hemibargus nemerus C.V) di Kawasan Konservasi Sungai Kuantan Kecamatan Sijunjung. Universitas Bung Hatta. Shinta, F. S. 2005. Kandungan logam berat Cu, Zn, dan Pb dalam air, dan ikan nila ( Oreochromis niloticus ) dan ikan mas ( Cyprinus carpio ) dalam keramba jaring apung, Waduk Saguling, Jawa Barat, (Skripsi). Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan.IPB.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkkungan perairan. Kanasius. Yogyakarta. 258 hal. Presiden Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik
14