Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara Oleh
Rafni Silva Siregar 100902031
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama
: Rafni Silva Siregar
Nim
: 100902031
Judul
: Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Medan, Mei 2014 PEMBIMBING (Dra. Berlianti, M.S.P) NIP. KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
(Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P) NIP. 19710927 199801 2 001 DEKAN FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si) NIP. 19680525 199203 1 002 ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA
: RAFNI SILVA SIREGAR
NIM
: 100902031 ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 115 halaman, 34 kepustakaan, 39 tabel, serta lampiran) Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak yang dilihat dari perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak pada keluarga pemulung. Populasi dari penelitian ini adalah 10 keluarga yang memiliki anak usia 13-18 tahun dari 49 keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia anak yang tinggal di Desa Tapian Nauli. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan metode penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi. Data yang didapat ditabulasikan ke dalam tabel selanjutnya dianalisis dengan teknik Korelasi Product Moment. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi bahwa pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak positif dimana nilai korelasi product moment hitung lebih besar dari moment tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak. Kesimpulan bahwa pekerjaan orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak. Kata kunci: Pengaruh, Pekerjaan Orang Tua, Perkembangan Anak
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA
: RAFNI SILVA SIREGAR
NIM
: 100902031 ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 115 halaman, 34 kepustakaan, 39 tabel, serta lampiran) Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak yang dilihat dari perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak pada keluarga pemulung. Populasi dari penelitian ini adalah 10 keluarga yang memiliki anak usia 13-18 tahun dari 49 keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia anak yang tinggal di Desa Tapian Nauli. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan metode penarikan sampel Purposive Sampling. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi. Data yang didapat ditabulasikan ke dalam tabel selanjutnya dianalisis dengan teknik Korelasi Product Moment. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi bahwa pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak positif dimana nilai korelasi product moment hitung lebih besar dari moment tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak. Kesimpulan bahwa pekerjaan orang tua memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak. Kata kunci: Pengaruh, Pekerjaan Orang Tua, Perkembangan Anak
iv
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. adapun judul skripsi ini adalah “PENGARUH PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PADA KELUARGA PEMULUNG DI DESA TAPIAN NAULI LINGKUNGAN IX KELURAHAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL”. Skripsi ini di susun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Skripsi ini saya persembahkan terkhusus untuk kedua orang tua yang saya cintai, Ramli Siregar dan Yenny Afriyanti, yang telah menjadi spirit buat saya serta keluarga yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis menghanturkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaki Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara v
3. Ibu Dra. Berlianti, M.S.P, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah bersedia mendidik dan membagi ilmunya dengan saya. 4. Terkhusus buat kedua orang tuaku Ramli Siregar dan Yenny Afrianti dan adikadikku tercinta Ray Erlangga Siregar dan Mega Gosalini Siregar yang tak hentihentinya mendoakan dan mendukung penulis baik dari materi, waktu dan semua hal. Semua yang diberikan Ayah dan Mama tak terhitung buatku. Terima kasih ya Mam dan Yah atas semuanya. Love You Both. 5. Terima kasih buat Uda Ucok, Nanguda Rani serta Daffa atas dukungannya selama ini baik dari materi, waktu dan bantuan-bantuan yang telah diberikan selama penulis menempuh kuliah. Semua kebaikan Uda dan Nanguda tak akan Silva lupakan. 6. Buat sahabat SMP-SMA Bogor, Nina Juniati, Illyah Arafah dan Sinta Apriyani. Thanks ya buat segalanya. I miss you all. 7. Buat sahabat SMP Padang Sidimpuan, Tian, Latifah, Poppy, Nina dan Fatimah. Kalian luar biasa. Persahabatan yang berlangsung lebih dari 10 tahun akan berlangsung selamanya. Walau kadang kita meski terpisah jarak tapi kalian tetap selalu ada. I love you all. 8. Buat sahabat KesSos, Intan Ceskus, Kakak Clara Clere, dan Mak Uwi. Makasih udah memberikan warna selama 4 tahun ini. Makasih sudah menerima aku apa adanya. Perjalanan yang kita lalui selama ini memberikan banyak pelajaran. Ganbate.
vi
9. Buat KesSos 2010, Papi Pram, Bang Mail, Om Uya, Kak Rahma, Fahmi, Nanda, Ferdian “Onta”, Kak Ria, Dimas, Dede, Mamang Iqbal, Arif “PSK”, Tante Dwi, Acon, Riada, Desi, Hana, Pera, Fonny, Juwita, Yohana, Lince, Sintong, Helen, Om Kiky, Tante Riza, Tante Raisa, Tante Tania, Eny, Liberson, Josua, Cumi, dan buat semua yang gak bisa aku sebutin satu-satu. Makasih atas semuanya 10. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapkan terima kasih dan sukses buat kalian semua. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar ke depan penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.
Medan, Mei 2014 Penulis
Rafni Silva Siregar
vii
DAFTAR ISI ABSTRAK ……………………………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… iii DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………... vi DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………….. ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………... 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….. 9 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………………... 9 1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………………………. 9 1.5 Sistematika Penulisan ………………………………………………………………….. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan ……………………………………………………………………………. 11 2.1.1 Aspek-aspek Kemiskinan ………………………………………………………. 12 2.1.2 Ciri-ciri Kemiskinan ……………………………………………………………. 14 2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik ……………………………… 16 2.2 Keluarga Pemulung …………………………………………………………………... 18 2.2.1 Keluarga ………………………………………………………………………… 18 2.2.2 Pemulung ……………………………………………………………………….. 24 2.3 Perkembangan Anak …………………………………………………………………. 27 2.3.1 Perkembangan Anak …………………………………………………………… 27 a. Anak ………………………………………………………………………….. 27 viii
b. Perkembangan Anak ………………………………………………………… 30 2.3.2 Perkembangan Sosial Anak ……………………………………………………. 34 2.3.3 Perkembangan Kepribadian Anak ……………………………………………… 39 a. Hal-hal yang mempengaruhi Kepribadian ………………………………….. 40 2.4 Kesejahteraan Anak ………………………………………………………………….. 45 2.4.1 Perlindungan Anak …………………………………………………………….. 46 2.5 Kerangka Pemikiran ………………………………………………………………….. 48 2.6 Hipotesis ……………………………………………………………………………… 50 2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional …………………………………………. 50 2.7.1 Definisi Konsep ……………………………………………………………….. 50 2.7.2 Definisi Operasional …………………………………………………………... 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ……………………………………………………………………….. 54 3.2 Lokasi Penelitian …………………………………………………………………….. 54 3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………………………… 54 3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………………….. 55 3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………………………………… 56 BAB IV DESKRIPSI LOKASI 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sunggal ………………………………………………. 58 4.1.1 Komposisi Penduduk ………………………………………………………….. 59 4.2 Gambaran Umum Linkungan IX ……………………………………………………. 62 BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pekerjaan Orang Tua (Variabel X) ………………………………………………….. 64 5.2 Perkembangan Anak (Variabel Y) ………………………………………………….. 86 5.3 Uji Hipotesa ………………………………………………………………………….. 110 ix
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………. 114 6.2 Saran ………………………………………………………………………………… 115 LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL Tabel I Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal……………… 59 Tabel II Data Anak-Anak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal………………… 60 Tabel III Data Agama Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal……………. 61 Tabel IV Data Jumlah Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………………………………. 62 Tabel V Data Pekerjaan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………………………………. 63 Tabel VI Distribusi Data Pendapatan Orang Tua per Bulan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 64 Tabel VII Distribusi Data Status Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 65 Tabel VIII Distribusi Data Keadaan Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 67 Tabel IX Distribusi Data Pendidikan Terakhir Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 68 Tabel X Distribusi Data Jumlah Anggota Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………………………... 70
xi
Tabel XI Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan di Lingkungan Tempat Tinggal Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 71 Tabel XII Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Keagamaan di Lingkungan Tempat Tinggal Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………. 72 Tabel XIII Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 74 Tabel XIV Data Distribusi Kesempatan Menabung Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ………………………………………………. 75 Tabel XV Data Distribusi Penyakit yang Diidap Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 76 Tabel XVI Data Distribusi Frekuensi Berobat Ke Puskesmas Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 77 Tabel XVII Data Distribusi Status Penerimaan Bantuan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 79 Tabel XVIII Data Distribusi Frekuensi Konsumsi Program 4 Sehat 5 Sempurna Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 80 Tabel XIX Data Distribusi Status Berobat ke Rumah Sakit Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 81 Tabel XX Data Distribusi Pekerjaan Sampingan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 82
xii
Tabel XXI Data Distribusi Pemenuhan Sandang Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ………………………………………….......... 84 Tabel XXII Data Distribusi Frekuensi Rekreasi Bersama Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 85 Tabel XXIII Data Distribusi Frekuensi Komunikasi dengan Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 86 Tabel XXIV Data Distribusi Keikutsertaan Anak dalam Pekerjaan Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………….. 88 Tabel XXV Data Distribusi Frekuensi Sosialisasi dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 89 Tabel XXVI Data Distribusi Frekuensi Mengerjakan Tugas Rumah Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 91 Tabel XXVII Data Distribusi Kepemilikan Kamar Pribadi Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 92 Tabel XXVIII Data Distribusi Teman Sepermainan Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………….. 93 Tabel XXIX Data Distribusi Status Hubungan Spesial dengan Lawan Jenis Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 95 Tabel XXX Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Kegiatan Organisasi Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………… 96
xiii
Tabel XXXI Data Distribusi Kesempatan Menyalurkan Hobby Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 97 Tabel XXXII Data Distribusi Frekuensi Bermain dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………… 99 Tabel XXXIII Data Distribusi Latar Belakang Pekerjaan Orangtua Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 100 Tabel XXXIV Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Gaya Trend yang Berkembang Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………… 102 Tabel XXXV Data Distribusi Penilaian terhadap Diri Sendiri Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………… 103 Tabel XXXVI Data Distribusi Minat terhadap Tugas Pekerjaan Rumah Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 105 Tabel XXXVII Data Distribusi Reaksi terhadap Ejekan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal ……………………………………………… 106 Tabel XXXVIII Data Distribusi Reaksi Tidak Terpenuhi Keinginan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………….. 108 Tabel XXXIX Data Distribusi Peraihan Prestasi Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal …………………………………………………………. 109
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi Bangsa Indonesia, masyarakat, keluarga miskin dan terlebih lagi anak-anak, situasi kritis ekonomi adalah awal mula timbulnya berbagai masalah yang sepertinya makin mustahil untuk dipecahkan dalam waktu singkat. Situasi kritis ekonomi bukan hanya melahirkan kondisi kemiskinan yang makin parah tetapi juga menyebabkan situasi menjadi teramat sulit (Suyanto, 2013:3). Krisis ekonomi menyentuh hampir seluruh sendi-sendi kehidupan, membuat masyarakat harus berpikir keras agar segala kebutuhan terpenuhi. Masyarakat yang akhirnya menghadapi berbagai resiko yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi di masa depan. Krisis ekonomi yang terjadi membawa ketidakpastian akan kondisi ekonomi di masa depan. Hal ini membawa banyak masalah seperti pengangguran, penyakit dan lanjut usia. Masalah ini memberikan sumbangsih terhadap kualitas hidup. Kualitas hidup menjadi rendah akibat krisis ekonomi. Kualitas hidup juga merupakan dampak dari kemiskinan yang berpangkal pada ekonomi yang tidak stabil. Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia. Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia (Siagian,2012:1). Dapat dipahami bahwa masalah kemiskinan memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut.
xv
Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Kemiskinan hingga kini masih menjadi masalah yang penting di Indonesia, sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional sebab berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang. Ironisnya, banyak masyarakat miskin di Indonesia tidak memandang kemiskinan yang mereka alami sebagai suatu masalah. Mereka terbiasa dengan keadaan kehidupan yang mereka jalani. Orang lainlah yang justru memandang hal tersebut menjadi suatu masalah yang wajib diselesaikan. Namun ini menjadi sulit karena kedua belah pihak sejak awal berada disisi yang berbeda. Butuh tenaga ekstra untuk memberikan pengertian akan masalah yang mereka alami ini harus diselesaikan dan dicari jalan keluar terbaik agar kehidupannya menjadi lebih baik. Bagi mereka yang tinggal di desa, kemiskinan menjadi suatu masalah yang terlihat tidak dapat dipecahkan. Persediaan lapangan pekerjaan yang sedikit membuat para generasi muda tergiur akan segala kelebihan yang diberikan oleh perkotaan. Segala fasilitas yang mereka bayangkan, banyak yang berharap dapat menuai keuntungan dengan meninggalkan tempat kelahiran mereka. Sektor pertanian tidak lagi dapat diandalkan untuk menjadi mata pencaharian utama. Hanya generasi tua yang mau menjalankan sektor pertanian walau sudah tidak mampu lagi mengembangkannya. Perpindahan penduduk desa dengan mencari keuntungan di kota membawa masalah tersendiri bagi perkotaan. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatan penduduk tetapi tidak diimbangi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi kota. Tingginya pertumbuhan penduduk di
xvi
kota disebabkan oleh adanya migrasi penduduk desa ke kota yang disebut urbanisasi. Urbanisasi di negara yang sedang berkembang dapat meningkatkan jumlah penduduk kota menjadi sangat besar, namun kualitas yang dimiliki sangat rendah. Warga desa yang datang ke kota karena faktor ekonomi pada umumnya adalah orang-orang yang tidak mempunyai kedudukan sosial yang tinggi di desanya. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, perkembangan teknologi dan berbagai sarana kehidupan di perkotaan tidak seiring dengan perkembangan kesejahteraan masyarakat. Hal seperti ini terlihat adanya masyarakat pinggiran seperti pemulung. Pemulung adalah salah satu contoh kegiatan sektor informal yang ada di perkotaan. Para pemulung melakukan pengumpulan barang bekas karena adanya permintaan dari industri-industri pendaur ulang bahan-bahan bekas. Keberadaan pemulung dalam realitas di masyarakat dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Pertama, profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja kepada pemulung itu sendiri ketika pemerintah tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan. Kedua, profesi pemulung dapat dikatakan sebagai beban bagi masyarakat lainnya, sebagai dampak dari ketidakteraturan kehidupan mereka. Namun kedua sisi tersebut tentu memiliki keuntungan bagi berbagai pihak yang terkait. Pemulung identik dengan gelandangan dimana sebagian orang menganggap pekerjaan tersebut hina. Tetapi bagi mereka pekerjaan ini mempunyai makna yang sangat besar karena dilakukan dengan cara yang halal. Bukan gelandangan yang melakukan pekerjaan sebagai pencuri atau menjadi WTS / Pelacur. Walaupun mereka berada pada status sosial yang paling bawah, namun mereka tetap memiliki kebahagiaan dan harapan-harapan yang cerah untuk masa
xvii
depan. Mereka tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup dalam kehidupan sekaligus selalu berusaha membangun dan memupuk harapan-harapan, walaupun kehidupan hari esok belum tentu lebih baik dari hari ini (Khairani, 2007). Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang memiliki masalah kemiskinan cukup mendalam. Banyak dari mereka yang tidak menyadari kemiskinan yang mereka hadapi. Mereka cenderung pasrah pada keadaan tanpa usaha yang lebih untuk mengeluarkan keadaan dari masalah yang dihadapi. Bagi mereka yang terpenting adalah dapat memenuhi kebutuhan makan. Keadaan tempat tinggalpun seadanya yang penting tidak kepanasan dan kehujanan. Kondisi ekonomi yang sangat sulit digambarkan dalam salah satu kasus bernama Ni Wayang. Pada usianya yang belia, memaksa Ni Wayan Mertayani harus dewasa di usianya yang masih 14 tahun. Sehari-harinya, Mertayani membantu ibunya berjualan asongan di pinggir pantai selain menjalani tugas belajar sebagai siswi di SMPN 2 Abang. Kadangkala, dia ikut mencari barang rongsokan di tepi pantai. Mertayani merupakan putri sulung almarhum I Nengah Sangkrib dan Ni Nengah Sirem. Sejak ayahnya meninggal, Mertayani tinggal bersama ibunya Ni Nengah Sirem dan adiknya Ni Made Jati. Sejak itu pula, tiga wanita ini berjuang untuk melanjutkan hidupnya dari hari ke hari dengan berjualan atau mencari barang rongsokan. Hingga akhirnya dia mampu memenangkan lomba foto internasional Museum Anne Frank. (http://www.indonesiaberprestasi.web.id/berita-prestatif/ni-wayan-mertayani-gadis-pemulungdari-bali-menang-lomba-foto-internasional-museum-anne-frank/ diakses pada 7 Desember 2013 pukul 08.23 WIB) Pada gambaran keadaan yang sama dalam hal ekonomi namun berbeda halnya dengan kasus seperti Dani (8 tahun), sekarang duduk di kelas 3 SD. Sejak dari kelas 1 hingga sekarang
xviii
selalu memperoleh Ranking Pertama, dapat mengalahkan teman-temannya yang kehidupan ekonominya jauh berada di atasnya. Begitupun dengan kakaknya, Fauzan. Siswa kelas 8 SMP ini meraih prestasi sebagai Juara Taekwondo tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun 2013. Kesulitan ekonomi tak membuatnya minder atau patah semangat. Untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya, Fauzan dan Dani kadang harus ikut memulung bersama ayahnya. Hal inilah yang membuat mereka hidup tegar di tengah kerasnya kehidupan ibukota. Namun dalam hal belajar, tidak usah diragukan. Kedua anak ini rajin dan semangat dalam belajar maupun kegiatan sekolah lainnya. (http://www.kabarpublik.com/2013/09/anak-pemulung-yang-berprestasi/ diakses pada 7 Desember 2013 pada pukul 08.25 WIB) Keadaan keluarga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan anak. Status ekonomi yang dimiliki akibat pekerjaan yang disandang orang tua memberikan dampak terhadap proses perkembangan yang dimiliki setiap anak. Anak-anak memiliki cara tersendiri dalam menyikapi pekerjaan yang dilakukan orang tua. Tak jarang mereka menjadi malu akibat pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua. Setiap pekerjaan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik itu pribadi maupun keluarga. Sebagai kepala keluarga, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi setiap kebutuhan anak-anaknya mulai dari makanan, pakaian dan juga pendidikan. Namun terkadang akibat himpitan ekonomi, banyak keluarga yang tidak lagi memikirkan perkembangan anak-anaknya secara baik. Dikarenakan tidak dapat memenuhi ekonomi secara baik, orang tua juga tidak memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Pekerjaan orang tua penting bagi anak kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat langsung bagi kesejahteraan si anak. Tapi sekarang ini bagi anak yang lebih besar, pekerjaan
xix
orang tua mempunyai arti budaya. Perkembangan teknologi dan budaya yang pesat menyebabkan pekerjaan orang tua mempengaruhi gengsi sosial anak. Anak sekolah dasar membagi masyarakat atas tingkat-tingkat berdasarkan pekerjaan dan mengambil alih sikap dan nilai orang tua terhadap berbagai pekerjaan. Bila seorang anak merasa malu akan pekerjaan orang tuanya, karena tingkat pekerjaan itu atau jenis pakaian kerja, sikap anak akan dipengaruhi secara merugikan. Bila anak cukup besar untuk memahami status sosial keluarganya sebagai dampak dari pekerjaan orang tua, status ini mempunyai pengaruh yang nyata pada sikap anak terhadap orang tua, terutama terhadap ayah sebagai pencari nafkah. Jika status sosial keluarga anak sekurangkurangnya sama dengan status keluarga teman sebaya, anak merasa bangga terhadap ayah mereka. Bila mereka melihat bahwa status keluarga mereka lebih rendah, mereka merasa malu dan bersikap sangat kritis terhadap ayah mereka. Keadaan demikian bisa mempengaruhi juga perkembangan anak baik secara sosial maupun kepribadian. Perkembangan sosial anak menjadi terganggu, anak menjadi pendiam dan tertutup. Anak menutup diri dari lingkungan sosial karena merasa malu, tidak sederajat dan rendah diri. Tak jarang anak menjadi bahan olok-olokan teman-temannya akibat dari pekerjaan yang dilakukan orang tua. Ini menbawa dampak buruk bagi perkembangan anak. Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan di sekolah atau dengan teman-temannya. Remaja lebih mudah dipengaruhi temantemannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak
xx
remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua. Perilaku antisosial, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif sering muncul pada diri remaja. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali (Agustiani, 2009: 189) Perubahan yang terjadi dalam diri pada masa remaja ini, menuntut individu untuk melakukan penyesuaian diri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan dengan harapan dan tuntutan dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Jadi, penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat menjauhkan ia dari keluarganya. Remaja memaksa orang tua untuk memenuhi kebutuhannya yang cenderung pada keinginan pribadi. Penghasilan pekerjaan orang tua sebagai pemulung tentu
xxi
tidak dapat memenuhi semua keinginan anak. Hal ini membuat anak merasa hak-haknya tidak terpenuhi. Akibatnya hubungan anak dan orang tua menjadi renggang. Disisi lain, anak yang dapat menerima keadaan orang tuanya tidak merasa minder akan keadaan keluarga. Mereka justru terpacu untuk berprestasi mengembangkan segala kemampuan dan talenta yang dimiliki. Cita-cita yang terus digantung selalu menjadi pemacu untuk tidak menyerah dengan keadaan, mereka tercipta sebagai anak yang berprestasi ditengah himpitan ekonomi yang dialami. Status sosial ekonomi itu tidak merupakan faktor multak dalam perkembangan sosial karena tergantung juga kepada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam keluarganya. Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka tidak memperhatikan pendidikan anaknya atau senantiasa berselisih, hal tersebut juga tidak menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Perkembangan soosial anaknya dapat ditentukan pula oleh saling pengaruh dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya (Gerungan, 2004: 196). Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal merupakan daerah yang memiliki penduduk dengan mayoritas bekerja sebagai pemulung. Sampah-sampah menjadi mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Plastikplastik menjadi pemandangan yang biasa di depan rumah. Sebagian besar mereka tinggal mengontrak ataupun menempati rumah milik keluarga. Sistem kekeluargaan menjadi salah satu kekuatan dalam menjalankan kehidupan di desa ini. Mereka saling membantu dalam berbagai hal. Orang tua di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan xxii
anaknya terutama kehidupan pendidikan. Semua anak di desa ini bersekolah walaupun sekolah di sekolah swasta biasa. Perilaku yang dimiliki anak-anak di desa ini berbeda-beda. Sebagian dari mereka hanya bergaul dengan anak lingkungan sekitar tanpa mau terbuka dengan lingkungan luar. Sebagian lagi mencoba berbaur dengan cara mengikuti beberapa kegiatan yang diadakan di luar lingkungan mereka. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu
Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan
orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
xxiii
1. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah mengenai pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung, dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka membantu program-program yang dibuat pemerintah guna memenuhi hak anak agar perkembangan anak lebih baik.
xxiv
1.5 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Beisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka penelitian, definisi konsep dan definisi operasional
BAB III
: METODE PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data
BAB IV
: GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti
BAB V
: ANALISIS DATA Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya
BAB VI
: PENUTUP Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian xxv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia. Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia (Siagian,2012:1). Masalah kemiskinan dapat dipahami memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang mengalami masalah kemiskinan tersebut. Kemiskinan identik dengan suatu penyakit, oleh karena itu langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Pemahaman masalah kemiskinan perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seorang atau sekelompok orang yang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara itu sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau sekelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencari taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
xxvi
Menurut Mencher (dalam Siagian,2012:5) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.
2.1.1. Aspek-aspek Kemiskinan 1. Kemiskinan itu multi dimensi Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial, berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekundernya antara lain adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh sesuatu fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan meningkatkan kualitas hidup. 2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekuensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis kemiskinan itu secara agregat. Menganalisis kemiskinan secara parsial akan membawa pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. xxvii
3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur Fenomena yang sering kita temui adalah, pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai suatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur (Siagian, 2012: 13) Kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan (Siagian, 2012:14), seperti: a. Miskin b. Sangat miskin c. Sangat miskin sekali Demikian halnya dengan BKKBN (dalam Siagian, 2012:14) sering mengklasifikasikan kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat, seperti: a. Prasejahtera b. Sejahtera 1 c. Sejahtera 2 4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty) dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kotanya. Kondisi desa dan kota itu merupakan xxviii
penyebab kemiskinan bagi manusia, dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukanlah wilayah.
2.1.2 Ciri-ciri Kemiskinan Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk menyatakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang seperti itu disebut tidak miskin. Namun suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan (Siagian, 2012:20), yakni: 1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh kemiskinan itu bercirikan antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada umumnya sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi, faktor-faktor produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan konsumsi, bukan untuk kebutuhan produksi, misalnya modal atau dana tidak digunakan untuk investasi, melainkan hanya untuk konsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan modal.
xxix
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendapatan hanya cukup untuk konsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi. 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian atara lain menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai ekonomis. 4. Pada umumnya mereka yang masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. Bahkan pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian mengakibatkan
mereka
memiliki
produktivitas
yang
rendah,
dan
seterusnya
mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula. 5. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung
xxx
gerak urbanisasi dari desa yang makin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya. Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung melakukan migrasi ke kota, karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib. Kemiskinan juga tidak lepas daripada cangkupan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hidup selain dari sisi material. Cangkupan beberapa elemen yang turut menentukan kualitas hidup dalam pengukuran kesejahteraan ekonomi. Ada 3 pendekatan konseptual dalam memikirkan cara mengukur kualitas hidup: 1. Pendekatan pertama, untuk menilai keadaan diri mereka sendiri, mengupayakan manusia untuk “bahagia’ dan “puas” dengan hidup mereka merupaka tujuan universal eksistensi manusia. 2. Pendekatan kedua, pendekatan ini melihat hidup seseorang sebagai kombinasi antara “kegiatan dan kedirian” (functionings) dan kebebasannya untuk memilih fungsi-fungsi tersebut (capabilities). Sebagian diantara kapabilitas yang sangat mendasar, seperti: tercukupinya gizi dan terbebas dari kematian dini, kapabilitas lain seperti: melek huruf, berpartisipasi dalam politik 3. Pendekatan ketiga, dikembangkan dalam kondisi ekonomi. Gagasan tentang alokasi yang adil, berfokus pada kesetaraan diantara anggota masyarakat (Siglitz, 2011: 70-71)
2.1.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik
xxxi
Secara
umum,
faktor-faktor
penyebab
kemiskinan
secara
kategoris
dengan
menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar (Siagian: 2012: 114), yaitu: 1. Faktor internal, yang dalam hal ini berasal dari individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi: a. Fisik, misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi c. Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa. d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin. e. Secara psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. g. Aset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja. 2. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi: a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai aset dan alat memenuhi kebutuhan hidup. c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal. xxxii
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro. e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan, dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak. f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal g. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan h. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana i. Pembangunan yang lebih beriorentasi fisik material j. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata k. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin. Penyebab utama kemiskinan ialah ketidakmampuan kaum miskin menghadapi perubahan yang cepat dan radikal serta realita yang baru dan kompleks. Perubahan-perubahan itu terpenting dan paling jelas adalah tekanan populasi, perubahan struktur sosial dan ekonomi, kondisi-kondisi teknologi dan ekologi, perang dan perselisihan warga. Sementara itu, perubahan-perubahan yang tidak begitu tampak namun sama mengancamnya adalah perubahan iklim, degradasi tanah, polusi air dan udara.
2.2 Keluarga Pemulung 2.2.1 Keluarga Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada xxxiii
didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasiorganisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses. (Khairuddin,1997:4) Menurut Iver dan Page (dalam Kairuddin, 1997: 3) dikatakan : “family is a group defined by sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and upbringing of children”. Sedangkan menurut A.M. Rose “ a family is a group of interacting person who recognize a relationship with each other based on common parentage, marriage and for adoption” Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. (Su’adah,2005:22-23) Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga. Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi: 1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan. 2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara. 3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan xxxiv
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. 5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22). Hal senada dari beberapa definisi keluarga, terdapat salah satu pengertian keluarga, dimana fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial (Khairuddin, 1997:3). Keluarga mempunyai jaringan interaksi yang lebih bersifat interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain. Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar dan pemberi contoh (Tirtaraharja, 2000: 169). Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai corak tersendiri. Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang terkecil ini. Disitulah dia dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama kali, mengadakan pertemuan pertama kali dengan manusia. Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut
xxxv
menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarga (Gerungan, 2004: 195) Bentuk-bentuk keluarga menurut Polak (dalam Khairuddin,1997:19) yaitu : 1. Keluarga Inti ( Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah 2. Keluarga Besar ( Extended Family) yaitu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya. Disamping bentuk keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, (Ahmadi, 2007:222) yaitu: 1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial 2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras 3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertamatama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu 4. Besarnya keluarga terbatas 5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial 6. Pertanggungan jawab daripada anggota-anggota 7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena: urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.
xxxvi
Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya perananperanan sosial yaitu: 1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu 2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah, kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam lingkungan kekeluargaan 3. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi,2007:223) Menurut Horton (dalam Su’adah, 2005: 109), fungsi-fungsi keluarga meliputi : 1. Fungsi pengaturan seksual Keluarga berfungsi adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual. 2. Fungsi reproduksi Fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau menghasilkan anak. 3. Fungsi afeksi Salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik dalam mengatasi masalah remaja, secara garis besar adalah: a. Memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan, dan kesehatan
xxxvii
b. Memberi ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak c. Memberikan suatu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil d. Membimbing dan mengendalikan perilaku e. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman ini secara alami f. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran ke dalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan atau amarah g. Membantu anak menjadi bagian dari keluarga h. Memberi teladan Perkembangan anak-anak juga memiliki keterkaitan pada keadaan sosio-ekonomi. Keadaan sosio-ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarga itu lebih luas, ia mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak dapat prasarananya. Hubungan orang tua yang hidup dalam status sosio-ekonomi serba cukup dan kurang mengalaminya tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh kebutuhan hidupnya yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih xxxviii
mendalam pada pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah-masalah kebutuhan primer manusia (Gerungan, 2004: 196). Secara umum hal ini dianggap benar, namun tentulah status sosio-ekonomi tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan anak. Kendala pada faktor pendidikan pada tingkat remaja dihadapkan pada berbagai faktor, diantaranya kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anak masih banyak yang rendah. Disisi lain tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi juga sangat berat, sehingga tidak sedikit orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk bekerja membantu mencari nafkah (Anwas, 2013: 117) Sebagian besar permasalahan sosial-ekonomi keluarga berhubungan dengan tidak memadainya sumber-sumber penghidupan, seperti pekerjaan yang tidak layak dan tidak tetap atau bahkan tidak memiliki pekerjaan, penghasilan rendah, tidak memiliki aset memadai (tanah, sawah, dll), ketidakmampuan mengelola ekonomi rumahtangga, perilaku konsumtif, dan lainlain. Berdasarkan hal ini maka permasalahan ekonomi keluarga (Departemen Sosial RI, 2009:4243) diantaranya meliputi: a. Tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang memadai dan layak, sehingga daya beli rendah b. Tidak memiliki asset yang memiliki nilai ekonomi, seperti tanah, sawah, kebun, ternak c. Ketidakmampuan dalam mengelola ekonomi rumahtangga, pengeluaran lebih besar daripada pemasukan (dari segi keuangan) d. Perilaku konsumtif, yaitu senang berbelanja secara berlebihan sehingga menghabiskan sebagian keuangan rumahtangga, bahkan berbelanja secara kredit, menggunakan kartu kredit tanpa perhitungan
xxxix
e. Terbatas akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan pelayanan-pelayanan sosial f. Tidak memiliki keterampilan atau keahlian/kejuruan kerja g. Minimnya kepemilikan pribadi seperti rumah/tempat tinggal, peralatan rumahtangga, kendaraan dan sumber daya lainnya.
2.2.2 Pemulung Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam kurun waktu tertentu. Di dalam kehidupan masyarakat membutuhkan orang lain sehingga menimbulkan suatu hal yang disebut interaksi sosial. Kelompok sosial terjadi karena adanya interaksi dan persamaan ciri dalam kelompok itu. Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera karena dengan kehidupan yang sejahtera dapat menghindari manusia dari penyakit sosial, seperti kemiskinan, tuna wisma serta menghindari manusia dari keinginkan untuk berbuat kejahatan, seperti pencurian, perampokkan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencapaian kehidupan yang sejahtera tersebut setiap manusia akan berusaha dengan bekerja dengan keras agar dapat menambah perekonomian keluarga, walaupun hanya bekerja sebagai pengumpul barang-barang bekas dan mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah serta berkeliling ke rumah-rumah warga, tetap dilakukan demi memenuhi perekonomian keluarganya. Pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas dan mengais barang bekas dari tumpukan sampah lebih sering disebut dengan istilah pemulung. Berdasarkan teori di dalam masyarakat, salah satunya adalah teori Gemein Schaft Of Place (paguyuban berdasarkan tempat tinggal), di mana kelompok sosial terbentuk ketika masing-masing individu di dalamnya memiliki rasa persamaan karena berada di satu tempat
xl
tinggal yang sama. Berdasarkan teori Gemeinschaft terdiri suatu kelompok masyarakat terutama masyarakat miskin terbentuk atas pekerjaan dan tingkat sosial yang sama. Seperti yang terjadi pada kelompok pemulung. Pada umumnya dapat dikatakan pemulung adalah orang yang bekerja memungut barang-barang bekas atau sampah-sampah tertentu yang dapat didaur ulang. (http://ekatasia.blogspot.com/2009/06/bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 17 January 2014 pukul 11.50 WIB) Keberadaan pemulung tentu menimbulkan berbagai asumsi tentang pemulung itu sendiri, masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung. Banyak diantara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak menanamkan budi pekerti dalam dirinya. Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu panjang tangan, pemulung sangat kumuh, dan sebagainya. Padahal kalau dicermati, pemulung merupakan komponen masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam masalah penyelamatan lingkungan. Mereka memilah-milah sampah, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah. Oleh karena itu, volume sampah yang menggunung di lingkungan sekitar merupakan permasalahan yang tidak kunjung berakhir dapat diminimalisasikan oleh pemulung. Pemulung adalah orang-orang yang bekerja mencari dan mengumpulkan sampah yang kemudian sampah-sampah tersebut akan dijual kembali, berikut beberapa definisi pemulung: 1) Pemulung
adalah
orang-orang
yang
pekerjaannya
memilih,
memungut,
dan
mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang yang dapat di olah kembali untuk di jual
xli
2) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari kata pe dan pulung. Jadi memulung artinya mengumpulkan barang-barang bekas (limbah yang terbuang sebagai sampah) untuk dimanfaatkan kembali. Sedangkan pemulung adalah orang yang pekerjaannya memulung, yaitu orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas untuk kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan mengelolahnya kembali menjadi barang komoditi baru atau lain 3) Menurut Jhones, pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah kota. Barang-barang yang dikumpulkan berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua, dan barang bekas lainnya (http://www.scribd.com)
Ada dua jenis pemulung: pemulung lepas, yang bekerja sebagai wirausaha, dan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar. Tidak jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang didiami bandar, atau di mana terletak tempat penampungan barangnya. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari industri daur ulang.
Berdasarkan penjelasan di atas, keluarga pemulung adalah hubungan suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah.
2.3 Perkembangan Anak 2.3.1 Perkembangan Anak xlii
a. Anak Menurut the Minimum Age Convention nomor 138 (1973), pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on the rights of the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu, UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahtaraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun. (Huraerah, 2012:31) Jika dicermati, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial serta pertimbangan kematangan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun. Hal ini dipertegas dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan. Batasan umur seseorang masih dalam kategori anak, berdasarkan beberapa peraturan yang ada di Indonesia cukup beragam, yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang RI. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; memberi batasan yang berbeda antara anak perempuan dengan anak laki-laki, yakni anak perempuan berumur 16 tahun dan anak laki-laki berumur 19 tahun;
xliii
2. Undang-Undang RI. No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa: “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu ) tahun dan belum pernah kawin.” 3. Undang-Undang RI. No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pasal 1 angka (1), menyebutkan: “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin”. 4. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO tentang Batas Usia Minimum Anak Bekerja, adalah 15 (lima belas) tahun. 5. Undang-Undang RI. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 1, angka (5), menyebutkan bahwa: ”Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.” 6. Undang-Undang RI. No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD; Usia Pemilih minimal 17 (tujuh belas) tahun. 7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) memberi batasan mengenai pengertian anak atau orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun; seperti yang dinyatakan dalam pasal 330 yang berbunyi: “ belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu kawin”.
Undang-undang RI nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Bab II Pasal 2 sampai pasal 9 mengatur hak-hak anak atas kesejahteraan, sebagai berikut : 1. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan xliv
2. Hak atas pelayanan 3. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan 4. Hak atas perlindungan lingkungan hidup 5. Hak mendapatkan pertolongan pertama 6. Hak memperoleh asuhan 7. Hak memperoleh bantuan 8. Hak diberi pelayanan dari asuhan 9. Hak memperoleh pelayanan khusus 10. Hak mendapatkan bantuan dan pelayanan Pada Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dijelaskan mengenai hak-hak anak sebagai berikut: 1. Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi 2. Hak atas identitas diri dan status kewarganegaraan 3. Hak untuk beribadah menurut agamanya 4. Hak untuk mengetahui orang tua 5. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial 6. Hak untuk memperoleh pendidikan 7. Hak untuk memperoleh perlindungan diri 8. Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hokum 9. Hak menyatakan pendapat
xlv
Kewajiban negara dalam memberikan hak-hak anak tertuang pada Konvensi Hak-hak Anak yang telah ratifikasi oleh pemerintah Indonesia yaitu: 1. Menghormati dan menjamin hak-hak anak 2. Mempertimbangkan kepentingan utama anak 3. Menjamin adanya perlindungan anak 4. Menghormati hak anak dan mempertahankan identitasnya 5. Jaminan anak tidak dipisahkan dengan orang tuanya 6. Jaminan hak pribadi anak (Prinst, 1997: 103-109)
b. Perkembangan Anak Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi, dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masingmasing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Jahja, 2011:28-29). Proses perkembangan individu manusia beberapa fase yang secara kronologis dapat diperkiraan batas waktunya. Setiap fase akan ditandai dengan ciri-ciri tingkah laku tertentu sebagai karakteristik dari fase tersebut, fase-fase tersebut adalah sebagai berikut: a. Permulaan kehidupan (konsepsi) b. Fase prenatal (dalam kandungan) c. Proses kelahiran (±0-9 bulan) d. Maa bayi/anak kecil (±0-1 tahun) xlvi
e. Masa kanak-kanak (±1-5 tahun) f. Masa anak-anak ( ±5-12 tahun) g. Masa remaja (±12-18 tahun) h. Masa dewasa awal (±18-25 tahun) i. Masa dewasa (±25-45 tahun) j. Masa dewasa akhir (±45-55 tahun) k. Masa akhir kehidupan (±55 tahun ke atas) Teori dalam perkembangan anak, yaitu: 1. Teori Nativisme, teori ini pertama kali digagas oleh Schopenhauer. Menurut teori ini, perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan. Teori ini meyakini bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam perkembangan manusia adalah pembawaan sejak lahir atau boleh dibilang ditentukan oleh bakat. Teori nativisme bersumber dari Leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Orang-orang yang mengikuti teori nativisme sangat menekankan bakat yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkan secara maksimal 2. Teori dalam perkembangan anak selanjutnya yaitu Teori Empirisme oleh John Locke. Teori empirisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu dalam kehidupannya. Faktor lingkungan, lebih khusus adalah dunia pendidikan, sangat besar menentukan perkembangan anak 3. Teori Konvergensi, dikemukakan oleh William Stern. Menurut teori ini, baik pembawaan maupun lingkungan mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak. xlvii
Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan (Azzet, 2010: 19-24) Prinsip perkembangan itu sifatnya progresif, dan prinsip tersebut terletak di dalam diri anak sendiri. Jelasnya, gejala perkembangan itu bukan proses yang digerakan oleh faktor-faktor dan pengaruh-pengaruh dari luar individu saja; akan tetapi juga dikendalikan dan diberi corak tertentu oleh faktor-faktor hereditas, yaitu pembawaan, bakat dan kemauan anak. Selanjutnya prinsip perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan sekitar dan kultur (Kartono, 2006: 149). Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14) sampai usia sekitar 18 tahun, masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tua. Adapun sejumlah masalah untuk ini: a. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat menjauhkan ia dari keluarganya b. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan maupun seksualitasnya.
Perasaan
seksual
yang
mulai
muncul
dapat
menakutkan,
membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua
xlviii
Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orang tua mereka, dan merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain: a. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan di sekolah atau dengan teman-temannya b. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi ialah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual c. Membolos, tidak ada gairah atau malas ke sekolah sehingga ia lebih suka membolos masuk sekolah d. Perilaku antisosial, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali e. Penyalahgunaan obat bius f. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang ialah skizofernia
2.3.2 Perkembangan Sosial Anak
xlix
Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial. Proses perkembangannya berlangsung secara bertahap sebagai berikut: a. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun) b. Masa krisis (3-4 tahun) c. Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun) d. Masa anak sekolah (6-12 tahun) e. Masa krisis II (12-13 tahun) Menurut Erik Erickson (1983), perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya. Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial anak sebagai berikut: a. Percaya VS Tidak Percaya (0-1 tahun) Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang ialah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak dengan dunia luar, maka ia mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi dalam berhubungan dengan dunia luar ialah mulut dan pancaindra. Adapun perantara yang tepat antara bayi dan lingkungan ialah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan,
l
maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak bercaya ini timbul bila pengalaman untuk meningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak mendapatkan minuman atau air susu secara adekuat ketika lapar, tidak mendapatkan respons ketika ia menggigit dot botol. b. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu (1-3 Tahun) Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuh, diri dan lingkungannnya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai kemauannya, misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu, anak menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa otonomi diri ini perlu dikembangkan karena penting untuk terbentuknya rasa percaya dan harga diri dikemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri. Peran lingkungan pada usia ini ialah memberikan dorongan dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang dipilihnya serta kurang dorongan dari orang tua dan lingkungannya, misalnya: orang tua terlalu mengontrol anak.
c. Inisiatif VS Rasa Bersalah Pada tahap ini, anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai diikutsertakan sebagai individu misalnya turut serta merapikan tempat tidur
li
atau membantu orang tua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya, misalnya menjadi aktif diluar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan teman sebaya dan saudara sekandung untuk menang sendiri. Pada tahap ini, kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatannya karena keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya orang tua atau orang lain terlalu tinggi atau berlebihan, maka dapat mengakibatkan anak merasa aktifitas atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan bersalah. d. Industri VS Inferioritas (6-12 tahun) Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang akhirnya dapat menghasilkan sesuatu. Anak siap untuk meninggalkan rumah atau orang tua dalam waktu terbatas yaitu untuk sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing (sifat kompetitif), juga sifat kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan, dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku. Kunci proses sosialisasi pada tahap ini ialah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini, peranan guru sangat sentral. Identifikasi bukan terjadi pada orang tua atau pada orang lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh pada gurunya dibandingkan pada orang tuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuai standard dan terlalu banyak yang diharapkan dari mereka, maka dapat muncul masalah atau gangguan.
e. Identitas VS Difusi Peran (12-18 tahun) Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa. Sehingga tampak adanya kontradiksi bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri
lii
yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya dipandang sebagai teman senasib, partner dan saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini, remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis. Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru, dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin. a. Perubahan dalam perilaku sosial Dalam waktu yang singkat remaja mengadakan perubahan radikal yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenis. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik. b. Pengelompokan sosial baru Saat berlangsungnya masa remaja, terdapat perubahan minat terhadap kelompok yang terorganisasi dan masih diawasi orang dewasa, kemudian kelompok ini secara cepat menurun karena remaja meningkat ke arah dewasa yang tidak mau diperintah atau diorganisasi oleh kelompoknya. Pada masa akhir remaja minat berkelompok cenderung berkurang dan digantikan dengan kelompok kecil yang hubungannnya tidak terlalu akrab. c. Nilai baru dalam penilaian sosial
liii
Tidak ada sifat/pola perilaku khas yang akan menjamin penerimaan sosial selama masa remaja. Tergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yang sindrom penerimaan yang
disenangi
remaja
dan
menambah
gengsi
dari
kelompok
besar
yang
diidentifikasikannya. d. Minat sosial Bersifat
sosial
tergantung
pada
kesempatan
yang
diperoleh
remaja
untuk
mengembangkan minat tersebut dan pada kepopulerannya dalam kelompok. Seorang remaja yang status sosial-ekonomi keluargannya rendah, misalnya mempunyai sedikit kesempatan untuk mengembangkan minat pada pesta-pesta dan dansa dibandingkan dengan remaja latar belakang yang lebih baik. Demikian ada beberapa minat sosial tertentu yang hampir bersifat universal. e. Perilaku sosial Diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, sosial-ekonomi yang berbeda. Usaha memperbaiki mereka yang mempunyai standar penampilan dan perilaku yang berbeda. Keluarga merupakan bagian terpenting dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak, maka keluarga harus dibangun secara kondusif, (Azzet, 2010: 102-120) sebagai berikut: 1. Memberikan rasa aman 2. Memberikan kasih sayang dan penerimaan 3. Menjadi andalan dan rujukan 4. Model dan bimbingan hidup bermasyarakat 5. Motivator utama dalam meraih keberhasilan 6. Sumber persahabatan liv
7. Mengembangkan kecerdasan secara menyenangkan 8. Tidak monoton 9. Cara berkomunikasi 10. Memberikan penghargaan 11. Ada waktu untuk berbagi Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia. Tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Didalam keluarga yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati, ia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain, ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulan dengan orang lain. Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial dengan keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarga dan di dalam masyarakat pada umumnya (Gerungan, 1004:195). Selain dari peranan umum kelompok keluarga sebagai kerangka sosial yang pertama, tempat manusia berkembang sebagai makhluk sosial terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keadaankeadaan keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial.
2.3.3 Perkembangan Kepribadian Anak Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng. Menurut Allport (Hurlock, 1978), kepribadian merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu yang unik dan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian juga merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan
lv
penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik. Sosial-faktor yang mepengaruhi kepribadian antara lain: fisik, inteligensi, jenis kelamin, teman sebaya, keluarga, kebudayaan, lingkunan dan sosial budaya, serta sosial internal dari dalam diri individu seperti tekanan emosional. (Jahja,2011:67) Ciri-ciri kepribadian yang sehat antara lain: a. Mandiri dalam berpikir dan bertindak b. Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya c. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya d. Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan e. Dapat mengendalikan emosi
a. Hal-hal yang Mempengaruhi Kepribadian Luas cangkupan masalah kepribadian seperti pentingnya unsur keturunan, proses pematangan, latihan pada masa kecil, motif sosial yang diperoleh melalui proses belajar dan cara-cara ia menanggapi masalah. Hal-hal itu akan melatarbelakangi seseorang sehingga menjadi pribadi sebagaimana yang ditampilkannya saat ini. Pribadi tersebut merupakan suatu produk akhir dari potensi-potensi yang dimilikinya dan seluruh perjalanan hidupnya. Berarti bahwa untuk dapat mengerti pribadi yang bersangkutan, kita harus mengerti pola yang terbentuk sebagai akibat pengalaman individu tersebut hingga ia tampil sebagai pribadi yang unik. 1. Potensi Bawaan
lvi
Seorang bayi telah diwarnai unsur-unsur yang diturunkan oleh kedua orang tuanya dan tentu diwarnai pula oleh perkembangan dalam kandungan ibunya. Ada bayi yang sejak lahir sudah memperlihatkan daya tahan tubuh yang kuat, tapi ada pula bayi yang lemah. Ada yang responsif dan aktif tetapi ada pula yang pasif dan lebih tenang. Terhadap masing-masing individu, orang tua akan berlangsung timbal balik dan menjadi awal pertumbuhan yang khas yang dimiliki individu tersebut. Sampai saat ini belum ditentukan suatu cara/ukur yang baik untuk dapat mengenali unsur-unsur dan mengukur derajat unsur-unsur bawaan sesorang. Tetapi melalui penelitian pada anak-anak kembar, didapat gambaran yang dapat masing-masing disimpulkan bahwa ada kecenderungan untuk berespons secara tertentu pada individu. Walaupun hasil-hasil penelitian tidak begitu jelas, tetapi dapat disimpulkan bahwa unsure keturunan ataupun bawaan cukup penting untuk diperhatikan karena turut memberi dasar pada kepribadian seseorang. 2. Pengalaman dalam Budaya/Lingkungan Proses perkembangan mencakup suatu proses belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakatnya. Tanpa kita sadari, pengaruh nilai-nilai dari masyarakat dalam hidup kita telah kita terima dan menjadi bagian dari diri kita. Pengaruh lain dari budaya adalah mengenai peran seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Tuntutan berperan ini berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Biasanya tuntutan terhadap peran itu sudah dianggap sebagai suatu kewajaran. Peran tidak selamanya diterima begitu saja, banyak peran juga yang merupakan hasil pilihan yang bersangkutan, misalnya peran sebagai dokter atau sebagai anggota ABRI. Dengan demikian bersama pilihannya peran tersebut, maka tuntutan masyarakat terhadap
lvii
peran tersebut dengan sendirinya akan membebani si pemilih tadi. Beban peranan tidaklah sederhana. Tuntutan bisa berasal dari masyarakat, keluarga, maupun temantemannya sendiri; dapat diduga bahwa tiap peranan mempunyai ciri-ciri sendiri yang akan berakibat pada pembentukan kepribadian dan tingkah laku. 3. Pengalaman yang Unik Selain potensi bawaan dan tuntutan peran oleh masyarakat yang juga turut membentuk kepribadian seseorang dan yang membedakannya dari orang lain adalah pengalaman dirinya yang khas. Orang, selain berbeda dalam bentuk badan, potensi bawaan, juga berbeda dalam perasaan, reaksi emosi dan daya tahannya. Dengan demikian, orang yang memiliki ciri-ciri tersebut bereaksi yang khas terhadap rangsangan yang dihadapi dalam lingkungannya. Potensi yang dimiliki sejak lahir akan berkembang melalui interaksi dengan sekelilingnya seperti orang tua, saudara-saudara, dan orang lain serta yang signifikan lainnya. Figur-figur yang berbeda di sekelilingnya akan “mengajarkan” apa yang diharapkan dan dikehendaki oleh budayanya. Dengan demikian rangsang lingkungan dan potensi yang dimiliki akan mempunyai akibat tertentu terhadap kepribadiannya. Melalui proses tersebut pada akhirnya terbentuk suatu hati nurani pada dirinya yang akan menjadi tolak ukur tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik, tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Jadi seseorang selain memiliki bekal yang diterima sejak lahir, menerima berbagai tuntutan lingkungan, juga dibentuk oleh masyarakatnya melalui pengalaman yang khas. Jalan hidup demikian maka ia akan berkembang menjadi orang yang khas pula.
lviii
Perkembangan kepribadian, menurut Badura (dalam Alwisol, 2011:292) sesorang belajar mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu. Salah satu cara dalam belajar mempelajari respon, yaitu:
1. Peniruan (Modeling) Inti dari belajar melalui observasi adalah modeling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan oleh orang model (orang lain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan kognitif. a. Modeling Tingkah laku baru Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi symbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti. Keterampilan kognitif yang bersifat simbolik ini, membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah laku baru. b. Modeling mengubah tingkah laku lama
lix
Di samping dampak mempelajari tingkah laku model, modeling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkah laku model diganjar atau dihukum. Kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu justru diganjar, pengamat cenderung meniru tingkah laku itu, sebaliknya kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu dihukum, respon pengamat menjadi semakin lemah. c. Modeling simbolik Dewasa ini sebagian bear modeling tingkah laku berbentuk simbolik. Film dan televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku. d. Modeling kondisioning Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modeling semacam ini banyak dipakai mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya (kondisional klasik) saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasarann emosional model yang diamati.
lx
Perubahan yang terjadi dalam diri pada masa remaja, juga menuntut individu untuk melakukan penyesuaian diri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan dengan harapan dan tuntutan dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Jadi, penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya. Schneiders (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencangkup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami di dalam dirinya. Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. Schneiders juga mengatakan bahwa orang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku. (Agustiani,2009:19)
2.4 Kesejahteraan Anak Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Hal ini diatur
lxi
dalam Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dasar dari undang-undang itu mengacu kepada Pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Apabila ketentuan Pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekuen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin. Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak, terutama terpenuhinya kebutuhan anak (Pasal 1 angka 1 huruf b PP No. 2 Tahun 1988). Adapun usaha-usaha itu meliputi: pembinaan, pencegahan dan rehabilitasi. Pelaksananya adalah pemerintah dan/atau masyarakat baik di dalam maupun di luar panti (Pasal 11 ayat 3 PP No. 2 Tahun 1988). Pemerintah dalam hal ini memberikan pengarahan, bimbingan, bantuan dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat. (Prinst, 1997: 83)
2.4.1 Perlindungan Anak Kata "Perlindungan" bila berdiri sendiri tentu akan berbeda maknanya bila disatukan dengan kata Anak yaitu menjadi Perlindungan Anak. Kata Perlindungan sendiri sangat bersentuhan dengan penjaminan bahwa sesuatu yang dilindungi akan terbebas dari hal yang membuat tidak nyaman, dari hal yang membuat kerusakan. Pengertian Perlindungan Anak di dalam UU N0.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada dasarnya anak harus dilindungi karena anak mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap seluruh penyelenggara Perlindungan Anak yaitu orangtua, keluarga, masyarakat, lxii
pemerintah dan negara. Sudah barang tentu masing-masing mempunyai peran dan fungsinya yang berbeda dimana secara keseluruhan, satu sama lain saling terkait di bawah pengertian perlindungan sebagai payungnya. Pengertian anak di dalam Undang-Undang adalah seseorang yang berusia dibawah 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sering terjadi anak yang dalam kandungan tidak dihitung sebagai anak. Seorang ibu misalnya ketika sedang mengandung anak yang kedua, yang bersangkutan mengatakan bahwa ia mempunyai anak satu orang dan tidak menghitung anaknya yang sedang dikandung karena yang dianggap hitungan anak adalah yang terlihat sudah ada. Padahal anak yang dikandungpun mempunyai hak-haknya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik saat dalam kandungan maupun saat dilahirkan. Pencapaian hal tersebut tentunya anak dalam kandungan harus mempunyai asupan gizi yang baik melalui ibunya, kasih sayang dan perlindungan dari berbagai hal yang dapat menghambat tumbung kembang janin. Di pihak lain kesehatan ibupun menjadi sangat penting baik secara fisik maupun non fisik. Disimpulkan anak harus dilindungi baik di wilayah domestik maupun publik, baik dalam situasi damai maupun konflik. Berangkat dari wilayah domestik, berapa banyak anak yang mengalami tindak kekerasan dari orangtuanya sendiri yang melegitimasi hal itu sebagai alat untuk mendidik sehingga dianggap suatu kewajaran semata. Dilanjutkan dalam wilayah publik berapa banyak juga anak yang mengalami tindak kekerasan dan diskriminsi. Semisal di sekolah mengalami tindak kekerasan dari pihak sekolah yang seyogyanya sekolah adalah tempat yang nyaman bagi anak. Alih-alih dianggap sebagai alat untuk menjunjung kedisiplinan. Berapa banyak elemen-elemen masyarakat lainnya melakukan tindakan yang sama. Begitu juga pemerintah dan negara yang harus memfasilitasi kebutuhan anak dari aspek hak sipil,
lxiii
pendidikan, kesehatan dan pengasuhan alternatif ketika anak menghadapi masalah dalam bentuk sarana dan prasarana seringkali melakukan yang sebaliknya. Dapat kita lihat bahwa anak belum lagi menjadi pertimbangan utama dalam mewujudkan perlindungan karena anak belum dilihat sebagai subjek tetapi objek orang-orang dewasa dimanapun fungsi dan peran mereka sebagai penyelenggara perlindungan anak. Hal ini disebabkan pemahaman ataupun perspektif anak yang belum baik dalam memahami siapa anak. Kendati kita sudah memiliki Undang-Undang, lnstrumen lnternasional yaitu Konvensi Hak Anak yang sudah diratifikasi sejak tahun 1990 yang membuat kita terikat secara yuridis maupun politis untuk mengikuti seluruh ketentuan yang ada, namun kekuatan secara kultural yang kurang berwawasan anak jauh lebih mendominasi. Empat Prinsip dasar Konvensi Hak Anak yang menjadi azas dan tujuan Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak belum dipahami secara benar yaitu 1) non diskriminasi, 2) kepentingan terbaik bagi anak, 3) hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, 4) penghargaan terhadap pendapat anak. Keempat hal ini harus menjadi roh dari setiap tindakan apapun dari seluruh penyelenggara perlindungan anak dalam memberikan pemenuhan hak-hak mereka. Bila hal ini diabaikan maka kekerasan dan diskriminasi terhadap anak akan menjadi langgeng. Edukasi sangat diperlukan, pelatihan atau bentuk lain dari pemajuan hak anak agar dapat melakukan perlindungan anak secara maksimal. Anak harus dijadikan pusat pertimbangan utama dalam melakukan tindakan apapun oleh seluruh penyelenggara perlindungan anak (http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/ diakses tanggal 7 Desember 2013 pukul 10.00).
lxiv
2.5 Kerangka Pemikiran Pekerjaan orang tua penting bagi anak kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat langsung bagi kesejahteraan si anak. Tapi sekarang ini bagi anak yang lebih besar, pekerjaan orang tua mempunyai arti budaya. Perkembangan teknologi dan budaya yang pesat menyebabkan pekerjaan orang tua mempengaruhi gengsi sosial anak. Anak sekolah dasar membagi masyarakat atas tingkat-tingkat berdasarkan pekerjaan dan mengambil alih sikap dan nilai orang tua terhadap berbagai pekerjaan. Bila seorang anak merasa malu akan pekerjaan orang tuanya, karena tingkat pekerjaan itu atau jenis pakaian kerja, sikap anak akan dipengaruhi secara merugikan. Bila anak cukup besar untuk memahami status sosial keluarganya sebagai dampak dari pekerjaan orang tua, status ini mempunyai pengaruh yang nyata pada sikap anak terhadap orang tua, terutama terhadap ayah sebagai pencari nafkah. Jika status sosial keluarga anak sekurangkurangnya sama dengan status keluarga teman sebaya, anak merasa bangga terhadap ayah mereka. Bila mereka melihat bahwa status keluarga mereka lebih rendah, mereka merasa malu dan bersikap sangat kritis terhadap ayah mereka. Keadaan demikian bisa mempengaruhi juga perkembangan anak baik secara sosial maupun kepribadian. Perkembangan sosial anak menjadi terganggu, anak menjadi pendiam dan tertutup. Anak menutup diri dari lingkungan sosial karena merasa malu, tidak sederajad dan rendah diri. Tak jarang anak menjadi bahan olok-olokan teman-temannya akibat dari pekerjaan yang dilakukan orang tua. Ini menbawa dampak buruk bagi perkembangan anak.
Bagan Alur Pikir
lxv
Pekerjaan Orang Tua
Perkembangan Anak
Perkembangan Kepribadian Anak
Perkembangan Sosial Anak
Pengaruh
Ya
Tidak
2.6 Hipotesis Secara Etimologis istilah hipotesis berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata, yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan. Secara sederhana hipotesi dapat diartikan sebagai pernyataan sementara. Kerlinger (1997) mengemukakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variable. Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan (Siagian, 2011:147-148).
lxvi
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah:
Ho
:
Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
Ha
:
Terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal
2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.7.1 Definisi Konsep Konsep adalah istilah khusus yang digunakan para ahli dalam menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek, peneliti harus menegaskan dan membatasi konsep yang diteliti. Perumusan definisi konsep dalam suatu peneliian menunjukkqn bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah adalah pengertian terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011:136). Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang akan digunakan dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsepkonsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunaan sebagai berikut: 1. Pengaruh dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi yang disebabkan oleh terjadinya sesuatu
lxvii
2. Pekerjaan orang tua dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga 3. Perkembangan anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada anak yang membentuk tingkah laku anak a. Perkembangan sosial anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada proses interaksi anak dengan lingkungan sosial b. Perkembangan kepribadian anak dalam penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada sikap anak dalam menghadapi lingkungan sosial 4. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
2.7.2 Definisi Operasional Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses mengoperasionalisasikan konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep telah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terinci sehingga makna dan
aspek-aspek
yang
terangkum
dalam
konsep
tersebut
terangkat
dan
terbuka
(Siagian,2011:141). Adapun yang menjadi definisi dalam Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal yaitu dapat diukur melaui indikator-indikator sebagai berikut: 1. Variabel Bebas
lxviii
Secara sederhana variabel bebas (independent variable) dapat didefinisikan sebagai variabel atau sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap variabel atau sekelompok atribut yang lain (Siagian, 2011:89). Menurut Idrus (2009: 79), variabel bebas atau variabel (x) merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
A. Pekerjaan Orang Tua 1. Pendapatan Orang Tua 2. Keadaan Tempat Tinggal 3. Pendidikan Orang tua 4. Kebutuhan Hidup 5. Jumlah Anggota Keluarga 6. Kegiatan dan kedirian orang tua, yaitu: tercukupi gizi, terbebas dari kematian dini, berpartisipasi dalam politik 2. Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variable) secara sederhana dapat diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Melihat kedudukannya, maka variabel terikat sering juga disebut variabel terpengaruh (Siagian, 2011:90). Menurut Idrus (2009: 80), variabel terikat atau variabel y adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena ada variabel lain. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah A. Perkembangan Anak lxix
1. Perkembangan Sosial Anak a. Perubahan dalam perilaku sosial b. Pengelompokan sosial baru c. Nilai baru dalam penilaian sosial d. Minat sosial e. Perilaku sosial 2. Perkembangan Kepribadian Anak dilihat dari a.
Mandiri dalam berpikir dan bertindak
b.
Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya
c.
Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya
d.
Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan
e.
Dapat mengendalikan emosi
lxx
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang secara khusus dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis (Siagian, 2011: 53). Objek telaahan penelitian eksplanatif adalah untuk menguji hubungan antarvariabel
yang
dihipotesiskan. Hipotesis ini menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel; untuk mengetahui suau variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lainnya: atau apakah suatu variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lain (Faisal, 2003: 21).
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Medan Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lingkungan ini mayoritas penduduknya bekerja sebagai pemulung. Di lingkungan ini anak-anak yang masih bersekolah hanya terpaku pada lingkungan sekitar. Mereka jarang bersosialisasi dengan teman-teman lain. Teman sekolah juga terpaku pada teman yang memiliki lingkungan rumah yang sama.
3.3 Populasi dan Sampel Secara sederhana populasi dapat diartikan sekumpulan objek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaju dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara lxxi
umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau objek yang memiliki ciri atau sifat yang sama. Tidak harus seragam namun diantara mereka harus ada persamaan (Siagian, 2011: 155). Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak dengan rentang usia 13-18 tahun. Di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal terdapat 49 Kepala Keluarga yang memiliki anak. Penelitian ini menggunakan sampel bertujuan (purposive sampling) sejumlah 10 kepala keluarga yang memiliki anak dengan rentang usia 13-18 tahun sejumlah 2-3 anak tiap keluarga. Purposive sampling artinya penetapan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian dalam hal ini peneltian yang dilakukan pada anak dengan retang usian 13-18 tahun dan masih berstatus bersekolah.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari data melalui buku-buku, dokumentasi dan sumber referensi 2. Penelitian Lapangan yaitu mengadakan penelitian ke lokasi untuk mendapatkan data yang lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian lapangan ini digunakan beberapa metode, yakni: a) Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian. lxxii
b) Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh c) Kuesioner yaitu dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tambahan dan data yang relevan dari informasi yang telah penulis dapatkan dari wawancara, hal ini dilakukan melalui daftar pertanyaan yang akan diajukan.
3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik Korelasi Product Moment yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data-data interval atau juga data rasio (Siagian, 2011: 230). Taraf korelasinya disimbolkan dengan r, yang dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Keterangan: = Koefisien korelasi product moment N
= Jumlah sampel
X
= Skor distribusi variabel X
Y
= Skor distribusi variabel Y
lxxiii
Nilai r dari hasil perhitungan korelasi Product Moment berada diantara -1 sampai dengan 1, dengan ketentuan bahwa: 1. Apabila nilai r = -1, maka korelasi variabel x dengan variabel y negatif sempurna 2. Apabila nilai r = 0, maka tidak terdapat korelasi antara variabel x dengan variabel y 3. Apabila nilai r = 1, maka korelasi variabel x dengan variabel y positif sempurna Untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan dari Guilfrod yaitu sebagai berikut: 1. +0,70 – ke atas
: Hubungan positif yang kuat
2. +0,59 - +0,69
: Hubungan positif yang mantap
3. +0,30 - +0,49
: Hubungan positif yang sedang
4. +0,10 - +0,29
: Hubungan positif yang rendah
5. +0,01 - +0,09
: Hubungan positif yang tak berarti
6. 0,0
: Tak ada hubungan
lxxiv
BAB IV DESKRIPSI LOKASI 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sunggal Kelurahan Sunggal merupakan bagian dari Kecamatan Medan Sunggal. Kelurahan sunggal terdiri dari 14 lingkungan yang tersebar di beberapa wilayah. Kelurahan Sunggal berbatasan dengan: Sebelah Utara:
Kelurahan Lalang Kecamatan Medang Sunggal
Sebelah Selatan:
Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang
Sebelah Timur:
Kelurahan Sei Kambing/ Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Sebelah Barat:
Kelurahan Sei Belawan Kecamatan Sunggal Deli Serdang
Kelurahan Sunggal memiliki luas wilayah 10,6 ha/m² dengan spesifikasi sebagai berikut: Luas permukiman:
50,6 ha/m²
Luas persawahan:
30 ha/m²
Luas kuburan:
0,50 ha/m²
Luas perkarangan:
10,11 ha/m²
Luas taman:
0,23 ha/m²
Perkantoran:
7 ha/m²
lxxv
Luas prasarana umum lainnya:
8 ha/m²
4.1.1 Komposisi Penduduk Menurut data kelurahan tahun 2012/2013, Kelurahan Sunggal memiliki 6.431 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 36.321 jiwa dengan komposisi 18.048 jiwa lakilaki dan 18.246 jiwa perempuan. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel I Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
18.048
2
Perempuan
18.264
Jumlah
36.312
Sumber : Data Kelurahan, 2013 Berdasarkan data pada Tabel I dapat kita lihat komposisi perbandingan jenis kelami penduduk di Kelurahan Sunggal yaitu laki-laki sebanyak 18.048 jiwa dan perempuan sebanyak 18.264 jiwa. Keadaan ini menunjukan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan selisih sebesar 216 jiwa. Tabel II menggambarkan komposisi penduduk dengan usia anak sesuai dengan UndangUndang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dimana berusia sampai 18 tahun. Berdasarkan data pada Tabel II dapat diketahui bahwa banyak dari anak-anak Kelurahan Sunggal yang berusia wajib sekolah tidak dapat mengenyam bangku sekolahan. Keadaan ini sebagian lxxvi
besar diakibatkan dari faktor ekonomi yang dialami masyarakat Kelurahan sunggal. Komposisi penduduk berdasarkan usia anak dan status bersekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel II Data Anak-Anak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No 1
Usia Usia 3-6 tahun belum
Laki-laki
Perempuan
876
986
TK/PlayGroup 2
Usia 3-6 tahun bersekolah
934
902
3
Usia
285
315
1253
1137
3348
3340
7-18
tahun
tidak
bersekolah 4
Usia 7-18 tahun bersekolah Jumlah
Sumber : Data Kelurahan, 2014 Penduduk Kelurahan Sunggal mayoritas menganut agama Islam. Berdasarkan Tabel II diketahui bahwa penduduk Kelurahan Sunggal pada umumnya beragama Islam yakni sebanyak 12.532 jiwa. Tabel III juga menggambarkan bahwa penyebaran agama di Kelurahan Sunggal terbilang merata. Hampir semua agama ada disini dengan jumlah penganut yang hanya berselisih sedikit.
lxxvii
Tabel III Data Agama Penduduk Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Agama
Laki-laki
Perempuan
1
Islam
6.942
5.590
2
Kristen
2.431
4.315
3
Katolik
2.670
2.670
4
Hindu
3.452
3.344
5
Budha
2.553
2.345
18.048
18.264
Jumlah Sumber: Data Kelurahan, 2013
Struktur Perangkat Lurah Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Seretaris Sekretaris
Lurah
Sekretaris Lurah
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
KASI Pemerintaha n
KASI Ketentraman dan Ketertiban
KASI Pembangunan
Kepala Lingkungan I - XIV
lxxviii
Staff
Staff
4.2 Gambaran Umum Lingkungan IX Lingkungan IX merupakan bagian dari Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Lingkungan IX terdiri dari 3 (tiga) wilayah yaitu sebagian Pasar 2, keseluruhan Pasar 3 dan sebagian Pasar 4. Desa Tapian Nauli merupakan bagian dari Pasar 4. Wlayah Desa Tapian Nauli diawali dari belakang Perumahan Taman Setia Budi II dan berakhir di SMA Negeri 15 Medan. Desa Tapian Nauli memiliki luas wilayah 8.000 m². Desa Tapian Nauli memiliki 114 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 587 jiwa. Tabel IV Data Jumlah Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
283
2
Perempuan
304
Jumlah
587
Sumber: Data Kepala Lingkungan IX, 2013 Berdasarkan data pada Tabel IV, penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan jumlah sebanyak 304 jiwa sedangkan laki-laki sebanyak 283 jiwa.
lxxix
Tabel V Data Pekerjaan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
Pemulung
411
2
Swasta
117
3
Pegawai
59
Jumlah
587
Sumber : Data Kepala Lingkungan IX, 2013 Dilihat dari data pada Tabel V, penduduk Desa Tapian Nauli Kelurahan IX Kecamatan Medan Sunggal mayoritas berprofesi sebagai pemulung. Penduduk lainnya berprofesi sebagai swasta seperti berdagang, narik becak, supir angkot dan lainnya sedangkan sebagian lagi sebagai pegawai. Perempuan di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX khususnya Ibu juga memiliki tugas untuk membantu perekonomian keluarga. Hampir sebagian besar ibu rumah tangga memiliki pekerjaan sampingan sebagai pemulung. Tak jarang pekerjaan ini melibatkan anak-anak mereka.
lxxx
BAB V ANALISIS DATA Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan melalui teknik penyebaran angket/kuesioner dan wawancara kepada responden, ternyata semua kuesioner telah diisi dan memenuhi syarat untuk dianalisis. Data kuesioner yang telah terkumpul sebanyak 24 kuesioner dari 24 responden. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data yang telah terkumpul, dapat dilihat pada tabel-tabel distibusi data yang telah dianalisis sesuai dengan kemampuan penulis sebagai berikut:
5.1 Pekerjaan Orang Tua (Variabel X) Tabel VI Distribusi Data Pendapatan Orang Tua per Bulan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Pendapatan
Jumlah
1
> Rp. 1.000.000
3
2
Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
21
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel VI, diketahui bahwa rata-rata pendapatan pemulung di Desa Tapian Nauli berkisar pada Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 berjumlah. Pendapatan yang terbilang lxxxi
rendah ini harus mampu mencukupi segala kebutuhan baik itu pandang, sandang dan juga papan. Pendapatan yang diperoleh juga harus mencukupi kebutuhan pendidikan yang sebagian besar anak-anak mereka bersekolah di sekolah swasta. Perbedaan pendapatan yang dialami oleh setiap keluarga sebagian besar disebabkan oleh etos kerja yang berbeda. Sebanyak 3 orang anak mengakui bahwa orang tua mereka memiliki penghasilan diatas Rp. 1.000.000 per bulan. Penghasilan yang diatas rata-rata masyarakat Desa Tapian Nauli ini tidak hanya berasal dari mengumpulkan barang-barang bekas. Mereka memiliki becak dayung yang dapat dimanfaatkan untuk menambah penghasilan pada siang dan malam hari saat yang lain memilih untuk beristirahat setelah pagi dan sore hari memulung. Berdasarkan observasi, keluarga yang memiliki penghasilan diatas Rp. 1.000.000 per bulan memiliki 2 orang tulang punggung keluarga. Bukan hanya bapak, ibu juga membantu mengumpulkan barang-barang demi terpenuhinya kebutuhan hidup. Keluarga yang memiliki penghasilan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 hanya bapak yang bekerja. Etos kerja merekapun hanya pagi dan sore hari, sedangkan siang dan malam hari mereka memilih diam di rumah.
lxxxii
Tabel VII Distribusi Data Status Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Status
Jumlah
1
Milik Pribadi
2
2
Milik Orang tua/ Keluarga
7
3
Sewa
15
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel VII, sebagian besar masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki tempat tinggal dengan status “sewa” berjumlah 15. Pekerjaan sebagai pemulung membuat mereka berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Perpindahan itu membuat mereka menyewa rumah dengan alasan karena lingkungan yang sebagian besar memiliki pekerjaan yang sama membuat mereka merasa diterima dan juga dihargai. Penghasilan yang tidak tetap juga membuat mereka kesulitan dalam memiliki rumah pribadi, walaupun menyewa tempat tinggal membuat pengeluaran bertambah. Sebagian yang berstatus tempat tinggal adalah milik orang tua/keluarga berjumlah 7, dimana rumah yang ditempati sebagian besar adalah milik orang tua. Mereka tidak tinggal sendiri di rumah tersebut namun juga bersama orang tua, ada juga yang bersama saudara yang lain. Menurut mereka, tinggal di rumah orang tua meringankan beban keuangan, bukan hanya untuk biaya menyewa rumah namun juga biaya sehari-hari. Tinggal bersama-sama membuat mereka bisa melakukan beberapa pengeluaran bersama seperti biaya masak sehari-hari, bayar lxxxiii
listrik dan bayar air. Sedangkan untuk status pribadi berjumlah 2, dimana rumah yang mereka tinggali sebenarnya milik keluarga mereka namun kemudian mereka beli dengan cara mengangsur. Pembelian dengan cara seperti ini memberikan keringanan kepada mereka. Berdasarkan observasi, lingkungan tempat tinggal mereka dianggap sudah mengerti dengan keadaan mereka, lebih dapat memahami kegiatan yang mereka lakukan dan dampak yang ditimbulkan karena kegiatan mereka sehari-hari tersebut, seperti kebersihan yang kurang terjaga dan juga bau yang menyebar dari sampah yang ditimbun. Tabel VIII Distribusi Data Keadaan Tempat Tinggal Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Keadaan Rumah
Jumlah
1
Permanen
2
2
Semi Permanen
17
3
Triplek
5 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat dari data pada Tabel VIII, keadaan tempat tinggal penduduk Desa Tapian Nauli sebagian besar semi permanen yaitu berjumlah 17. Tempat tinggal mereka terbuat dari batu batako yang harganya lebih murah jika dibandingkan dengan batu bata. Melengkapi batu batako, masyarakat Desa Tapian Nauli juga membangun tempat tinggal dari kayu-kayu yang mereka dapat dari memulung, sehingga rumah mereka yang semi permanen terdiri dari batu batako dan
lxxxiv
kayu-kayu. Rumah ini tidak beralaskan ubin namun beralaskan tanah yang bila hujan turun langsung becek. Keadaan tempat tinggal dengan status permanen terdiri dari batu batako secara keseluruhan. Tempat tinggal yang berstatus permanen berjumlah 2. Rumah permanen ini dimiliki oleh rumah yang berstatus milik pribadi sehingga mereka dengan leluasa memperbaiki dan mengganti hal-hal yang dianggap sudah tidak layak di rumah mereka. Tak jauh berbeda dengan rumah semi permanen, rumah permanen juga belum beralaskan ubin namun mereka sudah beralaskan semen yang halus sehingga bila hujan tidak becek. Rumah dengan berstatus triplek berjumlah 5. Rumah triplek ini dimiliki oleh rumah yang berstatus menyewa. Hanya berdindingkan triplek membuat harga sewa rumah ini lebih murah. Tak jarang dibeberapa rumah, triplek yang seharusnya menutupi setiap ruangan ada yang sudah bolong-bolong sehingga beberapa hewan bisa masuk seperti kucing dan anjing kecil. Rumh triplek juga masih beralaskan tanah. Berdasarkan observasi, keadaan rumah baik yang permanen, semi permanen maupun yg triplek tidak memiliki perbedaan yang mencolok. Hal ini mungkin dikarenakan oleh sampahsampah yang berserakan di depan rumah mereka sehingga semua rumah terlihat sama. Isi dalam rumah juga tidak jauh berbeda. Beberapa barang-barang elektronik dapat mereka miliki. Barangbarang tersebut sebagian besar mereka beli dari penjual-penjual rongsokan.
lxxxv
Tabel IX Distribusi Data Pendidikan Terakhir Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Jenjang Pendidikan
Jumlah
1
SMP
18
2
SMA
6 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Keadaan orang tua yang sebagian besar hanya lulusan SMP membuat mereka tidak memiliki keahlian khusus untuk memenuhi kebutuhan hidup berjumlah 18, sedangkan lulusan SMA berjumlah 6. Keadaan orang tua yang hanya lulusan diakibatkan oleh kemiskinan yang membelenggu secara turun temurun. Orang tua yang lulusan SMA merupakan penduduk yang sudah sejak lahir tingga di Desa Tapian Nauli sehingga mereka dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik, sedangkan orang tua yang lulusan SMP merupakan penduduk yang baru tinggal sejak menikah atau sejak lulus SMP di Desa Tapian Nauli. Sebagian besar penduduk Desa Tapian Nauli merupakan warga pindahan yang berasal dari luar kota baik itu kota-kota kecil di sekitar Medan maupun dari luar Provinsi Sumatera Utara dan Pulau Jawa, sehingga beberapa dari mereka berdarah Jawa namun lahir di Medan karena sudah turun temurun tinggal ditempat tersebut. Perpindahan yang dilakukan masyarakat Desa Tapian Nauli lebih dikarenakan tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah asal. Urbanisasi menjadi pilihan yang diharapkan dapat membantu mereka merubah nasib. Ketidakadaan keterampilan yang mereka miliki justru membawa masalah yang lebih besar di lxxxvi
kota, namun karena telah terlanjur pindah mereka memilih bertahan dengan segala keadaan yang ada. Telah memiliki keluarga juga menjadi salah satu alasan mengapa mereka lebih memilih bertahan tinggal di kota dengan segala keterbatasan. Jika mereka membawa serta keluarga untuk kembali ke kampung halaman tentu tidak juga dapat membantu memperbaiki keadaan bahkan bisa saja menjadikannya lebih buruk. Di daerah asal mereka tidak dapat melakukan apapun bahkan sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar. Berdasarkan wawancara, keterampilan bukan hanya menjadi kekurangan yang mereka miliki. Pemikiran tetang bahwa kemiskinan yang mereka alami adalah hal yang harus diterima justru menjadikan mereka berada dalam posisi nyaman dengan keadaan mereka saat ini. Mereka tidak melihat bahwa masalah yang mereka hadapi harus diselesaikan. Hal ini kemungkinan besar berasal dari pola pikir mereka yang pendek yang disebabkan oleh tinggat pendidikan yang rendah.
lxxxvii
Tabel X Distribusi Data Jumlah Anggota Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah
1
> 8 Orang
2
2
5-7 Orang
7
3
< 5 Orang
15 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel X, jumlah anggota keluarga Desa Tapian Nauli terbilang sedikit. Sebagian dari mereka memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang, namun sebagian besar memiliki anggota keluarga kurang dari 5 orang berjumlah 15. Memiliki jumlah anak sedikit menjadi pilihan warga Desa Tapian Nauli. Dengan memiliki anak sedikit maka kebutuhan yang dikeluarkan juga sedikit. Bagi keluarga yang berjumlah lebih dari 8 orang yaitu berjumlah 2 tidak hanya terdiri dari anak-anak dan orang tua. Mereka juga terdiri dari keluarga yang tinggal bersama mereka. Mereka yang masih lajang dan merantau dari kampung halaman terkadang memilih tinggal di rumah saudara untuk sementara waktu. Mereka yang ditumpangi juga tidak merasa keberatan karena dapat membantu sebagian pekerjaan dan sedikit meringankan beban pengeluaran. Mereka yang menumpang biasanya memberikan sedikit penghasilan mereka kepada saudara yang mereka tumpangi. Sebagian dari mereka juga ada yang masih merawat orang tua mereka yang sudah renta. lxxxviii
Bagi keluarga yang berjumlah 5-7 orang yaitu berjumlah 7. Mereka terdiri dari anak-anak dan orang tua. Sebagian dari mereka telah memiliki anak yang sudah lulus SMA, namun sayang banyak dari anak-anak mereka justru ikut menjadi pemulung setelah lulus sekolah. Tak jarang memiliki anak banyak untuk kemudian dipekerjakan menjadi seperti mereka menjadi alasan paling banyak dikemukakan oleh masyarakat Desa Tapian Nauli. Beberapa dari mereka berpikir dengan banyak anak maka orang yang membantu pekerjaan mereka akan semakin banyak pula. Tabel XI Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan di Lingkungan Tempat Tinggal Desa Tapian NauliLingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Keikutsertaan
Jumlah
1
Sering
2
2
Kadang-kadang
21
3
Tidak Pernah
1
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel XI, tingkat keikutsertaan masyarakat Desa Tapian Nauli terbilang rendah. Dari 24 responden yang diambil data, hanya 2 orang anak yang mengakui bahwa orang tua mereka sering mengikuti kegiatan di lingkungan mereka. Sebanyak 21 anak mengaku bahwa orang tua mereka hanya kadang-kadang mengikuti kegiatan sedangkan 1 orang anak mengatakan bahwa orang tua mereka tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggal mereka.
lxxxix
Sebagian besar anak yang mengaku bahwa orang tua mereka sering mengikuti kegiatan di lingkungan mereka yang diadakan seminggu 1 kali diikuti oleh orang tua mereka sebanyak 3-4 kali dalam sebulan berjumlah 2. Mereka selalu mengusahakan untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh kepala lingkungan, biasanya berupa pertemuan-pertemuan. Mereka yang sering mengikuti kegiatan adalah masyarakat yang dekat dengan kepala lingkungan mereka sehingga seolah-olah memang diwajibkan untuk datang. Sebagian yang mengaku kadang-kadang berjumlah 21. Mereka mengikuti kegiatan sebanyak 1-2 kali dalam sebulan. Mereka mengikuti kegiatan apabila mereka merasa perlu mengikutinya. Sebagian alasan mereka mengikuti karena hal itu berdampak pada kehidupan mereka seperti pertemuan-pertemuan untuk membagikan bantuan-bantuan dari berbagai pihak. Sedangkan yang tidak pernah mengikuti kegiatan berjumlah 1. Hal ini dikarenakan waktu yang tidak bisa dibagi dan merasa bahwa kegiatan terebut tidak mengubah hidupnya sama sekali. Tabel XII Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Keagamaan di Lingkungan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Keikutsertaan
Jumlah
1
Sering
5
2
Kadang-kadang
19 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
xc
Berdasarkan data pada Tabel XII, frekuensi keikutsertaan masyarakat Desa Tapian Nauli dalam kegiatan keagamaan masih relatif rendah. Hanya 5 orang anak yang mengaku orang tuanya mengikuti kegiatan keagamaan secara rutin, sedangkan yang lainnya yaitu sebanyak 19 anak mengaku orang tua mereka kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan perlu untuk membangun mental para orang tua agar nantinya bisa menerapkannya kepada anak-anak mereka. Sebagian besar anak mengaku bahwa orang tua mereka kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan berjumlah 19. Kegiatan keagaman dilakukan sebanyak 1 minggu sekali. Mereka hanya mengikuti 1-2 kali dalam satu bulan. Hal ini dikarenakan waktu kegiatan yang dilakukan pada sore hari dimana mereka melakukan pekerjaan mereka memulung sehingga mereka memilih tidak mengikuti kegiatan keagamaan. Mereka akan mengikuti kegiatan keagamaan kalau yang kebagian untuk mengadakan kegiatan saudara mereka atau bertempat tinggal di dekat rumah mereka. Sebagian yang menyatakan sering mengikuti kegiatan keagamaan berjumlah 5. Mereka mengikuti kegiatan yang diadakan seminggu sekali itu dengan frekuensi 3-4 kali dalam sebulan. Mereka mengakui bahwa bagi mereka kegiatan keagamaan itu penting dan tak bisa digantikan walau dalam hal mencari rezeki. Berdasarkan observasi dan wawancara, kegiatan keagamaan sering dilupakan karena mereka terlalu fokus pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu. Pada pagi hari mereka sibuk mengumpulkan sampah-sampah di rumah-rumah warga, setelah siang harinya mereka kembali ke rumah dan beristirahat. Pada sore hari mereka kembali mengelilingi rumah-rumah warga untuk mengumpulkan sampah-sampah dan kembali ke rumah ketika matahari sudah tenggelam. Bagi mereka semakin lama mereka bekerja maka semakin banyak uang yang dapat mereka
xci
kumpulkan. Mereka seolah-olah dikejar-kejar oleh waktu karena bila terlambat keluar rumah untuk memulung maka sampah akan diambil oleh pemulung lain dam mereka tidak kebagian. Tabel XIII Distribusi Data Keikutsertaan Kegiatan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Keikutsertaan
Jumlah
1
Sering
2
2
Kadang-kadang
13
3
Tidak Pernah
9
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Dilihat pada Tabel XIII, masyarakat Desa Tapian Nauli terkadang mengikuti kegiatan program pemerintah. Sebanyak 13 anak yang mengaku orang tuanya hanya kadang-kadang mengikuti program pemerintah, sedangkan 9 anak mengaku orang tua mereka tidak pernah mengikuti program pemerintah dan 2 anak mengakui orang tua mereka sering mengikuti program pemerintah. Sebagian besar mengakui bahwa orang tua mereka sering mengikuti program pemerintah berjumlah 2. Mereka mengakui mengikuti program pemerintah karena dekat dengan kepala lingkungan mereka sehingga seolah-olah mereka diwajibkan mengikuti setiapprogram yang diadakan pemerintah melalui kepala lingkungan. Sedangkan mereka yang mengaku kadangkadang mengikuti kegiatan berjumlah 13. Mereka akan mengikuti kegiatan yang menurut mereka
xcii
memberikan keuntungan bagi kehidupan keluarga mereka. Mereka akan mengikuti program yang memberikan bantuan kepada mereka. Sebagian yang menyatakan tidak pernah mengikuti program pemerintah berjumlah 9. Mereka mengakui bahwa ketidakikutsertaan mereka pada program pemerintah disebabkan mereka merasa tidak ada perubahan yang berarti atas apa yang terjadi atas kehidupan mereka. Mereka tidak percaya bahwa bantuan dari pemerintah dapat meringankan beban mereka. Sulitnya proses mendapatkan dan lambatnya pencairan bantuan pemerintah menjadi salah satu alasan mereka enggan mengambil bantuan pemerintah. Tabel XIV Data Distribusi Kesempatan Menabung Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Kesempatan Menabung
Jumlah
1
Ada
1
2
Kadang-kadang
13
3
Tidak Ada
10 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XIV, anak-anak Desa Tapian Nauli mayoritas mengaku hanya terkadang orang tua mereka memiliki kesempatan menabung dari hasil pendapatan mereka berjumlah 13. Sebanyak 10 anak mengaku orang tua mereka tidak dapat menabung sedangkan
xciii
sebanyak 1 orang anak mengaku orang tuanya mampu menyisihkan penghasilan mereka untuk ditabung. Sebagian besar dari mereka menyatakan orang tua kadang-kadang dapat menabung berjumlah 13. Ketika mereka mendapatkan penghasilan lebih dari biasanya, mereka bisa menyisihkannya untuk menabung namun ketika mereka tidak menghasilkan uang maka uang yang ditabung mereka gunakan sehingga uang tabungan hanya berputar pada memenuhi kebutuhan juga, tak bisa digunakan untuk hal lain. Sedangkan yang mampu menabung berjumlah 1. Hal ini dikarenakan mereka mampu meminimalisir pengeluaran dan hanya memiliki anak 1 orang. Bagi yang tidak mampu menabung berjumlah 10. Semua penghasilan yang didapatkan habis untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan biaya-biaya lain sehingga mereka tidak mampu menyisihkan penghasilan mereka. Berdasarkan wawancara, pendapatan yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari tentu membuat mereka memiliki sedikit kemungkinan untuk menabung. Bagi mereka menabung adalah hal yang paling berat dilakukan karena berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari. Menabung membuat perhitungan pengeluaran menjadi lebih besar karena pendapatan tidak langsung dapat dikonsumsi. Penghasilan yang didapat terhitung sehari, karena itu lebih sulit disisihkan dibandingkan bila didapat langsung dalam jangka waktu seminggu atau sebulan.
xciv
Tabel XV Data Distribusi Penyakit yang Diidap Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Jenis Penyakit
Jumlah
1
Penyakit Berat
2
2
Penyakit Ringan
15
3
Tidak Ada
7 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XV, masyarakat Desa Tapian sering mengalami penyakit ringan. Sebanyak 15 anak mengaku keluarga mereka sering terkena penyakit ringan seperti diare, demam, batuk, flu dan lain sebagainnya sedangkan ada 2 orang anak yang mengaku keluarga mereka terkena penyakit berat yaitu jantung dan paru-paru. Sebanyak 7 orang anak menyatakan bahwa keluarga mereka tidak ada yang terkena penyakit baik itu penyakit ringan maupun penyakit berat. Sebagian besar masyarakat Desa Tapian Nauli sering terkena penyakit ringan berjumlah 15. Mereka mengaku sering terkena demam, batuk, flu, diare dan penyakit-penyakit ringan lainnya yang biasa dialami oleh orang-orang dengan berbagai keadaan lingkungan baik itu lingkungan bersih maupun kotor. Sedangkan yang memiliki penyakit berat berjumlah 2. Mereka mengaku bahwa orang tua mereka mengalami sakit jantung yang dialami secara turun-temurun.
xcv
Berdasarkan observasi, keadaan kesehatan yang terbilang baik. Masyarakat Desa Tapian Nauli termasuk masyarakat yang menjaga kesehatan walau tinggal di lingkungan yang terbilang kumuh dan kotor. Sampah yang bertebaran hampir di setiap halaman tempat tinggal mereka yang ditimbun dari hasil kerja keras mereka tidak memberikan dampak yang berarti pada kesehatan diri mereka. Tabel XVI Data Distribusi Frekuensi Berobat Ke Puskesmas Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Berobat
Jumlah
1
Selalu
10
2
Kadang-kadang
14 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XVI, frekuensi berobat ke Puskesmas masyarakat Desa Tapian Nauli terbilang sering. Sebanyak 10 anak mengaku keluarga mereka selalu membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke puskesmas sedangkan sebanyak 14 anak mengaku hanya terkadang keluarga mereka membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas. Sebagian dari mereka mengaku selalu membawa keluarga yang sakit ke puskesmas berjumlah 10. Mereka memilih pergi ke puskesmas karena mereka tidak dapat menggunakan obat yang dibeli di warung. Hal ini disebabkan oleh penyakit yang diderita tidak bisa diobati dengan obat-obat warung, sedangkan ada yang mengaku bahwa mereka kadang-kadnag ke
xcvi
puskesmas berjumlah 14. Mereka terkadang mengkonsumsi obat-obatan warung untuk mengobati penyakit yang diderita. Berdasarkan wawancara, mereka memilih membeli obat di warung untuk mengobati anggota keluarga yang sakit. Keadaan ini merupakan akibat dari keadaan ekonomi yang mereka alami. Keyakinan bahwa obat yang didapat dari puskesmas sama dengan obat yang mereka beli di warung. Harga yang relatif sama dan juga khasiat yang dipercaya tak jauh antara obat-obat warung dan puskesmas. Tabel XVII Data Distribusi Status Penerimaan Bantuan Program Pemerintah Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Status Penerimaan Bantuan
Jumlah
1
Dapat
5
2
Kadang-Kadang
11
3
Tidak Dapat
8
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel XVII, status penerimaan bantuan program pemerintah masyarakat Desa Tapian Nauli mayoritas hanya terkadang mendapatkan bantuan program pemerintah. Sebanyak 11 orang anak mengaku orang tua mereka hanya terkadang mendapatkan bantuan pemerintah sedangkan 8 orang anak mengaku bahwa orang tua mereka tidak
xcvii
mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebanyak 5 orang anak menyatakan bahwa orang tua mereka mendapatkan bantuan program pemerintah. Sebagian besar mereka mengaku bahwa kadang-kadang menerima bantuan program pemerintah. Mereka mengakui bahwa terkadang menerima bantuan program pemerintah karena kurangnya sosialisasi dari pihak yang berwenang. Sedangkan yang tidak dapat bantuan berjumlah 8. Mereka mengakui bahwa mereka tidak terdaftar dan memang kurangnya sosialisasi. Mereka yang dapat bantuan berjumlah 5. Diantara mereka memang banyak yang dekat dengan kepala lingkungan sehingga selalu terdaftar menjadi penerima bantuan. Berdasarkan wawancara, bantuan pemerintah yang didapatkan oleh masyarakat Desa Tapian Nauli berupa Raskin (beras miskin), BLT ( Bantuan Langsung Tunai), Balsem (Bantuan Langsung Sementara), Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) dan masih banyak lagi. Anak-anak mereka juga mendapatkan bantuan pendidikan berupa Dana Bos (Bantuan Operational Sekolah) dan Balsem-Pendidikan (Bantuan Langsung Sementara bidang Pendidikan) yang diberikan untuk anak-anak yang kurang mampu baik itu yang bersekolah di swasta maupun negeri. Bantuan yang diberikan pemerintah baik disadari maupun tidak memberikan keringanan bagi pemenuhan kebutuhan setiap keluarga.
xcviii
Tabel XVIII Data Distribusi Frekuensi Konsumsi Program 4 Sehat 5 Sempurna Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Konsumsi
Jumlah
1
Selalu
1
2
Kadang-kadang
16
3
Tidak Pernah
7
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Dilihat pada Tabel XVIII, masyarakat Desa Tapian Nauli mayoritas terkadang mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Sebanyak 16 orang anak menyatakan bahwa keluarga mereka kadang-kadang mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna sedangkan 1 orang anak mengaku keluarganya selalu mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna. Sebanyak 7 orang anak mengaku keluarga mereka tidak pernah mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Sebagian besar mereka menyatakan bahwa kadang-kadang mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna. Dikarenakan mereka hanya mengkonsumsi gizi yang baik apabila ada rezeki lebih atau ada acara yang besar. Bila hari biasa mereka hanya akan mengkonsumsi makanan tanpa melihat gizi yang terkandung. Sedangkan yang tidak pernah mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna berjumlah 7. Mereka mengatakan bahwa bagi mereka yang penting bisa makan, tidak peduli gizi yang dikandung. Bagi yang selalu mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna berjumlah 1. Dia menyatakan bahwa keluarga mereka selalu berusaha untuk mengkonsumsi gizi yang cukup untuk semua anggota keluarga. xcix
Tabel XIX Data Distribusi Status Berobat ke Rumah Sakit Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Status Berobat
Jumlah
1
Dapat
2
2
Kadang-kadang
16
3
Tidak Dapat
6
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel XIX, masyarakat Desa Tapian Nauli hanya terkadang membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit. Sebanyak 2 orang anak mengaku keluarga mereka dapat membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke rumah sakit sedangkan 6 orang anak mengaku keluarga mereka tidak dapat membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit. Mayoritas dari mereka yaitu sebanyak 16 orang anak mengaku keluarga mereka hanya terkadang membawa anggota keluarga mereka yang sakit. Pemilihan rumah sakit sebagai tempat berobat merupakan alternatif setelah meminum obat warung maupun obat puskesmas tidak mampu memberikan pengobatan yang baik. Sebagian besar dari mereka menyatakan hanya terkadang membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit berjumlah 16. Mereka menyatakan bahwa mereka hanya akan menbawa anggota keluarga yang sakit apabila sudah tidak juga sembuh dengan mengkonsumsi obat-obatan warung maupun obat dari puskesmas. Mereka yang tidak dapat membawa anggota keluarga yang sakit berjumlah 6. Bagi mereka membawa anggota keluarga sakit ke rumah sakit c
hanya akan menambah biaya karena mereka juga tidak mempunyai bantuan kesehatan dari pemerintah. Mengobati di rumah dengan obat warung atau obat puskesmas menjadi prioritas utama. Sedangkan mereka yang menyatakan dapat membawa anggota keluarga yang sakit berjumlah 2. Mereka membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit, namun itupun dilakukan apabila penyakit yang diderita tidak sembuh dengan obat warung dan obat puskesmas. Tabel XX Data Distribusi Pekerjaan Sampingan Penduduk Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Pekerjaan Sampingan
Jumlah
1
Memiliki
1
2
Kadang-kadang
12
3
Tidak memiliki
11 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XX, masyarakat Desa Tapian Nauli banyak yang tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sebanyak 12 orang anak mengatakan orang tua mereka hanya terkadang melakukan pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka sebagai pemulung. Masyarakat Desa Tapian Nauli sebanyak 11 orang anak mengaku orang tua mereka tidak memiliki pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka sebagai pemulung sedangkan sebanyak 1 orang anak mengaku memiliki pekerjaan sampingan di luar pekerjaan mereka.
ci
Sebagian besar mereka mengakui bahwa orang tua mereka memiliki pekerjaan sampingan berjumlah 12. Ibu mereka yang hanya memulung pagi hari setelah itu mengurusi ladang orang lain apabila memang sedang masa tanam atau masa panen. Beberapa dari mereka memiliki becak barang yang juga digunakan untuk membawa barang-barang hasil memulung dan juga disewakan kepada siapa saja yang membutuhkan. Sedangkan mereka yang memiliki pekerjaan sampingan berjumlah 1. Orang tuanya memiliki warung kecil di rumah yang dijaga oleh anak-anak apabila orang tua bekerja. Bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan sampingan berjumlah 11. Mereka tidak mempunyai keterampilan apapun sehingga hanya mengandalkan kegiatan memulung. Mereka juga tidak punya barang yang bisa dijadikan alat mencari uang. Berdasarkan wawancara, memiliki pekerjaan sampingan dapat membantu menambah pendapatan keluarga di Desa Tapian Nauli namun nyatanya hanya sedikit yang memiliki pekerjaan sampingan. Pekerjaan sampingan yang dimiliki juga tidak jauh beda dengan penghasilan yang didapatkan dari memulung, namun dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang terjadi di luar kebutuhan biasa. Terkadang pekerjaan sampingan yang dimiliki orang tua mereka lebih memberikan kontribusi bagi kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.
cii
Tabel XXI Data Distribusi Pemenuhan Sandang Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Pemenuhan Sandang
Jumlah
1
6 Bulan sekali
1
2
Setahun Sekali
21
3
Tidak
2 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXI, masyarakat Desa Tapian Nauli hanya setahun sekali mampu memenuhi kebutuhan sandang keluarga. Mayoritas dari mereka yaitu 21 orang anak mengaku setahun sekali keluarga mereka mampu memenuhi kebutuhan sandang keluarga, sedangkan 2 orang anak mengatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan sandang keluarga. Sebanyak 1 orang anak mengaku 6 bulan sekali keluarga mereka mampu memenuhi sandang keluarga mereka. Sebagian besar dari masyarakat Desa Tapian Nauli dalam memenuhi sandang keluarga setahun sekali berjumlah 21. Mereka memenuhi kebutuhan sandang hanya dalam waktu setahun sekali yaitu setiap hari raya baik itu Lebaran maupun Natal. Bagi mereka saat-saat itulah mereka dituntut untuk tampil serapi mungkin, terutama untuk anak-anak untuk memakai baju baru. Bagi yang tidak pernah memenuhi sandang berjumlah 2. Mereka lebih mementingkan memenuhi kebutuhan pangan karena untuk memenuhi kebutuhan pangan saja sudah sulit. Jadi, kebutuhan sandang tidak penting bagi mereka. Sedangkan yang mampu memenuhi kebutuhan sandang 6 ciii
bulan sekali berjumlah 1. Dia mengaku keluargannya mampu membelikan pakaian setiap liburan sekolah. Bagi keluarga tersebut penampilan adalah hal yang utama. Berdasarkan wawancara, pemenuhan sandang berupa pakaian biasanya dipenuhi keluarga di hari-hari penting seperti Lebaran untuk umat Muslim dan Natal untuk umat Nasrani, oleh karenanya pemenuhan sandang diperoleh oleh mayoritas keluarga satu tahun sekali. Pembelian pakaian terutama yang baru dianggap tidak terlalu penting. Mereka lebih memikirkan pemenuhan kebutuhan pangan terutama makanan agar dapat terpenuhi dengan baik sehingga halhal yang masih bisa dikesampingkan tidak mereka fokuskan. Tak jarang mereka membeli baju bekas pakai yang dijual di pasar-pasar tradisional. Bahan yang bagus menjadi salah satu alasan pemilihan baju bekas disamping harga yang juga lebih murah. Penghematan yang dilakukan bertujuan untuk tetap memenuhi kebutuhan sandang nanum kebutuhan dasar mereka tidak terganggu untuk terpenuhi juga. Tabel XXII Data Distribusi Frekuensi Rekreasi Bersama Keluarga Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Rekreasi Keluarga
Jumlah
1
6 Bulan Sekali
17
2
Tidak Pernah
7
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014
civ
Dilihat pada Tabel XXII, masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi rekreasi yang cukup baik. Sebanyak 17 orang anak mengaku bahwa keluarga mereka melakukan rekreasi 6 bulan sekali, sedangkan sebanyak 7 orang anak menyatakan bahwa keluarga mereka tidak melakukan rekreasi. Pemenuhan rekreasi dianggap sesuatu yang dapat dilakukan tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Bagi beberapa anak dari mereka, rekreasi cukup dengan pergi berenang ke salah satu kolam renang di dekat rumah mereka yang hanya memiliki biaya tiket Rp. 7.000,-. Beberapa yang lainnya menganggap berkumpul dengan keluarga, menyaksikan acara televisi sudah termasuk rekreasi. Sebagian besar dari mereka mengakui bahwa keluarga mereka memenuhi rekreasi dalam jangka waktu 6 bulan sekali sebanyak 17. Pemenuhan rekreasi yang terbilang besar dilakukan oleh keluarga mereka saat anak-anak masuk masa libur sekolah sehingga waktu yang dimiliki lebih banyak. Bagi mereka pergi dalam bentuk apapun bersama keluarga lengkap merupakan rekreasi besar karena jarang sekali orang tua mereka dapat meninggalkan pekerjaannya walau sebentar. Bagi mereka yang tidak pernah melakukan rekreasi berjumlah 7. Waktu libur sekolah mereka dihabiskan dengan membantu orang tua. Mereka ikut memulung walau tak selama orang tua mereka. Waktu yang dihabiskan untuk anak-anak memulung kurang lebih 3-4 jam sehari dalam masa liburan.
cv
5.2 Perkembangan Anak (Variabel Y) Tabel XXIII Data Distribusi Frekuensi Komunikasi dengan Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Komunikasi
Jumlah
1
Selalu
9
2
Kadang-kadang
15 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXIII, masyarakat Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi komunikasi yang cukup baik antara orang tua dan anak. Sebanyak 9 orang anak mengakui bahwa mereka selalu melakukan komunikasi dengan orang tua. Meraka melakukan komunikasi sebisa mungkin saat bertemu dengan orang tua. Mereka membicarakan apa saja yang sedang dipikirkan, menceritakan apa yang dialami dan mengeluarkan semua perasaan yang sedang dirasakan. Sedangkan sebanyak 15 orang anak menyatakan bahwa mereka hanya terkadang melakukan komunikasi dengan orang tua. Komunikasi dilakukan apabila mereka merasa perlu melakukan komunikasi dengan orang tua. Bagi mereka, orang tua mereka tidak mengerti dan memahami apa yang mereka rasakan karena perbedaan usia dan zaman. Berdasarkan wawancara dan observasi, komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak dan orang tua biasanya dilakukan saat malam hari dimana aktivitas keduanya telah berakhir. Anakanak yang pada malam hari membantu mensoltir hasil pekerjaan orang tuanya menceritakan cvi
apapun yang mereka lakukan sepanjang hari, begitu juga dengan orang tua. Cara komunikasi yang santai dan terbuka membuat tidak ada yang ditakuti oleh anak untuk diceritakan kepada orang tua. Walaupun menggunakan komunikasi yang tidak menuruti kaidah sopan santun, namun tetap tersirat bahwa anak menghormati orang tua dan orang tua menyayangi anakanaknya. Tabel XXIV Data Distribusi Keikutsertaan Anak dalam Pekerjaan Orang Tua Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Keikutsertaan
Jumlah
1
Selalu
4
2
Kadang-kadang
19
3
Tidak Pernah
1
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel XXIV, masyarakat Desa Tapian Nauli tidak selalu mengikutsertakan anak mereka dalam pekerjaan yang dilakukan. Sebanyak 19 orang anak mengakui hanya terkadang mengikuti pekerjaan orang tua mereka, sedangkan sebanyak 4 orang anak menyatakan bahwa mereka selalu ikut serta dalam pekerjaan orang tua mereka. Sisa dari mereka yaitu 1 orang anak mengakui bahwa dia tidak pernah ikut dalam pekerjaan orang tuanya. Sebagian masyarakat Desa Tapian Nauli kadang-kadang mengakui bahwa anak-anak terkadang mengikuti pekerjaan orang tua mereka berjumlah 19. Mereka mengikuti pekerjaan
cvii
orang tua saat libur sekolah atau saat mereka sedang tidak ada pekerjaan lain. Tujuan mereka dari mengikuti pekerjaan orang tua adalah untuk meringankan pekerjaan orang tua mereka. Selain itu, dengan ikut memulung maka anak juga akan menambah penghasilan orang tua. Bagi yang tidak pernah mengikuti pekerjaan orang tua berjumlah 1. Orang tua mengatakan bahwa mereka tidak mau anaknya ikut memulung dan membiarkannya fokus pada tugas utama sebagai pelajar dan cukup dengan membantu pekerjaan rumah. Sedangkan untuk yang selalu mengikuti pekerjaan orang tua berjumlah 4. Mereka berpendapat bahwa semakin banyak yang bekerja maka uang yang dihasilkan akan semakin banyak juga. Walaupun dalam lubuk hati tidak ada orang tua yang tega membiarkan anaknya memulung. Berdasarkan observasi, keikutsertaan anak dalam pekerjaan orang tua dalam bentuk membantu mensoltir barang-barang yang telah didapatkan orang tua. Hasil dari memulung orang tua dikumpulkan dirumah, kemudian dipilih (disoltir) yang kemudian dijadikan satu sesuai dengan jenisnya. Barang yang sudah digabungkan sesuai dengan jenisnya kemudian dijual. Proses-proses itulah biasanya orang tua biasanya melibatkan anak-anak mereka dalam pekerjaannya. Walau tak jarang juga orang tua dengan berat hati mengijinkan anaknya ikut memulung namun tidak setiap hari dan tidak menganggu aktivitasnya yang lain.
cviii
Tabel XXV Data Distribusi Frekuensi Sosialisasi dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Sosialisasi
Jumlah
1
Sering
2
2
Kadang-kadang
17
3
Tidak Pernah
5
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel XXV, anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal memiliki frekuensi sosialisasi dengan teman sebaya yang cukup baik. Sebanyak 17 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang dapat bersosialisasi dengan teman sebaya, sedangkan 2 orang lainnya mengaku sering bersosialisasi dengan teman sebaya. Sisa dari mereka yaitu 5 orang anak menyatakan tidak pernah dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya. Sebagian besar dari mereka mengaku bahwa mereka hanya terkadang mampu bersosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 17. Mereka beralasan bahwa lebih harus diutamakan mengerjakan tugas dirumah daripada hanya sekedar bermain atau menghabiskan waktu bercerita dengan teman-teman. Hal ini dikarenakan apabila mereka lalai dalam mengerjakan pekerjaan rumah maka pekerjaan itu akan menumpuk dan terbengkalai, sebab tidak ada yang mengerjakannya selain mereka. Bagi mereka yang mengaku tidak pernah dapat berssoosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 5. Mereka menyatakan bahwa mereka cix
dibebankan semua pekerjaan rumah dan tugas mengurus adik sehingga waktu yang dimiliki seusai pulang sekolah dihabiskan untuk melakukan itu semua. Sedangkan mereka yang menyatakan sering bersosialisasi dengan teman sebaya berjumlah 2. Mereka mengakui bahwa sosialisasi itu penting sehingga bagaimanapun keadaannya mereka akan selalu berusaha untuk sosialisasi dengan teman-teman. Berdasarkan observasi, anak-anak di Desa Tapian Nauli dalam proses sosialisasi mereka lebih banyak terkendala oleh kegiatan di rumah. Meski tidak menjadi alasan dalam hal ini membantu pekerjaan rumah orang tua dengan bersosialisasi, namun hal ini cukup menyita waktu mereka. Kesulitan bersosialisasi juga dikarenakan cara mereka berkomunikasi terkadang berbeda dengan teman-teman sebaya mereka yang bukan dari keluarga pemulung. Mereka lebih terkesan tidak sopan karena apa yang mereka ucapkan sangat spontan tanpa dipirkan apakah itu baik atau tidak dengan pengucapan yang kasar. Tabel XXVI Data Distribusi Frekuensi Mengerjakan Tugas Rumah Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Mengerjakan
Jumlah
1
Selalu
4
2
Kadang-kadang
19
3
Tidak Pernah
1
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014
cx
Dilihat pada Tabel XXVI, anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal cukup rajin membantu orang tua mereka di rumah. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang membantu orang tua di rumah melakukan tugas rumah sedangkan 1 orang anak menyatakan bahwa dia tidak pernah membantu orang tua di rumah. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 4 orang anak mengaku bahwa mereka selalu membantu orang tua mengerjakan tugas rumah. Sebagian besar dari mereka mengaku terkadang membantu mengerjakan tugas rumah berjumlah 19. Mereka membantu pekerjaan rumah jika memang sudah tidak bisa lagi dipegang oleh ibu mereka. Sedangkan bagi yang selalu membantu pekerjaan rumah berjumlah 4. Bagi mereka tugas rumah merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Bagi yang tidak pernah membantu tugas rumah berjumlah 1. Dia mengatakan bahwa semua tugas rumah dikerjakan ibu dan kakak perempuannya sehingga dia tidak membantu pekerjaan rumah dan karena dia laki-laki maka pekerjaan rumah bukan tugasnya Berdasarkan observasi, membantu mengerjakan tugas rumah merupakan salah satu kewajiban mereka terutama untuk anak perempuan. Tak jarang mereka menggantikan fungsi ibu dalam keluarga mereka. Anak perempuan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga seperti masak, mencuci pakaian dan piring serta membereskan rumah. Bagi anak-anak yang paling besar, mereka juga bertugas menjaga adik-adik mereka terutama yang masih balita. Mereka tak ubahnya menjadi ibu rumah tangga bagi keluarga.
cxi
Tabel XXVII Data Distribusi Kepemilikan Kamar Pribadi Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Status Kamar
Jumlah
1
Sendiri
19
2
Bersama Saudara Sejenis
2
3
Bersama Keluarga
3 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXVII, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki kamar pribadi di rumah. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka memiliki kamar pribadi, sedangkan sebanyak 3 orang anak mengaku bahwa mereka tidur bersama keluarga. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 2 orang anak menyatakan bahwa mereka memiliki kamar bersama dengan saudara sejenis. Sebagian besar dari mereka memiliki kamar pribadi berjumlah 19. Mereka menyatakan dengan memiliki kamar pribadi maka hal-hal yang pribadi menjadi rahasia mereka sendiri. Di kamar pribadi mereka bisa melakukan apapun tanpa perlu takut diketahui orang lain. Bagi yang memiliki kamar dengan saudara sejenis berjumlah 2. Bagi mereka dengan sekamar dengan saudara sejenis mereka bisa melakukan berbagai kegiatan bersama. Mereka dengan leluasa menceritakan apapun yang terkadang bagi mereka sulit untuk diceritakan kepada orang tua. Sedangkan yang memiliki kamar bersama keluarga berjumlah 3. Di ruangan tersebut mereka
cxii
bersama-sama melepas lelah setelah seharian beraktivitas. Saat itulah mereka bercengkrama dan bercerita. Berdasarkan observasi, mayoritas dari anak-anak di Desa Tapian Nauli memiliki kamar pribadi terutama bagi mereka yang hanya memiliki anggota keluarga sedikit. Mereka yang mengaku memiliki kamar bersama dengan saudara sejenis memiliki saudara sejenis yang lebih dari dua sehingga tidak memungkinkan untuk masing-masing dari mereka memiliki kamar pribadi, sedangkan bagi yang tidur bersama keluarga lebih karena tidak adanya ruangan yang memadai untuk menampung mereka. Biasanya rumah tersebut yang tidak memiliki kamar sehingga satu ruangan dijadikan multifungsi. Tabel XXVIII Data Distribusi Teman Sepermainan Anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Teman Sepermainan
Jumlah
1
Lawan Jenis dan Sejenis
1
2
Sejenis
23 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXVIII, anak-anak Desa Tapian lebih suka bermain dengan teman sejenis. Sebanyak 23 orang anak mengaku bahwa mereka hanya memiliki teman sejenis. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 1 orang anak menyatakan bahwa dia bermain dengan lawan jenis dan sejenis.
cxiii
Sebagian besar dari mereka lebih memilih berkawan dengan teman sejenis berjumlah 23. Bagi mereka dengan berkawan dengan teman sejenis memiliki kenyamanan tersendiri. Mereka biasanya memiliki hobby yang sama. Mereka melakukan banyak kegiatan bersama-sama mulai dari kegiatan sekolah, kegiatan di lingkungan rumah maupun kegiatan-kegiatan lain yang merupakan kesukaan bersama. Mereka juga tak sungkan mengungkapkan masalah yang dihadapi karena merasa sama. Bagi yang berteman dengan lawan jenis dan sejenis berjumlah 1. Dia merasa nyaman bila dapat berkawan baik dengan lawan jenis maupun dengan sejenis. Dengan kawan sejenis dia bisa melakukan hal-hal yang memang biasa dia lakukan, namun dengan kawan lawan jenis dia bisa melakukan hal-hal di luar yang biasa dia lakukan dan dia menyukai itu. Berdasarkan observasi, anak-anak lebih memilih kawan sepermainan sejenis kerena bagi mereka kawan sejenis lebih mengerti akan keadaan mereka. Tak jarang mereka memiliki masalah yang sama karena memiliki keadaan yang tak jauh berbeda. Kawan sejenis juga menjadi teman cerita mereka kala mereka dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan baik di rumah maupun di sekolah. Teman sejenis juga memiliki cara pandang yang sama akan suatu hal dan biasanya mereka memiliki hobby maupun kesukaan yang sama seperti idola.
cxiv
Tabel XXIX Data Distribusi Status Hubungan Spesial dengan Lawan Jenis Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Status Hubungan
Jumlah
1
Pernah Memiliki
5
2
Tidak Pernah Memiliki
19 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXIX, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 5 orang anak menyatakan pernah memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis namun saat ini tidak. Sebagian besar dari mereka tidak pernah memiliki hubungan spesial denagn lawan jenis berjumlah 19. Bagi mereka memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis bukanlah suatu yang harus dilakukan. Mereka tidak mau hal ini justru menambah masalah baru dalam hidupnya. Selain itu, mereka juga malu dengan keadaan keluarga. Bagi mereka yang pernah memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis berjumlah 5. Mereka berhubungan dengan teman sekolah yang juga memiliki kondisi yang sama, sehingga mereka tidak perlu menerima tuntutan macammacam dari teman spesialnya tersebut.
cxv
Berdasarkan wawancara, mereka yang tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis karena mereka tidak mampu bersosialisasi dengan baik kepada lawan jenis. Mereka juga terkadang malu dengan keadaan keluarga dan orang tua sehingga tidak bisa membuka pergaulan dengan orang luar. Bagi yang pernah memiliki, mayoritas dari mereka berhubungan spesial dengan teman sesama sekolah yang notabene memiliki keluarga yang tidak jauh berbeda dengan mereka. Tabel XXX Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Kegiatan Organisasi Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Mengikuti
Jumlah
1
Kadang-kadang
19
2
Tidak mengikuti
5 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Dilihat pada Tabel XXX, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli cukup rajin mengikuti kegiatan organisasi. Sebanyak 19 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang mengikuti kegiatan organisasi baik itu di lingkungan tempat tinggal maupun di sekolah. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 5 orang anak mengaku tidak mengikuti organisasi baik itu di lingkungan tempat tinggal maupun di sekolah. Beberapa dari mereka mengakui bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan organisasi berjumlah 19. Karena tidak dapat membagi waktu antara kegiatan organisasi dengan kegiatan di
cxvi
rumah. Sebagian dari mereka menyatakan bahwa kegiatan organisasi dilakukan hanya apabila mereka sedang ingin melakukannya. Mereka tidak terlalu mementingkan kegunaan organisasi tersebut namun lebih melihat siapa yang berada dalam organisasi. Bagi anak-anak laki-laki kegiatan organisasi lebih dijadikan sebagai tempat tebar pesona bagi lawan jenis walaupun ujungnya mereka tidak berani menyatakannya. Bagi mereka yang tidak mengikuti kegiatan organisasi berjumlah 5. Bagi mereka kegiatan tersebut hanya akan membuang waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk bekerja di rumah. Mereka lebih memilih melakukan tugastugas rumah daripada melakukan hal-hal yang menurut mereka tidak jelas karena hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga Tabel XXXI Data Distribusi Kesempatan Menyalurkan Hobby Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Kesempatan Menyalurkan
Jumlah
1
Dapat
1
2
Kadang-kadang
21
3
Tidak Dapat
2
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel XXXI, anak-anak Desa Tapian mampu menyalurkan hobby mereka dengan cukup baik. Sebanyak 21 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang mampu menyalurkan hobby yang mereka miliki sedangkan 2 orang anak lainnya menyatakan bahwa
cxvii
mereka tidak dapat menyalurkan hobby yang dimiliki. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 1 orang anak menyatakan bahwa dia dapat menyalurkan hobby yang dimiliki dengan baik. Sebagian besar mereka hanya terkadang dapat menyalurkan hobby mereka berjumlah 21. Mereka menyalurkan hobby hanya pada saat mereka mempunyai waktu senggang. Tak jarang mereka lebih memilih diam di rumah untuk beristirahat saat mereka memiliki waktu kosong daripada melakukan hal-hal yang justru menghabiskan tenaga mereka. Bagi yang selalu dapat menyalurkan hobby berjumlah 1. Dia dapat menyalurkan hobby bermain sepak bola dengan mengikuti ekstrakulikuler sepak bola di sekolah secara rutin ditambah bermain dengan temantemannya di lingkungan rumah. Sedangkan untuk yang tidak dapat menyalurkan hobby berjumlah 2. Mereka tidak dapat menyalurkan hobby karena terkendala dengan waktu karena waktu mereka etelah pulang sekolah dihabiskan dengan melaksanakan tugas di rumah. Berdasarkan observasi, penyaluran hobby yang dilakukan anak-anak Desa Tapian Nauli dilakukan di sela-sela kegiatan rutin mereka sehari-hari. Bagi anak-anak laki-laki, hobby yang mayoritas mereka miliki adalah bermain sepak bola. Permainan sepak bola yang mereka lakukan biasanya di lapangan sekolah. Apabila mereka bermain dengan kawan sesama di Desa Tapian Nauli, biasanya mereka manggunakan lapangan sebuah sekolah yang letaknya tak jauh dari permukiman mereka. Bagi anak-anak perempuan, mayoritas hobby yang mereka miliki adalah menari dan bernyanyi. Anak-anak yang beragama Kristen biasanya menyalurkan hobby mereka di gereja saat beribadah, sedangkan untuk yang beragama Islam mereka lebih banyak menyalurkan hobby di rumah masing-masing. Mereka yang tidak dapat menyalurkan hobby terbentur oleh ekonomi karena mereka terlalu menuntut orang tua untuk membelikan fasilitas yang terbaik padahal dengan keadaan yang seperti ini sedikit kemungkinan itu dapat terpenuhi.
cxviii
Tabel XXXII Data Distribusi Frekuensi Bermain dengan Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Bermain
Jumlah
1
Sering
5
2
Kadang-kadang
18
3
Tidak Pernah
1
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Dilihat pada Tabel XXXII, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki frekuensi yang cukup baik dalam bermain dengan teman. Sebanyak 18 orang anak mengakui bahwa mereka terkadang bermain dengan teman, sedangkan sebanyak 1 orang anak mengaku bahwa dia tidak pernah memiliki waktu bermain dengan teman. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 5 orang anak mengakui bahwa mereka sering bermain dengan teman. Sebagian besar dari mereka terkadang dapat bermain dengan teman berjumlah 18. Mereka mengakui bahwa mereka selalu meluangkan waktu bermain ditengah tugas yang harus mereka laksanakan. Tak jarang mereka bermain bersama saat sedang sama-sama melaksanakan tugas yang diberikan orang tua. Bagi mereka yang tak pernah bermain berjumlah 1. Dia merupakan anak perempuan paling besar sehingga dia diberikan tanggung jawab atas semua yang terjadi di rumah. Hal ini membuat dia tak ubahnya seorang ibu rumah tangga. Sedangkan bagi mereka yang sering bermain dengan teman sebaya berjumlah 5. Bagi mereka bermain
cxix
adalah hal yang penting. Mereka lebih suka bermain daripada melakukan tugas rumah. Tak jarang mereka menelantarkan tugas yang diberikan. Berdasarkan observasi, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli bermain sambil membantu orang tua bekerja. Orang tua mereka mengumpulkan barang-barang yang sudah disoltir ditempat yang sama sehingga mereka yang membantu orang tua bisa saling bertemu dan bermain-main. Tak jarang mereka yang memiliki hobby sama berkumpul untuk menyalurkan hobby tersebut. Bermain bagi mereka sama halnya dengan berkumpul dan bersenda gurau santai bersama. Tabel XXXIII Data Distribusi Latar Belakang Pekerjaan Orangtua Teman Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Latar Belakang Pekerjaan
Jumlah
1
Sama
3
2
Sebagian Sama
16
3
Tidak Sama
5 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan dari data pada Tabel XXXIII, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan orang tua yang sama. Sebanyak 16 orang anak mengaku bahwa teman-teman mereka sebagian memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang sama, sedangkan sebanyak 5 orang anak mengaku bahwa mereka memiliki teman dengan
cxx
latar belakang pekerjaan orang tua yang berbeda. Sisa dari mereka yaitu 3 orang anak menyatakan bahwa semua teman mereka memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang sama. Sebagian besar dari mereka memiliki teman dengan status sebagian berlatar belakang pekerjaan orang tua yang sama berjumlah 16. Mereka mengakui bahwa kebanyakan temanteman mereka berlatar belakang pekerjaan yang sama. Apabila berbedapun tetap memiliki keadaan yang tak jauh berbeda seperti tukang becak, supir angkot dan lain sebagainya. Bagi yang memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda berjumlah 5. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah sehingga mereka jarang bergaul di lingkungan rumah, hal ini membuat mereka memiliki teman dengan keadaan yang beraneka ragam. Sedangkan untuk yang memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang sama berjumlah 3. Bagi mereka memiliki teman yang memiliki keadaan yang sama membuat mereka lebih merasa nyaman. Berdasarkan wawancara dan observasi, mereka yang memiliki teman dengan latar pekerjaan orang tua yang sama karena memiliki keadaan yang sama sehingga membuat mereka tidak perlu bersusah payah beradaptasi terlalu keras bahkan mungkin berpura-pura menjadi orang lain. Mereka tidak perlu melakukan kebohongan akan keadaan orang tua dan keluarga mereka. Beruntung untuk anak-anak yang memiliki teman dengan latar belakang pekerjaan orang tua yang berbeda namun mereka bisa dengan nyaman menceritakan keadaan orang tua dan keluarga mereka karena teman-teman mereka tidak mepermasalahkan keadaan tersebut.
cxxi
Tabel XXXIV Data Distribusi Frekuensi Mengikuti Gaya Trend yang Berkembang Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Frekuensi Mengikuti
Jumlah
1
Sering
1
2
Kadang-kadang
17
3
Tidak Pernah
6
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Dilihat pada Tabel XXXIV, mayoritas anak-anak Desa Tapian Nauli terkadang mengikuti gaya trend yang berkembang terutama di kalangan remaja. Sebanyak 17 orang anak mengaku bahwa mereka terkadang mengikuti gaya trend yang berkembang, sedangkan sebanyak 6 orang anak menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengikuti gaya trend yang berkembang. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 1 orang anak mengaku bahwa dia selalu mengikuti gaya trend yang berkembang di kalangan remaja. Sebagian besar dari mereka hanya terkadang mengikuti gaya trend yang berkembang berjumlah 17. Mereka mengakui bahwa gaya trend merupakan suatu yang wajib diikuti, namun mereka tidak memaksakan apabila hal ini berbenturan dengan keadaan mereka seperti keadaan ekonomi, sopan santun dan adat yang berlaku. Mereka hanya mengikuti trend apabila mereka mau dan mereka sanggup untuk itu. Bagi mereka yang tidak pernah mengikuti gaya trend yang berkembang berjumlah 6. Mereka tidak menganggap gaya trend itu sesuatu hal yang perlu untuk diikuti, sehingga mereka tidak peduli gaya trend apa yang berkembang saat ini dengan alasan cxxii
bahwa semua tak akan pernah mengubah keadaan mereka saat ini. Sedangkan yang sering mengikuti gaya trend yang berkembang berjumlah 1. Baginya gaya trend yang berkembang wajib diikuti bila tidak ingin ketinggalan jaman. Suatu keharusan mengikuti apa yang sedang menjadi panutan anak-anak remaja mulai dari pakaian, gaya rambut sampai gaya bicara. Hal ini dilakukan biar dia merasa gaul, anak kota dan tidak kampungan. Berdasarkan observasi, bagi anak-anak remaja Desa Tapian Nauli, mengikuti trend bukan suatu keharusan namun bisa menjadi sesuatu yang mungkin bisa diikuti. Mayoritas gaya trend yang diikuti berupa pakaian atau potongan rambut. Tak lupa gaya bicara anak-anak kota besar yang biasa mereka liat di televisi diadopsi menjadi gaya bicara mereka bersama teman-teman. Mereka juga memiliki teman-teman kelompok yang mempunyai gaya yang sama. Tabel XXXV Data Distribusi Penilaian terhadap Diri Sendiri Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Penilaian terhadap Diri Sendiri
Jumlah
1
Bangga
9
2
Kadang-kadang
14
3
Tidak Bangga
1
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Dilihat pada Tabel XXXV, anak-anak Desa Tapian memiliki rasa bangga terhadap diri sendiri yang cukup baik. Sebanyak 14 orang anak menyatakan bahwa mereka terkadang merasa
cxxiii
bangga terhadap diri sendiri, sedangkan sebanyak 9 orang anak mengakui bahwa mereka bangga terhadap diri mereka sendiri. Sisanya sebanyak 1 orang anak menyatakan bahwa dia tidak bangga dengan diri sendiri. Sebagian besar dari mereka terkadang merasa bangga pada diri sendiri berjumlah 14. Terkadang mereka malu dengan keadaan keluarga terutama orang tua apalagi saat berkenalan dengan orang baru. Tak jarang awalnya mereka menutupi identitas diri. Namun beberapa dari mereka merasa ada saat-saat tertentu mereka merasa bangga pada diri mereka seperti saat berprestasi, saat mampu membuat orang tua tersenyum, atau pada saat mampu melawan teman yang mengejek keadaan orang tua. Bagi yang tidak merasa bangga dengan diri sendiri berjumlah 1. Dia beralasan bahwa dia tidak pernah melakukan apapun yang dapat membanggakan baik itu untuk dirinya maupun untuk orang tua. Sedangkan mereka yang bangga terhadap diri sendiri berjumlah 9. Mereka menganggap apapun keadaan yang dialami mereka bangga akan diri sendiri dan orang tua. Mereka tidak menganggap keadaan ini memalukan dan mereka akan terus bangga pada diri sendiri. Berdasarkan observasi, anak-anak Desa Tapian Nauli terkadang diliputi rasa malu akan keadaan keluarga mereka termasuk pekerjaan yang dilakukan orang tua mereka. Beberapa dari mereka menyadari semua yang dilakukan orang tua demi kelangsungan hidup dan memenuhi kebutuhan yang kian hari kian banyak, namun mereka tidak menutup mata bahwa keadaan mereka sering dijadikan alat untuk merendahkan mereka dan keluarga. Rasa bangga yang mereka miliki tumbuh pada saat mereka mampu membuktikan bahwa keadaan keluarga maupun pekerjaan orang tua tidak mampu menghalangi mereka untuk mencapai prestasi yang mereka inginkan baik itu secara akademik maupun ekstrakulikuler
cxxiv
Tabel XXXVI Data Distribusi Minat terhadap Tugas Pekerjaan Rumah Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Minat terhadap Pekerjaan
Jumlah
Rumah 1
Suka
1
2
Kadang-kadang
17
3
Tidak Suka
6 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXXVI, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki minat yang cukup baik terhadap tugas pekerjaan rumah. Sebanyak 17 orang anak menyatakan bahwa mereka terkadang berminat cukup suka terhadap tugas pekerjaan rumah, sedangkan sebanyak 6 orang anak mengakui bahwa mereka tidak menyukai tugas pekerjaan rumah. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 1 orang anak mengakui bahwa dia menyukai tugas pekerjaan rumah. Sebagian besar dari mereka menyatakan terkadang suka dengan pekerjaan rumah berjumlah 17. Mereka merasa tidak suka dengan pekerjaan rumah apabila sudah terlalu banyak ataupun menghabiskan banyak waktu mereka. Bila sudah lelah maka pekerjaan rumah menjadi suatu beban bagi mereka yang mau tidak mau harus mereka kerjakan. Bagi mereka yang tidak suka dengan tugas pekerjaan rumah berjumlah 6. Bagi mereka pekerjaan rumah membuat mereka tambah lelah dan mereka jadi tidak bisa bermain. Pekerjaan rumah tak jarang membuat anak-anak merasa diperlakukan tidak layak. Sedangkan yang suka dengan tugas pekerjaan rumah cxxv
berjumlah 1. Dia mengakui bahwa pekerjaan rumah membuat rasa lelah namun karena sudah menjadi tanggung jawab dan memang harus dilakukan maka dia melakukannya dengan senang hati. Selain itu, rasa kasian kepada orang tua juga membuatnya ikhlas melakukan semua tugas pekerjaan rumah yang diberikan. Berdasarkan observasi, tugas pekerjaan rumah yang dilakukan oleh anak-anak Desa Tapian Nauli bersifat untuk membantu orang tua. Mereka bertujuan untuk meringankan beban orang tua yang sudah lelah bekerja mencari barang-barang. Tugas pekerjaan rumah yang dilakukan biasanya berupa memasak, mencuci piring dan baju, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Tak jarang mereka harus menjaga adik yang lebih kecil. Beberapa dari mereka mengakui bahwa terkadang mereka tidak suka melakukan tugas pekerjaan rumah apabila sudah berjanji dengan teman untuk pergi bermain. Mereka menganggap bahwa melakukan tugas pekerjaan rumah hanya menghambat mereka untuk bergaul bersama teman-teman. Tabel XXXVII Data Distribusi Reaksi terhadap Ejekan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Reaksi
Jumlah
1
Biasa Saja
18
2
Marah
6 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
cxxvi
Dilihat pada Tabel XXXVII, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki rasa sabar yang cukup baik. Sebanyak 18 orang anak mengakui bahwa mereka akan bersikap biasa saja apabila ada orang atau teman-teman mereka yang mengejek pekerjaan orang tua mereka, sedangkan sebanyak 6 orang anak menyatakan bahwa mereka akan marah pada siapapun yang berani mengejek status pekerjaan orang tua mereka. Sebagian besar dari mereka biasa saja saat ada yang mengejek pekerjaan orang tua berjumlah 18. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak terlalu ambil pusing atau tidak peduli pada perkataan orang akan kondisi pekerjaan orang tua mereka. Bagi mereka apa yang sudah dilakukan oleh kedua orang tua mereka merupakan suatu usaha untuk memenuhi segala kebutuhan anak-anak dan keluarga. Sebagian lagi menyatakan mereka akan sabar menerima ejekan orang selama ejekan tersebut masih bisa ditolerir, namun apabila sudah dianggap berlebihan mereka tak segan-segan untuk adu argumen bahkan berkelahi dengan orang tersebut. Bagi mereka yang marah bila ada yang mengejek pekerjaan orang tua mereka berjumlah 6. Bagi mereka, siapapun yang berani mengejek orang tua maka mereka rela untuk berkelahi. Mereka akan selalu naik emosi apabila ada yang mengejek. Tak jarang mereka rela bertengkar sampai adu fisik demi membela orang tua.
cxxvii
Tabel XXXVIII Data Distribusi Reaksi Tidak Terpenuhi Keinginan Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Reaksi
Jumlah
1
Sangat menerima
1
2
Biasa Saja
19
3
Tidak Menerima
4 24
Jumlah Sumber : Kuesioner, 2014
Berdasarkan data pada Tabel XXXVIII, anak-anak Desa Tapian Nauli termasuk anak yang bisa menerima apabila keinginan mereka tidak terpenuhi oleh orang tua. Sebanyak 19 orang anak menyatakan bahwa mereka bersikap biasa saja saat keinginan mereka tidak terpenuhi oleh orang tua, sedangkan sebanyak 1 orang anak mengakui bahwa dia sangat menerima apabila keinginannya tidak terpenuhi. Sisa dari mereka yaitu sebanyak 4 orang anak mengakui bahwa mereka tidak dapat menerima apabila keinginan mereka tidak terpenuhi oleh orang tua. Sebagian besar dari mereka bersikap biasa saja saat keinginannya tidak terpenuhi berjumlah 19. Mereka memahami keadaan orang tua sehingga saat keinginan tidak terpenuhi maka mereka akan bersikap biasa saja. Mereka tidak memberikan reaksi yang berlebihan walau terkadang mereka berharap keinginannya dapat terpenuhi. Bagi mereka yang tidak menerima saat keinginannya tidak terpenuhi berjumlah 4. Mereka tidak mau tahu keadaan orang tua yang penting keinginan mereka terpenuhi. Orang tua akan dipaksa bagaimanapun untuk memenuhi keinginan mereka. Sedangkan yang sangat menerima saat keinginannya tidak terpenuhi cxxviii
berjumlah 1. Dia menyatakan bahwa keadaan orang tua tidak bisa memenuhi setiap keinginannya maka dia tidak akan memaksakan apabila orang tua tidak bisa memenuhinya. Berdasarkan wawancara, sebagai anak remaja, anak-anak Desa Tapian Nauli memiliki banyak keinginan seperti anak-anak lainnya. Keadaan orang tua terkadang menyebabkan apa yang mereka inginkan tidak dapat terpenuhi. Keadaan ekonomi menjadi salah satu alasan terbesar orang tua tidak dapat memenuhi keinginan mereka. Sebagian dari mereka mengakui bahwa sebelum mereka mengutarakan apa yang diinginkan mereka sudah dapat mengetahui bahwa keinginan mereka tidak terpenuhi, oleh sebab itu mereka terkadang hanya memendam keinginan mereka tanpa mengutarakannya. Tabel XXXIX Data Distribusi Peraihan Prestasi Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal No
Peraihan Prestasi
Jumlah
1
Pernah
4
2
Pernah tapi Tidak Juara
13
3
Tidak Pernah
7
Jumlah
24
Sumber : Kuesioner, 2014 Berdasarkan data pada Tabel XXXIX, anak-anak Desa Tapian Nauli masuk dalam ketegori anak-anak yang berprestasi. Sebanyak 13 orang anak menyatakan bahwa mereka pernah mengikuti perlombaan namun tidak juara, sedangkan 7 orang lainnya mengakui bahwa mereka
cxxix
tidak pernah mengikuti perlombaan. Sisa dari mereka yaitu 4 orang anak menyatakan bahwa mereka pernah mengikuti perlombaan dan mendapatkan juara. Prestasi yang mereka raih tidak lepas dari kerja keras yang mereka lakukan ditengah kesulitan ekonomi keluarga. Mereka tetap belajar walau harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Beberapa dari mereka mengakui bahwa mereka memiliki satu keinginan besar dalam hidup yaitu membawa orang tua dan keluarga keluar dari masalah kemiskinan. Sebagian besar dari mereka menginginkan untuk dapat hidup lebih baik dan mereka percaya bahwa sekolah merupakan jalan terbaik yang dapat mereka lakukan untuk memenuhi keinginan mereka tersebut.
5.3 Uji Hipotesa Untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel pekerjaan orang tua (variabel X) dengan perkembangan anak (variabel Y), maka digunakan uji hipotesis koefisien korelasi product moment adalah sebagai berikut:
Keterangan: = Koefisien korelasi product moment N
= Jumlah sampel
X
= Skor distribusi variabel X
Y
= Skor distribusi variabel Y cxxx
Berdasarkan data lampiran dapat diketahui jumlah product dari x dan y, jumlah kuadrat dari x dan y dan jumlah kali dari x dan y, dengan demikian dapat dihitung besarnya hubungan antara variabel pekerjaan orang tua (X) dengan variabel perkembangan anak (Y) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
=
=
=
=
=
=
(∑ { ∑
−∑ ∑ )
− (∑ ) }{ ∑
− (∑ ) }
24 28658 − (839)(826) {24(2972) − (839) }{24(2832) − (826) } 698212 − 693019 {712248 − 703921}{689088 − 682236} 5198 {8327}{6812} 5198 √56798467 5198 7536,5
= 0,68
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi product moment, dapat diketahui bahwa korelasi antara x dan y dengan N = 24 diperoleh nilai sebesar 0,68. Hal ini menunjukan “hubungan positif yang mantap”, sesuai dengan pendapat Guiford dimana skala korelasi - +0,69 berarti memiliki “hubungan positif yang mantap”.
cxxxi
+0,59
Untuk menguji kebenaran hipotesis harga kritik r product moment dengan N = 24 maka harus lebih kecil atau sama dengan nilai koefisien korelasi (
) yang signifikan 5% (taraf kepercayaan
95%) diperoleh harga sebesar 0,404 sedangkan harga dari koefisien korelasi yang diperoleh 0,68.
Berdasarkan hasil hitungan tersebut, ternyata nilai koefisien korelasi (
) atau nilai
hitung lebih besar dari taraf signifikan 5% dengan N = 24 atau nilai tabel (0,68 > 0,404). Hal ini menunjukan bahwa
Ha: “Terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal” dapat diterima. Sedangkan Ho: “Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal” tidak dapat diterima (ditolak).
Selanjutnya dicari koefisien determinasi (coefficient of determination), yang merupakan petunjuk besarnya hasil pengukuran yang sebenarnya menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel x terhadap variabel y dengan rumus KP = ( maka makin rendah kesalahan pengukuran.
KP = (
) . 100%
KP = (0,68) . 100%
KP = 0,462. 100% KP = 46,2%
cxxxii
) . 100%. Makin tinggi angka korelasi
Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hitung koefisien determinasi sebesar 46,2%. Artinya variabel pekerjaan orang tua memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal sebesar 46,2% dan sisanya 53,8% ditentukan oleh variabel lain. Adapun hasil notasi statistik antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan anak di dapat hasil 0,68 > 0,404. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,68 dengan product moment tabel 0,404 terdapat hasil product moment itu lebih besar dari hasil tabel. Jadi dengan demikian terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak.
cxxxiii
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran mengenai Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Berikut ini kesimpulan yang dapat dirumuskan oleh penulis yaitu: 1. Melalui hasil perhitungan KP = (
) . 100% diketahui bahwa nilai hitung koefisien
determinasi sebesar 46,2%. Artinya variabel pekerjaan orang tua memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal sebesar 46,2% dan sisanya 53,8% ditentukan oleh variabel lain. 2. Hasil notasi statistik antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan anak di dapat hasil 0,68 > 0,404. Berdasarkan korelasi product moment hitung 0,68 dengan product moment tabel 0,404 terdapat hasil product moment itu lebih besar dari hasil tabel. Jadi dengan demikian terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan orang tua terhadap perkembangan anak.
6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat dibuat saran oleh penulis untuk diberikan atau diajukan bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu: cxxxiv
1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan hak-hak anak secara psikologis diluar membatu mereka secara finansial, karena hal ini cukup berpengaruh bagi perkembangan mereka kelak baik perkembangan sosial maupun perkembangan kepribadian 2. Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan setiap perubahan yang dialami anak-anak mereka baik secara langsung maupun tidak. Perubahan-perubahan setiap anak berbeda-beda begitu juga dengan cara mengatasinya, sehingga butuh perhatian khusus terutama perubahan-perubahan yang kelak berdampak pada perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak.
cxxxv
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, Bandung: PT Reflika Aditama Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta Alwisol. 2011. Edisi Revisi: Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press Anwas, Oos M. 2013, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global, Bandung: Alfabeta Azzet, Akhmad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak, Yogyakarta: Katahati Faisal, Sanapiah. 2003. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama Huaerah, Abu. 2012. Kekerasan Terhadap Anak, Bandung: Nuansa Cendikia Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Erlangga Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana Khairani, Nimrah. 2007, Kehidupan Sosial Ekonomi Pemulung (Desa Namo Bintang) Fisip USU Kartono, Kartini. 2006, Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa, Bandung: CV Mandar Maju Khairuddin H.SS. 1997. Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty Prints, Darwin. 1997. Hukum Anak Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama 2012. Kemiskinan dan Solusi, Medan: PT Grasindo Monoratama Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga, Malang: UMM Press Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana Stiglitz, Joseph E., Amartya Sen, Jen Paul Fitoussi. 2011. Mengukur Kesejahteraan Mengapa Prosuk Domestik Bruto Bukan Tolak Ukur yang Tepat untuk Menilai Kemajuan?, Jakarta: Marjin Kiri Tirtaraharja, Umar.2000. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta Sumber Lain:
cxxxvi
Departemen Sosial RI, 2009, Buku Panduan Pelatihan Pekerjaan Sosial, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang RI. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Undang-Undang RI. No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1999 tentang. Ratifikasi Konvensi ILO Undang-Undang RI. No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang RI. No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Kitab Undang-Undang Hukum Perdata http://www.indonesiaberprestasi.web.id/berita-prestatif/ni-wayan-mertayani-gadis-pemulungdari-bali-menang-lomba-foto-internasional-museum-anne-frank/ diakses pada 7 Desember 2013 pukul 08.23 WIB http://www.kabarpublik.com/2013/09/anak-pemulung-yang-berprestasi/ Desember 2013 pada pukul 08.25 WIB
diakses
pada
7
http://www.duniapsikologi.com/pengertian-anak-sebagai-makhluk-sosial/ Desember 2013 pukul 10.00
diakses
tanggal
7
http://ekatasia.blogspot.com/2009/06/bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 17 January 2014 pukul 11.50 WIB http://www.scribd.com
cxxxvii
ANGKET PENELITIAN PENGARUH PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK DI DESA TAPIAN NAULI LINGKUNGAN IX KELURAHAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
I.
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET 1. Sebelum Anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap paling tepat. 3. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua soal dapat dijawab. Dan sebelumnya tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.
II.
III.
IDENTITAS 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Sekolah
:
4. Kelas
:
PERTANYAAN
A. Pekerjaan orang tua 1. Berapa jumlah pendapatan orang tua Anda dalam satu bulan? a. > Rp. 1.000.000 b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 c. < Rp. 500.000 2. Bagaimana status tempat tinggal keluarga Anda? a. Milik pribadi cxxxviii
b. Milik Orang tua/ keluarga c. Sewa 3. Bagaimana keadaan rumah yang Anda tempati? a. Permanen b. Semi permanen c. Triplek 4. Apa pendidikan terakhir orang tua Anda? a. SMA b. SMP c. SD 5. Berapa jumlah anggota keluarga di tempat tinggal Anda? a. < 5 orang b. 5 - 7 orang c. > 8 orang 6. Apakah orang tua Anda mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggal? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 7. Apakah orang tua Anda mengikuti kegiatan keagamaan (seperti: Wirid, kebaktian, dll) di lingkungan sekitar? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak 8. Apakah di lingkungan sekitar ada kegiatan-kegiatan program pemerintah? a. Ya b. Tidak Bila ada sebutkan :
9. Apakah dari program tersebut orang tua Anda mengikutinya? a. Ya b. Kadang-kadang cxxxix
c. Tidak 10. Apakah orang tua Anda dapat menabung dari sebagian penghasilannya? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 11. Apakah keluarga Anda ada yang memiliki penyakit? a. Penyakit berat (Jantung, paru-paru, ginjal dll) b. Penyakit ringan (Diare, demam dll) c. Tidak ada 12. Apakah keluarga Anda dapat membawa anggota keluarga berobat ke puskesmas (fasilitas berobat yang disediakan pemerintah) di lingkungan terdekat? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 13. Apakah orang tua Anda mendapatkan bantuan dari program pemerintah? a. Dapat b. Kadang-kadang c. Tidak dapat 14. Apakah keluarga Anda selalu mengkonsumsi program 4 sehat 5 sempurna? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 15. Apakah keluarga Anda dapat membawa anggota keluarga berobat ke rumah sakit hingga semubuh total? a. Dapat b. Kadang-kadang c. Tidak dapat 16. Apakah orang tua Anda memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan yang dilakukan? a. Memiliki b. Kadang-kadang cxl
c. Tidak memiliki 17. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sandang keluarga? a. Selalu ( 6 bulan sekali) b. Kadang (sekali setahun) c. Tidak 18. Apakah Anda dapat rekreasi bersama keluarga? a. Ya (3 bulan sekali) b. Kadang-kadang ( 6 bulan sekali saat liburan sekolah) c. Tidak pernah Bila tidak pernah berikan alasan:
B. Perkembangan Anak 19. Apakah Anda dapat berkomunikasi dengan orang tua setiap hari? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 20. Apakah orang tua Anda ada waktu untuk tempat bercerita dengan Anda? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 21. Apakah orang tua meminta Anda untuk ikut membantu mengerjakan pekerjaannya di luar jam sekolah Anda? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 22. Apakah Anda lebih senang bersosialisasi dengan teman-teman daripada membantu orang tua di rumah? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
cxli
23. Apakah Anda lebih memilih mengerjakan tugas yang diberikan orang tua daripada melakukan hal-hal yang menurut Anda tidak berguna? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak 24. Apakah Anda memiliki kamar/ruang sendiri di rumah? a. Sendiri b. Bersama saudara sejenis c. Bersama keluarga 25. Siapa teman sepermainan Anda? a. Lebih banyak lawan jenis b. Sama c. Lebih banyak sejenis 26. Apakah Anda sudah memiliki hubungan special dengan lawan jenis? a. Memiliki b. Pernah memiliki c. Tidak pernah memiliki 27. Apakah Anda mengikuti kegiatan organisasi baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal? a. Mengikuti b. Kadang-kadang c. Tidak mengikuti 28. Apakah Anda dapat menyalurkan hobby Anda? a.
Dapat
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak dapat
29. Apakah Anda sering menghabiskan waktu bermain-main dengan teman-teman sebaya Anda? a.
Sering
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak pernah cxlii
30. Apakah teman-teman Anda memiliki latar belakang pekerjaan orang tua yang sama? a.
Tidak sama
b.
Sebagian sama
c.
Sama
31. Apakah Anda sering mengikuti gaya trend yang berkembang? a.
Sering
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak pernah
32. Apakah Anda bangga dengan diri Anda sendiri? a.
Bangga
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak bangga
33. Apakah Anda suka mendapatkan tugas pekerjaan di rumah? a.
Suka
b.
Kadang-kadang
c.
Tidak suka
34. Bagaimana reaksi Anda bila ada teman yang mengejek pekerjaan orang tua Anda? a.
Sabar
b.
Biasa saja
c.
Marah
35. Apakah yang Anda lakukan bila keinginan Anda tidak dipenuhi orang tua? a. Sangat menerima b. Biasa saja c. Tidak menerima 36. Apakah Anda pernah meraih prestasi di dalam maupun di luar sekolah? a. Pernah b. Pernah tapi tidak juara c. Tidak pernah
cxliii
Lampiran I Jawaban Responden terhadap Variabel X No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
13 14 15 16 17 18
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
3
3
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
1
1
3
3
3
1
1
1
2
1
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
1
2
3
2
2
2
4
3
3
3
3
2
2
3
2
1
3
1
3
1
3
3
3
3
2
5
2
2
2
2
3
2
2
2
1
1
3
3
1
1
1
1
2
1
6
2
1
2
2
3
2
3
3
2
1
2
3
2
2
2
1
2
2
7
3
1
2
2
1
2
3
2
1
1
2
3
1
1
2
1
2
2
8
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
1
2
3
1
2
1
2
2
9
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
10
3
2
1
2
3
2
2
2
1
1
2
3
1
2
2
1
2
1
11
2
2
1
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
12
2
1
2
2
3
2
2
2
1
1
2
3
3
1
1
1
2
1
13
2
1
1
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
14
2
1
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
15
2
1
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
16
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
17
2
1
1
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
18
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
19
2
1
2
2
1
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
20
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
2
1
1
2
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
22
2
1
2
3
3
2
3
3
3
1
2
3
3
2
2
1
2
2
23
2
1
2
2
3
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
24
2
1
2
2
3
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
cxliv
Jawaban Responden terhadap Variabel Y No. 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Responden 1
3
3
3
2
1
2
1
1
2
2
3
2
2
3
3
2
2
1
2
3
3
3
2
3
3
1
1
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
1
2
2
1
1
2
2
2
3
2
3
2
1
2
3
4
3
3
2
2
2
3
1
1
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
5
3
3
3
1
3
2
1
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
6
3
3
2
1
2
1
1
1
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
7
3
3
2
1
2
2
1
2
1
2
2
3
2
2
1
1
1
1
8
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
9
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
10
2
3
2
3
2
2
1
1
1
2
2
2
1
3
1
1
1
1
11
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
12
3
3
3
2
3
2
1
1
2
2
3
2
1
2
2
2
2
1
13
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
14
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
15
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
16
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
3
2
2
2
2
3
17
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
18
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
19
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
20
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
22
3
3
1
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
3
2
2
2
2
23
2
2
2
3
2
1
1
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
24
2
2
2
2
3
1
1
1
2
2
3
3
1
3
2
1
2
2
cxlv
Kalkulasi Harga X dan Y No. Responden 1
X
Y
X²
Y²
XY
33
38
1089
1444
1254
2
33
41
1089
1681
1353
3
44
37
1936
1369
1628
4
44
40
1936
1600
1760
5
32
40
1024
1600
1280
6
37
36
1369
1296
1332
7
32
33
1024
1089
1056
8
37
37
1369
1369
1369
9
33
33
1089
1089
1089
10
33
31
1089
961
1023
11
37
33
1369
1089
1221
12
32
35
1024
1225
1120
13
35
33
1225
1089
1155
14
37
28
1369
784
1036
15
36
29
1296
841
1044
16
35
35
1225
1225
1125
17
35
35
1225
1225
1125
18
35
35
1225
1225
1125
19
34
33
1156
1089
1122
20
35
34
1225
1156
1190
21
34
34
1156
1156
1156
22
40
34
1600
1156
1360
23
28
27
784
729
756
24
28
35
784
1225
980
839
826
29677
28712
28659
cxlvi