PENGARUH PEMBERDAYAAN GURU DAN KEMITRAAN DENGAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU (Studi pada Guru SD di UPTD Pendidikan Kecamatan Kawali)
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Magister
Oleh : ENDANG WAWAN SETIAWAN NIM. 82321112067 Program Studi Administrasi Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH CIAMIS April 2013
PENGARUH PEMBERDAYAAN GURU DAN KEMITRAAN DENGAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU (Studi pada Guru SD di UPTD Pendidikan Kecamatan Kawali)
Oleh : ENDANG WAWAN SETIAWAN NIM. 82321112067 Program Studi Administrasi Pendidikan
LEMBAR PENGESAHAN Artikel ini disetujui untuk dimuat dalam e-jurnal Oleh : Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
RUNALAN S, Drs., M.Si. NIP. 131687155
Ciamis,
PENGARUH PEMBERDAYAAN GURU DAN KEMITRAAN DENGAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU (Studi pada Guru SD di UPTD Pendidikan Kecamatan Kawali) Oleh ENDANG WAWAN SETIAWAN ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh: (1) Proses pemberdayaan guru masih sulit dilakukan, mengingat tidak semua guru memiliki kompetensi yang memenuhi standar. Masih banyak guru SD yang kualifikasi pendidikannya rendah, sehingga masih sulit diberdayakan; (2) Komite sekolah hanya berfungsi sebagai penonton saja, atau dengan kata lain keberadaan komite sekolah masih belum memberikan arti apa-apa bagi sekolah. Sebab komite hanya bisa melihat dan menyetujui semua program yang diajukan oleh kepala sekolah tanpa mampu mengontrol dan mengawasi keberadaan sekolah itu sendiri; dan (3) Kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil pembelajaran masih termasuk kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian kinerja, guru pada UPTD Pendidikan Kecamatan Kawali masih perlu ditingkatkan. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidak tercapaian kinerja guru. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Berapa besar pengaruh pemberdayaan guru terhadap kinerja mengajar guru?; (2) Berapa besar pengaruh kemitraan dengan komite sekolah terhadap kinerja mengajar guru?; (3) Berapa besar pengaruh pemberdayaan guru terhadap kemitraan dengan komite sekolah?; dan (4) Berapa besar pengaruh pemberdayaan guru dan kemitraan dengan komite sekolah terhadap kinerja mengajar guru?. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan guru SD di UPTD Pendidikan Kecamatan Kawali, dengan jumlah 204 orang. Sedangkan banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 67 orang guru. Penentuan sampel dalam menggunakan teknik random sampling dengan menggunakan rumus slovin. Bertolak dari deskripsi masing-masing variabel, dan pembuktian hipotesis serta intrepretasi lainnya, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pemberdayaan guru berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru. Artinya semakin baik pemberdayaan guru, maka akan semakin baik kinerja mengajar guru; 2) Kemitraan dengan komite sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru. Artinya semakin baik kemitraan dengan komite sekolah, maka akan semakin baik kinerja mengajar guru; 3) Pemberdayaan guru berpengaruh positif terhadap kemitraan dengan komite sekolah. Artinya semakin baik pemberdayaan guru, maka akan semakin baik kemitraan dengan komite sekolah;dan 4) Pemberdayaan guru dan kemitraan dengan komite sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru. Artinya semakin baik pemberdayaan guru dan kemitraan dengan komite sekolah, maka akan semakin baik kinerja mengajar guru.
Latar Belakang Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru. Begitu pentingnya peran guru dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sampai-sampai banyak pakar menyatakan bahwa di sekolah tidak akan
ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kinerja mengajar guru. Sayangnya, dalam kultur masyarakat Indonesia sampai saat ini pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti kepala sekolah dan pengawas sekali pun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan siswa. Memang program kunjungan kelas oleh kepala sekolah atau pengawas, tidak mungkin ditolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya ia akan kembali be-kerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi. Dengan latar belakang di atas, maka penilaian kinerja guru merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius khususnya oleh pengawas. Penilaian kinerja guru, merupakan salah satu bagian kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah/madrasah. Kompetensi tersebut termasuk dalam dimensi kompetensi evaluasi pendidikan. Dalam melakukan penilaian kinerja mengajar guru, oleh seorang kepala sekolah seyogyanya memiliki kemampuan untuk: (1) memahami ruang lingkup variabel yang hendak dinilai, terutama kompetensi profesional guru, (2) memiliki standar dan/ atau menyusun instrumen penilaian, (3) melakukan pengumpulan dan analisis data, dan (4) membuat judgement atau kesimpulan akhir. Hasil studi awal diperoleh kenyataan bahwa kinerja mengajar guru masih rendah. Hal ini tampak dari penilaian hasil kerja yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagaimana tampak pada tabel berikut. Tabel 1 Penilaian kinerja guru NO URAIAN 1 Kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran 2 Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran 3 Kemampuan guru dalam menilai hasil pembelajaran
NILAI B C C
Berdasarkan tabel di atas, maka kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
hasil pembelajaran masih termasuk kategori
cukup. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian kinerja, guru pada UPTD pendidikan kecamatan kawali masih perlu ditingkatkan. Banyak faktor mempengaruhi
ketidak tercapaian
kinerja
yang
guru. Dua di antaranya adalah
pemberdayaan guru dan kemitraan dengan komite sekolah. Pemberdayaan guru merupakan cara yang sangat praktis dan produktif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari kepala sekolah, para guru dan para pegawai dan proses yang ditempuh untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan produktif tersebut adalah dengan membagi tanggung jawab profesional pada para guru dan pegawai lainnya. Satu prinsip penting dalam pemberdayaan ini adalah melibatkan guru dan para pegawai lainnya dalam proses pengambilan keputusan dan tanggung jawab, melalui proses pemberdayaan ini diharapkan para tenaga kependidikan memiliki kepercayaan diri. Dalam rangkia melakukan peran dan fungsinya sebagai pemimpin, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Namun sangat disesalkan, bahwa proses pemberdayaan guru masih sulit dilakukan, mengingat tidak semua guru memiliki kompetensi yang memenuhi standar. Masih banyak guru SD yang kualifikasi pendidikannya lemah, sehingga masih sulit diberdayakan. Hal ini terbukti dari masih adanya guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan S-1 Variabel
lain yang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru adalah
kemitraan dengan komite sekolah. Kemitraan dengan komite merupakan salah satu upaya
yang mesti dilakukan oleh kepala sekolah
untuk memperkuat proses
pelaksanaan pembelajaran. Sebab komite sekolah adalah lembaga/badan khusus yang di bentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendididkan sekolah. Komite sekolah ini terdiri dari unsur-unsur orang tua siswa, wakil siswa, wakil guru-guru, kepala sekolah, wakil tokoh masyarakat, wakil pengusaha atau wiraswasta, wakil pemerintah daerah, dan wakil pejabat pengendali pendidikan.Melalui kemitraan
dengan komite sekolah, maka akan diperoleh hasil kinerja mengajar guru yang memuaskan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa komite sekolah hanya berfungsi sebagai penonton saja, atau dengan kata lain keberadaan komite sekolah masih belum memberikan arti apa-apa bagi sekolah. Sebab komite hanya bisa melihat dan menyetujui semua program yang diajukan oleh kepala sekolah tanpa mampu mengontrol dan mengawasi keberadaan sekolah itu sendiri. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian dapat diartikan sebagai berikut : “Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisifikasi masalah. ” Cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematik. Rasional berarti kegiatan penelitian penelitian dilakukan dengan cara-cara masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah yang bersifat logis. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam dalam menyusun tesis ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang mengungkapkan gambaran masalah yang terjadi saat penelitian ini berlangsung. Menurut Sugiyono (2009:35) pengertian metode deskriptif adalah sebagai berikut: “Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih (variable yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.” Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian yang digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian deskriptif digunakan peneliti untuk
dapat menggambarkan pengaruh pemberdayaan guru (X1), kemitraan dengan komite sekolah (X2), dan kinerja mengajar guru (Y). Metode
ini
juga
dapat
dikatakan
sebagai
suatu
penulisan
yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian berlangsung. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Pemberdayaan Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh pemberdayaan guru terhadap kinerja mengajar guru. Sebab kinerja mengajar guru sangat penting ditingkatkan untuk mencapai mutu sekolah. Hasil analisis, maka diperoleh korelasi variabel pemberdayaan guru terhadap kinerja mengajar guru sebesar 0.635 pada tingkat signifikansi 0.000. Sedangkan nilai koefisien determinasi (KD) atau R2 (R Square) sebesar 0.403, menunjukkan bahwa besarnya pengaruh pemberdayaan guru terhadap kinerja mengajar guru sebesar 40.3%, sedangkan sisanya sebesar 59.7% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil di atas menunjukkan bahwa pemberdayaan guru
berpengaruh
cukup kuat terhadap kinerja mengajar guru. Keberhasilan lembaga pendidikan dalam mengemban misinya sangat ditentukan oleh mutu keinterelasian unsureunsur sistemik yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas proses transformasi dan mutu hasil kerja institusi pendidikan, seperti tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, biaya, anak didik, masyarakat dan lingkungan pendukungnya. Dari sekian banyak subsistem yang memberikan kontribusi terhadap kualitas proses dan keluaran pendidikan,
dalam makna
educational outcomes, subsistem tenaga kependidikan telah memainkan peranan yang paling esensial. Tenaga kependidikan yang bermutu tidak akan terwujud dengan baik tanpa diberdayakan dengan baik. Tenaga kependidikan diberdayakan berarti tenaga kependidikan tersebut ditingkatkan kemampuan profesionalnya dan kemudia diberikan kewenangan
yang proposional karena karakteristik
pemberdayaan itu hakekatnya adalah to give ability or enable dan to give
authority. Dengan begitu tenaga kependidikan akan berada dalam suasana terbuka, terbuka dalam mengembangkan potensi, kreativitas, dan kemampuan berimprovisasi tanpa dibelenggu oleh ketentuan-ketentuan sekolah yang biasayanya diterapkan secara kaku. Suasana terbuka dapat membantu mengaktualisasikan diri. Tenaga kependidikan yang berada di sekolah-sekolah terbuka suasananya, Nampak semangay kegembiraan yang sangat tinggi 2. Pengaruh Kemitraan dengan Komite Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru Untuk mengetahui pengaruh kemitraan dengan Komite Sekolah terhadap kinerja mengajar guru, maka penulis melakukan serangkaian kegiatan pengumpulan dan pengolahan data. Hasilnya diperoleh kenyataan bahwa kemitraan dengan Komite Sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru sebesar 48,1% atau dalam kategori cukup. Hal ini sejalan dengan tujuan komite sekolah sebagaimana dikemukakan dalam Kepmendiknas nomor: 044/U/2002 adalah sebagai berikut: 1) mewadahi dan meningkatkan peran serta para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah dalam merumuskan dan menetapkan berbagai kebijakan pengelolaan sekolah, pengembangan program sekolah, monitoring pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah, dan pertanggungjawaban mutu pendidikan sekolah, dan pertanggungjawaban mutu pendidikan sekolah secara demokratis dan transparan. 2) mewadahi dan meningkatkan peran serta para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah dalam memecahkan masalah –masalah pendidikan yang di hadapi sekolah, dan membantu pemerintah memonitoring pengelolaan pendidikan sekolah. 3) memfasilitasi upaya peningkatan kinerja profesionalisme kepala sekolah, guru, dan staf yang lain yang terlibat dalam proses pendidikan anak di sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang hendak di capai sekolah. 4) menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan sekolah dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan fasilitas pendukung belajar yang baik, pengadaan dan pemeliharaan fasiltas sekolah yang baik, dan peningkatan kualitas staf yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. 5) mengembangakan dan menetapkan program kurikulum efektif yang sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarkat, kebutuhan dan tuntutan global, serta berbagai inovasi yang mendukung peningkata kualitas pendidikan sekolah.
6) memfasilitasi dan mengontrol penerapan system manajemen sekolah yang transparan dan demokratis dalam pendayagunaan berbagai sumber daya yang tersedia sesuai dengan prioritas kebutuhan pelaksanaan program sekolah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. 3. Pengaruh Pemberdayaan Guru terhadap Kemitraan dengan Komite Sekolah Pemberdayaan guru berpengaruh terhadap kemitraan dengan komite sekolah. Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian, diperoleh korelasi variabel pemberdayaan guru terhadap kemitraan dengan komite sekolah sebesar 0.378 pada tingkat signifikansi 0.000. Sedangkan nilai koefisien determinasi (KD) atau R2 (R Square) sebesar 0.143, menunjukkan bahwa besarnya pengaruh pemberdayaan guru terhadap kemitraan dengan komite sekolah sebesar 14.3%, sedangkan sisanya sebesar 85.7% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil di atas menunjukkan bahwa dengan pemberdayaan guru yang baik akan berpengaruh terhadap kemitraan dengan komite seolah. Sebab guru dan komite saling memerlukan. Upaya Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu mendapat dukungan dari seluruh komponen pendidikan, baik guru, Kepala Sekolah, siswa, orang tua/wali murid, masyarakat, dan institusi pendidikan. Oleh karena itu perlu kerjasama dan koordinasi yang erat di antara komponen pendidikan tersebut sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien. Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat setempat, sehingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan. Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang diwadahi dalam organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu mengoptimalkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan, dalam bentuk:
a.
Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah. b. Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki anaknya, dan c. Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak (Depdiknas, 2001:19). Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan masyarakat, subtansi pembinaannya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan seluruh personil sekolah dalam: a.
Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan pribadi anak. b. Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan harapan mereka mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran. c. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program pendidikan yang sedang dikembangkan di sekolah. d. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatanhambatan yang dihadapi sekolah. e. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta memajukan sekolah. f. Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan mengawasi program sekolah (Depdiknas, 2001:20). Mutu dalam konteks "hasil" pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, dapat pula prestasi bidang lain seperti olah raga, seni atau keterampilan tertentu (komputer, beragam jenis teknik, jasa). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya (Umaedi, 1999:9). Pengertian mutu secara umum adalah gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari barang - barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan dalam konteks pendidikan. Pengertian mutu mencakup Input, proses dan output pendidikan (Depdiknas Buku 1 MPMBS, 2001:25).
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena kebutuhan untuk keberlangsungan proses. Input pendidikan meliputi SDM dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses dan pencapaian target. Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu yang diperoleh dari hasil proses disebut output. Output pendidikan merupakan hasil kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. 4. Pengaruh Pemberdayaan Guru dan Kemitraan dengan Komite Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru Pemberdayaan guru dan kemitraan dengan komite sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru. Hasil
ini ditunjang oleh hasil perhitungan
tentang korelasi variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y sebesar 0.802 dan koefisien determinasi sebesar 0.644, berarti bahwa variabel Y dipengaruhi oleh variabel X1 dan X2 sebesar 64.4%, sedangkan sisanya sebesar 35.6% dipengaruhi oleh variabel lain. Kinerja menunjukkan suatu penampilan kerja seseorang dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam suatu lingkungan tertentu termasuk dalam organisasi. Dalam kenyataannya, banyak faktor yang memengaruhi perilaku seseorang, sehingga bila diterapkan pada pekerja maka bagimana dia bekerja akan dapat menjadi dasar untuk menganalisis latar belakang yang memengaruhinya. Menurut Sutermeister (dalam Suharsaputra, 2010: 147) produktivitas ditentukan oleh kinerja pegawai dan teknologi, sedangkan kinerja pegawai itu sendiri tergantung pada dua hal yaitu kemampuan dan motivasi. Sementara itu Gibson et al (dalam Suharsaputra, 2010: 147), memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor - faktor yang berpengaruh terhadap performance/kinerja, yaitu: a. Variabel individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal-usul, jenis kelamin).
b. Variabel organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan. c. Variabel psikologis, meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Pendapat
tersebut
menggambarkan
tentang
hal-hal
yang
dapat
membentuk atau mempengaruhi kinerja seseorang, faktor individu dengan karakteristik psikologisnya yang khas, serta faktor organisasi berinteraksi dalam suatu proses yang dapat mewujudkan suatu kualitas kinerja yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi. Sementara itu Quible (dalam Suharsaputra, 2010: 148) berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manyatakan: “basic human traits affect employees’ job related behaviour and performance. These human traits include ability, aptitude, perception, values, interest, emotions, needs and personality”. Ability atau kemampuan akan menentukan bagaimana seseorang dapat melakukan pekerjaan, bakat akan berperan dalam membantu melaksanakan pekerjaan jika ada kesesuaian dengan jenis pekerjaannya, demikian juga halnya dengan persepsi, konsep diri, nilai-nilai, minat, emosi, kebutuhan dan kepribadian. Semua itu akan berpengaruh terhadap dorongan (motivasi) seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian kajian tentang kinerja memerlukan juga pembahasan tentang motivasi sebab perilaku seseorang dalam
melaksanakan
pekerjaan
tidak
terlepas
dari
dorongan
yang
melatarbelakanginya. Simpulan Bertolak dari serangkaian penelitian disertai dengan kegiatan menginterpretasi data dan mengolahnya sesuai dengan ketentuan, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pemberdayaan guru berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru. Artinya semakin baik pemberdayaan guru, maka akan semakin baik kinerja mengajar guru.
2. Kemitraan dengan komite sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru. Artinya semakin baik kemitraan dengan komite sekolah, maka akan semakin baik kinerja mengajar guru. 3. Pemberdayaan guru berpengaruh positif terhadap kemitraan dengan komite sekolah. Artinya semakin baik pemberdayaan guru, maka akan semakin baik kemitraan dengan komite sekolah. 4. Pemberdayaan guru dan kemitraan dengan komite sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru. Artinya semakin baik pemberdayaan guru dan kemitraan dengan komite sekolah, maka akan semakin baik kinerja mengajar guru. Daftar Pustaka Depdiknas, 2001. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Keputusan Menteri Pendidilkan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung : Refika Aditama. Umaedi, 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.