PENGARUH PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG NANGKA TERHADAP PRODUKSI ROSELLA (Hibiscus sabdariffa l) Diana Novita Sari, Surti Kurniasih, R. Teti Rostikawati Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan 2012
ABSTRACT This study aims to find out effect of local microorganisms (MOL) jackfruit banana weevil to production rosella (Hibiscus sabdariffa l). The methods used is completely randomized design (CRD) with six level factor: 0%, 8%, 16%, 24%, 32%, and 40%. In every treatments is repeated four times, the observed variables are number of rosella flowers and wet weight rosella flowers. The calculation of ANOVA to number of rosella flowers and wet weight rosella flowers shows that there is an influence in giving jackfruit banana weevil MOL to number of rosella flowers but there isn’t an influence in giving jackfruit banana weevil MOL to wet weight flowers. Optimal concentration of jackfruit banana weevil MOL to number of rosella flowers is 24%. Keywords: local microorganism, jackfruit banana weevil, Hibiscus sabdariffa l
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikroorganisme loal (MOL) bonggol pisang nangka terhadap produksi bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l). Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam taraf faktor yaitu: 0%, 8%, 16%, 24%, 32%, dan 40%. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali, peubah yang diamati adalah jumlah dan berat basah bunga rosella. Berdasarkan perhitungan analisis varian terhadap jumlah dan berat basah rosella menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian MOL bonggol pisang nangka terhadap jumlah bunga rosella namun tidak terdapat pengaruh pemberian MOL bonggol pisang nangka terhadap berat basah rosella. Konsentrasi MOL bonggol pisang nangka yang optimal untuk jumlah bunga rosella yaitu sebesar 24%. Kata kunci: mikroorganisme lokal, bonggol pisang nangka, Hibiscus sabdariffa l A. Pendahuluan Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
1
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa l) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, sehingga permintaan akan produk berbahan rosella menjadi sangat tinggi. Tingginya permintaan pasar tentunya harus diimbangi dengan jumlah produksi bunga rosella. Karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan jalan menyediakan unsur hara serta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang optimal untuk meningkatkan jumlah produksi bunga rosella. Pemberian mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang nangka dapat menjadi jalan untuk memenuhi ketersediaan hara serta ZPT bagi tanaman rosella. Pada tanaman rosella, unsur nitrogen (N) sangat berpengaruh pada fase awal pertumbuhan rosella, karena nitrogen berperan mendorong pertumbuhan vegetatif, yang berkolerasi dengan produksi kelopak bunga. Dosis pupuk nitrogen dan kalium mempengaruhi kandungan antosianin, vitamin C, dan karbohidrat kelopak bunga. Sementara phosphor (P) mempengaruhi pertumbuhan akar juga mendorong pembentukan bunga (Mardiah dan Sawarni, 2010). MOL adalah cairan yang berbahan dari berbagai sumber daya alam yang tersedia setempat. MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung mikroba yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Berdasarkan kandungan yang terdapat
dalam MOL tersebut, maka MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungsida (Purwasasmita dan Kunia, 2009) dalam (Suhastyo, 2011). Menurut beberapa literatur dalam MOL bonggol pisang mengandung Zat Pengatur Tumbuh Giberellin dan Sitokinin. Selain itu dalam mol bonggol pisang tersebut juga mengandung 7 mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaitu : Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik. Tidak hanya itu MOL bonggol pisang juga tetap bisa digunakan untuk dekomposer atau mempercepat proses pengomposan (Maspary, 2012). Mikroba tanah berfungsi sebagai agen biokemik dalam pengubahan senyawa organik yang kompleks menjadi senyawa anorganik. Perubahan senyawa kimia didalam tanah, terutama, pengubahan senyawa organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfur, dan fosfor menjadi senyawa anorganik. Proses ini disebut mineralisasi, didalamnya terlibat sejumlah besar perubahan senyawa kimia serta peranan bermacam-macam spesies mikroba (Ristianti, 2008). Melalui pemberian cairan MOL maka kandungan mikroba dalam tanah dapat meningkat sehingga proses mineralisasi dapat berjalan lebih optimal dan kebutuhan unsur hara tanaman rosella dapat terpenuhi dengan baik.
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
2
normal, kemudian dianalisis variansi (ANAVA) dan uji Duncans. C. Temuan Penelitian 1. Jumlah BUnga Rosella (Hibiscus sabdariffa l) Pengamatan terhadap produksi bunga rosella dilakukan pada usia tanam ± 90 hari setelah persemaian atau usia bunga ± 60 hari setelah muncul bunga. Dari data jumlah bunga yang dihasilkan pada tiap-tiap perlakuan menunjukkan perbedaan. Jumlah bunga tertinggi terdapat pada pemberian MOL bonggol pisang dengan konsentrasi 24% dengan ratarata jumlah bunga sebesar 4, sedangkan produksi bunga terendah terdapat pada pemberian MOL bonggol pisang dengan konsentrasi 16% dan 32% dengan rata-rata jumlah bunga sebanyak 3 (Gambar 1). 5 Jumlah Bunga Rosella
B. Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di Kp. Padurenan Kel. Pabuaran Kec. Cibinong Kab. Bogor selama 7 bulan pada polybag dengan tanah seberat kurang lebih 2000 gr. Bahan tanaman yang digunakan adalah benihh rosella (Hibiscus sabdariffa l). Media tanam menggunakan tanah latosol yang memiliki warna merah hingga kecoklatan yang banyak terdapat di pulau Jawa. Sementara bahan pembuatan MOL yang digunakan adalah air cucian beras 20 liter sebagai sumber karbohidrat, gula merah 2 kg sebagai sumber glukosa dan bonggol pisang nangka 10 kg sebagai sumber mikroorganisme. Bonggol pisang dan gula merah yang telah dicacah kemudian dimasukkan ke dalam air cucian beras dan difermentasi selama 2-3 minggu dalam kondisi anaerob untuk menghasilkan cairan MOL yang lebih jernih dan beraroma lebih baik. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan pemberian MOL dengan konsentrasi A=0%, B=8%, C=16%, D=24%, E=32%, dan F=40%, masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali Pengamatan dilakukan terhadap parameter produksi berupa jumlah bunga dan berat basah bunga rosella pada saat panen yaitu saat tanaman berusia kurang lebih 90 hari setelah persemaian. Data hasil penelitian diuji homogenitas dan normalitas, setelah memenuhi kriteria homogen dan
4 3
Ulangan 1
2
Ulangan 2
1 0
Ulangan 3 Ulangan 4
A B C D E F Konsentrasi Mol Bonggol Pisang Gambar 1. Perolehan Jumah Bunga Rosella
Setelah dilakukan uji homogenitas dan normalitas dengan hasil penelitian data homogen dan normal, dilakukan analisis varian terhadap data. Hasil uji anava
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
3
menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 4 lebih besar dibandingkan nilai F tabel pada taraf 0,05 sebesar 2,77 (Tabel 1), hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis analisis (H1) diterima, yaitu terdapat perbedaan jumlah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) dengan pemberian MOL bonggol pisang nangka pada konsentrasi yang berbeda.
Berat Basah Bungga Rosella
2. Berat Basah Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa l) Hasil penelitian mengenai berat basah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) menunjukkan bahwa bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) yang diberi konsentrasi MOL bonggol pisang nangka sebesar 24% memiliki berat rata-rata yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi Tabel 1. Hasil Uji Anava Jumlah Bunga lainnya yaitu sebesar 31,75 gr, RosellaPembahasan sedangkan rata-rata berat basah bunga F rosella (hibiscus sabdariffa l) pada Sumber F Db JK KT table Keragaman hitung 5% konsentrasi 0% dan 8% sebesar 26,75 Perlakuan 5 2,8 0,56 4** 2,77 gr, pada konsentrasi 16% sebesar 27,5 Galat 18 2,5 0,14 gr, konsentrasi 32% sebesar 26,5 gr Total 23 dan pada konsentrasi 40% sebesar 25 Selanjutnya dilakukan uji gr. Duncan’s untuk membandingkan antar 40 perlakuan. Hasil uji duncan’s 30 menunjukkan bahwa jumlah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) yang Ulangan 1 20 dihasilkan pada penggunaan Ulangan 2 10 konsentrasi Mol bonggol pisang Ulangan3 nangka dengan konsentrasi 24% 0 Ulangan 4 berbeda nyata dengan konsentrasi A B C D E F lainnya (Tabel 2). Tabel 2. Hasil uji Duncan’s pengaruh konsentrasi MOL bonggol pisang nangka terhadap jumlah bunga tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa l) Grup PerNT Rp NT-Rp Dunlakuan can’s A 3,5 0,56 2,94 C B 3,25 0,59 2,66 B C 3 0,61 2,39 A D 4 0,62 3,38 D E 3 0,63 2,37 A F 3,25 0,64 2,61 B Ket: Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Konsentrasi Mol Bonggol Pisang Nangka Gambar 2. Perolehan Berat Basah Bunga Rosella
Setelah dilakukan uji homogenitas dan normalitas dengan hasil penelitian data homogen dan normal, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji analisis varian (Anava). Hasil uji anava menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 0,96 lebih kecil dibandingkan nilai F tabel pada taraf 0,05 sebesar 2,77 (Tabel 3),
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
4
hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis analisis (H1) ditolak, yaitu tidak terdapat perbedaan berat basah rosella (Hibiscus sabdariffa l) dengan pemberian MOL bonggol pisang nangka pada konsentrasi yang berbeda. Tabel 3. F hitung berat basah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) F Sumber F table KeraDb JK KT hitung gaman 5% Perlaku5 119,3 23,86 0,96** 2,77 an Galat 18 444 24,7 Total 23
D. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) dengan pemberian MOL bonggol pisang nangka pada konsentrasi yang berbeda, namun tidak terdapat perbedaan berat basah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) dengan pemberian MOL bonggol pisang nangka pada konsentrasi yang berbeda. Pada pengamatan jumlah bunga yang dihasilkan menunjukkan bahwa produksi bunga paling baik terdapat pada konsentrasi 24%. Sementara pada konsentrasi lainnya yaitu pada konsentrasi 0%, 8%, 16%, 32% dan 40 % memperlihatkan hasil yang tidak jauh bebeda. Berdasarkan uji anava terhadap jumlah bunga menunjukkan perbedaan nyata yang berarti bahwa dengan pemberian MOL bonggol pisang nangka dapat meningkatkan produksi bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa l) yaitu pada jumlah bunga yang dihasilkan. Melalui pemberian MOL bonggol pisang kebutuhan tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa l) dapat terpenuhi. Sutaryat dan Supardiyono (2011) menjelaskan bahwa mikroorganisme lokal bonggol pisang sumber nitrogen dan fosfor bagi tanaman. Jumlah produksi bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) yang tinggi pada pemberian konsentrasi MOL bonggol pisang nangka sebesar 24% memperlihatkan bahwa pada dosis MOL tersebut kebutuhan unsur hara makro dan mikro yang diperlukan oleh tanaman rosella berada pada titik optimal. Pada konsentrasi 24% ketersediaan unsur hara yang disediakan oleh mikroorganisme lokal serta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) telah memenuhi komposisi yang seimbang. Rahardi (2007) mengemukakan bahwa komposisi dan kadar unsur hara makro ataupun mikro sangat berpengaruh terhadap tanaman, karenanya pemberian pupuk harus seimbang sesuai dengan kebutuhan. Sementara rendahnya jumlah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) pada konsentrasi 0% dan 18% disebabkan oleh kekurangan hara pada media tanam. Rendahnya jumlah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) pada konsentrasi 32% dan 40% disebabkan karena komposisi hara yang terlalu berlebih. Menurut Pracaya (1999) Jika unsur hara yang ada dalam tanah hanya sedikit maka timbul tanda-tanda
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
5
sakit kelaparan unsur-unsur hara (defisiensi). Dalam keadaan yang demikian, tanaman tidak tumbuh dengan baik dan hasilnya (produksi) rendah. Sementara, kelebihan unsurunsur hara seringkali ditandai dengan adanya air yang berlebih, akibatnya yaitu bertambahnya perkembangan vegetatif, bertambahnya warna hijau melebihi normal, jaringan lebih berair dan tertundanya fungsi reproduksi. Tanaman yang berlebihan unsur hara sering kali lebih sensitif pada faktorfaktor iklim yang tidak baik dan mudah terserang penyakit. Umumnya kelebihan unsur hara menyebabkan penimbunan yang berlebihan zat-zat dalam tanaman yang dapat merubah morfologi. Pada kondisi ini keberadaan mikroorganisme lokal yang tersedia di dalam tanah dengan konsentrasi di bawah 24% belum mampu memenuhi ketersediaan unsur hara serta ZPT yang dibutuhkan oleh tanaman, begitupun untuk kondisi sebaliknya. Media tanam dengan konsentrasi MOL di atas 24% menjadikan jumlah mikroorganisme melimpah sehingga aktivitas mineralisasi menjadi sangat maksimal, akibatnya tanaman mengalami kelebihan ketersediaan unsur hara serta ZPT sehingga pertumbuhannya pun menjadi tidak optimal. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terdapat hubungan antara pemberian MOL bonggol pisang nangka dengan jumlah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l), namun ternyata tidak demikian dengan berat
basah bunga. Hal ini terjadi karena proses pengamatan dilakukan pada musim kemarau dimana curah hujan rendah, sedangkan menurut Sutanto (2005) 20%-90% berat basah berasal dari kandungan air. Meskipun penyiraman sudah dilakukan secara teratur namun tingginya intensitas sinar matahari menyebabkan proses transpirasi tanaman menjadi lebih cepat sehingga kandungan air menjadi menurun. Latifa dan Anggarwulan (2009) menjelaskan bahwa perlakuan naungan berpengaruh pada kandungan nitrogen jaringan, berat basah tanaman, dan rasio pucuk/akar. Pemberian naungan pada tanaman bertujuan untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman sehingga tidak terjadi proses transpirasi berlebih yang dapat menurunkan berat basah tanaman. Pada penanaman rosella (Hibiscus sabdariffa l) ini tidak dilakukan perlakuan naungan sehingga jumlah intensitas penyinaran matahari sangat besar pada tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa l). Menurut Wattimena (1988), auksin akan meningkatkan kandungan zat organik dan anorganik di dalam sel. Selanjutnya zat zat tersebut akan diubah menjadi protein, asam nukleat, polisakarida, dan molekul kompleks lainnya. Senyawa senyawa tersebut akan membentuk jaringan dan organ. Dengan demikian, berat basah dan berat kerting tanaman meningkat, sedangkan pada MOL bonggol pisang nangka zat yang terkandung di
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
6
dalamnya bukanlah auksin melainkan giberelin dan sitokinin. Fungsi giberelin adalah merangsang pembelahan sel serta merangsang aktivitas enzim amylase dan proteinase yang berperan dalam perkecambahan. Giberelin juga merangsang pembentukan tunas, menghilangkan dormansi biji, dan merangsang pertumbuhan buah secara parthenogenesis. Fungsi sitokinin adalah merangsang pembelahan sel, merangsang pembentukan tunas pada batang maupun pada kalus, menghambat efek dominansi apikal, dan mempercepat pertumbuhan memanjang. Fakta ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pertambahan berat basah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l) dengan pemberian MOL bonggol pisang nangka. E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian Mikroorganisme Lokal (MOL) bonggol pisang nangka terhadap jumlah bunga rosella (Hibiscus sabdariffa l), tetapi tidak terdapat pengaruh pemberian MOL bonggol pisang nangka terhadap berat basah rosella (Hibiscus sabdariffa l). Konsentraasi yang optimal untukl meningkatkan jumlah bunga tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa l) sebesar 24%.
Latifa dan Anggarwulan. 2009. Kandungan nitrogen jaringan, aktivitas nitrat reduktase, dan biomassa tanaman kimpul (Xanthosoma sagittifolium) pada variasi naungan dan pupuk nitrogen. Jurnal Bioteknologi 6 (2): 70-79 Mardiah, Sawarni, Reki Wicaksono dan Arifah rahayu. 2010. Budi Daya dan Pengolahan Rosela Si Merah Segudang Manfaat. Agromedia, Jakarta Maspary. 2012. Apa Kehebatan MOL Bonggol Pisang. http://www.gerbangpertanian.co m/2012/05/apa-kehebatan-molbonggol-pisang.html Pracaya. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Depok. Rahardi, F. 2007. Agar Tanaman Cepat Berbuah. Agromedia, Jakarta. Suhastyo, Arum Asriyanti. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal (MOL) yang Digunakan Pada Budidaya Padi Metode Sri. Tesis Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutaryat, Alik dan S. Suparyono. 2011. Sumber hara. Trubus.504:119 Ristianti, Ni Putu. 2008. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penambat Nitrogen Non Simbiosis Dari Dalam Tanah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 68-80.
F. Daftar Pustaka Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
7
G. Biodata Penulis Penulis bernama Diana Novita Sari lahir di Bogor, 12 November 1989 lulusan S1 Program Studi Biologi Universitas Pakuan Bogor Tahun 2012.
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor November 2012
8