perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN INFORMED CONSENT TERHADAP KECEMASAN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD RAA SOEWONDO PATI
TESIS Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh : PRIHYANTO NIM: S 541102066
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama
: PRIHYANTO
NIM
: S 541102066
Sebagai mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul ” PENGARUH PEMBERIAN INFORMED CONSENT TERHADAP KECEMASAN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD RAA SOEWONDO PATI ” ini bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain dan benar-benar karya peneliti sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka peneliti bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis ini.
Surakarta, - Juni - 2012 Yang membuat pemyataan
Prihyanto
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur hanyalah bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala kemurahan-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister di bidang Pendidikan Profesi Kesehatan pada Program studi Magister Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih ada kekurang sempurnaan, sehubungan dengan keterbatasan kami. Namun demikian kami telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil penelitian dalam tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan tulus, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir. MS, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F, MM, selaku Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga dan juga selaku Pembimbing II beserta seluruh staf yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan maupun pembuatan tesis ini. 4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan beserta seluruh staf yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan maupun pembuatan tesis ini. commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Prof. Bhisma Murti, dr. MPH, M.Sc, Ph.D, selaku pembimbing I, atas bimbingan dan pengarahannya sejak awal hingga selesainya tesis ini. 6. dr. Subawi, MM. sebagai direktur RSUD RAA Soewondo Pati yang telah memberikan ijin dan motivasi untuk mengikuti pendidikan serta penelitian. 7. Rekan - rekan mahasiswa Program Pascasarjana MKK minat utama PPK Universitas Sebelas Maret yang memberi dukungan dan semangat serta kerja sama selama pendidikan. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam bentuk apapun kepada penulis. Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga tercinta yang dengan iklas memberi dukungan, bantuan dan dorongan moril maupun material sejak awal sampai akhir pendidikan hingga selesainya pembuatan tesis ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta
Penulis
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
iii
PERNYATAAN...............................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
ix
ABSTRAK.......................................................................................................
x
ABSTRACT.....................................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................
1
B. Perumusan Masalah...............................................................
4
C. Tujuan Penelitian...................................................................
4
D. Manfaat Penelitian.................................................................
4
LANDASAN PUSTAKA A. Informed Consent ..................................................................
6
B. Kecemasan.............................................................................
9
C. Pengetahuan...........................................................................
20
D. Sectio Caesaria .....................................................................
24
E. Anestesi Spinal.......................................................................
27
commit to user F. Penelitian yang relevan...........................................................
29
vii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
G. Kerangka Pemikiran .............................................................
31
H. Hipotesis Penelitian................................................................
32
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………………...
33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
33
C. Populasi dan Sampel .............................................................
33
D. Variable Penelitian ................................................................
35
E. Definisi Operasional ..............................................................
35
F. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................
36
G. Alur Penelitian ……………………………………………..
37
H. Teknik Pengumpulan Data ………………………………...
37
F. Analisa Data...........................................................................
37
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum RSUD RAA Soewondo Pati...................
39
B. Hasil Penelitian......................................................................
40
C. Pembahasan...........................................................................
42
PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................
57
B. Saran.......................................................................................
57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan pendidikan ..........................................
40
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan umur ...................................................
40
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan kecemasan ..........................................
41
Tabel 4.4. Hasil uji Mann-Whitney tentang perbedaan tingkat kecemasan pre operasi section caesarea dengan anestesi spinal antara pasien yang diberikan dan tanpa diberikan penjelasan informed consent ........... 42
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31 Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian ...................................................................... 37 Gambar 4.1. Boxplot tentang perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal pada kelompok pasien yang diberi dan tidak diberi penjelasan informed consent ........................ 42
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 3. Satuan Acara Pembelajaran Lampiran 4. Materi Persiapan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea Lampiran 5. Data Responden Penelitian Lampiran 6. Reliabilitas Penelitian Lampitan 7. Hasil Uji Mann-Whitney Lampiran 8. Histogram dan QQ Plot Kecemasan Lampiran 9. Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 10. Jadwal Kegiatan Penelitian
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Prihyanto, S 541102066, Pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pre operasi sectio sesaria dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Setiio caesarea, serta teknik anestesi yang lebih sempurna.menyebabkan kecemasan. Bila kecemasan pada pasien pre operasi tidak segera diatasi maka dapat mengganggu proses pemyembuhan, untuk itu pasien yang akan menjalani operasi harus diberi informed consent untuk menurunkan atau mengurangi gejala kecemasan serta dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan pada pasien. Informed consent pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dan penderita yang akan dilakukan tindakan pembedahan 10% dilakukan penundaan karena peningkatan kecemasan. Pemberian informed consent bertujuan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pada pasien pre operasi, namun kenyataan di lapangan penundaan operasi karena kecemasan masih banyak ditemukan. Sedangkan penelitian secara sistematis tentang pemberian informed consent terhadap kecemasan pre operasi setiio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati belum pernah dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian Randomizer Controlled Trial. Jumlah sampel yang dipakai adalah 60 orang, dimana 30 orang sampel perlakuan dan 30 orang sampel kontrol. Hasil studi menunjukkan bahwa pemberian informed consent berpengaruh terhadap kecemasan sebesar 20.90 poin lebih baik dibanding tanpa informed consent. Perbedaan tersebut secara statistik signifikan (p<0.001). Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara pemberian informed consent terhadap kecemasan pasien pre operasi seksio sesaria dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati. Kata Kunci: Informed consent, kecemasan, setiio caesarea dan anestesi spinal.
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Prihyanto. S 541102066. The effect of the informed consent on patient’s anxiety preoperation of sectio caesaria at spinal analgesic in RAA SoewondoHospital of Pati. Tesis: The Master Program in Health Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2012. Sectio caesarea and perfectly of anesthesia tecnic causes anxiety to the patients. If the anxiety is not immediately dealt, it can inhibit their health healing process. Therefore, an informed consent must be extended so as to decrease or reduce their anxiety symptoms as well as to improve their health knowledge. Informed consent is an activity or an effort of extending health information to an individual, a group or a community. And 10% of the pre-operation patiens would be delayed caused the increase of their anxiety. Extending the informed consent by and large aims to improve pre-operation clients’ health knowledge. However, the operation is very often cancelled due to a large number of anxiety cases found in the field. A systematic research on the informed consent to the anxiety of the pre operation clients spinal analgesic at RAA Soewondo Hospital of Pati has not ever been carried out. This research is a quantitative one with the experiment Randomizer Controller Trial. Its samples consisted of 60 patients. The samples were divided into two groups, experimental group and control group. Each group consisted of 30 clients. The results of the research are as follows:. The extending of informed consent has a better effect of 20,9 points on the client’s anxiety level than the absence of informed consent; the difference is statistically significant (p < 0.001). Based on the results of the research, a conclusion is drawn that there is a significant effect of informed consent on the pre-operation patients’ anxiety of sectio caesaria with spinal analgesic at the RAA Soewondo Hospital of Pati. Keywords: Informed consent, anxiety, section caesaria, and spinal analgesic.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio cesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Saat ini pembedahan sectio cesarea jauh lebih aman dibandingkan masa sebelumnya karena tersedianya antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang lebih baik, serta teknik anestesi yang lebih sempurna. Hal inilah yang menyebabkan saat ini timbul kecenderungan untuk melakukan sectio cesarea tanpa adanya indikasi yang cukup kuat. Proses persalinan dengan menggunakan metode sectio cesarea perlu diperhatikan dengan serius, karena proses persalinan ini memiliki risiko yang dapat membahayakan keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya. Teknik anestesi yang lazim digunakan dalam sectio cesarea adalah anestesi spinal, tapi tidak selalu dapat dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien. Anestesi spinal aman untuk janin, namun selalu ada kemungkinan bahwa tekanan darah pasien menurun dan akan menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi ibu dan janin. Operasi merupakan tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan. Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik fisik maupun psikologisnya misalnya harga diri, gambaran diri, dan identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1998). Sampai saat ini sebagian besar orang beranggapan commit to user bahwa operasi merupakan pengalaman yang menakutkan.
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Untuk itu pasien perlu pengetahuan kesehatan yang cukup untuk menurunkan reaksi cemas agar tidak berlanjut. Pengetahuan atau informasi yang diperlukan berhubungan dengan penyakit dan tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Setiap orang pernah mengalami periode cemas, apalagi pasien yang akan menjalani operasi. Kecemasan merupakan gejala klinis yang terlihat pada pasien dengan penatalaksanaan medis. Bila kecemasan pada pasien pre operasi tidak segera diatasi maka dapat mengganggu proses pemyembuhan, untuk itu pasien yang akan menjalani operasi harus diberi informed consent untuk menurunkan atau mengurangi gejala kecemasan serta dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan pada pasien (Carbonel, 2002). Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien, mempunyai kewajiban membantu pasien mempersiapkan flsik dan mental untuk menghadapi operasi, termasuk dalam pemberian informed consent, maka memerlukan ketrampilan komunikasi yang baik. Sikap dan tingkah laku perawat membantu menumbuhkan rasa kepercayaan pasien. Setiap kontak yang di lakukan dengan pasien hendaklah membantu pasien ini meyakini bahwa ia berada diantara orang-orang yang memperhatikan keselamatannya. Salah satu cara melakukan hal ini ialah dengan mencurahkan perhatian sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya dalam merawat pasien. Perawat harus mau mendengarkan semua keluhan pribadi pasien (Widodo,1999). Untuk itu pasien yang akan menjalani operasi perlu di berikan informed consent. Informed consent pada hakikatnya adalah suatu kegiatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan dengan adanya pesan tersebut masyarakat, keluarga atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmojo,2003). RSUD Soewondo Pati merupakan rumah sakit pemerintah daerah dengan tipe.B yang terletak di Jl. Dr. Susanto 114 Pati. Salah satu misi RSUD Soewondo Pati adalah memberikan pelayanan kesehatan profesional kepada pasien. Bentuk pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah salah satunya pelayanan keperawatan, dimana merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI 1985). Berdasarkan data yang terdapat dibagian Rekam Medis RSUD RAA Soewondo Pati rata-rata tiap bulan pada tahun 2011 terdapat 30-40 penderita yang menjalani operasi. Dan penderita yang akan dilakukan tindakan pembedahan pada kasus diatas 10% dilakukan penundaan karena peningkatan kecemasan. Kecemasan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah, sehingga tindakan anastesi atau pembedahan ditunda (Catatan Keperawatan Ruang Bedah RSUD RAA Soewondo Pati). Pemberian informed consent bertujuan untuk menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi, namun kenyataan di lapangan penundaan operasi karena kecemasan masih banyak ditemukan. Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti ”Pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah : adakah pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati. 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui gambaran kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati yang mendapatkan informed consent.
b.
Mengetahui
pengaruh
pemberian
informed
consent
terhadap
kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Diharapkan
dapat
memberikan
gambaran
tentang
manfaat
pemberian informed consent terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
2. Praktis Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan pelayanan asuhan keperawatan yang lebih baik pada pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Informed Consent Secara etimologis informed consent berasal dari kata informed yang artinya sudah diberikan informasi atau sudah dijelaskan atau sudah diuraikan dan kata consent yang artinya persetujuan atau izin. Jadi informed consent atau persetujuan tindakan medik adalah persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang adekuat dari dokter atau tenaga kesehatan. Persetujuan tindakan medik telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 585 tahun 1989. Persetujuan tindakan medik sebenarnya lebih mengarah kepada proses komunikasi dokter atau tenaga kesehatan dengan pasien, bukan semata-mata pengisian dan penandatanganan formulir. Oleh karena itu seorang dokter tenaga kesehatan harus pandai memberikan informasi mengenai penyakit maupun tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien dengan bahasa yang mudah dipahami. Pada dasarnya persetujuan tindakan medik berasal dari hak asasi pasien yaitu: a. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri b. Hak untuk mendapatkan informasi Dari sudut pandang persetujuan tindakan medik ini berkaitan dengan commit to user kewajiban dokter atau tenaga kesehatan untuk memberikan informasi kepada
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
kepada pasien dan kewajiban untuk melakukan tindakan medik sesuai dengan standar profesi medik. Informasi dokter yang adekuat adalah informasi yang meliputi: a. Diagnosis. b. Tindakan yang diusulkan atau direncanakan. c. Prosedur alternatif jika ada. d. Kepentingan dan manfaat dari tindakan medik. e. Prosedur pelaksanaan atau cara kerja dokter dalam tindakan medik. f. Risiko yang terjadi bila tidak dilakukan tindakan tersebut. g. Risiko atau efek samping yang terkandung dalam tindakan tersebut. h. Konfirmasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan sehingga mampu mengambil keputusan. i. Kesukarelaan pasien dalam memberikan izin. j. Prognosis. Informasi tersebut harus diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan kepada pasien atau keluarganya dengan bahasa yang mudah dipahami. Dokter atau tenaga kesehatan juga harus mengkonfirmasi atau meyakinkan bahwa pasien atau keluarganya benar-benar sudah memahami informasi yang disampaikan. Informasi sebaiknya diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang akan melakukan tindakan tersebut secara langsung. Persetujuan tindakan medik ( informed consent ) dapat dikiasifikasikan menjadi 2, yaitu: a. Implied consent, yaitu persetujuan yang dianggap telah diberikan walaucommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
pun tanpa pernyataan resmi, yaitu pada keadaan biasa dan pada keadaan darurat atau emergency. Pada keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa pasien, tindakan menyelamatkan kehidupan (life saving) tidak memerlukan persetujuan tindakan medik. b. Expresed consent, yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara eksplisit, baik secara lisan (oral) maupun tertulis (written). Tindakan medik yang memerlukan persetujuan secara tertulis dapat dilihat seperti di bawah ini: a. Tindakan-tindakan yang bersifat invasif, operatif atau memerlukan pembiusan baik untuk menegakkan diagnosis maupun tindakan yang bersifat terapetik. b. Tindakan pengobatan khusus, misalnya terapi sitostatika atau radioterapi untuk kanker c. Tindakan khusus yang berkaitan dengan penelitian bidang kedokteran atau uji khnik (berkaitan dengan bioetika), tidak dibahas dalam kegiatan keteramplan medik ini. Berpedoman pada Permenkes No 585 tahun 1989 mengenai persetujuan tindakan medik, maka yang berhak memberikan persetujuan atau menandatangani perjanjian adalah pasien yang sudah dewasa (di atas 21 tahun atau sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental. Sedapat mungkin persetujuan tindakan medik ditandatangani sendiri oleh pasien. Namun dalam praktek di lapangan persetujuan tindakan medik lebih sering ditanda tangani oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan kesiapan mental pasien untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
menjalani tindakan medik maupun untuk menandatangani persetujuan tindakan medik tersebut.
Untuk pasien di bawah umur 21 tahun dan pasien
dengan gangguan jiwa maka yang menandatangani persetujuan tindakan medik adalah orang tua atau keluarga terdekat atau walinya. Untuk pasien yang tidak sadar, pingsan atau tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medis dalam keadaan gawat darurat dan perlu dilakukan tindakan segera atau yang bersifat menyelamatkan kehidupan tidak diperlukan persetujuan. Untuk menjaga kemanan dan kesahihan persetujuan tindakan medik diperlukan saksi dari pihak keluarga maupun dan rurnah sakit. Mengenai jumlahnya tidak ada pedoman khusus, namun biasanya ada 2 orang, yaitu satu mewakili pasien dan satu mewakili rumah sakit. Tetapi hal ini tidak mutlak, dapat saja dua-duanya dari pihak keluarga ataupun dan rumah sakit. Pasien yang menolak dilakukan tindakan medik yang direncanakan atau sudah dilakukan oleh dokter meskipun sudah mendapatkan penjelasan yang cukup harus memberikan pernyataan secara tertulis. Biasanya di bagian depan rekam medik tersedia format penolakan tindakan atau pulang paksa atau pulang atas permintaan sendiri (APS), Pernyataan tertulis ini penting untuk menghindari tuntutan hukum terhadap dokter apabila terjadi akibat buruk pada pasien yang menolak dilakukan tindakan medik pada dirinya. B. Kecemasan 1. Pengertian user Kecemasan adalahcommit dimanatoseseorang mengalami perasaan gelisah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
dan aktifitas syaraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, tidak spesifik (Capernito, 1999). Kecemasan adalah respon psikologi terhadap stress yang mengandung komponen fisiologis dan psikologis, terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologi, misalnya harga diri, gambaran diri, identitas diri. Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk menyadari ancaman (Kaplan dan Sadock, 1997). Kecemasan adalah kekawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya.Kecemasan dibagi kedalam empat tingkat yaitu kecemasan ringan, sedang, berat, panik. Dampak dari kecemasan berfariasi sesuai tingkatannya (Stuart, 2007). Kecemasan primer disebut gangguan kecemasan umum, sedangkan kecemasan sekunder dapat timbul dari gangguan fisik atau timbul dari depresi, kecemasan patologis ditunjukkan dengan gejala-gejala dan tingkah laku disfungsi yang nyata atau gangguan kehidupan sehari-hari. Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejalagejala panik, histeria, fobia, somatisasi, hipokondriasis, dan obsesif kompulsif (Aritama, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Penyebab kecemasan harus selalu dicari, untuk itu diperlukan anamnesis yang lengkap dan jelas seperti : asal timbulnya gejala, matriks interpersonal dan matriks sosial bermulanya gejala. Sebab-sebab ansietas antara lain : a) Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi. b) Represi terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna (incomplete repress) c) Ada kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang d) Dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat, sehingga mengakibatkan banyak konflik batin e) Kesakitan fisik juga dapat menyebabkan ansietas, misal sekarat mendekati kematian. 2. Tingkat Kecemasan Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan dibagi menjadi empat tingkatan : a) Kecemasan ringan Kecemasan
ringan
berhubungan
dengan
ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi
waspada
Kecemasan
dan
meningkatkan
lapang
persepsinya.
ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
b) Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapangan individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. c) Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada daerah lain. d) Tingkat panik Tingkat panik dan kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dan proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan
aktivitas
motorik,
menurunya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam watu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Rasa cemas yang ber lebihan bisa menyebabkan rasa sakit. Hal itu juga mungkin bisa memberatkan penyakit yang telah diderita. Rasa cemas juga menyebabkan kurang konsentrasi dan hilang percaya diri dan akan mempengaruhi daya tahan tubuh. Beberapa
orang
yang
menderita
kecemasan
berat
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk rasa cemas tersebut sehingga tidak ada sisa waktu lagi untuk kegiatan yang lain. Kehidupan mereka seolah-olah diatur oleh rasa cemas tersebut (Infokes, 2000).
RENTANG RESPONS ANSIETAS
Respons adaptif
Antisipasi
Ringan
Respons maladaptif
Sedang
Berat
Panik
Berikut ini merupakan gejala-gejala cemas (Infokes, 2000) meliputi: a) Selalu cemas bahwa mereka akan di timpa musibah. b) Mudah tersinggung dan sulit untuk berteman. c) Stress dan sulit tidur di malam hari. d) Mengeluh palpasi (denyut jantung cepat), perut sakit dan diare. commit to user e) Tangan berkeringat dan gemetar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
f) Buang air kecil menjadi sering. g) Sangat pusing, kadang-kadang menjadi pingsan. h) Tiba-tiba nafas mulai cepat seperti orang ketakutan. i) Tangan dan kaki merasa kesemutan dan kadang kejang. j) Kadang-kadang
gejala-gejala
cemas
ini
muncul
secara
mendadak tanpa tanda-tanda awal dalam bentuk yang sangat berat yang disebut “serangan panik” Menurut Stuart (2007), berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan antara lain: a) Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian; Id dan super ego. Id meliputi dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan
super
ego
mencerminkan
hati
nurani
dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, menengahi tuntutan dan dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya. b) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan
juga
berhubungan
dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
c) Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dan dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan
lebih sering menunjukkan
kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai dua pertentangan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara
konflik
dan
kecemasan,
konflik
menimbulkan
kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan. d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi. e) Kajian biologis bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibii asam gama-aminobutriat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor. Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dua kategori : a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disbilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu (Stuart, 2007). Gangguan ini ditandai dengan adanya ansietas yang dicetuskan oleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dan luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya, obyek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam (Aritama, 2007). Pada pasien yang mengalami ansietas, dapat kita lihat gambaran klinis antara lain a) Kecemasan, takut, dan tidak berani menghadapi satu obyek yang belum konkrit, misalnya takut harimau, takut perampok, dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
b) Disertai emosi-emosi yang kuat dan tidak stabil, suka marah dan sering dalam keadaan excited (heboh, gempar) yang memuncak. c) Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, dilusi, ilusi, dan delusion of persecution (dilusi dikejar-kejar). d) Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan merasa sangat lelah, banyak berkeringat, bergemetaran, dan sering menderita diare atau mimisan. e) Selalu
dipenuhi
ketegangan-ketegangan
bayangan-bayangan kesulitan walaupuri
tidak
ada
emosional
dan
yang imaginer (khayalan),
rangsang
penyebab.
Ketegangan,
ketakutan, dan kecemasan yang kronis itu menyebabkan detakan jantung yang sangat cepat, takikardia dan hipertensi. 3. Terapi Penyalahgunaan
obat,
alkoholisme,
intoksikasi
kafein,
hipertiroidisme, dan feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi gejala ansietas ini. Karena sebagian besar orang akan berlari ke hal-hal tersebut untuk menghadapi ansietas yang timbul pada dirinya. Suatu episode depresi sering kali memicu keadaan ansietas yang sudah ada sebelumnya, ketergantungan alkohol juga sering kali mempersulit dalam pengobatan ansietas. Menurut Carbonel (2002), cara-cara yang dapat ditempuh dalam pengobatan ansietas antara lain: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
a) Menemukan sumber dan macam-macam ketakutan, kesusahan, dan kegagalannya b) Menentukan sumber dan segenap konflik batinnya atau sebab-sebab dan tingkah laku yang menyebabkan penyakit ansietas ini c) Memberikan jalan adjustment yang sehat, antara lain dengan memupuk kemauan dan motivasi agar orang yang bersangkutan berani dan mampu memecahkan segala kesulitan hidupnya. Angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Jika ansietas ini dibiarkan dan tidak dilakukan pengobatan, maka akan terjadi ansietas akut yang sulit disembuhkan Terapi yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif perilaku. Untuk farmakoterapi dapat digunakan obat-obat seperti benzodiazepin (BDPs), obat ini adalah obat yang paling sering digunakan di dunia barat. BDPs mempunyai ke lebihan yaitu memiliki efek penenang yang bebas dan efek sedasi. BDPs secara kilnis efektif dan memiliki keuntungan karena telah terbukti aman pada keadaan takar layak (over dosis). Reaksi fatal pada takar layak BDPs jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi bila obat ini diberikan bersama obat lain. Obat-obat spesifik yang lain antara lain a) Diazepam. b) Lorazepam. c) Alprazolam. d) Propanolol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
e) Amitriptilin. Dalam pemberian obat harus memperhatikan: a) Jangan menggunakan banyak obat. b) Obat-obatan hanya boleh diberikan untuk suatu jangka waktu dan dievaluasi secara teratur. c) Obat-obaatan tidak boleh diberikan atas dasar “bebas” atau “diperlukan”. Resep ulang harus dihindarkan bila ingin dihentikan, maka harus dilakukan secara bertahap.. 4. Kecemasan pasien pre operasi. Kecemasan yang timbul dalam diri pasien dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk yang dialami pasien pre operasi. Perawat sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit memiliki peran yang penting dalam membantu pasien mengatasi kecemasannya sehingga perlu adanya pelayanan keperawatan yang berkualitas termasuk di dalamnya informasi pre operasi yang sama sekali belum pernah dikenal atau diketahui pasien. Apabila informasi yang diberikan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya dengan jelas, khususnya masalah operasi sehingga pasien mengerti atau memahaminya sesuai kondisi sakit yang dialaminya maka hal ini dapat mempengaruhi pasien dalam kecemasannya, sehingga berkurang rasa cemasnya. Artinya apabila informasi sebelum operasi yang diberikan atau dijelaskan kepada pasien kurang jelas atau sulit dimengerti pasien maka kecemasan pasien semakin tinggi (Arif widodo, 2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Kecemasan pasien sebelum operasi meliputi pengalaman masa lalu tentang operasi, pengetahuan klien, usia, diagnosa penyakit, jenis operasi, informasi sebelum operasi, sosial ekonomi, hospitalisasi dan lama menunggu jadwal operasi (Caplan dan Sadock, 1997) Menurut Smith dan Pittaway (2002), ketika wajahnya terlihat dalam kondisi yang tegang, itu dapat disebut cemas atau takut. Merasa cemas adalah perasaan yang normal, tetapi menjadi tidak normal apabila disertai dengan gejala fisik yang tidak diinginkan (seperti: sakit lambung, sakit perut, nafas memburu, tidak dapat tidur, dll). Gejala tersebut tidak menunjukkan masalah yang serius, tetapi perasaan pasien yang akan dioperasi sendiri
yang
dapat
menambah
kecemasan. Kecemasan
merupakan hal biasa yang terjadi pada pasien yang akan dioperasi kususnya untuk kondisi kritis dan atau ketika dialami oleh seorang anak yang belum dewasa. Masalah kesehatan yang menjadikan seseorang harus dioperasi sering menyebabkan pasien menderita kecemasan. Berada dirumah sakit dapat menyebabkan cemas, dan orang sering menghadapi operasi, prosedur yang menyakitkan, tinggal sendirian di rumah sakit, pembiusan dan hasil operasi. C. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan kaidah suatu obyek. Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal commit to user formal maupun non formal, dari berbagai bentuk termasuk pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Simon Morton et al, 1995). Pengetahuan merupakan proses kognitif dan seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu akan memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang diterima walaupun stimuli itu sama (Winardi, 1996). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoadmodjo, 1997: 45). Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang atau individu
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu
(Notoadmodjo, 1997 : 46). Pengetahuan merupakan proses kognitif dari seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang diterima walaupun stimuli itu sama (Winardi, 1996). Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku seseorang maupun untuk mengatur perilakunya sendiri (Simonis et al, 1995). Pengetahuan merupakan proses kognitif dari seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu akan memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang diterima walaupun stimuli itu sama. Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak maupun untuk mengatur perilakunya sendiri. Pengetahuan dapat dijelaskan sebagai pengenalan terhadap kenyataan yang ada atau prinisip-prinsip yang diperoleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
dengan pengalaman. Penelitian Rogers (1974) perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu sendiri tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung (Simons, et al, 1995). Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai informasi dan berbagai sumber. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan yang direncanakan dan tersusun secara baik, maupun informasi yang tidak tersusun secara baik. Pendidikan yang direncnakan diperoleh melalui pelatihanpelatihan dan pendidikan formal, sedangkan informasi yang tidak tersusun secara baik melalui membaca surat kabar, membaca majalah, pembicaraan setiap hari dengan teman dan keluarga, mendengarkan radio, melihat televisi dan berdasarkan pengalaman diri (Mantra, 1993). Kunci untuk menguji pengetahuan melalui berbagai materi pertanyaan kepada responden sesuai dengan pengetahuan yang akan dilkuti dengan pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan, penerapannya dan analisisnya (Simons, et al, 1995). Pengetahuan dapat juga diartikan sebagai pengakuan sesuatu terhadap sesuatu atau disebut putusan, sehingga pada dasarnya pengetahuan dan putusan itu sama. (Poedjawijatna, 1998). Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai informasi dan berbagal sumber. Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu diperoleh dan berbagai informasi dan berbagal sumber. Pengetahuan diperoleh dan pendidikan yang direncanakan dan tersusun secara baik, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
maupun informasi yang tidak tersusun secara baik. Kunci untuk menguji pengetahuan melalul berbagai materi pertanyaan kepada responden sesuai dengan pengetahuan yang akan diikuti dengan pertanyaan pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan, penerapannya dan analisisnya (Simons et al., 1995). Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif terdapat 6 tingkatan yakni: 1. Tahu (know)
artinya sebagai
mengingat suatu
materi yang
telah
dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat mi adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu mi merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2.
Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi yang harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan sebagaimana terhadap objek yang dipelajani.
3.
Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4.
Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
5.
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi yang telah ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya dengan rumusan-rumusan yang telah ada.
6.
Evaluasi
(evaluation),
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan justifikasi atau penilalan terhadap suatu materi atau objek. Penilalan ml berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 1997). D. Sectio caesarea. 1. Definisi sectio caesarea. Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Terdapat beberapa cara sectio caesarea yang dikenal saat ini, yaitu : a) Sectio caesarea transperitonealis profunda b) Sectio caesarea klasik / korporal c) Sectio caesarea ekstraperitoneal d) Sectio caesarea dengan teknik histerektomi Teknik yang saat ini lebih sering digunakan adalah teknik Sectio caesarea transperitoneal profunda dengan insisi di segmen bawah uterus. Keunggulan teknik seksio sesarea transperitonealis profunda antara lain : a) Perdarahan akibat luka insisi tidak begitu banyak b) Bahaya peritonitis tidak terlalu besar commit tokuat, usersehingga bahaya ruptura uteri di c) Parut pada uterus umumnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
masa mendatang tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak mengalami kontraksi yang kuat seperti korpus uteri. Hal ini menyebabkan luka dapat sembuh lebih sempurna 2. Indikasi sectio caesarea a) Indikasi ibu 1) Panggul sempit 2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi 3) Stenosis serviks uteri atau vagina 4) Perdarahan ante partum 5) Disproporsi janin dan panggul 6) Bakat ruptura uteri 7) Preeklampsia / hipertensi b) Indikasi janin 1) Kelainan letak (a) letak lintang (b) letak sungsang (c) letak dahi dan letak muka dengan dagu di belakang (d) presentasi ganda (e) kelainan letak pada gemelli anak pertama 2) Gawat janin 3) Indikasi waktu / profilaksis (a) Partus lama (b) Partus macet / tidak maju commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
c) Kontra indikasi 1) Infeksi intra uterin 2) Janin mati 3) Syok / anemia berat yang belum diatasi 4) Kelainan kongenital berat 3. Komplikasi sectio caesarea Walaupun saat ini sectio caesarea sudah jauh lebih aman dari pada dahulu, namun perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa risiko komplikasi sectio caesaria yang dapat terjadi pada ibu dan janin. Faktorfaktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pembedahan antara lain kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan, dan lamanya persalinan berlangsung. Beberapa komplikasi yang dapat timbul antara lain sebagai berikut : a) Infeksi puerperal Infeksi puerperal yang terjadi bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas. Komplikasi yang terjadi juga bisa bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis, dan sebagainya.
Infeksi
pasca
operatif
terjadi
apabila
sebelum
pembedahan sudah terdapat gejala–gejala infeksi intrapartum, atau ada faktor–faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan tersebut. Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, namun tidak dapat dihilangkan sama sekali. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
b) Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang ateria uterina ikut terbuka, atau karena terjadinya atonia uteri. c) Komplikasi–komplikasi lain Komplikasi lain yang dapat terjadi antara lain adalah luka kandung kencing dan terjadinya embolisme paru. d) Suatu komplikasi yang baru tampak pada kemudian hari Komplikasi jenis ini yaitu kemungkinan terjadinya ruputra uteri pada masa kehamilan yang selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh kurang kuatnya parut pada dinding uterus. Komplikasi ini lebih sering ditemukan setelah dilakukan metode sectio caesarea klasik. e) Komplikasi pada anak Nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca section caesarea berkisar antara 4% dan 7%. E. Anestesi Spinal Anestesi spinal adalah suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah lumbal. Cara ini sering digunakan pada persalinan per vaginam dan pada sectio caesarea tanpa komplikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Pada sectio caesarea blokade sensoris spinal yang lebih tinggi penting. Hal ini disebabkan karena daerah yang akan dianestesi lebih luas, diperlukan dosis agen anestesi yang lebih besar, dan ini meningkatkan frekuensi serta intensitas reaksi-reaksi toksik. 1.
Teknik anestesi spinal pada sectio caesarea Pada tindakan premedikasi sekitar 15-30 menit sebelum anestesi, berikan antasida, dan lakukan observasi tanda vital. Setelah tindakan anti sepsis kulit daerah punggung pasien dan memakai sarung tangan steril, pungsi lumbal dilakukan dengan menyuntikkan jarum lumbal (biasanya no 25 atau 27) pada bidang median setinggi vertebra L3-4 atau L4-5. Jarum lumbal akan menembus berturut-turut beberapa ligamen, sampai akhirnya menembus duramater - subarachnoid. Setelah stilet dicabut, cairan serebro spinal akan menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut. Keberhasilan anestesi diuji dengan tes sensorik pada daerah operasi, menggunakan jarum halus atau kapas. Daerah pungsi ditutup dengan kasa dan plester, kemudian posisi pasien diatur pada posisi operasi.
2.
Indikasi anestesi spinal pada sectio caesarea Biasanya anestesi spinal dilakukan untuk pembedahan pada daerah yang diinervasi oleh cabang Th.4 (papila mammae kebawah) : a)
Vaginal delivery.
b)
Ekstremitas inferior.
c)
Sectio caesarea
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
4.
5.
d)
Operasi perineum.
e)
Operasi urologic.
Kontra indikasi anestesi spinal pada sectio caesarea: a)
Infeksi tempat penyuntikan.
b)
Gangguan fungsi hepar.
c)
Gangguan koagulasi.
d)
Tekanan itrakranial meninggi.
e)
Alergi obat lokal anstesi.
f)
Hipertensi tak terkontrol.
g)
Pasien menolak.
h)
Syok hipovolemik.
i)
Sepsis.
Obat anestesi spinal pada sectio caesarea: a)
Lidocain 1-5 %.
b)
Bupivacain 0,25-0,75 %.
Komplikasi anestesi spinal pada sectio caesarea: a)
Hipotensi.
b)
Brakikardi.
c)
Sakit kepala spinal (pasca pungsi).
d)
Menggigil.
e)
Mual-muntah.
f)
Depresi nafas.
g)
Total spinal.
h)
commit to user Sequelae neurologic.
digilib.uns.ac.id 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
i)
Penurunan tekanan intracranial.
j)
Meningitis.
k)
Retensi urine.
F. Penelitian yang relevan. Penelitian tentang informed consent, kecemasan
telah banyak
dilakukan oleh sejumlah peneliti. Peneliti itu antara lain : (1) Penelitian tentang hubungan antara pendidikan kesehatan dengan kecemasan pasien pra bedah (Pamungkas, 2007). Penelitian ini mengungkapkan adanya hubungan yang erat dan signifikan antara variabel pendidikan kesehatan dengan kecemasan. (2) Penelitian tentang hubungan karakteristik demografi dengan kecemasan pra bedah di RSI Amal Sehat Pati (Nuryanto, 2005). Penetitian ini mengungkapkan adanya hubungan yang erat dan signifikan antara karakteristik demografi dengan kecemasan pra bedah. (3) Penelitian tentang pengaruh informed consent terhadap kecemasan dan pengetahuan pasien pre operasi hernia di RSUD Sragen (Margono 2008). Penelitian ini ada pengaruh yang signifikan pemberian informed consent terhadap kecemasan dan pengetahuan pasien pre operasi hernia. Berdasarkan pada penelaahan studi diatas, penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian lanjutan peneliti - peneliti terdahulu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
G. Kerangka Pemikiran.
Pendidikan Umur Pengalaman yang telah lalu Lama menunggu jadwal operasi
INFORMED CONSENT Sectio Caesarea Anestesi Spinal
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disibilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan untuk melakukan aktivitas hidup sehari hari
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayak an identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu
PEMAHAMAN ATAS PENGETAHUAN
TINGKAT KECEMASAN Ringan Sedang Berat Panik
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
H. Hipotesis Berdasarkan konsep penelitian dapat dirumuskan hipotesisnya adalah dengan kebijakan pemberian informed consent akan menurunkan kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian experimental dengan menggunakan desain Randomized Controlled Trial dengan melakukan perbandingan antara kelompok perlakukan dan kelompok kontrol yang dipilih secara randomisasi (Murti, 2010).
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yaitu RSUD RAA Soewondo Pati, JI. Dr. Susanto no.114 Pati. Waktu penelitian yang dilakukan bulan Maret- April 2012.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Sasaran Pasien yang akan menjalani operasi sectio caesarea yaitu suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas
500 gram dengan menggunakan
anestesi
spinal
yaitu suatu
metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah lumbal. 2. Populasi Sumber Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani operasi commit to user sectio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati. 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
3. Sampel Metode yang digunakan untuk mendapatkan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan purposif yaitu merupakan skema pencuplikan yang bertujuan untuk mendapatkan subyek- subyek yang memiliki sejumlah karakteristik tertentu atau mendapatkan kelompokkelompok penelitian yang sebanding dalam karakteristik tertentu (Murti, 2006: 67). Kriteria pasien yang menjadi subyek yang akan diteliti yaitu .
Kreteria inklusi a. Pasien pre operasi sectio caesarea. b. Jenis anestesi spinal. c. Umur 21 tahuh keatas. d. Jenis kelamin perempuan. e. Bersedia jadi subyek penelitian. Desain sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah exhaustive sampling, dimana semua populasi dipakai sebagai sampel penelitian (Murti, 2006:85). Besarnya populasi pasien pre operasi di RSUD RAA Soewondo Pati tiap bulan rata-rata 30 - 40 orang. Jadi semua pasien yang datang pada bulan Maret - April 2012 yang memenuhi kreteria inklusi dijadikan sampel penelitian, yaitu 60 orang terdiri 30 sampel perlakuan dan 30 sampel kontrol. Dan 60 sampel yang digunakan dalam penelitian ini, diambil secara random sebagai sampel perlakuan dan sampel kontrol. Dimulai 1 sampel sebagai perlakuan dilanjutkan 1 sampel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
sebagai perlakuan dilanjutkan 1 sampel kontrol dan seterusnya sampal tercapai sampel yang diperlukan. D. Variabel Penelitian Variabel bebas Informed Consent. Variabel terikat kecemasan pre operasi E. Definisi Opersional 1. Informed Consent. a)
Definisi informed consent adalah persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang adekuat dari dokter atau tenaga kesehatan.
b) Alat ukur : bentuk perlakuan terhadap responden dalam penyampaian informasi atau pesan kesehatan yaitu responden yang dapat perlakuan diberi identitas A, sedangkan responden tanpa perlakuan identitas B. c)
Skala penilaian : kategorikal.
2. Kecemasan a)
Definisi kecemasan
adalah respon psikologi terhadap stress yang
mengandung komponen fisiologis dan psikologis, terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologi terhadap ancaman yang tidak jelas, tidak spesifik. b) Alat ukur : tingkat kecemasan pre operai dengan acuan Hamilton Rating Scale - Anxiety (HSR-A) c)
Skala penilaian dengan skor yaitu: Selalu skor : 4, Sering skor : 3, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Pernah skor : 2, Tidak pernah skor : 1 Total nilai (skor) : 1 - 23 = tidak ada kecemasan, 24 - 46 = kecemasan ringan,. 47 - 69 = kecemasan sedang, 70 - 92 = kecemasan berat, 93-115 = kecemasan panik. F. Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Arikunto (2006) menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, Instrumen penelitian yang berupa kuesioner kecemasan menurut Hamilton Rating Scale-Anxiety (HSR-A) yang digunakan untuk pengambilan data penelitian tidak usah diuji cobakan karena sudah baku.. Sedangkan reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu instrumen. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang. Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas angket dilakukan menggunakan koefisien reliabilitas alpha dari cronbach. Kriteria besarnya koefisien reliabilitas menurut Arikunto (2006) adalah 1.
0,80 < r11 ≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
2.
0,60 < r11 ≤ 0,80 : reliabilitas tinggi
3.
0,40 < r11 ≤ 0,60 : reliabilitas cukup
4.
0,20 < r11 ≤ 0,40 : reliabilitas rendah
5.
0,00 < r11 ≤ 0,20 : reliabilitas sangat rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
G. Alur Penelitian
Populasi exhaustive sampling Sampel Klp. Perlakuan
RCT
Informed Consent
Klp. Kontrol
Tanpa Informed Consent Test Hasil
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian. H. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian diperoleh dari data primer (wawancara dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur) dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan oleh penulis secara langsung. I. Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menunjang kearah pembuktian hipotesis dan mengetahui pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal. Data sampel berskala kontinu dideskripsikan dalam parameter mean, SD, minimum dan maksimum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Data sampel berskala kategorikal dideskripsikan dalam parameter frekuensi (n) dan persen (%). Perbedaan skor antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dalam hal pemberian informed consent sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel dengan bantuan program SPSS versi 20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSUD RAA Soewondo Pati RSUD RAA Soewondo Pati didirikan pada tahun 1932 dan pembangunan berasal dari pihak pemerintah dan simpatisan yaitu Bupati Pati RAA Soewondo, Sekretaris Daerah Aris Munandar dan Penasehat Rumah Sakit Dr, Beerfoed beserta masyarakat yang mampu yang kemudian diberi nama Rumah Sakit ”Mardi Oesodo” Pati, dengan Direktur Rumah Sakit Dr Beerfoed. Selanjutnya tahun 1972 berganti nama nenjadi RSU RAA Soeowndo dengan Surat Keputusan Menkes Nomor: 95/Menkes/SK/1995 Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan dan tahun 2009 sampai sekarang berganti nama menjadi RSUD RAA Soewondo Pati dengan Direktur Dr. Subawi, MM. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Sampel Jumlah sampel yang diteliti adalah 60 orang terdiri dari 30 orang dengan perlakuan informed consent dan 30 orang lainnya tanpa perlakuan informed consent. Identitas sampel yang menjadi subjek dalam penelitian ini, meliputi status pendidikan, umur, dan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal. Sampel pada penelitian ini adalah pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati yangcommit dilaksanakan to userpada bulan Maret-April 2012.
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan pendidikan di RSUD RAA Soewondo Pati tahun 2012 Perlakuan No
Pendidikan
1. 2. 3. 4.
SD SMP SMA PT Total
Frekuensi (n) 9 8 8 5 30
Persentase (%) 30,00 26,67 26,67 16,67 100
Kontrol Frekuensi (n) 12 5 9 4 30
Persentase (%) 40,00 16,67 30,00 13,33 100
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan status pendidikan di RSUD RAA Soewondo Pati sebagian besar Sekolah Dasar, terdiri dari perlakuan 9 orang (30,00%), kontrol 12 orang (40,00%) dan sebagian kecil Perguruan Tinggi, terdiri dari perlakuan 5 orang (16,67%), kontrol 4 orang (13,33%). Tabel 4.2. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan umur di RSUD RAA Soewondo Pati tahun 2012 Perlakuan No 1. 2. 3. 4.
Umur < 21 Tahun 21-30 Tahun 31-40 Tahun > 40 Tahun Total
Frekuensi (n) 2 22 3 3 30
Persentase (%) 6,67 73,33 10,00 10,00 100
Kontrol Frekuensi (n) 3 15 12 0 30
Persentase (%) 10,00 50,00 40,00 0 100
Berdasarkan tabel 4.2. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien pre commit to user operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Pati sebagian besar berumur 21-30 tahun, terdiri dari perlakuan 22 orang (73,33%) kontrol 15 orang (50%) dan sebagian kecil berumur > 40 tahun, perlakuan sebanyak 3 orang (10,00%). Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan kecemasan di RSUD RAA Soewondo Pati Tahun 2012 Perlakuan No
Kecemasan
1. 2. 3. 4. 5.
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Panik Total
Frekuensi (n) 0 24 6 0 0 30
Persentase (%) 0 80,00 20,00 0 0 100
Kontrol Frekuensi (n) 0 10 17 3 0 30
Persentase (%) 0 33,33 56,67 10,00 0 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan kecemasan di RSUD RAA Soewondo Pati sebagian besar mengalami kecemasan ringan, terdiri dari perlakuan 24 orang (80,00%) kontrol 10 orang (33,33%) sedangkan sebagian kecil mengalami kecemasan berat, perlakuan sebanyak 3 orang (10,00%). 2. Statistik Deskriptik Pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal dengan perhitungan Mann Whitney menggunakan komputer SPSS versi 20 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Gambar 4.1. Boxplot tentang perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal pada kelompok pasien yang diberi dan tidak diberi penjelasan informed consent. Berdasarkan Gambar 4.1. menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan penjelasan informed consent memiliki skor cemas yang lebih rendah (kecemasan lebih rendah) bila dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan informed consent. 3. Hasil Uji Mann- Whitney Data-data penelitian di uji dengan uji mann-whitney dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS for window versi 20 dan dapat dijelaskan pada tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Tabel 4.4. Hasil uji Mann-Whitney tentang perbedaan tingkat kecemasan pre operasi section caesarea dengan anestesi spinal antara pasien yang diberikan dan tanpa diberikan penjelasan informed consent Kelompok
n
Mean
Median
SD
MannWhitney
p
Penjelasan informed consent Ya
30
36.53
33.00
9.59
136.50
<0.001
Tidak
30
51.37
54.00
11.78
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa pemberian informed consent berpengaruh
terhadap
kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea
dengan anestesi spinal yang diberi penjelasan informed consent rata-rata memiliki kecemasan yang lebih rendah dari pada yang tidak diberi penjelasan infoemed consent ( p < 0.001 )
C. Pembahasan Penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh informed consent terhadap kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati. Sampel penelitian yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang dengan perlakuan informed consent dan 30 orang tanpa perlakuan ( kontrol ).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
1. Umur Pada penelitian ini diketahui bahwa umur pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati diketahui bahwa sebagian besar berumur antara 21-30 tahun terdiri dari perlakuan 37 orang terdiri dari perlakuan 22 orang (73,33%) kontrol 15 orang (50%). Dimana faktor umur muda lebih mudah mengalami cemas dari pada yang berumur lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya usia muda biasanya mudah mengalami cemas atau stres dikarenakan bertumpuknya masalah yang mungkin sering dialami oleh seseorang pada usia muda. Walau umur sukar ditentukan karena sebagain besar pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat, akan tetapi seringkali kecemasan terjadi pada usia 20-40 tahun. Umur pada pasien pre operasi yang cukup dimungkinkan dapat mengurangi adanya tingkat kecemasan yang disebabkan karena umur yang cukup yang berpengaruh pada tingkat kesiapan pasien pre operasi selama perawatan. Umur dapat menjadi suatu indikator dalam kedewasaan seseorang dalam
mengambil
suatu
keputusan
yang
mengacu
pada
setiap
pengalamannya. Karakteristik pada pasien pre operasi berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap kesiapan seseorang dalam menghadapi pra atau pun pre operasi pada seseorang, dimana semakin muda umur pasien pre operasi maka akan berkurang dalam hal ketidak siapan pasien dalam menerima sebuah tindakan operasi, maka akan beresiko terjadi suatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
tingkat kecemasan yang dapat menganggu proses perawatan pasien pre opearsi. Hubungan umur pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap tingkat kecemasan, hal ini terjadi kemungkinan karena pasien sebelum masuk rumah sakit untuk melakukan operasi telah siap, sehingga umur tidak berpengaruh terhadap tingkat kecemasan. 2. Pendidikan Di RSUD RAA Soewondo Pati diketahui bahwa status pendidikan pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal sebagian besar berpendidikan SD sebanyak 21 orang terdiri dari perlakuan 9 orang (30%) kontrol 12 orang(40%). Pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal dalam penelitian ini mempunyai pendidikan yang cukup baik, hal ini berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang. Pendidikan pasien terutama tentang pendidikan kesehatan sangat dibutuhkan bagi pasien pre operasi, terutama tentang penyakit yang dideritanya, yang dapat menimbulkan rasa keingintahuan pasien untuk menanyakan tentang penyakitnya. Pendidikan kesehatan dapat diberikan oleh perawat yang bertugas khususnya di ruang rawat jalan. Pendidikan seseorang pada hakekatnya turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang pre operasi elektif yang mereka peroleh dan pahami. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
adanya suatu permasalahan dalam menghadapi operasi dan dapat melakukan suatu tindakan jika terjadi sesuatu. Pendidikan seseorang juga mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Dengan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dapat menurunkan persentase pengetahuan kurang dari 50,0% menjadi 20,6%, dan pemberian komunikasi terapeutik pada pasien ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap meningkatnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita
Pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien yang
dirawat merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan pengertian dan kemampuan pengelolaan penyakit secara mandiri. Tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan turut menentukan keadaan pasien serta pendidikan yang kurang berpengaruh pada kurangnya informasi yang didapat serta kurangnya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang pre operasi yang mereka peroleh. Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan di dalam keluarganya dan bisa mengambil tindakan secepatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
3. Pengetahuan Hasil penelitian di ruang kenanga di RSUD RAA Soewondo Pati diketahui bahwa pengetahuan pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang baik sebanyak 21 orang terdiri dari perlakuan 9 orang (30%) kontrol 12 orang(40%). Pengetahuan memegang peranan sangat penting dalam menimbang baik dan tidaknya informasi yang diperoleh maka semakin baik pengetahuan seseorang maka dalam menghadapi persiapan operasi akan semakin baik misalnya mentalnya siap dalam menghadapi suatu tindakan operasi yang dilakukan. Tingkat pengetahuan yang kurang pada pasien operasi disebabkan karena pengetahuan yang kurang yang dapat mempengaruhi kurangnya informasi yang didapat terutama tentang penyakit yang dideritanya serta kesiapan selama menghadapi perawatan di rumah sakit. Pengetahuan seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor internal diantaranya yaitu jenis kelamin, tingkat kecerdasan dan tingkat emosional termasuk didalamnya yaitu pendidikan. Karena pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuannya semakin baik. Faktor eksternal yaitu lingkungan, sosial budaya seseorang, tingkat ekonomi seseorang dan politik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh seseorang diantaranya tentang perilaku kesehatan yang dimotivasi oleh kebutuhan psikologi individu untuk mengurangi kekhawatiran yang disebabkan oleh adanya ancaman dari suatu penyakit, salah satu kebutuhan psikologis tersebut yaitu penerapan pengetahuan sendiri terhadap kesehatan. Salah satu dari sepuluh tipe variabel yang menentukan perilaku kesehatan adalah informasi yang tersedia, pengetahuan, kebudayaan serta pandangan orang yang menilai. Berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan penyakit. Ketika seseorang berinteraksi dengan dunia luar, selalu ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilakunya, bahkan terhadap
dirinya
sekalipun.
Pandangan
dan
perasaan
seseorang
terpengaruh oleh ingatannya pada masa lalu, oleh apa yang ia ketahui dan kesannya kita terhadap apa yang sedang ia hadapi saat ini. Selain pengetahuan, adanya pengalaman seseorang pada masa lalu akan membawa pada sikap yang terbuka atau tertutup terhadap dorongan dari orang luar. Keberhasilan komunikasi terapeutik dapat dipengaruhi oleh sikap pasien terhadap dirinya sendiri maupun pada petugas kesehatan. Pada bagian lain, proses penerimaan masing-masing individu dalam membangun suatu komunikasi yang baik antara pasien dengan tenaga kesehatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Pada dasarnya adanya hubungan antara pengetahuan pasien pre opearsi dengan tingkat kecemasan berpengaruh pada perilaku kesehatan yang termotivasi oleh kebutuhan psikologi individu untuk mengurangi kekhawatiran yang disebabkan oleh adanya ancaman dari suatu penyakit. Salah satu kebutuhan psikologis tersebut yaitu penerapan pengetahuan sendiri terhadap kesehatan. Salah satu dari sepuluh tipe variabel yang menentukan
perilaku
kesehatan
adalah
informasi
yang
tersedia,
pengetahuan, kebudayaan serta pandangan orang yang menilai. Berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan penyakit. 4. Kepribadian Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi, dan perilaku yang berbeda serta mempunyai karakteristik yang menentukan gaya
personal
individu
dan
mempengaruhi
interaksinya
dengan
lingkungan. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A yaitu tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, mudah gelisah, tidak dapat tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang, sedangkan orang dengan kepribadian tipe B, mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan orang berkepribadian tipe A. Bahwa seseorang yang mengalami kecemasan tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki oleh orang tersebut. Menurut Atkinson, dkk dalam Farozin dan Fathiyah (2004) mengatakan bahwa setiap orang mempunyai tipe kepribadian yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
berbeda-beda. Pada pasien pre operasi timbul suatu kecemasan yaitu adanya perasaan yang tidak nyaman dan merasa terancam, gelisah mudah marah padahal keadaan tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan selanjutnya, pada pasien pre operasi banyak membutuhkan keadaan yang tenang, rileks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan atau kecemasan. Sebagian besar pasien pre operasi ini belun pernah melakukan operasi
sehingga
mengalami
kecemasan,
yang
disebabkan
oleh
ketidaksiapan kepribadian pasien yang menimbulkan perasaan takut, gelisah, mudah marah yang di khawatirkan karena takut jika terjadi sesuatu pada dirinya. Tipe kepribadian menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Tipe kepribadian menurut Jung (1875) dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe introvert yaitu sikap introvert mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia dalam, cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan antisosial. Seseorang juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif dan menggunakan pandangan subjektif mereka sendiri., dengan ciri-ciri orang dengan tipe introvert adalah sulit bergaul, hatinya tertutup, sulit berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar kurang baik. Hal ini akan menyebabkan seseorang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit, dimana orang dihadapkan pada berbagai macam tindakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
keperawatan dan orang yang tidak dikenal, seperti dokter, perawat dan pasien lainnya. Pada tipe ekstrovert dimana sikap ekstrovert mengarahkan pribadi ke pengalaman
objektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar,
cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah. Ciriciri anak tipe ekstrovert biasanya mudah bergaul, hatinya terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Cemas atau Anxiety merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Hal ini menunjukan bahwa secara teori ada hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Dengan demikian semakin rendah tipe kepribadian seseorang atau pasien maka akan semakin terganggu tingkat kecemasan pada pasien pre operasi tersebut. Fenomena ini sesuai teori perpektif biologis bahwa kecemasan timbul diantaranya karena adanya ancaman terhadap integritas biologis seperti pembedahan yang akan dilakukan. Sementara peryataan ahli lain mengatakan bahwa pada pasien dengan gangguan kecemasa atau anxiety dapat bermanifestasi pada respon fisiologis, respon pada kognitif dan respon pada tingkah lakunya. Pada respon tingkah lakunya dapat menimbulkan
gangguan
beristirahat dan gelisah.
yang
berupa
commit to user
mudah
tersinggung,
susah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Hubungan antara tipe kepribadian denga tingkat kecemasan terjadi disebabkan karena setiap orang mempunyai kepribadian yang berbedabeda, hal ini berdampak pada tingkat kecemasan yang dihadapi selama dirawat di rumah sakit. Permasalahan yang timbul berbeda-beda pada tiap pasien pre operasi, yang berdampak pada tingkat kecemasan yang berbeda pula. 5.. Tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi sectio caesarea dengan anestesi spinal sebelum dilakukan informed consent di RSUD RAA Soewondo Pati. Dari hasil pengolahan data yang peneliti lakukan ternyata dari 30 orang pasien dalam menghadapi sectio caearea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati sebelum dilakukan informed consent sebagian besar mengalami tingkat kecemsan sedang yaitu sebanyak 17 orang (56,67%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 10 orang (33,33%) dan mengalami kecemasan berat sebanyak 3 orang (10%). Hal ini karena adanya tekanan psikologis seperti adanya rasa takut, dan bingung yang dihadapi oleh ibu hamil ketika adanya rencana operasi sectio caesarea dan anestesi saat akan masuk ruang operasi dimana sang ibu hamil sendirian menghadapi ruangan yang penuh dengan alat- alat operasi yang selama ini belum pernah dilihatnya. Sesuai dengan pendapat Barbara (1996) bahwa kecemasan adalah respon psikologik
seperti perasaan takut atau tidak tenang yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
sumbernya tidak dikenal dan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik atau psikologik. Dimana tingkat kecemasan ini terdiri dari kecemasan ringan, kecemasan sedang dan kecemasan berat. Dari hasil penelitian 80% kecemasan sedang dengan ditandai individu berfokus pada
dirinya
(penyakitnya),
menurunnya
perhatian,
kesulitan
berkonsentrasi. pernafasan dan denyut nadi meningkat, tremor, bergetar. Kecemasan yang di alami ibu hamil dimungkinkan karena faktor ketidak tahuan ibu hamil terhadap pembedahan dan anestesi yang akan dijalani, kecemasan ini tidak akan terjadi apabila petugas kesehatan memberikan informed consent kepada ibu hamil tentang apa yang akan dihadapi. Menurut Ramaiah (2003) salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu hamil mengalami peningkatan kecemasan sebelum dilakukan pembedahan anestesi adalah karena faktor informed consent, di mana gangguan kecemasan akan meningkat apabila penjelasan tentang prosedur suatu tindakan tidak atau kurang jelas diterima oleh klien dan keluarga. Hal ini terjadi bila suatu keterangan atau penjelasan yang sederhana tidak diberikan oleh petugas kesehatan yang berkompetensi atau tidak menjelaskan maksud dan tujuan pembedahan atau dijelaskan tapi menggunakan istilah yang tidak dimengerti oleh klien dan keluarga. Selain itu faktor kecemasan juga dikarenakan ibu hamil yang akan bersalin pada kehamilanya mengalami gangguan mekanisme fisik seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
letak bayi yang sungsang, atau pinggul ibu hamil yang kecil sehingga tidak memungkinkan ibu hamil untuk bersalin secara normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Ilyas (1995) bahwa salah satu faktor kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan adalah keadaan plasenta, keadaan tali pusat dan keadaan jalan lahir terdapat kelainan (panggul sempit). 4. Tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi sectio caesarea dengan anestesi spinal setelah diberikan informed consent di RSUD RAA Soewondo Pati. Berdasarkan tabel 4.3. menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi sectio caesarea dengan anestesi spinal setelah diberikan informed consent mengalami penurunan menjadi cemas ringan sebanyak 24 orang (80%) dan kecemasan sedang sebanyak 6 orang (10 %). Tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi sectio caesarea dan anestesi sangat dipengaruhi oleh informasi yang benar dan jelas yang diberikan oleh tenaga kesehatan tentang operasi yang akan dijalani. Hal ini sesuai
dengan
menyebutkan
pendapat bahwa
Sagrestano
pengetahuan
(1999)
dapat
dalam
memberikan
penelitiannya efek
yang
bermanfaat pada kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil. Menurut Stuart (2007) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas yang menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak commit to user berdaya. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
adalah obyek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Hal ini membuktikan secara teori bahwa pemberian informed consent yang dilakukan jelas dan dengan bahasa yang dimengerti pasien atau keluarganya dapat menurunkan kecemasan pre operasi. Tiga elemen yang perlu diperhatikan dalam pemberian informed consent yaitu, treshold elements, information elements dan consent elements. Pada treshold elements sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten ( cakap ) dalam membuat keputusan medis. Information elements terdiri dari dua bagian disclosur (pengungkapan) dan understanding (pemahaman). Pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi tenaga medis untuk memberikan informasi ( disclosure ) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat. Consent elements terdiri dua bagian yaitu voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, paksaan serta pasien juga harus bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya. Pasien yang mendapatkan informed consent memiliki kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informed consent. Hal ini sesuai pendapat Widodo ( 2003), bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
informed consent yang diberikan dapat memberikan dorongan moril dan motivasi bagi pasien sehingga dapat menurunkan kecemasan pre operasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Carbonel (2002) yang menyimpulkan bahwa kecemasan dapat diturunkan melalui upaya memupuk kemauan dan motivasi agar yang bersangkutan berani dan mampu memecahkan segala kesulitan hidup. Informed consent sebagai salah satu cara untuk memberikan jalan adjustment yang sehat (motivator). Fakta empiris lainnya yang memperkuat hasil penelitian ini adalah Arif Widodo (2003) yang menyatakan bahwa informasi sebelum operasi yang diberikan atau dijelaskan kepada pasien kurang jelas atau sulit dimengerti maka kecemasan pasien semakin tinggi dan juga sebaliknya. Pendapat Mantra (1993) bahwa informed consent diberikan didahului dengan pendidikan kesehatan, sehingga akan meningkatkan pengetahuan pasien tentang kesehatan dengan tujuan agar pasien mendapat informasi tentang penyakit, tujuan pembedahan, prosedur pembedahan dan persiapan pelaksanaan pembedahan. Informed consent didefinisikan sebagai penjelasan kepada seseorang terhadap apa yang akan dilakukan pada seorang pasien mnencakup tujuan, cara kerja, kegunaan dan jiga kemungkinan resiko yang mungkin terjadi akibat suatu proses atau tindakan yang akan diambil. Selain itu informed consent juga merupakan salah satu syarat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
atau payung hukum yang digunakan dokter atau para peneliti dalam melakukan suatu tindakan terhadap kliennya (Andalas 2009). 7. Hasil uji Mann-Whitney tentang perbedaan tingkat kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal antara pasien yang diberikan dan tanpa diberikan penjelasan informed consent. Hasil uji mann-whitney dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan (p<0.001) antara informed consent dengan kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal. Hipotesis ini membuktikan teori bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Pemberian informed consent merupakan upaya pemberian informasi secara non formal kepada pasien dan keluarganya dalam persiapan menghadapi operasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Morton (1995) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui informasi formal dan non formal yang didapat dari pendidikan kesehatan dari informed consent pasien pre operasi. Pendidikan formal yang diperoleh responden menambah pengetahuan dan wawasan sehingga pemahaman yang dimiliki juga lebih tinggi termasuk informasi-informasi tentang kesehatan’ Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian informed consent dapat menurunkan kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal. Pemberian informed consent melibatkan tenaga kesehatan yang meliputi upaya pendidikan kesehatan dan peningkatan motivasi commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pasien dalam menghadapapi pembedahan dan anestesi. Informasi yang diberikan akan menambah pengetahuan pasien dan sebagai motivasi untuk menurunkan kecemasan pre oparasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang diberikan penjelasan informed consent memiliki skor cemas yang lebih rendah (kecemasan lebih rendah) bila dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan informed consent. Dari hasil pengolahan data yang peneliti lakukan ternyata dari 30 orang pasien dalam menghadapi sectio caearea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati sebelum dilakukan informed consent sebagian besar mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 17 orang (56,67%),
tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi sectio caesarea
dengan anestesi spinal setelah diberikan informed consent mengalami penurunan menjadi cemas ringan 24 orang (80,00%). Pemberian
informed
consent berpengaruh terhadap kecemasan
pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal yang diberi penjelasan informed consent rata-rata memiliki kecemasan yang lebih
59
rendah dari pada yang tidak diberi penjelasan infoemed consent ( p< 0.001 ). B. Saran Adanya pengaruh infoemed consent tehadap kecemasan maka disarankan sitiap akan dilakukan tindakan pembedahan khususnya pre operasi sectio caesarea agar diberikan informed consent yang baik yaitu melalui pendidikan kesehatan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh commit to user informed consent terhadap kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea
perpustakaan.uns.ac.id
dengan
anestesi
digilib.uns.ac.id
spinal
dengan
mengendalikan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kecemasan pasien. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati hasil ini dapat memberikan konsekuensi bahwa untuk menurunkan kecemasan dapat dilakukan dengan pemberian informed consent yang baik, yaitu informed consent yang didahului pendidikan kesehatan dan pemahaman oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, Nov 2007. Faculty of Medicine. http://fkunsyiah.forumotion.com/artikelf39 Diakses November 2011 Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (edisi revisi keempat). Jakarta. Aritama dan Erwin, 2007. Penugasan Artikel Ilmiah Ansietas Blok KBTL. commit to user Universitas Islam Indonesia.