ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 17-21
17 ISSN 1412-1468
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP PENYEBAB PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L.Sacaracharata) (Effect of Betel Leaf Extract Against Disease Causes of Downy Mildew in Plant Sweet Corn (Zea mays L.Sacaracharata)) Iin Arsensi Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
ABSTRACT The purpose of this experiment was to determine the effectiveness of betel leaf extract in suppressing the development of the pathogen causing downy mildew disease on sweet corn plants. The benefits of this research is to introduce technologies that are environmentally friendly disease control. The experiment was conducted from April to July 2011 in Desa Harapan Baru, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Samarinda Seberang in East Kalimantan Province.The Completely Randomized Block Design was employed for this research with 3 replications. Factor was application of betel leaf extract (S) that consisted of 4 levels: control (s0), betel leaf extract 50 grams / liter (s1), betel leaf extract 100 grams / liter (s2), and betel leaf extract 150 grams / liter (s3).Results of the experiment indicated that betel leaf extract application was not affected significantly on the intensity of the disease downy mildew, plant height, diameter of cob, and cob production. Keywords : Betel Leaf Extract, Downy Mildew, Sweet Corn Plant
PENDAHULUAN Produktifitas tanaman pangan khususnya jagung masih perlu ditingkatkan dan masih relatif rendah, salah satu penyebab rendahnya produktifitas tersebut adalah penggunaan benih oleh petani. Penggunaan benih yang berasal dari seleksi tanaman sebelumnya sangatlah rentan terhadap penyakit. Salah satu cara pengendalian yang sering menjadi tumpuan cara penanganan penyakit, adalah penggunaan pestisida kimiawi dan masih merupakan pilihan utama petani, namun penggunaan masih belum bijaksana. Akibatnya terjadi perubahan ekologi yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan sebaliknya menguntung penyakit yang ada. Beberapa contoh akibat dari penggunaan pestisida yang tidak bijaksana adalah resurjensi
(peningkatan penyakit), resistensi (peningkatan ketahanan penyakit), dan keracunan pada pengguna pestisida, binatang piaraan, satwa liar, organisme bukan sasaran lainnya dan lingkungan. Dampak yang tidak diinginkan tersebut di atas, mendorong masyarakat untuk mencari kembali cara-cara pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan. Salah satu cara yang dianggap memiliki potensi untuk diterapkan adalah penggunaan pestisida nabati berupa ekstrak daun sirih. Kandungan kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol), allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, , eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin,
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 17-21
18 ISSN 1412-1468
diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula, pati dan asam amino. Chavikol yang menyebabkan sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada fenol biasa). Pencegahan berkembangnya penyakit tanaman dapat di lakukan secara dini, guna menghindari serangan penyakit yang tinggi dan berakibat kegagalan panen (puso). Perlakuan benih dengan menggunakan pestisida nabati diharapkan benih jagung dapat terhindar dari beberapa macam jenis penyakit sebelum dilakukan penanaman. Sebelum benih jagung ditanam biji jagung direndam dalam larutan ekstrak ekstrak daun sirih selama 5 menit sesuai masing-masing perlakuan dilanjutkan dengan penyemprotan larutan ekstrak daun sirih pada tanaman di lapangan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sirih dalam menekan perkembangan patogen penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung manis.
100 gram/liter (s2), dan ekstrak daun sirih 150 gram/liter (s3).
METODE PENELITIAN
Analisis Data Data dianalisa dengan menggunakan sidik ragam, apabila terdapat pengaruh pada sidik ragam maka dilanjutkan uji BNT pada taraf 5 % untuk membandingkan dua rata-rata perlakuan.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harapan Baru, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Samarinda Seberang Propinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Juli 2011. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 (empat) taraf perlakuan yang masing-masing diulang 3 (tiga) kali ulangan yaitu : tanpa ekstrak daun sirih atau kontrol (s0), ekstrak daun sirih 50 gram/liter (s1), ekstrak daun sirih
Pelaksanaan Penelitian Kegiatan penelitian meliputi : (1) pembuatan ekstrak daun sirih, (2) persiapan benih, (3) pengolahan tanah, (4) pembuatan bedengan, (5) penanaman, (6) pemberian perlakuan, (7) pemeliharaan tanaman yang meliputi : penyulaman, pemberian pupuk dasar, penyiangan gulma, pengendalian gulma dan pembumbunan, (8) pemanenan, dan (9) identifikasi patogen di laboratorium. Pengambilan Data Pengambilan data pada tanaman jagung pada tiap bedengan sejumlah 6 tanaman sebagai sampel yang diambil dengan cara acak sederhana. Pengukuran parameter terdiri atas : intensitas serangan penyakit bulai (%), tinggi tanaman jagung pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam (cm), diameter tongkol jagung (cm) dan berat tongkol basah jagung (gram).
HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Serangan Penyakit Bulai Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan penyemprotan ekstrak daun sirih berbeda tidak nyata terhadap serangan penyakit bulai pada tanaman jagung pada saat tanaman berumur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam, hasil penelitian disajikan pada Tabel 1.
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 17-21
19 ISSN 1412-1468
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Identifikasi Pengaruh Ekstrak Daun Sirih Terhadap Intensitas Serangan Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung Manis Perlakuan Ekstrak Daun Intensitas Serangan Penyakit Bulai Sirih 15 HST 30 HST 45 HST Tanpa ekstrak daun sirih (s0) 0,71 13,63 13,63 50 gram/liter air (s1) 11,37 0,71 0,71 100 gram/liter air (s2) 7,40 0,71 0,71 150 gram/liter air (s3) 11,53 0,71 0,71 Keterangan : HST = hari setelah tanam Tidak adanya pengaruh pemberian perlakuan ekstrak daun Sirih terhadap intensitas serangan penyakit bulai terhadap tanaman jagung manis, selain dari jarak interval yang terlalu lama, kurangnya konsentrasi larutan yang diberikan, dan disebabkan oleh faktor iklim seperti tingginya curah hujan dan kelembaban pada saat penelitian dilaksanakan, sehingga fungsi ekstrak daun sirih sebagai insektisida nabati belum dapat diserap secara maksimal oleh jaringan tanaman jagung. Pada awal pengamatan 15 HST, intensitas serangan penyakit bulai pada perlakuan tanpa ekstrak daun sirih (s0) tidak ada serangan, namun pada perlakuan S3 (150 g/l) merupakan intensitas serangan penyakit bulai yang tertinggi yaitu dengan nilai 11,53 % (kategori serangan sedang), kemudian disusul pada perlakuan 50 g/l (s1) yaitu 11,37 % (kategori serangan sedang) dan pada perlakuan 100 g/l (s2) yaitu 7,40 % (kategori serangan ringan). Tidak terjadi serangan penyakit bulai pada perlakuan tanpa ekstrak daun sirih (s0) tersebut terjadi karena pada saat sebelum penanaman benih jagung diberi perlakuan perendaman ekstrak daun sirih selama 5 menit sebelum benih ditanam. Namun pada perlakuan s1, s2, dan s3 terjadi intensitas serangan penyakit bulai ini dikarenakan ekstrak
daun sirih yang digunakan pada awal perlakuan benih sudah mulai terurai dan tidak mampu mengendalikan adanya serangan penyakit yang datang menyerang hal ini juga mengingat sifat baku dari pestisida nabati yang tidak meninggalkan residu kimia pada tanaman. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa intensitas serangan penyakit bulai menurun pada saat tanaman berumur 30 dan 45 hari setelah tanam, hal ini disebabkan perlakuan penyemprotan ekstrak pestisida nabati tetap diberikan pada tanaman sesuai dengan perlakuan, sehingga intensitas serangan penyakit bulai mengalami penurunan. Sedangkan pada perlakuan tanpa pemberian ekstrak daun sirih (s0) intensitas serangan penyakit bulai pada tanaman jagung manis cenderung meningkat. Keadaan ini memperlihatkan bahwa pemberian pestisida alami berupa ekstrak daun sirih dapat menurunkan/mengendalikan serangan penyakti bulai pada tanaman jagung manis. Tinggi Tanaman Jagung Manis Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ekstrak daun sirih berbeda nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam dan hasil penelitian disajikan pada Tabel 2.
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 17-21
20 ISSN 1412-1468
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Sirih terhadap Tinggi Tanaman Jagung Pada Tanaman Jagung Manis Perlakuan Ekstrak Daun Tinggi Tanaman (cm) pada Umur Sirih 15 HST 30 HST 45 HST Tanpa ekstrak daun sirih (s0) 24,77 83,96 176,39 50 gram/liter air (s1) 21,33 95,39 177,83 100 gram/liter air (s2) 19,83 84,50 177,33 150 gram/liter air (s3) 22,33 87,83 172,02 Berdasarkan data tersebut di atas (Tabel 2), tinggi tanaman saat umur 15, 30 dan 45 hari setel\ah tanam terlihat bahwa setiap peningkatan konsentrasi yang diberikan diikuti penurunan tinggi tanaman. Penurunan pertambahan tinggi tanaman jagung manis pada tiap perlakuan tersebut terjadi karena semakin bertambahnya umur tanaman, maka pertambahan perkembangan tanaman akan mengalami penghentian seiring dengan perubahan masa tumbuh tanaman dari masa vegetatif ke masa generatif tumbuh kembang tanaman jagung, hal ini biasa terjadi karena
unsur hara yang tersedia pada tanah termanfaatkan untuk pembentukan bunga dan tongkol tanaman. Hasil Tongkol Tanaman Jagung Manis Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ekstrak daun sirih berbeda tidak nyata terhadap diameter tongkol dan berat tongkol tanaman jagung manis. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun sirih terhadap diameter tongkol dan berat tongkol tanaman jagung manis disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Sirih terhadap Diameter Tongkol dan Berat Tongkol Tanaman Jagung Manis Diameter Tongkol Berat Tongkol Perlakuan Ekstrak (mm) (kg) Daun Sirih Tanpa ekstrak daun sirih (s0) 319,33 1,93 50 gram/liter air (s1) 339,00 2,23 100 gram/liter air (s2) 341,00 2,23 150 gram/liter air (s3) 332,33 2,16 Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirih cenderung menghasilkan diameter tongkol jagung manis yang lebih besar dan berat tongkol yang lebih berat dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian ekstrak daun sirih (s0). Pemberian esktrak daun sirih dengan konsentrasi 100 gram/liter air (s2) menghasilkan diameter tongkol yang paling besar yaitu 341,00 mm dan berat tongkol sebesar 2,23 kg. Keadaan ini menunjukkan meskipun pengaruh sidik ragam
berbeda tidak nyata, namun secara visual pemberian ekstrak daun sirih dapat memperbaiki hasil tongkol tanaman jagung manis. Terjadinya perbaikan hasil tongkol tersebut disebabkan karena pemberian ekstrak daun sirih dapat menurunkan serangan penyakit bulai pada tanaman jagung manis. Seperti dikemukakan oleh Kardinan dan Ruhayat (2002) bahwa kandungan kimia daun sirih adalah minyak atsiri 0,8 - 1,8 % (terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol),
ZIRAA’AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman 17-21
allylprocatechol (hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, eugenol, p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, gula, pati dan asam amino. Chavikol menyebabkan daun sirih berbau khas dan memiliki khasiat antibakteri (daya bunuh bakteri lima kali lebih kuat daripada fenol biasa).
21 ISSN 1412-1468
2. pemberian ekstrak daun sirih sebaiknya pada saat tidak sedang turun hujan. DAFTAR PUSTAKA AAK, 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta. Adisarwanto dan Suhardi. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya, Jakarta. .
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengaruh pemberian ekstrak daun sirih berbeda tidak nyata terhadap intensitas serangan penyakit bulai, tinggi tanaman pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam, diameter tongkol, dan berat tongkol tanaman jagung manis. 2. Pemberian ekstrak daun sirih cenderung menghasilkan pertumbuhan dan produksi tongkol jagung manis yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemberian ekstrak daun sirih. Saran 1. Interval waktu pemberian ekstrak daun sirih jaraknya jangan terlalu lama.
Dalimartha, S, 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara, Jakarta. Kardinan, A dan Ruhayat, A, 2002. Mimba Budidaya dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya, Jakarta. Purwono, HS. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Rosmarkam, A dan Yuwono, N W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Rukmana, R, 1997. Budidaya jagung Hibrida dan Produksi. Penebar Swadaya, Jakarta.