PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMATE DALAM BUMBU MASAK PER ORAL TERHADAP FUNGSI MEMORI SPASIAL TIKUS WISTAR
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata – 1 Kedokteran Umum
RISKA SARAH DEWI MEITINA PASHA 22010110110014
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMATE DALAM BUMBU MASAK PER ORAL TERHADAP FUNGSI MEMORI SPASIAL TIKUS WISTAR Riska Sarah Dewi Meitina Pasha 1 , Noor Wijayahadi 2 ABSTRAK Latar Belakang : Monosodium glutamat ( MSG ), sebagai flavour enhancer, banyak ditemukan di negara maju menyebabkan peningkatan dalam hal jumlah pemakaiannya, dimana dalam pemakaiannya tidak disertai takaran pemakaian yang jelas dan label peringatan dalam kemasan, sehingga menimbulkan permasalahan. Sehingga muncul pertanyaan berkaitan dengan pengaruh MSG dalam bumbu masak terhadap fungsi memori spasial. Tujuan Penelitian : Untuk membuktikan adanya pengaruh MSG dalam bumbu masak per oral terhadap fungsi memori spasial tikus Wistar Metode : Penelitian eksperimental pre – post test control design pada 18 ekor tikus jantan berusia 8 minggu dengan berat 200 gram dalam tiga kelompok [ kontrol, kelompok satu dengan bumbu masak merek A mencantumkan kadar MSG sebesar 99% peroral dosis 5 mg / KgBB / hari dan kelompok dua dengan bumbu masak merek B tanpa mencantumkan kadar MSG peroral dosis 5 mg / KgBB / hari ] selama 21 hari. Pengukuran rerata waktu tempuh menggunakan Morris Water Maze. Analisa data menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan Paired T-Test, Wilcoxon Signed Rank Test, Independent T-Test dan Mann Whitney. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna pada rerata waktu tempuh MWM pada 3 minggu setelah perlakuan pada kelompok satu ( p = 0,012 ) dan tidak terdapat perbedaan bermakna dari rerata serta selisih waktu tempuh dibandingkan antara kelompok satu dan kelompok dua Kesimpulan : Pemberian MSG peroral merek A dosis 5 mg / KgBB / hari selama tiga minggu berpengaruh pada fungsi memori spasial tikus Wistar dan tidak terdapat perbedaan dibandingkan antara kelompok satu dan kelompok dua Kata Kunci : Monosodium glutamat, fungsi memori spasial tikus Wistar
1 2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Staf Penagajar Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
THE EFFECT OF SEASONING’S MONOSODIUM GLUTAMATE GIVEN ORALLY TO THE SPATIAL MEMORY FUNCTION OF WISTAR RAT Riska Sarah Dewi Meitina Pasha 1 , Noor Wijayahadi 2 ABSTRACT Background : Monosodium glutamate ( MSG ), as flavour enhancer, hugely found in the development country causing the arising number of the user which on the usage way without exact dose and label warning was leading to problems. So, arise a question related to the effect of MSG in the seasonings on the spatial memory. Purpose : To prove the effect of MSG in the seasonings given orally on spatial memory of the Wistar rats. Methods : An pre – post test control design experimental study on the 18 male rats aged 8 weeks weighting 200 grams was classifying into three groups [ control, group one using seasoning A label containing the percentage of 99% MSG given orally with dose 5 mg / KgBB / day and group two using seasoning B label without containing the percentage of MSG given orally with dose 5 mg / KgBB / day ] treated for 21 days. The measurement of the mean travel time was using Morris Water Maze. As for the data analized by using SPSS 17th version program with Paired T-Test, Wilcoxon Signed Rank Test, Independent T-Test and Mann Whitney. Results : There were a significant differences on the mean travel time for three weeks after treatment on the group one ( p = 0,012 ) and no significance differences on the mean time and time differences compared between group one and group two Conclusions : MSG in the seasoning A label with dose 5 mg / KgBB / day treated three weeks had an effect on the spatial memory of the Wistar rats and no differences compared between group one and group two. Keywords : Monosodium glutamate, Wistar rat spatial memory function
1 2
University Student on Medical Faculty of Diponegoro University Semarang
Lecturer staff in Pharmacology and Therapeutics on Medical Faculty of Diponegoro University Semarang
PENDAHULUAN Monosodium glutamat atau yang lebih dikenal dengan sebutan MSG adalah garam natrium yang berasal dari asam glutamat merupakan asam amino non esensial yang dapat dijumpai secara berlimpah pada bahan segar di alam
1,2,3
.
4
Sebagai flavour enhancer bahan ini banyak ditemukan di negara maju , seperti Asia dan Afrika Barat2,5 terutama di Cina, Thailand, Jepang dan Korea, dimana hal ini telah merupakan gaya hidup modern saat ini1,6 . Di negara barat pun, telah dimulai gaya hidup yang sama yaitu bergantung pada pemakaian monosodium glutamat sehingga menyebabkan peningkatan dalam hal jumlah pemakaiannya4. Dengan meluasnya pemakaian monosodium glutamat dikalangan masyarakat, dimana dalam pemakaiannya tidak disertai takaran pemakaian yang jelas dan label peringatan dalam kemasan, ternyata telah menimbulkan permasalahan7. Hal ini telah dilaporkan oleh Kwok pada tahun 1968 dalam New England Journal bahwa terjadi suatu gejala seusai mengkonsumsi masakan Cina. Gejala tersebut ditandai dengan terjadinya rasa baal pada leher yang menjalar ke bagian tangan dan punggung , kelemahan serta palpitasi, yang disebut sebagai trias gejala 8, atau disebut pula sebagai Chinesse Restaurant Syndrome 9. Glutamat sendiri, dalam bentuk L-glutamate, adalah asam amino yang terdapat secara alami didalam tubuh dan ditemukan dalam jumlah besar pada sistem saraf pusat10. Glutamat merupakan neurotransmitter eksitatorik utama pada otak 11,4,12,13 yang dilepaskan sebanyak 40% dari sinaps-sinaps yang terdapat pada sistem saraf pusat14, terutama pada regio dalam otak yang mempunyai tugas penting seperti korteks serebri, girus dentatus hipokampus, dan striatum10,11,15 . Hal tersebut menunjukkan bahwa glutamat mempunyai peranan yang penting pada fungsi kognitif
dan
dalam
pembentukan
ingatan,
disamping
berfungsi
pada
7
perkembangan, plastisitas sinaptik, proses belajar dan Long Term Potentiation16 . Sehubungan dengan terdapatnya glutamat sebagai neurotransmitter utama pada sistem saraf pusat, maka terdapat bagian-bagian pada otak yang mempunyai reseptor glutamat dalam jumlah tinggi, sehingga bagian-bagian tersebut menjadi
sangat sensitif pada excitatory injury. Adapun bagian-bagian pada otak tersebut adalah korteks, striatum, hipokampus, hipotalamus, talamus, serebelum dan visual-auditory system. 17 Selain sebagai bahan yang dapat berubah menjadi excitotoxin, monosodium glutamat dapat mengaktifkan beberapa sistem pada otak yang mempengaruhi beberapa fungsi diantaranya persepsi sensorik, memori, orientasi terhadap waktu dan ruang dan keterampilan motorik. Pengaruh dari excitotoxin akan tampak setelah adanya akumulasi bertahun tahun. 17 Mengingat penggunaan monosodium glutamat telah meluas dimasyarakat serta dapat menimbulkan berbagai efek samping, terutama pengaruhnya terhadap fungsi memori, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruhnya terhadap fungsi memori, terutama memori spasial. METODE Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental laboratorik menggunakan Pre and Post Test Control Group Design pada 3 kelompok hewan coba tikus Wistar. Penelitian dengan tikus Wistar berlangsung selama tiga minggu 26 Mei 2014 – 21 Mei 2014. Pemeliharaan hewan coba dan pemberian MSG per oral merek A merek B dilaksanakan di laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Populasi penelitian yang akan dilaksanakan memakai tikus Wistar jantan berusia 8 minggu dengan berat 200 gram yang didapatkan dari Unit Pemeliharaan Hewan Coba Laboratorium Biologi ( FMIPA ) Universitas Negeri Semarang. Besar sampel yang digunakan menurut World Health Organization ( WHO ) adalah 5 ekor
18
, sehingga pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 15
ekor , tiap kelompok masing masing berisi 5 ekor. Sedangkan untuk mengantisipasi dikeluarkannya tikus akibat adanya kriteria drop out, maka pada
tiap kelompok akan ditambahkan satu ekor tikus sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah sebesar 18 ekor. Penelitian ini memiliki kriteria inklusi berupa tikus Wistar jantan usia 8 minggu dengan bobot badan 200 gram dan aktifitas tingkah laku normal. Sedangkan untuk kriteria eksklusi dari penelitian ini berupa tikus Wistar yang mengalami stress, mutisme, agresif dan untuk kriteria drop out dari penelitian ini adalah tikus yang menderita sakit ( diare ) selama penelitian, bobot tikus yang menurun hingga kurang dari 200 gram dan tikus mati selama percobaan berlangsung. Sampel penelitian dibagi menjadi tiga kelompok yang pada masing-masing kelompok terdiri atas enam ekor tikus dan dimasukkan dalam tiga buah kandang yang berbeda sesuai dengan kelompok penelitian hingga penelitian berakhir. Kelompok K ( P1 ) merupakan tikus kontrol yang tidak diberi paparan monosodium glutamat, Kelompok I ( P2 ) merupakan kelompok tikus yang diberi paparan monosodium glutamat per oral merek A yang dijual di pasaran dengan mencantumkan kadar monosodium glutamat sebesar 99% dengan dosis 5 mg / KgBB / hari satu kali sehari dan Kelompok II ( P3 ) merupakan kelompok tikus yang diberi paparan monosodium glutamat per oral merek B yang dijual di pasaran tanpa mencantumkan kadar monosodium glutamat dengan dosis 5 mg / KgBB / hari satu kali sehari, dengan waktu perlakuan masing masing selama tiga minggu. Hewan coba tikus diberi perlakuan berupa pengenalan pada metode pemeriksaan berupa latihan sebanyak dua kali sehari dengan tempat yang dipindah – pindah, sedangkan posisi landasan yang dituju tetap ( pada kuadran lima ) sesuai dengan pembagian kuadran. Terdapat lima rute yang harus ditempuh masing masing tikus, yaitu I : 1 – 5 ; II : 2 – 5 ; III : 8 – 5 ; IV : 3 – 5 dan V : 7 – 5 dengan waktu tempuh maksimal dalam proses mencari landasan yang dituju adalah selama 120 detik, serta diperkenankan berada diatas landasan selama maksimal lima belas detik. 19
Tes pengenalan mula-mula dilakukan selama tiga hari, dan tiap usai melakukan tes maka tikus akan diletakkan dalam kandang transit yang diletakkan pada ruangan terbuka dibawah sinar matahari selama lima belas menit dan dikeringkan sebelum dimasukkan kembali kedalam kandang. Hal ini mempunyai tujuan agar menghindari terjadinya hipotermia. Sedang untuk kebersihan alat coba, air dalam bejana dibuang kemudian bejana dicuci dengan desinfektan serta dikeringkan untuk menghindari adanya organisme infeksius. 19 Selama tiga hari pertama percobaan, hewan coba tikus hanya akan diberi pakan standar BR-2 dan dibiarkan beradaptasi terhadap lingkungan kandang, dan pada hari ke empat mulailah seluruh hewan coba diberi pengenalan pada perangkat Morris Water Maze sebanyak dua kali sehari selama tiga hari sesuai metode pengenalan terhadap lingkungan pada awal percobaan, serta pada akhir sesi pengenalan alat sebelum dilakukannya perlakuan dihitunglah rerata waktu tempuh oleh orang lain selain peneliti ( untuk menghilangkan bias penelitian ) dari masing masing kelompok pada hewan coba. Pada akhir perlakuan ( pada akhir minggu ke tiga ) dilakukan perhitungan kembali rerata waktu tempuh dengan alat Morris Water Maze pada ketiga kelompok hewan coba. 19 HASIL Setelah data diolah menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk ( dengan nilai kemaknaan P > 0,05 ) didapatkan hasil sebaran data tidak normal jatuh pada data rerata sebelum perlakuan pada kelompok 2 ( p = 0,03 ) ; selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan post perlakuan pada kelompok 2 ( p = 0,00 ) ; dan selisih waktu tempuh antara pra perlakuan dan post perlakuan pada kelompok kontrol ( p = 0,00 ).
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Kelompok Kontrol Kelompok 1 Kelompok 2
Rerata waktu awal Rerata waktu Rerata waktu 3 pengenalan alat sebelum perlakuan minggu sesudah perlakuan
Gambar 1. Diagram perbedaan rerata waktu tempuh tikus Wistar pada ketiga kelompok penelitian menggunakan alat Morris Water Maze Dilakukan uji beda berpasangan Paired T Test untuk data dengan distribusi normal dan Wilcoxon untuk data dengan ditribusi tidak normal pada kelompok kontrol, kelompok 1 dan kelompok 2 untuk mengetahui : o Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara awal pengenalan alat dengan sebelum perlakuan. o Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara pada saat sebelum perlakuan dengan tiga minggu setelah perlakuan. Tabel 1. Perbandingan antara rerata waktu awal dengan rerata waktu sebelum dan perbandingan rerata waktu sebelum dengan rerata waktu sesudah Kelompok Kelompok 1
Signifikansi Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara awal 0,06 pengenalan alat dengan sebelum perlakuan Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara pada saat 0,01 sebelum perlakuan dengan tiga minggu setelah perlakuan
Kelompok 2
Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara awal 0,04 pengenalan alat dengan sebelum perlakuan Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara pada saat 0,11 sebelum perlakuan dengan tiga minggu setelah perlakuan
Kelompok Kontrol
Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara awal 0,07 pengenalan alat dengan sebelum perlakuan Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara pada saat 0,00 sebelum perlakuan dengan tiga minggu setelah perlakuan Dari hasil diatas didapatkan hasil uji statistik bermakna pada Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara pada saat sebelum perlakuan dengan tiga minggu setelah perlakuan kelompok satu ; Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara awal pengenalan alat dengan sebelum perlakuan kelompok dua dan Perbedaan antara rerata waktu tempuh antara pada saat sebelum perlakuan dengan tiga minggu setelah perlakuan kelompok kontrol
Dilakukan uji beda berpasangan Paired T Test untuk data dengan distribusi normal dan Wilcoxon untuk data dengan ditribusi tidak normal pada kelompok kontrol, kelompok 1 dan kelompok 2 untuk mengetahui : o Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan sebelum perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan. o Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan sebelum perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan. o Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan.
Tabel 2. Perbandingan antara selisih waktu tempuh pada masing – masing kelompok satu , kelompok dua dan kelompok kontrol Kelompok Kelompok 1
Signifikansi Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 0, 47 pengenalan alat dan sebelum perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 0, 96 pengenalan alat dan sebelum perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 0,05 pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan
Kelompok 2
Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 1,0 pengenalan alat dan sebelum perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 0,42 pengenalan alat dan sebelum perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 0,11 pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan
Kelompok Kontrol
Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 0,60 pengenalan alat dan sebelum perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 0,89 pengenalan alat dan sebelum perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal 0,22 pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan dengan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan
Dari hasil diatas didapatkan tidak adanya perbandingan bermakna pada selisih waktu tempuh di tiap kelompok baik kelompok kontrol, kelompok satu dan kelompok dua
Dilakukan uji tidak berpasangan dua variabel menggunakan uji Independent T Test dan uji Mann Whitney untuk melihat pada kelompok yang berbeda : o Perbedaan antara rerata waktu tempuh awal pengenalan alat untuk kelompok kontrol-kelompok 1 ; kelompok kontrol-kelompok 2 ; kelompok 1-kelompok 2. o Perbedaan antara rerata waktu tempuh pada saat sebelum perlakuan untuk kelompok kontrol - kelompok 1 ; kelompok kontrol - kelompok 2 ; kelompok 1 - kelompok 2. o Perbedaan antara rerata waktu tempuh tiga minggu setelah perlakuan untuk kelompok kontrol - kelompok 1 ; kelompok kontrol - kelompok 2 ; kelompok 1 - kelompok 2. Dilakukan uji tidak berpasangan dua variabel menggunakan uji Independent T Test dan uji Mann Whitney untuk melihat pada kelompok yang berbeda : o Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan sebelum perlakuan untuk kelompok kontrol - kelompok 1 ; kelompok kontrol - kelompok 2 ; kelompok 1 - kelompok 2 o Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan untuk kelompok kontrol kelompok 1 ; kelompok kontrol - kelompok 2 ; kelompok 1 kelompok 2 o Perbedaan antara selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan untuk kelompok kontrol kelompok 1 ; kelompok kontrol - kelompok 2 ; kelompok 1 kelompok 2
Tabel 3. Hasil uji Independent T Test & Mann-Whitney membandingkan kelompok kontrol – kelompok 1 ; kelompok kontrol – kelompok 2 ; dan kelompok 1 – kelompok 2 Kelompok Kelompok Kontrol – Kelompok Satu
Kelompok Kontrol – Kelompok Dua
Kelompok Satu – Kelompok Dua
Rerata waktu awal pengenalan alat Rerata waktu sebelum perlakuan Rerata waktu sesudah perlakuan Selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan sebelum perlakuan Selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan Selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan
Signifikansi 0,88 0,48 0,93 0,80
0,86
0,92
Rerata waktu awal pengenalan alat Rerata waktu sebelum perlakuan Rerata waktu sesudah perlakuan Selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan sebelum perlakuan Selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan Selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan
0,91 0,92 0,28 0,66
Rerata waktu awal pengenalan alat Rerata waktu sebelum perlakuan Rerata waktu sesudah perlakuan Selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan sebelum perlakuan Selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan Selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan
0,77 0,25 0,29 0,51
0,46
0,76
0,46
0,52
Dari data statistik tersebut diatas dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata waktu tempuh awal pengenalan alat, rerata waktu tempuh pada saat sebelum perlakuan, dan rerata waktu tempuh tiga minggu setelah perlakuan antara kelompok kontrol dengan kelompok 1; kelompok kontrol dengan kelompok 2 ; dan kelompok 1 dengan kelompok 2 Dari data statistik tersebut diatas pula dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan sebelum perlakuan, selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan, dan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan antara kelompok kontrol dengan kelompok 1 ; kelompok kontrol dengan kelompok 2; dan kelompok 1 dengan kelompok 2. PEMBAHASAN Pada perhitungan rerata waktu tempuh antara rerata waktu tempuh awal pengenalan alat dan pada sebelum perlakuan, menunjukkan hasil terdapatnya pemendekan waktu tempuh pada ketiga kelompok walaupun dari perhitungan uji statistik menunjukkan bahwa hanya pada kelompok dua saja yang menunjukkan hasil perbedaan bermakna antara kedua rerata waktu tempuh, sedangkan pada kelompok kontrol dan kelompok satu menurut perhitungan uji statistik menunjukkan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai kemaknaan berselisih tipis dengan nilai kemaknaan ( p < 0,05 ) yaitu pada angka 0,057 pada kelompok satu dan 0,065 pada kelompok kontrol. Hasil pencatatan waktu tempuh yang memendek menunjukkan bahwa latihan fisik memberikan pengaruh yang baik pada otak terutama pada fungsi otak, termasuk pula proses plastisitas otak dan juga pada fungsi belajar dan mengingat kemampuan belajar
21
20
termasuk pula kecepatan dan
22
serta fungsi kognitif , proses analisis dan memproses data,
pemusatan perhatian dan penyimpanan ingatan
21
. Hal ini terjadi dikarenakan
latihan fisik menyebabkan pertambahan dari pertumbuhan kapiler serta jumlah dendrit yang nantinya menyebabkan perbaikan dari fungsi kognitif.
23
Selain
menyebabkan pertambahan jumlah dendrit, latihan fisik juga menyebabkan
perubahan dalam jumlah banyak pada transkripsi gen yang mempunyai kaitan dengan aktivitas syaraf, struktur sinaps, sintesis dari neurotransmitter yang berkaitan dengan proses memori
20
serta pula peningkatan Brain-Derived
Neurotrophic Factor , Insulin-Like Growth Factor 1 dan Fibroblast Growth Factor
22
21
, Nerve Growth Factor ,
terutama pada daerah Hippocampus sehingga
kesemuanya menyebabkan terjadinya proses neurogenesis pada Hippocampus sehingga pula meningkatkan fungsi Spatial Learning dan mengingat 20, 21, 22, 23 . Pada kelompok satu didapatkan pemanjangan waktu tempuh bila dilihat melalui angka pada rerata waktu tempuh sebelum perlakuan tikus dengan rerata waktu setelah tiga minggu perlakuan menggunakan alat Morris Water Maze sehingga menunjukkan kesan bahwa dengan pemberian monosodium glutamat merek A didapatkan pengaruh pada memori spasial serta pula menurut uji statistik pada kelompok satu menunjukkan adanya perbedaan bermakna sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bumbu masak merek A selama 21 hari memberikan pengaruh pada memori spasial serta memberikan hasil signifikan menurut uji statistik. Sedangkan pada kelompok dua didapatkan pemanjangan waktu tempuh bila dilihat melalui angka pada rerata waktu tempuh sebelum perlakuan tikus dengan rerata waktu setelah tiga minggu perlakuan menggunakan alat Morris Water Maze sehingga menunjukkan kesan bahwa dengan pemberian monosodium glutamat merek B didapatkan pengaruh pada memori spasial, akan tetapi menurut hasil perhitungan menggunakan uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna dari rerata waktu tempuh sebelum perlakuan pada tikus dengan rerata waktu tempuh tikus seusai tiga minggu perlakuan pada kelompok dua sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bumbu masak merek B selama 21 hari memberikan pengaruh pada memori spasial namun tidak memberikan hasil yang signifikan menurut uji statistik. Terdapat dua hal berbeda dikarenakan kadar monosodium glutamat dalam kedua bumbu masak tersebut berbeda. Pada kelompok satu memakai bumbu masak yang dijual di pasaran dengan mencantumkan kadar monosodium glutamat sebesar 99% sedangkan pada kelompok dua memakai bumbu masak yang tidak
mencantumkan kadar monosodium glutamat dalam kemasannya, sehingga dapat diartikan bahwa pada tikus kelompok satu telah terdapat efek eksitotoksik glutamat secara signifikan baik dilihat melalui angka pada rerata waktu tempuh setelah tiga minggu perlakuan yang memanjang maupun secara uji statistik, sedangkan pada kelompok dua dikarenakan kadar monosodium glutamat yang tidak diketahui ( dapat pula berarti bumbu masak dikelompok kedua mempunyai kadar monosodium glutamat lebih rendah daripada bumbu masak dikelompok satu ) sehingga dapat memungkinkan menyebabkan belum nampaknya hasil signifikan melalui uji statistik meskipun didapatkan angka rerata waktu tempuh setelah 3 minggu perlakuan yang memanjang sehingga hal tersebut dapat menjadi tanda terdapatnya efek eksitotoksik glutamat pada lama terpapar selama tiga minggu dan pada dosis 5 mg / KgBB / hari pada merek B. Pada hasil perhitungan melalui uji statistik untuk melihat adanya hubungan antara rerata waktu awal pengenalan alat, rerata waktu sebelum perlakuan dan rerata waktu setelah tiga minggu perlakuan untuk dibandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok satu ; kelompok kontrol dengan kelompok dua dan kelompok satu dengan kelompok dua tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara uji statistik. Pada hasil perhitungan melalui uji statistik untuk melihat adanya hubungan antara selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dengan sebelum perlakuan, selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dengan setelah tiga minggu perlakuan dan selisih waktu tempuh antara sebelum perlakuan dengan setelah tiga minggu perlakuan untuk dibandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok satu ; kelompok kontrol dengan kelompok dua dan kelompok satu dengan kelompok dua menunjukkan bahwa perubahan – perubahan yang terjadi pada waktu tempuh tersebut tidak memiliki perbedaan yang bermakna secara uji statistik.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah pada penelitian menggunakan bumbu masak yang dijual dipasaran tanpa mencantumkan kadar monosodium glutamat dalam kemasan adalah singkatnya waktu pelaksanaan percobaan atau dapat pula dilihat dari dosis yang digunakan saat percobaan mengingat efek eksitotoksik glutamat yang muncul tidak signifikan secara uji statistik pada fungsi memori spasial pada tikus, meskipun dilihat pada waktu tempuh seusai tiga minggu penelitian menunjukkan adanya perlambatan, yang diuji menggunakan alat Morris Water Maze. Selain itu, menurut Organization for Economic CoOperation and Development dalam Guidline for Testing Of Chemicals menyebutkan bahwa rentang waktu yang harus digunakan dalam penelitian mengenai keterpaparan bahan kimia agar menimbulkan efek toksik yang terlihat pada hewan coba pengerat adalah selama 28 hari. 24 SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
ini
dapat
disimpulkan
bahwa
Pemberian
monosodium glutamat pada bumbu masak merek A yang dijual di pasaran dengan mencantumkan kadar monosodium glutamat sebesar 99% pada dosis 5 mg / KgBB / hari selama 21 hari memberikan pengaruh pada fungsi spasial tikus Wistar , Pemberian monosodium glutamat pada bumbu masak merek B yang dijual di pasaran tanpa mencantumkan kadar monosodium glutamat pada dosis 5 mg / KgBB / hari selama 21 hari memberikan pengaruh pada fungsi memori spasial tikus Wistar namun belum memberikan hasil bermakna secara statistik , Tidak terdapat perbedaan bermakna pada rerata waktu awal pengenalan alat, rerata sebelum perlakuan dan rerata waktu setelah tiga minggu perlakuan saat dibandingkan antar kelompok kontrol dengan kelompok satu ; kelompok kontrol dengan kelompok dua dan kelompok satu dengan kelompok dua dan Tidak terdapat perbedaan bermakna pada selisih antara waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan sebelum perlakuan ; selisih waktu tempuh antara awal pengenalan alat dan tiga minggu setelah perlakuan ; dan selisih waktu tempuh
antara sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan saat dibandingkan antar kelompok kontrol dengan kelompok satu; kelompok kontrol dengan kelompok dua dan kelompok satu dengan kelompok dua. SARAN Berdasar penelitian ini dapat diberikannya saran berupa Perlunya waktu penelitian yang lebih lama untuk melihat timbulnya efek monosodium glutamat peroral pada bumbu masak merek B terhadap fungsi memori spasial pada hewan coba tikus, Perlunya pemberian dosis yang berbeda untuk melihat timbulnya efek monosodium glutamat peroral pada bumbu masak merek B terhadap fungsi memori spasial pada hewan coba tikus, Perlunya penelitian lain menggunakan bumbu masak berbeda yang beredar dimasyarakat luas, Perlunya tambahan pemeriksaan untuk histopatologi gambaran otak khususnya pada daerah Hippocampus, dan Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi terhadap penelitian selanjutnya tentang efek pemberian monosodium glutamat dalam bumbu masak pada berbagai organ tubuh dan terutama mengenai fungsi memori spasial menggunakan Morris Water Maze. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan beribu terima kasih kepada dr Noor Wijayahadi, M.Kes selaku pembimbing yang dengan sabar telah sangat membantu peneliti dengan arahan – arahan serta saran dan tak lupa kepada dr. Dwi Ngestiningsih, M.Kes, Sp.PD selaku ketua penguji dan dr. Amallia Nuggetsiana Setyawati, M.Si.Med. selaku penguji yang telah berkenan memberikan petunjuk serta pengarahan lebih lanjut mengenai penelitian ini serta pula pihak – pihak lain yang juga telah memberi dukungan serta membantu menjalankan penelitian ini hingga dapat terlaksana dengan baik
DAFTAR PUSTAKA 1. Tawfik, M.S., N, Al-Badr. Adverse Effect of Monosodium Glutamate on Liver and Kidney Functions in Adult Rats and Potential Protective Effect of Vitamins C and E. Food and Nutrition Science. 2012. 3 : 651 – 659 2. Igwebuike, U.M., I.S. Ochiogu, B.C. Ihedinihu, J.E. Ikokide, I.K. Idika. The Effects of Oral Administration of Monosodium Glutamate ( MSG ) on The Testicular Morphology and Cauda Epididymal Sperm Reserves of Young and Adult Male Rats. Veterinarski Arhiv. 2011. 81 : 525 – 534 3. Jinap, S., P. Hajeb. Glutamate Its Applications In Food And Contribution To Health. Elsevier. 2010. 55 : 1- 10 4. Beyreuther, K., H.K Biesalski, J.D. Fernstrom, P. Grimm, W.P. Hammes et al. Concensus Meeting : Monosodium Glutamate – an Update. European Journal of Clinical Nutrition. 2006. 1-10 5. Sukhorum, W., J. Yimdee, R. Samrid. Effects of Monosodium Glutamate ( MSG ) on Reproductive Organs in Male Rats. 1st ASEAN PLUS THREE Graduate Research Congress. 2012. 411- 414 6. Ahluwalia, P., K. Tewari, P. Choudhary. Studies on the Effects Monosodium Glutamate ( MSG ) on Oxidative Stress in Erythrocytes of Adult Male Mice. Elsevier. 1996. 84 ( 3 ) : 161 – 165 7. Eweka, A.O., A. Eweka, F.A.E Om’Iniabohs. Histopatological Studies of The Effects of Monosodium Glutamate of The Fallopian Tubes of Adult Female Wistar rats. North American Journal of Medical Sciences. 2010. 2 : 146 – 149 8. Geha, R.S., Alexa B., Clement R., Roy P., PA Greenberger et al. Review of Alleged Reaction to Monosodium Glutamate and Outcome of a Multicenter Double-Blind Placebo-Controlled Study. American Society for Nutritional Sciences. 2000. 130 : 1058S – 1062S 9. Egbuonu, A.C.C., O. Obidoa, C.A. Ezeokonkwo, P.M. Ejikeme. Hepatotoxic Effects of Low Dose Oral Administration of Monosodium Glutamate in Male Albino Rats. African Journal of Biotechnology. 2009. 8 (13) : 3031 – 3035
10. Olakunle, James O., O. Adejoke Yetunde. Acute Low Dose Monosodium Glutamate Retards Novelty Induced Behaviours in Male Swiss Albino Mice. Journal of Neuroscience and Behavioural Health. 2011. 3(4) : 51-56 11. Urena-Guerrero, M.E., S.J. Lopez-Perez, C. Beas – Zarate. Neonatal Monosodium Glutamate Treatment Modifies Glutamic Acid Decarboxylase Activity During Rat Brain Postnatal Development. Elsevier. 2003. 42 : 269 – 276 12. Bak, L.K., A. Schousboe, H.S. Waagepetersen. The Glutamate/GABAGlutamine Cycle : Aspects of Transport, Neurotransmitter Homeostasis and Ammonia Transfer. Journal of Neurochemistry. 2006. 98 : 641 – 653 13. Beas-Zarate, C., M.I. Perez-Vega, I. Gonzalez-Burgos. Neonatal Exposure to Monosodium L-Glutamate Induces Loss of Neurons and Cytoarchitectural Alterations in Hippocampal CA1 Pyramidal Neurons of Adult Rats. Elsevier. 2002. 952 : 275 – 281 14. Ramanathan, M., S. Sivakumar, P.R. Anandvijayakumar, C. Saravanababu, P. Rathinavel Pandian. Neuroprotective Evaluation of Standardizes Extract of Cantella Asciatica in Monosodium Glutamate Treated Rats. Indian Journal of Experimental Biology. 2007. 45 : 425 – 431 15. Park, C.H., S.H. Choi, Y. Piao, S.H. Kim, Y.J. Lee et al. Glutamate and Aspartate Impair Memory Retention and Damage Hypothalamic Neurons in Adult Mice. Elsevier. 2000. 115 : 117 – 125 16. Wong, P.T-H., L.H. Neo, W.L. Teo, H. Feng, Y.D. Xue, W.H. Loke. Deficits in Water Escape Performance and Alterations in Hippocampal Cholinergic Mechanisms Associated With Neonatal Monosodium Glutamate Treatment in Mice. Elsevier. 1996. 57 : 383 – 388 17. Blaylock, R.L . Excitotoxins, Neurodegeneration and Neurodevelopment. The Medical Sentinel Journal. 2000 18. World Health Organization. Research Guidelined for Evaluating the Safety and Efficacy of Herbal Medicines. 1993 : 44
19. Tambunan, H.S. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Per Oral Terhadap Fungsi Memori Spasial Tikus Wistar [ Tesis PPDS ]. Semarang : Universitas Diponegoro ; 2012. page 49 – 52 20. Alaei, H., RohAllah M, Ali R.S. Effects of Treadmill Running On Mid-Term Memory and Swim Speed in The Rat With Morris Water Maze Test. Elsevier. 2008. 12 : 72 – 75 21. Alomari, Mahmoud A., Omar F.K., Karem H.A., Mohammad A.A. Forced and Voluntary Exercise Equally Improve Spatial Learning and Memory and Hippocampal BDNF Levels. Elsevier. 2013. 247 : 34 – 39 22. Ferreira, Ana F.B., Caroline C.R., Alice C.R., Adilson S.A., Luiz R.G.B. Short Term, Moderate Exercise is Capable of Inducing Structural, BDNFIndependent Hippocampal Plasticity. Elsevier. 2011. 1425 : 111 – 122 23. Cetinkaya, C., Ali R.S., Muge K., Ulas M.C., Celal G., Basak B., Ilkay A., Nazan U. Positive Effects of Aerobic Exercise on Learning and Memory Functioning, which Correlate with Hippocampal IGF-1 Increase in Adolescent Rats. Elsevier. 2013. 549 : 177 – 181 24. OECD Guidlines for the Testing of Chemicals. OECD [ Internet ]. 2008. [
cited
2014
July
01
].
Available
from
:
http://
http://ntp.niehs.nih.gov/iccvam/suppdocs/feddocs/oecd/oecdtg407-2008.pdf