PENGARUH PAPARAN DEBU KAYU TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA DI PT. UTAMA CORE ALBASIA KECAMATAN CANGKIRAN TAHUN 2016 Dwi Prastiani*),Eko Hartini**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula | No 5-11 Semarang Email :
[email protected] ABSTRACT Background : One of the negative impacts of the timber industry is the emergence of air pollution by dust. Based on initial surveys have been conducted in PT. Utama Core Albasia known that most complaints are a lot of experienced workers in the respiratory system, therefore it is necessary to do research on the effect of exposure to wood dust to lung vital capacity at PT. Utama Core Albasia 2016. Method : The study was observational analytic with cross sectional approach. The sample of respondent was 48 people. Samples were taken by using cluster sampling technique using questionnaire data collection, measurement of vital lung capacity by using a spirometer, and measuring the amount of dust indoor use (High Volume Air Sample) HVAS. The analysis used logistic regression. Result : The measurement results of eight points, there is one point that exceeds the threshold value is Cutting II of 19:10 mg /Nm3. The results of the measurement of vital lung capacity as much as 33.3% of respondents indicate impaired lung vital capacity. There was an effect of dust exposure on lung vital capacity of workers with p value = 0.026 and OR : 14.091 Conclusion : Based on the findings above, the writer suggests that the company may establish K3 unit to monitor levels of dust and exhaust fan checking facilities. In addition, workers should further improve discipline in the use of masks during work. Keyword: wood processing, exposure to dust, vital lung capacity. ABSTRAK Latar Belakang: Salah satu dampak negatif dari industri kayu adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan di PT. Utama Core Albasia diketahui bahwa keluhan yang paling banyak dialami pekerja adalah pada sistem pernapasan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh paparan debu kayu terhadap kapasitas vital paru di PT. Utama Core Albasia Kecamatan Cangkiran Tahun 2016. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden 48 orang. Sampel diambil dengan menggunakan cluster sampling dengan teknik pengambilan data menggunakan kuesioner, pengukuran kapasitas vital paru dengan menggunakan spirometer, dan pengukuran kadar debu ruangan menggunakan (High Volume Air Sample) HVAS. Analisis yang digunakan adalah regresi logistik.
Hasil: Hasil pengukuran dari delapan titik terdapat satu titik yang melebihi nilai ambang batas yaitu Cutting II sebesar 19.10 mg/Nm3. Hasil pengukuran kapasitas vital paru menunjukkan sebanyak 33.3% responden mengalami gangguan kapasitas vital paru. Ada pengaruh antara paparan debu terhadap kapasitas vital paru pekerja dengan nilai p value = 0.026 dengan OR 14,091 Saran : Berdasarkan hasil penelitian diatas maka penulis menyarankan agar pihak perusahaan dapat membentuk unit K3 untuk memantau kadar debu serta pengecekan fasilitas exhaust fan. Selain itu, pekerja sebaiknya lebih meningkatkan kedisiplinan dalam mengenakan masker selama bekerja. Kata Kunci : pengolahan kayu, paparan debu, kapasitas vital paru
PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Karena sifat dan karakteristiknya yang unik, kayu merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk keperluan konstruksi
(1)
.
Industri pengolahan kayu merupakan salah satu industri yang
pertumbuhannya sangat pesat. Salah satu dampak negatif dari industri pengolahan kayu adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu atau hasil industri tersebut (2). Proses pengolahan ini cenderung menimbulkan pencemaran udara pada lingkungan tempat kerja. Pencemaran udara dihasilkan dari debu-debu kayu selama proses produksi itu sendiri. Adanya debu yang berterbangan dan menyebabkan polusi yang pada akhirnya akan menyebabkan iritasi pada kesehatan kerja.(3) Apabila pekerja terpapar debu dapat menimbulkan risiko terjadinya penyakit akibat kerja. Salah satu bidang pekerjaan yang perlu mendapat perhatian adalah penyakit akibat kerja pada pekerja mebel kayu. Gangguan pernapasan atau fungsi paru akibat kerja adalah masalah yang paling umum di pabrik-pabrik atau industri terutama dalam sektor industri semen dan industri pengolahan kayu(4). PT. Utama Core Albasia merupakan salah satu pabrik yang bergerak dibidang pengolahan kayu berada di wilayah kecamatan Cangkiran. Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan April 2016, dari hasil pembagian kuesioner yang dibagikan kepada 25 orang pekerja dapat diketahui bahwa
keluhan subyektif yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah pada sistem pernapasan seperti sesak nafas dan batuk. Dan sebagian besar pekerja merasa terganggu oleh debu yang ada di lingkungan kerja tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa banyak debu yang dihasilkan pada proses produksi dari masing-masing unit produksi yang ada di pabrik tersebut. Sehingga, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh paparan debu kayu terhadap kapasitas vital paru pada pekerja agar dapat dilakukan tindakan perbaikan untuk menghindari terjadinya penyakit akibat kerja. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, pendekatan penelitian ini adalah cross sectional yaitu penelitian terhadap variabel bebas dan terikat dilakukan dalam satu waktu tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah pekerja PT. Utama Core Albasia dibagian unit produksi. Metode sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini 48 pekerja. HASIL Tabel 1 Kadar Debu Di Ruang Kerja PT. Utama Core Albasia Kecamatan Cangkiran Titik ( Ruang Kerja) Kadar Debu Baku Mutu (mg/Nm3) (mg/Nm3) Rotari I
0,262
10
Rotari II
0,430
10
Spindleless I
2,101
10
Spindleless II
0,246
10
Dryer
2,427
10
Hot dan Cool Press
1,763
10
Cutting I
2,757
10
Cutting II
19,10
10
Jumlah Pekerja 5 5 5 5 8 10 4 6
Keterangan Tidak Melebihi Baku mutu Tidak Melebihi Baku mutu Tidak Melebihi Baku mutu Tidak Melebihi Baku mutu Tidak Melebihi Baku mutu Tidak Melebihi Baku mutu Tidak Melebihi Baku mutu Melebihi Baku Mutu
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa 1 dari 8 titik pengukuran di 5 ruang unit produksi melebihi nilai ambang batas yaitu 19,10 mg/Nm3 .
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jumlah Karyawan Pada Ruangan Di PT. Utama Core Albasia Kecamatan Cangkiran Tahun 2016 Kadar Debu Ruangan Diatas Nilai Ambang Batas (NAB) Dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) Total
Distribusi Frekuensi 6
% 12.5%
42
87.5%
48
100.0%
Berdasarkan Tabel 2 diatas maka dapat dinyatakan bahwa sebesar 12.5 persen responden berada pada ruangan dengan kadar debu diatas nilai ambang batas.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Responden Di PT. Utama Core Albasia Kecamatan Cangkiran Tahun 2016 Kapasitas Vital Paru Ada gangguan (restriksi,obstruktif,campuran) Tidak ada gangguan (normal) Total
Distribusi Frekuensi % 16 33.3% 32 48
66.7% 100.0%
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 33.3 persen responden mengalami gangguan kapasitas vital paru baik itu restriksi, obstruktif maupun campuran.
Tabel 4 Tabulasi Silang Kadar Debu Ruangan dan Kapasitas Vital Paru Responden Di PT. Utama Core Albasia Kecamatan Cangkiran Tahun 2016 Debu
Kapasitas Vital Paru
5
83.3%
11
26.2%
31
Ada gangguan (restriksi,obstruktif,campuran) % Diatas NAB Dibawah NAB
Total Tidak ada gangguan (normal) % 1 16.7% 73.8%
6
% 100%
42
100%
Berdasarkan tabel diatas paparan debu di ruang unit produksi dengan kadar diatas nilai ambang batas (NAB) menyebabkan adanya gangguan kapasitas vital paru pada pekerja baik restriksi, obstruktif, maupun campuran pada sebagian besar responden (83.3%) sedangkan responden yang berada pada ruangan dengan kadar debu dibawah nilai ambang batas (NAB) dan mengalami adanya gangguan kapasitas vital paru lebih sedikit (26.2%). Tabel 5 Hasil uji statistik Paparan debu terhadap kapasitas vital paru pekerja Variabel Bebas Uji Chi-Square ( p value ) Paparan Debu
0.012
Kapasitas Vital Paru Uji Regresi OR Logistik (p value) 0.026 14.091
Nilai β
3.473
Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik, maka dapat disimpulkan bahwa paparan debu yang melebihi nilai ambang batas (NAB) memiliki pengaruh terhadap kapasitas vital paru karena nilai p value dari hasil uji statistik diatas kurang dari 0.05 . Faktor risiko paparan debu terhadap kapasitas vital paru dengan nilai OR sebesar 14.091 berarti bahwa paparan debu meningkat 14 kali lipat mengalami adanya gangguan kapastas vital paru baik restriksi, obstruktif maupun campuran.
PEMBAHASAN PENGARUH PAPARAN DEBU TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis dari bahan-bahan organik maupun anorganik(5). Debu yang terdapat pada ruang kerja di PT. Utama Core Albasia dihasilkan dari proses produksi pengolahan kayu. Debu kayu yang masuk ke dalam saluran pernapasan menyebabkan timbulnya reaksi pertahanan non spesifik dan merangsang otot polos di sekitar jalan napas. Keadaan ini menyebabkan penyempitan saluran napas dan memicu terjadinya penurunan fungsi paru. Hal ini dapat terjadi apabila kadar debu di lingkungan kerja melebihi nilai ambang batas(6). Hasil pengukuran kadar debu ruangan yang telah dilakukan di unit produksi PT. Utama Core Albasia didapatkan hasil sebagai berikut, yaitu satu dari delapan titik pengukuran memiliki nilai diatas ambang batas. Titik yang melebihi nilai ambang batas terdapat pada ruang unit produksi cutting II. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada pengaruh antara paparan debu terhadap kapasitas vital paru. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik yang menunjukkan presentase kapasitas vital paru yang memiliki gangguan (restriksi, obstruksi, campuran) lebih banyak (83.3%) dialami oleh pekerja dengan kadar paparan debu diatas NAB, dibandingkan dengan pekerja dengan kadar paparan debu dibawah NAB (26.2%). Hasil ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Suma’mur bahwa lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu fungsi paru(7). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitriana Mayatama menyatakan bahwa ada hubungan antara pajanan debu kayu dengan kapasitas paru (p=0,042). Selain itu juga penelitian menurut Wiwin Isma Indah menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang diakibatkan oleh debu terhadap kapasitas fungsi paru pada pekerja di perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo. Ini menyatakan bahwa penelitian yang telah dilakukan
sejalan yaitu bahwa ada pengaruh antara paparan debu terhadap kapasitas vital paru pekerja di Pt. Utama Core Albasia Semarang dengan nilai signifikasi (p value < 0.05). Hal ini disebabkan karena berdasarkan pengukuran kadar debu ruangan yang telah dilakukan, salah satu titik pengukuran melebihi nilai ambang batas yaitu 19.10 mg/Nm3 pada ruang produksi unit Cutting II. Tidak adanya pengontrolan atau pengecekan terhadap kadar debu pada ruangan, menyebabkan tidak dapat dihindarinya kadar debu yang melebihi ambang batas. Ini terjadi karena PT. Utama Core Albasia tidak memiliki devisi yang bertanggung jawab terhadap pengontrolan kadar debu, seperti unit K3. Selain itu, tidak berfungsinya exhaust fan yang dapat mengurangi kadar debu pada suatu ruangan karena tidak ada devisi yang bertanggung jawab untuk melakukan perawatan serta pengecekan fungsi fasilitas tersebut. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut : 1. Hasil pengukuran kadar debu ruangan dari 8 titik pengambilan sampel sesuai peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Republik Indonesia Nomer PER. 13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja terdapat 1 titik yang melebihi nilai ambang batas 10 mg/Nm3 yaitu pada ruang cutting II yang melebihi hasil sebesar 19,10 mg/Nm3. 2. Hasil uji statistik dari pengukuran Kapasitas Vital Paru pekerja di PT. Utama Core Albasia diketahui sebesar 33.3% responden yang telah melakukan uji spirometri mengalami adanya gangguan kapasitas vital paru, baik restriksi, obstruktif maupun campuran. 3. Ada hubungan antara paparan debu terhadap kapasitas vital paru (p value = 0,012 4. Ada pengaruh antara paparan debu terhadap kapasitas vital paru (p value = 0,026) dengan nilai OR 14,091
SARAN
1. Sebaiknya pihak perusahaan sebaiknya memiliki petugas K3 untuk memantau dan mengamati kadar debu di lingkungan ruang kerja. 2. Sebaiknya mengadakan pengecekan fasilitas perusahaan seperti, exhaust fan secara rutin yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit akibat kerja. 3. Sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi pekerja untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja di PT. Utama Core Albasia agar dapat menghindari terjadinya penyakit sedini mungkin. 4. Sebaiknya pihak perusahaan mengarahkan pekerja untuk mengenakan masker untuk melindungi diri dari risiko penyakit yang ada di lingkungan perusahaan dengan membuat peraturan yang mewajibkan pekerja untuk mengenakan masker. 5. Sebaiknya pihak perusahaan menghimbau pekerja untuk berhati-hati dalam bekerja agar terhindar dari bahaya yang ada di lingkungan kerja dengan melakukan penyuluhan kepada pekerja mengenai bahaya yang ada di lingkungan kerja serta dampaknya. DAFTAR PUSTAKA 1. Dina Setyawati. Komposit Serbuk Kayu Plastik Daur Ulang: Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu Dan Plastik. http://blh.langkatkab.go.id/berita/artikel/24-komposit-serbuk-kayu-plastikdaur-ulang-teknologi-alternatif-pemanfaatan-limbah-kayu-dan-plastik.pdf. Diakses 31 Mei 2016 2. Fernando Rantung. Hubungan Lama Paparan Debu Kayu Dan Kebiasaan Merokok Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Mebel di CV. Mariska Dan CV. Mercusuar Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten
Minahasa.
http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2013/08/Jurnal-Nando.pdf. Diakses 29 Mei 2016. 3. Eko nurmianto. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. 1996 prima printing surabaya cetakan pertama
4. Apriyana Irjayanti. Hubungan Kadar Debu Terhirup (Respirable) Dengan Kapasitas Vital Paksa Paru Pada PekerjaMebel Kayu di Kota Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia .Vol. 11 No. 2 / Oktober 201 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/download/5029/4560. Diakses 20 April 2016. 5. Audria Candra Meita. Hubungan Paparan Debu Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Penyapu Pasar Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 654 – 662. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Diakses 25 Oktober 2016 6. Anindya Mar’atus Sholikhah. Hubungan Karakteristik Pekerja Dan Kadar Debu Total Dengan Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Industri Kayu X Di Kabupaten Lumajang Tahun 2013. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pkldd9a17eaa3full.pdf Diakses 30 mei 2016 http://eprints.ums.ac.id/27296/12/02._JURNAL_PUBLIKASI.pdf
diakses
tanggal 25 maret 2016 7. Suma’mur, PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). CV. Sagung Seto. Jakarta. 2009