e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA ANAK USIA 5-6 Kt. Seni Lestari1, Ni Kt. Suarni2, Pt. Aditya Antara3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected] 2, putu_ aditya
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan kerjasama anak usia 5-6 tahun di TK Saiwa Dharma Banyuning tahun pelajaran 2015/2016 yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan penelitian post-test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B TK Saiwa Dharma Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling yang melibatkan 2 kelompok yaitu kelompok B1 dan kelompok B2. Data hasil penelitian dikumpulkan dengan metode observasi. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan hipotesis penelitian diuji dengan statistik t-test. Analisis data menunjukkan bahwa kemampuan kerjasama anak kelompok eksperimen dengan rata-rata (M) = 93,6%, tergolong pada kriteria sangat tinggi, sedangkan kemampuan kerjasama anak kelompok kontrol dengan raa-rata (M) = 88,0%, yang tergolong pada kriteria tinggi. Pengujian hipotesis dengan analisis t-test menunjukkan nilai t sebesar 2,317 dengan sig.α 0,02. Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kerjasama kelompok anak yang mengikuti pembelajaran dengan model berbasis proyek dengan yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Hasil ini juga menunjukkan bahwa kemampuan kerjasama anak yang mengikuti pembelajaran model berbasis proyek lebih tinggi dibandingkan dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional. Melalui hasil ini disarankan kepada para guru TK untuk menggunakan pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan kemampuan kerjasama anak. Kata-kata
Kunci: model pembelajaran kerjasama, eksperimen
berbasis
proyek,
kemampuan
Abstract This study aims to determine differences of cooperation ability of the children aged 5-6 years in kindergarten Saiwa Dharma Banyuning in the academic years 2015/2016 the following study with project-based learning model with conventional learning. This study is a quasi-experimental research with design post-test control group design. The population in this study are all kindergarten children in group B Saiwa Dharma Banyuning the school year 2015/2016. The research sample was taken by purposive sampling technique that involves 2 groups: group B1 and B2. Data were collected by observation. Collected data were analyzed with descriptive statistical analysis methods and statistical
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) hypotheses were tested by t-test. Analysis of the data showed that the ability of children collaboration with the experimental group mean (M) = 93.6%, belong to the very high criteria, while the child's ability to work with the control group Ramean (M) = 88.0%, belonging to the high criteria. Testing the hypothesis with the t-test analysis showed t value of 2.317 to 0.02 sig.α. The results showed significant differences between the ability to work in groups of children who attend project-based learning model with which to follow the conventional learning. These results also demonstrate that the joint capabilities of children who attend project-based learning models was higher than that following the conventional learning. Through these results suggested to the kindergarten teachers to use project-based learning to enhancing childrens cooperation skills. Keywords: project-based learning model, the ability of co-operation, experiment
PENDAHULUAN Usia dini merupakan usia yang ideal dalam meletakkan dasar yang akan menjadi pondasi kehidupan kelak di masa yang akan datang, ini disebabkan karena masa ini merupakan masa keemasan dimana otak anak berkembang pada puncaknya sehingga berbagai hal dapat terserap secara maksimal. Pendidikan Anak Usia Dini perlu mendapatkan perhatian yang cukup agar dapat berkembang sesuai yang diharapkan. Aspek sosial emosional memegang peranan penting dalam menentukan kesuksesan anak di masa depan. Anak usia dini tengah mengalami perkembangan sosial dimana anak mengalami perkembangan dalam hubungan antar teman sebaya. Anak pada usia ini mulai memisahkan diri dari orang terdekatnya dan mulai tertarik untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau teman sepermainan, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi optimal atau tidaknya perkembangan sosial khususnya dalam hubungan sebaya ini, sehingga sering terjadi perkembangan sosial yang tidak optimal, khususnya dalam kemampuan kerjasama. Agustian dalam bukunya yang berjudul ESQ yang menyatakan bahwa kecerdasan sosial emosional memiliki peran yang lebih signifikan dibanding dengan kecerdasan intelektual (Agustian, 2000). Peranan aspek perkembangan sosial emosional yang begitu pentingnya untuk anak, maka tidak berlebihan bila aspek ini dikaji lebih
mendalam. Kemampuan kerjasama yang merupakan salah satu komponen dari kemampuan dalam bidang sosial emosional merupakan hal yang penting untuk dikembangkan dalam diri anak. Dari berbagai kajian, kemampuan kerjasama atau biasa disebut sikap kooperatif memiliki arti penting dalam membentuk hubungan pertemananan yang positif yang perlu dibiasakan sejak usia dini. Hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi psikologis individu pada masa selanjutnya. Observasi yang dilakukan peneliti pada akhir bulan Februari 2016 di TK Saiwa Dharma Banyuning pada anak kelompok B diperoleh data bahwa, perilaku anak masih belum dapat bekerja dalam kelompok, masih enggan bermain bersama-sama, serta masih belum dapat menunjukkan sikap peduli terhadap teman. Beberapa anak juga masih sulit untuk berbagi mainan serta cenderung sering berebut. Saling menyerang dan berkelahi juga kerap kali terjadi pada saat kegiatan di dalam kelas. Dari hasil pengamatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa anak-anak kelompok B TK Saiwa Dharma Banyuning masih kesulitan dalam bekerjasama. Hasil observasi tersebut menunjukkan perlunya dilakukan upaya penerapan pebelajaran yang inovatif dalam meningkatkan kemampuan sosioemosional anak secara khusus dalam kemampuan kerjasama.
Kerjasama diartikan sebagai upaya umum manusia yang secara simultan mempengaruhi berbagai macam keluaran
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) instruksional (David W Johnson dkk, 2010:28). Keluaran-keluaran yang dimaksudkan antara lain tingkat penalaran, retensi, motivasi, daya tarik interpersonal, persahabatan, prasangka, menghargai perbedaan, dukungan sosial, rasa harga diri, serta kompetensi sosial (David W Johnson dkk, 2010:29). Pernyatan-pernyataan tersebut menyatakan suatu pengertian bahwa kerjasama merupakan berbagai usaha yang dilakukan manusia yang menghasilkan berbagai perilaku yang terkait dengan interaksi sosial. Keterampilan-keterampilankolaboratif dan sosial, adanya tanggung jawab masingmasing serta adanya saling ketergantungan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama merupakan unsur-unsur yang ada di dalam kerjasama (Nur Asma, 2006:12). Kerjasama cenderung mengarah kepada esensi bahwa di dalam diri masing-masing orang yang bekerjasama haruslah ada perasaan satu dan saling bergantung dengan yang lainnya. Kerjasama juga dapat terbangun apabila ada komunikasi di dalamnya (Nur Asma, 2006:12). Secara khusus di dalam kerjasama terdapat unsur-unsur yang merupakan komponen esensial di dalam kemampuan tersebut. Menurut David W Johnson dkk (2010:8-10) unsur-unsur tersebut antara lain : (1) saling ketergantungan yang positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) Interaksi, (4) Komunikasi dan (5) Evaluasi. Saling ketergantungan secara positif adalah perasaan untuk saling membantu dalam aktivitas tersebut, dengan kata lain di dalam kerjasama terdapat perasaan saling terhubung satu sama lain. tanggung jawab perseorangan dibutuhkan agar masing-masing merasa bahwa aktivitas tersebut adalah tanggung jawab mereka dan harus diselesaikan. Interaksi atau hubungan penting dalam sebuah kerjasama agar masing-msing dapat memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan. Selain itu akan lebih baik jika dalam interaksi kerjasama yang terjadi
adalah tatap muka secara langsung. komunikasi jelas merupakan komponen penting dalam kerjasama, karena melalui komunikasi masing-masing dapat memahami satu sama lain sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. komunikasi ini juga merupakan salah satu komponen dalam skil-skil interpersonal yang penting dalam kerjasama. Selain itu komunikasi tidak akan terlepas dari skilskil interpersonal lain antara lain kepemimpinan, pengambilan keputusan, kepercayaan, serta manajemen konflik. Untuk mengetahui keberhasilan dalam kerjasama maka diperlukan suatu aktivitas yang disebut evaluasi. Evaluasi ini merupakan bagian dari komponen pemrosesan kelompok (group processing). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimbulkan bahwa kemampuan kerjasama anak usia dini adalah sikap dasar anak usia 0-6 tahum untuk menjalin hubungan hangat dengan orang lain, yang ditunjukkan dengan hubungan yang penuh kepercayaan. Kemampuan kerjasama meliputi tiga dimensi yaitu: (1) ketergantungan positif dengan indikator menunjukkan perasaan dan sikap saling membantun dalam kelompok, (2) kemampuan berinteraksi dengan indicator menunjukkan kemampuan dalam dalam berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman dalam kelompok, dan (3) kemampuan berkomunikasi dengan indicator kemampuan mampu berkomunikasi secara aktif dengan orang lain dalam kelompok. Melihat hal tersebut yakni dengan kurangnya sikap kerjasama anak, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang akan mendukung suatu penilaian terhadap anak TK dan kemampuan kerjasama pun akan meningkat dengan diterapkannya suatu model pembelajaran yang mendukung. Dengan penerapan suatu model pembelajaran dalam pelaksanaan proses pembelajaran selain memberikan pengaruh terhadap kemampuan kerjasama anak TK
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) juga akan dapat menciptakan suasana atau lingkungan belajar yang kondusif. Mengatasi masalah tersebut, maka peneliti akan mencoba menggunakan sebuah model pembelajaran yakni model pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran inovatif yang memfokuskan pada belajar kontekstual melalui kegiatan yang kompleks (CORD dalam Wasis, 2008), Suzie & Jane (2007) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah suatu strategi untuk mengubah kelas tradisonal. Melalui pembelajaran kerja proyek, kemampuan bekerjasama dan motivasi anak akan meningkat. Dalam pelaksanaan pengajaran dengan model proyek, guru bertindak sebagai fasilitator yang harus menyediakan alat dan bahan untuk melaksanakan “proyek” yang berorientasi pada kebutuhan dan minat anak, yang menantang anak untuk mencurahkan kemampuan dan keterampilan serta kreativitasnya dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi bagiannya atau kelompoknya. Buck Institute
for Education (2003) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah suatu metode pengajaran sistematis yang melibatkan para anak dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan melalui proses yang terstruktur, pengalaman nyata dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan produk. Sedangkan Guarasa at. All.(2006) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah strategi yang berpusat pada anak yang mendorong inisistaif dan memfokuskan anak pada dunia nyata, dan dapat meningkatkan motivasi mereka. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan produk atau proyek yang nyata. Proyek-proyek yang dibuat oleh anak mendorong berbagai kemampuan, tidak hanya pengetahuan atau masalah teknis, tetapi juga keterampilan praktis seperti mengatasi informasi yang
tidak lengkap atau tidak tepat; menentukan tujuan sendiri; dan kerja sama kelompok. Dalam pembelajaran berbasis proyek, anak dituntut untuk merumuskan tujuan pembelajaran sendiri secara khusus. Proyek apa yang ingin dibuat harus didasarkan pada minat dan kemampuan anak baik secara pribadi maupun kelompok. Anak juga dituntut untuk mengatur sendiri kegiatan belajarnya dengan membagi beban kerja di antara mereka dan mengintegrasikan tugastugas yang berbeda yang dikembangkan oleh masing-masing anak. Menurut The George Lucas Educational Foundation yang dikutip Sabar Nurohman (2007), langkah-langkah Project Based Learning adalah sebagai berikut: Langkah pertama, mulai dengan pertanyaan esensial. Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang mendorong anak untuk melakukan suatu aktivitas. langkah kedua, membuat desain rencana proyek. Anak dengan pendampingan dari guru membuat desain rencana proyek yang akan dilakukan. Rencana proyek ditentukan oleh anak sendiri mengacu kepada pertanyaan esensial uang telah dikemukakan sebelumnya. langkah ketiga membuat jadwal. Guru dan anak secara kolaboratif menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Aktivitas pada tahap ini antara lain: 1. Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, 2. Membuat deadline penyelesaian proyek, 3. Mengarahkan anak agar merencanakan cara yang baru, 4. Mengarahkan anak ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan 5. Meminta anak untuk memberi alasan tentang cara yang dipilih. Langkah keempat memantau anak dan kemajuan proyek . Guru bertanggung jawab memantau kegiatan anak selama menyelesaikan proyek untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan proyek dan mengantisipasi hambatan yang dihadapi anak. langkah kelima menilai hasil. Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi kemajuan masing-
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) masing anak, memberi umpan balik tentang pemahaman yang sudah dicapai, dan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. langkah akhir refleksi. Pada akhir pembelajaran, guru dan anak melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan secara individu maupun kelompok. Sementara itu, Wena (2011:108) membagi tahap pembelajaran praktik kejuruan berbasis proyek menjadi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tahap perencanaan pembelajaran proyek meliputi kegiatan merumusukan tujuan proyek;menganalisis katakteristik anak; merumuskan strategi pembelajaran; membuat jobsheet; merancang kebutuhan sumber belajar yang diperlukan; menjelaskan tugas proyek; mengelompokkan anak sesuai dengan tugas dan mengerjakan proyek. Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran oleh anak. Hasil evaluasi menjadi bahan masukkan bagi anak dan bagi guru untuk merancang pembelajaran selanjutnya. Jika memperhatikan tahapan pembelajaran yang diungkapkan diatas, maka langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dapat dirangkum menjadi tahap orientasi, desain, pelaksanaan dan evaluasi. Pertama, tahap orientasi adalah tahap menumbuhkan motivasi belajar anak, memberikan pemahaman kepada anak tentang tujuan yang akan dicapai, dan menjelaskan kegiatan yang dilakukan. Pada tahap orientasi ini pula pertanyaanpertanyaan penuntun disampaikan oleh guru kepada anak. Kedua tahap desain yaitu tahap dimana anak menindaklanjuti pertanyaanpertanyaan penuntun yang disampaikan oelh guru dengan merancang proyek yang akan dibuat. Pada tahap ini juga disusun jadwal kegiatan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Tahap ketiga, adalah pelaksanaan yang merupakan kegiatan inti, yaitu anak
mengerjakan proyek yang telah dirancang sebelumnya, sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Keempat, tahap evaluasi merupakan upaya yang dilakukan untuk meniali proses kegiatan dan hasil kerja proyek. Tahap evaluasi berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran. Selain bagi guru, berguna pula bagi anak untuk mengetahui efektifits rencana dan proses kerja proyek yang dilakukan, serta mengukur sejauh mana kualitas produk yang dihasilkan. Penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhada kemampuan kerjasama anak usia dini. Pengaruh pembelajaran berbasis proyek diuji melalui membandingkan kemampuan kerjasama anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran berbasis proyek dengan kelompok anak yang mengikuti pembelajaran konvensional di TK Saiwa Dharma. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan post-test control group design yang melibatkan dua kelompok sampel dan diberikan perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran berbasis proyek sementara kelompok kontrol diberikan perlakuan pembelajaran secara konvensional atau pembeajaran yang berlagsung seperti biasa di sekolah. Populasi penelitian eksperimen ini adalah seluruh anak kelompok B di TK Saiwa Dharma Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling, Sampel adalah bagian dari keseluruhan populasi yang akan diteliti. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel dengan maksud dan tujuan tertentu. Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan usia,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) permasalahan, kondisi kelas dan jumlah anak. Dilihat dari segi usia, sampel dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 5 sampai 6 tahun. Dilihat dari permasalahan, yaitu kelompok yang memiliki permasalahan yang sama pada kemampuan kerjasama anak. Dilihat dari kondisi kelas, yaitu kelompok yang memiliki ruang kelas dengan luas yang sama dan media serta sumber pembelajaran yang sama. Sedangkan, dari jumlah anak yaitu anak dengan jumlah yang sama. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka diperoleh kelompok B1 dan kelompok B2 sebagai sampel penelitian. Penentuan dalam memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik undian, yaitu dengan cara menulis kode subjek penelitian pada sebuah kertas, kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam toples yang diberi lubang. Selanjutnya gulungan-gulungan tersebut dikocok dan dikeluarkan melalui lubang yang disediakan. Gulungan kertas dengan kode kelompok yang keluar pertama ditetapkan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan sisanya ditetapkan sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan undian tersebut, gulungan yang pertama kali keluar adalah kelompok B1. Dengan demikian, kelompok B1 ditetapkan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok B2 sebagai kelompok kontrol. Kemampuan kerjasama anak usia dini dalam peneliitian ini diukur dengan dengan metode observasi, melibatkan tiga dimensi dan masing-masing indikator dari kemampuan kerjasama yaitu: (1) ketergantungan positif dengan indikator menunjukkan perasaan dan sikap saling membantu dalam kelompok, (2) kemampuan berinteraksi dengan indikator menunjukkan kemampuan dalam berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman dalam kelompok, dan (3) kemampuan berkomunikasi dengan indikator kemampuan mampu berkomunikasi secara aktif dengan orang lain dalam kelompok. Instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan kerjasama anak digunakan instrumen berupa checklist. Pengisian checklist kemampuan kerjasama anak menggunakan
(√) pada salah satu kolom alternatif yang paling sesuai dengan keadaan anak. Pengisian ini dilakukan oleh peneliti, mengingat anak usia dini belum mampu untuk membaca. Penyusunan instrumen penelitian berdasarkan teori-teori yang tahap perkembangan bahasa anak usia 5 sampai 6 tahun yang telah dipaparkan sebelumnya. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data kemampuan kerjasama dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dan rubrik observasi penilaian kemampuan kerjasama anak usia dini. Pedoman observasi kemampuan kerjasama anak usia dini yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 butir aspek. Sebelum digunakan instrumen tersebut diuji validitas dan reliabelitasnya. Pengujian menunjukkan semua butir item memenuhi kriteria sebagai item yang valid, sementara itu pengujian reliabelitas instrument kemampuan kerjasama dengan Alpa Cronbach menunjukkan nilai α sebesar 0,862 atau berada pada criteria reliabelitas instrument yang tinggi. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas kemampuan kerjasama pada dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sementara itu uji t digunakan dalam analisis data pengujian hipotesis. Analisis beda dengan uji t dalam penelitian ini menggunakan progam SPSS for Windows V. 20. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok anak yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek memperoleh hasil kemampuan kerjasasama yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak mengikuti pembelajaran secara kovensional dengan metode area. Kesimpulan ini didapatkan dari rata-rata skor hasil keterampilan kemampuan kerjasama kelompok anak yang mengikuti pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi dibandingkan dengan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Perhitungan analisis deskriptif tentang kemampuan kerjasama kelompok anak yang mengikuti pembelajaran berbasis
proyek (eksperimen) berada pada rata-rata sebesar (M) 28,1, media (Me) sebesar 28,5 dan Modus (Mo) adalah 30. Jika digambarkan dalam grafik poligon, kondisi data kemampuan kerjasama anak kelompok eksperimen adalah seperti pada gambar 1 berikut.
Frekuensi
15 10 5 0
25 26 27 28 29 30 skor
Gambar
1. Grafik Poligon Data Kemampuan Kerjasama anak Kelompok Eksperimen
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai Mo Me M atau 30 28,5, 28,1. Maka data tersebut termasuk pada distribusi juling negatif (sebagian besar skor hasil kemampuan kerjasama anak cenderung tinggi). Jika dikonversikan kedalam PAP skala lima, rata-rata kemampuan kerjasama anak kelompok eksperimen sebesar 93% berada pada kategori sangat tinggi. 8
Frekuensi
kemampuan kerjasama anak-anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran secara konvensional melalui metode area. Rata-rata skor kemampuan kerjasama anak-anak yang mengikuti pembelajaran dengan model berbasis proyek adalah 93,6 yang berada pada kategori sangat tinggi dan kemampuan kerjasama anak-anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional adalah sebesar 88 yang berada pada kategori tinggi. Hasil tersebut menunjukkan antara kelompok anak yang dibelajarkan dengan model pembelajaran proyek dengan pembelajaran konvensional dengan metode area pada dasarnya sama-sama tinggi. Namun kelompok anak yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek memiliki skor kemampuan kerjasama yang lebih tinggi, bahkan pada criteria sangat tinggi. Jika skor pada kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor anak cenderung tinggi. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kelompok kontrol, jika digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor anak kelompok kontrol cenderung lebih rendah. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh nilai t sebesar 2, 317 dengan sig. α 0,02 yang berarti terdapat perbedaan signifikan kemampuan kerjasama antara kelompok anak yang dibelajarkan dengan kegiatan model pembelajaran berbasis proyek dan kelompok anak yang tidak dibelajarkan dengan kegiatan model pembelajaran berbasis proyek pada anak kelompok B di TK Saiwa Dharma Banyuning. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap kemampuan kerjasama.
6 4 2 0
24 25 26 27 28 29 30 Gambar
2.
Grafik Poligon Data Kemampuan Kerjasama anak Kelompok Kontrol
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
Sementara itu, data kemampuan kerjasama kelompok anak yang mengikuti pembelajaran secara konvensional (kontrol) memiliki rata-rata (M) sebesar 26,4. Median (Me) sebesar 26 dan modus (Mo) sebesar 24. Jika digambarkan dalam grafik poligon, kondisi data kemampuan kerjasama anak kelompok kontrol adalah seperti pada gambar 2 berikut. Dari hasil perhitungan gambar 2 tersebut didapatkan nilai Mo Me < M atau 24 < 26 < 26.4. Maka data tersebut termasuk pada distribusi juling positif (sebagian besar skor hasil kemampuan kerjasama anak cenderung rendah). Jika dipersentasikan, rata-rata kemampuan kerjasama anak kelompok kontrol sebesar 88% berada pada kriteria kemampuan kerjasama tinggi. Deskripsi data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kelompok anak yang mengikuti pembelajaran dengan model pemblejaran berbasis proyek memperoleh hasil kemampuan kerjasasama yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak mengikuti pembelajaran secara kovensional dengan metode area. Kesimpulan ini didapatkan dari rata-rata skor hasil keterampilan motorik halus kelompok anak yang mengikuti pembelajaran melalui kegiatan pembeajaran berbasis proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan kerjasama anak-anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran secara konvensional melalui metode area. Ratarata skor kemampuan kerjasama anakanak yang mengikuti pembelajaran dengan model berbasis proyek adalah 93,6 yang berada pada kategori sangat tinggi dan kemampuan kerjasama anak-anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional atau area adalah sebesar 88 yang berada pada kategori tinggi. Hasil tersebut menunjukkan antara kelompok anak yang dibelajarkan dengan model pembelajaran proyek dengan pembelajaran konvensional dengan metode area pada dasarnya sama-sama tinggi. Namun kelompok anak yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran berbasis proyek memiliki skor kemampuan kerjasama yang lebih tinggi, bahkan pada kriteria sangat tinggi. Pengujian hipotesis dengan uji-t menunjukkan nilai t sebear 2,317 dengan sig. sebesar 0,024 yang dapat dimaknai bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kedua varians data yang di uji. Sehingga demikian, berdasarkan data hasil uji t-tes ini maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kerjasama kelompok eksperimen dengan kemampuan kerjasama kelompok kontrol. Perbedaan hasil perkembangan yang signifikan antara anak yang mengikuti pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek dengan kemampuan kerjasama anak-anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional merupakan efek atau dampak dari perbedaan perlakuan pembelajaran yang diberikan kepada masing-masing kelompok anak tersebut. Anak-anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek memperoleh hasil kemampuan kerjasama yang lebih tinggi karena model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran inovatif yang memfokuskan pada belajar kontekstual melalui kegiatan yang kompleks (CORD dalam Wasis, 2008). Melalui pembelajaran berbasis proyek anak anak diberikan pengalaman dalam mengatur dan mendistribusikan kegiatan pembelajaran, belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing, memupuk semangat gotong royong dan kerjasama diantara anak yang terlibat, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat, mengeksplorasi bakat, minat dan kemampuan anak, dan memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki (Rachmawati, 2010:61).
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan pendapat Clegg (2001) ; serta Clegg & Berch (2001) yang menyebutkan bahwa pembelajaran kerja proyek, dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama dan motivasi anak. Pelaksanaan pengajaran dengan model proyek, guru bertindak sebagai fasilitator yang harus menyediakan alat dan bahan untuk melaksanakan “proyek” yang berorientasi pada kebutuhan dan minat anak, yang menantang anak untuk mencurahkan kemampuan dan keterampilan serta kreativitasnya dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi bagiannya atau kelompoknya. Sejalan dengan itu, penelitian Nurhalimah. (2012) juga menemukan adanya pengaruh metode proyek terhadap kemampuan kerjasama anak. Penelitian yang dilakukan oleh Fakaya (2013) yang berjudul peningkatan kemampuan kerjasama melalui bimbingan kelompok pada anak kelompok B di TK Ade Irma Desa Lompotoo kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango menemukan bahwa kemampuan kerjasama anak k dalam penelitian ini juga menggunakan kegiatan dalam aktivitas kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) juga menemukan bahwa pembelajaran berbasis proyek meningkatkan kemampuan kreativitas anak. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
hasil kemampuan kerjasama antara anak yang mengikuti pembelajaran melalui kegiatan model pembelajaran berbasis proyek dengan anak yang mengikuti pembelajaran konvensional kelompok B di TK Saiwa Dharma Banyuning pada tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kemampuan kerjasama anak kelompok eksperimen dengan M% = 93,6% tergolong pada kriteria sangat tinggi dan hasil kemampuan kerjasama anak kelompok kontrol
dengan M% = 88% tergolong pada kriteria tinggi. Kemudian dari perhitungan uji hipotesis melalui uji-t ditemukan nilai t sebesar 2, 317 dengan sig. α 0,02. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan kegiatan model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh positif terhadap hasil kemampuan kerjasama anak. Berdasarkan temuan dari penelitian ini dapat disampaikan beberapa saran (1) kepada kepala TK diharapkan dapat memebrikan saran kepada guru-guru untuk memaksimalkan penerapan keiatan model pembelajaran berbasis proyek yang akan diterapkan dalam pembelajaran di kelas sehingga nantinya akan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak; (2) kepada para guru agar dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di kelas melalui kegiatan model pembelajaran berbasis proyek agar anak tertarik dan aktif dalam mengikuti pembelajaran selain itu terbiasa melatih atau meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; dan (3) peneliti lain, hal-hal yang belum tercapai dalam penelitian ini dapat disempurnakan pada penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual, ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Bandung: Arga Wijaya Persada. Clegg & Berch 2001. Instant Creativity. Jakarta: Erlangga. Dewi, dkk. 2015. Penerapan metode proyek melalui kegiatan 3m untuk Meningkatkan kreativitas anak
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) kelompok A TK negeri Pembina semester II tahun pelajaran 2014/2015. Tersedia: http://ejournal.undiksha.ac.id/index .php/JJPAUD/article/view/5920/42 63. diakses tanggal 10 desember 2015.
Fakaya
Fitriani. 2013. Peningkatan Kemampuan Kerja Sama Melalui Bimbingan Kelompok Pada Anak Kelompok B di TK Ade Irma, Desa Lompotoo Kecamatan Sumawa Tengah Kabupaten Bone Bolange.Tersedia:(http:// kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/a rticle/download/3937/3913)
Diakses tanggal 30 Maret 2016. Nurhalimah Vika. 2012. Pengaruh metode proyek terhadap kemampuan kerjasama usia dini di RA Perwanida 03 Mojo Andong Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Tersedia: (http://eprints.ums.ac.id/19223/17/ 11._NASKAH_PUBLIKASI.pdf). Diaksese tanggal 30 maret 2016. Ike
Rachmawati Kusdyah. 2010. Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta:ANDI.