PENGARUH PELAYANAN DAN TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM PENGAMBILAN KREDIT DI PT.BPR BARELANG MANDIRI BATAM
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Diploma III
Disusun Oleh: JIMMY JOHNLY CAVALERA NIM. 11002794
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016
1
2
ABSTRAK
PENGARUH PELAYANAN DAN TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM PENGAMBILAN KREDIT DI PT.BPR BARELANG MANDIRI BATAM
Oleh: JIMMY JOHNLY CAVALERA 11002794
Dosen: Rahmi Oktarina, S.Pd,M.Pd.T Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kualitas pelayanan dan tingkat suku bunga kredit terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di Pt.BPR Barelang Mandiri,Batam. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan kuesioner sampel acak berjumlah 75 responden dari populasi nasabah yang mendapatkan kredit di Pt.BPR Barelang Mandiri Batam. Untuk analisis statistik, peneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 20 untuk menguji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis deskriptif, analisis regresi, uji T dan uji F, serta uji koefisien determinasi. Dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20, penelitian ini menunjukan bahwa koefisien determinasi sebesar 39,9% variabel keputusan pengambilan kredit mampu dijelaskan oleh kualitas pelayanan dan suku bunga kredit sebagai variabel independen dan sisanya 60,1% keputusan pengambilan kredit pada PT. BPR Barelang Mandiri Batam oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini dan hasil analisis linear yaitu Y = 9.339 + 0.086X1 - 0.431X2 + e. Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat tidak pengaruh signifikan antara Kualitas pelayanan dengan keputusan pengambilan kredit dan berpengaruh antara suku bunga kredit terhadap keputusan pengambilan kredit,namun secara simultan, kualitas pelayanan dan suku bunga kredit berpengaruh terhadap Keputusan pengambilan kredit di PT.BPR Barelang Mandiri Batam.
Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Suku Bunga Kredit, Keputusan Pengambilan Kredit
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Setiap perusahaan terutama yang bergerak di lembaga perbankan termasuk diantaranya Bank Perkreditan Rakyat Barelang Mandiri Batam berupaya untuk mencapai laba maksimal
yang meningkat dan tujuan tersebut dapat tercapai dengan cara antara lain
menciptakan dipersifikasi produk dan peningkatan pelayanan. PT. Bank Perkreditan Rakyat Barelang Mandiri Batam yang disingkat dengan PT. BPR BM Batam diresmikan pada tanggal 09 Maret 2004 yang bertempat di pertokoan Palm Spring blok B. No.9-10,Batam Centre.
4
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya perusahaan, PT. BPR Barelang Mandiri juga membuka 3 kantor cabang di Batam, yang masing – masing berlokasi di: -Komplek Pertokoan Tembesi Centre Blok A1 No.07, Batu Aji – Batam. -Komplek Pertokoan Tiban Centre Blok J No. 3, Tiban – Batam. -Komplek Pertokoan Cipta Emerald Blok A No. 15, KDA – Batam. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, khususnya pada jasa perbankan di bidang perkeditan, setiap perusahaan harus bertahan hidup dan semakin berkembang. Lembaga – lembaga pemberi kredit selalu berusaha menawarkan tingkat suku bunga yang rendah dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi nasabah. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah menjual produk – produknya baik berupa barang maupun jasa yang akan dihadapkan dengan strategi maupun teknik yang tepat. Sehingga dapat mempertahankan konsumen potensial dan jangan sampai konsumen beralih menjadi pelanggan perbankan lain dan dapat menentukan keputusan nasabah dalam pengambilan kredit. Pada dasarnya, ketika debitur menentukan untuk mengambil kredit selalu melalui proses analisis dan perhitungan yang tepat sesuai kemampuan pembayaran dan kepuasan yang dirasakannya pada bank tersebut, kemudian nasabah memilih satu alternatif dari beberapa alternatif yang ada. Sehingga keputusan debitur dalam mengambil kredit, mencakup perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Keputusan debitur dalam mengambil kredit pada suatu bank akan dapat meningkatkan eksistensi bank tersebut untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Di samping itu dengan adanya nasabah yang mengambil kredit menunjukkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk kredit bank tersebut. Dengan demikian keputusan debitur dalam mengambil kredit menjadi hal yang sangat
5
penting bagi suatu bank terlebih Bank Perkreditan Rakyat (BPR), khususya di PT. BPR Barelang Mandiri. Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Sedangkan, pengertian pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli. Menurut Kotler (1994:12), pelayanan adalah setiap tindakakan dan kegiatan yang dapat di tawar kan ke suatu pihak kepada pihak lain,yang pada dasar nya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikian apapun.BPR Barelang Mandiri berusaha meningkatkan pelayanan serta memberikan pelayanan yang mudah dan cepat, seperti melakukan pick – up service angsuran
kredit,dengan
ada
nya
pelayanan
ini
nasabah
sangat
terbantu(Narasumber:Heni,Nasabah Eksis Bank BPR Barelang Mandiri) dan mempunyai fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BPR, pembayaran angsuran dapat dilakukan di 1 kantor pusat atau 3 kantor cabang yang berada di Batam, dengan berbagai cara seperti setoran tunai maupun berbasis teknologi informasi seperti: transfer (ATM, EDC, Internet Banking, SMS banking dan lain - lain) melaluibank umum ke rekening BPR Barelang Mandiri di beberapa bank umum yang ada, proses pencairan kredit kurang dari 48 jam atau paling lama 3 hari kerja. BPR Barelang Mandiri juga menawarkan suku bunga kredit yang menarik dan bervariasi untuk berbagai fasilitas kredit sepertifasilitas KPM (mulai dari 6.5%), KPR (11%) dan KMG serta KAB (12%) per tahunnya. Berikut merupakan suku bunga kredit yang ditawarkan BPR Barelang Mandiri kepada nasabah dalam beberapa tahun terakhir ini:
6
Tabel 1.1 Suku Bunga BPR Barelang Mandiri Tahun 2010-2016 Fasilitas
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Kredit
2016s/d sekarang
KPM
15%
10.50%
11%
9%
6.5%
12%
13%
KPR
15%
15%
15%
14%
11%
13%
14%
KMG
15%
14%-
13%-
11%-
12%
13%
14%
15%
15%
13%
14%-
13%-
11%-
12%
13%
14%
15%
15%
13%
KAB
15%
Sumber: BPR Barelang Mandiri Batam, 2016
Pada saat ini persaingan BPR – BPR terutama di Kota Batam sangat ketat, dimana pelayanan yang diberikan kepada debitur bervariasi dan menjadi prioritas agar menarik perhatian dan keinginan masyarakat untuk kredit di suatu bank dan tidak beralih ke bank yang lain. Para penyedia kredit juga bersaing ketat dalam penawaran suku bunga kredit yang bervariasi,sehingga diperlukan kreativitas produk dan penawaran jasa lainnya yang semakin menarik minat debitur dalam penentuan pengambilan kredit. Seiring dengan bertambahnya BPR – BPR baru ini yang memberikan pelayanan yang bervariasi dan penawaran suku bunga kredit yang bervariasi kepada nasabah sehingga mempengaruhi keputusan debitur dalam pengambilan kredit dan kredit di BPR Barelang Mandiri cenderung mengalami penurunan. Jika dilihat secara garis besar, hal yang mempengaruhi keputusan pengambilan kredit meliputi oleh dua faktor yaitu faktorinternal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor pribadi, seperti usia, siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, pendapatan, sedangkan faktor psikologi meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan, sikap. Faktor
7
eksternal meliputi faktor sosial atau lingkungan nasabah seperti keluarga, kelompok, rekan kerja, masyarakat serta faktor lainnya seperti lokasi dan prosedur kredit yang diterapkan. Hal yang tidak kalah penting pada saat menentukan kredit oleh debitur adalah membandingkan tingkat pelayanan yang dirasakan debitur dan tingkat suku bunga yang ditawarkan. Oleh karena itu untuk menarik minat calon nasabah maka perlu adanya meningkatkan pelayanan dengan memberi kenyamanan pada nasabah dan menawarkan suku bunga yang menarik sehingga memberikan kepuasan kepada nasabah. Kepuasan debitur merupakan evaluasi, dimana alternatif yang dipilih sekurang – kurangnya dapat memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan debitur, sedangkan ketidakpuasan dapat terjadi apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan yang diinginkan debitur. Masalah pelayanan sebenarnya bukanlah hal yang sulit atau rumit, tetapi apabila hal ini kurang diperhatikan maka dapat menimbulkan hal-hal yang rawan karena sifatnya yang sangat sensitif. Sistem pelayanan perlu didukung oleh kualitas pelayanan, fasilitas yang memadai dan etika atau tata krama, sedangkan tujuan memberikan pelayanan adalah untuk memberikan kepuasan kepada debitur, sehingga berakibat dengan dihasilkannya nilai tambah bagi perusahaan. Keberadaan PT. BPR Barelang Mandiri sendiri sebagai suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi memberikan pelayanan perbankan, terutama dibidang kredit dan seiring makin berkembangnya kawasan Batam, maka menarik perhatian para investor untuk membuka BPR baru, oleh karena itu persaingan diantara BPR di Batam semakin tinggi. Untuk itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian perbandingan antara tingkat pelayanan dan suku bunga kredit dengan kepuasan nasabah yang akhirnya dapat mempengaruhi penentuan nasabah dalam pengambilan kredit, apakah yang membuat berhasil
8
mewujudkan kesan yang baik pada nasabah dan pada akhirnya akan memudahkan meraih nasbah. Berdasarkan latar belakang masalah, penulis tertarik untuk meneliti, dengan judul penelitian“Pengaruh Pelayanan dan Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Keputusan Nasabah dalam Pengambilan Kredit di PT. BPR Barelang Mandiri Batam”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat di
identifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Pelayanan yang bersaing antara BPR Barelang Mandiri dengan BPR lain. 2. Suku bunga yang bersaing antara BPR Barelang Mandiri dengan BPR lain. 1.2.2 Batasan Masalah Dalam penyusunan penelitian ini penulis membatasi masalah – masalah yang hanya ada hubungannya langsung dengan “Pengaruh Pelayanan dan Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Keputusan Nasabah dalam Pengambilan Kredit Di BPR Barelang Mandiri Batam” antara lain membahas mengenai pelayanan – pelayanan yang dilakukan untuk membuat debitur merasa puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan dan penawaran suku bunga kredit yang menarik untuk debitur. 1.3 Rumusan Masalah Dalam sebuah penelitian, terlebih dahulu harus menentukan masalah yang akan dipecahkan sebelum melakukan penelitian. Adapun pokok permasalahan yang akan dirumuskan dalam penulisan tugas akhir ini antara lain:
9
1. Apakah pelayanan berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT BPR Barelang Mandiri Batam ? 2. Apakah suku bunga kredit berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT BPR Barelang Mandiri Batam? 3. Apakah pelayanan dan suku bunga kredit berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT. BPR Barelang Mandiri Batam ?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT BPR Barelang Mandiri Batam. 2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT. BPR Barelang Mandiri Batam. 3. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan dan suku bunga kredit terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT. BPR Barelang Mandiri Batam.
1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya yang tertarik dengan masalah ini. 2. Manfaat Praktis
10
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dapat meningkatkan pelayanan yang diberikan dan menawarkan suku bunga kredit yang menarik kepada nasabah atau debitur.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori
2.1.1 Bank Lembaga keuangan di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga keuangan bank atau LKB dan lembaga keuangan bukan bank atau LKBB. Contoh lembaga keuangan bukan bank adalah asuransi, pegadaian, modal ventura, leasing, dan sejenisnya. Contoh lembaga keuangan bank adalah bank sentral, bank umum dan bank perkreditan rakyat atau BPR.Adapun beberapa definisi bank yang dikemukakan sesuai dengan tahap perkembangan bank.Untuk memberikan definisi yang tepat tentang bank dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian bank, yaitu: 1.
Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.
2.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
3. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
12
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan
bahwa
usaha
perbankan
meliputi
tiga
kegiatan,
yaitu
menghimpun
dana,menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Berikut di bawah ini adalah macammacam dan jenis-jenis bank yang ada di Indonesia beserta pengertian, fungsi, peranan dan kegiatan masing-masing bank.
2.1.2 Jenis - Jenis Bank Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan pencetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia. Berdasarkan pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank berdasarkan undang-undang, yaitu: 1.
Bank umum adalah Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka pendek.
2.
Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank sentral merupakan lembaga keuangan yang memiliki otoritas di bidang moneter
di samping otoritas lainnya seperti otoritas mengawasi dan membina bank – bank. Bank Sentral Negara Republik Indonesia adalah Bank Indonesia dengan status, fungsi dan peranannya diatur
13
oleh Undang – Undang Bank Sentral. Bank Umum dan BPR sering disebut bank komersial atau bank pelaksana karena bank yang mencari laba atau bank yang melaksanakan kebijakan bank sentral. Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro tabungan dan deposito.Balas jasa tersebut dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah.Kemudian penarikan lainnya dapat berupa cindera mata, hadiah, undian, atau balas jasa lainnya, semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang diberikan, maka akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat, sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.
2.1.3 Fungsi Pokok Bank Bank sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa - jasa keuangan baik kepada pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki dana bank - bank melakukan beberapa fungsi dasar sementara tetap menjalankan kegiatan rutinnya di bidang keuangan. Fungsi dasar bank dapat dilihat dari keterangan berikut. Bank memiliki fungsi pokok sebagai berikut (Dahlan Siamat, 2001:88). 1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. 2. Menciptakan uang. 3. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat.
14
4. Menawarkan jasa - jasa keuangan lain. 5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasiona. 6. Menyediakan pelayanan penyimpanan untuk barang – barang berharga. 7. Menyediakan jasa – jasa pengelolaan dana (Simpanan dan deposito)
2.1.4 Peranan Bank Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso(2006:11-12) dalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai peran penting dalam sistem keuangan, yaitu : 1. Pengalihan Aset (Asset Transmutation) Yaitu pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit defisit. Dimana sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank berperan sebagai pangalih aset yang likuid dari unit surplus (lender) kepada unit defisit (borrower). 2. Transaksi (Transaction) Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi.Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan.Untuk itu produk-produk yang dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, deposito, saham dan sebagainya)merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran. 3. Likuiditas (Liquidity) Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat
15
menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami kekurangan likuiditas. 4. Efisiensi (Efficiency) Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Disini bank hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.Adanya informasi yang tidak simetris (asymmetric information) antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk itu jelas peran bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi.
2.1.5 Kegiatan Bank 2.1.5.1.Bank Umum Kegiatan bank umum menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut: 1. Menghimpun Dana (Funding) Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan. Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis-jenis simpanan yang ada adalah sebagai berikut: a. Simpanan Giro (Demand Deposit), b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit),
16
c. Simpanan Deposito (Time Deposit),
2. Menyalurkan Dana (Lending) Sebelum kredit diluncurkan, bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah.Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi: a. Kredit Investasi, b. Kredit Modal Kerja, c. Kredit Perdagangan d. Kredit Produktif, e. Kredit Konsumtif, f. Kredit Profesi
3. Memberikan Jasa- Jasa Bank Lainnya (Services) Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini kegiatan ini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based semakin mengecil, bahkan cenderung negatif spread (bunga
17
simpanan lebih besar dari bunga kredit). Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat dilayani oleh suatu bank maka akan semakin baik.
2.1.5.2.Bank Perkreditan Rakyat Menurut Kasmir (2005:47),kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan Bank umum, hanya yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh lebih sempit. BPR dibatasi oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum.Keterbatasan kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut: 1. Menghimpun dana hanya dalam bentuk: - Simpanan Tabungan - Simpanan Deposito 2. Menyalurkan dana dalam bentuk : -
Kredit Investasi
-
Kredit Modal Kerja
-
Kredit Perdagangan Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan yang tidak
boleh dilakukan BPR. Larangan ini meliputi hal-hal sebagai berikut : - Menerima Simpanan Giro - Mengikuti Kliring - Melakukan Kegiatan Valuta Asing - Melakukan kegiatan Perasuransian
18
2.2. Kualitas Pelayanan Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Menurut Hasibuan (2007:152), Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu pihak ke pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah,adil, cepat, tepat dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerimanya. Kualitas menurut Fandy Tjiptono (2005:45) adalah Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Dari teori yang telah dikemukakan di atas, penulis berpendapat bahwa kualitas pelayanan merupakan segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan.
2.2.1. Indikator yang mempengaruhi kualitas pelayanan
19
Menurut Pasuaraman, Zeithaml, dan Berry dalam Hardiansyah (2011:46) mengemukakan bahwa terdapat 5 unsur yang menentukan kualitas jasa, yaitu : 1. Tangibles mencerminkan fasilitas fisik jasa seperti gedung kantor, ruangan dan petugas. 2. Reliability mencakup konsistensi dari penampilan dari keandalan jasa. 3. Responsiveness meliputi kesiapan dan kecepatan tanggapan petugas untuk menyediakan jasa. 4. Assurance meliputi keterampilan petugas, keramahan petugas, kepercayaan, keamanan dalam penggunaan jasa. 5. Empathy mencakup kemudahan komunikasi dan pemahaman terhadap kebutuhan konsumen .
2.2.2
Prinsip Pelayanan Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu perusahaan tertentu, faktor- faktor penentu
yang digunakan bisa berupa kombinasi dari faktor penentu kepuasan terhadap produk dan jasa. Dari teori diatas menunjukkan begitu pentingnya sebuah pelayanan. Pemerintah dalam hal ini memberikan perhatian khusus terhadap perbaikan pelayanan kepada masyarakat dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 (Ratminto dan Winarsih, 2007:22) bahwa penyelenggaran pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip yaitu: 1. Kesederhanaan Prosedur Pelayanan publik tidak tidak berbelit-belit,, mudah dipahami dan dilaksanakan. 2. Kejelasan, mencakup dalam hal ini : a. Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik. b. Rinciaan biaya dan tata cara pembayaran
20
c. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan, persoalan atau sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik. 3. Kepastian Waktu Pelaksanaan publik dapat diselesaikan dalam waktu kurun waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini harus ada kejelasan beberapa lama proses pelayanan ini diselesaikan.
4. Akurasi Produk Pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat harus benar, tepat dan sah. 5. Keamanan Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum. Tidak boleh terjadi intimidasi atau tekanan kepada masyarakat dalam pemberian pelayanan. 6. Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggara pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik. 7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika). 8. Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika. 9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
21
Pemberi layanan harus bersikap disiplin, sopan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. 10. Kenyamanan Lingkungan Pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parker, toilet, tempat ibadah dan lainnya 2.3 Suku Bunga Kredit Bank Menurut pendapat Kasmir (2004;121) Bunga bank diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.Menurut Kasmir (2004;133) mengatakan bahwa dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu: 1. Bunga simpanan Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai ransangan atau balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. 2.
Bunga pinjaman
Merupakan bunga yang diberikan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Besar kecilnya bunga pinjaman atau bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan maka semakin besar pula bunga
22
pinjaman dan demikian sebaliknya. Disamping bunga simpanan, besar kecilnya bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya.
2.3.1.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Sudirman (2013:184) bunga kredit bank adalah suku bunga yang diterima oleh bank (pemberi pinjaman atau kreditur) dari penerima pinjaman atau debitur. Secara umum, bersarnya suku bunga kredit ditentukan oleh pasar yaitu kekuatan antara pemberi dan penerima kredit. Dari sisi bank, yaitu dari pemberi penjaman atau kreditur, penentuan tingkat suku bunga kredit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Biaya Dana Bank atau Cost Of Fund Biaya dana merupakan dasar dalam penentuan suku bunga kredit di samping juga sebagai dasar dalam penentuan investasi dalam penempatan dana yang dilakukan oleh bank sehingga bank tetap likuid, solvabel dan profit. Biaya dana diukur dengan suku bunga dana. Jika suku bunga sejumlah dana tinggi, suku bunga kredit juga akan tinggi atau sebaliknya.Keputusan bank dalam membayar suku bunga saat ini dapat membantu dalam memproyeksikan suku bunga dana di masa datang. Biaya dana atau suku bunga dana dipengaruhi oleh struktur dari sumber dana di bank, misalnya giro, tabungan dan deposito. Masing – masing sumber dana atau sources of funds memiliki tingkat suku bunga atau borrowing rate yang berbeda – beda. Misalnya, suku bunga giro 3% setahun, suku bunga tabungan 4% setahun dan suku bunga deposito 7% setahun. Atas dana yang diproduktifkan setelah tersedianya cadangan likuiditas
23
bank menyebabkan biaya dana atau Cost of Fund yang meningkat. Sumber dana yang berbeda – beda sehingga struktur dana bank dapat dibedakan menjadi dana dengan suku bunga tinggi seperti dana deposito atau suku bunga rendah seperti giro dan dana intern dan ekstern bank. Dana yang ada di sebuah bank digunakan untuk kredit dan ditempatkan misalnya disimpan di lembaga lain dan ditanamkan misalnya dalam bentuk saham atau obligasi, di samping ada sejumlah dana yang masih belum digunakan sebagai cadangan likuiditas bank. Suku bunga dari seluruh dana yang digunakan sebagai kredit sehingga dapat menutup seluruh bunga dana yang dihimpun, disebut dengan biaya dana atas kredit yang disalurkan oleh bank atau cost of loanable fund. 2. Biaya Operasi Bank atau Bank Overhead Cost Dalam operasional sebuah bank, bank mengeluarkan biaya dengan jumah tertentu, seperti biaya tenaga kerja, sewa kantor, biaya penyusutan, biaya transpor, biaya promosi dan biaya lainnya. Semua biaya yang dikeluarkan oleh bank dibiayai dari pendapatan bank, yang salah satu pendapatannya berasal dari bunga kredit. Biaya operasional sebuah bank juga mempengaruhi suku bunga kredit. Jika biaya operasional sebuah bank adalah tinggi, maka suku bunga kredit juga akan tinggi dan sebaliknya. 3. Risiko Biaya atau Cost Risk Risiko biaya yang mungkin terjadi selama operasional bank juga mempengaruhi suku bunga kredit karena risiko tersebut harus dibiayai dari pendapatan bank, yang salah satunya berupa pendapatan dari bunga kredit, sehingga risiko biaya akan mempengaruhi suku bunga kredit. Jika risiko biaya itu rendah, kemungkinan suku bunga kredit juga rendah dan sebaliknya. Risiko biaya bank dapat diperinci menjadi risiko karena baki debit rata – rata harian yaitu
24
jumlah kredit rata – rata yang belum dilunasi oleh peminjam, penyisihan penghapusan aktiva produktif kolektibilitas kredit dan nilai jaminan kredit. 4. Keuntungan Bank Sebelum Pajak Keutungan bank ditentukan oleh jumlah bunga masuk di atas jumlah bunga dana, biaya operasi dan risiko. Jumlah keuntungan itu disebut dengan spread bunga, yaitu bunga atas baki debit rata – rata harian dikurangi dengan biaya harian (bunga dana harian, biaya operasional harian dan resiko harian). Keuntungan yang diinginkan oleh sebuah bank akan mempengaruhi suku bunga kredit. Jika bank menginginkan untung yang lebih besar, suku bunga kredit akan lebih tinggi atau sebaliknya. 5. Pajak Pajak atas bunga dana yang diterima oleh penyimpan dana juga mempengaruhi suku bunga dana sehingga mempengaruhi suku bunga kredit terutama kalau suku bunga dana ditanggung oleh bank, maka suku bunga kredit akan tinggi dan sebaliknya.
2.4 Keputusan Pengambilan Kredit Menurut Siagian dalam Hasan (2002:10) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN Menurut Simon dalam Hasan (2002; 24) proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga fase keputusan, yaitu sebagai berikut. 1. Fase intelegensia Merupakan fase penelusuran informasi untuk keadaan yang memungkinkan dalam rangka pengambilan keputusan. Jadi merupakan pengamatan lingkungan dalam pengambilan keputusan. Data dan informasi diperoleh, diproses dan diuji untuk mencari
25
bukti-bukti yang dapat diidentifikasi, baik yang pemasalahan pokok peluang untuk memecahkannnya. 2. Fase desain Merupakan fase pencarian/penemuan, pengembangan serta analisa kemungkinan suatu tindakan. Jadi merupakan kegiatan perancangan dalam pengambilan keputusan, fase ini terdiri atas sebagai berikut. - Identifikasi masalah Merupakan perbedaan antara situasi yang terjadi dengan situasi yang ingin dicapai. - Formulasi masalah Merupakan langkah di mana masalah dipertajam sehingga kegiatan desain dan pengembangan sesuai dengan permasalahan yang sebenarnya. 2.5 Hubungan Antara Variabel 2.5.1 Pengaruh Pelayanan kepada Keputusan Nasabah dalam Mengambil Kredit Menurut Zeithaml (1990 : 19) Service quality adalah kualitas layanan adalah ketidaksesuaian antara harapan atau keinginan konsumen dengan persepsi konsumen. Kualitas layanan mempunyai banyak karakteristik yang berbeda sehingga kualitas layanan sulit untuk didefinisikan atau diukur. Kualitas pelayanan menjadi hal utama yang perlu diperhatikan oleh para perusahaan perbankan. Pelayanan merupakan salah satu yang terpenting dalam suatu bank. Karena Pelayanan yang baik, nyaman, akan menjadikan nasabah betah atau senang untuk mengambil kredit di suatu bank dan mengambil kembali dikemudian hari.
2.5.2 Pengaruh Suku Bunga kepada Keputusan Nasabah dalam Mengambil Kredit Menurut Sudirman (2013:174) bunga kredit bank adalah suku bunga yang diterima oleh bank (pemberi pinjaman atau kreditur) dari penerima pinjaman atau debitur.Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau
26
menabung.Di samping itu, suku bunga juga mempengaruhi keputusan nasabah dalam penentuan pengambilan kredit.
2.6 Penelitian Terdahulu Pada bagian ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini:
1.Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012) dengan judul Pengaruh Lokasi, Pelayanan (X1) dan Prosedur Kredit (X2)Terhadap Keputusan Nasabah dalam Mengambil Kredit(Y) pada PD. BPR Bank Boyolali dengan metode Populasi dan Sampel.Hasilnya terdapat pengaruh signifikan Pelayanan terhadap Keputusan Nasabah dalam Mengambil kredit, hal ini ditunjukkan koefisien korelasi (rx2y) sebesar 0,112 dan koefisien determinan (r2x 2y) sebesar 0,013, r-tabel sebesar 0,061 dan harga t-hitung 5,97 > ttabel sebesar 2,048. Selain itu diketahui bahwa rx2y lebih besar dari r-tabel (0,112 > 0,061) yang berarti bahwa hipotesis yang telah diajukan diterima. 2.Penelitian yang di lakukan oleh Koni’ah (2011), dengan judul Pengaruh Promosi(X1) dan Kualitas Pelayanan(X2) Terhadap Keputusan Pembelian (Y) Asuransi Jiwa Pendidikan Pada AJB Bumi Putra 1912 Pekanbaru Cabang Sukajadi dengan metode Populasi dan Sampel.Hasilnya menunjukan semua variabel independen (Promosi dan kualitas pelayanan), mengalami pengaruh signifikan terhadap keputusan Pembelian. Hal ini dapat dilihat pada nilai F (28,297) dengan hitung signifikan 0,000 dengan tingkat kealpaan sebesar 0,05. Sehingga terbukti
variabel
bebas
(Promosi
dan
berpengaruhterhadap variabel terikat (Penjulan).
Kualitas
pelayanan)
secara
bersama-sama
27
3. Penelitian yang di lakukan oleh Novilinda Herawaty,dengan judul Pengaruh Pelayananan(X1) Jasa Terhadap Keputusan Pembelian(Y) Tiket Pesawat Pada Pt.Dayakindo Kalimantan Timur dengan metode Populasi dan Sampel.Hasilnya penelitian ini, pelayanan yang tidak pernah salah dan Karyawan memberikan pelayanan dengan penuh pelayanan yang baik, koefisien regresinya adalah positif 0,612 terhadap variabel keputusan pembelian tiket pesawat. 4. Penelitian yang di lakukan oleh Riyogo Adi Nugroho, dengan judul Pengaruh Strategi Diferensiasi(X1) Produk, Merek(X2), dan Promosi(X3) Terhadap Keputusan Pembelian(Y) Sepeda Motor Satria F150: Hyper Underbone dengan metode Populasi dan Sampel.Hasilnya analisis regresi secara parsial menunjukkan p value nilai t variabel diferensiasi produk sebesar 0,000, sedangkan p value nilai t variabel merek sebesar 0,001 dan p value nilai t variabel promosi sebesar 0,000. Secara simultan p value nilai F variabel diferensiasi produk, merek, dan promosi sebesar 0,000. Berdasarkan hasil analisis data dapat dikatakan bahwa variabel diferensiasi produk, merek, dan promosi baik secara parsial maupun simultan berpengaruh secara positif terhadap keputusan pembelian sepeda motor Satria F150: Hyper Underbone. 5.Penelitian yang dilakukan oleh Anjar Rahmulyono (2008),dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Puskesmas Depok I di Sleman dengan metode metode Populasi dan Sampel.Hasilnya semua variabel dari dimensi kualitas pelayanan ( Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy, Tangible ) secara bersama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien/pelanggan Puskesmas Depok I Sleman. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis alternative ( Ha ) dapat diterima dan hipotesis nihil ( Ho ) ditolak, pengaruhnya yang paling besar adalah variabel Assurance ( 1.046 ) diikuti Reliability ( 1.040 ), Tangible ( 1.025 ), Responsiveness ( 1.005 ), Empathy ( 0.708 ) terhadap kepuasan pelanggan. Hasilnya adalah R 2 sebesar ( 0.464 ) menunjukkan bahwa 46,4% variabel
28
kepuasan pelanggan dapat dijelaskan oleh service quality yaitu Reliability, Responsiveness, Assurance,Empathy, dan Tangible sedangkan sisanya 53,6% lainnya dijelaskan variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.
2.7 Kerangka Pemikiran Keputusan yang tepat sangat penting dalam mengambil kredit pada bank.Keputusan ini bermaksud agar tidak adanya hambatan besar maupun kecil pada saat mengambil kredit dikemudian hari, sehingga perlu diambil suatu keputusan yang sangat tepat. Pada saat mengambil kredit pada bank, bank juga harus meningkatkan sarana dan pra sarana mengambil kredit dan meningkatkan suasana dan kinerja bank yang baik dan nyaman untuk nasabah dalam melakukan transaksi - transaksi mengambil kredit. Oleh karena itu pimpinan sebuah bank juga perlu meningkatkan pelayanan yang baik dalam melayani nasabah pada saat mengambil kredit. Menurut Kotler (2008:83) pelayanan diartikan sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.Ketika mengambil kredit diperlukan ketelitian pada saat mengambilkredit agar nantinya tidak kecewa mengambil kredit dan tidak telat pada saatmengembalikannya, pada saat jatuh tempo yang ditentukan oleh bank. Di dalam keputusan pengambilan kredit, suku bunga kredit juga merupakan salah satu pertimbangan yang tidak kalah penting dianalisa oleh nasabah. Semakin menarik tingkat suku bunga yang ditawarkan, semakin meyakinkan pula untuk nasabah dalam penganalisaan pengambilan kredit tersebut.
29
Kredit merupakan salah satu kegiatan pokok Bank Perkreditan Rakyat Barelang Mandiri Batam selain tabungan dan deposito, dengan ini dalam melakukan penilaian daribeberapa calon nasabah kredit harus berhati-hati dalam mengambil keputusanyang harus dapat dipertanggung jawabkan agar salah satu pihak nantinya tidak ada yang merasa dirugikan.
Kualitas pelayanan (X1)
1
1. Tangible 2. Reliability Variabel Independen 3. Responsiveness 4. Assurance 5. Emphaty
H1
Keputusan Pengambilan Kredit (Y) H3
H2
Suku Bunga Kredit (X2)
1. Suku bunga dari BPR BM ringan 2. Suku bunga sesuai kemampuan nasabah 3. Suku bunga bersaing dengan BPR lain 4. Suku bunga sesuai 2.8 Hipotesis dengan plafon pinjaman
Menurut Sugiyono
H2
1. Alternatif tempat pemilihan Kredit 2. Adanya produk yang sesuai 3. Rekomendasi dari orang lain
Gambar 2.1 Model Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:96) merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
30
baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Melihat dari masalah yang ada dan dalam kaitannya dengan hipotesis, dapat dijabarkan sebagai berikut: H₁: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT. BPR Barelang Mandiri Batam. H₂: Suku bunga kredit berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT. BPR Barelang Mandiri Batam. Hз: Kualitas pelayanan dan suku bunga kredit berpengaruh terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT.BPR Barelang Mandiri Batam.
31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini berpendekatan kuantitatif, berjenis deskriptif dan asosiatif.
Dikatakan
pendekatan kuantitatif sebab pendekatan yang digunakan di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisa data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena bertujuan membuat pencanderaan/ lukisan/ deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara sistematik, faktual dan teliti (Ginting, 2008:55). Sedangkan dikatakan sebagai penelitian asosiatif karena penelitian ini menghubungkan dua variabel atau lebih (Ginting, 2008:57).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian dengan mengambil objek penelitian pada PT. BPR Barelang Mandiri Batam Jln.Raja H.Fisabillah komplek Pertokoan Palm Spring blok B. No.9-10,Batam Centre.
3.2.2 Waktu penelitian Waktu penelitian yang akan dilakukan di lokasi tersebut selama kurang lebih (3) bulan,dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2016 terhitung dari persiapan yang kemudian
32
disusul dengan konsultasi judul, pengajuan judul skripsi, pengajuan proposal dan proses pembuatan skripsi yang berlangsung.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi menurut Sugiyono (2013: 80), populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah yang mengajukan kredit kepada BPR Barelang Mandiri dan diproses oleh penulis. Sehubungan dengan faktor keterbatasan waktu dan biaya, jumlah populasi yang diambil dari hasil pencapaian target account officer adalah 75 nasabah yang mendapatkan kredit dari BPR Barelang Mandiri Batam.
3.3.2 Sampel Menurut Priyatno (2010:81) sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah populasi) atau bagian dari populasi yang akan diteliti. Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode Nonprobability Sampling dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja debitur yang dipilih untuk dijadikan sampel. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:134) menyatakan: “Apabila subyeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Jika jumlah
33
subyek besar maka diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih”. Mengingat jumlah populasi diambil dari hasil pencapaian kredit pada nasabah penulis, hanya sebesar 75 nasabah, maka layak untuk diambil keseluruhan untuk dijadikan sampel tanpa harus mengambil sampel dalam jumlah tertentu. Sampel dalam penelitian ini hanya 75 nasabah. Sehingga sampel dari penelitian ini adalah seluruh nasabah yang diproses oleh penulis. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sensus, karena populasi kurang dari 100 orang.
3.4 Definisi Operasional Variabel Menurut Sugiyono (2010: 31) variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi dengan hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen), menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi: 1. Variabel bebas (Independent) Variabel bebas (independent) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari kualitas pelayanan dan tingkat suku bunga kredit. 2. Variabel terikat (dependent) Variabel terikat (dependent) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT BPR Barelang Mandiri Batam. Definisi Operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
34
1. Pengaruh pelayanan adalah tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut adalah untuk memenuhi keinginan atau harapan nasabah. 2. Tingkat suku bunga adalah untuk mengetahui tingkat suku bunga terhadap pengaruh keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT. BPR Barelang Mandiri Batam. 3. Pengaruh pelayanan dan tingkat suku bunga terhadap keputusan nasabah dalam pengambilan kredit di PT. BPR Barelang Mandiri Batam.
Tabel 3.1 Variabel, definisi dan indikator penelitian Variabel Menurut
Definisi Fandy
Indikator Tjiptono 1. Karyawan bersikap ramah
(2005:45) definisi Suatu kondisi dinamis
Kualitas pelayanan
yang
dan sopan.
berhubungan 2. Kualitas
dengan produk, jasa, manusia,
cepat
proses dan lingkungan yang
keluhan
memenuhi harapan.
atau
pelayanan
dalam
yang
menanggapi
melebihi 3. Fasilitas fisik, kenyamanan ruang tunggu, dan peralatan yang baik. 4. Kualitas pelayanan yang baik dan tepat waktu. 5. mengetahui nasabah
kebutuhan
35
Menurut Sudirman (2013:184) 1. Tingkat suku bunga ringan bunga kredit bank adalah bunga 2. Tingkat suku bunga sesuai kredit bank adalah suku bunga Suku Bunga Kredit
yang
diterima
oleh
(pemberi
pinjaman
kreditur)
dari
dengan kemampuan nasabah.
bank 3. Tingkat atau
Suku
Bunga
bersaing dengan BPR lain.
penerima 4. Tingkat Suku Bunga Kredit
pinjaman atau debitur.
sesuai
dengan
plafon
pinjaman. Menurut Siagian dalam Hasan, 1. Alternatif pemilihan tempat (2002:10) keputusan
pengambilan adalah
mengambilan Kredit.
suatu 2. Adanya kesesuaian produk
pendekatan yang sistematis yang diinginkan Keputusan Pengambilan terhadap hakikat alternatif yang 3. Rekomendasi dari orang lain Kredit dihadapi dan mengambil tindakan perhitungan
yang
menurut merupakan
tindakan yang paling tepat.
3.5 Data Penelitian 3.5.1
Sumber Data
Dalam penelitian ini melakukan analisis data menggunakan metode kuantitatif. Data yang dikumpulkan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik yang berasal dari perusahaan tempat penulis melakukan penelitian maupun dari sumber-sumber lain yang ada kaitannya dengan judul tugas akhir ini. 1. Data Primer
36
Data yang diperoleh langsung dari sumber yang bersangkutan, Dengan membagikan kuesioner kepada nasabah di PT.BPR Barelang Mandiri Batam. 2. Data Sekunder Data sekunder data yang diperoleh secara resmi dari perusahaan seperti data perusahaan serta teori-teori yang diperoleh dari buku-buku dan literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian. 3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam setiap penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data dan dalam proses pengumpulan data tersebut akan menggunakan satu atau beberapa metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang akan dilakukan. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data tersebut.Dalam teknik pengumpulan data ini penulis mengggunakan pendekatan teknis kuesioner atau lebih dikenal dengan angket merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan (Sukardi, 2010:76). Teknik angket menggunakan instrumen angket pula. Ada beberapa jenis kuesioner yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan data, yaitu:
a. Kuesioner Tertutup Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah disediakan sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah tersedia. b. Kuesioner Terbuka Merupakan angket atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk memberikan pendapat sesuai dengan keinginan mereka.Menurut Sugiyono (2012:137), kuesioner
37
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam setiap penelitian, masalah penggunaan alat pengukur (instrumen) perlu mendapat perhatian agar dapat diharapkan bahwa hasil yang diperoleh adalah benar dan dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dari masalah yang diselidiki.
3.6.1 Uji Kualitas Data Untuk mempermudah pengujian validitas dan reliabilitas butir-butir pertanyaan penelitian, pembentukan garis regresi beserta pengujian hipotesis penelitian menggunakan alat bantu SPSS versi 20.
3.6.1.1 Uji Validas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat ke validitas atau kestabilan suatu instrument. Menurut Susetyo (2011 : 89), validitas isi adalah validitas yang akan mengecek kecocokan diantara butir – butir tes yang dapat dibuat dengan indikator, materi, atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
38
Digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan terklarifikasi pada variabel-variabel yang telah ditentukan. Kriteria valid atau tidak adalah jika korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan di bawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali 2009 : 49). Validitas menunjukkan sejauh mana perbedaan yang didapatkan melalui alat pengukur mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya di antara responden yang diteliti.Dalam menentukan kelayakan atau tidaknya suatu item yang akan digunakan biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien kolerasi pada taraf 0.05. Artinya suatu item dianggap memiliki tingkat keberterimaan atau valid jika memiliki kolerasi signifikan terhadap skor total item. Rumus :
Keterangan:
r = koefisien korelasi
x = skor item
y = skor total dari y
39
n= jumlah banyaknya subjek
Nilai uji akan dibuktikan dengan menggunakan uji dua sisi pada taraf signifikan 0,05. Kriteria diterima dan tidaknya suatu data valid atau tidak, jika:
Jika r hitung α≥ r tabel maka item-item pada pertanyaan dinyatakan berkolerasi signifikan terhadap skor total item ersebut, maka item dinyatakan valid.Jikar hitung < r tabel maka itemitem pada pertanyaan dinyatakan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total item tersebut, maka item dinyatakan tidak valid. Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Pelayanan (X1) Pernyataan Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15
rhitung 0.682 0.670 0.649 0.685 0.720 0.592 0.558 0.504 0.499 0.534 0.432 0.488 0.516 0.463 0.413
rtabel 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272 0,2272
Validitas (status) Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Suku Bunga Kredit (X2) Pernyataan
rhitung
rtabel
Validitas (status)
Item 1 Item 2
0.547 0.624
0,2272 0,2272
Valid Valid
40
Item 3
0.674
0,2272
Valid
Item 4
0.578
0,2272
Valid
Item 5
0.516
0,2272
Valid
Item 6
0.652
0,2272
Valid
Item 7
0.547
0,2272
Valid
Item 8
0.635
0,2272
Valid
Item 9
0.392
0,2272
Valid
Item 10
0.666
0,2272
Valid
Item 11
0.585
0,2272
Valid
Item 12
0.555
0,2272
Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Tabel 3.4 Hasil Uji validitas variabel keputusan kredit (Y)
Pernyataan Item 1 Item 2
rhitung 0.394 0.688
rtabel 0,2272 0,2272
Validitas (status) Valid Valid
Item 3
0.640
0,2272
Valid
Item 4
0.376
0,2272
Valid
Item 5
0.564
0,2272
Valid
Item 6 Item 7
0.652 0.586
0,2272 0,2272
Valid Valid
Item 8
0.564
0,2272
Valid
Item 9
0.513
0,2272
Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
41
Uji validitas dihitung dengan memandingkan nilai rhitung(correlated item – total correlation) dengan nilai rtabel.Jika rhitung> rtabel dan nilai positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Ghozali: 2005:87). Dari semua pertanyaan untuk masing-masing variabel (pelayanan, suku bunga kredit dan keputusan kredit) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai r hitung yang lebih besar dari r tabel,
sehingga dapat dikatakan bahwa semua konsep pengukur semua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Valid.
3.6.1.2 Uji Reliabilitas
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2010 : 86). Dalam hal ini Susetyo (2011 : 109) menjelaskan bahwa “Realibilitas konsistensi internal didasarkan pada skor yang diperoleh dari satu perangkat ukur dengan satu kali pengukuran pada peserta tes. Menurut Ghozali ( 2009 : 45 ) Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistic Cronbach Alfa (a).Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa> 0.60. Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliable (Ghozali 2009 : 45 – 46).
Metode uji yang sering digunakan pada skala likert adalah metode cronbach's alpha. Data dikatakan reliabel apabila r alpha positif dan r alpha > r tabel df = (α, n-2).Untuk mencari
42
besaran angka reliabilitas dengan menggunakan metode conbrach alpha dapat digunakan suatu rumus sebagai berikut:
Rumus :
=
1
1
∑
Keterangan:
∑
r
= reliabilitas intrumen
k
= banyaknya item pertanyaan atau pernyataa
= jumlah varian butir
= jumlah varian total Tabel 3.5 Hasil uji reliabilitas variabel Pelayanan (X1)
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Tabel 3.6 Hasil uji reliabilitas variabel suku bunga Kredit (X2)
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Tabel 3.7 Hasil uji reliabilitas variabel keputusan kredit (Y)
43
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Hasil pada Tabel 3.5 hingga Tabel 3.7 tersebut diatas menunjukkan bahwa variabel pelayanan, suku bunga dan keputusan kredit mempunyai koefisien Alpha lebih besar dari 0,60, sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur variabel pelayanan, suku bunga dan keputusan kredit yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.
3.6.2
Uji Asumsi Klasik Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi
linier berganda yaitu melihat pengaruh promosi dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian. Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedestisitas ,uji autokorelasi , dan uji linearitas.
3.6.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji statistik KolmogorovSmirnov Test.Residual berdistribusi normal jika memiliki nilai signifikansi >0,05 (Imam Ghozali, 2011: 160-165).
44
3.6.2.2 Uji Multikolinieritas
Menurut Imam Ghozali (2011:105) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara
individual
variabel-variabel
independen
banyak
yang
tidak
signifikan
mempengaruhi variabel dependen. b. Menganalisis metrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berati bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakala yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinieritas adalah nilai ol an ≤ 0,10 atau ama d ngan nilai VIF ≥10.
45
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2011:139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residu suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke, sedang dan besar). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah dipredisi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis adalah:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.6.2.4 Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2011:110) “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi, model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
3.6.2.5 Uji Linearitas Menurut Sugiyono (2012:265) Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai
46
penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas. Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier.
3.6.3
Analisis Deskriptif Setelah ditetapkan indikator dari variabel yang ada, maka langkah selanjutnya atas
variabel-variabel tersebut.Adapun pengukuran yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden adalah dengan menggunakan skala likert.Menurut Arikunto (2010 : 3) menjelaskan bahwa Analisis deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat
47
positif samapai sangat negatif. Untuk keperluan dianalisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor misalnya:
Tabel 3.8 Skala Likert Keterangan SS (sangat setuju) S (setuju) R (ragu-ragu) TS (tidak setuju) STS (sangat tidak setuju)
5 4 3 2 1
3.7 Pengujian Hipotesis Hipotesis
adalah
pernyataan
mengenai
sesuatu
hal
yang
harus
diuji
kebenarannya.Hipotesis ini dapat dimunculkan untuk menduga suatu kejadian tertentu dalam suatu bentuk persoalan yang dianalisis dengan menggunakan analisis regresi.Adapun pengujian hipotesis ini terdiri dari analisis regresi.Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yakni:
3.7.1
Uji-T (Regresi Parsial)
Menurut Imam Ghozali (2011 : 97) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen.Langkah-langkah pengujian diawali dengan membuat formulasi hipotesis sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
48
Ho: bi = 0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen (X1, X2) terhadap variabel dependen (Y). Ha: bi < 0, artinya ada pengaruh negatif antara variabel independen (X1, X2) terhadap variabel dependen (Y). Ha: bi > 0, artinya ada pengaruh positif antara variabel independen (X1, X2) terhadap variabel dependen (Y). 2. Menentukan tingkat signifikan dengan tabel. 3. Mencari t hitung dengan rumus:
Rumus Uji-T (Regresi Parsial)
t hitung =
bi Sbi
Keterangan :
bi
=
Koefisien regresi variabel independen ke i.
Se bi
=
Standar error koefisien regresi variabel independen ke i.
4. Keputusan Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak
3.7.2 Uji-F (Regresi Simultan)
49
Menurut Imam Ghozali (2011 : 97) Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. 1. Rumusnya adalah F=
R2 / K
Rumus Uji-F (Regresi Simultan)
(1- R2) / (n-k-1)
Keterangan: F = F hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan F table. 2 R = Korelasi parsial yang ditemukan. N = Jumlah sampel. K = Jumlah Variabel bebas. 2. Dasar pengambilan keputusan pengujian: a. Jika F hitung > F table maka H0 ditolak. b. Jika F hitung < F table maka H0 diterima.
3.7.3
Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda digunakan untuk meramal suatu variabel dependen (Y) berdasarkan dua variabel independen dalam suatu persamaan linier.Model regresi disini memasukkan dua variabel indepnden yaitu Kedisiplinan Kerja dan Pelatihan. Persamaan regresi yang digunakan adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Rumus Analisis Regresi Linier Berganda
50
Y =
Keputusan Pembelian
X1 =
Promosi
X2 =
Kualitas Pelayanan
b1 =
Koefisien variabel independent X1
b2 =
Koefisien variabel independent X2
a =
Konstanta
e =
Error
3.7.4 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Menurut Imam Ghozali (2011 : 97) Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Jika koefisien determinasi (R2) = 1, artinya variabelvariabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Jika koefisien determinasi (R2) = 0, artinya variabel independen tidak mampu menjelaskan variasi-variasi dependen.