PENGARUH PELATIHAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP) TIM TERHADAP PENERAPAN MAKP TIM DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN Suratmi …………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Kinerja perawat merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah rumah sakit. Kepercayaan pasien sangat dipengaruhi oleh kualitas kerja dari perawat. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kinerja perawat adalah dengan adanya penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Di RSUD dr. Soegiri Lamongan sudah ada penerapan MAKP Tim namun pada pelaksanaannya belum berjalan optimal sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pelaksanaan MAKP tim.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan MAKP Tim dan kinerja perawat di ruang Bougenville, Teratai dan Dahlia RSUD dr. Soegiri Lamongan. Desain penelitian ini adalah quasy eksperimental. Populasi dan sampel adalah perawat di ruang Bougenville, Teratai dan Dahlia RSUD dr. Soegiri Lamongan dengan teknik total sampling. Besar sampel sebanyak 47 perawat. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi penerapan MAKP Tim dan penilaian kinerja perawat. Intervensi yang dilakukan peneliti berupa pelaksanaan pelatihan kepada kepala ruang dan ketua tim Ruang Bougenville dan Teratai. Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya perubahan signifikan pada kinerja perawat dengan tingkat p 0,041 < 0,05 sehingga H1 diterima, ada pengaruh penerapan MAKP Tim terhadap kinerja perawat di RSUD Dr. Soegiri Lamongan RSUD Dr. Soegiri hendaknya mengupayakan penerapan MAKP Tim lebih optimal sehingga peningkatan kinerja perawat dan kepuasan kerja perawat dapat tercapai. Kata kunci : Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim, Kinerja Perawat PENDAHULUAN. …… . … …. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem kesehatan di sebuah rumah sakit. Untuk mempertahankan eksistensi suatu rumah sakit dalam persaingan bebas ini adalah dengan cara meningkatkan kepuasan pelanggan dalam hal ini pasien dan keluarga (Hartanto, 2009). Kepuasan pasien tersebut bisa dicapai salah satunya dengan meningkatkan kinerja perawat Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kinerja SDM keperawatan adalah dengan adanya penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). MAKP menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada nilai profesionalisme antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem penugasan dan sistem penghargaan yang memadai. Rumah Sakit Umum Dr. Soegiri Lamongan
SURYA
merupakan salah satu rumah sakit yang sudah menerapkan MAKP dengan menggunakan metode asuhan keperawatan tim sejak tahun 2010, namun belum berjalan secara optimal. Pada penerapan MAKP tim di RSUD dr. Soegiri Lamongan belum ada pembagian yang jelas mengenai ketua tim, staf perawat dan job description yang harus dilakukan. Perawat melakukan tugas berdasarkan pembagian yang dilakukan oleh kepala ruang. Pada pelaksanaan MAKP berdasarkan observasi perawat melakukan asuhan keperawatan berdasarkan rutinitas misalnya perawat yang mengerjakan injeksi, perawatan luka dan sebagainya. RSUD dr. Soegiri Lamongan merupakan rumah sakit daerah tipe B non pendidikan memiliki perawat sebanyak 212 orang dengan lulusan pendidikan S1 sebanyak 5 orang dan DIII sebanyak 201 SPK sebanyak 6 orang. Penilaian kinerja perawat setelah setahun penerapan MAKP
66
Vol.03, No.XIII, Desember 2012
Pengaruh Pelatihan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Terhadap Penerapan MAKP Tim di RSUD Dr. Soegiri Lamongan Tim yang dilakukan oleh bidang keperawatan tahun 2010 perawat di RSUD. Dr. Soegiri Lamongan menunjukkan kinerja perawat dengan prosentase 72%. Prosentase ini dinilai kurang jika menggunakan standar kinerja bersadarkan Pareto yang menetapka kinerja dianggap baik jika bernilai di atas 80 % . Penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan instrumen A standar Depkes yaitu mengobservasi dokumentasi keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan, tindakan, evaluasi dan catatan asuhan keperawatan. Penilaian kepuasan pasien tahun 2010 dengan menggunakan instrumen B standar Depkes menunjukkan bahwa 84, 4% pasien puas. Tetapi berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti masih ada keluhan pasien mengenai prosedur yang lama dan informasi tentang perawatan yang akan dilakukan kepada pasien tidak adekuat (Laporan Tahunan RSUD Dr. Soegiri Lamongan, 2010) Kinerja perawat merupakan tolok ukur dari kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Kinerja dipengaruhi oleh variabel individu, variabel psikologis dan variabel organisasi. Variabel individu meliputi kemampuan dan ketrampilan, variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Variabel organisasi diantaranya adalah sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan (Ilyas, 2002). Masalah yang dihadapi saat ini adalah belum terbentuknya layanan keperawatan professional sehingga layanan yang diberikan belum sesuai dengan tuntutan standar profesi (Utama, 2003). Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan sistem pemberian asuhan keperawatan, melalui pengembangan Metode Asuhan Keperawatan Profesional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan MAKP yaitu dengan merefresh pengetahuan perawat tentang MAKP Tim yang bisa dilakukan melalui pelatihan. Pelatihan yang dilakukan diharapkan mampu memberikan perubahan pada pemahaman perawat tentang MAKP Tim, sehingga perawat mampu melaksanakan MAKP Tim secara normatif, sesuai dengan teori yang ada. MAKP diharapkan mampu SURYA
memberikan dampak positif terhadap kinerja perawat, kepuasan kerja perawat, kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan METODE PENELITIAN.… … .… Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain quasy eksperimental yaitu penelitian dengan pendekatan percobaan atau eksperimental yang dimaksudkan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengekspos satu atau lebih kondisi eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2003). Kinerja perawat dinilai melalui observasi dokumentasi keperawatan yang dilakukan perawat di Ruang Teratai, Ruang Bougenville dan Ruang Dahlia RSUD dr. Soegiri Lamongan. Pengumpulan data dengan observasi pelaksanaan MAKP menggunakan lembar kuesioner serta pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, tabulating dan diuji dengan menggunakan uji Chi Square HASIL .PENELITIAN … 1. Data Umum 1) Karakteristik Responden (1) Distribusi Responden berdasarkan Umur Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di RSUD Dr. Soegiri Lamongan No
Umur
1 20-30 th 2 31-40 th 3 >40 th Jumlah
Bougen ville (%) 50 36 14 100
Teratai (%)
Dahlia (%)
46,7 46,7 6,6 100
50 36 14 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 2030 tahun.
67
Vol.03, No.XIII, Desember 2012
Pengaruh Pelatihan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Terhadap Penerapan MAKP Tim di RSUD Dr. Soegiri Lamongan (2) Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Soegiri Lamongan
(5) Distribusi Responden berdasarkan Lama Bekerja Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan lama bekerja di RSUD Dr. Soegiri Lamongan
No
No
Jenis Kelamin
1 Laki –laki 2 Perempuan Jumlah
Bouge nville (%) 36 64 100
Teratai (%)
Dahlia (%)
47 53 100
64 36 100
Lama Bekerja 1 1-5 th 2 5-10 th 3 >10 th Jumlah
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar berjenis kelamin perempuan. (3) Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di RSUD Dr. Soegiri Lamongan No
Pendidikan
1 SPK 2 DIII 3 S1 Kep Jumlah
Bougenvill e (%) 0 93,3 6,7 100
Teratai (%) 0 93,75 6,25 100
Status
1 PNS 2 Kontrak 3 Magang Jumlah
Bougenvill e (%) 71,44 14,28 14,28 100
Teratai (%) 60 6,7 33,3 100
Dahlia (%) 13,3 80 6,7 100
Dahlia (%) 63,28 22,44 14,28 100
Dari Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat status kepegawaian pegawai negeri sipil (PNS)
SURYA
Teratai (%) 73,34 13,33 13,33 100
Dahlia (%) 50 35, 71 14,29 100
Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden telah bekerja selama 1-5 tahun
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hampir seluruh perawat pendidikan terakhir adalah DIII Keperawatan (4) Distribusi Responden berdasarkan Status Kepegawaian Tabel 4 Distribusi pasien post operasi berdasarkan status kepegawaian di RSUD Dr. Soegiri Lamongan No
Bougenvill e (%) 50 42,86 7,14 100
68
2. Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional Tim 1) Pelaksanaan Job Description Kepala Ruang, Ketua Tim dan Anggota Tim Susunan organisasi dalam suatu ruang terdiri dari 1 kepala ruang, 1 ketua tim dan 12-13 anggota tim. Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa di ruang Bougenville Kepala Ruang mampu melaksanakan 15 aspek (51,72%) dari 29 tugas pokok yang harus dilakukan, sedangkan di Ruang Teratai sebesar 16 aspek (55,17%) dan Ruang Dahlia sebesar 15 aspek (51,72%). Ketua tim hanya mampu melakukan tugasnya masing-masing 2 aspek (40%) dari 5 tugas pokok yang seharusnya dilakukan. Anggota tim sudah melakukan tugasnya dengan baik yaitu semua tugas pokok mampu dilakukan. Setelah dilakukan intervensi berupa pelatihan pada kepala ruang dan ketua tim didapatkan di ruang Bougenville Kepala Ruang mampu melaksanakan tugas pokok cukup baik yaitu 18 aspek (62,06%) dari 29 tugas pokok yang harus dilakukan, sedangkan di Ruang Teratai sebesar 20 aspek (68,96%) dan Ruang Dahlia sebesar 15 aspek (51,72%). Ketua tim di ruang Bougenville dan Teratai mampu melakukan tugasnya dengan cukup baik masing-masing 3 aspek (60%) dari 5 tugas pokok yang seharusnya dilakukan, sedangkan di ruang Dahlia masih ketua tim melakukan tugas kurang baik yaitu 2 tugas pokok (40%) dari yang seharusnya dilakukan. Anggota tim sudah melakukan
Vol.03, No.XIII, Desember 2012
Pengaruh Pelatihan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Terhadap Penerapan MAKP Tim di RSUD Dr. Soegiri Lamongan tugasnya dengan baik yaitu semua tugas pokok mampu dilakukan.
Setelah dilakukan pelatihan kemudian observasi sebanyak 3 kali didapatkan data bahwa prosedur pelaksanaan discharge planning di ruang Bougenville sebesar 49,01% prosedur sudah dilakukan, ada peningkatan dari pada sebelum pelatihan namun masih dalam kategori kurang. Di Ruang Teratai ada peningkatan dari kategori kurang menjadi kategori cukup yaitu sebesar 58,82% prosedur sudah dilakukan. Di Ruang Dahlia sebesar 41,17% prosedur dan termasuk kategori kurang.
2) Penerapan Standar Operasional Prosedur Penerimaan Pasien Baru, Timbang Terima dan Discharge Planning Pre dan Post Intervensi (1) Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru Pelaksanaan penerimaan pasien baru pre intervensi dalam 3 kali observasi di ruang Bougenville hanya 39,21% kegiatan yang dilakukan, di ruang Teratai 47,05% dan 33,33 % di ruang Dahlia. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruang Bougenville, Teratai dan Dahlia di kategorikan pelaksanaan penerimaan pasien baru masih kurang. Pelaksanaan penerimaan pasien baru setelah dilakukan pelatihan kemudian di observasi sebanyak 3 kali didapatkan di ruang Bougenville 62,74 % kegiatan yang dilakukan, di ruang Teratai 62,74% dan 39,21% di ruang Dahlia. Ruang Bougenville dan Ruang Teratai termasuk dalam kategori cukup sedang ruang Dahlia sebagai ruang kontrol termasuk dalam kategori kurang.
3) Kinerja Perawat Kinerja perawat sebelum dilakukan pelatihan pada kepala ruang dan ketua tim di Ruang Bougenville sebagian besar perawat mempunyai kinerja buruk sebesar 93,75% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 6,25%. Di Ruang Teratai sebagian besar perawat mempunyai kinerja buruk sebesar 83,33% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 16,67 %. Di ruang Dahlia sebagian besar perawat mempunyai kinerja buruk sebesar 93,75% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 6,25%. Setelah dilakukan penyegaran materi MAKP Tim menunjukkan bahwa kinerja pada kepala ruang dan ketua tim di Ruang Bougenville sebagian besar perawat mempunyai kinerja buruk sebesar 68,75% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 31,25%. Di Ruang Teratai sebagian besar perawat mempunyai kinerja buruk sebesar 66,67% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 33,33%. Di ruang Dahlia sebagian besar perawat mempunyai kinerja buruk sebesar 93,75% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 6,25%. Pada Ruang Bougenville hasil uji Wilcoxon sig.(2-tailed) p 0,001 < 0,05 dan pada Ruang Teratai hasil uji Wilcoxon sig.(2-tailed) 0,001 < 0,05 berarti Ho ditolak, ada perubahan kinerja sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Hasil uji Wilcoxon sig.(2-tailed) p 0,157 > 0,05 pada ruang Dahlia berarti Ho diterima Ada perbedaan kinerja perawat antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ditunjukkan dengan hasil uji Mann Whitney antara ruang Bougenville dan Dahlia
(2) Pelaksanaan Timbang Terima dari 3 kali observasi didapatkan pelaksanaan timbang terima di Ruang Bougenville sebesar 45,83% prosedur yang seharusnya dilaksanakan dan termasuk kategori kurang, di ruang Teratai pelaksanaan timbang kategori cukup dengan 52,08% kegiatan sudah dilakukan, Dahlia sebesar 41,67% dan termasuk kategori kurang. Setelah dilakukan pelatihan tentang MAKP Tim kemudian 3 kali observasi didapatkan ada peningkatan dalam pelaksanaan timbang terima baik di kelompok perlakuan (Ruang Bougenville dan Teratai) maupun kelompok kontrol (Ruang Dahlia). (3) Pelaksanaan Discharged Planning Bahwa dari 3 kali observasi prosedur pelaksanaan discharge planning yang dilakukan sebesar 39,21% di ruang Bougenville, di Ruang Teratai 45,09% dan 39,21% di Ruang Dahlia. SURYA
69
Vol.03, No.XIII, Desember 2012
Pengaruh Pelatihan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Terhadap Penerapan MAKP Tim di RSUD Dr. Soegiri Lamongan p = 0,035 < 0,05 dan antara ruang Teratai dan dan ruang Dahlia p = 0,013 < 0,05 artinya H0 ditolak. Ada kecenderungan perubahan kinerja dari buruk menjadi baik pada kelompok perlakuan.
standar operasional prosedur (SOP) penerimaan pasien baru, timbang terima dan discharge planning. Dari hasil observasi yang dilakukan didapatkan bahwa ada perubahan prosentase prosedur yang dilakukan pada penerimaan pasien baru di Ruang Bougenville dan Teratai. Pelaksanaan prosedur penerimaan pasien baru di Ruang Bougenville dan Teratai yang sebelumnya termasuk dalam kategori kurang menjadi kategori cukup baik (62%) pada kelompok perlakuan. Sedang pada ruang Dahlia 39%. Prosedur yang belum dilakukan oleh perawat pada saat penerimaan pasien baru adalah anamnesa pasien ketika pasien baru datang, kepala ruang tidak melakukan pengecekan persiapan penerimaan pasien baru dan tidak memberikan reward kepada perawat setelah tindakan dilakukan. Di Ruang Dahlia sebagai kelompok kontrol termasuk dalam kategori kurang. Timbang terima merupakan suatu sarana untuk mencapai komunikasi antar perawat dan tim kesehatan lain jika dilakukan dengan profesional. Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien Discharged planning merupakan proses yang menggambarkan kerjasama antar tim kesehatan, keluarga dan klien (Nursalam, 2011). Discharge planning bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien secara signifikan dan menurunkan biaya-biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lanjut, dengan adanya discharge planning klien dapat mempertahankan kesehatannya dan membantu klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri
PEMBAHASAN .… .… 1. Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional Tim Di Ruang Bougenville, Teratai dan Dahlia RSUD dr. Soegiri Lamongan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebelum dilakukan pelatihan kepala ruang (karu) di masing-masing ruangan melaksanakan tugas pokok cukup baik. Setelah dilakukan pelatihan menunjukkan ada perubahan prosentase pelaksanaan tugas pokok kepala ruang di Ruang Bougenville dan Teratai meskipun masih dalam kategori cukup baik. Pada Ruang Dahlia tidak ada perubahan prosentase pelaksanaan tugas kepala ruang. Pelaksanaan tugas ketua tim sebagai inti dari pelaksana MAKP Tim, sebelum pelatihan di ketiga ruang termasuk dalam kategori kurang baik. Setelah pelatihan ada peningkatan pelaksanaan tugas ketua di tim di ruang Bougenville dan Teratai. Di ruang Dahlia tidak ada perubahan prosentase pelaksanaan tugas ketua tim. Anggota tim sebelum dan sesudah pelatihan sudah berjalan dengan baik. Dilihat dari semua tugas pokok anggota tim sudah dilakukan. Setiap perawat baik kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat pelaksana) diharapkan dapat berperan sesuai dengan job description masing-masing pada pelaksanaan MAKP Tim. Menurut Sitorus (2006) bahwa dalam metode tim setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Zakaria (2003) menyatakan bahwa dalam organisasi seseorang harus memainkan peranan sesuai dengan tugasnya, seorang pemimpin harus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan lainnya memainkan peran sebagai pengikut. Aspek lain yang diobservasi dalam penerapan MAKP Tim adalah pelaksanaan SURYA
2. Kinerja Perawat Setelah Pelatihan Tentang MAKP Tm Di RSUD dr. Soegiri Lamongan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan kinerja perawat sebelum maupun sesudah dilakukan pelatihan tentang MAKP Tim pada Ruang Bougenville dan Teratai meskipun pada kedua ruang tersebut kinerja perawat sebagian besar dalam kategori kinerja buruk, begitu juga di Ruang Dahlia. Hasil uji statistik dengan Wilcoxon 70
Vol.03, No.XIII, Desember 2012
Pengaruh Pelatihan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Terhadap Penerapan MAKP Tim di RSUD Dr. Soegiri Lamongan Signed Rank Test (2-tailed) menunjukkan bahwa penerapan MAKP tim di kedua ruang tersebut memberikan pengaruh pada kinerja perawat di ruang Bougenville dan Teratai yaitu dengan p 0,001 < 0,05 berarti hipotesis penelitian diterima. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan hasil p 0,035 < 0,05 uji antara ruang Bougenville dan Ruang Dahlia, p = 0,013 < 0,05 antara ruang Teratai dan Ruang Dahli. Hasil observasi dengan observasi instrumen A menunjukkan ada kecenderungan perubahan kinerja dari kinerja buruk menjadi kinerja baik. Pada kelompok perlakuan menunjukkan perubahan nilai pada studi dokumentasi post intervensi meskipun secara kategori sebagian besar perawat mempunyai kinerja buruk. Soeprihanto (2001) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan misalnya standart, target / sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan MAKP tim setelah dilakukan pelatihan MAKP Tim mempengaruhi kinerja perawat. Penerapan MAKP tim menuntut perawat untuk memahami peran masingmasing dan mampu bekerja sama antar tim. Antar satu perawat dengan yang lainnya diharapkan mampu melakukan proses keperawatan dengan baik yang salah satunya dengan penulisan dokumentasi keperawatan.
Ruang Teratai) dan kelompok kontrol (Ruang Dahlia) 2) Kinerja perawat setelah dilakukan pelatihan MAKP Tim sebagian besar dalam katergori kinerja kurang namun secara prosentase ada perubahan. 3. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran dari peneliti yakni sebagai berikut: 1) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soegiri Lamongan (1) Mengoptimalkan penerapan MAKP tim untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja sumber daya keperawatan (2) Meningkatkan kualitas SDM keperawatan utamanya perawat yang berperan sebagai ketua tim melalui pendidikan dan pelatihan terutama yang berkaitan dengan MAKP (3) Melakukan evaluasi penerapan MAKP Tim secara berkesinambungan dan terjadwal. 2) Perawat (1) Perawat di ruang MAKP diharapkan mempunyai kemauan untuk meningkatkan pengetahuan melalui pelatihan dan peningkatan pendidikan berkelanjutan terutama bagi ketua tentang kepemimpinan, komunikasi efektif, spesialisasi dalam bidangnya dan inovasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien. 3) Peneliti selanjutnya (1) Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penerapan MAKP Tim terhdap kinerja dan kepuasan kerja perawat. Penilaian kinerja tidak hanya dilakukan dengan studi dokumentasi saja melainkan dengan observasi kegiatan seharihari yang dilakukan perawat.
KESIMPULAN DAN SARAN. … 1. Kesimpulan. 1) Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) RSUD dr. Soegiri Lamongan setelah pelatihan tentang MAKP Tim pada aspek pelaksanaan job description masing-masing perawat sesuai dengan peran dan tugasnya sebagai kepala ruang dilakukan cukup baik, ketua tim cukup baik dan anggota tim baik. Ada perbedaan penerapan MAKP Tim, Kinerja perawat dan kepuasan kerja perawat antara kelompok perlakuan (Ruang Bougenville dan SURYA
. .
.DAFTAR PUSTAKA
.
. .
Adikoesoemo ( 1997 ). Manajemen rumah sakit . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 71
Vol.03, No.XIII, Desember 2012
Pengaruh Pelatihan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Terhadap Penerapan MAKP Tim di RSUD Dr. Soegiri Lamongan Neisner, J & Raymond, B (2002). Nurse Staffing and Care Delivery Modells : a Review Of The Evidence. http://www.kp.org. Diunduh tanggal 2 Januari 2011
Anitawati, H (1995). Manajemen Pemasaran. Jakarta : Salemba Empat. Arwani (2002). Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bangsal
As’ad, Muh (2001). Seri Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri
Notoatmodjo S (2002). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Depkes RI (1995). Instrumen A,B,C. Jakarta. Depkes RI.
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI (2001). Petunjuk pelaksanaan indikator mutu pelayanan rumah sakit.Jakarta : Depkes RI
Nursalam (2011). Manajemen Keperawatan aplikasi dan praktik keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan (2008). Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan . Jakarta : Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI.
Marquis, B.L. & Huston, C.J (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Alih bahasa : Widyawati, dkk. Jakarta : EGC
Direktorat Bina Pelayanan Medik (2008). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI. Djuhaeni, H (2009). Manajemen Pelayanan Medik Di Rumah Sakit. pustaka.unpad.ac.id/wp.../manajemen_ pelayanan_medik_di_rs.pdf. diunduh tanggal 15 Januari 2011
Moeheriono (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta : Ghalia Indonesia Pratiwi, A (2008). Kajian penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP) dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit. http: eprints.ums.ac.id/1446. Diunduh tanggal 10 Desember 2010
Douglas, L.M (1992). The Effective Nurse Leader and Manager. 4 th Ed. Philadelphia : WB.Saunders Gilles, D.A. (1996). Nursing management, 2nd Ed. New York : WB Saunders.
Rakhmawati, W (2007). Metode Penugasan Tim Dalam Asuhan Keperawatan. www.pustaka.unpad.ac.id. Diunduh tanggal 10 Januari 2011
Ilyas, Y (2002). Kinerja: Teori, Penilaian dan Penelitian. Jakarta : Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Sitorus, R. (2002). Panduan Implementasi Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta : EGC.
Joynt, J (2008) Innovative Care Delivery Models: Identifying New Models that Effectively Leverage Nurses. http : //inovativecaremodel.com diunduh tanggal 1 Januari 2011
Sitorus, R. (2002). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.Jakarta : EGC. Sullivan & Decker (1989). Effective management in nursing. California : Addison Welsley Publishing Company.
Keliat, Budiana (2005). Modul MPKP Keperawatan Jiwa. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
SURYA
Russel, S.C, (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC 72
Vol.03, No.XIII, Desember 2012
Pengaruh Pelatihan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Terhadap Penerapan MAKP Tim di RSUD Dr. Soegiri Lamongan Utama, S (2003). Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit. http : //www.digilib.usu.ac.id. diunduh tanggal 11 Januari 2011 Wijono, Dj (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press.
SURYA
73
Vol.03, No.XIII, Desember 2012