Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus L.) KE DALAM RANSUM BABI INDUK MENYUSUI TERHADAP BOBOT SAPIH ANAK (The Effect of Bangun-Bangun Meal (Coleus amboinicus L.) in the Diets of Lactating Pig on the Piglet Weaning Weight) S. SINAGA1, M. SILALAHI 2 dan D. TARIGAN1 1
2
Fakultas Peternakan, Universitas Pajajaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lampung, Jl. Hi. Z.A. Pagar Alam No. 1A Rajabasa, Bandar Lampung 35145
ABSTRACT This research was conducted on farmer’s farm in Cigugur Village, Cigugur sub district, Kuningan, West Java in February-April 2010, which aims to identify the level of Bangun-bangun flour (Coleus amboinicus L.) and effect of Bangun-bangun plant flour to the weaning weight of piglet. Fifteen male pigs weighing holding period ranges from 190 – 200 kg were allocated into a Completely Randomized Design with three ration treatments and were repeated five times. Combination ration treatments consisted of: R0 (diet containing 0% Bangun-bangun plant flour), R1 (diet containing 3% Bangun-bangun plant flour), and R2 (diet containing 5% Bangun-bangun plant flour). Results indicated that the addition of 5% of Bangun-bangun plant flour (Coleus amboinicus L.) influenced to piglet’s weaning weight and feed consumption. Key Words: Bangun-Bangun Flour, Feed Intake, Piglet’s Weaning Weight, Lactation Pig ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan rakyat di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan Jawa barat pada bulan February – April 2010 bertujuan untuk mengetahui tingkat pemberian tepung tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus L.) dan pengaruh pemberian tepung tanaman bangunbangun terhadap bobot sapih anak. Lima belas ekor ternak babi masa induk dengan berat badan berkisar 190 – 2 00 kg dialokasikan ke dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ransum perlakuan dan diulang sebanyak 5 kali. Kombinasi ransum perlakuan terdiri atas: R0 (ransum yang mengandung 0% tepung tanaman bangunbangun), R1 (ransum yang mengandung 3% tepung tanaman bangun-bangun), dan R2 (ransum yang mengandung 5% tepung tanaman bangun-bangun). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus L.) sebesar 5% memberikan pengaruh terhadap bobot sapih anak dan konsumsi ransum. Kata Kunci: Tepung Bangun-Bangun, Konsumsi Ransum, Bobot Sapih Anak, Babi Induk Masa Laktasi
PENDAHULUAN
Peningkatan kesejahteraan dan perubahan pola pikir masyarakat tentang sumber makanan bergizi sangat mempengaruhi tingkat konsumsi daging. Permintaan daging yang cukup tinggi harus diimbangi dengan pengembangan serta budidaya ternak yang diharapkan mampu meningkatkan produksi daging dan hasil ikutan ternak lainnya. Salah satu cara yang dilakukan adalah meningkatkan produksi daging dengan menekan biaya produksi terutama biaya ransum dan ternak yang berpotensi untuk
690
dikembangkan dalam usaha pemenuhan kebutuhan daging adalah babi. Babi merupakan salah satu komoditi ternak yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain : laju pertumbuhan yang cepat, litter size yang tinggi, omnivora (pemakan segala jenis makanan), konversi ransum yang rendah, resisten terhadap penyakit dan permintaan daging babi cukup tinggi sekitar satu juta ekor per tahun di Indonesia (DISNAK PROV. JABAR, 2000).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Ternak babi merupakan salah satu sumber daging dan untuk pemenuhan sumber gizi yang sangat efisien di antara ternak-ternak yang lain. Ternak Babi sangat peridi (prolific), satu kali beranak bisa 6 – 12 ekor. Setiap induk bisa beranak 2,5 kali di dalam waktu setahun. Namun permasalahan yang terjadi adalah mortalitas anak yang tinggi disebabkan oleh produksi susu yang rendah. Produksi susu induk untuk kebutuhan anakanaknya dapat disintesis dari ransum yang dikonsumsi yang memiliki kandungan zat gizi yang memadai seperti kalsium yang merupakan precursor pembentukan air susu dalam ambing. Babi induk harus mendapatkan ransum dengan kualitas baik, hal ini diperlukan untuk produksi air susu mengingat litter sizenya yang sangat tinggi. Produksi air susu yang tinggi dapat dilihat dari bobot anak babi lepas sapih. Ransum yang diberikan harus mengandung zat-zat makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ternak. Ransum dengan kualitas yang baik akan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi dari seekor ternak. Zat gizi yang terkandung dalam ransum Babi induk diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pada saat bunting maupun menyusui. Kebutuhan ransum selama berlaktasi tergantung dari banyaknya anak yang disusukan, sebab semakin banyak anak akan semakin besar perangsang produksi susu induk. Upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan produksi susu salah satunya adalah pemberian tepung Bangun-bangun dalam ransum. Bagun-bangun diketahui dapat meningkatkan konsumsi ransum, pertumbuhan bobot badan dan efisiensi penggunaan zat makanan pada ternak babi fase bertumbuh. Tepung Bangun-bangun tidak hanya mempunyai fungsi antibakteri alternatif teapi juga membantu pencernaan, meningkatkan nafsu makan (GUNTER dan BOSSOW, 1998), tetapi juga meningkatkan pertumbuhan dan penampilan reproduksi (KHAJARERN dan KHAJARERN, 2002). Tanaman Bangun-bangun ini tumbuh liar didataran rendah dan tempat lain sampai pada ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut. Daun ini bermanfaat sebagai obat sariawan, batuk rejan, influenza, demam, perut kembung,
mulas, sembelit, bahkan sebagai anti tumor, anti kanker, anti vertigo, dan hipotensif. Manfaat lain adalah sebagai obat asma dan bronchitis (JAIN dan LATA, 1996). Secara ilmiah, khasiat daun Bangun-bangun telah dikemukakan beberapa peneliti. SILITONGA (1993) melaporkan bahwa penggunaan daun Bangun-bangun dapat meningkatkan produksi susu induk tikus putih laktasi sampai 30%. Namun, dari hasil penelitian WENING (2007) terungkap bahwa Coleus ambonicus memiliki sifat oksitoksi, yang dapat meningkatkan tonus uterus, sehingga dapat menyebabkan abortus pada marmut. Hal ini diprediksi dapat terjadi pula pada manusia, babi dan ternak lainnya. Menurut KHAJARERN dan KHAJARERN, (2002) daun Bangun-bangun mempunyai tiga komponen penting yaitu, komponen pertama adalah senyawa-senyawa yang bersifat laktagogue, yaitu komponen yang dapat menstimulir produksi kelenjar air susu pada induk laktasi. Komponen kedua adalah komponen zat gizi dan komponen ke tiga adalah komponen farmakoseutika yaitu senyawa-senyawa yang bersifat buffer, antibacterial, anti oksidan, pelumas, pelentur, pewarna dan penstabil. Produksi susu yang tinggi dapat ditandai dengan penyerapan nutrient yang tinggi karena absorbsi nutrient yang tinggi. Produksi susu yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan anak dan meningkatkan bobot sapih. SIHOMBING (1997). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung bangun-bangun dan tingkat dosis terbaik pemberian tepung Bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) pada ransum babi induk terhadap bobot sapih anak. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2010 di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan Jawa barat. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah babi peranakan Landrace dan Yorksire periode induk menyusui sebanyak 15 ekor pada partus ke-2 – 3. Kisaran bobot badan ternak tersebut adalah 190 – 200 kg dengan umur yang relatif sama dan koefisien variasi 6,9%.
691
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Kandang yang digunakan untuk penelitian ini adalah kandang induk individu yang berukuran panjang 5 m, lebar 4 m, tinggi 1 m dengan lantai semen dan beratap seng. Setiap unit kandang dilengkapi dengan tempat pakan yang terbuat dari semen dan tempat minum serta dilengkapi juga dengan tempat anak guard drill. Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum penelitian antara lain: tepung jagung, dedak padi, bungkil kelapa, tepung ikan, tepung tulang, minyak kelapa, premix, tepung bangun-bangun. Penyusunan
ransum dilakukan berdasarkan pada zat-zat makanan yang dianjurkan oleh NATIONAL RESEARCH COUNCIL (NRC, 1998) dan perhitungan komposisi bahan pakan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Peubah yang diamati Konsumsi ransum (kg/ekor)/hari dan bobot sapih. Penelitian yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan dan lima ulangan. Data dianalisa dengan menggunakan sidik ragam anova menurut STEEL dan TORRIE (1989).
Tabel 1. Kandungan nutrien dan energi metabolis bahan pakan penyusun ransum Bahan
EM
PK
SK
Ca
P
Jagung
3420,00
10,50
2,00
0,21
0,31
Dedak Padi
2980,00
12,00
9,00
0,04
1,04
Tepung ikan
2856,20
48,67
0,01
6,32
2,95
Bungkil kelapa
3698,00
16,25
19,92
0,05
0,60
Bungkil kedelai
2550,00
47,00
5,00
0,24
0,81
TepungBangun-bangun
342,28
26,43
22,43
0,15
0,00
Tepung tulang
0,00
1,04
0,00
5,16
0,14
Premix
0,00
0,00
0,00
0,13
0,11
EM: Energi metabolisme; PK: Protein kasar; SK: Serat kasar, Ca: Calsium, P: Phosfor HASIL ANALISIS LABORATORIUM NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK IPB (2005) Tabel 2. Susunan ransum penelitian babi induk menyusui Bahan pakan
Perlakuan R0
R1
R2
.............................%.......................... Tepung jagung
48,00
49,00
49,00
Dedak padi
35,00
30,00
30,00
Tepung ikan
4,50
4,50
3,00
Bungkil kedelai
4,00
6,00
6,00
Bungkil kelapa
5,00
5,00
5,00
Tepung tulang
3,00
2,00
1,50
Tepung bangun-bangun
0,00
3,00
5,00
Premix
0,50
0,50
0,50
Jumlah
100,00
100,00
100,00
692
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 3. Komposisi nutrien dan energi metabolis babi induk menyusui Kandungan R0
R1
R2
Kebutuhan menurut NRC (1998)
Protein kasar (%)
14,15
14,74
14,77
13 – 15
Kalsium (%)
0,77
0,70
0,73
0,75
Phosfor (%)
0,62
0,66
0,62
0,60
3363,27
3342.04
3343,51
3265,00
Zat-zat makanan dan energi
Energi metabolis (kkal/kg)
Ransum perlakuan terdiri atas: R0: Ransum kontrol (tanpa tepung bangun-bangun) R1: Ransum yang mengandung 3% tepung bangun-bangun R2: Ransum yang mengandung 5% tepung bangun-bangun Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 2 dan 3 NATIONAL REEARCH COUNCIL (1998)
diperoleh rata-rata konsumsi ransum harian masing-masing perlakuan adalah R0 (4,02 kg/ekor/hari), R1 (4,07 kg/ekor/hari) dan R2 (4,10 kg/ekor/hari). Hasil sidik ragam menujukkan pemberian tepung bangun-bangun dalam ransum induk babi menyusui berbeda nyata terhadap konsumsi ransum harian. Pemberian tepung bangun-bangun 3% (R1) dan 5% (R2) sama dan berbeda nyata terhadap 0% (R0). Pemberian tepung bangun-bangun dapat meningkatkan konsumsi ransum harian induk babi menyusui sesuai dengan pendapat GUNTER dan BOSSOW (1998) serta KHAJARERN dan KHAJARERN (2002), yang mengemukakan tepung bangun-bangun dapat meningkatkan konsumsi ransum, pertumbuhan bobot badan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum Hasil pengamatan selama penelitian mengenai pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum harian babi induk menyusui dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa konsumsi harian rata-rata secara keseluruhan adalah 4,06 kg/ekor/hari. Konsumsi ransum harian hasil penelitian tersebut sesuai dengan konsumsi harian ransum yang dianjurkan oleh SIHOMBING (1997) yaitu 4 kg/ ekor/hari. Berdasarkan pemberian tepung bangunbangun dalam ransum induk babi menyusui,
Tabel 4. Rata-rata Konsumsi ransum harian babi induk menyusui (kg/hari) Perlakuan
Ulangan R0
R1
Rataan R2
…………………………%.............................. 1
4,02
4,08
4,10
2
4,03
4,08
4,10
3
4,05
4,07
4,09
4
3,99
4,06
4,10
5
3,99
4,07
4,10
Total
20,10
20,37
20,51
a)
b)
b)
Rataan
4,02
4,07
4,10
20,98 4,06
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata
693
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Pemberian tepung bangun-bangun dalam ransum induk menyusui dapat meningkatkan bobot sapih anak babi. DAMANIK et al. (2006), menyatakan bahwa tepung bangun-bangun dapat memberikan manfaat kesehatan dan pertumbuhan bayi yang ibunya mengkomsumsi Bangun-bangun karena daun ini dapat meningkatkan produksi air susu ibu, hal ini juga terjadi pada ternak babi. Ternak babi yang mengkonsumsi tepung bangun-bangun mempunyai bobot sapih yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengkonsumsi, hal ini disebabkan oleh senyawa lactagogue yang terkandung dalam tepung bangun-bangun yang mampu meningkatkan sekresi air susu dalam ambing sehingga menghasilkan produksi susu yang tinggi. VASQUEZ et al. (2000), mengatakan senyawa lactogogue terdiri dari beberapa komponen yang apabila bekerja bersama-sama dalam tubuh akan memacu produksi air susu ibu (ASI), meningkatkan fungsi pencernaan dan meningkatkan pertumbuhan bobot badan. Beberapa senyawa tersebut adalah: 3,4dimethyl-2-oxocyclopent-3-enylacetic acid, monomethyl succinate, phenylmalonic acid, cyclopentanol, 2-methyl acetate dan methylpyro, glutamate, senyawa sterol, steroid, asam lemak, asam organik. Dengan adanya komponen tersebut dalam bangun-bangun sehingga merangsang hormone yang terdapat dalam tubuh untuk memproduksi susu yang banyak sehingga kebutuhan anak dapat tercukupi ditunjukkan dengan berat sapih yang yang tinggi VASQUEZ et al. (2000).
dan efisiensi penggunaan zat makanan pada ternak babi fase bertumbuh. Ternak babi yang mengkonsumsi tepung bangun-bangun mempunyai konsumsi ransum yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengkonsumsi, hal ini disebabkan oleh komponen zat gizi (protein, mineral dan vitamin) serta senyawa carvacrol yang terkandung dalam tepung bangun-bangun yang mampu meningkatkan nafsu makan pada babi. DUKE (2000). Pengaruh perlakuan terhadap bobot sapih anak Hasil pengamatan selama penelitian mengenai pengaruh perlakuan terhadap bobot sapih babi dapat dilihat pada Tabel 5. Rata-rata bobot sapih yang dihasilkan secara keseluruhan adalah 15,43 kg/ekor, bobot sapih tersebut sesuai dengan yang dianjurkan oleh NRC (1998), sekitar 13-18 kg/ekor dengan umur penyapihan 6 minggu. Rata-rata bobot sapih akibat pemberian tepung bangun-bangun pada induk menyusui adalah R0 (14,32 kg/ekor), R1 (15,22) dan R2 (16,77). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung bangun-bangun pada ransum induk menyusui nyata berpengaruh pada bobot sapih. Berat sapih yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan R2 (16,77 kg), R1 (15,22 kg) dan yang terendah R0 (14,32 kg), sehingga pemberian tepung bangun-bangun yang terbaik bagi induk babi menyusui adalah pemberian tepung bangun-bangun sebesar 5%. Tabel 5. Rata-rata bobot sapih anak
Perlakuan
Ulangan R0
R1
Rataan R2
…..............................…………%...................................... 1
14,28
15,02
16,46
2
14,22
15,17
16,66
3
14,25
15,15
16,85
4
14,40
15,40
16,92
5
14,46
15,37
17,00
Total
71,61
76,11
83,89
231,61
Rataan
14,32a)
15,22b)
16,77c)
15,43
Huruf yang sama arah baris menunjukkan tidak berbeda nyata
694
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pemberian tepung bangunbangun dalam ransum babi induk menyusui dapat disimpulkan bahwa. Pemberian tepung bangun-bangun sebesar 5% dalam ransum induk babi menyusui dapat meningkatkan konsumsi ransum induk dan bobot sapih anak” Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pemberian ekstrak bangun-bangun pada masa kebuntingan untuk melihat pengaruh berat lahir yang pada akhirnya menurunkan kematian anak babi 24 jam pertama.
JAIN, S.K and S. LATA 1996. Unique indigenous Amazonian uses of same plants growing in india. IK Manitor. 4 (3) Article 1996. http://www.nutffic./ciran/ ikdm SILITONGA, M. 1993. Efek Laktakogum Daun Jinten (Coleus amboinicuc L.) pada Tikus Laktasi. Tesis. Program pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. KHAJARERN, J. and S. KHAJARERN. 2002. The efficacy of origanum essentiqal oils in sow feed. Int. Pig Topics. 2002; 17: 17. NRC. 1998. Nutrient Requirments of Swine. Nutrient Requirments of Domestic Animal. Ninth Revised Edition National Academy Press. Washingthon DC.
DAFTAR PUSTAKA
SIHOMBING, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
R, M.L. WAHLGVIST and DAMANIK, WATTANAPENPAIBON. 2006. Lasctogogue effects of Bangun-bangun, a Bataknese traditional cuisine. APJCN 15(2): 267 – 274.
STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1989 . Principles and Procedures of Statistic. 2th Ed. Mc GrawHill International Book Co., New Delhi.
DISNAK PROV. JABAR. 2000. Laporan Tahunan 1999/2000. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. DUKE. 2000. Dr. Duke’s Contituens and Ethnobotanical Database. Phytochemical database, USDA-ARS-NGRL. http ://www.ars – grin.gov/cgi – bin/ duke/ farmcy – sc ro||3.p| GUNTER. K.D.dan H. BOSSOW. 1998. The effect of etheric oil from Origanum vulgaris (Ropadiar®) in the feed ration of weaned pigs on their daily feed intake, daily gains and food utilization (abstract). Proc 15th Int Pig Vet Soc Congr, Birmingham. 1998: 223.
VASQUEZ, E.A., W. KRAUS, A.D. SOLSOLOY and B.M. REJESUS. 2000. The uses of species and medicinal: antifungal, antibhacterial, anthelmintic, and molluscicidal constituents of Philippine plant, http: //www.faoorg/ x2230e/x2230e8. WENING, W. 2007. Penambahan Daun Torbangun (Coleus amboinicus lour) dalam Ransum Pengaruhnya terhadap Sifat Reproduksi dan Produksi Air Susu Mencit Putih (Mus Musculus Albinus). Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
695