PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN VARIABEL INTERVENING MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA PADA SETDAKAB ACEH UTARA Mastura Fitrianti1 1 Alumni Magister Ilmu Manajemen PPIM Unimal Marbawi2 2 Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Unimal
Abstract: The main objective of this study was to analyze the effect on managerial performance peyusunan budget Setdakab northern Aceh, with motivation and job satisfaction as an intervening variable, simultaneously and partially. This test method uses multiple regression path analysis. Based on this test in the know that motivation and job satisfaction did not mediate the relationship between budget participation on managerial performance, however, no effect of the partial budget participation on motivation, job satisfaction and managerial performance Setdakab employees in North Aceh. Keywords: Participation of Budgeting, Performance managerial, Motivation, Job Satisfaction A. Pendahuluan Latar Belakang Setiap organisasi baik sektor publik maupun swasta memerlukan sistem pengendalian manajemen yang menjamin tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Salah satu elemen maupun indikator penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah anggaran. Anggaran merupakan alat bantu manajemen dalam mengalokasikan keterbatasan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan. Pemahaman terhadap tujuan anggaran dan informasi tentang beberapa tujuan anggaran memberi dasar bagi manajer untuk mengukur efisiensi, mengidentifikasi masalah dan mengendalikan biaya. Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara sektor swasta dengan sektor pemerintah, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor pemerintahan atau publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik dan didiskusikan dengan tujuan untuk mendapatkan masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, 2005; 61). Penganggaran sektor publik terkait dalam proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting, karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Proses penganggaran daerah diatur dalam Kepmendagri Nomor 13 tahun 2006. Regulasi tersebut menjelaskan tentang pedoman dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah (unit kerja). Rancangan anggaran unit kerja dimuat dalam suatu dokumen yang disebut Rancangan Anggaran Satuan Kerja (RASK). RASK memuat standar
analisis belanja, tolak ukur kinerja dan standar biaya sebagai instrumen pokok dalam anggaran kinerja.Peran penting anggaran dalam organisasi sektor publik berasal dari kegunaannya dalam menentukan estimasi pendapatan atau jumlah tagihan atas jasa yang diberikan (Nordiawan, 2006: 47). Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhankebutuhan yang tidak terbatas. Pengertian tersebut mengungkap peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi publik. Organisasi sektor publik tentunya berkeinginan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tetapi seringkali terkendala oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Anggaran mempunyai fungsi sebagai pedoman untuk memotivasi kinerja individual para manajer (Shields dan Shields, 1998). Disamping itu anggaran menjadi alat untuk memotivasi kinerja anggota organisasi (Chong et al, 2002), alat koordinasi dan komunikasi antara atasan dengan bawahan (Kenis,1979). Dengan dimilikinya motivasi yang cukup tinggi diharapkan para manajer mempunyai keseriusan yang cukup tinggi ketika berpartisipasi dalam menentukan target anggaran. Anggaran digunakan sebagai pedoman kerja sehingga proses penyusunannya memerlukan organisasi anggaran yang baik, pendekatan yang tepat, serta model-model perhitungan besaran (simulasi) anggaran yang mampu meningkatkan kinerja pada seluruh jajaran manajemen dalam organisasi. Proses penyusunan anggaran, dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu top down, bottom up dan partisipasi (Ramadhani dan Nasution, 2009). Mardiasmo (2005: 63) menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan pentingnya anggaran sektor publik yaitu: a) anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, b) anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya (scarcity of resources), pilihan (choise) dan trade off. c) anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. dalam hal ini anggaran publik merupakan intrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembagalembaga publik yang ada. Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan penting yang melibatkan berbagai pihak, baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah dimana masing-masing pihak memainkan peran dalam rnempersiapkan dan mengevaluasi berbagai alternatif dan tujuan anggaran. Anggaran yang dihasilkan senantiasa digunakan sebagai tolok ukur bagi kinerja manajer dan para karyawan (Leslie, 1992). Oleh karenanya, penyusunan anggaran partisipatif diharapkan akan meningkatkan kinerja para manajer, di mana ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi disetujui, maka karyawan akan menginternalisasi tujuan yang ditetapkan, dan memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran tersebut. Partisipasi Penganggaran (budgeting participative) merupakan pendekatan penganggaran yang berfokus pada upaya untuk meningkatkan motivasi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep penganggaran ini sudah berkembang pesat dalam sektor swasta (bisnis), namun tidak demikian halnya pada sektor publik (pemerintah). Dalam sektor publik, penganggaran partisipatif belum mempunyai sistem yang mapan sehingga penerapannya belum optimal. Partisipasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik bawahan maupun atasan (French et al, 1960 dalam Omposunggu dan Bawono, 2006). Partisipasi penyusunan anggaran merupakan sebuah pendekatan manajerial yang umumnya dapat meningkatkan kinerja manajerial. Penelitian mengenai partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial masih menunjukkan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menunjukkan bukti bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempunyai efek positif yang kuat terhadap kinerja manajerial (Argyris,1952) dan Penelitian lain juga melaporkan bahwa hubungan tersebut
positif (Brownell, 1982; Brownell dan Mohines, 1986) Penelitian yang menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja secara tidak signifikan adalah penelitian yang dilakukan oleh Cherrington dan Cherrington (1973); Milani (1975); dan Kenis (1979). Sementara Govindarajan (1986) menyatakan bahwa kemungkinan belum adanya kesatuan hasil penelitian anggaran disebabkan karena hubungan antara partisipasi anggaran terhadap prestasi kerja dan kepuasan kerja karyawan adalah tergantung pada faktor kondisional, dimana faktor- faktor tersebut disebut juga sebagai variabel kontinjensi. Prestasi kerja merupakan faktor yang dapat memperbaiki keefektifan organisasi. Prestasi kerja ditentukan atas dasar fungsi- fungsi manajemen yang dibahas dalam teori manajemen klasik yang meliputi prestasi manajerial dalam planning, investigating, coordinating, evaluating, supervising, staffing, negotiating and representing. Oleh karena beberapa hasil penelitian menunjukkan partisipasi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi kerja (Brownell, 1982, Brownell dan Mannes, 1986). Beberapa hasil penelitian (French, dkk, 1989; Frucot dan Shearon, 1991), menunjukkan bahwa partisipasi anggaran mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Menurut mereka kepuasan kerja sangat tergantung pada tingkat masukan instrinsik dan ekstrinsik serta bagaimana seseorang memandang masukan tersebut. Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dalam proses penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial merupakan penelitian yang masih banyak diperdebatkan. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah menunjukkan hasil yang tidak konsisten; Brownell dan Mc. Innes (1986); dan Indriantoro (1993) menemukan hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Milani (1975); Brownell dan Hirst (1986) dalam Sukardi (2002), yang menemukan hasil tidak signifikan antara pertisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Hal ini terjadi karena partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial tergantung pada faktor-faktor situasional (variabel kontingensi) yang mana variabel ini memberikan gambaran pada situasi saat itu. Penganggaran pada Setdakab Aceh Utara dilakukan dengan sistem top-down, dimana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan atau pemegang kuasa anggaran sehingga bawahan atau pelaksana anggaran hanya melakukan apa yang telah disusun. Penerapan sistem ini mengakibatkan kinerja bawahan/pelaksana anggaran menjadi tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut namun sumber daya yang diberikan tidak mencukupi (overloaded). Atasan/pemegang kuasa anggaran kurang mengetahui potensi dan hambatan yang dimiliki oleh bawahan/pelaksana anggaran sehingga memberikan target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuan bawahan/pelaksana anggaran, demikian pula bila penganggaran dilakukan dengan sistem bottom up maka penyusunan anggaran hanya disusun sesuai kehendak bawahan sehingga dapat menimbulkan rendahnya motivasi bawahan dalam mencapai target-target yang optimal. Keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran akan sangat memungkinkan mereka untuk memberi informasi lokal yang diketahui. Dengan cara ini, bawahan dapat mengkomunikasikan atau mengungkapkan beberapa informasi pribadi yang mungkin dapat dimasukkan dalam standar atau anggaran sebagai dasar penilaian. Oleh karena itu, Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara mulai menerapkan sistem penganggaran yang dapat menanggulangi masalah di atas yakni sistem partisipasi penganggaran (budgeting participative). Melalui sistem ini, bawahan/pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut subbagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut. Pada umumnya ada tiga permasalahan yang biasa dihadapi pemerintah daerah
khususnya di Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara yaitu ketidakefektifan, inefesiensi dan private inurement (penggunaan dana untuk kepentingan individu). Hal ini disebabkan karena terdapat mekanisme dasar pertanggungjawaban yang baku seperti organisasi bisnis. Organisasi pemerintahan tidak mengenal kepemilikan (self interest) yang dapat memaksakan pencapaian tujuan. Pemerintah daerah juga tidak mementingkan faktor persaingan yang sering kali digunakan sebagai alat untuk meningkatkan efesiensi, di samping itu, pemerintah daerah tidak memiliki barometer keberhasilan dari pemerintah daerah. Ada beberapa faktor yang diduga penyebab kinerja pemerintah daerah rendah diantaranya karena sistem pengelolaan keuangan daerah yang masih lemah dimulai dalam proses perencanaan dan penganggaran APBD, pelaksanaan/penatausahaan APBD, pertanggunganjawaban yang berupa pelaporan hasil pelaksanaan APBD dan pengawasan. Fenomena yang terjadi, proses penganggaran di Kabupaten Aceh Utara sering mengalami keterlambatan sehingga menyebabkan banyak program dan kegiatan tidak dapat dilaksanakan untuk tahun anggaran berjalan yang menyebabkan terlambatnya pembangunan daerah, proses keterlambatan ini dikarenakan terdapat kendala dalam pelaksanaan dan penatausahaan APBD satuan kerja perangkat daerah, misalkan dalam pemahaman dalam pembuatan dokumendokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan APBD. Kendala ini disebabkan tingkat pemahaman staf yang terlibat atas peraturan tentang pengelolaan keuangan daerah masih rendah. Berdasarkan dari uraian latar belakang inilah penulis, dapat berkesimpulan bahwa penelitian dalam bidang ini masih perlu dikaji yang lebih lanjut karena masih terjadi perbedaan hasil penelitian diantara penelitian terdahulu oleh karena itu penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara dengan menggunakan dua variabel intervening yaitu motivasi dan kepuasan kerja, dengan judul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Variabel Intervening Motivasi Dan Kepuasan Kerja Pada Setdakab Aceh Utara”. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap motivasi kerja. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kepuasan kerja. 3. Untuk menganalisis partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja manajerial. 5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial. 6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening. 7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Aspek Praktis Penelitian ini akan lebih memperdalam ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan daerah dan sistem pengendalian manajemen yang berfokus pada hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial melalui motivasi dan kepuasan kerja sebagai variabel intervening. 2. Aspek Akademis Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya bahan kepustakaan dan mampu memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan manajemen keuangan daerah, khususnya untuk memahami partisipasi anggaran dalam proses penyusunan anggaran dan juga diharapkan akan menambah pengetahuan pembaca mengenai hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial melalui motivasi dan kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Serta diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Tinjauan Pustaka Anggaran Anggaran dalam pengertian umum adalah suatu rencana yang disajikan secara kuantitatif, dan biasanya dinyatakan dalam satuan yang untuk periode tertentu (Anthony dan Dearden, 1998). Atkinson dan Kaplan (1995) bahkan mengemukakan bahwa anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang akan diharapkan, direncanakan, atau diperkirakan terjadi dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Sedangkan Gibson (2000) mempertegas pengertian anggaran sebagai suatu rencana menyeluruh dan terkoordinasi yang dinyatakan dengan istilah keuangan, untuk operasi dan sumbersumber organisasi pada periode khusus di masa yang akan datang. Konsep anggaran yang dikemukakan di atas memiliki makna yang luas dan tidak terbatas pada lingkup organisasi tertentu. Namun menurut Atkinson dan Kaplan (1995), anggaran negara merupakan suatu pernyataan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode waktu di masa yang akan datang, yang meliputi informasi pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa kini dan masa lalu. Partisipasi Anggaran Brownell (1982) menyebutkan bahwa partisipasi anggaran merupakan proses yang melibatkan individu-individu secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka. Partisipasi anggaran merupakan keterlibatan antara manajer atas dengan bawah untuk menentukan proses penggunaan sumber daya pada aktivitas dan operasi perusahaan mereka (Eker, 2007). Pengertian partisipasi dalam proses penyusunan anggaran lebih rinci dijelaskan oleh French et al, (1960) dalam Omposunggu dan Bawono (2006) sebagai suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Di sini partisipasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik bawahan maupun manajer level atas. Dengan kata lain bahwa anggaran yang disusun tidak semata-mata ditentukan oleh atasan saja, melainkan juga keterlibatan atau keikutsertaan bawahan, karena para pekerja atau manajer tingkat bawah merupakan bagian organisasi yang memiliki hak suara untuk memilih tindakan secara benar dalam proses manajemen. Sebagian besar studi menunjukkan bahwa partisipasi anggaran lebih banyak
membawa manfaat pada organisasi. Beberapa manfaat partisipasi dalam proses penyusunan anggaran antara lain (Siegel dan Marconi, 1989) dalam Omposunggu dan Bawono (2006) : 1. Seseorang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran tidak saja task involved melainkan juga ego involved dalam kerjasama. 2. Keterlibatan seseorang akan meningkatkan rasa kebersamaan dalam kelompok, karena dapat meningkatkan kerjasama antara anggota kelompok di dalam penetapan sasaran, serta dapat mengurangi rasa tertekan. 3. Keterlibatan seseorang akan mengurangi rasa keperbedaan di dalam mengalokasikan sumber daya di antara unit-unit yang ada di organisasi. Bukti empiris yang dijelaskan oleh Govindarajan (1986) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran secara khusus memberi manfaat bagi operasi pusat pertanggungjawaban ketika organisasi dihadapkan pada ketidakpastian lingkungan. Diikutsertakannya manajer pusat pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran merupakan bagian terpenting, karena mereka yang paling mengetahui informasi tentang variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan dan biaya. Motivasi Kerja Motivasi merupakan derajat sampai dimana seorang individu ingin dan berusaha untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan dengan baik dan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Dikaitkan dengan anggaran maka dalam proses penyusunan anggaran mungkin akan lebih efektif dalam kondisi karyawan mempunyai motivasi yang tinggi begitu pula sebaliknya (Ghozali dan Pradana Adi Putra, 2002). Hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial dapat diperbaiki dengan menggunakan peranan variabel intervening. Motivasi memiliki pengaruh terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Untuk mengetahui apakah motivasi dapat berperan sebagai variabel intervening, dapat dilihat pada partisipasi penyusunan anggaran yang dilakukan oleh manajer yang memiliki motivasi tinggi dan rendah. Penyusunan anggaran yang dimaksudkan bukan hanya untuk menyajikan informasi mengenai rencana keuangan yang berisi tentang biaya-biaya dan pendapatan pusat-pusat pertanggungjawaban organisasi bisnis, tetapi juga merupakan suatau alat untuk pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kerja dan motivasi (Kenis, 1979). Motivasi merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang dalam mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan (Gitosudarmo dan sudita, 1997). Keterkaitan antara motivasi dan kinerja manajerial telah banyak diteliti oleh para peneliti terdahulu dan hasilnya menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial (Kenis, 1979 ; Merchant, 1981; Brownell dan Mclnnes, 1986). Kepuasan Kerja Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa dalam proses penyusunan anggaran memerlukan kerjasama dari para manajer di berbagai jenjang organisasi. Keterlibatan, seseorang dalam proses ini tentunya tidak terlepas dari aspek perilaku, diantaranya rasa khawatir atau cemburu, serta rasa kepuasan dari masing-masing individu sebagai akibat dari adanya kenaikan atau disetujuinya usulan yang ditawarkan. Herzberg (2005) mengemukakan bahwa istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya.
Equity theory yang diungkapkan Herzberg (2005), yang menyatakan bahwa kepuasan kerja muncul dimana individu merasa senang sehingga individu tersebut mau untuk bekerja secara baik dan penuh tanggungjawab. Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukan perbedaan antara banyaknya gaji yang diterima pekerja dengan yang diyakini oleh pekerja. (Robbins, 2001). Kepuasan kerja mencerminkan kegembiraan atau sikap emosi positif yang berasal dari pengalaman kerja seseorang. Luthans (1995) dalam Kamal dan Na’im (2000) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, kepuasan kerja adalah tanggapan emosional seseorang terhadap situasi kerja. Hal ini tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sikap lainnya daripada individual. Kepuasan kerja disini merupakan hal yang bersifat individual. Masing-masing individu organisasi pasti memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan nilai yang dianutinya pada semua organisasi, kepuasan kerja selalu mendapatkan tempat yang sangat penting bagi perilaku organisasi (Landhy, 1995) dalam Supriono (2006). Stonner et. all (1998) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah pekerjaan yang sifatnya menantang, penghargaan yang sepadan, kondisi lingkungan kerja yang mendukung serta kesesuaian antara pekerjaan dengan pribadi individu. Apabila seseorang menghadapi kondisi lingkungan pekerjaan yang sangat menantang dimana kesulitannya sangat tinggi, maka seseorang akan membutuhkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan tugasnya untuk pembuatan keputusan yang lebih baik dan efektif. Kinerja Manajerial Kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi (Stonner, 1995). Sedangkan menurut Mahoney dalam Saragih (2008) menyebutkan bahwa kinerja manajerial merupakan kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial. Handoko (1996:34), kinerja manajerial didefinisikan sebagai tingkat kecakapan manajer dalam melaksanakan aktivitas manajemen. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Kinerja manajerial didasarkan pada fungsifungsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik, yaitu (Hafiz, 2007): 1. Perencanaan “Perencanaan meliputi pemilihan strategi, kebijakan, program dan prosedur untuk mencapai tujuan perusahaan. Tanggungjawab untuk perencanaan tidak dapat sama sekali dipisahkan dari pelaksanaan manajerial sebab semua merencanakan, baik manajemen puncak, tengah, atau dasar dari suatu struktur organisasi” (Koontz et al., dalam Hafiz, 2007). 2. Investigasi Menurut Supomo dan Indriantoro dalam Hafiz (2007), laporan dari setiap manajer pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya, menjelaskan kinerja manajerial yang bersangkutan. Untuk menyusun laporan tersebut, manajer melaksanakan salah satu fungsi manajemen yaitu investigasi. Dalam hal ini, manajemen bertugas untuk mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaaan, dan analisa pekerjaan. 3. Koordinasi Koontz et al., dalam Hafiz (2007) mengungkapkan bahwa setiap fungsi manajerial adalah pelaksana koordinasi. Kebutuhan akan mengsinkronisasikan tindakan individu yang timbul dari perbedaan dalam pendapat mengenai bagaimana cita-cita kelompok dapat dicapai atau bagaimana tujuan individu atau kelompok diperpadukan.
4.
5.
6.
7.
8.
Evaluasi “Evaluasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen yang digunakan untuk menilai atau mengukur proposal, kinerja, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, dan pemeriksaan produk” (Supomo dan Indriantoro dalam Hafiz, 2007). Pengawasan Koontz et al., dalam Hafiz (2007) menyebutkan “pengawasan adalah pegukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin pelaksanaan sesuai dengan rencana yang ditetapkan”. Staffing Menurut Terry dan Rue dalam Hafiz (2007), “penataan staff adalah suatu proses yang terdiri dari spesifikasi pekerjaan (job description), pergerakan tenaga, spesifikasi pekerja, seleksi dan penyusunan organisasi untuk mempersiapkan dan melatih karyawan agar melaksanakan pekerjaan dengan baik”. Negosiasi Komunikasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari bawahan kepada atasan agar dapat menentukan suatu keputusan. Berbagai gangguan menyebabkan pesan yang disampaikan dalam komunikasi tidak diterima dengan tepat. Oleh karena itu, untuk memperbaiki komunikasidalam kelompok dapat dilakukan melalui negosiasi (Gibson et al., dalam Hafiz, 2007). Perwakilan Perwakilan adalah fungsi manajemen untuk menghadiri pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara kemasyarakatan, pendekatan ke masyarakat, dan mempromosikan tujuan umum perusahaan” (Supomo dan Indriantoro dalam Hafiz, 2007
Kerangka Konseptual Berdasarkan kerangka konseptual, penelitian terdahulu dan rumusan penelitian, diidentifikasi satu variabel independen yaitu partisipasi penyusunan anggaran, satu variabel dependen yaitu kinerja manajerial dengan motivasi kerja dan kepuasan kerja sebagai variabel intervening, dapat diuraikan pula bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajerial, dimana motivasi kerja dan kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Secara skematis gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dituangkan sebagai berikut : Kerangka Pemikiran Teoritis H6
H1 Partisipasi Penyusun an Anggaran
H2
Motivasi Kerja
H3
H4 Kinerja Manajerial
Kepuasan Kerja
H7
H5
Kerangka penelitian ini digunakan untuk mempermudah jalan pemikiran terhadap permasalahan yang dibahas, terkait dengan hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial baik hubungan langsung maupun hubungan tidak langsung. Hubungan tidak langsung partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial dimediasi oleh motivasi kerja dan kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu ide untuk mencari fakta yang harus dikumpulkan. Hipotesis adalah suatu pertanyaan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu maka dapat disusun sebuah hipotesis sebagai berikut : H1 : Partisipasi Penyusunan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Kerja. H2 : Partisipasi Penyusunan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja. H3 : Partisipasi Penyusunan Anggaran berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial. H4 : Motivasi Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial. H5 : Kepuasan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial. H6 : Motivasi Kerja Merupakan Variabel Intervening dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Manajerial. H7 : Kepuasan Kerja Merupakan Variabel Intervening dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Manajerial. B. Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penetian Lokasi penelitian ini adalah pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara. Alasan dipilihnya Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara yaitu karena Sekretariat Daerah merupakan organisasi yang bertujuan memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat sehingga pegawai dituntun lebih komitmen pada tujuan pemerintah daerah sehingga diperlukan perencanaan anggaran yang efektif dan berorientasi pada tujuan. Sedangkan Objek dari penelitian ini adalah semua para pejabat eselon tiga dan empat yang bertindak selaku kepala bagian dan kepala sub bagian pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer, dari persepsi para responden terhadap variabel-variabel yang digunakan. Modus komunikasi dengan responden dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diserahkan langsung kepada responden. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Menurut Dajan (1996) populasi merupakan keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karateristik yang sama. Menurut Arikunto Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala bagian dan kepala sub bagian yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran di Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara sebanyak 41 orang.
Sampel Sampel menurut Sugiyono (2009: 116) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu pemilihan sampel seluruhnya dari jumlah populasi (Sugiono, 2009 : 122). Menurut Arikunto sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengeneralisasikan hasil penelitian sampel. Oleh karena dalam penelitian ini sampel adalah populasi maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto, 2006) Di Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 10 bagian dan 31 sub bagian dengan jumlah responden yang diambil sebanyak 41 orang yaitu kepala bagian dan kepala sub bagian yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Sampel dalam penelitian ini yaitu populasi yang terdiri dari seluruh kepala bagian dan kepala sub bagian yang ada di Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Utara karena populasi merupakan manajerial yang langsung membawahi jabatan fungsional umum sebagai pelaksana kegiatan. Adapun uraian sampel penelitian sebagaimana tertera pada tabel berikut: Jumlah Sampel Penelitian No. 1. 2. 3.
Bagian
Jumlah Jumlah Jumlah Kabag Kasubbag Keseluruhan 3 4 Bagian Pemerintahan 1 1 3 4 Bagian Pemerintahan Mukim dan Gampong Bagian Hukum 1 3 4
Bagian Ekonomi 1 1 Bagian Administrsi Pembangunan 1 6. Bagian Kesra & Keistimewaan Aceh 1 7. Bagian Umum dan Perlengkapan 1 8. Bagian Pengolahan Data dan Elektronik 1 9. Bagian Hubungan Masyarakat 1 10. Bagian Organisasi 10 Jumlah Sumber: Bagian Organisasi Setdakab Aceh Utara, 2013 4. 5.
3 3
4 4
3 4 3
4 5 4
3 3 31
4 4 41
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui responden, dimana responden akan memberikan respon verbal dan atau respon tertulis sebagai tanggapan atas pernyataan yang diberikan. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data primer, adalah data yang diperoleh dari karyawan Setdakap Aceh Utara yang terpilih sebagai responden melalui wawancara dan pengisian kuesioner b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain). Dalam penelitian ini, data sekunder hanya mendukung pengumpulan data awal sebagai out put penelitian. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data digunakan statistik inferens (statistik induktif). Untuk mengetahui tingkat signifikansi korelasi antara variabel independen (X) dan variabel
dependen (Y), maka diperlukan model statistik untuk menguji hipotesis yang ditetapkan. Oleh karena hipotesis penelitian yang dirumuskan menunjukkan pada penelitian korelatif, maka teknik yang digunakan dalam menganalisis tingkat signifikansi pada penelitian ini adalah model statistika analisis jalur (Path Analysis) yaitu perluasan dari analisis regresi linear berganda atau penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali, 2009), dilain pihak program pengelohan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS Versi 19. Esensi dari teknik analisis ini adalah mencari korelasi antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen dan taraf signifikansinya. Adapun rumus regresi sesuai model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menguji pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran (XPPA) terhadap Motivasi Kerja (YMK) maka persamaanya adalah: YMK = β0 + βPPAXPPA + e …………………………………………......(1) b. Untuk menguji pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran (XPPA) terhadap Kepuasan Kerja (YKK), maka persamaanya adalah: YKK = β0 + βPPAXPPA + e …………………………………………......(2) c. Untuk menguji pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran (XPPA) terhadap Kinerja Manajerial (YKM) dengan variabel intervening Motivasi Kerja (XMK) dan Kepuasan Kerja (XKK),maka persamaanya adalah: YKM = β0 + βPPAXPPA + βMKXMK + βKKXKK + e ……………………..(3) Keterangan : YMK = Variabel Dependen Motivasi Kerja YKK = Variabel Dependen Kepuasan Kerja YKM = Variabel Dependen Kinerja Manajerial XPPA = Variabel Independen Partisipasi Penyusunan Anggaran XMK = Variabel Independen Motivasi Kerja XKK = Variabel Independen Kepuasan Kerja βPPA = Intercept Partisipasi Penyusunan Anggaran βMK = Intercept Motivasi Kerja βKK = Intercept Kepuasan Kerja β0 = Konstanta e = Standar error C. Analisis dan Pembahasan Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Pengujian normalitas data menurut Ghozali (2005:110) bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis gambar berupa plot dan uji statistik dengan melihat nilai kurtosis dan skewness. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005: 110). Dengan melihat tampilan Normal P-P Plot (Gambar 5.1) maka dapat disimpulkan bahwa garis diagonal memberikan pola distribusi normal, sehingga model regresi layak digunakan.
Hasil Uji Normalitas Persamaan Regresi 1
Sumber: Data Output SPSS, 2013 (Diolah)
Hasil Uji Normlitas Persamaan Regresi 2
Sumber: Data Output SPSS, 2013 (Diolah)
Hasil Uji Normlitas Persamaan Regresi 3
Sumber: Data Output SPSS, 2013 (Diolah)
Dari gambar diatas, terlihat grafik nomal probability plot pada diatas menunjukkan bahwa titik-titik (data) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti atau mendekati arah
garis diagonal. Hal ini menunjukan bahwa model-model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas menurut Ghozali (2005:91) bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independent. Ketentuan uji multikolinearitas sebagai berikut : 2
a.
Jika R tinggi tapi variabel independent banyak yang tidak signifikan, maka dalam model regresi terdapat multikolinearitas. b. Menganalisis matriks korelasi variabel independent. Jika korelasi antar variabel independent tinggi yaitu diatas 0,90 maka terdapat multikolinearitas. c. Melihat nilai tolerance lebih kecil dari 10% dan nilai VIF lebih besar dari 5 berarti ada multikolinearitas. Bila ternyata dalam model regresi terdapat multikolinearitas, maka harus menghilangkan variabel independent yang mempunyai korelasi tinggi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk lebih jelasnya hasil pengujian multikoliniearitas dengan menggunakan nilai tolerance dan melihat nilai VIF adalah sebagai berikut: Hasil Uji Multikolinieritas Model
Variabel Independen
Variabel Dependen
Collinerity Statistics Tolerance
VIF
Pers. Reg. 1
Partisipasi Peny. Anggaran
Motivsi Kerja
1,000
1,000
Pers. Reg. 2
Partisipasi Peny. Anggaran
Kepuasan Kerja
1,000
1,000
0,697
1,436
0,481
2,079
0,565
1,771
Partisipasi Peny. Anggaran Pers. Reg. 3
Motivasi Kerja Kepuasan Kerja
Kinerja Manejerial
Sumber: Data Output SPSS, 2013 (Diolah)
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Ghozali (2005: 91) jika nilai tolerance value diatas 0.1 dan nilai VIF adalah di bawah 10 maka dianggap tidak terkena multikolineritas. Dari hasil pengujian (Tabel 5.13), menunjukkan bahwa nilai tolerance value dari ketiga variabel independen berada di atas 0.1. dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah 10. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa persamaan regresi linear berganda tidak terjadi multikolinearitas. Uji Heterokedastisitas Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tetentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas, (Ghozali, 2001). Hasil pengolahan data menunjukkan grafik scatterplot seperti terlihat pada gambar berikut ini : Hasil Uji Heteroskedastisitas - Persamaan Regresi 1
Sumber: Data Output SPSS, 2013 (Diolah)
Hasil Uji Heteroskedastisitas - Persamaan Regresi 2
Sumber: Data Output SPSS, 2013 (Diolah)
Hasil Uji Heteroskedastisitas - Persamaan Regresi 3
Sumber: Data Output SPSS, 2013 (Diolah)
Dari gambar diatas, terlihat bahwa Gambar diatas memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tersebar diatas maupun dibawak angka 0 sumbu Y, hal dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak digunakan dalam penelitian ini. Hasil Penelitian Analisis Regresi Liner Berganda dan Analisis Jalur (path Analysis) Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal atau sebab akibat) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel. Berikut ini akan disampaikan hasil analisis regresi untuk persamaan 1, 3 Dan 3 dapat diliha pada tabel berikut ini : Hasil Persamaan Regresi Model
Pers. Reg. 1 Pers. Reg. 2
Pers. Reg. 3
Variabel
Variabel
Koefisien
Independen
Dependen
Path
Partisipasi Peny. Anggaran Partisipasi Peny. Anggaran Partisipasi Peny. Anggaran Motivasi Kerja
Motivsi Kerja Kepuasan Kerja
Kinerja Manejerial
Kepuasan Kerja
tvalue
Sig.
Fvalue
Sig.
R Square
0,545
4,059
0,000
16,.472
0,000
0,297
0,418
2,874
0,007
8,258
0,007
0,175
0,451
3,451
0,001
0,021
0,132
0,896
15,731
0,000
0,561
0,421
2,900
0,006
Sumber: Data Output SPSS, 2013 (Diolah)
Berdasarkan pada diatas, maka persamaan regresi 1, 2 dan 3 dalam penelitian ini adalah sebagai beriku : YMK = 0+ PPAXPPA+e1 dengan hasil persamaan 1 adalah : 1. YMK = 0,545XPPA+e1 Dari persamaan tersebut diatas, hasil koefisien path variabel partisipasi penyusanan anggaran sebesar 0,545 menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh posistif terhadap motivasi kerja. YKK = 0+ PPAXPPA+e2 dengan hasil persamaan 2 adalah : 2. YKK = 0,418XPPA+e2 Dari persamaan tersebut diatas, hasil koefisien path variabel partisipasi penyusanan anggaran sebesar 0,418 menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh posistif terhadap kepuasan kerja. YKM = 0+ PPAXPPA+ MKXMK+ KKXKK+e1 dengan hasil persamaan 3 : 3. YKM = 0,451XPPA+ XMK+ XKK+e1 - Dari persamaan tersebut diatas, hasil koefisien path variabel partisipasi penyusanan anggaran sebesar 0,451 menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh posistif terhadap kinerja manajerial.
-
Dari persamaan tersebut diatas, hasil koefisien path variabel motivasi kerja sebesar 0,021 menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh posistif terhadap kinerja manajerial. Dari persamaan tersebut diatas, hasil koefisien path variabel kepuasan kerja sebesar 0,421 menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh posistif terhadap kinerja manajerial. Diagram Path Pengaruh Parisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Dengan Variabel Inervening Moivasi Kerja Dan Kepuasan Kerja Motivasi Kerja (Y1)
0,545
0,021
Partisipasi Peny. Anggaran (X1)
0,451 Kinerja Manajerial (Z1)
0,418
Kepuasan Kerja (Y2) 0,421
1. 2. 3. 4. 5.
Berdasarkan pada gambar diatas, maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut : Koefisien Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kepuasan Kerja 0,545 Koefisien Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kepuasan Kerja 0,418 Koefisien Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial 0,451 Koefisien Motivasi Kerja terhadap Kinerja Manajerial 0,021 Koefisien Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Manajerial 0,421
Pengaruh Langsung (Direct Effect) Untuk menghitung pengaruh langsung atau (Direct Effect), digunakan formula sebagai berikut: - Pengaruh Variabel partisipasi penyusunan anggaran (PPA) terhadap motivasi kerja (MK) X1 Y1 = 0,545 - Pengaruh Variabel partisipasi penyusunan anggaran (PPA) terhadap kepuasan kerja X1 Y2 = 0,418 - Pengaruh Variabel motivasi kerja terhadap kinerja manajerial Y1 Z1 = 0,0,021 - Pengaruh Variabel kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial Y2 X1 = 0,421 - Pengaruh Variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial X1 Z1 = 0,451 Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)
Untuk menghitung pengaruh tidak langsung (Indirect Effect), digunakan formula sebagai berikut: - Pengaruh variabel rekrutmen terhadap kinerja melalui kompetensi X1 Y1 Z1 = ( 0,545 x 0,021) = 0,011 artinya dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak pengaruh tidak langsung dari variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial melalui variabel motivasi kerja (intervening), partisipasi anggaran hanya memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial dengan koefisien sebesar 0,451. - Pengaruh Variabel seleksi terhadap kinerja melalui kompetensi X1 Y2 Z1 = ( 0,418 x 0,421) = 0,176 artinya dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak pengaruh tidak langsung dari variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial melalui variabel kepuasan kerja (intervening), partisipasi anggaran hanya memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial dengan koefisien sebesar 0,451. Pengaruh Total (Total Effect) - Pengaruh variabel rekrutmen terhadap kinerja melalui kompetensi X1 Y1 Z1 = ( 0,545 + 0,021) = 0,566 Pengaruh Variabel seleksi terhadap kinerja melalui kompetensi X2 Y2 Z1 = (0,418 + 0,421) = 0,839 - Pengaruh variabel rekrutmen terhadap kinerja X1 Y1 = 0,0545 - Pengaruh variabel seleksi terhadap Kinerja X1 Y2 = 0,0,418 - Pengaruh variabel kompetensi terhadap Kinerja Y1 Z1 = 0,021 - Pengaruh variabel kompetensi terhadap Kinerja Y2 Z1 = 0,421 - Pengaruh variabel kompetensi terhadap Kinerja X1 Z1 = 0,451 Hasil Analisis Koefesien Diterminasi Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah dengan menggunakan uji koefisien deterrminasi (R2) seperti terlihat pada tabel 5.13 adalah sebagai berikut : Pada pesamaan pertama nilai R2 sebesar 0,279 atau 27,9 % yang menunjukkan kemampuan variabel partisipasi penyusunan anggaran dalam menjelaskan variasi yang terjadi pada motivasi kerja sebesar 27,9 % sedangkan sisanya sebesar 72,1 % dipengaruhi oleh variabel lain. Pada pesamaan kedua nilai R2 sebesar 0,175 atau 17,5 % yang menunjukkan kemampuan variabel partisipasi penyusunan anggaran dalam menjelaskan variasi yang terjadi pada kepuasan kerja sebesar 17,5% sedangkan sisanya sebesar 82,5 % dipengaruhi oleh variabel lain. Pada pesamaan ketiga nilai R2 sebesar 0,561 atau 56,1 % yang menunjukkan kemampuan variabel partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja dan kepuasan kerja dalam menjelaskan variasi yang terjadi pada kinerja manajerial sebesar 51,1 % sedangkan sisanya sebesar 48,9 % dipengaruhi oleh variabel lain.
Hasil Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat baik secara parsial maupun secara bersama-sama (serempak) dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t dan uji-F adalah sebagai berikut : Uji-t (Parsial) Hasil pengujian secara parsial dapat dilihat pada tabel 5.13 di atas diperoleh hasil sebagai berikut : Pada persamaan regresi pertama, nilai thitung untuk variabel partisipasi penyusunan anggaran sebesar 4,059 dengan nilai sig. 0,000 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel 2,022 pada signifikan 0,05/2=0,25 dengan drajat kebebasan df=n-k-1 atau 41-11=39 hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,022. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menerima hipotesis H1 dengan demikian partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh dan signifikan terhadap motivasi kerja pada SETDA Kabupaten Aceh Utara. Pada persamaan regresi kedua, nilai thitung untuk variabel partisipasi penyusunan anggaran sebesar 2,874 dengan nilai sig. 0,007 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel 2,022 pada signifikan 0,05/2=0,25 dengan drajat kebebasan df=n-k-1 atau 41-11=39 hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,022. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menerima hipotesis H2 dengan demikian partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh dan signifikan terhadap kepuasan kerja pada SETDA Kabupaten Aceh Utara. Pada persamaan regresi ketiga, nilai thitung untuk variabel partisipasi penyusunan anggaran sebesar 3,451 dengan nilai sig’0.001 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel 2,022 pada signifikan 0,05/2=0,25 dengan drajat kebebasan df=n-k-1 atau 41-11=39 hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,022. . Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menerima hipotesis H3 dengan demikian partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja manejeria pada SETDAKAP Aceh Utara. Pada persamaan regresi ketiga, nilai thitung untuk variabel motivasi kerja sebesar 0,132 dengan nilai sig’0.896 lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel 2,022 pada signifikan 0,05/2=0,25 dengan drajat kebebasan df=n-k-1 atau 41-1-1=39 hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,022. . Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolah hipotesis H4 dengan demikian motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja manejerial pada SETDAKAP Aceh Utara. Pada persamaan regresi ketiga, nilai thitung untuk variabel kepuasan kerja sebesar 2,900 dengan nilai sig’0.006 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel 2,022 pada signifikan 0,05/2=0,25 dengan drajat kebebasan df=n-k-1 atau 41-1-1=39 hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,022. . Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menerima hipotesis H5 dengan demikian kepuasan kerja berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja manejerial pada SETDAKAP Aceh Utara. Uji-F (Serempak) Hasil pengujian secara serempak dapat dilihat pada tabel 5.13 di atas diperoleh hasil sebagai berikut : Pada persamaan regresi ketiga, nilai Fhitung untuk variabel partisipasi penyusunan anggaran sebesar 15,731 dengan nilai sig. 0,000 lebih besar dibandingkan dengan nilai Ftabel 4,09 pada signifikan 0,05/2=0,25 dengan drajat kebebasan df1=n-k-1 atau 41-1-1=39 hasil yang diperoleh untuk Ftabel sebesar 4,09. Dengan demikian partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja dan kepuasan kerja secara serempak
berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SETDA Kabupaten Aceh Utara. Hal ini memberi makna bahwa dengan adanya partisipasi penyusunan anggaran, peninggakatan motivasi kerja dan kepuasan kerja karyawan yang baik akan terciptanya peningkatan kinerja manajerial pada SETDA Kabupaten Aceh Utara, oleh karena itu partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja dan kepuasan kerja harus terus ditingkatkan agar kinerja manajerial terus dapat ditingkatkan pada SETDA Kabupaten Aceh Utara. Pembahasan Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Motivasi Kerja Berdasarkan pengujian statistik variabel partisipasi penyusunan anggaran, dengan menggunakan analisis regresi, partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai Setdakap Aceh Utara. Melalui perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung sebesar 4,059 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti bahwa menerima H1 Artinya ada pengaruh antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap motivasi kerja. Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan (Reksohadiprojo dan Handoko dalam Narmodo dan Wajdi, 2007). Bawahan yang dilibatkan dalam penyusunan anggaran perusahaan, mengandung arti bahwa bawahan tersebut diberikan kesempatan untuk dapat menuangkan ide, gagasan, serta pemikirannya demi tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini tentunya akan memotivasi manajer untuk dapat berperilaku sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Berdasarkan pada teori motivasi pula, seseorang yang dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran akan termotivasi untuk dapat berperilaku demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini karena dari pencapaian tujuan tersebut, kinerja seseorang dinilai serta adanya kemungkinan organisasi akan menghargai setiap pencapaian tujuan tersebut. Cherrington dan Cherrington (1973) melakukan penelitian dengan menggunakan faktor motivasi berupa reward sebagai variabel intervening dalam hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Hasil dari penelitian tersebut yaitu bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dulakukan oleh Cherrington dan Cherrington (1973). Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kepuasan Kerja Hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 2,874 dengan taraf signifikansi sebesar 0.007 lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti bahwa menerima H2. Artinya ada pengaruh antara spartisipasi penyusunan anggaran terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kerja dapat dilihat dari cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya. Kepuasan kerja juga dapat menjadi tolak ukur hasil dari kinerja aparat pemeritahan dalam penyusunan anggaran. Shields dan Shields (1998) mengemukakan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja aparat pemerintah, serta mengungkapkan bahwa dari 47 kasus yang telah diteliti, beberapa diantaranya mencantumkan kepuasan kerja dengan alasan sebagai penetapan anggaran secara pasti. Penelitian yang menguji kepuasan kerja berpengaruh positif maupun negatif terhadap hubungan antar penyusunan anggaran dan kinerja aparat pemerintah telah banyak dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan Sardjito (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Sedangkan menurut Sudaryono (1994) menunujukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Secara singkat ditentukan bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran dalam meningkatkan
kinerja aparat pemerintah. Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin kuat pengaruh partisipasi terhadap kinerja. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, bahwa partisipasi penyusunan anggran berpengaruh terhadap kepuasan kerja, jadi dapat disimpulkan hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Dari hasil pengujian variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial, diperoleh nilai t hitung sebesar 3,451 dengan taraf signifikansi sebesar 0.001 lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti bahwa menerima H3. Artinya ada pengaruh antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Dalam penelitian yang dilakukan Eker (2007), populasi yang digunakan yaitu 500 perusahaan yang berada di Turki dengan sampel para bawahan yang bekerja pada instansi pemerintah tersebut. Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Semakin tinggi partisipasi bawaham dalam penyusunan anggaran, maka akan semakin tinggi pula kinerja manajerial organisasi tersebut. Kinerja manajerial menurut Stonner (1998) adalah seberapa efektif dan efisien para manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Brownell (1982) menyebutkan bahwa partisipasi anggaran merupakan proses yang melibatkan individu-individu secara langsung didalamnya dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan aggaran mereka. Hal ini sesuai dengan teori motivasi yang mana menyebutkan bahwa seseorang berperilaku karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dicapainya. Berdasarkan penelitian sebelumya terdapat pengaruh antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajeria Eker ( 2007), jadi dapat disimpulkan hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu ada pengaruh signifikan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Manajerial Dari perhitungan statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 0,132 dengan taraf signifikansi sebesar 0.896 lebih besar dari alpha 0,05 yang berarti bahwa menolak H4. Artinya tidak ada pengaruh antara motivasi kerja dengan kinerja manajerial. Motivasi merupakan dorongan berperilaku yang ada dalam diri pribadi seseorang untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Penelitian yang dilakukan Cherrington dan Cherrington (1973) menyimpulkan bahwa faktor motivasi berupa reward sebagai variabel intervening berpengaruh kuat terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Sesuai dengan teori motivasi, seseorang berperilaku untuk dapat memenuhi kebutuhan pada dirinya. Untuk itu, dirinya akan termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi karena penilaian prestasi dan kemungkinan penghargaan atas prestasi dinilai dari pencapaian tujuan organisasi tersebut. Dengan adanya motivasi ini, para bawahan akan bekerja lebih giat agar dapat mencapai tujuan organisasi. Hal ini tentunya akan meningkatkan kinerja manajerial organisasi, namun demikian hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya karena motivasi kerja tidak berpengaruh pada kinerja manajeriam Setdakap Aceh Utara. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Manajerial Melalui perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung sebesar 2,900 dengan taraf signifikansi sebesar 0.006 lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti bahwa menerima H5. Artinya ada pengaruh antara kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Kepuasan kerja dapat dilihat dari cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya. Kepuasan kerja juga dapat menjadi tolak ukur hasil dari kinerja aparat pemeritahan dalam penyusunan anggaran. Shield dan
Shlield (1998) mengemukakan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja aparat pemerintah, serta mengungkapkan bahwa dari 47 kasus yang telah diteliti, beberapa diantaranya mencantumkan kepuasan kerja dengan alasan sebagai penetapan anggaran secara pasti. Namun demikian Baron (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa kepuasan kerja tidak memperkuat hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Sedangkan Chenhall dan Brownel (1988) dalam penelitiannya menemukan pengaruh positif terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Penelitian yang menguji kepuasan kerja berpengaruh positif maupun negatif terhadap hubungan antar penyusunan anggaran dan kinerja aparat pemerintah telah banyak dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan Sardjito (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Sedangkan menurut Sudaryono (1994) menunujukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Secara singkat ditentukan bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin kuat pengaruh partisipasi terhadap kinerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu ada pengaruh signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial. Pengaruh Pertisipasi Penyusunan Anggara terhadap Kinerja Manajerial Melalui Variabel Motivasi Kerja Hasil perhitungan tidak langsung (indirect effect) yang telah dilakukan diperoleh nilai X1 Y1 Y2 = ( 0,545 x 0,021) = 0,011 artinya motivasi kerja tidak memediasi terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manejerial atau tidak ada pengaruh tidak langsung (indirect effect), berdasarkan hasil tersebut partisipasi penyusunan anggaran hanya memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial dengan koefisien sebesar 0,451 jadi menolah hipotesis H6 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Melalui Variabel Kepuasan Kerja Hasil perhitungan tidak langsung (indirect effect) yang telah dilakukan diperoleh nilai X2 Y1 Y2 = ( 0,418 x 0,421) = 0,176 artinya variabel kepuasan kerja tidak memediasi hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manejerial atau tidak ada pengaruh tidak langsung (indirect effect). berdasarkan hasil tersebut partisipasi penyusunan anggaran hanya memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial dengan koefisien sebesar 0,451 jadi menolah hipotesis H7 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian pengaruh variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap motivasi kerja Setdakap Aceh Utara secara langsung sebesar 0,545 dengan signifikansi sebesar 0,00 > 0.05 taraf signifikansi, artinya terdapat pengaruh antar variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap motivasi kerja Setdakap Aceh Utara secara langsung 2. Pengaruh variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kepuasan kerja Setdakap Aceh Utara secara langsung sebesar 0,418 dengan signifikansi sebesar 0,007 < 0.05 taraf signifikansi, artinya ada pengaruh antar variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kepuasan kerja Setdakap Aceh Utara secara langsung
3.
4.
5.
6.
7.
Pengaruh variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial Setdakap Aceh Utara secara langsung sebesar 0,451 dengan signifikansi sebesar 0,001 < 0.05 taraf signifikansi, artinya ada pengaruh antar variabel partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial Setdakap Aceh Utara secara langsung Variabel motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pegawai Setdakap Aceh Utara, hal dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,21 dengan signifikansi sebesar 0,896 > 0.05 taraf signifikansi, artinya motivasi kerja yang selama ini tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial Setdakap Aceh Utara Variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pegawai Setdakap Aceh Utara dengan nilai koefisien sebesar 0,421 dengan signifikansi sebesar 0,006 < 0.05 taraf signifikansi, artinya kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial Setdakap Aceh Utara. Hasil perhitungan pengaruh tidak langsung (indirect effect) yang telah dilakukan diperoleh nilai sebesar 0,011 artinya motivasi kerja tidak memediasi terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manejerial atau tidak ada pengaruh tidak langsung (indirect effect), berdasarkan hasil tersebut partisipasi penyusunan anggaran hanya memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial dengan koefisien sebesar 0,45. Hasil perhitungan pengaruh tidak langsung (indirect effect) yang telah dilakukan diperoleh nilai sebesar 0,176 artinya kepuasan kerja tidak memediasi terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manejerial atau tidak ada pengaruh tidak langsung (indirect effect), berdasarkan hasil tersebut partisipasi penyusunan anggaran hanya memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial dengan koefisien sebesar 0,45.
Daftar Pustaka Anthony, R.N., Dearden, J and Bedford. (1998). Management Control System, II:Irwin: McGraw-hill, Chicago. Arikunto, Suharsini. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara, Jakarta. Atkinson, AA., R.J.Banker, R.S. Kaplan dan S.M, Young. (1995). Management Accounting. Englewood Cliffs, Prentice-Hall, New Jersey. Brownell, P. (1982). Afield Study Examination of Budgetary Participation and Locus of Control. The Accounting Review.Vol LVII No.4. Cherrington. D. J. dan Cherrington. J. O (1973). Appropriate Reinforcement Contigencies in the Budgeting Process Journal of Accounting Research, (Supplemen). Hal 225-253. Chenhall, R.H., and Brownell, P. (1988). The Effect of Participative Budgeting on Job Satisfaction and Performance: Role Ambigity as an Intervening Variable. Accounting, Organization and Society, 13, 3, pp. 225-233. Chong, Vincent K. dan Kar Ming Chong. (2002). Budget Goal Commitment and Informational Effects of Budget Participation on Performance: Astructural Equation Modeling Approach. Behavioral Research in Accounting, USA. Dajan, Anto. (1996). Pengantar Metode Statistik. Jilid II LP3ES. Jakarta. Elek Meker Dr. (2007). The Impact of Budget Participation on Managerial Performance; Via Organization comitmen :A Study on The Top 500 Firms in Turkey. Journal Ankara Universitesi SBFergisi pp.117-136. Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit-Undip. Semarang. Ghozali, Imam dan Adiputra. ( 2002), Pengaruh Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penyusuanan
Anggaran Dan Kinerja Manajerial. Journal Bisnis Strategi ,vol 10 Th VII, pp 48 – 61. Ghozali, Imam dan Yusfaningrum, Kusnasriyanti. ( 2005). Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui Komitmen Tujuan Anggaran dan Job Relevant Information (JRI) sebagai Variabel Intervening. (Penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur di Indonesia), SNA VIII, Solo. Gibson, J.L, Ivancevich dan Donnely, JM, (2000). Organization : Behavior Stucture, Processes. Irwin; McGraw-hill. Gitosudarmo, I., dan I Nyoman Sudita. (1997). Perilaku Keorganisasian.BPFE, Yogyakarta. Govindarajan V,(1986). Impact of Participation in The Budgetary Process on Managerial Attitudes and Performance. Universalistic and Contigency Perspective. Decision Sciences 17. pp. 496-516. Hafiz, Wihisfina Frisilia. (2007). Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries. FE., USU., Medan. Handoko, Hani, T. (1996). Manajemen. BPFE. Yogyakarta. Hansen Dan Mowen. (2001). Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Ikhsan, Arfan dan La Ane. (2007). Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran dengan Menggunakan Lima Variabel Pemoderasi.SNA X.26-28 Juli. PP 1-7. Indriantoro Nur dan Supomo, B. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta. Kenis,I. (1979). Effect of Budgetary Goal Characteristic on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review: 707-721. Mulyadi. (1997). Akuntansi Manajemen. Edisi 2, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Yogyakarta. Nurcahyani, K. (2010). Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening. FE, UNDIP, Semarang. Omposunggu, K.B dan Bawono. (2006). Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Job Relevant Information Terhadap Informasi Asimetris. SNA IX. 23-26 Agustus. pp 1-27. Ramadhani dan Nasution. (2009). Pengaruh partisipasi anggaran terhadap prestasi manajer pusat pertanggungjawaban dengan motivasi sebagai variabel mediating. FE, USU., Medan.
Robbins, P. Stephen. (2001) Perilaku Organisasi :Konsep, Kontrovesi, Aplikasi. Jilid I, Edisi Kedelapan, PT. Prenalindo Pearson Education Asia, Jakarta. Riyanto L. S, Bambang, ( 2001). Alternative Approach to Examining a Contigency Model in Accounting Research : A Comparation, Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi, Vol. 1. No. 1, Februari: 1 -12. Sardjito, Bambang dan Osmad Muthaher. ( 2007). Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah : Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating. SNA X. Juli- Agustus. pp 1-24. Shields, J.F and M.D Shields, M. ( 1998). Antencedents of Participate Budgeting. Accounting Organitations and Society :49-76. Stonner, J.A.F, Freeman, R.E dan Gilbert. J.R. (1998). Strategic Management. New Jersey. Prentice-Hall. Inc. Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Supriyono, R.A.. (2006). Pengaruh Usia, Keinginan Sosial, Kecukupan Anggaran, Dan Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja Manajer Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia. Vol 21. No 1 pp 1-21. Wahyuddin, Nor. (2007). Desentralisasi dan Gaya Kepemimpinan sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja
Manajerial. SNA X 26-28 Juli. PP 1-27.