e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)
PENGARUH PELATIHAN RUNNING INTERVAL 30 METER DENGAN RASIO KERJA ISTIRAHAT 1:3 DAN 1:5 PENINGKATAN KARDIOVASKULER I Gede Beni Sanjaya, I Ketut Yoda, I Nyoman Sudarmada Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan running interval 30 meter dengan rasio kerja dan istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian the nonrandomized pretestposttest control group design. Subjek penelitian sebanyak 39 orang siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja yang dibagi menjadi tiga kelompok dengan teknik ordinal pairing berdasarkan hasil pretest. Daya tahan kardiovaskuler diukur dengan multistage fitnes test. Hasil analisis menunjukan adanya perubahan nilai rata-rata pada variable daya tahan kardovaskuler. Pada kelompok perlakuan 1:3 meningkat sebesar 4,984, pada kelompok perlakuan 1:5 meningkat 2,807 dan pada kelompok kontrol meningkat 0,669. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t-independent dari kelompok perlakuan 1:3 diperoleh nilai thitung sebesar 7.269 dengan signifikansi hitung 0,000 dan data hasil dari kelompok perlakuan 1:5 diperoleh nilai thitung sebesar 4.233 dengan nilai signifikansi hitung 0,000 yang menunjukan nilai α < 0,05 maka terdapat peningkatan dari masing-masing kelompok. dari data hasil UjiF terhadap daya tahan kardiovaskuler diperoleh nilai Fhitung sebesar 27.567 dengan nilai signifikansi hitung 0,000 α < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Maka dilakukan uji least significant difference untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan lari interval dengan rasio kerja dan istirahat 1:3 dan 1:5 berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler, berdasarkan hasil uji (LSD) dengan rasio kerja dan istirahat 1:3 lebih baik pengaruhnya untuk peningkatan daya tahan kardiovaskuler.
ABSTRAC This study was aimed to identify the effect of interval running 30 metres distance training with work ratio and recovery 1:3 and 1:5 toward the cardiovascular endurance. The type of the research is quasi experiment. This study was designed in the nonrandomized pretest-posttest control group design. There were 39 basketball extracurricular students from SMP Negeri 2 which were divided into three groups decided by ordinal pairing technique based on the results of pre-test. Cardiovascular endurance was measured by multistage fitnes test. Based on result of analysis using t-Independent test of treatment group 1:3 obtained tmeasure amounted to 7.269 with significance value 0,000 and the test result data tmeasure of treatment group 1:5 obtained tmeasure amounted to 4,233 with the significance value 0,000, wich the value of α < 0,05 then there is an increase of each group, The results of the analysis indicate a change of average variable cardiovascular endurance, in the treatment group 1:3 increased 4,984, the treatment group 1:5 increased 2,807 and the control group increase 0,699 And the next test is least significance difference to know wich better effect to increase cardiovascular endurance. Based of (LSD) data can be concluded that the running interval 1;3 better effect to increase cardiovascular endurance. Suggestion tha can be conveyed is that this research could be used as a reference in the implementation of training or further study. Keywords: interval running training, cardiovascular endurance
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) PENDAHULUAN Dalam melakukan aktivitas olahraga, terlebih lagi dalam upaya mencapai prestasi, seorang olahragawan berusaha untuk mengerahkan kemampuan fisik maupun mental semaksimal mungkin. Faktor fisik dan daya tahan yang baik sangat mempengaruhi dalam setiap kegiatan olahraga karena dalam aktivitas setiap olahraga kemampuan daya tahan sangat menunjang penampilan. Daya tahan merupakan kemampuan bekerja dan berlatih untuk melawan kelelahan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Indrayana (2012:4) daya tahan dapat digunakan sebagai tolak ukur dari kondisi fisik seseorang artinya semakin baik daya tahan yang dimiliki, semakin baik pula kondisi fisik orang tersebut begitu pula sebaliknya. Menurut Irianto (2002:65) kondisi fisik merupakan pondasi dari prestasi khususnya dalam bidang olahraga sebab teknik, taktik, dan mental akan berkembang dengan baik apabila memiliki kualitas fisik yang baik pula. Pendapat ini ditegaskan kembali oleh Kardjono (2008:6) yaitu kondisi fisik berpengaruh pada semua kegiatan manusia sehari-hari sehingga dapat menghasilkan produktivitas kerja yang maksimal dan mempengaruhi aspekaspek kejiwaan seperti peningkatan motivasi kerja dan rasa percaya diri sehingga perlu adanya suatu pelatihan kondisi fisik yang sistematis, terencana, dan progresif agar dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil observasi awal melalui wawancara dengan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) di sekolah SMP Negeri 2 Singaraja, Salah satunya pada kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola basket, peserta diberikan pelatihan passing dan pelatihan dasar lainnya. Dilihat dari aktivitasnya siswa kebanyakan cepat merasa lelah walaupun kegiatan ekstrakurikuler belum sampai pada pelatihan inti. Penurunan daya tahan siswa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya pembinaan yang mengarah pada peningkatan kondisi fisik. Pelatihan yang diberikan lebih menonjol ke
pelatihan teknik, dan pelatihan yang diberikan untuk peningkatan kemampuan daya tahan kurang berimbang, upaya pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kondisi fisik khususnya terhadap daya tahan kardiovaskular perlu ditingkatkan untuk menunjang kekuatan daya tahan atlet, dimana pada masa adolesensi merupakan masa yang paling tepat untuk peningkatan daya tahan kardiovaskular, dimana pada masa menjelang adolensensi yang berkisar dari umur 12 sampai 20 tahun, gerak yang makin kompleks bisa dikuasai dengan kemampuan memanfaatkan keterampilan gerak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu berbagai organ tubuh dan fisik mencapai puncak kematangannya. Disinilah berbagai prestasi yang memerlukan keterlibatan fisik secara total dapat dilakukan secara maksimal (Swadesi, 2009: 6). Dengan melihat fenomena yang ada, peneliti mencoba menawarkan suatu pelatihan fisik agar dapat memberikan solusi dari permasalahan yang ada di sekolah SMP Negeri 2 Singaraja dengan pelatihan fisik yang sesuai dengan cabang olahraga yang akan dikembangkan. Salah satu pelatihan fisik yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan khususnya daya tahan kardiovaskuler adalah metode pelatihan interval. Pelatihan interval merupakan sistem pelatihan fisik yang diselingi adanya interval – interval berupa masa istirahat. Pada pelatihan ini lebih mengutamakan pemberian waktu istirahat (interval) antar set. Sasaran utama dari pelatihan ini adalah kebugaran jasmani maupun mental (Sukadianto, 2005:70). Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pada pelatihan ini yaitu: (1) jarak, (2) jumlah pengulangan, (3) kecepatan lari (pace), (4) waktu istirahat. Pada pelatihan ini, lebih dominan mempergunakan sistem energi anaerob yang berpengaruh terhadap aspek fisiologis, biomekanik, dan psikologis dimana sumber energi yang digunakan pada pelatihan ini adalah aktivitas fisik berdurasi pendek dengan intensitas tinggi. Dimana kebutuhan tubuh akan oksigen melebihi pasokan oksigen yang tersedia.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) Pelatih erkenal menganjurkan pelatihan ini karena hasilnya yang positif terutama bagi pengembangan daya tahan kardiovaskuler. Pelatihan ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk aktivitas salah satunya adalah dengan cara berlari. Pendapat tersebut diperkuat dengan beberapa hasil penelitian diantaranya adalah: menurut Indrayana (2012:1) pelatihan interval secara signifikan berpengaruh dalam meningkatkan daya tahan kardiovaskuler. Menurut Yufita (2012:1) pelatihan interval memiliki pengaruh yang lebih tinggi untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskuler. Pelatihan interval pada penelitian ini termasuk pelatihan interval jarak dekat dengan cara berlari pada lapangan rata dan permukaan tidak licin. Istirahat yang digunakan adalah istirahat aktif seperti jalan atau jogging, dengan waktu istirahat yang sudah ditentukan. Otot yang paling banyak berperan pada pelatihan ini adalah muskulus gastrocnemius, muskulus fibularis dan beberapa otot lengan seperti muskulus biseps, muskulus triseps brachii. Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “pengaruh pelatihan running interval jarak 30 meter dengan rasio kerja dan istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja. Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah, 1) Apakah pelatihan running interval jarak 30 meter dengan rasio kerja dan istirahat 1:3 berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016?, 2) Apakah pelatihan running interval jarak 30 meter dengan rasio kerja dan istirshat 1:5 berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016?, 3) Apakah ada perbedaan pengaruh pelatihan running interval jarak 30 meter dengan rasio kerja dan istirahat 1:3 dan 1:5
terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016?. Tujuan dari penelitian ini adalah, 1) Untuk mengetahui pengaruh pelatihan running interval jarak 30 meter dengan rasio kerja istirahat 1:3 terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016, 2) Untuk mengetahui pengaruh pelatihan running interval jarak 30 meter dengan rasio kerja istirahat 1:5 terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016, 3) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pelatihan running interval jarak 30 meter dengan rasio kerja istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler pada siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Pelatihan merupakan suatu gerak fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulangulang dalam jangka yang lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala,1998:1). Secara ringkas pelatihan fisik dapat diartikan sebagai suatu bentuk latihan yang terprogram, dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dalam durasi lama untuk meningkatkan kapasitas fungsional tubuh. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kondisi fisik guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam olahraga ada beberapa komponen fisik yang dapat meningkatkan prestasi atlet secara maksimal. Adapun komponen tersebut yaitu kekuatan, daya tahan, daya ledak, kelincahan, ketepatan, kecepatan, waktu reaksi, kelentukan, koordinasi dan keseimbangan. Prinsip pelatihan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelatihan agar tercapai tujuan dari latihan yang dilakukan. Prinsip-prinsip latihan akan
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Selain itu, akan menghindarkan olahragawan dari rasa sakit dan timbulnya cedera selama dalam proses latihan (Sukadiyanto, 2005:12). Pelatihan ini menerapkan sistem beban berlebih karena, pemberian beban dalam pelatihannya dilakukan secara progresif dengan penambahan jumlah set di setiap minggu pemberian pelatihan, prinsip reversibility karena melihat situasi lapangan yang terbuka sehingga apabila hujan, ekstrakurikuler tidak dapat dilaksanakan. Inilah yang menyebabkan siswa berhenti berlatih selama beberapa hari bahkan bisa mencapai waktu yang lama, latihan bersifat progresif artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke sukar, sederhana ke komplek, umum ke khusus, bagian keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas dilaksanakan secara berkelanjutan, program latihan yang baik disusun secara variatif untuk menghindari kejenuhan, keengganan, dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis, keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh pembebanan yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan, sehingga beban latihan yang diberikan benar benar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, dan skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi latihan. Setiap periodisasi memiliki penekanan tujuan latihan yang berbeda baik dalam aspek fisik, teknik, taktik maupun psikologis. Suatu pelatihan akan memberikan dampak yang besar apabila latihan yang dilakukan sesuai dengan sistematika pelatihan. Selain untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penerapan sistematika pelatihan ini dilakukan untuk mengantisipasi cidera saat latihan berlangsung. Ada dua tahapan yang harus diterapkan dalam melaksanakan suatu pelatihan fisik yaitu tahap pemanasan (warm-up) yang bertujuan untuk meningkatkan panas tubuh melalui metabolisme dalam sel otot yang terdiri dari peregangan (stretching), calisthenics, formal activity, dan tahap pendinginan
(warm-down). Dalam penelitian ini intensitas pelatihan yang digunakan adalah 70%-80% dari denyut nadi optimal (DNO), dengan pertimbangan subjek penelitian ini adalah orang-orang yang belum menjadi atlet dalam aktivitas olahraga yang memiliki umur berkisar 16-18 tahun. Dengan intensitas tersebut tidak akan membahayakan bagi tubuh karena pelatihan diberikan berdasarkan denyut nadi optimal. Predominan sistem energi yang digunakan dalam pelatihan ini adalah sistem anaerob karena dalam pelatihan ini menggunakan power dan kecepatan gerak yang tinggi. Menurut Nala (1998:45) “intensitas latihan ini berdasarkan atas durasi atau lama aktivitas dan sistem energi yang digunakan. Yang dipergunakan sebagai patokan ukuran adalah frekuensi denyut jantung atau denyut nadi”. Metode pelatihan interval merupakan metode yang paling populer untuk meningkatkan kualitas fisik yang merupakan pondasi untuk mencapai prestasi bagi olahragawan. Pelatih-pelatih terkenal menganjurkan pelatihan ini karena hasilnya yang positif terutama bagi pengembangan daya tahan maupun stamina. Pada pelatihan ini, lebih diutamakan pemberian waktu interval (istirahat) pada setiap set. Dalam pelatihan ini, masa interval atau istirahat harus menjadi perhatian yang khusus. Ada istilah yang menyebutkan bahwa “the art of resting as important as the art of training”. Dapat diartikan bahwa, dalam pelatihan ini pemberian waktu istirahat sama pentingnya dengan pemberian waktu pelatihan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek penelitian Jenis eksperimen yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu (quasi experimental) yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Kadang di dalam suatu penelitian, karena
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) satu dan lain hal, randominasi tidak dapat dilaksanakan, sebaliknya dipihak lain randominasi dapat dilakukan tetapi tidak dapat diperoleh kelompok kontrol (Kanca, 2010: 93). Rancangan penelitian adalah rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisa data untuk memberi arti terhadap data tersebut secara efektif dan efisien. Tahapan dalam rancangan penelitian meliputi penentuan alat (instrumen) pengambil data yang akan digunakan, cara pengumpulan dan pengaturan data, analisis data yang akan digunakan, dan pemberian kesimpulan atas hasil analisis yang sudah dilakukan (Kanca, 2010: 55). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan the nonrandomized control group pretest posttest design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMP Negeri 2 Singaraja Tahun 2016 yang berjumlah 39 orang. Dari 39 orang subjek tersebut selanjutnya dilakukan pretest dengan mengukur kemampuan kapasitas vital paru-paru dan daya tahan kardiovaskuler. Berdasarkan skor dari hasil pengukuran pretest, dicari varian terkecil dari kedua hasil tes. Hasil tes yang memiliki varian terkecil digunakan untuk membagi subjek menjadi dua kelompok menggunakan cara ordinal pairing (OP). Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogrov-smirnov dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi 95%, α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari pada α (sig > α), maka subjek penelitian berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari pada α (sig < α), maka subyek penelitian bukan berdistribusi normal. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji levene dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi 95%, (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi yang diperoleh levene > α, maka variasi subyek adalah homogen, sedangkan jika nilai signifikansi diperoleh levene < α, maka variasi subyek tidak homogen atau heterogen.
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi-populasi yang memiliki homogen, bila homogen dilanjutkan dengan statistik parametrik dan jika tidak homogen dilanjutkan dengan statistik non parametrik. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji levene dengan bantuan program SPSS 16,0 taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi levene lebih besar dari pada α (sig > α), maka variasi sampel adalah sama (homogen), sedangkan jika signifikansi levene lebih kecil dari pada α (sig < α) maka variasi sampel tidak sama (tidak homogen) (Candiasa, 2004:17). Uji hipotesis terdapat pengaruh metode latihan running interval 1:3 dan running interval 1:5 terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler, menggunakan uji inferensial dengan uji-t independent. Hipotesis ini diuji menggunakan bantuan statistic product service solution (SPSS) 16.0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai uji thitung memiliki signifikansi lebih kecil dari α (sig t-hitung < 0,05) berarti terdapat peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan. Sedangkan apabila nilai signifikansi thitung lebih besar dari α (sig > 0,05) berarti tidak ada peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan.Uji hipotesis terdapat Peningkatan Pengaruh perbedaan pengaruh pelatihan running interval 1:3 dan running interval 1:5 terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler, menggunakan uji one way anova (uji F) khususnya One Way Anova karena dalam penelitian ini menguji lebih dari dua subjek. Tujuan dari uji One Way Anova adalah ingin mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hitung beberapa kelompok. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikasi F < α maka, terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok. Sedangkan jika nilai signifikasi F > α maka, tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok (Santoso, 2011: 286). Jika terdapat perbedaan dari masing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) pembanding berganda untuk mengetahui apakah pelatihan running interval 1:3 atau pelatihan running interval 1:5 lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan power. Dalam penelitian ini, uji lanjut yang digunakan adalah Uji Least Significant Difference (LSD) dengan bantuan SPSS 16.0. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikasi 95% LSD α > 0,05 maka hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai signifikasi 95% LSD α < 0,05 maka hipotesis diterima. HASIL Deskripsi data hasil penelitian daya tahan kardiovaskuler terdiri dari data hasil post-test dan data post-test diambil pada akhir kegiatan penelitian setelah subjek penelitian diberikan perlakuan. Berdasarkan data yang digunakan ialah data posttest yang telah memperhatikan data pretest yang berdistribusi homogen. Deskripsi data hasil post-test daya tahan kardiovaskuler tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan running interval 30m, rasio kerja dan istirahat 1:3, yaitu dengan subjek 13 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 29.769 dengan rentangan 4,8, dengan nilai tertinggi 32,2, dengan nilai terendah 26,769, dengan standar deviasi 1,8522, dengan varians 3,431. Deskripsi data hasil penelitian daya tahan kardiovaskuler terdiri dari data hasil post-test dan data post-test diambil pada akhir kegiatan penelitian setelah subjek penelitian diberikan perlakuan. Berdasarkan data yang digunakan ialah data posttest yang telah memperhatikan data pretest
yang berdistribusi homogen. Deskripsi data hasil post-test daya tahan kardiovaskuler pada kelompok perlakuan pelatihan running interval 30m, rasio kerja dan istirahat 1:5, yaitu dengan subjek 13 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 27,538 dengan rentangan 4,9 dengan nilai tertinggi 29,5, dengan nilai terendah 24,6, dengan standar deviasi 1,4586, dengan varians 2,128. Berdasarkan data yang digunakan ialah data posttest yang telah memperhatikan data pretest yang berdistribusi homogen. Deskripsi data hasil post-test daya tahan kardiovaskuler pada kelompok kontrol, yaitu dengan subjek 13 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 24,654 dengan rentangan 4,2 dengan nilai tertinggi 26,3, dengan nilai terendah 26,3, dengan standar deviasi 1,1973, dengan varians 2,009. Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada peningkatan data dari data Multistage Fitness Test (MFT) pada kelompok perlakuan pelatihan running interval 30m, rasio kerja dan istirahat 1:3, running interval 30m, rasio kerja dan istirahat 1:5 dan kelompok kontrol yang menggunakan uji lilliefors kolmogorovsmirnov dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi () 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu jika signifikansi yang diperoleh > (sig > 0,05), maka subjek yang berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi yang diperoleh < , maka subjek yang berdistribusi tidak normal. Rangkuman hasil uji normalitas data tersebut dapat dilihat pada table.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Lilliefors Kolmogorov-Smirnov Sumber Data
Keterangan Statistik
Df
Sig. Hitung
Daya Tahan Kardiovaskuler Kelompok running interval 1:3
0.220
13
0.084
Normal
Daya Tahan Kardiovaskuler Kelompok running interval 1:5
0.120
13
0.200*
Normal
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) Daya Tahan Kardiovaskuler Kelompok Kontrol
0.207
13
0.132
Normal
diperoleh > , maka variansi setiap subjek sama (homogen). Sedangkan, jika signifikansi yang diperoleh < , maka variansi setiap subjek tidak sama (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene dengan bantuan SPSS 16,0 untuk uji homogenitas data dapat dilihat pada tabel.
Uji homogenitas data dilakukan terhadap data post-test dari data daya tahan kardiovaskuler pada kelompok perlakuan pelatihan running interval 1:3, pelatihan running interval 1:5 dan kelompok kontrol yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika nilai signifikansi yang
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Data Sumber Data
Jumlah Kel.
Levene Statistik
df1
df2
Sig. Hitung
MFT Kelompok running interval 1:3, running interval 1:5 dan Kontrol
3
3.885
2
36
0.030
Hipotesis terdapat peningkatan antara pelatihan running interval 1:3 dan pelatihan running interval 1:5 terhadap peningkatan Daya Tahan Kardiovaskuler diuji menggunakan uji-t independent. Data yang diuji adalah data posttest kelompok
Ket. Varian Homogen
perlakuan pelatihan running interval 1:3, pelatihan perlakuan running interval 1:5 dan kelompok kontrol terhadap peningkatan Daya Tahan Kardiovaskuler. Hasil uji dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3. Hasil Uji t kelompok 1:3 dan Hasil Uji t kelompok 1:5 Sumber Data
thitung
df
Signifikansi
Daya Tahan Kardiovaskuler Kelompok Running Interval 1:3 dan Kontrol
7.269
24
0.000
Daya Tahan Kardiovaskuler Kelompok Running Interval 1:5 dan Kontrol
4.357
22
0.000
Hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan running interval 1:3 dan pelatihan running interval 1:5 terhadap peningkatan Daya Tahan Kardiovaskuler diuji menggunakan one way anova. Data yang diuji adalah data posttest
kelompok perlakuan pelatihan running interval 1:3, pelatihan perlakuan running interval 1:5 dan kelompok kontrol terhadap peningkatan Daya Tahan Kardiovaskuler. Hasil uji dapat dilihat pada tabel.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Between Groups
133.936
2
66.968
Within Groups
111.351
36
3.093
Total
245.287
38
Berdasarkan hasil uji-F (one way anova) dilanjutkan dengan uji LSD (least significant difference) untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik
Signifikansi
21.651
.000
pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi < 0,05.
Tabel 5. Hasil ji LSD (least significant difference) (I) Kelompok interval 1:3
interval 1:5
(J) Kelompok
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
interval 1:5
2.3462*
.6898
.002
.947
3.745
Kontrol
4.5385*
.6898
.000
3.139
5.937
-2.3462*
.6898
.002
-3.745
-.947
*
.6898
.003
.793
3.591
*
-4.5385
.6898
.000
-5.937
-3.139
-2.1923*
.6898
.003
-3.591
-.793
interval 1:3 Kontrol
Kontrol
Mean Difference (I-J)
interval 1:3 interval 1:5
2.1923
PEMBAHASAN Secara teoritis hasil pelatihan running interval 1:3 berpengaruh terhadap peningkatan Daya Tahan Kardiovaskuler. Salah satu komponen yang harus dimiliki seorang pemain bola basket adalah daya tahan, daya tahan merupakan kemampuan untuk menjaga kondisi ataupun kekuatan daya tahan disamping itu, memegang peran sangat penting dalam olahraga bala basket, dimana tujuan dalam permainan basket itu adalah mencatak angka sebanyak– banyaknya dengan shooting dan rebound untuk dapat shooting dan rebound diperlukannya daya tahan yang baik. Berdasarkan teori di atas, dapat dikemukakan bahwa Daya Tahan Kardiovaskuler adalah kemampuan tunuh untuk mejaga kondisi fisik agar konstan dalam waktu yang lama. Daya tahan sangat dalam menunjang aktivitas-aktivitas
olahraga, seperti shooting dan rebound pada pemainan bola basket. Running interval 1:3 merupakan salah satu model pelatihan anaerob yaitu sebuah latihan yang mengembangkan daya tahan kardiovaskuler. Pada saat melakukan pelatihan ini peserta diharapkan mampu menjaga kekuatan agar konstan dan bertahan di waktu yang cukup lama, yakni mengembangkan khususnya kerja otot-otot jantung untuk memacu peredaran darah . Pelatihan running interval 1:3 digunakan untuk melatih Daya Tahan Kardiovaskuler. Secara teoritis hasil pelatihan running interval 1:5 berpengaruh terhadap peningkatan Daya Tahan Kardiovaskuler. Gerakan pada pelatihan running interval 1:5 dilakukan dengan cara berlari cepat bolakbalik sesuai repetisi dan set yang ditentukan dengan memperhatikan waktu kerja dan istirahat. Dengan meningkatnya aktivitas fisik maka akan terjadi peningkatan
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) terhadap Daya Tahan Kardiovaskuler. Selain itu gerakan running interval 1:5 yang dilakukan secara berulang-ulang mengakibatkan stres pada komponen otot tungkai sehingga akan mengalami pembesaran otot. Pembesaran otot disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran-ukuran sel serta serabut otot. Melalui peningkatan dalam ukuran dan jumlah sel-sel dan serabut-serabut otot tungkai, maka akan menambah atau meningkatkan transportasi oksigen tersebut maka akan terjadi peningkatan Daya Tahan Kardiovaskuler. Peningkatan Daya Tahan Kardiovaskuler menyebabkan kemampuan bertahan dan bermain menjadi lebih maksimal sehingga mendukung kemampuan atlet dalam bermain bola basket menjadi lebih terjaga. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dalam penelitian inii dapat disimpulkan pelatihan running interval 1:3 dan running interval 1:5 berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler dengan nilai signifikansi 0.000 < taraf signifikansi 0.05 pada peserta ekstrakurikuler bola basket di SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016. Dan terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan running interval 1:3 dan running interval 1:5, dimana pelatihan running interval 1:3 lebih berpengaruh dibandingkan pelatihan running interval 1:5
Anonim. “Pengertian Kata Pengaruh” tersedia pada http://kamusbahasaindonesia .org/ pengaruh (diakses pada tanggal 19 Januari 2016 jam 23.09 Wita). Anonim. “Pengertian Kata Umur” tersedia pada http://kamusbahasaindonesia .org/ umur (diakses pada tanggal 19 Januari 2016 jam 23.09 Wita). Anonim. “Pengertian Jenis Kelamin” tersedia pada http://kamusbahasaindonesia .org/ jeniskelamin (diakses pada tanggal 19 Januari 2016 jam 23.09 Wita). Anonim. “Peredaran Darah Pada Tubuh Manusia” tersedia pada http://www. google.com/imgres?imgurl=http://atr elialelia.files.wordpress.com/2010/1 1/peredaran-darah. (diakses pada tanggal 19 Januari 2016 jam 23.09 Wita). Bompa, Tudor. 2009. Periodization Theory and Methodology of Training.Kanada: Human Kinetics. Indrayana, Boy. 2012. Perbedaan Pengaruh Latihan Interval Training Dan Fartlek Terhadap Daya Tahan Kordiovaskuler Pada Atlet Junior Putra Teakwondo Wild Club Medan 2006/2007. Edisi No.1 (hal.4). Irianto,
SARAN Berdasarkan penelitian ini, dapat disarankan kepada pelatih, pembina olahraga, siswa dan peneliti disarankan dapat menggunakan running interval 1:3 dan running interval 1:5 sebagai salah satu pelatihan untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskuler DAFTAR PUSTAKA Anonim. “Pembuluh Arteri Dan Vena” tersedia pada http://www.google.com /imgres?imgurl=http://3.bp.blogspot. com (diakses pada tanggal 19 Januari 2016 jam 23.09 Wita).
Djoko Pekik. 2002. Dasar Kepelatihan. Yogyakarta: Surat Perjanjian Pelaksanaan Penulisan Diktat.
Januar, Aendrik 2013. Pengaruh pelatihan lari interval dengan rasio kerja dan istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler siswa SMK Negeri 3 Singaraja 2012/2013. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Kanca,
I Nyoman. 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik Dan Anaerobik Terhadap Absorpsi Karbohidrat Dan Protein Di Usus Halus Rattus Norvegicus Strain
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016) Wistar. Disertasi Doktor Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.
Sunarno, Agung. 2011. Metode Penelitian Keolahragaan. Surakarta: Yuma Pustaka.
2006. Buku Ajar Metodologi Penelitian Keolahragaan. Singaraja: Undiksha.
Sutijono, Hari, dkk. 2001. Instruktur Fitness. Surabaya: Unesa University Press.
-------, 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Singaraja: Undiksha.
Swadesi, I Ketut Iwan. 2009. Buku Ajar Perkembangan dan Belajar Motorik. Singaraja.
Kardjono. 2008. Buku Ajar Pembinaan Kondisi Fisik. UPI.
Sudarsono, Slamet. 2011.”Penyusunan Program Pelatihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan”. Jurnal Ilmiah SPIRIT, Volume 11 (hlm.35).
-------,
Nala, Ngurah. 2001. Pelatihan Komponen Biomotorik. Denpasar: Universitas Udayana. Nurhasan. 2000. Tes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Jakarta: Ditjen Olahraga. Sanjoyo. 2005. Tugas Farmakologi Kardiovaskuler”. UGM.
Biomedik “Sistem
Sandler, David. 2008. “Performance Training Journal”. Volume 7, (hal.410). Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: UNY.
Undiksha. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja: Kemendiknas Undiksha. Wiarto,
Giri. 2013. Fisiologi dan Olahraga.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wikipedia. 2013. “Komposisi Darah” tersedia pada http://id.wikipedia.org/wiki /Darah (diakses pada tanggal 19 Januari 2016 jam 23.09 Wita). Yufita, Vinsensia. 2012. Pengaruh Interval Training Dan Circuit Training Terhadap Peningkatan Daya Tahan Jantung (Cardiovascular) Pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Voli Sma Kosgoro Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, IKIP Universitas Lampung.
e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume 1 Tahun 2016)