PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER BERMUATAN MEDIA CERITA RAMAYANA TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DI SD NO 3 BANJAR JAWA Ni Nym. Kurnia Wati1, I G. N. Japa2, A. A. Gede Agung3 1,2
Jurusan PGSD, 3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected], 3
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) deskripsi hasil belajar PKn siswa yang mengikuti model konvensional, 2) deskripsi hasil belajar PKn siswa yang mengikuti model NHT bermuatan media cerita Ramayana, 3) perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model NHT bermuatan media cerita Ramayana dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2012/2013 di SD No. 3 Banjar Jawa Kecamatan Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment dengan subjek berjumlah 97 orang. Data hasil belajar PKn siswa dikumpulkan dengan metode tes berbentuk pilihan ganda. dan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional berada pada katagori rendah, 2) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model NHT bermuatan media cerita Ramayana berada pada katagori tinggi, 3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model NHT bermuatan media cerita Ramayana dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Hal ini berarti model NHT bermuatan media cerita Ramayana berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn. Karena itu, dalam pembelajaran PKn dapat digunakan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kata-kata kunci: NHT, cerita Ramayana, hasil belajar Abstract The aim of this study are: 1) the description students civic achievement following conventional learning model, 2) the description students civic achievement following Ramayana story assisted cooperative learning NHT, 3) the difference of students civic achievement who following Ramayana story assisted cooperative learning NHT and who following conventional learning model of the fifth grade students semester II learning years 2012/2013 in SD number 3 Banjar Jawa sub district Buleleng. This research is quasi experiment with the populations were 144 students’s. The number of the sample were 97 students. The data of civic achievement were collected using test method by multiple-choice test. The data were analyzed using descriptive statistic and inferensial statistic (t-test). The result of the research shows, the students who followed
conventional model have results are low. As for the students who followed Ramayana story assisted cooperative learning NHT has high yield. On the inferensial statistic (ttest) so the conclusion is the significantly difference civic achievement between the student who followed Ramayana story assisted cooperative learning NHT with the student who followed conventional models. It’s means the Ramayana story assisted cooperative learning NHT gave the positive effect upon civic achievement on the fifth grade student in SD number 3 Banjar Jawa. So that, on the civic learning it’s very good wearing Ramayana story assisted cooperative learning NHT. Keywords: NHT, Ramayana story, learning outcomes.
PENDAHULUAN Banyak upaya telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya tersebut meliputi: pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, proses pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta usaha lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bertujuan menciptakan manusia yang cerdas, berkarakter serta mampu bersaing di era globalisasi. Hal ini sesuai dengan pasal 3 UU RI No. 20 tahun 2003 dinyatakan dengan tegas bahwa: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab”. Pada dunia sekolah, pendidikan dikelola melalui proses pembelajaran. Semiawan (1999:245) menyatakan bahwa “belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, prilaku dan pribadi yang bersifat permanen. Perubahan itu dapat bersifat penambahan atau pengayaan pengetahuan, perilaku atau kepribadian dan mungkin juga dapat bersifat pengurangan atau reduksi pengetahuan”. Pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru hanya sebagai fasilitator yang selalu berusaha menciptakan suasana atau kondisi belajar yang menyenangkan bagi
siswa. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih mudah memahami materi ajar yang dipelajarinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana atau kondisi yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar adalah memilih dan menentukan model serta media pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah dasar adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Menurut Trianto (2009:82), “model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa”. NHT memiliki 4 fase yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab. Salah satu ciri khas dalam pembelajaran NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa untuk menjawab pertanyaan mewakili teman kelompoknya. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan fase berpikir bersama sehingga siswa memiliki tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa dalam kelas dikelompokkan secara heterogen. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dan siswa diberikan nomor yang dipasang pada dadanya sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya. Setiap kelompok diberikan permasalahan. Setelah siswa mendapat permasalahan, siswa ditugaskan mendiskusikan permasalahan tersebut dengan teman kelompoknya sehingga pembelajaran
berpusat pada siswa dan keaktifan belajar siswa pun dapat ditingkatkan. Setelah siswa selesai berdiskusi dengan teman kelompoknya, guru akan memanggil satu atau lebih anggota kelompok sesuai dengan nomor yang dipanggil untuk menjawab atau melaporkan hasil diskusi mereka. Pada saat bersamaan, kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberikan penilaian terhadap jawaban atau laporan yang disajikan oleh temannya. Setelah siswa selesai menjawab atau melaporkan hasil diskusinya, penghargaan berupa tepuk tangan dan reward poin selalu diberikan kepada setiap kelompok yang dapat menjawab/melaporkan hasil diskusinya dengan baik (Daryanto dan Raharjo, 2012). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT cenderung lebih optimal jika didukung dengan media pembelajaran. Media pembelajaran menurut Ali diartikan sebagai “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar” (dalam Tegeh, 2008:6). Pengertian lain yang dikemukakan Miarso (Tegeh, 2008:6), bahwa “media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa”. Menurut Ibrahim, dkk (Tegeh, 2008:6), “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu”. Contoh: gambar, bagan, model, film, video, komputer dan sebagainya. Berdasarkan psikologi perkembangan, siswa sekolah dasar senang mendengarkan cerita/dongeng. Dengan memberikan cerita/dongeng, maka anakanak akan tertarik dan merasa penasaran sehingga membuat mereka ingin mencari tahu. Menurut Erlangga (2012) semakin banyak cerita yang didengar anak, maka semakin banyak pengetahuan anak. Cerita yang disampaikan membuat anak belajar
berbagai kejadian, memahami karakter tokoh, mengerti sebab akibat. Hal ini dapat memperluas pengetahuan dan mempertajam logika anak. Dengan pengetahuan yang luas dan kemampuan logika yang baik, anak dapat mengatasi masalahnya sendiri sesuai dengan usianya. Selain itu, dalam cerita juga disisipkan nilai moral seperti penghargaan terhadap teman, penghormatan kepada orang tua, menolong sesama, etika bermasyarakat dan lain-lain. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi siswa. Salah satu cerita yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran adalah cerita Ramayana. Ramayana berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata Rāma dan Ayana, yang berarti "Perjalanan Rama" (Anonim, 2010). Cerita Ramayana merupakan cerita yang berisi kisah perjalanan kehidupan Rama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mengenai cara berfikir, berkata, dan bertindak. “Deretan peristiwa yang tersusun dalam beberapa episode di dalam kisah ini mencerminkan sebuah perjalanan hidup seorang Rama yang berliku dan penuh makna. Perilaku dari tokoh Rama merupakan sebuah bentuk ajaran normanorma moral yang terkandung di dalamnya” (Hakim, 2012). Selain itu, cerita Ramayana juga mengajarkan teori dan sifat-sifat kepemimpinan yang dikenal dengan istilah Asta Brata. Isi cerita Ramayana dapat dikaitkan dengan materi PKn tentang berorganisasi. Jika dikaji dari setiap kanda (kitab) dalam cerita Ramayana, terdapat banyak nilai-nilai karakter yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan manusia sepanjang zaman. Cerita yang disajikan juga sangat menarik dan erat dengan perilaku sehari-hari yang sesuai dengan nilai-nilai dalam pembelajaran PKn. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangat baik jika pembelajaran PKn yang menekankan pada prilaku dan penyelesaian masalah sosial dikaitkan dengan cerita Ramayana. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT dan media cerita Ramayana memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa
sekolah dasar. Penggunaan model dan media pembelajaran menyebabkan pembelajaran yang dilakukan terasa lebih menyenangkan. Jika pembelajaran sudah terasa menyenangkan, maka siswa lebih cepat mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya, sehingga hasil belajar siswa pun dapat ditingkatkan. Namun, hasil pengamatan di sekolah dasar menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran NHT dengan menggunakan media cerita Ramayana jarang dimanfaatkan oleh guru. Hal itu terbukti dari hasil wawancara dengan seorang guru mata pelajaran PKn di SD No 3 Banjar Jawa yang menyatakan bahwa pembelajaran PKn dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT bermuatan cerita Ramayana jarang dilaksanakan. Pembelajaran PKn biasanya hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional yang pembelajarannya berpusat pada guru sehingga pembelajaran cenderung pasif. Pasifnya pembelajaran menyebabkan siswa sering jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini mengkaji tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Bermuatan Media Cerita Ramayana terhadap Hasil Belajar PKn pada Siswa Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 di SD No. 3 Banjar Jawa Kecamatan Buleleng dengan tujuan untuk mengetahui: 1) deskripsi hasil belajar PKn siswa kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional, 2)deskripsi hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe NHT bermuatan media cerita Ramayana, 3) perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2012/2013 di SD No. 3 Banjar Jawa Kecamatan Buleleng. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitiannya
adalah eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent post-test only control group design. Dalam desain non equivalent post-test only control group design terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai kelas eskperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran NHT bermuatan cerita Ramayana, sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang mendapat perlakuan berupa pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD N 3 Banjar Jawa yang terdiri dari kelas VA, VB, dan VC dengan jumlah 144 orang. Sebelum ditentukannya sampel peneltian, terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan. Berdasarkan uji kesetaraan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa seluruh kelas setara. Pada penelitian ini, sampel diambil dengan teknik group random sampling (Sugiyono, 2012:120). Dari tiga kelas yang ada di SD No 3 Banjar Jawa dilakukan pengundian untuk diambil dua kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Berdasarkan pengundian yang dilakukan maka didapatkan kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebagai kelompok kontrol. Data yang dicari dalam penelitian ini adalah data hasil belajar PKn siswa. Untuk mengumpulkan data hasil belajar tersebut digunakan metode tes berupa tes objektif (pilihan ganda). Indikator yang digunakan dalam mengukur hasil belajar PKn antara lain: 1) menjelaskan pengertian organisasi, 2) menjelaskan tujuan organisasi, 3) menentukan unsur-unsur dalam organisasi, 4) menyebutkan ciri-ciri organisasi, 5) membuat contoh struktur organisasi, 6) membuat contoh tata tertib organisasi, 7) mengkategorikan sosok seorang pemimpin organisasi yang baik, 8) menjelaskan manfaat organisasi, 9) menyebutkan macam-macam organisasi, 10) menjelaskan tujuan organisasi di sekolah, 11) menjelaskan manfaat organisasi di sekolah, 12) menyebutkan jenis-jenis organisasi di lingkungan sekolah, 13) menyebutkan cara memilih pengurus
organisasi di sekolah, 14) menyebutkan tugas dari masing-masing pengurus organisasi di sekolah. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel yaitu model pembelajaran dan hasil belajar siswa. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencari mean, median, modus, varian dan standar deviasi. Deskripsi data (mean, median, modus) tentang hasil belajar PKn siswa selanjutnya disajikan ke dalam grafik poligon. Tujuan penyajian data adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar PKn pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk
menentukan kemiringan grafik poligon distribusi frekuensi. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan beberapa uji prasyarat. Uji prasyarat yang dimaksud adalah normalitas sebaran data dan homogenitas varians. Sedangkan untuk menguji hipotesis digunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians (Agung, 2011:34). X1
t ( n1
1) s1 n1
2
X2
( n2 1) s2 n2
2
2
1 n1
1 n2
(1)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis data statistik deskriptif yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Mean Median Modus Varians Standar Deviasi Mean (M), Median (Me), Modus (Mo) hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selanjutnya disajikan ke dalam kurva poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar PKn pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. . Hubungan antara Mean (M), Median (Me), dan Modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi. Data hasil belajar PKn pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan ke dalam kurva poligon seperti pada Gambar 1 dan 2.
Kelompok Kontrol 21,65 21,41 21,07 12,36 3,52
Kelompok Eksperimen 27,18 27,22 27,35 10,69 3,27
12 10 8 6 4 2 0 15,5 17,5 19,5 21,5 23,5 25,5 27,5
Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol Berdasarkan grafik poligon di atas, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, grafik poligon di atas membentuk kurva juling
positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. 14 12 10
8 6 4 2
0 20,5 22,5 24,5 26,5 28,5 30,5 32,5
Gambar 2. Grafik Poligon Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Berdasarkan grafik poligon di atas, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (Mo>Md>M). Dengan demikian, grafik poligon di atas membentuk kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians. Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data, yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar PKn siswa. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-Square ( 2 ), diperoleh hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan uji homogenitas varians dengan menggunakan rumus uji F, varians data hasil belajar PKn siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Setelah uji prasyarat dipenuhi, maka dilanjutkan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika thit > ttab dan terima H0 jika thit < ttab. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit sebesar 8,14.
Sedangkan, ttab dengan db = 95 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,9852. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD No 3 Banjar Jawa. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data, ada beberapa temuan yang diperoleh. Pertama, siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional memiliki hasil belajar rendah. Hal ini disebabkan pembelajaran konvensional masih cenderung membuat siswa pasif. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang masih bersifat tradisional atau pembelajaran yang sudah sering diterapkan. Rasana (2009:20) mengemukakan bahwa “penyampaian materi dalam pembelajaran konvensional tersebut lebih banyak dilakukan melalui ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang berlangsung terus menerus”. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas (teacher centered). Akibatnya aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat terbatas. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru sambil mencatat. Pembelajaran seperti ini membuat siswa merasa cepat bosan dan enggan mendengarkan penjelasan guru sehingga siswa cenderung pasif. Selain itu kurangnya media yang digunakan oleh guru juga merupakan salah satu pendukung rendahnya hasil belajar. Menurut Ibrahim, dkk (Tegeh, 2008:6), “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu”. Contoh: gambar, bagan, model, film, video, komputer dan sebagainya. Penggunaan media pembelajaran menyebabkan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
dengan guru terasa lebih menyenangkan. Jika pembelajaran sudah terasa menyenangkan maka siswa lebih cepat mengerti dan memahami apa yang telah mereka pelajari, sehingga hasil belajar pun nantinya dapat dicapai secara maksimal. Demikian pula sebaliknya, pembelajaran yang tidak didukung media, hasil belajarnya juga tidak tercapai secara maksimal. Temuan kedua, pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana memiliki hasil belajar tinggi. Hal ini disebabkan dalam model pembelajaran NHT dituntut untuk aktif menemukan dan menganalisis sendiri permasalahan yang diberikan guru. Guru bukan satu-satunya sumber informasi, tetapi siswa sendirilah yang aktif sebagai subjek pembelajaran. Hal ini sesuai dengan karakter pembelajaran kooperatif yang menempatkan ”siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented)” (Lasmawan, 2010:296). Siswa secara langsung mencari dan menemukan konsep pembelajaran yang diharapkan. Bukan sekedar sebagai pendengar yang baik. Pembelajaran yang dibentuk secara berkelompok juga mendukung proses pembelajaran tutor sebaya. Arnyana (2007) menyatakan bahwa “strategi pembelajaran dalam kelompok kecil yang bekerja bersama-sama lebih memaksimalkan penguasaan tentang apa yang dipelajari siswa”. Demikian halnya dalam pembelajaran kooperatif yang menuntut adanya proses saling membantu di antara anggota-anggota kelompok. Sedangkan Menurut Trianto (2009:82), “model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa”. NHT memiliki 4 fase yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab. Salah satu ciri khas dalam pembelajaran NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa untuk menjawab pertanyaan mewakili teman kelompoknya. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan fase berpikir bersama sehingga siswa memiliki tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Cara ini digunakan agar siswa lebih memahami materi pembelajaran
dan cenderung daya ingatnya lebih lama jika dibandingkan dengan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Media cerita Ramayana juga salah satu pendukung meningkatnya hasil belajar. Hal ini disebabkan karena dalam cerita Ramayana yang disaksikan secara langsung oleh siswa sarat dengan nilai-nilai moral dan sifat-sifat pemimpin yang sangat erat kaitannya dengan materi berorganisasi. Inilah yang menyebabkan ketika siswa ditanya tentang nilai-nilai moral dalam berorganisasi, siswa akan dengan mudah memahami karena dalam alur cerita Ramayan semua itu ada. Cerita Ramayana juga merupakan sebuah cerita yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mengenai cara berfikir, berkata, dan bertindak. Temuan ketiga, pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana memiliki hasil belajar lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabka adanya perbedaan perlakuan pada kedua kelompok. Siswa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana dituntut aktif sendiri menemukan jawaban permasalahan sedangkan pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional hanya berpusat pada guru dan siswa pasif. Hasil penelitian di atas sejalan dengan temuan Triananingsih (2012). Dalam penelitian tersebut, secara umum dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Joniarta (2010) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar sains ditinjau dari motivasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) layak digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh
Swardyanti (2011) menyatakan bahwa penerapan strategi bercerita menggunakan cerita tradisional Bali dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam bahasa Inggris. Dari ketiga penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana layak digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Temuan lain yang diperoleh selama melaksanakan penelitian yaitu adanya perubahan sikap selama proses pembelajaran. Sikap yang dimaksud adalah kedisiplinan dan kerukunan dalam kelompok, hormat terhadap guru, berkurangnya keributan dalam kelas dan selalu sopan terhadap guru baik di dalam maupun di luar kelas. Perubahan ini disebabkan karena dalam setiap pertemuan guru tidak hanya terfokus pada pencapaian materi saja tetapi selalu menekankan pada sikap dan tingkah laku. Guru selalu menekankan bahwa pembelajaran PKn tidak hanya melihat dari hasil ulangan tetapi juga dipengaruhi oleh sikap siswa selama proses pembelajaran. Penerapan sikap itu juga tertuang dalam setiap soal baik pada LKS maupun pada tes evaluasi. Pelajaran PKn menuntut siswa agar memiliki sikap yang baik, mampu menyelesaikan masalah, bisa menghargai orang lain dan mampu berinteraksi. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran PKn dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yang menuntut “pembentukan dan pelatihan keterampilan peserta didik untuk mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta mampu berperilaku dan bersikap sesuai dengan tantangan nilai moral budaya bangsa, mampu mengatasi perbedaan tentang kebudayaan yang telah ada”. Sikap diukur melalui contoh soalsoal penerapan sikap, sedangkan untuk mengukur seberapa jauh siswa mampu berinteraksi dilihat dari nilai kelompoknya. Trianto (2009) menyatakan bahwa fase berpikir bersama dalam pembelajaran NHT menuntut penyatuan pendapat kelompok dan meyakinkan tiap anggota kelompok untuk mengetahui jawaban kelompok. Hal ini mencerminkan semakin bagus interaksi dan kerjasama siswa maka semakin bagus
pula penyatuan pendapat dalam kelompoknya, sehingga nilai kelompok tersebut meningkat. Perkembangan berpikir siswa dalam menganalisis isi cerita Ramayana dan mengaitkannya dengan materi pembelajaran juga semakin bagus. Hal ini dibuktikan dengan perubahan cara menjawab dan menjelaskan jawaban pada LKS. Diawal pertemuan, siswa belum mampu menganalisis maksud permasalahan yang diberikan, namun setelah berulang kali diajak melihat tayangan video Ramayana akhirnya siswa mampu menganalisis maksud permasalahan tersebut. Selain itu, bentuk pertanyaan yang dibuat juga terstruktur dan menuntun arah berpikir siswa sehingga sangat membantu siswa dalam membentuk alur pikir yang terstruktur dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu guru yang diajak berkolaborasi dalam pelaksanaan pembelajaran juga mengatakan bahwa model pembelajaran NHT dengan media cerita Ramayana sangat cocok dengan materi PKn sehingga untuk selanjutnya guru meminta contoh instrumennya untuk diterapkan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Kondisi sekolah yang mendukung seperti tersedianya pengeras suara dan LCD juga sangat membantu proses pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas V di SD No 3 Banjar Jawa. Meskipun secara umum dapat dikatakan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana cocok diterapkan di sekolah, namun tidak berarti model ini sempurna. Masih ada kendalakendala yang dihadapi dan memerlukan penyempurnaan pada kegiatan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu sulitnya membagi kelompok belajar, hal ini dikarenakan jumlah siswa yang melebihi batas normal (49 orang). Gemuknya kelas juga menyebabkan keributan di kelas tidak bisa dihindari. Selain itu, siswa cenderung ingin berkelompok dengan teman dekatnya saja.
Perbedaan pendapat dalam kelompk juga sering menyebabkan siswa bertengkar. Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, disiasati dengan menegaskan bahwa pembagian kelompok sesuai dengan yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan agar kelompok menjadi heterogen. Kelompok yang membuat keributan diberikan sanksi dengan mengurangi skor kelompok atau skor individu yang setiap pertemuan selalu ditulis di papan. Selain itu, diakhir evaluasi diberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapat skor tertinggi sehingga siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan hasil terbaik dalam setiap pertemuan. Hal ini sesuai dengan tahap terakhir dalam model pembelajaran NHT yaitu memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (Trianto, 2009). Berdasarkan tindakan-tindakan yang dilakuan di atas, maka kendala-kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran dapat diatasi seiring berjalannya proses pembelajaran dari pertemuan pertama sampai terakhir. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SD No 3 Banjar Jawa. PENUTUP Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional memiliki rata-rata (M) = 21,65 dengan sebaran distribusi datanya membentuk kurva juling positif. Kurva juling positif menandakan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah, 2) siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana memiliki rata-rata (M) = 27,18 dengan sebaran distribusi datanya membentuk kurva juling negatif. Kurva juling negatif menandakan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi, 3) terdapat perbedaan hasil belajar PKn yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD No 3 Banjar Jawa. Berdasarkan simpulan di atas, saran yang disampaikan adalah sebagai berikut. 1) siswa-siswa di sekolah dasar agar lebih mengembangkan pengetahuaan dan menumbuhkan nilai karakternya melalui media cerita-cerita rakyat yang penuh dengan nilai moral seperti contohnya cerita Ramayana, 2) guru-guru di sekolah dasar agar lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran sehingga siswa menemukan suatu hal baru yang menyebabkan ingatannya pada pelajaran melekat lebih lama, 3) sekolah yang mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar PKn, disarankan untuk mengimplementasikan model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana dalam pembelajaran, 4) peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran NHT bermuatan media cerita Ramayana dalam bidang ilmu PKn maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian (Suatu Pengantar). Singaraja: Undiksha. Anonim. 2010. Ramayana. Tersedia pada Http:// id.wikipedia.org/wiki/ Ramayana - Tembolok - Mirip. Diakses pada tanggal 20 September 2010. Arnyana, Ida Bagus Putu. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Singaraja: Undiksha.
Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gaya Media. Erlangga, Forkids. 2012. Manfaat Membacakan Cerita Anak. Tersedia pada Http:// erlangga-forkids. com/read-a-story/manfaat-read-a story. html-Cache. Diakses pada tanggal 25 April 2012. Hakim, Muhamad Nur. 2012. Ajaran Etika yang Terkandung dari Perjalanan Hidup Tokoh Rama dalam Kisah Ramayana. Artikel. Jogjakarta: UIN Sunan Kalijaga. Joniarta, I Gede. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus V Singaraja. Tesis (tidak dipublikasikan). Prodi Pendas, Pasca Sarjana, Undiksha. Lasmawan, Wayan. 2010. Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual-Empiris. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali. Rasana, I Dw Putu Raka. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. Semiawan, Conny R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Dirjendikti; Depdikbud. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Swardyanti, Ni Putu. 2010. Pengaruh Penerapan Strategi Bercerita Menggunakan Cerita Tradisional Bali terhadap Kemampuan Berbicara dalam Bahasa Inggris Ditinjau dari Minat terhadap Bercerita pada Siswa Kelas V SD No. 3 Legian-Kuta tahun ajaran 2010/2011. Tesis (tidak
dipublikasikan). Prodi Pasca Sarjana, Undiksha.
Pendas,
Tegeh, I Made.2008. Media Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. Triananingsih, Ni Nyoman. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas IV SD Gugus VIII Mengwi Badung. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jurusan Pendidikan Guru sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.