PENGARUH PEMBERIAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTAMBAHAN JUMLAH DAUN PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum L.)
Oleh : ABDUL RAHIM NIM. 100500096
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTAMBAHAN JUMLAH DAUN PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum L.)
Oleh
Abdul Rahim NIM. 100500096
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTAMBAHAN JUMLAH DAUN PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum L.)
Oleh : ABDUL RAHIM NIM. 100500096
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
ABDUL RAHIM NIM 100500096
2013
Saya persembahkan karya ilmiah ini untuk: Ayahanda & Ibunda Tercinta
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Pengaruh Pemberian Pupuk Daun terhadap Pertambahan Jumlah Daun pada Tanaman Lada. (Piper nigrum L.) Nama
: Abdul Rahim
NIM
: 100500096
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Nur Hidayat, SP, M. Sc NIP. 197210252001121001
Penguji I,
Penguji II,
Yuanita, SP, MP Rusmini SP, MP NIP.196611252001122001 NIP. 198111302008122002
Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 196507062001121001
Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005
Lulus ujian pada tanggal :
ABSTRAK
ABDUL RAHIM, Pengaruh Pemberian Pupuk Daun terhadap Pertambahan Jumlah Daun pada Tanaman Lada (Piper nigrum L.) (di bawah bimbingan NUR HIDAYAT ). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh pemberian pupuk Daun terhadap pertambahan jumlah daun pada tanaman lada. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, meliputi persiapan, pengambilan data sampai dengan penyusunan karya ilmiah terhitung dari tanggal 30 Juli sampai 27 Oktober 2012, di areal Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dalam penelitian ini adalah Pemberian Pupuk Gandasil D yang setiap perlakuan diulang 20 kali ulangan sehingga total tanaman yang diamati sebanyak 40 tanaman, terdiri dari : kontrol (G0) sebanyak 20 tanaman, perlakuan Pupuk Gandasil D (G1) sebanyak 20 tanaman. Perubahan yang diamati yaitu pertambahan jumlah daun yang muncul pada tanaman lada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan pupuk Gandasil D memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah daun, berdasarkan pertambahan daun yang terjadi pada tanaman lada yaitu dengan rata-rata pertambahan sebanyak 9,353 helai. Perlakuan diketahui lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Kontrol diketahui pertambahan daunnya lambat yaitu dengan pertambahan daun sebanyak 3,059 helai. Kata kunci : Tanaman lada, Jumlah daun dan Pupuk Gandasil D
RIWAYAT HIDUP
ABDUL RAHIM, lahir pada tanggal 25 Januari 1990 di Samarinda, Kecamatan Samarinda Seberang, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan putra keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Johansyah (alm) dan Ibu Rudiah (alm). Pada tahun
1997 memulai pendidikan dasar pada
Sekolah Dasar Negeri Samarinda di Desa Loajanan, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 di Desa Loa janan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 mela njutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan, Jurusan Otomotif, dan lulus pada tahun 2009. Pendidikan tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan pada tahun 2010. Pada tanggal 01 Maret sampai dengan tanggal 30 April 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT. Kutai Mitra Sejahtera, Desa Senyiur, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana nahu wa ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Pupuk Daun Terhadap Pertambahan Jumlah Daun pada Tanaman Lada (Piper nigrum L.) . Penelitian dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik moril maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada 1.
Bapak Nur Hidayat SP, M.Sc selaku dosen pembimbing.
2.
Ibu Yuanita, SP, MP dan Ibu Rusmini SP, MP selaku dosen penguji I dan penguji II.
3.
Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
4.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5.
Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
6.
Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Pekebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
7.
Orang tua dan para keluarga yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi serta do’a kepada penulis selama ini
8.
Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selalu mendukung, membantu dan memberikan semangat.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Penulis. Kampus sei. Keledang, Juli 2013
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
ix
I.
PENDAHULUAN ................................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... a. Klasifikasi Tanaman Lada ............................................................ b. Deskripsi dan Morfologi Tanaman Lada ...................................... c. Genus dan Varietas Lada ............................................................. d. Manfaat Tanaman Lada ............................................................... e. Syarat Tumbuh tanaman Lada ..................................................... f. Pupuk ………………………………………………………………...
4 6 6 15 17 18 19
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... a. Tempat dan Waktu ....................................................................... b. Alat dan Bahan ............................................................................ c. Rancangan Penelitian .................................................................. d. Prosedur Penelitian ...................................................................... e. Pengambilan Data………………………………………………….. f. Variabel yang Diamati ................................................................. g. Analisis Data ................................................................................
24 24 24 24 24 26 26 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. a. Hasil ............................................................................................. b. Pembahasan ................................................................................
27 27 28
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ a. Kesimpulan …………………………………………………………. b. Saran ………………………………………………………………...
30 30 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................
31 32
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. 2.
3.
Halaman
Layout Tanaman Lada di Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda …………………………………….
34
Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Gandasil D Terhadap Pertambahan Jumlah daun Pada Tanaman Lada (30, 60, dan 90 Hari setelah Perlakuan) ..………………
35
Dokumentasi penelitian, pengaruh pupuk Gandasil D terhadap pertambahan jumlah daun pada tanaman lada. ................................................................
36
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Tubuh Utama
Halaman
Rerata Pengaruh Pemberian Pupuk Gandasil D Terhadap Pertambahan Jumlah daun Pada Tanaman Lada (30, 60 dan 90 Hari Setelah Perlakuan (hsp))…………………………………………..
27
I.
PENDAHULUAN
Lada merupakan produk pertanian yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Menurut sejarah dan literatur yang ada, tanaman lada bukan tanaman asli Indonesia, melainkan dari India. Keberadaan tanaman lada sudah dikenal secara luas di India pada tahun 100 – 400 M, ditemukan tumbuh secara liar di hutan – hutan belukar disekitar Malabar sampai daerah Ghat Barat (Sarpian, 2007). Lada menjadi sumber pendapatan bagi banyak petani di Indonesia. Tanaman rempah ini kini telah ditanam di luar daerah pengembangan tradisionalnya (Bangka dan Lampung), yaitu di Kalimantan dan Sulawesi. Luas areal pertanaman lada di Indonesia pada tahun 2006. 2007, dan 2008 berturut-turut adalah 192.572, 189.050, dan 190.773 ha dengan produksi 77.521, 74.129, dan 79.725 ton (Direktorat Jendral Perkebunan 2009). Produktifitas lada di Indonesia relatif rendah dan bervariasi antara satu provinsi dengan provinsi lainnya, dari 202 kg/ha di Bali hingga 1.363 kg/ha di Kalimantan Timur (Anonim, 2009). Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman berkisar antara 2-3 tahun. Di Lampung petani dalam bentuk
perkebunan
kecil
komoditas ini banyak diusahakan yang
diusahakan
secara turun
temurun dengan padat tenaga kerja. Produktivitas kebun lada rakyat di Lampung masih tergolong rendah
yaitu rata-rata 591 kg/ha,
produktivitas nasional yang mencapai 800 kg/ha.
dibanding
Lada merupakan tanaman rempah-rempah, lebih dari 80% hasil lada Indonesia merupakan komoditas ekspor. Agar dapat bersaing di pasaran dunia, peningkatan kuantitas dan kualitas produksi lada menjadi tuntutan utama. Usaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi lada nasional antara lain dilakukan dengan strategi pemanfaatan potensi sumber daya dan pengembangan usaha tani lada perdu (Rukmana, 2007). Lada merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Terdapat dua jenis cara budidaya lada, yaitu menggunakan tiang/pohon panjat dan tanpa tiang panjat (lada perdu). Pengusahaan lada di Indonesia pada umumnya berbentuk perkebunan rakyat. Sebagian besar pengembangannya berada pada jenis tanah Inceptisols dan Ultisols di Lampung, Bangka dan Kalimantan. Tanah pertanian di Indonesia sebagian besar terdiri dari kedua jenis tanah tersebut (Ruhnayat, 2011). Perbanyakan lada bisa dilakukan, baik secara generatif maupun vegetatif. Secara generatif berarti perbanyakan lada melalui biji dan secara vegetatif adalah semua teknik perbanyakan selain dari biji. Meskipun dapat diperbanyak secara generatif, lazimnya lada diperbanyak secara vegetatif (Sutarno dan Andoko, 2005). Daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis. Semakin banyak daun yang tumbuh pada tanaman lada maka semakin banyak pula fotosintat yang dihasilkan (hasil dari fotosintesis). Sehingga dengan pemberian pupuk Gandasil D diharapkan dapat berpengaruh pada pertambahan jumlah daun dengan cepat. Jumlah daun yang dihasilkan pada pucuk atau srisip ditentukan oleh permulaan perbungaan. Pembentukan pemula daun pada ujung memungkinkan
pembentukan pemula bunga yang menetapkan jumlah daun. Srisip atau cabang skunder dan yang tingkatnya lebih tinggi umumnya mempunyai daun satu atau dua lebih sedikit dibandingkan dengan pucuk primer, karena muncul kemudian dan menerima isyarat lingkungan yang sama untuk berbunga. Jadi, permulaan berbunga itu terdapat pada jumlah daun yang lebih sedikit (Gardner et al., 1991). Ada pun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisa pengaruh pemberian pupuk Daun terhadap pertambahan jumlah daun pada tanaman lada. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini, memberitahukan informasi bahwa pupuk Gandasil D dapat meningkatkan jumlah daun tanaman lada dalam waktu yang singkat.
II. TINJAUAN PUSTAKA Lada di Kalimantan Timur merupakan komoditi tradisional yang sudah cukup lama dikenal dan dikembangkan oleh rakyat. Beberapa waktu yang lalu komoditi lada merupakan salah satu komoditi ekspor Kalimantan Timur yang cukup penting, yang dikenal dengan mutu white pepper Samarinda. Setelah harga komoditi tersebut jatuh di pasaran dunia sampai pada titik yang paling rendah dan bencana kebakaran lahan serta kemarau panjang yang melanda Kalimantan Timur tahun 1982 yang lalu produksi lada Kalimantan Timur menurun secara drastis, sehingga sejak saat itu Kalimantan Timur tidak lagi tercatat sebagai pengekspor lada. Dalam beberapa tahun ini pertanaman lada rakyat kembali diintensifkan, lebih - lebih dipicu adanya kenaikan harga yang cukup signifikan di pasaran dunia sehingga banyak masyarakat yang mulai membudidayakan komoditi ini, Luas areal lada rakyat di Kalimantan Timur tahun 2012 tercatat sebanyak 10.386 ha dengan jumlah produksi sebanyak 9.085 ton lada kering. Produksi dari tanaman lada tersebut di atas seluruhnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan ekspor (Anonim, 2013). Untuk meminimalkan kerugian petani cengkeh akibat banyaknya bakteri pembuluh kayu cengkeh (BPKC) yang menyerang tanaman, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Karanganyar berencana mengganti tanaman cengkeh dengan lada putih. Pemilihan lada putih sebagai pengganti karena lada disukai masyarakat, selain itu juga untuk penanaman satu pohon lada dapat menghasilkan lebih ko kurang dua hingga tiga kilogram, dan satu kilogramnya harganya kira-kira Rp 90.000 untuk tahun 2011, Distanbunhut
sudah mengembangkan tanaman lada putih di Dusun Wonorejo, Bejen, Karanganyar. Dari pengembangan pertama ini Distanbunhut mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan untuk Demplot berikutnya Distanbunhut memilih Jenawi sebagai sasarannya. “Saat ini hasil lada yang bagus justru di Karanganyar, yakni Dusun Wonorejo. Selanjutnya lada akan dikembangkan di Jenawi (Anonim. 2011). Lada atau merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud bijian yang dihasilkan oleh tumbuhan dengan nama sama. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di dunia. Pada masa lampau harganya sangat tinggi. Lada disebut sahang dalam bahasa Melayu lokal seperti Banjar, Melayu Belitung, Melayu Sambas, dan lain-lain (Anonim, 2012). Bersama pala dan cengkeh, lada merupakan rempah-rempah yang menjadi komoditas penting dari zaman dulu hingga sekarang. Diantara rempah-rempah lainnya, lada mendapat julukan “raja rempah-rempah” (the king of spice). Disebabkan efeknya bisa menghangatkan badan, lada sangat diperlukan oleh masyarakat di negara-negara subtropis yang suhunya relatif dingin (Sutarno & Andoko, 2005). Lada merupakan tanaman memanjat yang tingginya dapat mencapai 6 m, karena memanjat, diperlukan tiang panjat (Tajar), baik tajar hidup maupun tajar mati. Namun, sekarang telah dikembangkan tanaman lada dengan pertumbuhan pendek (perdu). Lada ini merupakan perbanyakan dari stek cabang buah. Pembudidayaan lada dengan tiang panjat ( Tajar ) memerlukan tahapan kegiatan antara lain, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan perawatan. Tahapan kegiatan
tersebut merupakan teknis budidaya yang harus dilakukan dengan baik. tajar hidup berupa tanaman yang digunakan untuk memanjatkan tanaman lada. Tajar hidup dapat ditanam beberapa bulan sebelum penanaman lada atau bersamaan dengan penanaman lada. Ada beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai panjatan, diantaranya dadap, lamtoro gung, kapok, dan kalikiria. Selain itu, ada juga yang menggunakan tanaman buah-buahan sehingga ada hasil tambahan dari panjatan hidup tersebut (Anonim, 2009).
A. Klasifikasi tanaman lada Berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut. Kingdom
: Plantae (tumbuh – tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Piperales
Family
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper nigrum L. (Sarpian, 2007).
B. Deskrikpsi dan morfologi Secara morfologi, bagian-bagian tanaman lada dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1.
Akar Pada garis besarnya lada mempunyai 2 jenis akar, yaitu:
a. Akar yang terdapat di atas tanah. Akar yang terdapat di atas tanah juga disebut akar lekat atau akar panjat. Akar lekat ini berguna untuk melekat atau memanjat pada tajarnya, sehingga tanaman bisa tumbuh ke atas. Akar-akar lekat ini hanya tumbuh pada buku batang orthotrop, sedangkan pada cabangcabang buah tidak akan tumbuh akar lekat. b. Akar yang terdapat di dalam tanah. Akar ini disebut juga akar utama, akar-akar ini selain tumbuh pada bukunya yang merupakan perpanjangan dari akar lekat, juga tumbuh pada bekas-bekas potongan batang. Akar utama tumbuh pada pangkal batang, sehingga pada suatu batang bisa terdapat 1020 akar utama. Pada akar utama itu akan tumbuh akar samping dengan bulu akar yang banyak sekali. Bulu-bulu akar tersebut bisa berkembang di permukaan tanah dan berguna untuk menghisap makanan yang diperlukan. Apabila keadaan tanah memungkinkan, maka akar itu akan dapat menembus tanah sedalam 12 m. Sedangkan panjangnya akar bisa mencapai 2-4 m. Tetapi pada umumnya sistem perakaran lada cukup dangkal, hanya mencapai kedalaman antara 30-60 cm saja (Anonim, 2010). 2.
Batang Batang tanaman lada biasa disebut dengan stolon. Stolon atau batang primer juga disebut batang dasar, istilah Lampung, stolon ini apa yang disebut tandas. Stolon merupakan batang pokok atau batang induk
yang tumbuh memanjat dan batang-batang lain seperti cabang-cabang orthotrop dan plagiotrop akan tumbuh. Batang ini berbentuk agak pipih, dan setelah berdiameter 4-6 cm, berbenjol-benjol, berwarna abu-abu tua, beruas-ruas dan lekas berkayu serta berakar lekat. Sedangkan pada kuncupnya, batang tersebut membengkok. Setiap ruas panjangnya bisa mencapai 7-12 cm, dan pada bukunya tumbuh sehelai daun dan satu kuncup yang berhadap-hadapan. Tanaman lada masih muda, yaitu umur 8-12 bulan akan mencapai ketinggian 1-1,5 m dengan ruas yang jumlahnya kurang lebih 20 buah. Pada umumnya tunas atau kuncup tak akan tumbuh pada setiap ruas, melainkan setelah tumbuh cabang sekunder 3 -4 ruas lagi, barulah kuncup yang baru dan seterusnya. Kadang-kadang dialami, setelah tumbuh 7-10 ruas barulah tumbuh kuncup yang lain. Batang tumbuh merambat pada tiang panjat dan kadang-kadang menjalar di atas tanah, bila dibiarkan (tidak dipotong), panjang batang dapat mencapai 15 m atau lebih. 3.
Cabang Lada mempunyai atau memiliki dua jenis cabang, yaitu orthotrop dan cabang plagiotrop. Adapun karakteristik dari kedua jenis cabang tersebut adalah sebagai berikut : a. Cabang orthotrop Cabang orthotrop adalah cabang yang tumbuh dari ketiak daun pada buku batang di atas permukaan tanah maupun di dalam tanah.
Cabang-cabang ini tumbuh pada batang pokok. Cabang tersebut bentuknya bulat, berkuncup yang berjauhan dan tumbuhnya memanjat ke atas. Cabang-cabang ini kedudukannya sama dengan batang primer. Sebab mereka juga berakar lekat, memanjat serta beruas -ruas. Pada setiap buku terdapat sehelai daun yang berhadap-hadapan dengan cabang plagiotrop dan segumpal akar lekat yang mengikat tanaman pada tajarnya. Semua cabang yang mengarah ke atas disebut cabang orthotrop. Apabila cabang-cabang itu tak melekat pada tajar, tetapi memanjang terus ke bawah atau menggantung, maka cabang itu disebut sulur gantung, sedang yang tumbuh pada pertumbuhan tanah disebut sulur tanah. Baik sulur tanah ataupun sulur gantung dapat dipergunakan sebagai bibit. b. Cabang plagiotrop Cabang plagiotrop adalah cabang yang tumbuh dari buku dahan. Biasanya, cabang ini baru tumbuh bila tanaman sudah berbuah untuk yang kedua kali. Cabang plagiotrop ialah ranting-ranting yang tumbuh dari batang orthotrop, yang jumlahnya banyak sekali. Ranting-ranting ini pendek, agak kecil dan tak melekat pada tajar sebab masing-masing, bukunya tak berakar lekat. Pada setiap buku tumbuh sehelai daun yang berhadap-hadapan, dan disinilah akan tumbuh malai bunga. Cabang plagiotrop ini tumbuhnya selalu ke samping (lateral), dan pada cabang plagiotrop ini masih bisa tumbuh ranting-ranting lagi. Inilah bagian-
bagian yang selalu mengeluarkan malai bunga atau buah, maka ia juga disebut cabang-cabang buah (Anonim, 2010).
c. Cabang gantung Cabang gantung sebenarnya sama dengan cabang orthotrop. Yaitu tumbuh ke atas, tetapi akar lekatnya tidak mendapat tempat untuk melekatkan diri di tajar, sehingga posisinya menggantung. Karenannya, cabang ini oleh petani lada lebih dikenal dengan sulur gantung.
d. Cabang tanah Cabang tanah sama dengan cabang gantung atau sulur gantung, tetapi merambat di permukaan tanah, sehingga bisa dinamakan sulur tanah. 4.
Daun Pemulaan daun (primordia) diawali dengan sel-sel tertentu di dalam kubah ujung, yang membelah (menjadi meristematika) dan menghasilkan pembengkakan atau jenggul (protuberances) pada ujung batang. Jenggul itu meluas dan melingkari daerah ujung, terutama primordia pelepah daun rumput-rumputan setelah leher daun terbentuk, sel-sel pada subhipodermis menjadi meristematika dan menghasilkan suatu tunas ketiak. Pertumbuhan berikutnya yaitu helai daun (lamina) dan pelepah atau tangkai dan ruas ruas batang berasal dari meristem interkalar (meristem yang terdapat di antara jaringan yang terdiferensiasi) (Gardner et al., 1991).
Daun tanaman lada merupakan daun tunggal dengan tekstur kenyal, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua mengkilat dan bagian bawah berwarna hijau pucat tidak mengkilat. Daun lada agak unik karena bentuknya berbeda-beda, tergantung dari mana daun tersebut tumbuh. Daun yang keluar bagian atas berbentuk panjang, sedangkan daun yang tumbuh di bagian bawah cendrung membulat. Penampilan daun yang muncul dari cabang-cabang orthotrop lebih simetris dengan warna hijau lebih lengkap dibandingkan dengan daun dari cabang plagiotrop yang simetris dan berwarna terang. Daun di cabang orthotrop muncul di buku-buku dan berhadapan dengan tumbuhnya kuncup cabang. Sementara itu, di cabang plagiotrop, daun muncul berhadap dengan malai bung a. Kuncup daun di cabang ini terbungkus oleh kelopak atau semacam sisik yang akan tinggal saat daun berkembang (Sutarno dan Andoko, 2005). Daun lada berbentuk bundar lebar atau lonjong seperti daun talas. Bagian pangkal daun berbentuk bulat dan semakin ke ujung semakin meruncing. Tanaman lada berdaun tunggal tidak berpasangan, keadaannya kenyal, serta bertangkai. Bentuknya bulat telur, tetapi pada pucuknya meruncing. Daun, bagian atas berwarna hijau tua mengkilat, sedangkan pada bagian bawah berwarna hijau pucat dan tidak mengkilat. Panjang tangkai 2-4 cm, panjang daun 12-18 cm, dan lebarnya 5-10 cm serta berurat daun 5-9. Daun pada batang bagian atas tidak sama dengan daun
pada bagian bawah, di bagian atas lebih panjang, sedang bagian bawah lebih bulat. Begitu pula bentuk daun dari batang atau cabang juga tidak sama dengan daun pada sulur dan cabang plagiotrop. Daun pada cabang bentuknya simetris dan berwarna tua, sedang daun dari cabang plagiotrop atau sulur asimetris dan berwarna muda. Daun-daun
tersebut
tumbuhnya
berhadap-hadapan
dengan
tumbuhnya kuncup cabang, sedang daun pada cabang plagiotrop tumbuhnya berhadap-hadapan dengan tumbuhnya malai bunga. Kuncup daun dibungkus oleh kelopak. Apabila daun akan mengembang, maka gugurlah kelopak atau sisik tersebut (Anonim, 2010). 5.
Bunga Umumnya bunga lada munc ul pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Desember hingga Januari, dan merupakan bunga majemuk yang tumbuh mengelilingi malai bunga. Setiap malai bunga terdiri dari 100 - 150 bunga yang kelak akan menjadi buah. Malai bunga hanya keluar dari cabang plagiotrop, persisnya di buku-buku yang berhadapan dengan daun. Bunga lada tergolong bunga lengkap yang terdiri dari tajuk, mahkota bunga, putik, dan benang sari (Sutarno dan Andoko, 2005). Bunga lada termasuk bunga berumah satu karena bunga jantan dan betina terdapat dalam satu pohon, terletak berdekatan pada satu malai bunga. Bagian-bagian yang dapat berbunga hanyalah cabang-cabang plagiotrop atau cabang-cabang buah. Bunga-bunga itu tumbuh pada malai bunga, sedang malai bunga itu sendiri tumbuh pada ruas-ruas cabang buah
yang berhadap-hadapan dengan daun. Sebagaimana bunga yang lain, maka bunga lada juga mempunyai bagian, antara lain: a. Tajuk bunga atau dasar bunga. Tajuk bunga ini berwarna hijau atau melekat pada malai. Apabila sudah tumbuh buah, tajuk ini akan merupakan dasar buah atau tempat duduk buah, karena buahnya tidak bertangkai. b. Mahkota bunga. Ini berwarna kuning kehijau-hijauan dan tumbuh pada dasar bunga. Bentuknya sangat kecil dan halus, sedang beberapa hari setelah terjadi penyerbukan, maka daun bunga itu akan layu dan akhirnya mengering. c. Putik. Putik adalah alat kelamin betina, bagian ini merupakan terusan dari ovarium. Putik terdiri dari: 1. Ovarium, mengandung sebuah sel telur yang berdiri tegak dan bertangkai pendek. 2. Bakal buah yang dilengkapi dengan tangkai kepala putik dengan bentuk bintang yang terdapat 35 tangkai. Setiap tangkai panjangnya 1 mm serta terdapat kepala putik basah dengan garis tengah 10 mu (1 mu = 1 / 1000 mm).
d. Benang sari. Benang sari adalah alat kelamin jantan, terdiri dari 2 atau 4 tangkai benang sari dan kepala benang sari. Di dalam kepala benang sari terdapat tepung sari yang berguna untuk menyerbuk putik-putik. Tangkai benang sari panjangnya 1 mm, sedang kepala benang sari besarnya 10 mu, dan bundar. Karena bunga lada itu memiliki putik dan benang sari, maka disebut bunga sempurna atau berumah satu. Malai yang tumbuh lebih dulu adalah malai yang dekat pucuk-pucuk cabang buah, kemudian disusul malai-malai dibawahnya. Selanjutnya apabila semua ruas cabang buah itu sudah tumbuh beberapa malai, maka malai itu akan mengarah ke bawah atau menggantung. Tiap malai bunga panjangnya 7-12 cm, dan tumbuh bunga maksimal 150. 6.
Buah Buah merupakan produksi pokok dari pada hasil tanaman lada. Buah lada mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut : Bentuk dan warna buah, buah lada berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit buah yang lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning. Apabila buah sudah masak berwarna merah, berlendir dengan rasa manis. Maka buah lada disukai burung-burung berkicau. Sesudah dikeringkan lada itu berwarna hitam. Kedudukan buah, buah lada merupakan buah duduk, yang melekat pada malai. Besar kulit dan bijinya 4-6 mm. Sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat 100 biji kurang lebih 3-8 g atau rata-rata 4,5 g. Keadaan kulit buah,
kulit buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian, ialah, Epicarp (kulit luar), Mesocarp (kulit tengah), Endocarp (kulit dalam), di dalam kulit ini terdapat biji-biji yang merupakan produk dari lada, biji-biji ini juga mempunyai lapisan kulit yang keras. Bakal buah terbentuk kurang lebih 15 hari setelah penyerbukan, sedangkan buah terbentuk 60 hari kemudian (Anonim, 2010). C. Genus dan Varietas Lada 1.
Beberapa spesies dari marga Piper antara lain sebagai berikut. a.
Piper betle L atau sirih merupakan jenis yang terkenal di seluruh Indonesia sebagai bahan kinangan.
b.
Piper cubeba L adalah kemukus atau staartpeper (lada berekor). Buahnya mengandung minyak atsiri 10-20% dan cubine 2-3% yang digunakan untuk obat-obatan.
c.
Piper methysticum banyak terdapat di Papua dan Kepulauan Polinesia. Tanaman ini mengandung narkotika sehingga di Papua diolah menjadi minuman kawa.
d. Piper retrofarctum merupakan cabe jawa atau cabe panjang yang tumbuh liar di alam terbuka. Tanaman ini banyak digunakan untuk obat tradisional (Sarpian, 2007). 2.
Beberapa varietas yang menjadi varietas unggul diantaranya : a. Varietas Natar 1 memiliki daun muda berwarna kuning pucat keunguan, daun tua berwarna hijau hingga hijau tua, tulang daun bersirip ganjil, anak tulang daun empat, permukaan daun licin mengkilat. Sulur gantung
dan sulur buah banyak, sifat pembungaan teratur dan agak lambat berbunga. Panjang bulir 8,71 cm, daya hasil kurang lebih 2,50 kg/pohon lada hitam kering, derajat toleransi terhadap penyakit busuk pangkal batang medium atau toleran. Varietas Natar 2 memiliki daun muda berwarna kuning pucat keunguan, daun tua berwarna hijau tua, memiliki tulang daun bersirip ganjil, jumlah anak tulang daun enam, permukaan berombak. Batang muda berwarna ungu kehijauan, berbentuk pipih agak bulat. Sulur gantung sedikit, panjang bulir kurang lebih 8,1 cm, sifat pembungaan teratur dimulai pada umur 12 bulan. Hasil varietas ini mencapai kurang lebih 2,20 kg/pohon lada hitam kering. b. Varietas Petaling 1 atau LDL (Lampung Daun Lebar) memiliki daun muda berwarna hijau pucat mosaik, daun tua berwarna hijau tua, tulang daun bersirip ganjil, anak tulang daun 6 berjumlah enam, permukaan daun licin mengkilat. Daun berukuran besar dan agak tipis terutama pada tanaman yang masih muda. Warna batang muda ungu kehijauan, berbentuk pipih, percabangan simpodial dengan kedudukan tegak, dan sulur gantung banyak. Sifat pembungaan teratur, dimulai pada umur 10 bulan. Panjang bulir 8,7 cm, daya hasil lebih tinggi dibandingkan varietas Natar 1 dan Natar 2, yaitu kurang lebih 2,80 kg/pohon lada putih kering. Derajat toleransi terhadap penyakit kuning medium, tetapi derajat toleransi terhadap penyakit busuk pangkal batang rendah. c. Varietas petaling 2 atau Jambi memiliki daun muda berwarna kuning pucat kehijauan, daun tua berwarna hijau tua, bersirip ganjil dengan
anak tulang daun berjumlah enam, dan berbentuk lebih besar ke tangkai. Batang muda berwarna ungu kehijauan hingga hijau kecoklatan, berbentuk pipih, sulur gantung sedikit. Sifat pembungan teratur, dimulai pada umur 11 bulan. Panjang bulir
7-11,5 cm, daya hasil mencapai
kurang lebih 3,0 kg/pohon. Varietas ini menghasilkan buah lada paling besar dibandingkan tiga varietas di atas. Buah berbentuk telur, kulit buah tebal, dan berbiji kecil. Derajat toleransi terhadap penyakit kuning kurang tahan, sedangkan derajat toleransi terhadap penyakit busuk pangkal batang rendah sampai sedang (Sarpian, 2007).
D. Manfaat Tanaman Lada Ada beberapa manfaat dari tanaman lada diantaranya sebagai berikut : 1.
Lada untuk kesehatan Biji lada banyak dimanfaatkan untuk obat-obatan tradisional dan modern. Khasiatnya
sebagai
stimulan
pengeluaran
keringat
(diaphoretic),
pengeluaran angin (carminative), peluruh air kencing (diuretic), peningkatan nafsu makan, peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar pencernaan, dan percepatan pencernaan zat lemak. 2.
Lada sebagai penyedap makanan Bubuk lada dimanfaatkan sebagai penyedap makan Eropa maupun Asia. Lada juga digunakan untuk bahan campuran pembuatan sosis daging. Olahan buah dan sayuran seperti asinan kol dan chutney ala india memanfaatkan bubuk atau biji lada. Keju keluaran Eropa, Australia, USA, dan negara lain juga menggunakan bubuk lada.
3.
Lada sebagai pestisida nabati Daun lada mengandung zat beracun. Oleh karena itu, daun lada dapat digunakan sebagai insektisida pembunuh serangga. Ekstrak kasar lada hitam juga sangat toksik terhadap hama kapas Anthonomous grandies Boheman (Sarpian, 2007).
4.
Lada sebagai jamu dan bahan campuran minyak wangi Selain untuk bumbu masak, lada bersama jenis rempah lain dan umbiumbian juga digunakan sebagai bahan ramuan jamu tradisional. Lada, terutama lada hitam, sering pula disuling untuk diambil minyaknya. Minyak lada dengan aroma wangi yang khas ini dipergunakan untuk bahan campuran minyak wangi (Sutarno & Andoko, 2005).
E. Syarat Tumbuh Tanaman Lada Hampir seluruh daerah di Indonesia dapat ditanami tanaman penghasil rempah-rempah ini. Namun, hasil yang diperoleh akan berbeda-beda. Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman lada meliputi ketinggian tempat, iklim, dan jenis tanah. 1.
Ketinggian tempat Berdasarkan ketinggian tempatnya, wilayah Indonesia dibedakan menjadi empat, yaitu dataran rendah, dataran sedang, pegunungan, dan dataran tinggi. Masing-masing wilayah memiliki faktor-faktor iklim dengan kondisi yang berbeda-beda, tergantung ketinggian tempatnya. Namun, berdasarkan pengamatan di lapangan ternyata di daerah dataran rendah
terdapat
banyak petani yang menanam lada, terutama di Belitung dan Bangka yang memiliki ketinggian tempat kurang dari 200 m dpl. 2.
Iklim Agar dapat tumbuh dan memberikan hasil yang baik, tanaman lada harus ditanam di daerah yang memiliki kesesuaian
kondisi iklim. Dilihat dari
daerah asalnya, lada tumbuh di daerah tropis yang beriklim panas dan lembap dengan ketinggian di bawah 600 m dpl, curah hujan minimal 2.200 mm per tahun dan maksimal 5.000 mm per tahun. 3.
Keadaan tanah Secara umum, lahan perkebunan harus berupa tanah yang mengandung bahan-bahan organik sebagai penyubur tanaman dan kadar keasama (pH) tanah yang sesuai. Di pusat-pusat produksi lada di Indonesia, baru sebagian kecil masayarakat yang memperhatikan keadaan tanah tempat budidaya. Padahal, pengetahuan tentang keadaan tanah yang sesuai dengan syarat yang dikehendaki tanaman sangat diperlukan karena akan mempengaruhi teknik budi daya yang harus diterapkan (Sarpian, 2007).
F. Pupuk Lantas, lahirnya pupuk produk baru yang cara pemberiannya lain dari biasanya maka pupuk pun dibagi lagi berdasarkan cara pemberiannya sebagai berikut, berdasarkan (Marsono & Lingga, 2001 ). 1.
Pupuk akar ialah segala jenis pupuk yang diberikan lewat akar.
2.
Pupuk daun ialah segala macam pupuk yang diberikan lewat daun dengan cara penyemprotan.
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi memupuk menambah unsur hara jika diberikan ke dalam tanah maka pupuk tersebut akan diserap oleh akar dan tanaman melalui .daun Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun belakangan ini jumlah pupuk cenderung makin beragam dengan aneka merek, kita tidak akan terkecoh. Apa pun namanya dan negara manapun pembuatnya, dari segi unsur yang dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk, yaitu pupuk makro dan pupuk mikro. Unsur hara makro yaitu Nitrogen (N), Phosfor (P), Kalium (K), dan Mangan (Mg) untuk unsur hara mikro yaitu (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Adapun penjelasan dari unsur-unsur tersebut ialah: 1.
Unsur hara makro a. Nitrogen (N) Peranan utama unsur nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. b. Fosfor (P) Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu fosfor
berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan iji, dan buah. c. Kalium (K) Fungsi utama kalium ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan ialah kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. d. Magnesium (Mg) Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak, dan minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium pun memegang peranan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman. Dengan demikian kandungan fosfat dalam tanaman dapat dinaikan dengan jalan menambah unsur magnesium. 2.
Unsur hara mikro a. Mangan (Mn) Peranan mangan sebagai komponen untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan komponen penting dalam berbagai enzim. b. Boron (B) Boron berfungsi mengangkut karbohidrat kedalam tubuh tanaman dan menghisap
unsur
kalsium.
Selain
itu,
boron
berperan
dalam
perkembangan bagian-bagian tanaman untuk tumbuh aktif. Pada tanaman penghasil biji, unsur ini pun berpengaruh terhadap pembagian sel. Dan, yang paling nyata ialah peranannya dalam menaikan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah. c. Tembaga (Cu) Fungsi tembaga ini baru sedikit diketahui. Kehadirannya dapat mendorong terbentuknya hijau daun dan dapat menjadi bahan utama dalam berbagai enzim. d. Seng (Zn) Seng memberi dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena diduga Zn dapat berfungsi membentuk hormon tumbuh. Sebagai
patokan
dalam
membeli
pupuk
adalah
unsur
yang
dikandungnya. Secara umum pupuk dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu : 1. Pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K), serta 2. Pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau. Pupuk Gandasil D termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya ke tanaman melalui penyemprotan lewat daun. Pupuk daun Gandasil D merupakan pupuk daun yang lengkap dan sempurna, berbentuk Kristal, berwarna putih kehijau-hijauan, mudah larut dalam air dan digunakan untuk pertumbuhan vegetatife. Kelebihan yang mencolok dari pemupukan lewat daun
adalah penyerapan pupuk yang diberikan lebih cepat dari pada pupuk yang diberikan lewat akar (Setyamidjaja, 1986 ). Pupuk Gandasil D atau sering disebut sebagai Gandasil Daun, ini tergolong sebagai Pupuk NPK Majemuk / Pupuk Daun dengan kandungan unsurnya sebagai berikut, N - Nitrogen - 20 %, P2O 5 - Fosfor - 15 %, K2O Kalium - 15 %, MgSO4 - Magnesium - 1%. Serta dilengkapi dengan unsur-unsur mikro seperti Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu), Kobal (Co), dan Seng (Zn) (Rachmad, 2011).
Pupuk daun akan menjadikan tanaman lebih baik dan sehat, pemberian pupuk daun diberikan melalui daun pada tanaman. Banyak petani menanam tanaman yang lebih sehat dengan pemakaian pupuk. Pupuk memberi makan pada tanaman dalam bentuk hara untuk membuat tanaman lebih kuat. Biasanya pupuk ditaburkan di sekitar tanaman dan di serap tanaman melalui perakaran namun berbeda dengan pupuk daun, pupuk daun masuk ke dalam tanaman melalui lubang-lubang kecil pada daun yang disebut mulut daun (stomata). Lubang-lubang ini membuka dan menutup dan begitu kecil, sehingga kita tidak dapat melihatnya. Tanaman bernapas melalui lubang-lubang kecil tersebut. Lubang-lubang kecil tersebut juga digunakan tanaman untuk mengambil unsur hara dari udara. Mulut daun ini terbuka pagi hari, dan tertutup pada tengah hari untuk menjaga kelembaban. Pupuk daun digunakan sebagai penambah unsur hara bagi tanaman agar tumbuh lebih cepat, kuat dan lebih sehat sehingga tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Pupuk daun biasanya dibuat dari bahan yang mengandung hara yang diperlukan tanaman seperti besi, belerang, nitrogen dan kalium. Pemberian hara tambahan ini pada tanaman akan membantunya tumbuh lebih kuat dan lebih sehat. Waktu yang terbaik untuk menyemprotkan pupuk daun adalah pagi hari karena pada saat itu stomata pada tanaman membuka. Yang perlu diingat adalah bahwa pupuk daun dapat menyebabkan daun-daun lunak terbakar karenanya harus hati-hati jangan sampai larutan terlalu pekat. Karenanya pupuk daun harus diencerkan terlebih dahulu (Anonim, 2010).
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 3 bulan terhitung dari tanggal 30 Juli sampai dengan 27 Oktober 2012.
B. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Hand sprayer, Jerigen, Cangkul, Ember, Sendok ukur, Arit, Mesin rumput, Label, Alat tulis dan Alat dokumentasi Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Pupuk Daun Gandasil D, air, tanaman lada yang berumur 55 hari setelah tanam
C. Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam 2 taraf perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 20 kali ulangan. Jadi jumlah yang diamati adalah 40 bibit tanaman lada. Perlakuan menggunakan pupuk daun, yang dalam penelitian ini terdiri dari 2 taraf yaitu : G0 = Tanpa perlakuan (kontrol) G1 = Menggunakan perlakuan Gandasil D (daun) dengan kosentrasi 4 g / 2 liter air.
D. Prosedur Penelitian 1.
Pembersihan tempat penelitian Pembersihan tempat penelitian dilakukan secara manual dan mekanis. Pembersihan secara manual bisa menggunakan parang, cangkul dan arit, sedangkan secara mekanis yaitu menggunakan mesin rumput. Pembersihan
lahan
yang
akan
dijadikan
tempat
penelitian,
agar
mempermudah proses pengamatan dan tidak mengganggu pertumbuhan tanaman lada. Pembersihan dilakukan 7 hari sekali agar gulma-gulma yang tumbuh tidak terlalu banyak di sekitar tanaman lada. (lihat Lampiran 2. Gambar 5, 6, 7, dan 8) 2.
Pemilihan sampel tanaman Bibit lada, hasil praktikum yang sudah distek dan ditanam di kebun percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, bibit lada yang sudah ditanam ini yang digunakan untuk penelitian. Langkah-langkah persiapan tanaman lada yang akan dijadikan bahan penelitian yaitu : a. Tanaman lada yang diambil harus seragam, daun yang masih hijau dan sehat. b. Hasil dari stek
3.
Pemberian label Pemberian label ini untuk mempermudah proses penelitian agar pada saat pemberian perlakuan dan tidak diberi perlakuan pada tanaman tidak bingung. (lihat Lampiran 2. Gambar 9)
4.
Pemberian pupuk Gandasil D a. Memasukan pupuk daun (Gandasil D) ke dalam hand sprayer (dengan kosentrasi 4 g / 2 liter air) dan ditambah air hingga 2 liter (dosis anjuran di kemasan 10 g / 5 liter air), kemudian perlakuan diberikan kepada 20 bibit yang telah terpilih (lihat Lampiran 2. gambar 10 dan 11). b. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari dari jam 8 sampai dengan jam 9 dengan jangka waktu 10 hari sekali (lihat lampiran 2. Gambar 12)
5.
Pemeliharaan Pembersihan gulma yang ada di sekitar tanaman lada
E. Pengambilan data Menghitung jumlah daun yang tidak diberi perlakuan dan diberi perlakuan (lihat Lampiran 2. Gambar 13,14, dan 15).
F. Variabel yang diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan jumlah daun (helai) terbuka sempurna, Dihitung banyaknya daun yang terbentuk setiap bulannya selama 3 bulan (pengamatan sebanyak 3 kali).
G. Analisis Data Analisa ragam (uji F) pada taraf nyata 5% digunakan untuk menganalisa pengaruh perlakuan terhadap perubahan yang diamati. Jika pada uji F perlakuan
menunjukkan pengaruh yang nyata atau sangat
nyata maka dilakukan dengan beda nilai terkecil (BNT) (Rosari, 2009).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pertambahan jumlah daun Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan dengan perlakuan pupuk Gandasil D, menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan daun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 Sehingga dilakukan uji lanjut BNT 5%. Tabel 1. Rerata pertambahan jumlah daun lada umur 30, 60, dan 90 hari setelah perlakuan (hsp). Perlakuan G0 G1
Rerata Pertambahan Jumlah Daun (helai) 30 (hsp) 60 (hsp) 0,294 b 1,235 b 2,294 a 5,882 a
90 (hsp) 3,059 b 9,353 a
Keterangan: Angka rerata yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Berdasarkan data tabel di atas, rerata pertambahan jumlah daun pada tanaman lada sesudah perlakuan, pertambahan jumlah daun pada bulan pertama (30 hsp), G1 (tanaman yang diberi perlakuan) menunjukan hasil yang tertinggi yaitu pertambahan jumlah daunnya sebesar 2,294 helai sedangkan pada G0 (kontrol) menunjukan hasil yang terendah 0,294 helai. Pada bulan kedua (60 hsp) tanaman yang diberi perlakuan (G1) pertambahan jumlah daunnya makin meningkat yaitu 5,882 helai dari bulan pertama yang pertambahannya 2,294 helai (G1) sedangkan pada kontrol (G0) pertambahan jumlah daun hanya menunjukan hasil yang rendah yakni 1,235 helai namun
jumlah ini meningkat dari jumlah, pada bulan pertama yaitu 0,294 helai (G0). Dan pada bulan ketiga (90 hsp) tanaman lada yang diberi perlakuan (G1) menunjukkan hasil yang sangat baik yaitu pertambahan jumlah daunnya semakin meningkat 9,353 helai pertambahan jumlah daun di bulan ketiga ini meningkat lebih pesat dari bulan pertama dan kedua sedangkan bibit yang tidak diberi perlakuan atau kontrol (G0) pertambahan jumlah daun hanya 3,059 helai walau pun jumahnya meningkat dari bulan pertama dan bulan kedua (G0) namun hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah daun yang diberi perlakuan (G1) sangat baik
dibandingkan dengan peningkatan jumlah daun
yang tidak diberi perlakuan (G0). B. Pembahasan Pertambahan jumlah daun. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis sidik ragam, rerata pertambahan jumlah daun pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun dengan perlakuan G1 lebih baik karena menghasilkan rerata jumlah daun lebih tinggi yaitu 9,353 helai dibandingkan dengan tidak diberi perlakuan G0 3,059 helai, hal ini diduga tanaman sudah memberikan respon terhadap perlakuan pupuk daun pada umur 30 hsp (hari setelah tanam), begitu juga dengan pengamatan umur 60 dan 90 hsp. Tanaman yang diberi perlakuan pupuk Gandasil D (G1) pada hari ke 30 menunjukan pertambahan jumlah daun 2,294 helai, dan yang tidak diberi perlakuan (G0) 0,294 helai. Pada hari ke 60 tanaman yang diberi perlakuan (G1) pertambahan jumlah daunnya meningkat 5,882 helai dari hari ke 30 dan yang tidak diberi perlakuan (G0) pertambahan
jumlah daunnya juga meningkat dari hari ke 30 (G0) yaitu 1,235 helai, dan pada hari ke 90 pertambahan jumlah daun yang diberi perlakuan (G1) semakin meningkat dari hari ke 30 dan 60 yaitu 9,353 helai sedangkan yang tidak diberi perlakuan (G0) peningkatan jumlah daun hanya 3,059 helai dari hari ke 30 dan 60. Rerata pertambahan jumlah daun semakin pesat dan pemberian pupuk lewat daun penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan pemberian pupuk lewat akar. Telah diketahui bahwa pupuk daun, penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan pemberian pupuk lewat akar. Akibatnya, tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas (Lihat Lampiran 2, gambar 16 dan 17) (Lingga dan Marsono, 2001).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Pada tanaman yang diberi perlakuan pupuk Gandasil D (G1) dengan konsentrasi 4 g / 2 liter air menghasilkan rerata jumlah daun lebih tinggi yaitu 9,353 dibandingkan tanpa perlakuan (G0) menghasilkan jumlah daun sebanyak 3,059. B. Saran Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Teknologi Budidaya Lada, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi pertanian, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim. 2009. Dinas Perkebunan Kalimantan Timur samarinda. Pemerintah Kota Samarinda. Samarinda. Anonim. 2009. Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat (terhubung berkala). Belajar Budidaya Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat.htm (15 November 2009) Anonim. 2011. Dinas Pertanian Kembangkan Lada Putih (terhubung berkala). http:// Dinas Pertanian Kabupaten Karang Any ar.htm (6 mei 2011) Anonim. 2012. Sejarah Kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika. Anonim. 2013. Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur (terhubung berkala). http:// Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur.htm (18 Agustus 2013) Bangedu. 2010. Klasifikasi dan Morfol ogi Tanaman Lada (terhubung berkala). http:// Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Lada DAUN HIJAU (25 Januari 2010) Ben, M.S.F.A dan Syukur C. 2003. Lada Perdu untuk Bisnis dan Hobi, Penebar Swadaya. Jakarta. Gardner F.P, Pearce R.B, Mitchell R.L., Fisiologi Tanaman Budidaya, Universitas Indonesia. Jakarta. Marsono, Lingga P. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar swadaya. Jakarta. Rachmad. 2005. Belajar bertani (terhubung berkala). http:// Belajar Bertani Gandasil D (13 juli 2010) Riski M.H. Rismunandar, 2003. Budidaya dan Tata niaga Lada. Penebar Swadaya. Jakarta. Rosari RW. 2009. 10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS 14. CV Andi offset. Yogyakarta. Rukmana H.R, 2007. Usaha tani lada perdu. Kanisius. Yogyakarta.
Ruhnayat A. 2011. Respon Tanaman Lada Perdu Terhadap Pemupukan NPK pada Jenis Tanah INCEPTISOLS dan ULTISOLS. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. Sarpian T, 2007. Pedoman Berkebun adalan Analisis Usaha Tani. Kanisiu s. Yogyakarta. Setyamidjaja. 1986. Pupuk Gandasil D Pupuk Daun lengkap dan Sempurna. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutarno, Andoko A. 2005. Budidaya lada Si Raja Rempah-Rempah. PT Agro Media Pustaka. Depok.
Lampiran 1. Denah Tanaman Lada di Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 1
23 24
45
71
46
72
96 97
116
132
117
133
4
25 26
47 48
98 99
118
74
119
5 6
27 28
49 50
75 76
100
101
7 8
29 30
51 52
77 78
9 10
31 32
11 12
33 34
53 54 55
13 14
35 36
57
79 80 81 82 83
58
84
15 16 17
37
59
85
38
86
18 19
40 41
20 21
42 43
60 61 62 63 64
22
44
2 3
39
56
65
66 67
68 69
73
87
88 89 90 91
148 149
161 162
171 172
175 176
189 190
202 203
213 214
223 224
233 234
241 242
250 251
259 260
134 135
150
163 164
173 174
177 178
191 192
204 205
215 216
225 226
235 236
243 244
252 253
261 262
120 121
136 137
152
165
153
179 180
193 194
206 207
217 218
227 228
237 238
245 246
254 255
263 264
102 103
122 123
138 139
154 155
181 182
195 196
208 209
219 220
229 230
239 240
247 248
256 257
265 266
104 105
124 125
140 141
156
166 167 168 169
183 184
197 198
210 211
221 222
231 232
249
258
267
106 107
126
142 143
185 186
199 200
212
187 188
201
108 109 110 111 112
127 128
144
129
145
130
146 147
131
151
157 158
170
159 160
268 269
U
113 114 115
92 93 94 95
70 Gambar 1. Denah Tanaman Lada di Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda = Tanaman tidak diberi perlakuan (G0) / kontrol (20 tanaman) = Tanaman diberi perlakuan (G1) / (20 tanaman) 34
= Tanaman cadangan (9 tanaman)
35
Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Gandasil D Terhadap Pertambahan Jumlah daun Pada Tanaman Lada (30, 60, dan 90 Hari setelah Perlakuan) Tabel 2. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Gandasil D Terhadap Pertambahan Jumlah daun Pada Tanaman Lada (30 Hari setelah Perlakuan) SK Gandasil D Galat Total
db
JK
1 32 33
KT
34 35,059 69,059
34 1,096
F-hit 31,03**
F Tabel 5% 1% 4,098 7,353
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata KK = 80,88% Tabel 3. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Gandasil D Terhadap Pertambahan Jumlah daun Pada Tanaman Lada (60 Hari setelah Perlakuan) SK
db
JK
KT
F-hit
183,559 1,650
111,20**
Gandasil D Galat
1 32
183,559 52,824
Total
33
236,382
F Tabel 5% 1% 4,098
7,353
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata KK = 36,102% Tabel 4. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Gandasil D Terhadap Pertambahan Jumlah daun Pada Tanaman Lada (90 Hari setelah Perlakuan) SK Gandasil D Galat Total
db 1 32 33
JK
KT
F-hit
336,735 68,823 405,559
336,735 2,151
156,57**
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata KK = 23,631%
F Tabel 5% 1% 4,098 7,353
36
Lampiran 3. Dokumentasi penelitian, Pengaruh Pupuk Gandasil D Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Pada Tanaman Lada.
Gambar 5. Pembersihan lahan menggunakan cangkul
Gambar 6. cangkul
37
Lanjutan lampiran 3.
Gambar 7. Pembersihan lahan meng gunakan arit
Gambar 8. Pembersihan lahan meng gunakan arit
38
Lanjutan lampiran 3.
Gambar 9. Pemberian lebel
Gambar 10. Pupuk Gandasil D yang akan dimasukkan ke dalam hand sprayer
39
Lanjutan lampiran 3.
Gambar 11. Sendok dan pupuk Gandasil D
Gambar 12. Penyemprotan pada tanaman lada
40
Lanjutan lampiran 3.
Gambar 13. Menghitung jumlah daun pada bibit kontrol (G0)
Gambar 14. Pengambilan data
41
Lanjutan lampiran 3.
`
Gambar 15. Menghitung jumlah daun pada bibit yang di beri perlakuan (G1)
Gambar 16. Tanaman lada menggunakan perlakuan (G1)
42
Lanjutan lampiran 3
Gambar 17. Tunas daun yang baru tumbuh
36
Lampiran 3. Komposisi unsur hara pupuk daun Gandasil D No
Senyawa / unsur
Kandungan
1
N (%)
14
2
P2O5 (%)
12
3
K2O (%)
14
4
MgSO 4 (%)
1
Sumber : Brosur Gandasil D. 2005