PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN
Nila Mutia Dewi*, Kadim Masjkur, Chusnana I.Y Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145 Email :
[email protected]
Abstrak: Pengimplementasian pembelajaran pada Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual akan membuat peserta didik tertarik dan termotivasi untuk belajar yang berpengaruh pada hasil belajar mereka. Strategi pembelajaran yang dapat ditempuh untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, salah satunya adalah dengan menerapkan model Project Based Learning. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan desain Pre Test-Post Test Control Group Design. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t sampel berpasangan pada data gain score. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa nilai +t tabel < thitung ( 2,543 < 9,19), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika kelompok peserta didik yang belajar dengan model Project-Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelompok peserta didik yang belajar dengan model Problem-Based Learning. Kata Kunci: model project-based learning, hasil belajar fisika
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual akan membuat proses pembelajaran akan lebih bermakna, efektif, dan efisien serta mampu membuat peserta didik tertarik dan termotivasi untuk belajar(Yance, 2013:48). Dalam penelitiannya, Jarwanto (2012:123) mendapatkan hasil bahwa pelajaran fisika sampai saat ini merupakan pelajaran yang tidak mudah dan kurang menyenangkan, namun meskipun sulit tetap menantang untuk dipelajari. Selain itu masih banyak dijumpai proses pembelajaran yang standar prosesnya tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajanya. Proses pembelajaran yang menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah proses pembelajaran yang monoton, karena kurang bervariasinya model pembelajaran yang digunakan (Kuspriyanto, 2013:133). Berdasarkan kegiatan observasi awal yang telah dilakukan di SMAN 1 Kepanjen menunjukkan bahwa secara umum hasil belajar fisika peserta didik belum maksimal. Hal ini terlihat dari nilai Ujian Akhir Semester (UAS) semester I masih di bawah batas Kriteria Ketuntuasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu 2,66. Berikut disajikan nilai rata-rata kelas dalam skala empat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Kelas Ujian Akhir Semester No
Kelas
1
Nilai Rata-Rata Kelas XI MIA 1
Skala 0-4 2,38
Skala 0-100 59,6
2
XI MIA 2
1,79
44,9
3
XI MIA 3
1,94
48,6
4
XI MIA 4
2,24
55,9
5
XI MIA 5
2,57
64,3
6
XI MIA 6
2,98
74,4
(Nilai KKM untuk skala 0-4 = 2,67; untuk skala 0-100 = 66,67) (Sumber: Guru Fisika SMA Negeri 1 Kepanjen)
Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, salah satunya adalah dengan menerapkan model Project Based Learning (Kamdi, 2008). Model Project Based Learning merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk siswa yang kurang terlibat aktif dalam pembelajaran karena strategi pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton (Johnson, 2013:566). Dalam pembelajaran dengan model ini, peserta didik akan berkolaborasi dengan guru bidang studi dan akan belajar dalam tim kolaboratif. Ketika peserta didik belajar dalam tim, peserta didik akan menemukan keterampilan merencanakan, berorganisasi, negosiasi , dan membuat konsensus tentang hal-hal yang akan dikerjakan (Rais, 2010). Langkah – langkah model Project Based Learning dari Harun (2006) terdiri atas 6 tahap, yang dapat dilihat dalam Tabel 1.2 Tabel 1.2 Tahap Project Based Learning Langkah (tahap) Kegiatan Guru Guru mengemukakan pertanyaan pokok yang bersifat Tahap 1 Penentuan pertanyaan mendasar mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik berdasarkan pengalaman belajarnya yang bermuara pada penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas Tahap 2 Perencanaan proyek
Guru mengorganisir peserta didik dalam kelompokkelompok yang heterogen (4-5) orang berdasarkan tingkat kognitif atau etnis. Selanjutnya guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua dan sekretaris secara demokratis dan mendeskripsikan tugas masing-masing anggota kelompok.
Tahap 3 Penyusunan jadwal
Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat jadwal aktivitas yang mengacu pada waktu maksimal yang disepakati. Selain itu, guru juga memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah alternatif, jika ada sub aktivitas yang molor dari waktu yang telah ditentukan
Tahap 4 Monitoring
Guru dapat membagikan LKS yang berisi tugas proyek. Disamping itu, guru juga memonitoring aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.
Tahap 5 Menguji hasil
Guru telah melakukan penilaian selama monitoring dengan mengacu pada rubrik penilaian.
Tahap 6 Mengevaluasi pengalaman
Secara berkelompok, peserta didik melakukan refleksi terhadap proyek yang sudah dijalankan.
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa model Project-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik. Hasil belajar peserta didik hanya ditinjau dari ranah pengetahuan berdasaran taksonomi Bloom yang meliputi kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) (Krathwol, 2002:215). Pada penelitian ini menggunakan komponen hasil belajar C1 sampai dengan C4. METODE Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan eksperimen semu digunakan karena peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Pelaksanaan penelitian eksperimen kuasi ini menggunakan desain Pre Test-Post Test Control Group Design yang mana subjek penelitian terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas XI MIA 6 yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Project-Based Learning. Sedangkan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas XI MIA 4 yang dalam pembelajarannya menggunakan model Problem-Based Learning. Instrumen penelitian ini merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika peserta didik selama proses pembelajaran. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah Instrumen hasil belajar berupa butir soal. Skor hasil belajar pre-test akan menggambarkan tingkat pengetahuan awal peserta didik. Skor hasil belajar post-test menggambarkan tingkat penguasaan materi peserta didik. Kisi-kisi soal tes dibuat berdasarkan indikator yang telah disusun pada RPP. Setelah diujicobakan dan dianalisis, didapatkan instrumen tes hasil belajar (pre-test dan post-test) berupa soal bentuk pilihan ganda dan masingmasing berjumlah 20 soal dengan jenjang soal C1-C4. Data hasil penelitian merupakan data gain score. Gain score merupakan selisih dari nilai post-test dan pre-test. Data gain score diuji prasyarat terlebih dahulu sebelum uji hipotesis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis dilakukan menggunakan T-Test sample related dengan bantuan program Microsoft Excel 2010. HASIL Berdasarkan data kemampuan awal peserta didik yang diperoleh dari nilai ulangan harian materi dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Deskripsi Data Kemampuan Awal Peserta Didik N Mean Std. Deviation Kelas Kontrol 31 82,19 6,09 Kelas Eksperimen 33 82,79 6,19
Minimum
Maximum 76 73
98 100
Data dianalisis dengan melakukan uji t, yang hasilnya disajikan dalam Tabel 1.4 Tabel 1.4 Deskripsi Uji t Kemampuan Awal Peserta Didik Taraf Signifikansi t hitung t tabel Sig. α= 5% 0,387 2,00 0,700 0,05
Keterangan H0 diterima
Berdasarkan data pada Tabel 1.4, didapatkan nilai thitung = 0,387 dan ttabel = 2,00; dengan nilai probabilitas 0,700. Berdasarkan kriteria pengujian dua pihak, ternyata nilai -ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan awal antara kedua kelompok peserta didik. Dari hasil pretest dan posttest, diperoleh data gains score yaitu 44,09 untuk kelas eksperimen dan 25,97 untuk kelas kontrol. Grafik nilai pretest, posttest dan gain score disajikan pada Gambar 1.1.
100
81.36 66.61
80 60
44.09
40.81 37.27 25.97
40 20 0 pre-test
post-test Kelas Kontrol
gain score
Kelas Eksperimen
Gambar 1.1 Bagan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan gain score Gain Score untuk masing-masing kelompok disajikan dalam Tabel 1.5. Tabel 1.5 Deskripsi Gain Score N Kelas Kontrol 31 Kelas Eksperimen 33
Mean 25.97 44.09
Std. Deviation 11.79 12.59
Minimum 5 20
Maximum 55 65
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Hasil pengujian disajikan dalam Tabel 1.6. Tabel 1.6 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Liliefors Test N Liliefors Hitung Taraf Nyata Liliefors Tabel Kelas Kontrol 31 0,14038 0,05 0,15913 Kelas Eksperimen 33 0,10482 0,05 0,15423
Kriteria normal normal
Uji homogenitas dalam penelitian ini adalah Uji F dan hasilnya disajikan dalam Tabel 1.7. Tabel 1.7 Deskripsi Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Fisika Test of Homogeneity Fhitung Taraf Nyata Ftabel Kelas 1,14 0,05 1,84
Kriteria homogen
Berdasarkan uji t yang dilakukan diperoleh thitung sebesar 9,19 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.8. Tabel 1.8 Deskripsi Uji t Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Mean t hitung Eksperimen 44,09 9,19 Kontrol 25,97
t tabel 2,453
Keterangan H0 ditolak Ha diterima
Berdasarkan data pada Tabel 4.8, thitung = 9,19 dan ttabel = 2,453 dengan taraf signifikansi 0,05. Bedasarkan kriteria pengujian pihak kanan, ternyata +ttabel < thitung maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi hasil belajar fisika kelompok peserta didik yang belajar dengan model Project-Based Learning lebih tinggi daripada hasil belajar fisika kelompok peserta didik yang belajar dengan model Problem-Based Learning. PEMBAHASAN Data hasil belajar fisika peserta didik berdasarkan nilai gain score terdistribusi normal dan berasal dari sampel yang homogen. Data hasil belajar dianalisis menggunakan statistik parametrik melalui uji T Test Sample Related. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan hasil +t tabel = 2,453 < 9,19 (t hitung), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika kelompok peserta didik yang belajar dengan model Project-Based Learning lebih tinggi daripada hasil belajar fisika kelompok peserta didik yang belajar dengan model Problem-Based Learning. Hasil belajar fisika peserta didik kelas eksperimen dapat lebih tinggi daripada kelas kontrol karena melalui pembelajaran dengan model Project-Based Learning, peserta didik dituntut untuk terampil menganalisis permasalahan yang diberikan. Pada pelaksanaannya, peserta didik diarahkan untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menemukan solusi permasalahan tersebut dan menerapkannya dalam proyek yang mereka buat. Peserta didik juga dilatih untuk dapat mengembangakan pola pikirnya sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan prinsip konstrutivisme, pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh karena itu, Project-Based Learning bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan mengenai konsep fisika tetapi juga menjadikan pengetahuan itu bermakna melalui kegiatan proyek yang mengubah konsep yang selama ini bersifat abstrak menjadi nyata, sehingga konsep tersebut akan bertahan lama dalam pikiran peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar fisika peserta didik. Hasil belajar fisika lebih baik dengan menggunakan model Project-Based Learning, diperkuat dengan hasil penelitian Yance (2013). Ia menemukan bahwa kelompok siswa yang menggunakan model Project-Based Learning menunjukkan
hasil belajar pada ranah afektif, kognitif dan psikomotor yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, karena dengan menggunakan model pembelajaran ini, peserta didik dilibatkan dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna. Selama pembelajaran berlangsung, peserta didik berperan aktif, mereka antusias terhadap apa yang dipelajarinya dan cenderung menggali lebih dalam dan mengembangkan pembelajaran tersebut. Mereka akan tetap mengusai dan mengingat daripada melupakan semua pengetahuan yang sudah dipelajari setelah ujian atau semester berakhir karena selain konsep fisika tersebut dipelajari secara teori, aplikasinya langsung mereka ketahui melalui proyek. Pada kelas kontrol, peserta didik diberikan perlakuan dengan menggunakan model Problem-Based Learning. Model pembelajaran ini juga merupakan model pembelarjaran yang dapat membawa dampak positif kepada peserta didik. Karena model Problem-Based learning menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga dapat melatih peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri serta model ini melibatkan peserta didik dalam pemecahan masalah sehingga pembelajaran lebih bermakna. Berdasarkan hasil temuan penelitian, didapatkan bahwa hasil belajar fisika kelompok peserta didik yang belajar dengan model Problem-Based Learning tidak lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok peserta didik yang belajar dengan model Project-Based Learning pada pembelajaran fisika peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 1 Kepanjen. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada kelas kontrol, diantaranya: beberapa peserta didik terlihat kurang aktif bekerja sama dengan kelompoknya. Hal ini terjadi karena ada peserta didik yang terlalu dominan dalam satu kelompok, kurang aktifnya diskusi kelas peserta didik yang belajar dengan model Problem-Based Learning. Hal ini terjadi karena beberapa peserta didik kurang antusias dalam merespon penyajian hasil karya yang disampaikan oleh kelompok yang presentasi, kurangnya motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, serta minat dan perhatian peserta didik terpecah ketika mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat ketika beberapa peserta didik secara sembunyi-sembunyi mengerjakan tugas mata pelajaran lain yang harus dikumpulkan pada pelajaran setelahnya PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, menyimpulkan bahwa Hasil belajar fisika peserta didik yang belajar dengan model Project-Based Learning lebih tinggi dibandingkan hasil belajar fisika peserta didik yang belajar dengan model Problem-Based Learning. Saran Bagi guru SMAN 1 Kepanjen disarankan menerapkan model ProjectBased Learning untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik pada materi fluida dinamis. Bagi peneliti lain yang akan meneliti mengenai model Project-Based Learning disarankan untuk menambah atau menggunakan variabel-variabel lain sebagai variabel terikat dan dengan tempat penelitian serta jenjang yang berbeda.
DARTAR RUJUKAN Jarwanto, A. 2012. Pembelajaran Proyek Mata Pelajaran Fisika di SMA Sebagai Starting Point Pembentukan Budaya Meneliti. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Fisika, Jakarta, 9 Juni 2012 Johnson, C. 2013. Project-Based Learning and Student Engagement. Academic Research International, 4(4): 560-570 Kamdi, W. 2008. Project-Based Learning: Belajar dan Pembelajaran dalam Konteks Kerja. Makalah disajikan dalam Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Guru SMP dan SMA Kota Tarakan, Tarakan 31 Oktober s.d 2 November 2008 Krathwohl, D. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. Theory Into Practice, 41(4): 212-218 Kuspriyanto, B. 2013. Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil belajar Fisika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 6(2):134-140 Scott, N.2003. Engineering Education-is Problem-Based or Project-Based Learning The Answer?. Australasian Journal of Engineering Education Yance, R. 2013. Pengaruh Penerapan Model Project-Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh Kabupaten Tanah Datar . Pillar of Physics Education, 1:48-54