PENGARUH PELAPISAN CHITOSAN DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS DAN DAYA SIMPAN STROBERI (Fragaria ananassa)
OLEH NURFAJRIANTI A24054419
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PENGARUH PELAPISAN CHITOSAN DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS DAN DAYA SIMPAN STROBERI (Fragaria ananassa)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Perrtanian Bogor
Oleh NURFAJRIANTI A24054419
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
NURFAJRIANTI. Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Kualitas dan Daya Simpan Stroberi (Fragaria ananassa). (Dibimbing oleh BAMBANG SAPTA PURWOKO). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelapisan chitosan dan jenis kemasan terhadap kualitas dan daya simpan stroberi (Fragaria ananassa) varietas Sweet Charlie. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan adalah bulan Juli sampai dengan Agustus 2009. Rancangan acak lengkap faktorial dua faktor digunakan dalam penelitian ini. Pelapisan chitosan dengan konsentrasi 0%, 1% dan 2% adalah faktor pertama dan jenis kemasan yaitu styrofoam dan plastik Mika (PVC) adalah faktor kedua. Percobaan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap pemberian chitosan sebagai pelapis dalam menghambat deteriorasi stroberi. Hal ini terlihat pada rendahnya persentase susut bobot, laju respirasi, dan kelunakan buah serta tingginya nilai kandungan vitamin C, tingginya skor penampakan buah dan masa simpan stroberi dibandingkan kontrol. Aplikasi pada konsentrasi chitosan 2% memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan 1%. Jenis kemasan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap peubah yang diamati dan tidak terdapat interaksi antara faktor pelapisan chitosan dengan faktor jenis kemasan. Kesimpulan penelitian ini adalah chitosan dapat digunakan sebagai pelapis untuk mempertahankan kualitas dan daya simpan stroberi. Faktor jenis kemasan memberikan efek yang sama baiknya terhadap kualitas dan daya simpan stroberi.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : PENGARUH PELAPISAN CHITOSAN DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS DAN DAYA SIMPAN STROBERI (Fragaria ananassa) Nama
: Nurfajrianti
NIM
: A24054419
Menyetujui: Dosen Pembimbing
(Prof Dr Ir Bambang Sapta Purwoko, MSc.) NIP: 19610218 198403 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
(Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr.) NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
ii
RIWAYAT HIDUP
Nurfajrianti adalah anak pertama dari pasangan Drs. Abdul Karim dan St. Nurliah yang lahir di Sungguminasa, 18 Juni 1987. Penulis yang berasal dari Sulawesi Selatan ini memulai jenjang Pendidikannya di SDN Centre Malino pada tahun 1993, kemudian pindah dan lulus dari SDN 07 Batangkaluku pada tahun 1999. Penulis meneruskan sekolah lanjutan tingkat pertamanya ke Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin Makassar pada tahun 1999, kemudian ke SMA Negeri 02 Tinggimoncong Malino dan lulus pada tahun 2005. Penulis kemudian berkesempatan untuk meneruskan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dengan mendapatkan bantuan beasiswa penuh dari Bosowa Foundation dengan Mayor Agronomi dan Hortikultura dan Minor Manajemen Fungsional. Selama kuliah, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan baik intra maupun extra kampus, diantaranya adalah Pramuka IPB, Sepeda Kampus, anggota tim pengajar Hortikultura Ramah Lingkungan LATIN, Komunitas Sukses Mulia Kubik Leadership, Program Kreativitas Mahasiswa dan kepanitiaankepanitiaan lainnya. Beberapa Prestasi yang diperoleh penulis selama kuliah adalah mahasiswa berprestasi peringkat pertama Fakultas Pertanian tahun 2008, Sampoerna Best Student Visit 2008 dan anggota Delegasi IPB dalam International Seminar and Symposium TRI University yang diadakan di Mie University Jepang tahun 2009.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian ini memaparkan tentang pengaruh pelapisan chitosan dan jenis kemasan terhadap kualitas dan daya simpan stroberi (Fragaria ananassa) yang dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof Dr Ir Bambang Sapta Purwoko, MSc selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan sampai skripsi ini selesai, D’Lato Farm yang telah menyediakan bahan penelitian penelitian, Bapak Nandang selaku pengelola teknis Laboratorium Produksi Tanaman, para laboran RGCI, Bapak Bambang dan Bapak Yudi, temanteman yang membantu penelitian terutama Ahmad Futaki Ali Akbar, yang bersedia membantu sampai penelitian selesai, Warno, Dendih, Devi, Rina, Rela, Diah (Mbo) sebagai panelis organoleptik, serta Tri dan Ranting (teman satu laboratorium). Penulis berharap tulisan ini dapat menjadi suatu referensi yang bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Februari 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1
1.2. Tujuan ..........................................................................................
3
1.3. Hipotesis .......................................................................................
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
4
2.1. Botani dan Morfologi Stroberi......................................................
4
2.2. Perubahan–Perubahan pada Buah selama Pasca Panen................
6
2.3. Pola Respirasi Stroberi .................................................................
6
2.4. Pengemasan ..................................................................................
7
2.5. Plastik sebagai Kemasan ..............................................................
9
2.4. Pelapisan dalam Penanganan Pasca Panen ...................................
10
2.5. Chitosan ........................................................................................
11
BAB III. BAHAN DAN METODE .............................................................
13
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................
13
3.2. Bahan dan Alat ............................................................................
13
3.3. Metode .........................................................................................
13
3.3.1. Analisis Data .........................................................................
14
3.3.2.Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................
14
3.3.2.1. Pemanenan dan Sortasi..................................................
15
3.3.2.2. Pelapisan dan Pengemasan ............................................
15 v
3.3.2.3. Penyimpanan .................................................................
15
3.3.2.4. Pengamatan ...................................................................
16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
19
4.1. Perubahan Susut Bobot Buah .......................................................
19
4.2. Laju Respirasi ...............................................................................
21
4.3. Kelunakan Buah............................................................................
21
4.4. Padatan Terlarut Total ..................................................................
22
4.5. Asam Tertitrasi Total ....................................................................
24
4.6. Kandungan Vitamin C ..................................................................
25
4.7. Uji Organoleptik ...........................................................................
25
4.7.1. Rasa Buah .............................................................................
27
4.7.2. Aroma Buah ..........................................................................
27
4.7.3. Penampakan Buah .................................................................
28
4.8. Masa Simpan ................................................................................
29
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
31
5.1. Kesimpulan ...................................................................................
31
5.2. Saran .............................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
32
LAMPIRAN .................................................................................................
36
vi
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1.
Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Susut Bobot Stroberi (%) selama Penyimpanan ................................... 20
2.
Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Produksi CO2 Stroberi (mg/kg/jam) selama Penyimpanan ................... 20
3.
Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Kelunakan Stroberi (mm/100gram/5 detik) selama Penyimpanan ..... 23
4.
Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Padatan Terlarut Total Stroberi (% Brix) selama Penyimpanan ........... 23
5.
Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Asam Tertitrasi Total Stroberi (%) selama Penyimpanan .................... 26
6.
Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Kandungan Vitamin C Stroberi (mg/100gram) selama Penyimpanan ..... 26
7.
Masa Simpan Stroberi berdasarkan Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Penampakan Buah Stroberi .................................................... 30
vii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Bentuk-bentuk stroberi berdasarkan USDA. ..................................
4
2.
Stroberi Varietas Sweet Charlie ......................................................
5
3.
Pola Respirasi Stroberi yang diukur pada 10ºC ..............................
7
4.
Proses Pembuatan Polystyrene .......................................................
9
5.
Struktur Chitin dan Chitosan ..........................................................
11
6.
Tahapan Pelaksanaan Penelitian .....................................................
14
7.
Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Rasa Buah Stroberi selama Penyimpanan .......................................................................
27
Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Aroma Buah Stroberi selama Penyimpanan. ......................................................................
28
Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Penampakan Buah Stroberi selama Penyimpanan .......................................................................
29
8.
9.
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Sidik Ragam Susut Bobot Stroberi .................................................
37
2.
Sidik Ragam Laju Respirasi Stroberi ..............................................
39
3.
Sidik Ragam Kelunakan Stroberi....................................................
41
4.
Sidik Ragam Padatan Total Terlarut (PTT) Stroberi ......................
43
5.
Sidik Ragam Asam Tertitrasi Total (ATT) stroberi ........................
45
6.
Sidik Ragam Kandungan Vitamin C Stroberi .................................
47
ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya stroberi saat ini telah berkembang di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa perkebunan stroberi yang terdapat di Lembang, Ciwidey (Bandung), Cipanas (Cianjur), Tawangmangu (Karanganyar), Batu (Malang), Tabanan, Bedugul (Bali), Karangmulya (Garut), dan Sawangan (Magelang) yang dikenal sebagai sentra stroberi di Indonesia (Wiguna, 2009). Banyaknya industri pengolahan yang memanfaatkan stroberi sebagai bahan baku serta pasar yang membutuhkan stroberi untuk konsumsi segar juga turut mempengaruhi potensi untuk pengembangan budidaya stroberi. Salah satu masalah yang dihadapi adalah sifat buah stroberi yang mudah rusak (perishable) sehingga dapat mengurangi jumlah buah yang dapat dijual serta menjadi suatu faktor penghambat dalam pendistribusian stroberi terutama untuk jarak jauh. Sifat mudah rusak buah stroberi disebabkan oleh kepekaan terhadap suhu tinggi, kerusakan mekanik akibat benturan dan kehilangan air. Suhu optimum untuk penyimpanan stroberi adalah 32°F atau 0°C (USDA dalam Tomlinson, 2008) dan kebutuhan RH yang tinggi yaitu 90-95% (Mitcham, 2008). Masalah lain yang dapat menurunkan kualitas dan daya simpan stroberi yang juga sangat dipengaruhi oleh suhu adalah kerentanan terhadap serangan mikroorganisme, contohnya penyakit kapang kelabu, busuk kulit, dan busuk mucor. Melihat masalah tersebut, maka diperlukan suatu cara untuk dapat mempertahankan daya simpan dengan tetap mempertahankan kualitasnya. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas dan daya simpan stroberi adalah melakukan pelapisan dan penggunaan kemasan yang tepat. Pelapisan bertujuan untuk menambah perlindungan bagi buah terhadap pengaruh luar seperti serangan mikroorganisme dan memperpanjang masa simpan produk segar (Kays, 1991; Greener dan Fennema, 1994) karena prinsipnya meniru mekanisme atmosfer termodifikasi (Kays, 1991; Baldwin, 1994) yaitu penghambatan proses metabolisme produk. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelapisan dapat memperpanjang daya simpan dan kesegaran serta menjaga
produk dari kerusakan seperti pada pisang (Purwoko dan Suryana 2000). Jenis pelapis yang digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak beracun dan dapat hilang dengan pencucian terutama pada buah yang dikonsumsi langsung seperti stroberi. Adapun pengemasan bertujuan untuk mencegah kontaminasi dari mikroba dan proses fermentasi atau pembusukan, mengurangi kontak dengan udara sehingga proses oksidasi dapat dihambat, mempertahankan kesegaran produk dan meningkatkan minat calon konsumen. Menurut Syarief et al. (1989), kerusakan fisik pada buah dan sayur juga dapat dikurangi dengan penggunaan kemasan yang tepat seperti plastik polistiren busa (styrofoam), LDPE (Low Density Polyethylene), ionomer atau plastik PVC (Polyvinyl Chloride). Kemasan juga dapat mengontrol kerusakan bahan pangan yang disebabkan oleh lingkungan seperti kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan pangan, absorpsi, serta interaksi dengan oksigen (Syarief et al., 1989). Salah satu bahan yang dapat dipakai sebagai pelapis untuk buah-buahan adalah chitosan, yaitu produk turunan dari polimer chitin yang berbahan baku produk samping (limbah) dari kepala udang. Limbah padat pengolahan yang terdiri atas kulit, kaki, dan kepala dapat mencapai 40% dari total produksi udang dan hanya sedikit yang termanfaatkan, misalnya menjadi bahan campuran terasi atau pakan ternak. Pengolahan limbah menjadi chitosan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan pemanfaatannya. Chitosan tersebut telah terbukti sebagai agen anti mikrobakteri sehingga dapat diaplikasikan sebagai pelapis pada berbagai makanan. Sifat lain dari chitosan adalah dapat menginduksi enzim chitinase pada jaringan tanaman yaitu enzim yang dapat mendegradasi chitin yang merupakan penyusun dinding sel fungi. Penggunaan chitosan sebagai pelapis dalam buahbuahan dapat menghambat difusi oksigen ke dalam buah sehingga proses respirasi dapat dihambat (Hirano,1989; El-Ghaouth et al., 1992). Chitosan pada konsentrasi 1.5% juga dilaporkan dapat menghambat senesensi dan busuk cendawan lebih baik dibandingkan 1% chitosan pada buah stroberi yang disimpan dalam suhu 10°C dan RH 70±5% (Munoz et al., 2008).
3
1.2. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelapisan chitosan terhadap kualitas dan daya simpan stroberi, konsentrasi chitosan optimal sebagai bahan pelapis alami, jenis kemasan yang paling baik untuk stroberi, dan kombinasi kemasan dan pelapisan chitosan yang memperlihatkan daya simpan stroberi paling optimal.
1.3. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah pelapisan dengan chitosan dapat mempertahankan kualitas dan daya simpan stroberi. Terdapat perlakuan kombinasi jenis kemasan dan pelapisan chitosan yang paling optimal dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan stroberi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Morfologi Stroberi Stroberi yang banyak dibudidayakan sekarang merupakan hibrida yang dikenal dengan nama Fragaria ananassa yaitu hasil silangan antara Fragaria chiloensis dari Chili sebagai tetua betina dengan Fragaria virginiana dari Amerika Utara sebagai tetua jantan. Buah stroberi berwarna merah. Buah yang dikenal dan biasanya dimakan sebenarnya adalah buah semu yang terbentuk dari receptacle yang membesar. Buah sejati berkembang menjadi buah kering dengan biji yang keras yang disebut achene. Buah sejati ini berukuran kecil dan menempel pada receptacle. Ukuran buah stroberi ditentukan oleh jumlah achene yang terbentuk (University of Georgia, 2009). Berdasarkan pengaruh panjang hari, stroberi dibagi menjadi dua jenis yaitu short day cultivar yang juga disebut June-bearing yang bunganya mulai terbentuk ketika panjang hari kurang dari 14 jam dan suhu lebih rendah dari 15°C. Selain itu terdapat jenis day neutral cultivar yang juga disebut everbearing yaitu jenis kultivar stroberi yang memproduksi bunga dan buah sepanjang tahun selama suhu mendukung yaitu suhu malam hari tetap di atas 15.5°C (Strand, 1994). Ada beberapa bentuk buah stroberi yang dikenal. Menurut penggolongan USDA (United States Department of Agriculture), ada delapan bentuk stroberi yang dikenal seperti terlihat pada Gambar 1. Adanya bentuk-bentuk ini ditentukan oleh sifat genetiknya.
Gambar 1. Bentuk-bentuk stroberi berdasarkan USDA. Keterangan dari kiri ke kanan: oblate, globose conic, globose, conic, necked, long conic, long wedge, dan short wedge. (Darrow, 2009)
5
Sifat dan ketahanan buah stroberi untuk masing-masing varietas berbedabeda. Kondisi ini mengakibatkan buah stroberi yang dipanen, baik waktu dan tingkat kesegaran dan kekerasan buah tidak sama. Hal tersebut menyebabkan perlakuan yang diberikan kepada setiap varietas berbeda (Budiman et al., 2006). Adapun varietas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia antara lain: Oso Grande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella, Camarosa, Chandler, Earlibrite, Stroberi Festival, Sweet Charlie, dan Red Gantlet. Sweet Charlie yaitu sebuah nama dari varietas stroberi FL 85-4925 adalah varietas yang dilepas oleh Institute of Food and Agricultural Sciences (IFAS), University of Florida pada tanggal 23 Juni 1992. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara FL 80-456 yaitu sebuah klon yang resisten terhadap antraknosa dengan Pajaro yaitu sebuah varietas stroberi dari Universitas California yang merupakan varietas yang sangat rentan terhadap penyakit busuk buah akibat antraknosa. Varietas ini merupakan tipe short day karena berbuah di awal musim yaitu antara bulan Desember sampai April dibandingkan dengan Oso Grande dan Pajaro. Ukuran tanaman, panjang antara 19-26 cm dan lebar antara 29-42 cm. Tingkat kerentanan terhadap penyakit antraknosa, powdery mildew, dan twospotted spider mite sedang, namun rentan terhadap penyakit busuk Botrytis, dan Phomopsis leaf blight (Feyrer dan James, 1992). Varietas Sweet Charlie memiliki intensitas rasa, tingkat kemanisan dan keseragaman warna yang paling baik, namun mempunyai intensitas warna merah yang bervariasi. Varietas ini juga secara umum memproduksi buah yang paling lunak dibandingkan dengan varietas Oso Grande, Rosa Linda, Selva dan Camarosa (Sims et al., 1997). Bentuk tanaman buah stroberi varietas Sweet Charlie yang ditanam di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Stroberi Varietas Sweet Charlie.
6
2.2. Perubahan-Perubahan pada Buah selama Pasca Panen. Tahapan perkembangan buah dimulai dari tahap pertumbuhan (growth), pematangan (maturation), matang fisiologis (physiological maturity), pemasakan (ripening), dan senesen (senescence). Pertumbuhan adalah tahap pembelahan selsel sampai mencapai tahap ukuran sel maksimal (mature), selanjutnya tahap pemasakan (ripening) adalah tahap perubahan buah dari fase matang menjadi buah yang siap dimakan, sedangkan senesen adalah tahap kemunduran yang menuju ke arah penuaan buah sampai terjadinya kematian jaringan (Kays,1991). Menurut Kartasapoetra (1994) aktivitas respirasi adalah penyebab utama terjadinya kemasakan dan menjadi tuanya hasil tanaman karena aktivitas ini masih terjadi pada saat menjelang panen dan setelah pemanenan. Respirasi yang terjadi ini dapat menghasilkan panas yang berbahaya, dan dapat mempercepat proses melunaknya buah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada buah setelah panen antara lain: adanya sejumlah besar enzim yang aktif setelah panen yang dapat menyebabkan perubahan warna dan perubahan komposisi dinding sel sehingga menyebabkan buah menjadi lunak. Selain itu adanya reaksi-reaksi kimia yang menyebabkan perubahan rasa, bau, tekstur dan nutrisi yang terkandung di dalamnya (Winarno, 2002).
3.3. Pola Respirasi Stroberi Pola respirasi buah pada dasarnya digolongkan menjadi dua yaitu buah klimakterik dan buah non klimakterik. Buah klimakterik adalah buah-buahan yang pemasakannya ditandai dengan peningkatan respirasi kemudian terus menurun. Beberapa buah klimakterik antara lain: mangga, pisang, markisa, avokad dan apel sehingga walaupun dipanen matang (mature) namun belum masak (ripening) dapat melakukan proses pemasakan sendiri. Buah stroberi termasuk ke dalam golongan non klimakterik yaitu jenis buah yang laju respirasinya terus menurun dan tidak ditandai dengan puncak respirasi. Adapun pola respirasi stroberi yang disimpan pada suhu 10°C selama enam hari diperlihatkan pada Gambar 3. Buah-buahan non klimakterik memproduksi sedikit etilen dan tidak menunjukkan perubahan produksi CO2
7
dalam jumlah besar (Kader, 2002). Hal ini mengakibatkan beberapa buah non klimakterik termasuk stroberi harus dipanen pada saat matang penuh untuk mendapatkan kualitas maksimum dalam hal penerimaan visual (kesegaran, warna dan tidak adanya kebusukan atau kerusakan fisiologis), tekstur (kekerasan, juiciness, dan kerenyahan), cita rasa dan kandungan nutrisi yang meliputi vitamin, mineral dan serat (Munoz et al., 2008).
Gambar 3. Pola Respirasi Stroberi yang diukur pada 10ºC (Munoz, 2008)
2.4. Pengemasan Pengemasan
atau
disebut
juga
pembungkusan,
pewadahan
atau
pengepakan berperan dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Selain itu, pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi (Syarief et al., 1989). Pengertian kemasan tersebut memberi arti bahwa fungsi dasar pengemasan adalah membangun ”jembatan” dari tempat produksi ke konsumen akhir atau dari tahapan produksi satu ke tahapan produksi yang lain atau selama pemasaran, sehingga produk atau komoditas berada dalam kondisi baik. Menurut Syarief et al. (1989), fungsi pengemasan ialah: a. Fungsi
pengemasan
menurut
susunan
lapisan
pengemasan:
8
1. Pengemasan Primer, langsung mewadahi atau membungkus produk yang dikemas 2. Pengemasan Sekunder, berfungsi untuk melindungi kelompok kemasan primer. 3. Pengemasan Tersier, berfungsi untuk melindungi produk selama pengangkutan yang lebih dikenal sebagai kemasan distribusi. b. Fungsi pengemasan menurut sifat mutu performa: 1. Perlindungan terhadap produk 2. Pemasaran dan penjualan 3. Informasi tentang produk yang dikemas 4. Transportasi dan distribusi 5. Penyimpanan dan penggudangan. Pengemasan komoditas hortikultura adalah suatu usaha menempatkan komoditas segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Pengemasan dilakukan agar komoditas dapat dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis,
fisik, kimia dan
mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran (Sacharow dan Griffin, 1980). Hambali (1995) menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya mengalami luka memar akibat pukulan, kompresi, vibrasi serta gesekan. Memar pukulan terjadi karena komoditas atau kemasannya jatuh ke atas permukaan yang keras. Penanganan jenis memar ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantalan di dalam kemasan dan menyatukan serta melakukan pengisian produk ke dalam kemasan dengan baik. Memar akibat kompresi terjadi karena pengisian kemasan berlebihan sehingga komoditas harus menahan beban tumpukan yang cukup besar. Pengemasan dapat mengurangi kehilangan lembab (pengurangan berat) dan dengan demikian mencegah terjadinya dehidrasi, terutama bila digunakan bahan penghalang lengas uap air (Hall, 1986). Hal ini merupakan keuntungan utama dari pengemasan yang dapat pula memperpanjang umur simpan komoditas
9
yang bersangkutan. Kehilangan air yang disusul dengan laju atau keriputnya komoditas, jelas merupakan sebab hilangnya kesegaran.
2.5. Plastik sebagai Kemasan Plastik merupakan salah satu kemasan yang terbuat dari bahan minyak dan gas sebagai sumber alami, namun dalam perkembangannya, bahan pembuat plastik ini digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifatsifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan ekstrusi (Syarief et al., 1989). Jenis dan sifat-sifat produk plastik sangat ditentukan oleh monomer-monomer penyusunnya. Beberapa monomer yang sering digunakan diantaranya adalah etilen, propilen, stiren dan lain-lain. Jenis kemasan plastik yang paling dikenal adalah polietilen, polypropilen, polyester, nilon dan vinil film. Jenis kemasan plastik yang biasa digunakan oleh para petani dan perusahaan stroberi di Indonesia adalah PET (Polyethylene terephtalate) styrofoam (polystyrene) dan PVC atau di pasaran dikenal dengan nama plastik mika. PET merupakan sebuah senyawa turunan polyester yang bersifat mempunyai resistensi yang tinggi terhadap panas, bahan kimia, asam, basa, beberapa pelarut, minyak dan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PET lebih efektif digunakan sebagai pengemas dibandingkan LDPE dalam mempertahankan kualitas stroberi dalam 10 hari (Cane et al., 2008). Styrofoam atau polystyrene dibuat dengan mereaksikan styrene pada suhu 125° C selama 7 hari. Polimer ini dapat dimurnikan dengan menambah benzena sehingga monomer-monomer akan terlarut yang selanjutnya didestilasi dengan metode destilasi vacum. Proses pembuatan styrofoam ditampilkan pada Gambar 4.
O
O
Panas nCH2=CH
CH2 CH 125° C Gambar 4. Proses Pembuatan Polystyrene (Setyowati et al., 2000) PVC merupakan hasil polimerisasi vinil klorida dengan bantuan katalis. Antoniette (2009) menyatakan bahwa plastik jenis PVC bersifat tebal tapi masih
10
sedikit fleksibel karena adanya bahan pemlastis dalam pembentukannya. Beberapa jenis PVC antara lain: 1. Plasticized Vinyl Chloride yang banyak digunakan untuk kemasan daging segar, buah-buahan dan sayuran. 2. Vinyl Copolimer yang biasa digunakan untuk kemasan blister pack, kosmetika dan sari buah 3. Oriented Film yang mempunyai sifat lunak dan tidak mudah berkerut. Vinil klorida yang merupakan monomer PVC mempunyai sifat aliran yang baik dan digunakan untuk bahan film atau untuk melindungi bahan yang memerlukan permeabilitas yang rendah terhadap uap air dan gas. Menurut Buckle et al. (1987) permeabilitas gas PVC seperti CO2, O2 dan N2 lebih rendah dibandingkan HDPE (High Density Polyethylene), LDPE, dan PP (Polypropylene) sehingga PVC cocok untuk mengemas produk yang banyak mengandung senyawa volatile (mudah menguap).
2.6. Pelapisan dalam Penanganan Pasca Panen Pelapisan digunakan untuk memanipulasi resistensi pada permukaan luar buah seperti jika disimpan dalam wadah atau kemasan. Pelapis digunakan untuk memperpanjang masa simpan produk segar dan melindungi kerusakan buah dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan seperti adanya serangan mikroorganisme,
mengurangi
laju
pertukaran
gas
dan
kehilangan
air,
mempertahankan tekstur dan flavor yang mudah menguap yang dapat merusak kualitas buah tersebut (Oms-Oliu et al., 2008). Salah satu pertimbangan dalam pemilihan bahan pelapis adalah pelapis yang tidak membahayakan kesehatan, misalnya pelapis dapat dimakan (edible coating). Pelapis yang dapat dimakan merupakan lapisan tipis dan kontinyu yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan. Komponen pelapis yang dapat dimakan terdiri atas tiga kategori yaitu hidrokoloid, lipid dan kombinasinya. Hidrokoloid terdiri atas protein, turunan selulosa, alginat, pektin, tepung (starch) dan polisakarida lainnya, sedangkan lipid terdiri atas lilin (wax), asilgliserol, dan asam lemak (Donhowe dan Fennema, 1994). Edible coating dalam aplikasinya berfungsi sebagai barrier terhadap uap air dan pertukaran gas O2 dan CO2,
11
mencegah kerusakan akibat penanganan mekanik (Mellenthin et al.,1982), membantu mencegah hilangnya senyawa-senyawa volatile (Nisperoscarriedo et al., 1990), dan sebagai carrier zat aditif seperti zat antimikrobial dan antioksidan untuk meningkatkan daya simpan suatu bahan pangan (Kester dan Fennema, 1988).
2.7. Chitosan Chitosan merupakan biopolimer rantai panjang glukosamin yang diperoleh melalui penghilangan protein dan kandungan mineral melalui proses kimiawi yang disebut "deproteinasi" dan demineralisasi yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan asam. Selanjutnya, chitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara memanaskan dalam larutan basa. Struktur chitin dan chitosan ditampilkan pada Gambar 5. Chitosan bukan hanya komponen utama dari exoskeleton dari golongan serangga dan crustaceae, namun juga terdapat pada dinding sel fungi dan alga. Karakteristik fisiko-kimia chitosan berwarna putih dan berbentuk kristal dapat larut dalam larutan asam organik, tetapi tidak larut dalam pelarut organik lainnya. Pelarut chitosan yang baik adalah asam asetat. Chitosan tidak mudah larut dalam air dan mempunyai muatan positif kuat yang dapat mengikat muatan negatif dari senyawa lain. Chitosan mudah mengalami degradasi secara biologis dan tidak beracun. Sifat polar dan non polar inilah yang menyebabkan chitosan fleksibel dapat mengikat air dan minyak, dan dapat membentuk konfirmasi yang kompak dan memanjang, sifat ini bermanfaat untuk meningkatkan daya guna dari chitosan (Steven dan Verhe, 2004).
Gambar 5. Struktur Chitin dan Chitosan (Dalwoo, 2002)
12
Hirano (1989); El Ghaouth et al. (1992) menyarankan penggunaan chitosan sebagai pelapis yang dapat dimakan pada buah dan sayur. Pelapisan dengan chitosan dapat melindungi makanan dari kerusakan karena cendawan dan dapat memanipulasi atmosfer dari buah-buahan segar, serta dapat menghambat difusi oksigen sehingga proses respirasi dapat dihambat. Aplikasi chitosan sebagai pelapis yang dapat dimakan pada buah dan sayur mempunyai dampak positif untuk penyimpanan jangka panjang makanan karena chitosan menyediakan semacam lapisan aktif yang dapat mengeluarkan zat pengawet yang dimilikinya secara perlahan-lahan sehingga pertumbuhan cendawan dapat dihambat. Efek tersebut juga dapat mempertahankan penampakan luar dari buah dalam waktu lama. Hal ini terbukti pada aplikasi chitosan sebagai pelapis pada spesies Valencia orange dan Fortune Mandarin (Galed et al., 2003), Pyrus pyrifolia atau pir Huanghua (Zhou et al.,2007), stroberi kultivar Camarosa (Munoz et al., 2008) dan pada buah belewah potong dan nenas potong (Sangsuwan et al.,2008).
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2009.
3. 2. Bahan dan Alat Bahan digunakan dalam penelitian ini antara lain: chitosan, buah stroberi (Fragaria ananassa) varietas Sweet Charlie, aquades, NaOH, larutan iod, kain saring, kemasan stryrofoam, dan kemasan plastik mika. Alat yang digunakan adalah: cool storage, blender, buret, labu erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, pipet volumetrik, pipet tetes, timbangan analitik, cosmotector, penetrometer, refraktometer, spatula, dan alat-alat penunjang penelitian lainnya.
3. 3. Metode Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pelapisan chitosan yang terdiri atas tiga taraf perlakuan yaitu konsentrasi 0%, 1%, 2% b/v, sedangkan faktor kedua adalah jenis kemasan yang terdiri atas dua taraf perlakuan yaitu plastik mika dan styrofoam. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga jumlah satuan percobaan adalah 3 x 2 x 3 = 18 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 9 kemasan stroberi. Jumlah kemasan stroberi yang dibutuhkan untuk seluruh pengamatan adalah 162 kemasan dengan jumlah antara 8 – 12 buah per kemasan. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan pengambilan sampel satu kemasan per perlakuan. Pengamatan dilakukan secara destruktif. Model RAL yang digunakan adalah: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Yijk
: nilai pengamatan pada faktor jenis kemasan ke-i, faktor pelapisan chitosan ke-j, ulangan ke-k
14
µ
: rataan umum
αi
: Pengaruh
βj
: Pengaruh utama faktor kemasan ke-j
utama faktor pelapisan chitosan ke-i
(αβ)ij : Pengaruh interaksi antara faktor jenis kemasan dengan pelapisan chitosan εijk
: Galat percobaan
3. 3.1. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), kemudian jika didapatkan hasil yang berbeda nyata, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf nyata 5 %. Sidik ragam peubah yang diamati dicantumkan pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 6.
3. 3. 2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
dalam
beberapa
tahapan.
pelaksanaan penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 6. Pemanenan Stroberi Transportasi Sortasi Aplikasi Pelapisan Pengemasan Penyimpanan Pengamatan: 1. Susut Bobot 2. Laju Respirasi 3. Kelunakan buah 4. Padatan Terlarut Total 5. Total Asam Tertitrasi 6. Kandungan Vitamin C 7. Uji Organoleptik 8. Masa Simpan
Gambar 6. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Tahapan
15
3.3.2.1. Pemanenan dan Sortasi Sampel stroberi diambil dari D’ Lato Farm yang berlokasi di Ciwidey, Jawa Barat dengan tingkat kemasakan relatif seragam yaitu warna merah pada buah telah mencapai 90%. Pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai buah menggunakan gunting. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi luka pada buah. Stroberi dimasukkan ke dalam styrofoam tray dengan cara menyusun stroberi dalam satu susunan buah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya gesekan antar buah akibat saling bertumpuknya buah. Buah selanjutnya ditransportasikan ke Kampus IPB Darmaga,
Bogor dengan
menggunakan mobil
berpendingin
(Air
Conditioner). Waktu tempuh selama perjalanan kurang lebih delapan jam. Setelah sampai di Bogor, stroberi disortasi terlebih dahulu kemudian dipilih buah yang tidak terdapat kerusakan akibat mikroorganisme dan buah yang tidak atau hanya terdapat kerusakan mekanis yang seminimal mungkin.
3.3.2.2. Pelapisan dan Pengemasan Buah hasil sortasi diberi perlakuan pelapisan chitosan dengan cara mencelupkan ke dalam konsentrasi 1% dan 2% b/v selama lima menit, sedangkan kontrol (0% chitosan) tidak melalui pencelupan terlebih dahulu. Buah kemudian dikeringanginkan dan diletakkan pada dua jenis kemasan yang berbeda yaitu kemasan plastik mika dan styrofoam karena kedua jenis kemasan ini yang sering digunakan oleh petani stroberi untuk pengemasan. Bobot untuk setiap kemasan adalah 80 – 100 gram dan setiap kemasan berisi 8 – 12 buah.
3.3.2.3. Penyimpanan Stroberi yang telah dikemas disimpan dalam cool storage pada suhu 10°C dengan kelembaban relatif (RH) 88 – 89% untuk melihat daya simpannya. Masing-masing sudut Cool Storage diberi seember air agar kelembaban tinggi dapat tetap terjaga.
16
3.3.2.4. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap hari dengan peubah yang diamati meliputi : 1) Perubahan susut bobot buah diukur dengan menimbang kemasan buah stroberi yang sama setiap hari pengamatan dengan rumus: Susut bobot
Ba Bb
100%
Ba
Keterangan : Ba : bobot awal buah Bb: bobot buah setelah penyimpanan 2) Laju
respirasi
diukur
berdasarkan
produksi
CO2
dengan
menggunakan Cosmotector dengan sistem tertutup. Sampel buah ditimbang dan dihitung volumenya kemudian dimasukkan ke dalam stoples tertutup yang juga telah dihitung volumenya dan dilengkapi pipa
plastik
yang
dihubungkan
ke
Cosmotector.
Buah
diinkubasikan selama 5 - 7 jam dalam suhu ruang (29ºC) kemudian dilihat produksi CO2 yang dihasilkan pada angka yang ditunjukkan oleh cosmotector . Perhitungan laju respirasi adalah sebagai berikut: L
mg CO 2 W (gram) T (jam)
Keterangan: L = laju respirasi (mg CO2 kg-1 jam-1) mg CO2 = mol CO2 x BM (44) x 1000 W = bobot buah (gram) T = waktu inkubasi (jam) 3) Kelunakan buah diukur dengan menggunakan penetrometer berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap jarum penusuk penetrometer. 4) Padatan
terlarut
total
ditentukan
dengan
menggunakan
refraktometer. Daging buah dihancurkan dengan blender dan
17
5) disentrifugasi kemudian sari buah diteteskan pada permukaan prisma refraktometer dan diamati angka yang tertera. 6) Asam Tertitrasi Total (ATT) diukur dengan cara buah dimasukkan ke dalam blender dan diambil pastanya sebanyak 50 gram. Pasta disaring dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml kemudian ditambahkan air sampai tanda tera. Filtrat diambil sebanyak 50 ml dan dimasukkan ke dalam gelas ukur. Setelah itu pH meter dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi filtrat, kemudian dilakukan pencatatan terhadap pH awal buah. Selanjutnya filtrat dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai angka di pH meter menunjukkan pH netral (pH=7). Metode ini dipakai karena dalam penentuan penetralan larutan asam secara umum, peubah yang dipakai adalah pada saat larutan tepat berwarna merah muda, sedangkan penentuan warna merah muda pada buah stroberi relatif sulit dilakukan karena warna awal sebelum titrasi adalah merah muda. Perhitungan ATT menurut Sadler dan Murphy (2003) menggunakan rumus sebagai berikut: ATT (%)
ml NaOH N NaOH x fp BE
x 100%
W (gram) x 1000
Keterangan: ATT
: Asam Tertitasi Total (%)
ml NaOH : jumlah ml NaOH yang terpakai saat titrasi N NaOH : Normalitas NaOH (mEq/ml) fp
: faktor pengenceran, yaitu jumlah keseluruhan filtrat dibagi dengan aliquot yang diambil
BE
: Bobot ekuivalen asam sitrat = 192/2 = 96 (mg/mEq)
W
: bobot pasta buah (gram)
7) Kandungan vitamin C diukur dengan cara titrasi dengan larutan iod. Pasta buah sebanyak 50 gram disaring kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan ditambahkan aquades sampai tanda tera. Filtrat sebanyak 50 ml diambil kemudian dimasukkan ke
18
dalam gelas ukur dan diberi 2 ml indikator larutan amilum kemudian dititrasi dengan larutan Iod 0.01 N sampai filtrat berubah warna menjadi biru stabil. Perhitungan kandungan vitamin C sebagai berikut: Vit C
ml iod 0.88 mg/ml fp 100 W (gram)
Keterangan: Vit C
: kandungan vitamin C ( mg/100 gram)
ml iod
: jumlah iod yang digunakan untuk titrasi
1 ml iod : 0.88 mg vitamin C fp
: faktor pengenceran
W
: bobot pasta (gram)
8) Uji organoleptik dilakukan melalui uji hedonik dengan 9 panelis yang masing-masing menguji dua sampel buah yang dilapisi dengan konsentrasi chitosan yang sama namun dalam jenis kemasan yang berbeda. Panelis dalam penelitian ini merupakan orang yang sama setiap hari pengamatan. Kriteria penilaian kemudian dikonversikan dalam angka yaitu 5: sangat suka, 4: suka, 3: biasa, 2: tidak suka dan 1: sangat tidak suka. Uji ini untuk mengetahui penerimaan konsumen dilakukan terhadap rasa, aroma, dan penampakan buah. Panelis yang dilibatkan adalah panelis semi terlatih yaitu panelis yang bukan ahli dan bukan orang awam yang tidak mengerti ciri-ciri organoleptik. 9) Masa simpan ditentukan oleh nilai kritis yang diperoleh dari uji organoleptik terhadap penampakan buah. Nilai kritis yang dimaksud adalah ketika panelis memberikan skor 3 pada penampakan stroberi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Perubahan Susut Bobot Buah Susut bobot buah berkaitan dengan proses transpirasi dan respirasi akibat kehilangan air dan kelembaban. Susut bobot buah akan meningkat selama penyimpanan. Hal ini juga turut dipengaruhi oleh dinding luar stroberi yang tipis sehingga membuat buah tersebut sangat rentan terhadap kehilangan air yang dapat menyebabkan kelayuan dan deteriorasi. Pengaruh pelapisan chitosan dan jenis kemasan pada Tabel 1 memperlihatkan persentase susut bobot stroberi semakin besar dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-9 penyimpanan pada semua taraf perlakuan. Pengaruh pelapisan chitosan terlihat berbeda nyata pada hari ke-2 sampai hari ke-9 penyimpanan. Buah yang dilapisi chitosan menghasilkan susut bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Adanya pelapis berperan sebagai penghalang terhadap transfer air sekaligus pelindung terhadap luka pada dinding buah sehingga dapat mencegah dehidrasi. Nilai susut bobot stroberi yang diberi pelapisan chitosan baik 1% maupun 2% lebih rendah jika dibandingkan kontrol pada hari ke-1 sampai hari ke9 penyimpanan. Aplikasi chitosan pada konsentrasi yang lebih tinggi (2%) juga memperlihatkan nilai susut bobot yang lebih rendah pada semua hari pengamatan dibandingkan stroberi yang hanya dilapisi oleh 1% chitosan. Pengaruh jenis kemasan pada hari 1, 2, dan 7 penyimpanan memperlihatkan hasil yang berbeda nyata antara buah yang dikemas dengan styrofoam yaitu menghasilkan susut bobot yang lebih rendah dibandingkan buah yang dikemas dengan plastik mika. Nunes et al. (1996) menyatakan bahwa susut bobot yang lebih rendah ditunjukkan pada buah stroberi yang dikemas dengan menggunakan polystyrene box (styrofoam) selama penyimpanan pada suhu 1ºC dan 5ºC.
Tabel 1. Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Susut Bobot Stroberi (%) selama Penyimpanan Waktu Simpan (hari) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Pelapis Chitosan 0% 1.47a 3.64a 4.50a 5.79a 7.13a 9.16a 11.93a 14.58a Chitosan 1% 1.16a 2.44b 3.58b 4.65b 6.49b 7.56b 9.43b 11.78b Chitosan 2% 0.24b 1.40c 2.30c 3.82c 5.65c 6.21c 7.66c 8.77c Jenis Kemasan Styrofoam 0.77 2.24 3.31 4.54 6.28 7.48 9.36 11.51 Mika 1.14 2.75 3.61 4.97 6.57 7.81 9.99 11.91 Uji F * * tn tn tn tn * tn Interaksi S NS NS NS NS NS NS NS
9 16.52a 13.02b 10.82c 13.27 13.63 tn NS
Tabel 2. Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap produksi CO2 stroberi (mg/kg/jam) selama penyimpanan Waktu Simpan (hari)* Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelapis Chitosan 0% 149.43a 176.63a 174.4a 163.57a 144.12a 164.09a 166.14a 161.25a 153.28a Chitosan 1% 103.44b 163.32a 172.41a 140.23b 145.76a 147.29b 151.81ab 146.31b 145.82a Chitosan 2% 48.47c 111.09b 120.73b 105.29c 102.73b 110.41c 128.88b 118.75c 114.45b Jenis Kemasan Styrofoam 80.22b 138.72 146.39 125.61 120.96 130.71 141.96 136.06 127.84 Mika 120.67 161.97 165.33 147.12 140.78 150.48 155.92 148.14 147.86 Uji F * * * * * * tn * * Interaksi NS NS NS NS NS NS NS NS NS Keterangan: Pada faktor dan kolom yang sama, angka dengan notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (pelapis) dan uji F (jenis kemasan): * = berbeda nyata pada α=5% ; tn = tidak berbeda nyata. NS: Tidak Ada Interaksi antar Faktor ; S: Ada Interaksi antar faktor
20
21
4. 2. Laju Respirasi Laju respirasi dapat diukur dari jumlah konsumsi O2 atau jumlah CO2 yang dihasilkan. Buah-buahan tetap melakukan respirasi walaupun telah dipetik dari pohonnya dan hal ini menjadi salah satu penyebab deteriorasi pada buah. Laju respirasi sangat dipengaruhi oleh faktor suhu karena berhubungan dengan proses metabolisme yang terjadi dalam buah. Stroberi termasuk ke dalam jenis buah non klimakterik yang mempunyai laju respirasi tinggi, yaitu antara 20-40 mg CO2 /kg/jam pada suhu 5° C (Kader, 2002). Pada penelitian ini, laju respirasi stroberi meningkat 5-7 kali karena diukur pada suhu yang lebih tinggi yaitu 29°C. Hasil penelitian pada Tabel 2 memperlihatkan terjadi peningkatan laju respirasi pada hari ke-2 penyimpanan. Setelah itu laju respirasi menurun sampai hari ke-9 penyimpanan. Nilai laju respirasi antara buah yang dilapisi terlihat lebih rendah dibanding buah yang tidak dilapisi. Nilai laju respirasi terendah diperoleh dari stroberi yang dilapisi dengan 2% chitosan. Laju respirasi berbeda nyata antara stroberi yang dilapisi 2% chitosan dibandingkan kontrol pada semua hari penyimpanan sedangkan buah yang dilapisi 1% chitosan berbeda nyata dibandingkan kontrol pada hari 1, 4, 6, 8 penyimpanan. Hal ini disebabkan oleh kondisi atmosfer termodifikasi yang terjadi karena adanya chitosan yang berperan sebagai barrier untuk menghambat difusi oksigen ke dalam buah sehingga dapat menekan produksi CO2 pada buah. Pengaruh jenis kemasan terlihat berbeda nyata pada semua waktu simpan, kecuali pada hari ke tujuh penyimpanan. Gas CO2 yang diproduksi oleh stroberi tetap terperangkap dalam kemasan yang membuat atmosfer di sekitar buah menjadi termodifikasi yaitu jumlah CO2 menjadi lebih banyak dibanding konsentrasi CO2 normal sehingga konsumsi oksigen oleh buah dapat ditekan. Hal tersebut berakibat pada tertekannya laju respirasi oleh stroberi.
4. 3. Kelunakan Buah Perubahan pada kelunakan buah selama proses pemasakan disebabkan oleh perubahan komposisi dalam dinding sel. Semakin tinggi tingkat kemasakan buah, maka nilai kelunakannya akan semakin tinggi. Dinding sel buah mempunyai susunan yang sangat kompleks tetapi pada umumnya tersusun atas selulosa,
22
hemiselulosa, pektin, dan lignin. Pada proses pemasakan, protopektin yaitu jenis pektin yang tidak larut di dalam air mengalami perubahan menjadi pektin yang larut dalam air sehingga membuat buah menjadi semakin lunak (Matto et al., 1986). Berdasarkan dinding buahnya, stroberi termasuk ke dalam golongan buah berry yaitu buah yang mempunyai lapisan luar tipis sedangkan lapisan dalam dan tengahnya menyatu. Hasil penelitian yang ditampilkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dibanding kontrol, stroberi yang dilapisi 2% chitosan berbeda nyata pada semua hari penyimpanan sedangkan 1% chitosan berbeda nyata pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-9 penyimpanan, kecuali pada hari ke-6 dan ke-9 penyimpanan. Perlakuan kemasan menunjukkan beda nyata pada hari 1, 2, 4, dan 5 penyimpanan. Nilai tertinggi untuk kelunakan stroberi mencapai 11.54 mm/100gram/5 detik dan nilai terendah adalah 8.29 mm/100gram/detik pada perlakuan 2% chitosan. Semakin tinggi hasil pengukuran kelunakan maka buah stroberi semakin lunak. Hal ini terjadi karena pelapis chitosan mampu mempertahankan kekerasan awal stroberi. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian Munoz et al. (2008) yang menunjukkan bahwa pada hari terakhir penyimpanan pelapisan chitosan dengan konsentrasi 1% dan 1.5% menghasilkan nilai kekerasan stroberi lebih tinggi dibanding buah yang tidak diberi perlakuan pelapisan. Kekerasan buah diukur dengan gaya penetrasi maksimum (N) yang dapat ditahan oleh stroberi sehingga semakin tinggi nilai gaya penetrasi, maka kekerasan buah semakin tinggi.
4. 4. Padatan Terlarut Total (PTT) Padatan terlarut total (PTT) adalah total padatan terlarut yang ada dalam suatu buah dan nilai dari PTT tersebut akan bertambah selama proses pemasakan karena adanya perombakan karbohidrat menjadi gula sederhana seperti fruktosa, glukosa ataupun sukrosa. Gula merupakan zat padat terlarut yang paling banyak terdapat pada buah-buahan. Oleh karena itu, zat padat terlarut digunakan sebagai penafsiran rasa manis (Kitinoja dan Kader, 2002).
Tabel 3. Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Kelunakan Stroberi (mm/100gram/5 detik) selama Penyimpanan Waktu Simpan (hari) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelapis Chitosan 0% 9.15a 11.54a 9.29a 11.27a 11.47a 10.00a 10.86a 12.70a 11.54a Chitosan 1% 8.46b 9.20b 8.23b 9.95b 9.72b 9.58a 8.89b 11.61b 9.67ab Chitosan 2% 7.72c 8.42c 7.53c 9.36c 8.57c 8.68b 8.29b 10.10c 8.70b Jenis Kemasan Styrofoam 8.38 9.62 8.34 10.11 9.82 9.42 9.10 11.35 9.66 Mika 8.51 9.82 8.36 10.28 10.03 9.41 9.59 11.59 10.29 Uji F * * tn * * tn tn tn tn Interaksi NS NS NS NS NS NS NS NS NS Tabel 4. Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Padatan Terlarut Total Stroberi (% Brix) selama Penyimpanan Waktu Simpan (hari) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelapis Chitosan 0% 8.42b 9.13a 9.54a 8.33a 8.67a 7.72a 8.77a 9.29a 8.91a Chitosan 1% 9.15a 8.26b 8.32b 8.17a 7.68b 7.23ab 8.02a 7.59b 7.62b Chitosan 2% 8.42b 7.82b 7.87b 7.82b 6.83b 6.63b 7.08b 6.28c 6.75c Jenis Kemasan Styrofoam 8.68 8.31 8.47 7.98 7.67 7.12 7.82 7.60 7.61 Mika 8.64 8.49 8.68 8.22 7.79 7.27 8.09 7.84 7.91 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn Interaksi S NS NS NS NS NS NS NS NS Keterangan: Pada faktor dan kolom yang sama, angka dengan notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (pelapis) dan uji F (jenis kemasan): * = berbeda nyata pada α=5% ; tn = tidak berbeda nyata. NS: Tidak Ada Interaksi antar Faktor ; S: Ada Interaksi antar faktor
23
24
Hasil dari pengaruh pelapisan chitosan dan jenis kemasan ditunjukkan pada Tabel 4. Nilai PTT pada buah yang dilapisi chitosan mengalami penurunan sampai hari ke-6 penyimpanan, kemudian meningkat pada hari ke-7 dan menurun sampai hari ke-9 penyimpanan. Buah yang tidak dilapisi chitosan memperlihatkan nilai PTT yang berfluktuasi pada kisaran 8.33-9.54% brix. Buah yang dilapisi 2% chitosan berbeda nyata pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-9 penyimpanan dibandingkan kontrol, sedangkan buah yang dilapisi 1% chitosan berbeda nyata dibandingkan kontrol pada hari ke-1, 2, 3, 5, 8, dan 9 penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa pelapis chitosan mampu mempertahankan jumlah pati atau karbohidrat lebih banyak sehingga jumlah PTT yang dihasilkan tidak begitu tinggi dibandingkan dengan stroberi yang tidak dilapisi chitosan. Pelapisan dapat menekan jumlah PTT yang dihasilkan oleh stroberi sehingga memperlambat proses pemasakan stroberi dan memperpanjang masa simpan buah tersebut. Pengaruh faktor jenis kemasan terhadap nilai PTT memperlihatkan nilai PTT yang terus menurun sampai hari ke-6 penyimpanan, selanjutnya mengalami peningkatan sampai hari ke-9 penyimpanan. Jenis kemasan styrofoam memperlihatkan nilai PTT yang sama dengan plastik mika karena tidak memperlihatkan hasil yang berbeda nyata pada uji F.
4. 5. Asam Tertitrasi Total Asam tertitrasi total diekspresikan oleh jumlah NaOH total yang digunakan untuk mentitrasi filtrat stroberi. Asam-asam organik merupakan salah satu peubah untuk melihat terjadinya deteriorasi pada buah karena asam organik merupakan komponen utama penyusun sel yang mengalami perubahan selama pemasakan buah. Jumlah asam organik pada buah akan mengalami penurunan selama pemasakan (Winarno, 2002). Hasil pengamatan ditampilkan pada Tabel 5. Stroberi yang tidak dilapisi chitosan memiliki nilai ATT yang terendah. Nilai ATT pada hari ke-4 meningkat kemudian terus menurun sampai hari ke-9 penyimpanan pada semua perlakuan. Nilai ATT tertinggi dihasilkan oleh stroberi dengan perlakuan 2% chitosan. Matto et al. (1986) menyatakan bahwa asam-asam organik yang terdapat pada buah
25
merupakan sumber energi buah, semakin tinggi kandungan asam buah, semakin tinggi pula ketahanan simpan buah tersebut. Pada hari ke-1 dan ke-2 penyimpanan, pengaruh pelapis chitosan memperlihatkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan. Hari ke-3 sampai dengan hari ke-9 penyimpanan menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara buah yang dilapisi chitosan dengan buah yang tidak dilapisi. Pengaruh jenis kemasan memperlihatkan bahwa hasil yang berbeda nyata hanya terjadi pada hari ke-1 penyimpanan.
4. 6. Kandungan Vitamin C Pengukuran terhadap vitamin C dilakukan karena buah stroberi mempunyai kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibanding buah-buahan lain yang memiliki rasa asam (University of Georgia, 2009). Pengaruh pelapisan chitosan dan jenis kemasan ditampilkan pada Tabel 6. Nilai kandungan vitamin C terlihat menurun pada hari ke-2 dan meningkat pada hari ke-3 penyimpanan, selanjutnya menurun sampai hari ke-6 penyimpanan. Pada hari ke-7, nilai vitamin C meningkat kemudian menurun sampai hari ke-9 penyimpanan. Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil berbeda nyata pada hari ke-5 penyimpanan, sedangkan pada hari lainnya hasil berbeda nyata hanya terlihat pada stroberi yang diberi pelapisan 2% chitosan. Data memperlihatkan bahwa buah yang dilapisi chitosan menghasilkan nilai kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibanding tanpa pelapisan. Hal ini menunjukkan bahwa chitosan dapat menghambat penurunan kandungan vitamin C yang terdapat dalam buah stroberi. Buah yang dikemas dengan styrofoam memiliki kandungan vitamin C yang tidak berbeda nyata dibanding dengan stroberi yang dikemas dengan plastik mika.
4. 7. Uji Organoleptik Uji organoleptik bertujuan untuk mengukur persepsi kualitas dan masa simpan buah stroberi berdasarkan penerimaan panelis. Uji ini dilakukan dengan menggunakan indera manusia yaitu pengecap, pembau dan visual. Pengujian dilakukan terhadap rasa, aroma, dan penampakan buah.
Tabel 5. Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Asam Tertitrasi Total Stroberi (%) selama Penyimpanan Waktu simpan (hari) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Pelapis Chitosan 0% 1.13c 0.82c 0.81b 1.54b 1.42b 1.50b 1.55b 1.09b Chitosan 1% 1.33b 0.96b 0.97a 2.08a 1.67ab 1.78a 1.80a 1.15b Chitosan 2% 1.62a 1.11a 1.00a 2.22a 1.98a 1.83a 2.00a 1.48a Jenis Kemasan Styrofoam 1.42 0.97 0.95 1.85 1.76 1.72 1.78 1.29 Mika 1.30 0.95 0.90 2.05 1.62 1.68 1.91 1.19 Uji F * tn tn tn tn tn tn tn Interaksi NS NS NS NS NS NS NS NS
9 0.97b 1.13b 1.48a 1.25 1.14 tn NS
Tabel 6. Pengaruh Pelapisan Chitosan dan Jenis Kemasan terhadap Kandungan Vitamin C Stroberi (mg/100gram) selama Penyimpanan Waktu simpan (hari) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelapis Chitosan 0% 27.41b 13.57b 26.39b 28.27b 22.52c 22.88b 30.14b 26.87b 25.08b Chitosan 1% 29.74b 15.02ab 34.72a 31.99a 24.85b 24.19b 30.83b 30.01b 22.34b Chitosan 2% 37.14a 16.88a 35.91a 35.31a 28.90a 26.86a 34.75a 37.58a 32.27a Jenis Kemasan Styrofoam 32.25 15.33 32.49 32.63 26.14 25.20 31.99 32.40 28.45 Mika 30.61 14.98 32.19 31.08 24.70 24.08 21.78 30.57 27.73 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn Interaksi NS NS NS NS NS NS NS NS NS Keterangan: Pada faktor dan kolom yang sama, angka dengan notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (pelapis) dan uji F (jenis kemasan): * = berbeda nyata pada α=5% ; tn = tidak berbeda nyata. NS: Tidak Ada Interaksi antar Faktor ; S: Ada Interaksi antar faktor
26
27
4. 7. 1. Rasa Buah Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan panelis terhadap rasa stroberi yang dilapisi chitosan dibandingkan dengan buah yang tidak dilapisi yang dikombinasikan dengan jenis kemasan selama penyimpanan. Pada Gambar 19 terlihat bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap rasa buah stroberi berfluktuasi pada semua perlakuan selama sembilan hari penyimpanan. Hal ini terjadi karena tidak semua panelis menyukai rasa asli dari buah stroberi. Gambar 19 juga menunjukkan bahwa perlakuan 2% chitosan pada kemasan styrofoam memberikan skor tertinggi dibanding lima perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan oleh buah yang dilapisi dengan 2% chitosan pada kemasan styrofoam masih memperlihatkan keadaan buah yang lebih segar akibat adanya perlindungan dari pelapis chitosan. Skor yang lebih tinggi pada buah yang dilapisi chitosan juga menunjukkan bahwa chitosan sampai konsentrasi 2% tidak mempengaruhi rasa stroberi sehingga masih bisa diterima oleh panelis.
Gambar 19. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Rasa Buah Stroberi selama Penyimpanan. Keterangan: SC0 (Styrofoam dengan 0% chitosan); MC0 (Mika dengan 0% chitosan); SC1 (Styrofoam dengan 1% chitosan); MC1 (Mika dengan 1% chitosan); SC2 (Styrofoam dengan 2% chitosan); dan MC2 (Mika dengan 2% chitosan).
4. 7. 2. Aroma Buah Aroma adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas buah stroberi baik itu untuk konsumsi segar maupun buah yang akan dijadikan dalam bentuk olahan. Penerimaan panelis terhadap aroma buah stroberi dalam uji organoleptik ini menunjukkan penurunan pada semua perlakuan selama waktu penyimpanan. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi
28
penurunan mutu buah stroberi selama penyimpanan. Gambar 20 juga memperlihatkan bahwa secara umum buah yang tidak dilapisi dengan chitosan memiliki skor yang lebih rendah dibanding buah yang diberi pelapisan dengan chitosan. Hal ini berhubungan dengan perubahan kimia yang terjadi di dalam stroberi seperti perubahan kandungan padatan total terlarut, senyawa volatil dan asam-asam organik yang menyebabkan aroma stroberi berubah.
Gambar 20. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Aroma Buah Stroberi selama Penyimpanan. Keterangan: SC0 (Styrofoam dengan 0% chitosan); MC0 (Mika dengan 0% chitosan); SC1 (Styrofoam dengan 1% chitosan); MC1 (Mika dengan 1% chitosan); SC2 (Styrofoam dengan 2% chitosan); dan MC2 (Mika dengan 2% chitosan).
4. 7. 3. Penampakan Buah Penampakan
buah
diuji
dengan
cara
melihat
ada
tidaknya
mikroorganisme dan kerusakan buah seperti perubahan bentuk, kelunakan dan warna buah. Gambar 21 menunjukkan bahwa nilai terhadap penampakan buah menurun selama penyimpanan pada semua perlakuan. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan fisiologis dalam buah sehingga mengakibatkan adanya perubahan fisik pada buah stroberi tersebut. Hari ke-5 sampai ke-9 penyimpanan menunjukkan bahwa skor terendah untuk penampakan buah diperoleh pada buah yang tidak dilapisi chitosan. Hal ini menunjukkan bahwa pelapis chitosan dapat melindungi buah dari serangan mikroorganisme. Pelapisan chitosan juga dapat memperlambat perubahan fisik pada stroberi. Jenis kemasan mempengaruhi penampakan buah terutama terhadap serangan mikroorganisme ataupun kerusakan buah pada stroberi. Seperti terlihat
29
pada Gambar 21 buah yang dikemas dengan styrofoam menunjukkan skor penerimaan yang lebih tinggi dibanding buah yang dikemas dengan plastik mika pada semua taraf perlakuan chitosan. Hal ini disebabkan oleh jenis kemasan styrofoam bersifat lebih kaku, keras dan lebih tebal dibanding jenis kemasan plastik mika sehingga resistensi terhadap kelembaban di sekitarnya lebih tinggi. Atmosfer termodifikasi yang diciptakan oleh styrofoam lebih mampu menahan pertukaran gas ke dalam dan ke luar buah dibanding mika sehingga pertumbuhan mikroorganisme dan kerusakan fisik buah lebih dapat dihambat.
Gambar 21. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Penampakan Buah Stroberi selama Penyimpanan. Keterangan: SC0 (Styrofoam dengan 0% chitosan); MC0 (Mika dengan 0% chitosan); SC1 (Styrofoam dengan 1% chitosan); MC1 (Mika dengan 1% chitosan); SC2 (Styrofoam dengan 2% chitosan); dan MC2 (Mika dengan 2% chitosan)
4. 8. Masa Simpan Masa simpan buah ditentukan berdasarkan nilai kritis yang diperoleh pada skor penampakan buah pada uji organoleptik. Nilai kritis yang dimaksudkan adalah skor 3 karena skor ini menunjukkan bahwa buah sudah dalam keadaan yang kurang baik. Batasan tersebut diperoleh dari uji penerimaan penampakan buah oleh panelis yang dilihat berdasarkan ada tidaknya mikroorganisme dan kerusakan yang terjadi pada buah. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai kritis stroberi untuk perlakuan chitosan 0% baik pada kemasan styrofoam ataupun mika terjadi pada hari ke-5 penyimpanan. Nilai kritis stroberi dengan perlakuan 1% chitosan terjadi pada hari ke-7 penyimpanan untuk buah yang dikemas dengan styrofoam dan hari ke-8 penyimpanan untuk buah yang dikemas dengan plastik mika. Stroberi dengan
30
perlakuan 2% chitosan menunjukkan nilai kritis pada hari ke-8 penyimpanan pada kemasan styrofoam maupun mika. Menurut Wilson et al. (1999), masa simpan buah stroberi pada kondisi optimum yaitu dengan suhu 0°C dengan kelembaban RH 90-95% adalah 5-7 hari. Pada penelitian ini, masa simpan stroberi yang diberi perlakuan pelapisan chitosan dapat memperpanjang masa simpan buah stroberi 2 sampai dengan 3 hari dibandingkan dengan buah yang tidak dilapisi pada suhu 10°C. Tabel 7. Masa Simpan Stroberi berdasarkan Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Penampakan Buah Stroberi Waktu Simpan (hari) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Skor Organoleptik SC0 4.33 4.33 4.33 3.33 3.00 3.00 2.67 2.00 1.67 MC0 4.33 3.67 3.67 3.33 3.00 2.67 2.33 1.33 1.33 SC1 4.67 3.67 3.33 3.33 4.00 3.33 3.67 3.00 2.33 MC1 5.00 3.33 3.67 3.00 3.33 3.33 3.00 2.67 2.00 SC2 5.00 4.67 4.67 4.33 4.33 3.67 3.67 3.00 3.00 MC2 4.67 4.33 4.00 3.67 3.67 4.00 3.67 2.67 2.33 Keterangan: SC0 (Styrofoam dengan 0% chitosan); MC0 (Mika dengan 0% chitosan); SC1 (Styrofoam dengan 1% chitosan); MC1 (Mika dengan 1% chitosan); SC2 (Styrofoam dengan 2% chitosan); dan MC2 (Mika dengan 2% chitosan).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan Pelapisan dengan chitosan terbukti dapat mempertahankan kualitas dan daya simpan stroberi. Hal ini terlihat pada rendahnya laju respirasi, persentase susut bobot, dan kelunakan buah serta tingginya nilai kandungan vitamin C, penampakan buah, dan masa simpan yang lebih panjang jika dibandingkan kontrol. Aplikasi pada konsentrasi chitosan yang lebih tinggi yaitu 2% memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan 1%. Jenis kemasan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap peubah yang diamati dan tidak terdapat interaksi antara faktor pelapisan chitosan dengan faktor jenis kemasan.
5. 2. Saran Chitosan dapat digunakan sebagai pelapis alami untuk mempertahankan kualitas dan masa simpan stroberi. Faktor jenis kemasan memberikan efek yang sama baiknya terhadap kualitas dan daya simpan stroberi.
DAFTAR PUSTAKA Antoniette, P. 2009. Pengenalan berbagai http://www.myjou.com [10 November 2009]
Jenis
Kemasan
Plastik.
Baldwin, E.A. 1994. Edible coating for fresh fruit and vegetables: past, present, and future, p.25-56. In M. Krochta, E. A. Baldwin and M. O. Nisperoscarriedo (Eds.). Edible Coating and Film to Improve Food Quality. Technomic Publ. Co. Inc., Lancaster, Pennysylvania. Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. H. Purnomo (Penerjemah). Penerbit Univesitas Indonesia. Jakarta. 365 hal. Budiman, Supriatin dan D. Saraswati. 2006. Berkebun Stroberi secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 108 hal. Cane, C., M. S. Aday, M. Demir. 2008. Extending the quality of fresh strawberries by equilibrium modified atmosphere packaging. Eur Food Res Technol. 227:1575–1583 Dalwoo. 2002. Structure of Chitin / Chitosan http://www.dalwoo.com/chitosan [23 Juni 2006]
and
Cellulosa.
Darrow, G. M. 2009. The Strawberry: History, Breeding and Physiology. http://www.nal.usda.gov/pgdic/Strawberry [23 Desember 2009] Donhowe, L. G. and O. R. Fennema. 1994. Edible film and coating: Characteristic formation, definition and testing methods, p. 1-22. In J. M. Krochta, E. A. Baldwin and M. O. Nisperoscarriedo (Eds.). Edible Coating and Film to Improve Food Quality. Technomic Publ. Co. Inc., Lancaster, Pennysylvania. El-Ghaouth A., R. Ponnampalan, F.Castaigne, J. Arul. 1992. Chitosan coating to extend storage life of tomatoes. HortScience 27:1016-1018. Feyrer and R. James. 1992. Strawberry plant called `Sweet Charlie`. http://www.freepatentsonline.com/PP08729 [5 Februari 2009] Galed, G., M. E. Fernandez-valle, A. Martinez, A. Heras. 2003. Application of MRI monitor the process of ripening and decay in citrus treated with chitosan solutions. Magnetic Resonance Imaging 22:127-137. Greener I.K., O.R. Fennema. 1994. Evaluation of edible bilayer film for use as moisture barrier for food. J. Food Sci. 54:1400-1406
33
Hall, C.W., R. E. Hardenburg, dan E. R. B. Pantastico.1986. Pengemasan untuk konsumen dengan plastik, hal 478-480. Dalam: ER.B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayursayuran Tropika dan Subtropika. Universitas Gadjah Mada Pres. Yogyakarta. Hambali, E. 1995. Pola Distribusi dan Transportasi Produk Hortikultura. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Edisi Khusus. IPB, Bogor. Hirano, S. S. 1989. Production and application of chitin and chitosan in Japan, p. 37– 43. In G. Skjak-Brack, T. Anthonsen, P. Sandford (Eds.). Chitin and Chitosan: Source, Chemistry, Biochemistry and Physiological Properties and Application. Elsevier App. Science. London. Kader, A. A. 2002. Postharvest biology and technology of horticultural crops, p. 3947. In A. A. Kader (Ed.). Postharvest Technology of Horticultural Crops third Edition. University of California. California Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta. Jakarta. 252 hal. Kays S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Product. New York. AVI Book. 532 p. Kester, J. J. and O. R. Fennema. 1988. Edible films and coatings. A Review. Food Tech. 42:47-59. Kitinoja, S. dan A. A. Kader. 2002. Praktik-praktik Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual untuk Produk Hortikultura. I. M. S. Utama (Penerjemah). Penerbit Universitas Udayana. Denpasar. 258 hal. Matto, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, C. T. Phan. 1986. Perubahanperubahan kimiawi selama pemasakan dan penuaan, hal. 160 - 168. Dalam: ER.B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Universitas Gadjah Mada Pres. Yogyakarta. Mellenthin, W.M., P.M. Chen, D. M. Borgic. 1982. In-line application of porous wax coating materials to reduce friction discoloration of Bartlett and D’anjou’pears. Hort. Sci. 17:215-217. Mitcham, B. 2008. Strawberry handling at retail & food service to preserve quality and shelf life. . http://www.postharvest.ucdavis.edu/strawberry [16 Desember 2008] Munoz, P. H., E. Almenar, V. D. Valle, D. Velez, R. Gavara. 2008. Effect of chitosan coating with postharvest calcium treatment on strawberry (Fragaria x ananassa) quality during refrigerated strorage. Food Chem. (110): 428-435.
34
Nisperoscarriedo, M.O., P. E. Shaw, E. A. Baldwin.1990. Changes in volatile flavor component of pineapple orange juice as influenced by the application of lipid and composite film. J. Agric. Food Chem. 38: 1382-1387. Nunes, M. C. N., J. K. Brecht, S. A. Sargent, A. M. M. B. Morais. 1996. Effect of delay to cooling and wrapping on strawberry quality (cv. Sweet Charlie). Heinemann 95:956-961. Oms-Oliu, G., R. S. Fortuny, O. M. Belloso. 2008. Using polysaccharide based edible coating to enhance quality and antioxidant properties of fresh cut melon. Food Sci and Technol. 41:1862-1870. Purwoko, B.S. dan K. Suryana. 2000. Efek suhu simpan dan pelapis terhadap perubahan kualitas buah pisang Cavendish. Bul. Agron. 28(2) 66-72. Sacharow. S. and R.C. Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI Publishing. Co. Inc. Westport. Connecticut. Sadler, G. D. and P. A. Murphy. 2003. pH and titratable acidity. In S. S. Nielsen (Ed.). Food Analysis Third Edition. Plenum Publisher. New York. Sangsuwan, J., N. Rattanapanone, and P. Rachtanapun. 2008. Effect of chitosan/methyl films on microbial and quality characteristics of fresh cut cantaloupe and pineapple. Postharvest Biology and Technology 49: 403-410 Setyowati, K. A., Iskandar, Sugiarto, I. Yuliasih. 2000. Bahan dan Desain Kemasan. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. FATETA, IPB. 137 hal. Sims, C. A., C. K. Chandler, T. E. Crocker. 1997. Sensory fruit quality of strawberry cultivar in Central Florida. Proc. Fla. State Hort. Soc. Vol. 110:178-180. Steven, C. V. and R. G. Verhe. 2004. Renewable Resources: Scope and Modification for Non Food Application. John Wiley and Sons Ltd. London. 340 p. Strand, L.L. 1994. Integrated Pest Management for Strawberry. University of California Statewide IPM Project Publication. Davis. 142 p. Syarief, R., S. Santausa, S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. 347 hal. Tomlinson, R. 2008. PACA temperature guidelines for fresh strawberries. http://www.postharvest.ucdavis.edu/strawberry [16 Desember 2008]. University of Georgia. 2009. Strawberry-Fragaria x ananassa. http://www.uga.edu/fruit/strawberry [27 Desember 2009]
35
Wiguna, I. 2009. Surga baru di bumi Pangirutan. http://www.trubus-online.co.id [28 Februari 2009]. Wilson, L.G., M. D. Boyette, E.A. Estes. 1999. Postharvest handling and cooling of fresh fruits, vegetables, and flowers for small farm. Horticultural Information Leaflet 800. Department of Horticultural Science. North Carolina State University. North Carolina. Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. M-Brio Press. Bogor. 203 hal. Zhou, R. Y. Mo, Y. li, Y. Zhao, G. Zhang, Y. Hu. 2007. Quality and internal characteristic of Huanghua pears (Pyrus pyrifolia Nakai, cv. Huanghua) treated with different kinds of coating during storage. Postharvest Bio. and Technol. 49: 171-179.
LAMPIRAN
37
Lampiran 1. Sidik Ragam Susut Bobot Stroberi Pengamatan hari ke-1 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Square Hitung Kuadrat Square Perlakuan 5 7.074 1.415 16.68 0.0001 0.874 30.40 Chitosan 2 4.910 2.485 29.30 0.0001 Kemasan 1 0.602 0.602 7.10 0.0206 Chitosan*Kemasan 2 1.503 0.751 8.86 0.0043 Galat 12 1.018 0.085 8.092 Total Terkoreksi 17 Pengamatan hari ke-2 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 16.404 3.281 51.02 0.0001 0.955 10.16 Chitosan 2 15.169 7.585 117.95 0.0001 Kemasan 1 1.216 1.216 18.91 0.0009 Chitosan*Kemasan 2 0.019 0.009 0.14 0.8672 Galat 12 0.772 0.064 Total Terkoreksi 17 17.176 Pengamatan hari ke-3 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 15.100 3.020 31.19 0.0001 0.929 8.99 Chitosan 2 14.593 7.296 75.34 0.0001 Kemasan 1 0.397 0.397 4.10 0.0658 Chitosan*Kemasan 2 0.111 0.056 0.57 0.5784 Galat 12 1.162 0.097 Total Terkoreksi 17 16.263 Pengamatan hari ke-4 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 12.596 2.519 11.56 0.0003 0.828 9.82 Chitosan 2 11.776 5.888 27.02 0.0001 Kemasan 1 0.820 0.820 3.77 0.0762 Chitosan*Kemasan 2 0.000 0.000 0.00 0.9995 Galat 12 2.615 0.218 Total Terkoreksi 17 15.211
38 Pengamatan hari ke-5 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 7.044 1.409 11.64 0.0003 0.829 5.41 Chitosan 2 6.557 3.278 27.09 0.0001 Kemasan 1 0.366 0.366 3.03 0.1074 Chitosan*Kemasan 2 0.121 0.060 0.50 0.6195 Galat 12 1.452 0.121 Total Terkoreksi 17 8.496 Pengamatan hari ke-6 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 26.663 5.331 33.73 0.0001 0.934 5.20 Chitosan 2 26.139 13.069 82.67 0.0001 Kemasan 1 0.471 0.471 2.98 0.1098 Chitosan*Kemasan 2 0.052 0.026 0.16 0.8511 Galat 12 1.897 0.158 Total Terkoreksi 17 28.559 Pengamatan hari ke-7 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 57.353 11.471 32.97 0.0001 0.932 6.10 Chitosan 2 55.386 27.693 79.61 0.0001 Kemasan 1 1.766 1.766 5.08 0.0438 Chitosan*Kemasan 2 0.201 0.100 0.29 0.7542 Galat 12 4.174 0.348 Total Terkoreksi 17 61.527 Pengamatan hari ke-8 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 12 Total Terkoreksi 17
Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 101.998 20.399 119.74 0.0001 0.980 3.53 101.063 50.531 296.61 0.0001 0.752 0.752 4.42 0.0574 0.183 0.091 0.54 0.5978 2.044 0.170 104.042
Pengamatan hari ke-9 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 99.865 19.973 45.83 0.0001 0.950 4.91 Chitosan 2 99.238 49.619 113.86 0.0001 Kemasan 1 0.559 0.559 1.28 0.2792 Chitosan*Kemasan 2 0.067 0.033 0.08 0.9260 Galat 12 5.229 0.436 Total Terkoreksi 17 105.094
39
Lampiran 2. Sidik Ragam Laju Respirasi Stroberi Pengamatan hari ke-1 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 39836.417 7967.283 16.92 0.0001 0.876 21.60 Chitosan 2 30658.906 15329.451 32.56 0.0001 Kemasan 1 7360.326 7360.326 15.63 0.0019 Chitosan*Kemasan 2 1817.185 908.593 1.93 0.1877 Galat 12 5650.243 470.852 Total Terkoreksi 17 45486.661 Pengamatan hari ke-2 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 16912.656 3382.531 12.82 0.0002 0.842 10.80 Chitosan 2 14398.271 7199.136 27.29 0.0001 Kemasan 1 2433.579 2433.579 9.23 0.0103 Chitosan*Kemasan 2 80.806 40.403 0.15 0.8596 Galat 12 3165.052 263.754 Total Terkoreksi 17 20077.708 Pengamatan hari ke-3 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 12897.758 2579.552 15.84 0.0001 0.868 8.19 Chitosan 2 11115.165 5557.582 34.13 0.0001 Kemasan 1 1614.289 1614.289 9.91 0.0084 Chitosan*Kemasan 2 168.304 84.152 0.52 0.6092 Galat 12 1954.227 162.852 Total Terkoreksi 17 14851.985 Pengamatan hari ke-4 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 12553.257 2510.651 55.30 0.0001 0.958 4.94 Chitosan 2 10323.504 5161.752 113.69 0.0001 Kemasan 1 2082.034 2082.034 45.86 0.0001 Chitosan*Kemasan 2 147.719 73.859 1.63 0.2371 Galat 12 544.843 45.404 Total Terkoreksi 17 13098.100
40 Pengamatan hari ke-5 Sumber Jumlah Kuadrat F Pr > F RDB %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 8994.173 1798.835 8.02 0.0016 0.710 11.45 Chitosan 2 7135.213 3567.606 15.90 0.0004 Kemasan 1 1767.796 1767.796 7.88 0.0158 Chitosan*Kemasan 2 91.164 45.582 0.20 0.8189 Galat 12 2692.566 224.381 Total Terkoreksi 17 11686.739 Pengamatan hari ke-6 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 10871.487 2174.297 16.39 0.0001 0.872 8.19 Chitosan 2 9046.249 4523.124 34.09 0.0001 Kemasan 1 1759.701 1759.700 13.26 0.0034 Chitosan*Kemasan 2 65.538 32.769 0.25 0.7851 Galat 12 1592.313 132.693 Total Terkoreksi 17 12463.800 Pengamatan hari ke-7 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 5382.933 1076.587 2.53 0.0872 0.513 13.85 Chitosan 2 4237.806 2118.903 4.98 0.0267 Kemasan 1 877.115 877.115 2.06 0.1767 Chitosan*Kemasan 2 268.012 134.006 0.31 0.7358 Galat 12 5107.710 425.647 Total Terkoreksi 17 10490.693 Pengamatan hari ke-8 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 12 Total Terkoreksi 17
Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 6383.343 1276.669 10.78 0.0004 0.818 7.66 5576.522 2788.261 23.54 0.0001 656.385 656.385 5.54 0.0364 150.436 75.218 0.64 0.5468 1421.143 118.426 7804.486
Pengamatan hari ke-9 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 8085.517 1617.103 8.13 0.0015 0.772 10.23 Chitosan 2 5095.106 2547.553 12.80 0.0011 Kemasan 1 1802.667 1802.667 9.06 0.0109 Chitosan*Kemasan 2 1187.745 593.872 2.98 0.0887 Galat 12 2388.079 199.007 Total Terkoreksi 17 10473.596
41
Lampiran 3. Sidik Ragam Kelunakan Stroberi Pengamatan hari ke-1 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 6.199 1.210 96.68 0.0001 0.976 1.34 Chitosan 2 6.110 3.051 238.63 0.0001 Kemasan 1 0.069 0.069 5.42 0.0383 Chitosan*Kemasan 2 0.010 0.005 0.37 0.6967 Galat 12 0.154 Total Terkoreksi 17 6.353 Pengamatan hari ke-2 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 31.837 6.367 1032.40 0.0001 0.998 0.81 Chitosan 2 31.633 15.817 2564.44 0.0001 Kemasan 1 0.1800 0.180 29.19 0.0002 Chitosan*Kemasan 2 0.024 0.012 1.96 0.1832 Galat 12 0.074 0.006 Total Terkoreksi 17 31.911 Pengamatan hari ke-3 Sumber Jumlah Kuadrat RDB FHitung Pr > F Keragaman Kuadrat Tengah Kuadrat Perlakuan 5 9.391 1.878 34.51 0.0001 0.935 Chitosan 2 9.379 4.689 86.17 0.0001 Kemasan 1 0.001 0.001 0.03 0.8730 Chitosan*Kemasan 2 0.010 0.005 0.09 0.9103 Galat 12 0.653 0.054 Total Terkoreksi 17 10.044
%KK 2.79
Pengamatan hari ke-4 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 11.746 2.349 98.73 0.0001 0.976 1.51 Chitosan 2 11.522 5.761 242.12 0.0001 Kemasan 1 0.119 0.119 5.01 0.0449 Chitosan*Kemasan 2 0.105 0.052 2.20 0.1529 Galat 12 0.286 0.024 Total Terkoreksi 17 12.031
42 Pengamatan hari ke-5 Sumber DB DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 12 Total Terkoreksi 17
Jumlah Kuadrat F RPr > F Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 25.864 5.173 256.78 0.0001 0.991 25.584 12.792 635.03 0.0001 0.197 0.197 9.80 0.0087 0.082 0.041 2.04 0.1731 0.242 0.020 26.105
%KK 1.431
Pengamatan hari ke-6 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 5.727 1.145 2.99 0.0556 0.555 6.567 Chitosan 2 5.508 2.754 7.20 0.0088 Kemasan 1 0.000 0.000 0.00 0.9749 Chitosan*Kemasan 2 0.218 0.109 0.29 0.7570 Galat 12 4.592 0.383 Total Terkoreksi 17 10.318 Pengamatan hari ke-7 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 22.819 4.564 6.50 0.0038 0.730 8.97 Chitosan 2 21.651 10.826 15.41 0.0005 Kemasan 1 1.086 1.086 1.55 0.2375 Chitosan*Kemasan 2 0.082 0.041 0.06 0.9435 Galat 12 8.432 0.703 Total Terkoreksi 17 31.251 Pengamatan hari ke-8 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 18.485 3.697 57.90 0.0001 0.967 2.22 Chitosan 2 18.214 9.107 142.62 0.0001 Kemasan 1 0.199 0.199 3.12 0.1078 Chitosan*Kemasan 2 0.072 0.036 0.56 0.5862 Galat 10 0.639 0.064 Total Terkoreksi 15 19.124 Pengamatan hari ke-9 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 10 Total Terkoreksi 15
Jumlah Kuadrat 20.106 18.181 1.746 0.179 16.816 36.923
Kuadrat F RPr > F %KK Tengah Hitung Kuadrat 4.021 2.39 0.1128 0.545 13.30 9.091 5.41 0.0256 1.746 1.04 0.3323 0.089 0.05 0.9485 1.682
43
Lampiran 4. Sidik Ragam Padatan Total Terlarut (PTT) Stroberi Pengamatan hari ke-1 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 3.609 0.722 4.53 0.0150 0.654 4.61 Chitosan 2 2.151 1.076 6.75 0.0109 Kemasan 1 0.005 0.005 0.03 0.8624 Chitosan*Kemasan 2 1.453 0.727 4.56 0.0337 Galat 12 1.913 0.159 Total Terkoreksi 17 5.523 Pengamatan hari ke-2 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 5.497 1.099 6.07 0.0050 0.717 5.07 Chitosan 2 5.316 2.658 14.68 0.0006 Kemasan 1 0.142 0.142 0.79 0.3929 Chitosan*Kemasan 2 0.039 0.019 0.11 0.8997 Galat 12 2.173 0.181 Total Terkoreksi 17 7.670 Pengamatan hari ke-3 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 9.221 1.844 2.84 0.0641 0.542 9.39 Chitosan 2 9.007 4.504 6.94 0.0099 Kemasan 1 0.194 0.194 0.30 0.5942 Chitosan*Kemasan 2 0.020 0.010 0.02 0.9851 Galat 12 7.783 0.649 Total Terkoreksi 17 17.004 Pengamatan hari ke-4 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 1.081 0.216 3.59 0.0322 0.600 3.03 Chitosan 2 0.812 0.406 6.75 0.0109 Kemasan 1 0.257 0.257 4.27 0.0611 Chitosan*Kemasan 2 0.012 0.006 0.10 0.9062 Galat 12 0.722 0.060 Total Terkoreksi 17 1.802
44 Pengamatan hari ke-5 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 10.956 2.191 4.60 0.0142 0.657 8.93 Chitosan 2 10.101 5.051 10.60 0.0022 Kemasan 1 0.067 0.067 0.14 0.7138 Chitosan*Kemasan 2 0.788 0.3939 0.83 0.4611 Galat 12 5.720 0.477 Total Terkoreksi 17 16.676 Pengamatan hari ke-6 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 3.636 0.727 2.50 0.0900 0.510 7.50 Chitosan 2 3.534 1.767 6.07 0.0151 Kemasan 1 0.094 0.094 0.32 0.5806 Chitosan*Kemasan 2 0.008 0.004 0.01 0.9867 Galat 12 3.493 0.291 Total Terkoreksi 17 7.129 Pengamatan hari ke-7 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 6.503 1.301 4.33 0.0235 0.684 7.01 Chitosan 2 6.243 3.122 10.38 0.0036 Kemasan 1 0.193 0.193 0.64 0.4420 Chitosan*Kemasan 2 0.067 0.034 0.11 0.8952 Galat 10 3.007 0.301 Total Terkoreksi 15 9.510 Pengamatan hari ke-8 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 21.930 4.386 11.44 0.0007 0.851 8.23 Chitosan 2 21.703 10.851 28.30 0.0001 Kemasan 1 0.226 0.226 0.59 0.4608 Chitosan*Kemasan 2 0.002 0.001 0.00 0.9973 Galat 10 3.835 0.383 Total Terkoreksi 15 25.765 Pengamatan hari ke-9 Sumber Jumlah Kuadrat F RDB Pr > F %KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 11.141 2.228 8.47 0.0023 0.809 6.75 Chitosan 2 10.712 5.356 20.35 0.0003 Kemasan 1 0.4084 0.408 1.55 0.2413 Chitosan*Kemasan 2 0.020 0.010 0.04 0.9625 Galat 10 2.632 0.263 Total Terkoreksi 15 13.772
45
Lampiran 5. Sidik Ragam Asam Tertitrasi Total (ATT) stroberi Pengamatan hari ke-1 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 0.787 0.157 13.11 0.0002 0.845 8.06 Chitosan 2 0.716 0.358 29.84 0.0001 Kemasan 1 0.070 0.070 5.84 0.0325 Chitosan*Kemasan 2 0.005 0.002 0.02 0.9760 Galat 12 0.144 0.012 Total Terkoreksi 17 0.931 Pengamatan hari ke-2 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 0.278 0.056 7.71 0.0019 0.763 8.822 Chitosan 2 0.260 0.130 18.06 0.0002 Kemasan 1 0.001 0.001 0.14 0.7155 Chitosan*Kemasan 2 0.016 0.008 1.14 0.3523 Galat 12 0.086 0.007 Total Terkoreksi 17 0.364 Pengamatan hari ke-3 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 0.146 0.029 3.06 0.0522 0.603 10.58 Chitosan 2 0.123 0.061 6.40 0.0128 Kemasan 1 0.014 0.014 1.45 0.2524 Chitosan*Kemasan 2 0.010 0.005 0.53 0.6027 Galat 12 0.115 0.010 Total Terkoreksi 17 0.261 Pengamatan hari ke-4 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 1.750 0.350 7.10 0.0026 0.747 11.38 Chitosan 2 1.543 0.771 15.65 0.0005 Kemasan 1 0.195 0.195 3.95 0.0702 Chitosan*Kemasan 2 0.012 0.006 0.12 0.8872 Galat 12 0.592 0.050 Total Terkoreksi 17 2.341
46 Pengamatan hari ke-5 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 1.012 0.202 2.46 0.0940 0.506 17.10 Chitosan 2 0.922 0.461 5.59 0.0192 Kemasan 1 0.089 0.089 1.08 0.3188 Chitosan*Kemasan 2 0.001 0.001 0.01 0.9931 Galat 12 0.990 0.082 Total Terkoreksi 17 2.002 Pengamatan hari ke-6 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 0.307 0.061 5.86 0.0087 0.746 5.93 Chitosan 2 0.279 0.139 13.33 0.0015 Kemasan 1 0.006 0.006 0.56 0.4699 Chitosan*Kemasan 2 0.022 0.011 1.04 0.3872 Galat 10 0.105 0.010 Total Terkoreksi 15 0.411 Pengamatan hari ke-7 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 4 0.460 0.115 5.99 0.0100 0.705 7.58 Chitosan 2 0.422 0.211 10.98 0.0030 Kemasan 1 0.001 0.001 0.04 0.8456 Chitosan*Kemasan 1 0.038 0.038 1.96 0.1920 Galat 10 0.192 0.019 Total Terkoreksi 14 0.653 Pengamatan hari ke-8 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 0.548 0.110 3.50 0.0387 0.614 14.17 Chitosan 2 0.483 0.241 7.71 0.0081 Kemasan 1 0.051 0.051 1.61 0.2301 Chitosan*Kemasan 2 0.015 0.007 0.24 0.7931 Galat 11 0.344 0.031 Total Terkoreksi 16 0.893 Pengamatan hari ke-9 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 0.555 0.111 4.04 0.0480 0.743 13.05 Chitosan 2 0.518 0.259 9.44 0.0103 Kemasan 1 0.036 0.036 1.32 0.2880 Chitosan*Kemasan 2 0.000 0.000 0.00 0.9972 Galat 12 0.192 0.027 Total Terkoreksi 17 0.747
47
Lampiran 6. Sidik Ragam Kandungan Vitamin C Stroberi Pengamatan hari ke-1 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 12 Total Terkoreksi 17
Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 325.624 65.125 17.35 0.0001 0.878 6.17 310.132 155.066 41.30 0.0001 12.176 12.176 3.24 0.0969 3.316 1.658 0.44 0.6531 45.056 3.755 370.679
Pengamatan hari ke-2 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 35.737 7.147 2.80 0.0670 0.538 10.55 Chitosan 2 32.918 16.459 6.44 0.0126 Kemasan 1 0.559 0.559 0.22 0.6483 Chitosan*Kemasan 2 2.260 1.130 0.44 0.6527 Galat 12 30.658 2.555 Total Terkoreksi 17 66.395 Pengamatan hari ke-3 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 12 Total Terkoreksi 17
Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 324.987 64.997 4.71 0.0130 0.663 11.49 322.681 161.340 11.69 0.0015 0.388 0.388 0.03 0.8696 1.918 0.959 0.07 0.9333 165.639 13.803 490.625
Pengamatan hari ke-4 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 12 Total Terkoreksi 17
Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 184.415 36.883 5.29 0.0085 0.688 8.29 148.618 74.309 10.66 0.0022 10.895 10.895 1.56 0.2350 24.902 12.451 1.79 0.2094 83.639 6.970 268.054
48 Pengamatan hari ke-5 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 12 Total Terkoreksi 17
Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 136.615 27.323 10.01 0.0006 0.807 6.50 124.931 62.466 22.88 0.0001 9.414 9.414 3.45 0.0880 2.269 1.135 0.42 0.6690 32.755 2.730 169.370
Pengamatan hari ke-6 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 5 55.303 11.061 6.03 0.0079 0.751 5.45 Chitosan 2 42.277 21.139 11.53 0.0025 Kemasan 1 2.648 2.648 1.44 0.2572 Chitosan*Kemasan 2 10.378 5.189 2.83 0.1062 Galat 10 18.336 1.834 Total Terkoreksi 15 73.639 Pengamatan hari ke-7 Sumber DB Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Keragaman Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat Perlakuan 4 63.253 15.813 10.96 0.0011 0.814 3.72 Chitosan 2 63.025 31.512 21.84 0.0002 Kemasan 1 0.205 0.205 0.14 0.7142 Chitosan*Kemasan 1 0.023 0.023 0.02 0.9025 Galat 10 14.429 1.443 Total Terkoreksi 14 77.682 Pengamatan hari ke-8 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 11 Total Terkoreksi 16
Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 384.231 76.846 2.70 0.0786 0.551 16.80 347.074 173.537 6.11 0.0165 17.490 17.490 0.62 0.4493 19.667 9.834 0.35 0.7149 312.622 28.420 696.853
Pengamatan hari ke-9 Sumber DB Keragaman Perlakuan 5 Chitosan 2 Kemasan 1 Chitosan*Kemasan 2 Galat 7 Total Terkoreksi 12
Jumlah Kuadrat F Pr > F R%KK Kuadrat Tengah Hitung Kuadrat 125.015 25.003 5.15 0.0266 0.786 7.58 118.777 59.388 12.24 0.0052 0.062 0.061 0.01 0.9134 6.177 3.088 0.64 0.5571 33.957 4.851 158.972