PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER
NURMELATI SEPTIANA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Model dan Suara Narator Video terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Air Bersih Berbasis Gender adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2008
Nurmelati Septiana I 353060011
i
ABSTRACT NURMELATI SEPTIANA. The Influences of Model And Narator’s Voice Video Toward The Improvement of Knowledge on Clean Water Based on Gender. Under direction of AIDA VITAYALA S. HUBEIS and FARIDA ROHADJI. This research was conducted to determine the influences of model and narator’s voice video toward the improvement of knowledge on clean water based on gender. This experiment had been conducted to 80 officers of district in Banjarmasin which were selected randomly and divided to four treatment group. Data was analyzed using paired sample t-test, analysis of varians and Duncan’s multiple range test. The result shows that, there is an improvement of knowledge on clean water. There is differences among the officers, but there is no significant in model between male and female model, same as there is not any real difference about video treatment between male narator’s voice and female narator’s voice. All four treatment combination do not show any real difference to the officer’s knowledge improvement on clean water. However, all four treatments are effective in delivering information about processing of simple clean water. Key words : video, model, narator’s voice, clean water, gender
ii
RINGKASAN NURMELATI SEPTIANA. Pengaruh Model dan Suara Narator Video terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Air Bersih Berbasis Gender. Dibimbing oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan FARIDA ROHADJI. Salah satu media yang potensial bagi upaya menyebarluaskan informasi air bersih kepada khalayak adalah dengan menggunakan medium video. Video sebagai salah satu media elektronik memiliki berbagai keunggulan antara lain: mengkombinasikan unsur audio dan visual, memperlihatkan gerak, mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audience) yang spesifik, dapat digunakan berulang-ulang kali dan video dalam bentuk VCD mudah dibawa kemana-mana. Keefektivan penyajian pesan dalam medium video dipengaruhi oleh unsur audio (suara) dan visual (gambar). Karenanya dalam perencanaan pembuatan pesan melalui video, jenis model dan suara narator yang digunakan untuk menjelaskan setiap tahapan pesan yang disampaikan harus diperhatikan. Jenis narator seperti narator laki-laki dan narator perempuan serta jenis model laki-laki dan model perempuan akan turut menentukan keefektivan suatu pesan, karena adanya perbedaan karakteristik dan efek daya tarik di antara dua jenis narator dan model. Atas pertimbangan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh media video terhadap peningkatan pengetahuan, (2) pengaruh jenis model dalam penyampaian pesan melalui video terhadap peningkatan pengetahuan, (3) pengaruh jenis suara narator dalam penyampaian pesan melalui video terhadap peningkatan pengetahuan dan (4) pengaruh interaksi antara jenis model dan suara narator dalam medium video terhadap peningkatan pengetahuan tentang air bersih. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental dengan menggunakan desain The Non Equivalent Control Group Design faktorial 2 x 2. Peubah bebas dalam penelitian ini adalah: (1) model, dengan dua taraf perlakuan yaitu model laki-laki dan model perempuan dan (2) suara narator, dengan dua taraf perlakuan yaitu suara narator laki-laki dan suara narator perempuan. Peubah tidak bebasnya adalah peningkatan pengetahuan tentang air bersih. Unit eksperimental adalah 80 orang pegawai kantor Kecamatan di Kota Banjarmasin. Seluruh unit eksperimen dibagi menjadi 4 kelompok, masingmasing kelompok eksperimen terdiri atas 20 orang (10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan). Tiap kelompok memperoleh perlakuan berbeda yang ditentukan secara acak. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara terstruktur berpedoman kepada kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang relevan dengan peubah yang akan diteliti. Data tentang karakteristik dianalisis dengan distribusi frekuensi. Data tentang skor pre-test dan post-test dianalisis dengan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Data perbedaan pengaruh perlakuan media video terhadap peningkatan pengetahuan responden menggunakan analisis sidik ragam (Analysis of varians). Data untuk nilai tengah yang sama dengan yang tidak sama di antara nilai-nilai tengah peningkatan pengetahuan responden
iii
dilakukan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan’s Mulltiple Range Test) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua perlakuan melalui medium video yang diberikan pada tiap kelompok dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang informasi pengolahan air bersih sederhana. Model laki-laki dan model perempuan pada medium video tidak berbeda nyata dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden. Namun dua jenis model memiliki kekuatan yang sama untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang air bersih. Suara narator laki-laki dan suara narator perempuan tidak berbeda nyata dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden. Suara narator cenderung lebih berfungsi sebagai penunjang tampilan visual untuk lebih mengefektifkan pesan yang disampaikan melalui medium video. Interaksi model dan suara narator tidak berpengaruh nyata pada peningkatan pengetahuan responden. Namun dua faktor tersebut saling membantu untuk menjelaskan maksud pesan yang disampaikan, sehingga empat kombinasi perlakuan memiliki kemampuan yang sama untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang air bersih. Berdasarkan hasil penelitian, maka untuk lebih mengefektifkan pesan melalui medium video sebaiknya melibatkan model dan menggunakan suara narator. Ada baiknya penelitian ini dilanjutkan untuk mengetahui perubahan pada kawasan afektif khalayak. Kata - kata kunci: video, model, suara narator, air bersih, gender.
iv
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
v
PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER
NURMELATI SEPTIANA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
vi
Judul Nama NIM
: Pengaruh Model dan Suara Narator Video terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Air Bersih Berbasis Gender : Nurmelati Septiana : I 353060011
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S. Hubeis Ketua
Dra.Hj. Farida Rohadji, MS Anggota
Diketahui Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Prof.Dr.Ir.H. Sumardjo, MS
Tanggal Ujian : 25 Agustus 2008
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir.H. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Lulus :
vii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr.Ir.H. Amiruddin Saleh, MS
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rakhmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Model dan Suara Narator Video terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Air Bersih Berbasis Gender” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar
Magister Sains pada Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP), SPs IPB. Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S. Hubeis dan Ibu Dra.Hj. Farida Rohadji, MS selaku pembimbing yang telah memacu dan membantu penulis dalam penyelesaian penulisan tesis, serta dengan sabar dan tulus telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis. 2. Bapak Dr.Ir.H. Amiruddin Saleh, MS selaku dosen penguji luar yang telah banyak memberikan ilmu, masukan dan saran bagi perbaikan tesis. 3. Bapak Prof.Dr.Ir.H. Sumardjo, MS selaku Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan serta seluruh dosen pengasuh mata kuliah di Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan yang telah memberikan dukungan, tambahan ilmu dan wawasan kepada penulis. 4. Lia Mulyawati beserta staf sekretariat KMP dan staf sekretariat SPs IPB yang telah banyak membantu dan memberikan kelancaran selama proses perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir penulis. 5. Seluruh Camat di Kota Banjarmasin beserta pegawai kantor Kecamatan yang telah membantu kelancaran penelitian, selama penulis berada di lapangan pada proses pengumpulan data. 6. Mama tercinta Siti Nursiah dan Papa Irhamna S. Polo (Alm), Kai H. Adam Thaib (Alm) dan Nini Hj. Rohani (Alm) serta adik-adikku M. Asyratul Kiram dan M. Haris Fadhillah, yang selalu jadi motivator penulis untuk mempersembahkan kemampuan yang terbaik yang ada pada diri penulis.
viii
7. Keluarga besarku: Abah H.A.Darmawi, Mamang Dino Sirajudin dan Tante Novi, Om Hermansyah dan Tante Rusnawati, Om Saiful Asikin dan Tante Ratnawati, Atri dan Sean yang tidak pernah bosan untuk memberikan bantuan, dukungan dan doa. 8. Uda Muhammad Alif yang selalu setia mendampingi dan memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa kepada penulis. 9. Mami Chairiah, Papa Faridal Arkam, Ayu dan Aini yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk penulis. 10. Nurul dan Sehan yang bersedia menjadi model, Indra “Jainuddin” Maulana dan Bevi untuk suara narator video, Agus dan Noval pada proses produksi serta Irfan AGRI FM yang telah membantu penulis dalam proses editing. 11. Teman-teman di Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: KMP 2006 (Afia, Yusuf, Irianus, Rizka, Wawan, David, Mery, Nia, Agustini, Sukarelawati, Marwan, Haryo,Masnah, Wiwin, Ita) dan KMP 2005 (Ikhsan, Anna, Albert, Ponti, Selly, Etik, Ucok, Haris, Badri) atas bantuan, dukungan, kebersamaan dan doa yang diberikan. 12. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Dirjen Pendidikan Tinggi yang telah memberikan kesempatan penulis untuk memperoleh pendidikan di SPs IPB melalui bantuan BPPS. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2008 Nurmelati Septiana
ix
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 5 September 1981 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Irhamna S.Polo (Alm) dan Siti Nursiah. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di SD Rajawali Banjarmasin tahun 1993, SMPN 7 Banjarmasin tahun 2006 dan SMUN 7 Banjarmasin tahun 1999. Bulan September tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru melalui jalur UMPTN.
Bulan Februari tahun 2004, penulis
menyelesaikan jenjang sarjana di Universitas Lambung Mangkurat. Penulis sempat bekerja sebagai staf marketing di Radio SMART FM Network Banjarmasin tahun 2004 sampai Maret 2005. Penulis diangkat menjadi dosen tetap di Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat pada tahun 2005. Pada bulan September tahun 2006 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Mayor Komunikasi Pembangunan IPB melalui bantuan BPPS dari Dirjen Pendidikan Tinggi.
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian................................................................ Rumusan Masalah Penelitian............................................................ Tujuan Penelitian .............................................................................. Kegunaan Penelitian ................................................................. ....... Definisi Istilah ................................................................................. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ Kerangka Pemikiran dan Hipotesis .................................................. Kerangka Pemikiran .................................................................. Hipotesis....................................................................................
1 4 5 6 7 7 8 8 13
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa............................................................................ Media Audio Visual Video............................................................... Tahap Pengembangan Pesan Video.................................................. Efek Media Audio Visual (Video).................................................... Model Pada Video ............................................................................ Suara Narator Video ......................................................................... Gender .............................................................................................. Peningkatan Pengetahuan ................................................................. Air Bersih .........................................................................................
14 15 17 18 19 20 22 24 25
METODE PENELITIAN Unit Penelitian .................................................................................. Desain Penelitian .............................................................................. Tahapan Penelitian............................................................................ Data dan Instrumentasi ..................................................................... Validitas dan Reliabilitas.................................................................. Uji Coba dan Evaluasi Media ........................................................... Analisis Data.....................................................................................
28 28 29 30 32 33 34
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian .............................................................................. Karakteristik Responden................................................................... Karakteristik Responden dan Hubungannya dengan Peningkatan Pengetahuan...................................................................................... Pengetahuan Awal dan Pengerahuan Akhir Responden................... Pengujian Hipotesis .......................................................................... Peningkatan Pengetahuan Responden ..............................................
xi
35 37 41 42 44 46
Pengaruh Model................................................................................ Pengaruh Suara Narator.................................................................... Pengaruh Interaksi Model dan Suara Narator...................................
49 53 56
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ........................................................................................... Saran .................................................................................................
60 61
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
62
LAMPIRAN............................................................................................
66
xii
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Matriks ”Quasi Eksperimental The Non Equivalent Control Group Design (2 x 2 )” faktor peubah bebas dengan tingkat perlakuan serta distribusi responden (n)...............................
29
2. Hasil uji coba media berdasarkan kelompok perlakuan....................
33
3. Sebaran karakteristik responden .......................................................
40
4. Hasil analisis korelasi Pearson peningkatan pengetahuan responden kelompok dengan karakteristik responden......................
41
5. Rataan skor pengetahuan awal responden menurut kelompok perlakuan ...........................................................................................
42
6. Hasil analisis ragam terhadap skor pengetahuan awal kelompok perlakuan ...........................................................................................
42
7. Rataan skor pengetahuan akhir responden menurut kelompok perlakuan.............................................................................................
43
8. Hasil analisis ragam terhadap skor pengetahuan akhir kelompok perlakuan ...........................................................................................
44
9. Hasil uji-t rataan skor pre-test dan post-test kelompok perlakuan....
44
10. Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan.....................................................
45
11.Skor pre-test, post-test dan peningkatan pengetahuan responden per kelompok perlakuan ..................................................
46
12. Hasil rataan skor peningkatan pengetahuan responden menurut kelompok perlakuan ..........................................................................
48
13. Rataan skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan model .
49
14. Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan model ...............................................................
50
15. Rataan skor peningkatan pengetahuan kelompok faktor perlakuan suara narator ......................................................................................
53
16. Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok faktor perlakuan suara narator..........................................
54
17. Rataan skor peningkatan pengetahuan responden kelompok Perlakuan...........................................................................................
56
xiii
18. Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan pada interaksi faktor model dan suara narator ......................................................................................
56
19. Hasil uji wilayah berganda Duncan skor peningkatan pengetahuan responden .....................................................................
57
xiv
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Kerangka penelitian yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang air bersih............................................................
12
2. Pemanfaatan air sungai bagi aktifitas kehidupan masyarakat Banjarmasin.........................................................................................
36
3. Perbedaan air yang bersih dan air yang tidak bersih...........................
43
4. Diagram batang rataan skor peningkatan pengetahuan responden berdasarkan kelompok perlakuan........................................................
49
5. Pengaruh interaksi suara narator dengan model pada peningkatan pengetahuan responden kelompok perlakuan .....................................
58
xv
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Storyboard video pengolahan air bersih sederhana ............................
67
2. Kuesioner penelitian............................................................................
111
3. Kuesioner pre-post test tingkat pengetahuan responden.....................
114
4. Data karakteristik responden...............................................................
116
5. Skor pre-post test per item soal responden kelompok perlakuan........
119
6. Data persepsi responden kelompok tentang medium video................
122
7. Data pre-post test dan skor peningkatan pengetahuan ........................
124
8. Reliabilitas instrumen media...............................................................
126
9. Reliabilitas instrumen peningkatan pengetahuan responden ..............
131
10. Hasil analisa ragam,uji paired sample t-test dan korelasi Pearson....
133
xvi
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media (Effendy, 2004). Sehingga komunikasi memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku seseorang. Salah satu unsur komunikasi yang dapat mengefektifkan proses komunikasi dalam mempengaruhi pengetahuan dan sikap khalayak adalah seorang narator sebagai penyampai pesan, serta model yang menyertainya sebagai peraga dalam penjelasan pesan yang disampaikan. Keefektivan ini timbul karena narator akan mempengaruhi pendengaran khalayak dan model akan mempengaruhi secara visual. Sehingga unsur-unsur tersebut memudahkan khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan. Di samping itu, jenis narator seperti narator laki-laki dan narator perempuan serta jenis model laki-laki dan model perempuan juga akan turut menentukan keefektivan pesan tersebut, karena adanya perbedaan karakteristik dan efek daya tarik di antara kedua jenis narator dan model tersebut. Selain itu, unsur media komunikasi yang digunakan juga turut menentukan keberhasilan komunikasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menghasilkan begitu banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Dalam proses komunikasi dikenal berbagai macam media yaitu media cetak seperti surat kabar, majalah, booklet, folder, leaflet dan media elektronik seperti radio, film, televisi, video. Video sebagai salah satu media elektronik memiliki berbagai keunggulan antara lain: mengkombinasikan unsur audio dan visual, memperlihatkan gerak, mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audience) yang spesifik, dapat digunakan berulang-ulang kali dan video dalam bentuk VCD mudah dibawa kemana-mana. Media video dapat menyajikan informasi tentang penggunaan sesuatu, mengajak penonton untuk mengikuti suatu aktivitas tahap demi tahap, dari awal sampai akhir.
Penyajian
pesan
video
instruksional melalui video dapat mengkombinasikan model sebagai peraga dan
2
suara narator dalam penjelasannya.
Sehingga khalayak dapat dengan mudah
mengikuti penjelasan tahapan pesan yang disampaikan, karena khalayak dapat melihat dan mendengar sekaligus. Penggunaan video yang ditayangkan melalui layar televisi menunjukkan cara pembuatan sesuatu, mengajak khalayaknya untuk mengikuti suatu aktivitas tahap demi tahap, dari awal sampai akhir, dalam proses ini diharapkan dapat menggugah perasaan, menarik minat dan dikehendaki terjadi perubahan perilaku.
Sehingga medium video dengan unsur-unsur yang
mempengaruhinya seperti model dan suara narator dapat mempengaruhi khalayak terhadap pesan yang disampaikan dan dapat mengefektifkan komunikasi. Pengaruh dari suara narator dan model video tersebut, dapat memperkecil peluang terjadinya salah persepsi, dan sebaliknya dapat mempertinggi tercapainya ketepatan komunikasi (fidelity of communication) hingga komunikan (receiver) dapat menangkap informasi secara utuh dan tepat seperti yang dimaksudkan oleh komunikator (Godberg, 1985). Bertitik tolak dari uraian ini, maka program komunikasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat juga perlu memperhatikan kelebihan dari unsur-unsur medium video tersebut. Keberpihakan dunia untuk mewujudkan pembangunan yang berorientasi pada kesetaraan dan keadilan gender telah dirumuskan dalam tujuan pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs). MDGs merupakan kesepakatan 189 negara termasuk Indonesia untuk mengubah dunia menjadi lebih baik dan menargetkan pencapaian perubahan pada tahun 2015 dengan memberikan ruang untuk pemenuhan kebutuhan dasar seluruh warga (Pikiran Rakyat, 21 April 2007). Tahun 2015 sesuai kesepakatan MDGs, Indonesia menargetkan jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang layak dikonsumsi berkurang setengahnya.
Target tersebut merupakan tantangan yang sungguh berat,
mengingat saat ini baru 18 persen penduduk Indonesia memiliki akses terhadap air bersih dan pengelolaan air bersih dikuasai oleh perusahaan air minum yang lebih banyak berorientasi mencari keuntungan. Sehingga hanya penduduk yang mampu secara ekonomi yang bisa memperoleh air bersih, sedangkan penduduk lainnya terpaksa menggunakan air yang tidak layak secara kesehatan untuk kehidupan sehari-hari (Tempo Interaktif, 16 Oktober 2007).
3
Program komunikasi untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat, khususnya tentang penggunaan dan pengolahan air bersih sederhana masih sangat jarang dilakukan. Akibatnya masih banyak masyarakat yang tidak tahu dan tidak peduli terhadap dampak negatif penggunaan air yang tidak memenuhi standar kesehatan.
Hal ini dapat dilihat dari budaya masyarakat yang masih banyak
menggunakan air sungai dan air sumur yang sudah tercemar tanpa melalui proses pengolahan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, misalnya digunakan untuk memasak dan minum. Sehingga tidaklah mengherankan apabila berdampak negatif pada kesehatan masyarakat karena perilaku tersebut. Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dikenal sebagai kota seribu sungai, karena letaknya yang secara geografis dikelilingi oleh sungai-sungai. Sehingga secara aspek sosial, budaya dan ekonomi, kehidupan masyarakatnya sangat tergantung sekali dengan air. Implikasinya, masyarakat cenderung menggunakan sumber air tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, padahal beban pengotoran air bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan penduduk.
Sebagai akibatnya saat ini sumber air tawar dan bersih menjadi
langka, sehingga tidak ada alternatif air bersih selain air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Namun, masyarakat masih menganggap air sungai masih layak untuk dikonsumsi sehingga mereka lebih banyak menggunakan air sungai dibandingkan dengan menggunakan akses air bersih yang disediakan PDAM, dengan alasan menggunakan air sungai lebih mudah dan murah dibandingkan dengan menggunakan air PDAM. Data PDAM Banjarmasin (2007) mencatat bahwa pelanggan aktif PDAM berjumlah 539.954 dari 624.421 penduduk kota Banjarmasin. Ini berarti bahwa 88 persen masyarakat sudah memiliki akses air bersih dari PDAM, selebihnya sebanyak 12 persen masyarakat cenderung menganggap air sungai dan air sumur masih layak untuk dikonsumsi. Di wilayah ini masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan belum menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan air yang tidak melewati proses pengujian dan pengolahan sebelum di konsumsi.
Masyarakat cenderung menganggap untuk mendapatkan akses air
minum hanya dapat diperoleh melalui air PDAM dengan mengeluarkan biaya yang cukup tinggi, sehingga mereka lebih memilih untuk menggunakan sumber
4
air yang ada. Padahal masih ada cara alternatif untuk memperoleh akses air bersih dan layak di konsumsi secara praktis dan murah dengan menggunakan sumber air yang ada, dengan melewati proses pengolahan air sederhana sebelumnya. Oleh karena itu penyampaian informasi tentang air bersih sangat penting dilakukan. Berkaitan dengan kebutuhan informasi masyarakat tentang air bersih, maka perlu dilakukan sebuah eksperimen untuk menguji keefektivan suatu pesan melalui media dan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Desain suatu pesan agar efektif haruslah berorientasi pada khalayak sasarannya, khususnya pada media audio visual video. Karena daya tarik khalayak seringkali tidaklah sama, maka dalam penelitian ini dirasa perlu untuk melihat lebih jauh pengaruh model dan suara narator pesan video terhadap peningkatan pengetahuan tentang air bersih berbasis gender. Dengan harapan diperoleh desain yang sesuai dan berorientasi pada program komunikasi yang responsif gender. Rumusan Masalah Penelitian Medium komunikasi video dapat menjadi alternatif yang potensial untuk menyebarluaskan informasi atau meningkatkan pengetahuan masyarakat. Namun demikian, media ini masih perlu diuji terutama tentang sejauh mana keefektivannya dalam meningkatkan pengetahuan khalayaknya. Keefektivan penyajian pesan dalam medium audio visual seperti video, dipengaruhi banyak hal. Karena alasan tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk melihat keefektivan jenis suara narator sebagai penutur pesan melalui kata-kata yang terucap serta jenis model yang memperagakan tahapan-tahapan pesan secara visual. Perbedaan fisik dan bahasa tubuh perempuan dan laki-laki jelas kelihatan sangat berbeda, demikian pula dengan jenis suaranya. Model perempuan identik memiliki daya tarik fisik yang kuat dibandingkan laki-laki, sehingga intensitas kemunculannya di layar televisi, film maupun video lebih sering dibandingkan model laki-laki. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tayangan-tayangan iklan yang sebenarnya tidak memerlukan perempuan sebagai modelnya, tetapi tetap dipaksakan untuk menjadi pelengkap dalam iklan tersebut. Sebaliknya, intensitas kemunculan suara narator laki-laki dalam program-program televisi khususnya
5
siaran berita lebih tinggi dibandingkan suara perempuan. Akan tetapi pada tingkat penerima pesan, efek daya tarik bagi khalayak seringkali tidaklah sama sehingga berpengaruh pada perbedaan persepsi yang dibentuk khalayak tersebut. Bentuk penyajian pesan melalui video ini perlu dipilihkan rancangan yang sesuai dengan khalayak. Dimana perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki di dalam masyarakat, menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan bagi para perancang desain komunikasi agar dapat menghapus hambatan-hambatan struktural dalam mencapai kesetaraan. Khalayak haruslah diberikan peluang yang sama untuk mendapatkan akses media informasi, agar pesan yang disampaikan lebih efektif dan responsif gender terhadap penguasaan akses media. Karena itu dirasa perlu meneliti pengaruh model dan suara narator video dalam meningkatkan pengetahuan tentang air bersih berbasis gender. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat sejumlah pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini untuk dicari pemecahannya: 1. Apakah penyampaian pesan melalui video dapat meningkatkan pengetahuan tentang air bersih? 2. Apakah jenis model dalam penyampaian pesan melalui video dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang air bersih? 3. Apakah jenis suara narator dalam penyampaian pesan melalui video dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang air bersih? 4. Apakah interaksi antara jenis model dan jenis suara narator video dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang penyampaian pesan air bersih pada medium video Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu rancangan media video yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dalam menyampaikan pesan tentang informasi air bersih kepada khalayak. Penelitian dilakukan untuk
6
memperoleh bukti empiris dan mencoba mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang telah ditetapkan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguji pengaruh media video terhadap peningkatan pengetahuan tentang air bersih. 2. Menguji pengaruh jenis model dalam penyampaian pesan melalui video terhadap peningkatan pengetahuan tentang air bersih. 3. Menguji pengaruh jenis suara narator dalam penyampaian pesan melalui video terhadap peningkatan pengetahuan tentang air bersih. 4. Meneliti kemungkinan adanya pengaruh interaksi antara jenis model dan suara narator dalam medium video terhadap peningkatan pengetahuan tentang air bersih. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat merancang dan mengembangkan medium komunikasi video, yang sesuai dan dapat dipakai dalam menyebarluaskan informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang air bersih. Medium komunikasi tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai media dalam proses pendidikan dan diskusi tentang air bersih. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan: 1. Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi pemerintah, terutama yang bergerak di bidang teknologi komunikasi dan informasi dalam mendukung program-program komunikasi pembangunan. 2. Menghasilkan video yang berisi informasi tentang syarat, penilaian dan pengolahan air bersih sederhana. 3. Menghasilkan desain rancangan yang cocok dan sesuai dari video sebagai media komunikasi untuk pendidikan. 4. Bahan informasi bagi komunikator dalam mendesain format program-program video dalam kegiatan penyuluhan dan penerangan. Serta turut memberikan tambahan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu komunikasi pembangunan.
7
Definisi Istilah Berikut ini dirumuskan beberapa definisi istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Video adalah suatu medium audiovisual yang dapat merekam dan menayangkan kembali gambar dan suara dilayar monitor.
2.
Model adalah pemain peran peraga yang membantu mengilustrasikan dan memberikan penjelasan secara visual pada tahapan-tahapan isi pesan yang akan disampaikan. Ada dua model pada penelitian ini yaitu model laki-laki dan model perempuan.
3.
Suara narator merupakan jenis suara yang membacakan narasi bertujuan untuk menjelaskan setiap tahapan
isi pesan dalam bentuk audio yang
disajikan oleh video. Suara narator pada penelitian ini yaitu suara narator laki-laki dan suara narator perempuan. 4.
Jenis kelamin adalah ciri-ciri biologis alamiah yang membedakan perempuan dan laki-laki yang tidak dapat berubah sepanjang hidup.
5.
Gender adalah pembuatan klasifikasi yang didasarkan pada kedudukan atau fungsi, sifat seperti laki-laki dan perempuan.
6.
Peningkatan pengetahuan dapat dilihat dari jumlah tambahan pengetahuan setelah menyaksikan media video dengan mengacu pada selisih skor antara pretest dan postest.
7.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
dirancang
dengan
metode
quasi
eksperimental,
menggunakan desain the non equivalent control group design dan rancangan faktorial 2 x 2. Unsur audio visual yang ada pada medium video menjadi unsur yang ingin dilihat keefektivannya dalam mempengaruhi kawasan kognitif khalayak. Faktor perlakuan yang diteliti meliputi model dan suara narator pada medium video. Masing-masing faktor perlakuan berbasis pada gender, yaitu pada faktor model terdiri atas model laki-laki dan model perempuan, serta pada faktor
8
suara narator terdiri atas suara narator laki-laki dan suara narator perempuan. Dari dua faktor tersebut menghasilkan empat kombinasi perlakuan. Pesan yang disampaikan pada penelitian ini berdasarkan pada kebutuhan informasi khalayak dan merupakan pesan yang bersifat instruksional, yaitu informasi tentang air bersih. Dua faktor yang diteliti, model dan suara narator menyampakan pesan tentang air bersih tersebut melalui medium video. Medium video pada penelitian ini menggunakan format Video Compact Disc (VCD). Pengaruh dari jenis model dan jenis suara narator yang berbasis pada gender, dilihat dari peningkatan pengetahuan yang terjadi setelah pesan tentang air bersih diberikan pada empat kelompok kombinasi perlakuan. Peningkatan pengetahuan dilihat dari jumlah tambahan pengetahuan setelah menyaksikan pesan tentang air bersih yang diberikan model dan suara narator pada medium video, dengan mengacu pada selisih pengukuran awal sebelum perlakuan diberikan dan pengukuran akhir setelah perlakuan diberikan. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kerangka Pemikiran Video merupakan salah satu medium yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau media pembelajaran untuk pendidikan formal maupun nonformal pada khalayak.
Video memiliki unsur audio visual yaitu
narasi, musik, dialog, sound efek, gambar, teks, foto, animasi dan grafik. Dengan unsur-unsur tersebut, video mempunyai kelebihan dibandingkan media yang lain, serta video memberikan efek yang berbeda pada seseorang, namun belum tentu efektif penggunaannya pada kondisi tertentu. Oleh sebab itu diperlukan desain pesan yang efektif. Penelitian tentang video ini dirancang agar dapat mengungkapkan beberapa unsur video yang dapat mempengaruhi potensi video dalam peranannya sebagai medium untuk menyebarluaskan informasi air bersih. Unsur video ini meliputi: (1) model, terdiri atas model perempuan dan model laki-laki, (2) suara narator, terdiri atas suara narator perempuan dan suara narator laki-laki. Dua faktor tersebut besar pengaruhnya terhadap keefektivan penggunaan medium
9
video sebagai medium untuk menyebarluaskan informasi tentang air bersih, karena itu dua faktor tersebut dibahas secara mendalam pada penelitian ini. 1. Model laki-laki dan model perempuan Medium video dalam kemasan penyajian visualnya memerlukan seorang model untuk menjadi peraga atau contoh dari tahapan pesan yang ingin disampaikan pada khalayaknya. Rakhmat (2005) mengatakan bahwa komunikasi massa
menampilkan
berbagai
model
untuk
ditiru
khalayaknya
yang
mempertontonkan perilaku fisik yang mudah dicontoh, sehingga model pada media massa sangat berperan dalam menyebarkan mode berpakaian, berbicara atau berperilaku tertentu lainnya. Model yang ingin dilihat keefektivannya adalah model perempuan dan model laki-laki. Bagi penerima pesan, dari dua model ini mana yang lebih efektif menyampaikan pesan melalui media video belum terungkap. Pesan yang disampaikan menjadi lebih persuasif dan akrab dengan khalayak, turut dipengaruhi juga secara visual oleh faktor siapa yang membawakan pesan tersebut.
Faturochman (2007) mengungkapkan bahwa
seorang peniru (penonton) secara tidak sengaja (tidak didasari oleh rasionalitas) akan dengan cepat menerima pesan yang disampaikan dan mengadopsinya apabila penonton tersebut tertarik dan mengagumi model yang dia lihat dalam sebuah tayangan televisi.
Dengan demikian orang yang dipilih sebagai model perlu
dipilih yang berorientasi pada khalayak, agar pesan visual yang disampaikan dapat efektif untuk menunjang medium video. Model perempuan ada kecendrungan lebih mudah untuk mempengaruhi khalayak penonton.
Hal ini dapat dilihat pada frekuensi pemunculan model
perempuan di televisi yang lebih sering ditampilkan daripada model laki-laki (Arifin, 2001). Ada anggapan bahwa model perempuan lebih bisa menjual suatu tayangan di televisi daripada model laki-laki, dan akibatnya banyak kontroversi seputar permasalahan tersebut khususnya isu bias gender dalam media massa. Astuti (2004) mengatakan bahwa pertimbangan menggunakan model perempuan, semata-mata karena pertimbangan bisnis berdasarkan pertimbangan efektivitas pesan yang ingin dikomunikasikan. Bila kelompok sasaran akan tergerak dengan
10
adanya sosok perempuan, maka hal itu merupakan dasar keputusan untuk menggunakan perempuan sebagai model tayangan visual. Daya tarik visual yang ditampilkan dalam medium video melalui seorang model, merupakan langkah awal untuk menarik perhatian dan memikat penontonnya.
Lebih jelasnya, seorang model
merupakan indikator yang
digunakan dan ditujukan untuk memancing afeksi-reaksi yang emosional. Dalam ilmu psikologi, Faturochman (2007) menjelaskan bahwa dalam konteks penilaian terhadap daya tarik, ketertarikan yang muncul pada awal hubungan biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lahiriah sifatnya. Dimana ada kecendrungan pada pembentukan kesan pertama seseorang akan memperhatikan dan mudah tertarik pada lawan jenisnya. Meskipun dalam kondisi tertentu ada pengecualian. Melihat pada sebuah tayangan iklan, misalnya iklan produk motor yang memajang perempuan cantik dan seksi yang tidak ada hubungannya dengan motor yang diiklankan. Sasarannya adalah konsumen laki-laki yang berkepentingan dengan keseksian model iklan. Demikian pula dengan produk iklan perempuan, misalnya produk kecantikan yang memasang model laki-laki, akan tetapi perbedaannya adalah konsumen perempuan juga disuguhi dengan dominasi model iklan perempuan yang cantik dan seksi, dimana tampilan model tersebut juga sangat mempengaruhi persepsi konsumen perempuan (Astuti, 2004). Dari beberapa uraian di atas, penulis berpendapat seseorang akan lebih tertarik pada lawan jenisnya, dimana laki-laki lebih tertarik memperhatikan model perempuan dan perempuan lebih tertarik memperhatikan model laki-laki meskipun pada kondisi tertentu perempuan juga akan tertarik memperhatikan model
perempuan,
khususnya
apabila pesan
yang disampaikan
model
berhubungan dengan kebutuhan penonton perempuan. Akan tetapi secara keseluruhan ada kecenderungan model perempuan lebih berpengaruh dari model laki-laki. 2. Suara narator laki-laki dan suara narator perempuan Medium video memerlukan suara narator pada saat penayangannya. Suara narator merupakan media audio yang berfungsi merangsang indera pendengar. Suara yang merangsang indera ini, pada medium video berisi tahapan pesan yang disesuaikan dengan tampilan visualnya.
11
Suara narator yang ingin dilihat keefektivannya adalah suara narator lakilaki dan suara narator perempuan. Dari dua jenis suara ini dilihat mana yang lebih mempengaruhi keefektivan suatu pesan video. Pesan video akan lebih mudah diterima khalayaknya apabila didukung dengan suara narator yang bisa membawakan narasi pesan dengan baik. Sehingga seorang narator perlu dipilih agar pesan narasi yang disampaikan dapat efektif untuk menunjang pesan video. Unsur jenis kelamin narator sangat berpengaruh dalam penyampaian pesan-pesan tertentu.
Suara perempuan sangat cocok dalam upaya menarik
simpatik dan menggugah emosi khalayak pendengar. Arliss dalam Aryati (2007) menjelaskan bahwa suara perempuan umumnya lemah lembut sedangkan suara laki-laki lantang dan tegas.
Tetapi bila ingin menyampaikan pesan-pesan yang
bersifat informatif ada baiknya menggunakan suara pria karena suara narator pria umumnya sangat jelas dan mudah diterima (Kemp, 1988) dan tidak sensitif dalam suasana perasaan (Robert, 1979). Suara narator laki-laki cenderung lebih mempengaruhi pendengarnya dibandingkan suara narator perempuan, khususnya dalam pesan-pesan informatif pada konteks pesan audio. Arliss dalam Aryati (2007) menjelaskan bahwa suara narator laki-laki lebih tegas, jelas dan rasional sehingga pendengarnya akan mudah menerima tahapan pesan informatif yang disampaikan, sedangkan suara narator perempuan lebih halus, dan lebih emosional. Akan tetapi pada suatu kondisi khalayak perempuan, suara narator perempuan akan berperan sangat penting untuk mempengaruhi khalayaknya karena sifat alami seorang perempuan yang emosional dan lebih mudah terpengaruh oleh informasi, apalagi bila disampaikan dengan intonasi yang lebih menggugah perasaan dan emosional. Suara narator dalam psikologi komunikasi berkaitan dengan kredibilitas sumber.
Rakhmat (2005) menjelaskan bahwa kredibilitas sumber merupakan
persepsi komunikan, jadi tidak inheren dalam diri komunikator.
Sehingga
kredibilitas berubah tergantung pada komunikan, topik yang dibahas dan situasi. Karena kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, maka dia dapat berubah dan diubah serta dapat terjadi atau dijadikan.
Dari beberapa penjelasan tersebut
12
penulis berpendapat ada kecendrungan suara narator laki-laki lebih berpengaruh dari suara narator perempuan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat alur pikir yang merangkum dan menggambarkan gagasan yang muncul. Alur pikir ini mencoba memberikan visualisasi terhadap kerangka pemikiran yang ada agar bisa dipahami.
Alur
pemikiran dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut ini. Informasi Air Bersih
Diformat
Video
Didesain
Faktor Perlakuan :
Peubah bebas
Model 1. Model Laki-Laki (ML) 2. Model Perempuan (MP) Suara Narator 1. Suara Laki-Laki (SL) 2. Suara Perempuan (SP)
Peubah tidak bebas
Peningkatan Pengetahuan Tentang Air Bersih
Gambar 1. Kerangka penelitian yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang air bersih
13
Hipotesis Penelitian ini menguji sejauh mana pengaruh masing-masing faktor perlakuan pada medium video mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang informasi air bersih. Oleh karena itu, maka dalam penelitian diajukan hipotesis sebagai berikut: H1
:
Media video mampu meningkatkan pengetahuan tentang air bersih.
H2
:
Skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan model perempuan tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan dengan model laki-laki.
H3
:
Skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan menggunakan penjelasan suara narator laki-laki tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan dengan penjelasan suara narator perempuan.
H4
:
Jenis model laki-laki dan model perempuan berinteraksi secara nyata dengan jenis suara narator laki-laki dan suara narator perempuan dalam mempengaruhi skor peningkatan pengetahuan tentang air bersih.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari asal kata dalam bahasa latin communica yang artinya membagi (Cangara, 2006). Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi di antara individu-individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Secara umum komunikasi diartikan sebagai proses pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri sendiri atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu (Djuarsa, 1999). Alat bantu komunikasi atau media komunikasi merupakan pancaindera eksternal yang membantu menerangkan, memperjelas atau menyampaikan sesuatu informasi atau buah pikiran di samping kata-kata, emosi dan gerak tubuh seperti proksemik, kinesik, artifaktual (Bajari, 2001). Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi (Rakhmat,
massa 2005),
dikomunikasikan
yang yakni
melalui
paling
sederhana
komunikasi media
massa
dikemukakan
massa pada
oleh
Bittner
merupakan
pesan
yang
sejumlah
besar
orang
(“mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people”). Menurut Kuswandi (1996), media massa terbagi atas dua bagian, yaitu: (1) media massa elektronik (televisi, radio, video dan film) dan (2) media massa cetak (koran, majalah, folder, booklet, leaflet, spanduk). Setiap media massa mempunyai kekuatan masing-masing, tetapi pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasaran agar well informed (tahu informasi). Media ini sangat efektif untuk menjangkau masyarakat luas dalam menyebarkan informasi, sehingga perlu mendapat perhatian bagi komunikator, baik dari aspek manajemen maupun teknis penggunaannya.
15
Unsur-unsur penting dalam media massa yaitu, (1) adanya sumber informasi, (2) isi pesan (informasi), (3) khalayak sasaran (masyarakat), (4) umpan balik khalayak sasaran (Karlinah, 2000). Dari kelima komponen maka terciptalah proses komunikasi antara pemilik isi pesan (sumber informasi), dengan penerima pesan melalui saluran informasi (media). Berkaitan dengan penggunaan media film video dalam diseminasi teknologi, Slamet (2003) mengemukakan bahwa untuk televisi dan video pada umumnya merupakan media yang sangat efektif untuk masyarakat sasaran yang telah mampu berkomunikasi secara interpersonal dan prasarananya telah tersedia. Bentuk saluran ini sangat efektif untuk menarik minat dan merubah aspek kognitif khalayak. Media Audio Visual Video Media audio visual video adalah suatu unit peralatan elektronik yang dapat merekam informasi gambar dan suara dari sumber-sumber sinyal video, ke dalam pulsa-pulsa pita magnetik berlapis oksida, kemudian bila perlu informasiinformasi tersebut dapat dikonversi kembali ke dalam bentuk gambar nyata pada layar monitor (Gozalli, 1986). Medium video mulai berkembang pada sekitar tahun 1960-an (Gaerlach dan Ely, 1972), dimana pada saat itu video hanya digunakan untuk keperluan siaran televisi. Medium ini digunakan untuk merekam gambar dan suara yang berasal dari kamera televisi, kemudian hasil rekaman tadi dikonversi kembali pada waktu ”play back” menjadi gambar dan suara di layar magnetik. Pada waktu itu peralatan video yang digunakan masih tergolong besar (large format). Pita (tape) yang dipakai berupa pita magnetik selebar 2 inchi dalam bentuk pita gulungan terbuka (open reel). Alat ini tidak praktis sehingga penggunaannya terbatas untuk keperluan studio televisi saja. Tahun 1960-an, format video tape recorder (VTR) berubah menjadi 1 inchi, sehingga ukurannya lebih kecil dan praktis. Pada waktu tersebut, video sudah mulai digunakan untuk keperluan pendidikan (Gaerlach dan Ely, 1972). Seiring dengan berjalannya waktu video semakin berkembang, peralatan video semakin ringkas dan canggih. Fomat VTR berubah semakin kecil menjadi ¾ inchi dan ½ inchi. Pita perekam yang pada awalnya berupa ”open reel” atau
16
”reel to reel” berubah menjadi ”cartridge” kemudian menjadi lebih ringkas lagi berupa kaset yang dibungkus dengan plastik ringan (Besinger, 1991). Perkembangan ini mengakibatkan medium video menjadi lebih ringkas, ringan serta mudah digunakan. Kemajuan teknologi audio visual semakin pesat saat ini format video tidaklah hanya berbentuk VTR tetapi berupa piringan video dalam bentuk video disc, laser disc atau compac disc, dengan semakin mudahnya video dioperasikan kini video banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan atau penyuluhan. Implikasi dari penggunaan video kini sudah meluas, misalnya kegiatan hiburan, pendidikan, penyuluhan, kursus, perdagangan dan penelitian (Bajari, 2001). Menurut Fardiaz
dalam Jahi (1988), piringan video adalah alat yang
mampu menghasilkan gambar bergerak dan diam dengan suara yang diperoleh dari rekaman video dan teknologi komputer. Komputer pada saat ini sudah ada perangkat multimedia salah satunya adalah pemutar video yang disebut CD-ROM, selain dengan format VCD kini sudah bisa digunakan dengan format DVD. Menggunakan format ini kapasitas memori untuk video lebih besar, selain itu kualitas gambar dan audio lebih bagus. Perkembangan yang telah diraih pada bidang teknologi video menyebabkan pemakaian medium ini semakin meluas. Dalam kegiatan instruksional, video dalam bentuk piringan CD adalah media audio visual yang menampilkan unsur pesan, gambar bergerak dan musik. Pesan yang disajikan bisa berupa fakta, informatif, edukatif maupun instruksional. Mengkomunikasikan suatu pesan dan informasi kepada khalayak, medium video memiliki kelebihan dibandingkan medium lain. Keunggulan video antara lain yaitu: a) memperlihatkan gerak, b) memperpendek jarak dan waktu, c) memperlihatkan fenomena yang tidak dapat dilihat mata, d) mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audience) yang spesifik, e) dapat digunakan berulangulang kali, f) dapat mengulangi sequence secara akurat, g) mampu memancing emosi, h) berisi visual, i) menayangkan unsur gambar dan suara, j) dapat menekankan pada sequence tertentu (Pribadi, 2003). Medium video selain memiliki kelebihan juga memiliki keterbatasanketerbatasan. Schramm (1984) menjelaskan bahwa video termasuk medium
17
dengan daya liput yang terbatas kemampuannya. Inilah yang membedakannya dengan medium televisi yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Namun dengan keterbatasan itu, video cocok sebagai medium belajar untuk kelompok yang spesifik dengan kebutuhan dan minat tertentu (Nielsen, 1981). Menyebarluaskan suatu informasi, medium video merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan. Dengan medium video dalam penyebaran informasi berisi pesan-pesan instruksional menjadi lebih produktif, lebih efektif dan efisien (Kemp, 1988). Dengan memperhatikan desain dari medium video ini, proses penyampaian pesan akan lebih bisa diterima oleh khalayak dengan baik. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999), penyampaian pesan yang menggunakan ilustrasi dari alat bantu audiovisual akan lebih mengingat banyak pesan. Media audiovisual memainkan dua peran yang berbeda yaitu memperbaiki alih proses informasi dan memotivasi untuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tahap Pengembangan Pesan pada Video Pengembangan pesan dibagi ke dalam tiga tahap yaitu: 1) tahap pengembangan ide, meliputi pengumpulan materi pesan, penyeleksian dan penyusunan pesan ke dalam medium yang telah ditetapkan, 2) tahap penetapan tujuan yang akan dicapai, yaitu apakah pesan yang akan dikembangkan itu akan mempengaruhi rana kognitif, afektif atau psikomotorik khalayak, 3) tahap analisis khalayak, yaitu menyangkut karakteristik khalayak yang dituju. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik khalayak dalam pengembangan suatu pesan diperhatikan. Disarankan oleh Lazarfeld dalam Schramm (1984) yaitu agar pengembangan pesan dapat efektif sesuai dengan khalayak yang dituju, maka sebelumnya perlu mempelajari karakteristik khalayak tersebut, seperti: pendidikan, umur, pekerjaan dan saluran komunikasi yang digunakan. Lionberger dan Gwin (1982) mengemukakan beberapa karakteristik individu yang berpengaruh terhadap adopsi adalah: umur, tingkat pendidikan dan psikologis. Sehubungan dengan karakteristik khalayak, karakteristik psikologis menurut Lionberger adalah faktor rasionalitas.
18
Efek Media Audiovisual (Video) Perencanaan pesan komunikasi merupakan hal penting dan berkaitan langsung dengan penetapan tujuan komunikasi. Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: 1) efek kognitif, 2) efek afektif, 3) efek konatif (Gonzales dalam Jahi, 1988). Tujuan komunikasi sangat berkaitan dengan efek apa yang diharapkan akan terjadi pada sasaran. Efek kognitif yaitu meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan ilmu pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan
emosi, perasaan dan attitude (sikap) dan efek konatif berhubungan
dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Hal ini juga didukung oleh pendapat Lionberger dan Gwin (1982), yang mengatakan bahwa ada tiga jenis efek yang dihasilkan oleh keterdedahan pada media massa. Pertama efek kognitif yaitu dapat merubah atau menambah informasi orang yang terdedah. Kedua efek afektif, yaitu merubah sikap, kepercayaan atau opini orang terhadap sesuatu termasuk bagaimana mereka merasakan dirinya, ketiga efek behavioral yaitu dapat membawa kepada perubahan perilaku. Rakhmat (2007) mengemukakan efek pesan media massa meliputi: 1) efek kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi, 2) efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai, 3) efek behavioral, merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi pola-pola tindakan kegiatan atau kebiasaan berperilaku. Berdasarkan dari uraian di atas, maka media audiovisual (video) dapat dikategorikan sebagai media dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan ingin belajar dan diharapkan adanya pengetahuan. Pada penelitian ini, efek kognitif diarahkan pada peningkatan pengetahuan khalayak. Peningkatan pengetahuan dalam penelitian dinyatakan sebagai skor tambahan pengetahuan yang diperoleh dari selisih antara skor pengetahuan sebelum melihat video dengan skor pengetahuan setelah melihat video tentang air bersih.
19
Model Pada Video Seorang model sangat diperlukan dalam menjelaskan suatu informasi yang disampaikan melalui medium visual seperti video. Flemming dan Levie (1978) menyatakan lebih 80 persen dari seluruh informasi yang kita peroleh melalui mata, karena kita hidup dalam masyarakat yang visually oriented. Karenanya fungsi gambar hidup seperti model sangat diperlukan dalam menjelaskan suatu informasi yang disampaikan melalui visual. McQuail
(1987)
mengemukakan
bahwa
model
dalam
tayangan
komunikasi massa merupakan aspek penting dalam membantu untuk memahami ragam isi pesan yang disampaikan melalui peran yang diberikan yang diarahkan untuk memperoleh perhatian dari penonton melalui penampilan dan unsur gerakan tubuh sehingga menciptakan perhatian dan persamaan persepsi penontonnya terhadap isi pesan yang disampaikan. Fungsi model sebagai penyaji pesan yang disampaikan dalam video sebagai alat bantu pengajaran, penerangan dan penyuluhan sangat terikat dengan materi atau persoalan yang akan divisualkan. Secara umum model berfungsi menjelaskan suatu konsep atau objek tertentu yang kurang tepat jika hanya menggunakan sejumlah kata saja (Solomon, 1974). Menurut Ring (1984) seorang model sebagai pemeran ilustrasi pada video menarik dan efektif. Dengan adanya model maka video sangat efektif dalam menyebarkan informasi visual karena tahapan pesan dapat dilihat. Secara lebih lengkap Ring mengatakan model berfungsi untuk : a. Menjadikan daya tarik mata, b. Memperjelas informasi, c. Menekankan bagian-bagian yang penting, d. Memusatkan perhatian penonton. Dengan demikian, pada video model sebagai suatu ilustrasi akan fungsional bila dia dapat diinterpretasikan dengan tepat oleh penontonnya. Dewasa ini, hampir seluruh pesan visual memakai model untuk memperjelas pesan yang disampaikannya. Banyak macam model yang saat ini digunakan para komunikator media massa, namun pada penelitian ini hanya memfokuskan pada jenis kelamin model yaitu model laki-laki dan model perempuan.
20
Astuti (2004) mengungkapkan bahwa di antara seluruh wujud representasi model perempuan dalam komunikasi visual, frekuensi kemunculannya lebih sering dibandingkan model laki-laki. Pertimbangan menggunakan model iklan perempuan misalnya, semata-mata berorientasi pada pertimbangan bisnis dan berdasarkan pertimbangan efektifitas pesan yang ingin dikomunikasikan. Ratarata kelompok sasaran akan tergerak dengan adanya sosok perempuan, maka hal itulah yang merupakan dasar keputusan untuk menggunakan perempuan sebagai model iklan. Lebih lanjut Arifin (2001) berpendapat model perempuan pada media visual seringkali menjadi daya tarik bagi penontonnya baik kaum laki-laki maupun perempuan yang akhirnya berkembang menjadi tindakan eksploitasi bagi para pelaku bisnis. Dalam tayangan iklan yang sebetulnya produknya tidak perlu menghadirkan perempuan, tapi tetap memaksakan memasang perempuan dalam iklannya. Dengan demikian, daya tarik model perempuan dalam kemasan media visual lebih kuat posisinya dibandingkan model laki-laki. Namun, setiap individu memiliki kriteria tertentu dalam memberikan penilaian dan dapat dikatakan efek daya tarik tiap individu dan tiap jenis kelamin seringkali tidak sama dalam menginterpretasikan pesan yang disampaikan. Suara Narator Video Video memerlukan suara narator untuk menyajikan pesan atau informasi dengan penjelasan dan uraian yang mendalam, sehingga pesan yang disampaikan akan lebih efektif diterima pemirsanya. Suara yang menyertai medium video ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan terhadap isi pesan yang disampaikan lewat gambar sehingga informasi yang disajikan menjadi lebih mudah dimengerti (Kemp, 1988).
Hasil penelitian Iskandar (2005) mengungkapkan bahwa
penjelasan pesan visual bersuara melalui medium video paling efektif untuk meningkatkan pengetahuan pemirsa daripada penjelasan visual tanpa suara. Unsur audio pada rancangan pesan video harus diperhatikan agar pesan dapat diterima dengan baik oleh indera pendengaran pemirsa, karenanya untuk suara narator memerlukan suara yang jelas.
Suara terjadi di pangkal
kerongkongan. Bila pita suara di pangkal kerongkongan saling mendekat akan
21
terjadi celah di antara kedua pita suara. Jika pada celah tersebut disalurkan nafas dengan rata dan teratur maka akan terjadi suara (Sudjana, 1979). Suara berasal dari vibrasi sumber bunyi yang beraturan, sengaja diatur oleh kepandaian manusia, sehingga hasilnya adalah kebersihan dan kemerduan suara. Dasar-dasar suara meliputi sikap, nafas, proses vokal dan macam resonansi. Penyiar radio atau narator harus mempunyai dasar suara (Robert, 1979). Bormann dan Bormann (1986) mengatakan bahwa pesan harus mengandung kekuatan suara yang cukup agar dapat sampai pada saluran menuju penerima yang dimaksud sehingga pesan dapat diterima dan dimengerti. Seorang pembicara dapat menekankan sesuatu yang penting dalam pesannya dengan lebih mempertegas atau memperlembut ucapannya daripada tingkat suara yang wajar. Setiap individu memiliki karakteristik suara yang berbeda, sebab produk suara terbentuk dari susunan tulang atau gigi, pita suara, rongga mulut dan rongga hidung serta sangat dipengaruhi oleh jenis kelaminnya. Jenis suara manusia pada dasarnya dibedakan dalam 4 kategori, yaitu : (1) Sopran, suara perempuan dengan nada tinggi, (2) Alto, suara perempuan dengan nada rendah terdengar lebih berat, (3) Tenor, suara pria dengan nada tinggi kesannya ringan, (4) Bass, suara pria dengan nada rendah dan terkesan berat (Aryati, 2007).
Lebih lanjut Robert
(1979) mengungkapkan bahwa suara perempuan yang umumnya lemah lembut sangat cocok dalam upaya menarik simpatik dan menggugah emosi khalayak pendengar.
Namun, bila ingin menyampaikan pesan-pesan yang bersifat
informatif, lebih baik menggunakan suara pria karena suara narator pria umumnya sangat jelas dan mudah diterima serta tidak sensitif dalam suasana perasaan (Kemp, 1988). Pembentukan suara dan cara berbicara sangat penting pada unsur audio video karena sangat mempengaruhi pemirsanya. Untuk itu narator sebaiknya berasal dari orang-orang yang mampu bicara secara terang dan jelas serta dapat menginterpretasikan narasi. Maloney (1979) menyatakan bahwa narator hendaknya mampu berbicara dalam keadaan normal atau biasa, serta dalam situasi alami. Suara narator video akan dapat menjadi sangat vital dalam mempertinggi sensitivitas dan implikasi emosi dari suatu media (Brown et.al, 1997). Fungsi suara narator bukan saja
22
untuk didengar, tetapi juga harus dapat menciptakan perasaan pendengar untuk suatu kejadian aktual. Dengan demikian suara narator adalah macam suara yang membaca narasi, bertujuan untuk menjelaskan setiap gambar atau caption yang disajikan oleh video. Rohadji (1991) mengemukakan bahwa suara narator merupakan elemen penting dalam merancang pesan video, karena dapat menjadi sangat vital dalam mempertinggi sensitivitas dan implikasi emosi dari media tersebut.
Faktor
maturiti, jenis kelamin dan intonasi suara sangat mempengaruhi khalayak penonton video untuk terlibat aktif dalam materi yang dipresentasikan. Penggunaan suara narator yang sesuai dengan suasana dan lingkungan khalayak sasaran, akan memudahkan pemahaman isi pesan video tersebut. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis suara narator, yaitu suara narator perempuan dan suara narator laki-laki. Gender Gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan budaya (Fakih, 1994). Sementara itu menurut Sudrajat (1994), gender adalah kategori sosial (feminitas dan maskulinitas) yang tercermin dalam perilaku, keyakinan dan organisasi sosial. Gender merupakan sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang tercermin dalam perilaku, keyakinan dan organisasi sosial. Ketika kita memberi makna terhadap kelahiran seorang bayi sebagai anak laki-laki atau perempuan berarti kita menjelaskan seks. Ketika kita membelikan seorang anak sebuah boneka atau sebuah mobil-mobilan berarti kita menjelaskan gender (Rothschild dalam Bangun, 1994). Kartono (1986) mengatakan bahwa sesungguhnya ada perbedaan esensial dalam karakter perempuan dan laki-laki, itu sudah diakui orang sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Baik para ahli pikir, pujangga maupun buku-buku agama telah memaparkan perbedaan ini.
Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah
mengatakan bahwa fisik maupun psikis perempuan dan laki-laki itu sama. Perbedaan yang fundamentalis antara perempuan dan laki-laki antara lain adalah betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi perempuan, namun pada intinya perempuan hampir tidak pernah tertarik menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti
23
kaum laki-laki. Hal ini karena struktur otak dan missi hidupnya. Jadi perempuan itu umumnya lebih tertarik pada hal-hal praktis. Gender menurut KPP (2007), mengacu kepada peran-peran yang dikonstruksikan dan dibebankan kepada perempuan dan laki-laki oleh masyarakat. Peran-peran ini dipelajari, berubah dari waktu ke waktu dan sangat bervariasi di dalam dan di antara berbagai budaya. Tidak seperti seks (perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki), gender mengacu kepada perilaku yang dipelajari dan harapan-harapan masyarakat yang membedakan antara maskulinitas dan feminitas. Tercakup dalam konsep gender juga harapan-harapan tentang ciri-ciri, sikap-sikap dan perilaku-perilaku perempuan dan laki-laki (feminitas dan maskulinitas). Hubeis (1994) menyatakan istilah jenis kelamin (seks) dan gender sudah meluas dipakai dalam berbagai laporan tentang masyarakat yang menyangkut lelaki dan perempuan.
Istilah seks digunakan untuk membedakan lelaki dan
perempuan dengan acuan pada perspektif biologis sedangkan istilah gender pada perspektif atribut-atribut sosial. Perbedaan ini seringkali sulit dilakukan dalam praktek karena dihadapi oleh perbedaan antara lelaki dan perempuan yang kemungkinan ditentukan oleh produk yang bersifat biologis atau sosial secara sendiri-sendiri atau kombinasi keduanya. Menurut Pearson (1985), jenis kelamin akan sangat berperan dalam mengefektifkan proses komunikasi yang berlangsung. Ada perbedaan antara lakilaki dan perempuan dalam mengefektifkan komunikasi. Peran perempuan dalam masyarakat, identik dengan peran reproduktif yaitu melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga (memasak, mengambil air dan kayu bakar, berbelanja, membereskan rumah dan memelihara kesehatan keluarga), yang diperlukan sebagai jaminan pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja selain juga pemeliharaan angkatan kerja (suami dan anak-anak yang bekerja) dan angkatan kerja masa depan (anak-anak balita dan anak-anak yang masih sekolah). Sedangkan laki-laki lebih identik dengan peran produktif, yaitu menyangkut kegiatan menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh dan diperdagangkan atau memperoleh keuntungan (bertani, nelayan, bekerja di pemerintahan atau
24
swasta) yang dibayar secara tunai atau secara barter, akan tetapi peran produktif dilakukan juga oleh perempuan (KPP, 2007). Penjelasan tersebut mengarah pada suatu kondisi yang terciptakan oleh peran-peran dalam masyarakat yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki karena jenis kelamin mereka berbeda (peran gender). Peran reproduktif penting untuk keberlangsungan hidup manusia, tetapi jarang dianggap sebagai pekerjaan. Peran reproduktif hampir selalu menjadi tanggung jawab perempuan dewasa dan anak perempuan. Hal ini menandakan bahwa kualitas hidup sumberdaya manusia dan sumberdaya lingkungan erat kaitannya dengan peran perempuan meskipun pada suatu kondisi keberadaan laki-laki juga turut mempengaruhinya. Pernyataan tersebut di atas juga didukung oleh pendapat Slamet (2007) yang menyatakan bahwa keberlanjutan lingkungan, khususnya kesehatan lingkungan air sangat dipengaruhi oleh peran serta kaum perempuan dalam penyediaan air bersih dan sanitasi. Dimana setiap harinya kaum perempuan dan anak-anaklah yang sangat membutuhkan air, karena merekalah yang mengurus ketersediaan minuman, makanan, air untuk mandi, cuci dan seterusnya. Bagaimana seorang ibu memilih, mengambil, menyimpan, memelihara dan memanfaatkan air, secara tidak langsung akan menjadi kebiasaan yang ditiru oleh anak-anaknya. Dari penjelasan tentang gender tersebut, dalam penelitian ini pengujian perlakuan berbasis gender pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dilihat pada penggunaan peubah jenis model dan jenis suara narator dalam mengantarkan suatu pesan yang dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan khalayaknya. Peningkatan Pengetahuan Peubah tak bebas dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan. Pengetahuan menurut Soekanto (1970) adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya.
Berdasarkan pendapat ini,
disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau dicamkan sebagai hasil penggunaan panca indera. Proses belajar dapat diperoleh dari rangsangan isi medium yang dirancang untuk menimbulkan pemikiran tentang informasi yang disampaikan. Karena itu
25
isi medium harus relevan dengan persepsi yang dituntut dari khalayak (McQuail dan Windhal, 1985). Menurut Rakhmat (2005), apabila kita merangkai huruf kalimat dan mulai menangkap makna dari apa yang dilihat dan didengar maka terjadilah persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek peristiwa atau hubungan yang diperoleh melalui kesimpulan informasi dan penafsiran pesan. Proses penerimaan stimuli atau sensasi dan memberi arti (persepsi) pada sensasi sangat diperlukan dalam memperoleh pengetahuan baru. Depari (1978) mengatakan bahwa media massa tidak langsung mengubah sikap dan tingkah laku khalayaknya. Akan tetapi menurut DeFleur dan Rokeach (1982), media massa dapat menjadi sumber pengetahuan bagi khalayaknya. Perubahan sikap dapat terjadi apabila khalayaknya mempunyai perhatian, pemahaman dan penerimaan (Hovland dalam Lowery dan DeFleur, 1988). Dari pendapat ini dapat disimpulkan, bahwa efek yang muncul pertama kali dari informasi yang disampaikan adalah adanya perubahan pengetahuan pada khalayak sasaran.
Baru kemudian penentuan sikap khalayak terhadap informasi yang
disampaikan. Air Bersih Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kemajuan suatu masyarakat. Faktor yang penting dan dominan dalam penentuan derajat kesehatan masyarakat adalah keadaan lingkungan dan komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan adalah air. Bagi manusia, air berperan dalam kegiatan pertanian, industri dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Menurut Slamet (2007), air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Secara kualitas, air harus tersedia pada
kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi. Air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi standar baku air untuk rumah tangga. Kualitas air yang baik ini tidak selamanya tersedia di alam. Adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam kelestarian air bersih.
26
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya.
Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan
masyarakat.
Pada jangka pendek, kualitas air yang tidak baik dapat
mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus atau disentri. Dalam jangka panjang, air yang berkualitas kurang baik dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi, anemia dan kerusakan ginjal.
Hal ini terjadi karena terdapatnya
logam-logam berat yang bersifat toksis (racun) dan pengendapan pada ginjal. Air untuk mandi maupun cuci yang tidak baik dapat berakibat langsung pada kesehatan mata dan kulit. Kuman, kudis, kurap dan borok dapat dengan mudah disebarkan melalui air. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (FPA, 2002). Slamet (2007) menjelaskan bahwa persyaratan untuk mengenali air bersih secara fisik yaitu : (1) air tidak boleh berwarna, harus jernih sampai kelihatan dasar tempat air tersebut, (2) air tidak boleh keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya, (3) air tidak boleh berbau, harus bebas dari bahan kimia, rasa asin, rasa asam atau rasa basa, (4) air tidak boleh berbau, harus bebas dari bau busuk, bau belerang dan sebagainya, (5) air harus sesuai dengan suhu sekitarnya atau lebih rendah, tidak boleh suhunya lebih tinggi. Mengenali air yang bersih dapat dilakukan penilaian kualitas air secara sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut : a)
Setengah gelas air yang akan diperiksa dicampurkan dengan setengah air teh.
b)
Selanjutnya didiamkan dalam keadaan terbuka selama satu malam.
c)
Keesokan harinya diperiksa apabila ada perubahan warna menjadi biru, ungu atau terjadi gumpalan berlendir dan lapisan seperti minyak dipermukaan berarti air tidak baik untuk dikonsumsi kebutuhan rumah tangga.
d)
Jika air campuran tetap jernih, berarti air yang diuji baik untuk kebutuhan rumah tangga. Pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air yang layak
untuk dikonsumsi, bersih dan sehat sesuai dengan standar mutu air untuk kesehatan. Pengolahan air sederhana dapat dilakukan secara individu, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah yang kesulitan menerima pasokan air bersih
27
dari Perusahaan Air Minum (PAM).
Berikut langkah-langkah melakukan
pengolahan air kotor dengan saringan pasir (aerasi dan filtrasi). Aerasi dan filtrasi dapat mengatasi kekeruhan serta menurunkan kandungan kation yang larut, terutama kadar besi (Fe), mangan (Mg) dan aluminium (Al). Bahan Baku Bahan yang diperlukan untuk membuat pengolahan air sebagai berikut : a)
Air baku ( air sumur atau air sungai)
b)
2 buah tempat air
c)
Kerikil
d)
Pasir halus
e)
Potongan arang batok kelapa
Cara Pengolahan a)
1 buah tempat air dilubangi bagian bawahnya (dasarnya), kemudian diletakkan di atas tempat air lainnya sehingga air dapat menetes ke tempat air yang ada di bawahnya.
b)
Dalam tempat air yang berada di atas, masukkan arang batok kelapa yang kecil-kecil hingga 5 cm dari dasar tempat air, kemudian masukkan pasir halus hingga mencapai ketinggian 30 cm dan terakhir masukkan kerikil di atas pasir hingga 5 cm. Sebelum semua dimasukkan, bahan harus dicuci.
c)
Lapisan kerikil, pasir dan arang inilah yang akan menyaring bahan endapan yang terkandung dalam air.
d)
Air yang sudah disaring untuk dapat diminum harus direbus sampai mendidih. Pemeliharaan perlu dilakukan melalui pencucian pasir apabila air yang ke
luar dari saringan sudah keruh atau mengalir lambat. Pasir, kerikil dan arang dikeluarkan kemudian dicuci sampai bersih, setelah itu dimasukkan kembali ke dalam tempat air. Diharapkan dengan cara pengolahan air sederhana ini dapat menjadi alternatif solusi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
METODE PENELITIAN Unit Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai kantor Kecamatan di Kota Banjarmasin. Pemilihan populasi penelitian ini dilakukan secara purposive yang didasarkan pada pertimbangan pegawai kantor Kecamatan merupakan bagian dari masyarakat kota Banjarmasin, dimana mayoritas aktivitas kehidupannya sangat bergantung dengan keberadaan air sungai dan seringnya mengalami kasus pasokan distribusi air PDAM yang tidak lancar. Penelitian ini melibatkan 80 orang pegawai kantor Kecamatan di Kota Banjarmasin yang dipilih secara acak. Unit eksperimen terdiri dari 40 orang pegawai laki-laki dan 40 orang pegawai perempuan dari 4 Kecamatan di Kota Banjarmasin.
Seluruh unit eksperimen dibagi menjadi 4 kelompok, masing-
masing kelompok eksperimen terdiri atas 20 orang (10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan).
Tiap kelompok memperoleh perlakuan berbeda yang
ditentukan secara acak. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode “Quasi Eksperimental“ dengan desain the non equivalent control group design dan rancangan faktorial 2 x 2 . Peubah bebas dalam penelitian ini, adalah Model (model laki-laki dan model perempuan) dan Suara Narator (laki-laki dan perempuan). Peubah tidak bebasnya adalah peningkatan pengetahuan tentang air bersih. Masing-masing peubah bebas yang masing-masing terdiri dari dua taraf tadi
akan diperoleh empat macam kombinasi perlakuan, dengan kombinasi
sebagai berikut: 1. Model Laki-Laki dan Suara Laki-Laki (ML SL) 2. Model Laki-Laki dan Suara Perempuan (ML SP) 3. Model Perempuan dan Suara Laki-Laki (MP SL) 4. Model Perempuan dan Suara Perempuan (MP SP) Desain penelitian dalam bentuk matriks dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
29
Tabel 1
Matriks ”Quasi Eksperimental The Non Equivalent Control Group Design (2 x 2 )” faktor peubah bebas dengan tingkat perlakuan serta distribusi responden (n) MODEL
FAKTOR
Model Laki-Laki (ML)
Model Perempuan (MP)
Suara Laki-Laki (SL)
Model Laki-Laki & Suara Laki-Laki (ML SL) n = 20
Model Perempuan & Suara Laki-Laki (MP SL) n = 20
Suara Perempuan (SP)
Model Laki-Laki & Suara Perempuan (ML SP) n = 20
Model Perempuan & Suara Perempuan (MP SP) n = 20
SUARA NARATOR
N = 80 orang
Keterangan : ML = Model Laki-Laki MP = Model Perempuan
SL = Suara Laki-Laki SP = Suara Perempuan
Peubah terikat yang diamati pada penelitian ini adalah perbedaan skor pengetahuan sampel tentang materi air bersih yang disajikan, akibat perlakuan yang diberikan. Materi yang diberikan menyajikan informasi yang sama yaitu tentang ”Pengolahan Air Bersih Sederhana.”
Materi ini dipilih berdasarkan
informasi tentang kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan. Prosedur penelitian eksperimental menuntut agar semua unit eksperimen memperoleh kondisi yang seragam, untuk itu pemberian perlakuan dilakukan serentak pada waktu, tempat dan jenis peralatan yang relatif sama. Petugas yang dilibatkan dalam pelaksanaan penelitian ini sebanyak empat orang, ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan pre-test, presentasi materi dan post-test pada empat kelompok eksperimen. Tahapan Penelitian Secara keseluruhan penelitian ini telah melalui tiga tahapan yang secara terinci diuraikan sebagai berikut: a. Tahap Pertama, yaitu tahap penyiapan materi penelitian, tahapan ini mencakup dua kegiatan utama yakni:
30
1. Observasi Awal Kegiatan ini merupakan tahap pengumpulan data dalam rangka mengidentifikasi permasalahan khalayak untuk merumuskan kebutuhan informasi yang paling sesuai untuk materi penelitian. Penjajagan ini diperlukan dalam menentukan. isi materi video yang paling tepat digunakan dalam penelitian. 2. Pembuatan video materi penelitian Meliputi aktivitas penyusunan skrip atau naskah, pengambilan gambar dan narasi, editing dan produksi. Pembuatan disesuaikan dengan kebutuhan informasi khalayak dan kemampuan penerimaan informasi mereka. b. Tahap Kedua adalah uji coba video dan instrumen, pengumpulan data uji coba dilakukan pada kelompok lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian. c. Tahap Ketiga adalah pelaksanaan penelitian yang meliputi: 1. Sepuluh menit pertama digunakan untuk memberikan penjelasanpenjelasan dan menyiapkan responden ke dalam suasana penelitian, serta membiasakan mereka dengan peralatan yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya efek ”novelty and disruption” yang dapat mengancam validitas eksternal penelitian. 2. Pengukuran awal (pre-test) terhadap pengetahuan responden selama 15 menit. 3. Presentasi materi melalui media video sekitar ± 7 menit. 4. Pengukuran akhir (post-test) selama 15 menit. 5. Pengisian kuesioner tentang tanggapan responden pada presentasi media sekitar 15 menit. Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu: (1) data karakteristik responden, (2), data tanggapan responden pada presentasi media (3) data perubahan pengetahuan responden akibat perlakuan yang diberikan. Data tentang karakteristik responden yang dilibatkan dalam penelitian ini meliputi : (1) umur, (2) tingkat pendidikan, (3) keterlibatan dalam penggunaan air sungai, (4) akses terhadap informasi air bersih, (5) kebutuhan informasi tentang
31
air bersih dan (6) kepemilikan terhadap media massa.
Data karakteristik ini
diukur dengan menggunakan skala pengukuran sebagai berikut : 1. Umur, diukur dengan skala interval yang penentuannya ditetapkan pada saat penelitian dilakukan dengan pembulatan ke arah tanggal lahir terdekat dalam satuan tahun. 2. Pendidikan formal, merupakan tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh responden, diukur dengan skala nominal pada kategori SD, SMP, SMA, diploma dan sarjana. 3. Keterlibatan dalam penggunaan air bersih, diukur dengan skala nominal pada kategori menggunakan dan tidak menggunakan. 4. Akses terhadap informasi air bersih, diukur menggunakan skala nominal dengan kategori pernah menerima informasi air bersih dan belum pernah menerima informasi air bersih. 5. Kebutuhan informasi tentang air bersih, diukur menggunakan skala ordinal dengan tingkatan sangat diperlukan, cukup diperlukan, kurang diperlukan dan tidak diperlukan. 6. Pemilikan media massa, diukur menggunakan skala nominal dengan kategori memiliki dan tidak memiliki berdasarkan jenis media massa seperti radio, televisi, surat kabar, vcd atau dvd, brosur, leaflet dan internet. Data karakteristik responden dikumpulkan pada waktu bersamaan dengan penelitian yaitu sebelum video tentang pengolahan air bersih sederhana di presentasikan pada responden. Data karakteristik responden diperlukan untuk mendukung deskripsi data peningkatan pengetahuan responden akibat perlakuan yang diberikan. Data tentang tanggapan responden pada presentasi video, tingkat pengukurannya menggunakan skala ordinal.
Indikator yang diukur adalah
tanggapan responden pada cara penyajian, kecepatan suara, kejelasan atau volume suara, gambar yang ditayangkan, lama penyajian dan isi pesan.
Data ini
diperlukan untuk mengetahui perubahan atau perbaikan media sesuai dengan penilaian atau tanggapan responden pada beberapa aspek teknis presentasi. Data tentang tanggapan responden dikumpulkan pada saat dilaksanakannya uji coba media.
32
Data perubahan pengetahuan responden diukur dalam skala rasio, yaitu dengan mengukur selisih nilai post-test dan nilai pre-test. Sedangkan aspek yang diukur terbatas pada kawasan kognitif ”ingatan dan pemahaman pesan”. Memperoleh data tentang peubah-peubah dalam penelitian ini, digunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Kuesioner pertama, berisi pertanyaan untuk menjaring informasi tentang karakteristik responden. Pertanyaan berbentuk terbuka sehingga responden dapat mengisi langsung jawaban pertanyaan pada tempat yang disediakan. 2. Kuesioner kedua, disusun untuk memperoleh informasi tentang tanggapan responden pada penyajian pesan melalui media video.
Tanggapan ini
disediakan pilihan jawaban, seperti: sangat setuju (SS), setuju (S) dan tidak setuju (TS). 3. Kuesioner ketiga, berbentuk pertanyaan pilihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. Apabila jawaban benar memperoleh skor satu (1) dan apabila jawaban salah memperoleh skor nol (0). Validitas dan Reliabilitas Validitas instrumen untuk mengukur perubahan pengetahuan responden, diusahakan dengan cara menyesuaikan isi kuesioner dengan materi yang disajikan. Validitas kuesioner untuk mengetahui tanggapan responden tentang aspek teknis presentasi media, diperiksa dengan cara : 1. Menganalisis butir-butir pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner penelitian lain yang telah dilakukan, berkaitan dengan peningkatan pengetahuan akibat presentasi video. 2. Berpedoman pada pendapat para ahli komunikasi, khususnya ahli media video serta berkonsultasi secara terus menerus dengan komisi pembimbing. Reliabilitas instrumen diketahui dengan melakukan uji coba kuesioner pengukur perubahan pengetahuan responden. Kegiatan ini dilakukan di Kantor Pemerintah Kota Banjarmasin, pada 32 orang pegawai Pemko Banjarmasin, di luar sampel penelitian. Data hasil uji coba instrumen kemudian dianalisis dengan prosedur pendugaan reliabilitas ”Kuder-Richardson” (Kountur, 2003).
33
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar r11 = 0,81.
Nilai reliabilitas tersebut menunjukkan instrumen yang
digunakan reliabel atau layak digunakan. Uji Coba dan Evaluasi Media Uji coba dan evaluasi media dilakukan sebelum media video digunakan dalam perlakuan eksperimen. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah video yang telah didesain dapat memiliki nilai efektifitas untuk kelayakan media. Kegiatan uji coba dan evaluasi media dilakukan dalam dua tahap berdasarkan Bertrand (1978), yaitu : 1. Metode Face Validity dan In House Metode ini melakukan evaluasi terhadap proses penyusunan naskah dan skenario yang digunakan dalam eksperimen berupa draft product yaitu desain storyboard dan rancangan audio kepada komisi pembimbing sebagai ahli yang mendalami bidang penelitian komunikasi. 2. Metode Open House Metode ini dilakukan dengan mengevaluasi video dengan menggunakan final product berupa video dalam bentuk CD yang sudah jadi. Uji coba dan evaluasi video dilakukan pada 32 orang pegawai kantor Pemerintah Kota Banjarmasin pada tanggal 29 Mei 2008, untuk meminta tanggapan mereka atas beberapa aspek teknis produksi dalam penggunaan visual dan teks, kesesuaian narasi, waktu penyajian, penggunaan musik latar dan hal-hal lain yang menyangkut media. Hasil uji coba instrumen media dengan menggunakan koefisien alfa (D), dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil uji coba media berdasarkan kelompok perlakuan Kelompok Perlakuan Video
Nilai Koefisien Alfa (-)
Model Perempuan + Suara Perempuan
0,96
Model Perempuan + Suara Laki-Laki
0.97
Model Laki-Laki
+ Suara Perempuan
0,94
Model Laki-Laki
+ Suara Laki-Laki
0,98
34
Hasil uji coba menunjukkan bahwa setiap perlakuan video secara keseluruhan layak digunakan untuk penelitian, tetapi ada beberapa responden menyarankan sebaiknya penggunaan musik latar menggunakan musik daerah. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian, selanjutnya dianalisis dengan beberapa prosedur statistik yang relevan yaitu: 1. Data tentang karakteristik responden diuraikan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan distribusi. Data umur, pendidikan formal, keterlibatan dalam penggunaan air sungai, akses terhadap informasi air bersih, kebutuhan informasi air bersih, dan kepemilikan media massa dikelompokkan menurut kategorisasi dan dianalisis dengan prosedur persentil. 2. Perbedaan skor pre-test dan post-test responden dianalisis dengan uji t dua sampel berpasangan (Paired Sample t-Test). 3. Mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh perlakuan media terhadap peningkatan pengetahuan responden, digunakan analisis sidik ragam (analysis of varians) (Kerlinger, 2004). 4. Apabila pengujian analisis sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata, maka untuk mengetahui nilai tengah mana saja yang sama dan mana yang tidak sama di antara nilai-nilai tengah peningkatan pengetahuan responden, dilakukan uji wilayah berganda Duncan (Duncan’s multiple range test) (Walpole, 1997). Analisis sidik ragam, Uji t-Test dan Uji wilayah berganda Duncan dihitung dengan menggunakan komputer program Software SPSS versi 14.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian awal bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian dilanjutkan dengan uraian tentang karakteristik responden, pengukuran pengetahuan awal (pre-test), pengetahuan akhir (post-test) dan peningkatan pengetahuan responden. Pengukuran dianalisis dengan prosedur statistik, menggunakan analisis ragam untuk mengetahui apakah di antara kelompok perlakuan terdapat perbedaan pada pre-test, post-test dan peningkatan pengetahuan responden. Untuk melihat perbedaan data pre-test dengan post-test sebagai akibat adanya perlakuan dilakukan uji t – dua sampel berpasangan (Paired Sample t – Test). Pengukuran pengaruh perlakuan pada peningkatan pengetahuan responden dilakukan dengan menguji perbedaan skor post-test dan pre-test, yaitu selisih antara skor pengetahuan responden sesudah dan sebelum menyaksikan presentasi video. Untuk mengukur perbedaan pengaruh perlakuan media terhadap peningkatan pengetahuan responden digunakan analisis sidik ragam. Lokasi Penelitian Kota Banjarmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, dengan luas wilayah 72 Km2 atau 0,19 persen dari luas total Provinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin terletak di ujung selatan Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu di sepanjang Sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura. Kota Banjarmasin terdiri atas 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kecamatan Banjarmasin Tengah dan Kecamatan Banjarmasin Utara. Wilayah Kota Banjarmasin yang dikelilingi air sungai secara geografis terletak pada garis 03o15’ 03o22’ LS dan 114o52’ - 114o98’ BT serta berada pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan laut, berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala di sebelah utara dan barat, serta berbatasan dengan Kabupaten Banjar di bagian selatan dan timur (BPS Kota Banjarmasin, 2006).
36
Kota Banjarmasin dipengaruhi dua aliran sungai besar, yaitu Sungai Barito dan Sungai Martapura dengan jarak dari laut ± 23 km. Permukaan air sungai sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sungai Martapura mempunyai anak sungai, yaitu Sungai Kuin (Pangeran), Sungai Awang yang menyatu dengan Sungai Alalak dan merupakan anak Sungai Barito bagian utara. Sedangkan anak sungai yang mengalir di bagian selatan adalah Sungai Basirih, Bagau, Kelayan, Pekapuran dan Gardu. Semua sungai ini berhubungan dengan Sungai Barito dan merupakan bagian dari sistem drainase Kota Banjarmasin. Mayoritas kehidupan masyarakat Banjarmasin secara sosial dan ekonomi dipengaruhi oleh keberadaan air sungai. Sungai yang mengelilingi Kota Banjarmasin selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air keluarga, juga menjadi modal utama dalam pembangunan Kota Banjarmasin. Selain merupakan bagian dari sistem drainase, air sungai juga menjadi modal utama PDAM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih.
Gambar 2. Pemanfaatan air sungai bagi aktifitas kehidupan masyarakat Banjarmasin Gambar 2 menggambarkan aktivitas kehidupan masyarakat Banjarmasin yang masih sangat bergantung pada air sungai. Aliran dua sungai besar yaitu Sungai Barito dan Sungai Martapura merupakan penggerak roda perekonomian masyarakat di Banjarmasin.
Transportasi air hingga saat ini masih menjadi pilihan utama
sebagian masyarakat, karena dapat menempuh tempat tujuan dengan waktu yang relatif lebih singkat dan biaya yang lebih murah dibanding menggunakan transportasi
37
darat.
Selain itu transportasi air juga digunakan untuk pendistribusian serta
pemasaran barang dan jasa. Karakteristik Responden Data karakteristik diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden pada saat pengukuran pengetahuan awal. Karakteristik responden yang diamati meliputi : (1) jenis kelamin, (2) umur, (3) tingkat pendidikan, (4) keterlibatan dalam penggunaan air sungai, (5) akses terhadap informasi air bersih, (6) kebutuhan informasi air bersih, dan (7) kepemilikan media massa. Jenis Kelamin Jumlah responden yang diteliti sebanyak 80 orang pegawai Kecamatan di Kota Banjarmasin, terdiri dari 40 orang pegawai laki-laki dan 40 orang pegawai perempuan. Perbandingan pegawai laki-laki dan pegawai perempuan yang dijadikan sebagai unit penelitian ini seimbang dan memiliki proporsi yang sama pada masingmasing kelompok, yaitu jenis kelamin laki-laki 12,5 persen dan jenis kelamin perempuan 12,5 persen. Hal ini sengaja dilakukan agar unit penelitian pada masingmasing kelompok tidak berbeda, untuk mengendalikan ragam yang timbul karena variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 responden yang dilibatkan, responden paling muda berumur 20 tahun dan paling tua berumur 55 tahun. Pada kelompok MPSL, sebagian besar berumur kurang dari 40 tahun yaitu sebesar 20 persen dan sebanyak 5 persen berusia lebih dari 40 tahun. Sedangkan pada kelompok MPSP dan MLSP sebagian besar berumur lebih dari 40 tahun, yaitu 23,75 persen pada kelompok MPSP dan 13,75 persen pada kelompok MLSP. Pada kelompok MLSL umur responden memiliki proporsi yang sama pada dua kategori, yaitu masing-masing sebesar 12,5 persen pada kategori umur kurang dari 40 tahun dan umur lebih dari 40 tahun.
38
Distribusi responden menurut umur pada masing-masing kelompok adalah 56,25 persen berumur 40 tahun ke atas dan 43,75 persen berumur kurang dari 40 tahun. Dengan demikian sebagian besar responden berumur lebih dari 40 tahun, dimana umur ini masuk dalam kategori tua. Pendidikan Tingkat pendidikan responden menyebar relatif merata pada lima kategori tingkat pendidikan. Sebagian besar responden pada masing-masing kelompok perlakuan menyebar pada lulusan SMA, yaitu sebesar 62,5 persen. Responden yang memiliki gelar sarjana sebanyak 26,25 persen, lulusan diploma 6,25 persen, lulusan SMP 3,75 persen dan lulusan SD 1,25 persen. Keterlibatan dalam Penggunaan Air Sungai Hasil penelitian tentang keterlibatan responden dalam penggunaan air sungai menunjukkan bahwa masing-masing responden pada kelompok perlakuan yaitu sebanyak 67,5 persen responden masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan hidupnya dan 32,5 persen responden lainnya sudah tidak lagi menggunakan air sungai. Responden kelompok MPSP dan MLSP memiliki ketergantungan yang tinggi pada keberadaan air sungai dibandingkan responden kelompok MPSL dan MLSL, yaitu sebesar 21,25 persen pada kelompok MPSP dan 22,50 persen pada kelompok MLSP. Dengan demikian kondisi tersebut menunjukkan bahwa air sungai masih menjadi alternatif responden untuk memenuhi kebutuhan air bagi kehidupan keluarganya. Akses dan Kebutuhan Informasi tentang Air Bersih Hasil penelitian tentang akses terhadap informasi tentang air bersih menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 60 persen responden ternyata belum pernah menerima informasi tentang air bersih, khususnya pada responden kelompok MPSL, MLSP dan MLSL yaitu masing-masing sebesar 16,50 persen sedangkan responden kelompok MPSP sebagian besar responden sudah pernah menerima informasi tentang air bersih yaitu sebesar 11,25 persen.
39
Responden yang sudah pernah menerima informasi tentang air bersih sebanyak 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa akses terhadap informasi tentang air bersih masih kurang, sehingga seluruh responden atau 100 persen responden mengatakan mereka sangat membutuhkan informasi tentang air bersih. Kepemilikan Media Massa Hasil penelitian tentang kepemilikan media massa menunjukkan bahwa hampir seluruh responden dalam penelitian ini memiliki lebih dari satu media massa untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka (lihat Tabel 3 dan Lampiran 3). Media televisi dimiliki seluruh responden kelompok penelitian, hal ini berarti bahwa responden menyukai dan tertarik dengan pesan-pesan yang mengandung unsur audio dan visual. Akan tetapi unsur visual lebih memiliki daya tarik yang dipilih responden untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Media cetak seperti surat kabar, brosur dan leaflet dipilih 73,75 persen responden sebagai sumber informasinya setelah media televisi. Selanjutnya sumber informasi diperoleh melalui media VCD dan DVD yaitu sebesar 55 persen, media radio 31,25 persen dan internet 7,5 persen. Berkaitan
dengan
penjelasan
di
atas,
data
karakteristik
responden
menunjukkan bahwa umur responden cenderung menyebar pada kisaran 40 tahun keatas, tingkat pendidikan didominasi tamatan SMA, air sungai masih banyak digunakan responden untuk memenuhi kebutuhan air keluarganya. Akses terhadap informasi air bersih masih kurang, sehingga informasi tentang air bersih dinilai sangat diperlukan. Sumber informasi responden diperoleh melalui media massa yang dimiliki, khususnya televisi merupakan sumber informasi utama, kemudian media cetak (surat kabar,brosur,leaflet), vcd dan dvd, radio dan internet.
40
Tabel 3 Sebaran karakteristik responden No
Karakteristik responden
1.
Jenis kelamin a. Laki – laki b. Perempuan Umur a. Muda (= 40 tahun) b. Tua (< 40 tahun) Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma e. Sarjana Keterlibatan dalam Penggunaan air sungai a. Menggunakan b. Tidak menggunakan Akses pada penerimaan Informasi air bersih a. Pernah b. Belum pernah Kebutuhan informasi tentang air bersih a. Sangat diperlukan b. Cukup diperlukan Kepemilikan media massa : Radio a. memiliki b. tidak memiliki Televisi a. memiliki b. tidak memiliki VCD / DVD a. memiliki b. tidak memiliki Media cetak a. memiliki b. tidak memiliki Internet a. memiliki b. tidak memiliki
2. 3.
4.
5.
6.
7.
Responden kelompok perlakuan (%) MPSL MPSP MLSP MLSL 12,50 12,50
12,50 12,50
12,50 12,50
12,50 12,50
20,00 5,00
1,25 23,75
11,25 13,75
12,50 12,50
2,50 17,50 2,50 2,50
18,75 6,25
1,25 16,25 7,50
1,25 10,00 3,75 10,00
11,25 13,75
21,25 3,75
22,50 2,50
12,50 12,50
8,75 16,25
13,75 11,25
8,75 16,25
8,75 16,25
25,00 -
25,00 -
25,00 -
25,00 -
15,00 10,00
25,00
6,25 18,75
10,00 15,00
25,00 -
25,00 -
25,00 -
25,00 -
10,00 15,00
13,75 11,25
12,50 12,50
18,75 6,25
18,75 6,25
20,00 5,00
15,00 10,00
20,00 5,00
2,50 22,50
1,25 23,75
25,00
3,75 21,25
41
Karakteristik Responden dan Hubungannya dengan Peningkatan Pengetahuan Hasil yang diperoleh dari penelitian eksperimen diharapkan terjadi bila semua hasil pengamatan pada peubah tak bebas disebabkan oleh peubah bebas. Dengan demikian pada penelitian ini, untuk mengetahui apakah ada peubah lain di luar peubah perlakuan yang berkorelasi dengan skor peningkatan pengetahuan, maka dilakukan uji korelasi dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. Karakteristik responden yang diperkirakan dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan dan penerimaan informasi air bersih. Hasil analisis korelasi Pearson dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis korelasi Pearson peningkatan pengetahuan responden kelompok dengan karakteristik responden Karakteristik
p 0.253 tn 0.610 tn 0.372 tn 0.092 tn
Jenis kelamin Umur Pendidikan Penerimaan informasi air bersih Keterangan
:
tn
tidak nyata pada p = 0,05
Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa karakteristik responden yang meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan dan penerimaan informasi air bersih tidak ada hubungannya dengan peningkatan pengetahuan.
Pada faktor umur
diperoleh nilai p = 0,61, tingkat pendidikan p = 0,372 dan informasi tentang air bersih menghasilkan nilai p = 0,092.
Sehingga faktor karakteristik responden tidak
menunjukkan hubungan nyata dengan peningkatan pengetahuan responden pada p = 0,05. Hal ini berarti bahwa karakteristik responden pada faktor jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan informasi tentang air bersih berada pada keadaan yang sama atau homogen pada masing-masing kelompok perlakuan. Dengan demikian pada penelitian ini, hasil peningkatan pengetahuan yang terjadi benar-benar akibat perlakuan yang diberikan.
42
Pengetahuan Awal dan Pengetahuan Akhir Responden Pengukuran pengetahuan awal responden tentang air bersih, dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan awal responden relatif sedang, yaitu rata-rata memperoleh skor 5,90 dibanding skor tertinggi yang mungkin tercapai yaitu 12.
Gambaran tentang
pengetahuan awal responden masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel
5
Rataan skor pengetahuan awal responden menurut kelompok perlakuan
Faktor Perlakuan
Model Laki-Laki (ML)
Model Perempuan (MP)
Total
Suara Narator Perempuan (SP)
5,90
5,75
11,65
Suara Narator Laki-Laki (SL)
6,15
5,80
11,95
12,05
11,55
23,60
Total
Tabel 5 memperlihatkan bahwa ada perbedaan rataan skor pengetahuan awal pada tiap kelompok responden. Untuk mengetahui apakah perbedaan pengetahuan awal responden tersebut signifikan atau tidak, dilakukan analisis ragam seperti tertera pada Tabel 6. Tabel 6
Hasil analisis ragam terhadap skor pengetahuan awal kelompok perlakuan
SK Antar Kelompok Dalam Kelompok Total
df 3 76 79
JK 1.900 221.300 223.200
KT 0.6333 2.912
F-Hitung 0.218tn
p 0.884
Keterangan : tn tidak berbeda nyata pada p = 0,05
Hasil analisis ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata terhadap rataan skor pengetahuan awal responden pada empat kelompok perlakuan.
Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan awal
responden sama pada tiap perlakuan. Artinya secara umum tingkat pengetahuan awal
43
responden tentang air bersih adalah homogen. Informasi tentang pengolahan air bersih sederhana pada empat kelompok perlakuan merupakan suatu hal yang baru, meskipun responden pernah mendengar tentang cara membedakan air yang bersih dan air yang tidak bersih (Gambar 3), serta bahaya mengkonsumsi air yang tidak bersih, namun secara teknis mereka belum mengetahui cara pengujian dan pengolahan air bersih sederhana. Pengukuran pengetahuan akhir responden (post-test) dilakukan setelah memberikan perlakuan per kelompok responden berupa presentasi video instruksional tentang pengolahan air bersih sederhana. Tabel 7 Rataan skor pengetahuan akhir responden menurut kelompok perlakuan Faktor Perlakuan
Model Laki-Laki (ML)
Model Perempuan (MP)
Total
Suara Narator Perempuan (SP)
9,20
8,50
17,70
Suara Narator Laki-Laki (SL)
10,00
8,80
18,80
19,20
17,30
36,50
Total
Tabel 7 menggambarkan rataan skor post-test responden pada tiap kelompok perlakuan berbeda. Kelompok perlakuan MLSL memperoleh rataan skor tertinggi dibandingkan dengan perlakuan MLSP, MPSL dan MPSP.
Untuk mengetahui
signifikansi beda pengetahuan akhir (post-test) responden pada tiap kelompok perlakuan, dilakukan analisis ragam seperti yang terlihat pada Tabel 8.
Air yang Bersih
Air yang Tidak Bersih
Gambar 3 Perbedaan air yang bersih dan air yang tidak bersih
44
Tabel 8
Hasil analisis ragam terhadap skor pengetahuan akhir kelompok perlakuan
SK Antar Kelompok Dalam Kelompok Total
df 3 76 79
JK 25.350 181.400 206.750
KT 8.450 2.387
F-Hitung 3.540*
p 0.019
Keterangan : * berbeda nyata pada p = 0,05
Hasil analisis ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada skor pengetahuan akhir (post-test) responden. Artinya pemberian perlakuan video instruksional pada tiap kelompok perlakuan memberikan skor pengetahuan yang berbeda.
Dimana penyajian pesan melalui medium video
instruksional dengan empat kelompok perlakuan dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada p = 0,05.
Pemberian perlakuan yang berbeda
memberikan pengaruh kepada responden untuk menangkap pesan yang disampaikan. Pengujian Hipotesis Penelitian ini menguji sejauh mana pengaruh masing-masing faktor perlakuan pada medium video mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang informasi air bersih. Hasil pengujian terhadap empat hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan perhitungan statistik yaitu analisis uji t dua sampel berpasangan dan analisis sidik ragam dua arah dapat dilihat pada penjelasan berikut ini. 1. Hipotesis pertama (H1) penelitian ini adalah ”media video mampu meningkatkan pengetahuan tentang air bersih.” Berdasarkan hasil uji t dua sampel berpasangan (Paired Sample t test), dimana t-hitung sebesar 13,476 (p < 0,05 dan p < 0,01) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara rataan skor pre-test dan post-tes. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) penelitian ini diterima. Tabel 9 Hasil uji-t rataan skor pre-test dan post-test kelompok perlakuan Nilai Rata-rata Postest 9,125
Pretest 5,900
Keterangan : berbeda nyata pada p = 0,01
Thit 13,476**
T-tabel
T-tabel
p = 0.05
p = 0.01 1,96
2,576
45
2. Hipotesis kedua (H2) penelitian ini adalah ”skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan model perempuan tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan dengan model laki-laki.” Hasil analisis ragam pada faktor model menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata skor peningkatan pengetahuan responden kelompok (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis kedua (H2) penelitian ini ditolak. Tabel 10
Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan
SK Faktor Model Suara Narator Interaksi Model + Suara Galat Keterangan :
tn
df
JK
KT
F-Hitung
p
1 1
9.800 3.200
9.800 3.200
2.137 tn 0.698 tn
0.148 0.406
1 76
0.450 348.500
0.450 4.586
0.098 tn
0.755
tidak nyata pada p = 0,05
3. Hipotesis ketiga (H3) penelitian ini adalah ” skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan menggunakan penjelasan suara narator laki-laki tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan dengan penjelasan suara narator perempuan.” Hasil analisis ragam pada faktor suara narator menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata skor peningkatan pengetahuan responden kelompok (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) penelitian ini ditolak. 4. Hipotesis keempat (H4) penelitian ini adalah ” jenis model laki-laki dan model perempuan berinteraksi secara nyata dengan jenis suara narator laki-laki dan suara narator perempuan dalam mempengaruhi skor peningkatan pengetahuan tentang air bersih.” Hasil analisis ragam pada interaksi dua faktor model dan suara narator menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata skor peningkatan pengetahuan responden kelompok (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis keempat (H4) penelitian ini ditolak.
46
Peningkatan Pengetahuan Responden Pengaruh penyajian pesan melalui video pada peningkatan pengetahuan responden dapat diketahui dengan melakukan perbandingan hasil pengukuran pre-test dan post-test. Nilai pre-test, post-test dan peningkatan pengetahuan yang diperoleh responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Skor pre-test, post-test dan peningkatan pengetahuan responden per kelompok perlakuan No. Responden
Pre-Test
Post - Test
Peningkatan Pengetahuan
1 2 3 4 5 . . . 78 79 80
0 4 2 5 7 . . . 5 6 6
12 8 10 7 10 . . . 9 11 8
12 4 8 2 3 . . . 4 5 2
Rataan
5,900
9,125
3,225
Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan skor post-test setelah menyaksikan video adalah 9,125. Skor tersebut lebih tinggi daripada skor rataan pre-test sebesar 5,900. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan rataan skor setelah menyaksikan video. Untuk mengetahui apakah skor pre-test dan post-test tersebut berbeda nyata maka dilakukan uji dua sampel berpasangan (Paired Sample t-test). Uji t-Test menunjukkan t-hitung sebesar 13,476 dengan nilai p = 0.000 lebih kecil dari p = 0,05 dan p = 0,01. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara rataan skor pre-test dan post-test (p < 0,01). Ini berarti terdapat peningkatan pengetahuan responden yang sangat nyata tentang pengolahan air bersih sederhana setelah mereka menyaksikan tayangan video. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa video dapat meningkatkan pengetahuan responden berarti dapat diterima.
47
Pesan tentang pengolahan air bersih sederhana yang disampaikan melalui medium video, ternyata mampu meningkatkan pengetahuan responden. Hal ini menunjukkan penelitian ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Tiffon dan Combes dalam Schramn (1984), yang menyatakan bahwa video mampu menyampaikan pesan dengan cara-cara yang lebih konkrit dan jelas daripada pesan yang disampaikan melalui kata-kata yang terucap atau kata-kata yang tercetak. Lebih lanjut sebuah tulisan Fardiaz dalam Jahi (1988) memperkuat pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, dimana video telah banyak dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi di bidang pendidikan dan kesehatan di negara-negara dunia ketiga. Medium ini juga digunakan secara efektif untuk merangsang motivasi masyarakat agar berpartipasi aktif dalam proses pembangunan. Pembuatan video yang didesain semudah mungkin untuk dicerna merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat mudah dalam penerimaan pesan. Perpaduan unsur audio dan visual, juga memudahkan perancang media video untuk mendesain bentuk pesan yang dapat diterima dengan jelas oleh masyarakat. Penggunaan model sebagai salah satu kekuatan visual pada video instruksional, diiringi penjelasan narator dalam bentuk audio dengan intonasi suara dan bahasa yang mudah dipahami, menimbulkan daya tarik yang menjadi faktor penentu dalam proses penerimaan pesan informasi tentang pengolahan air bersih sederhana. Penelitian Iskandar (2005) membuktikan bahwa medium video yang mengandung unsur suara dan pesan visual dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang pupuk agrodyke di Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Keefektivan medium video juga dibuktikan oleh Alif (2007) yang menunjukkan medium video dengan unsur bahasa dan pesan visual dapat meningkatkan pengetahuan siswa SMA tentang Chikungunya*. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Benunur (2006) terhadap petani Kakao di kecamatan Amahi, Maluku Tengah.
*
Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albapictus dengan gejala utama demam mendadak, bintikbintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu.
48
Penelitian ini dirancang dengan empat kombinasi perlakuan penyajian pesan melalui video, yaitu model perempuan suara perempuan (MPSP), model perempuan suara laki-laki (MPSL), model laki-laki suara laki-laki (MLSL), dan model laki-laki suara perempuan (MLSP). Dari hasil penelitian diketahui bahwa setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan pengetahuan responden ( Tabel 12). Tabel 12 Hasil rataan skor peningkatan pengetahuan responden menurut kelompok perlakuan Model Perempuan (MP) 2,75
Total
Suara Narator Perempuan (SP)
Model Laki-Laki (ML) 3,20
Suara Narator Laki-Laki (SL)
3,85
3,00
6,85
7,05
5,75
12,80
Faktor Perlakuan
Total
5,95
Tabel 12 menunjukkan bahwa tiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
pada
peningkatan
pengetahuan.
Pada
kelompok
perlakuan
yang
menggunakan penjelasan model laki-laki, baik dengan suara narator perempuan maupun suara narator laki-laki memberikan rataan skor lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan model perempuan. Berarti penjelasan pesan dengan menggunakan model laki-laki lebih dapat diterima responden dalam meningkatkan pengetahuan. Sedangkan penggunaan suara narator laki-laki lebih mudah diterima dibandingkan dengan menggunakan suara narator perempuan yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan rataan skor dalam peningkatan pengetahuan responden. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor model, suara narator dan interaksi kedua faktor tidak berbeda nyata pada peningkatan pengetahuan responden. Artinya pengaruh model dan suara narator memberikan skor peningkatan pengetahuan yang tidak berbeda nyata pada responden.
49
12 10
10
9.2
8.8
8.5
8 6
6.15
5.8
5.75
5.9
4 2 0 MPSP
MPSL
MLSL
PRE
Gambar 4
MLSP
POST
Diagram batang rataan skor peningkatan pengetahuan responden berdasarkan kelompok perlakuan
Gambar 4 menunjukkan bahwa hasil rataan skor empat kombinasi perlakuan menunjukkan bahwa penggunaan model laki-laki dan suara narator laki-laki memperoleh skor peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Berikut ini akan diuraikan bagaimana pengaruh model, suara narator dan interaksi antara dua faktor tersebut. Pengaruh Model Tampilan visual medium video melalui model mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyajian pesan yang bersifat instruksional, dimana model berfungsi menjelaskan tahapan pesan yang kurang tepat jika hanya menggunakan sejumlah kata. Karena itu dalam penelitian ini dibandingkan pengaruh penjelasan pesan dari model laki-laki dan model perempuan untuk melengkapi tampilan visual video dalam menyampaikan pesan tentang air bersih. Tabel 13 Rataan skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan model Faktor Perlakuan
Rataan Skor
Model Laki – Laki (ML)
7,05
Model Perempuan (MP)
5,75
50
Data penelitian menunjukkan adanya pengaruh penyajian pesan terhadap peningkatan pengetahuan responden, baik dalam penjelasan yang menggunakan model laki-laki maupun model perempuan. Kelompok responden yang menyaksikan video dengan penjelasan model laki-laki memperoleh rataan skor peningkatan pengetahuan lebih tinggi (7,05) dibandingkan . penjelasan model perempuan (5,75). Tabel 14 Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan model SK Faktor Model Keterangan
:
tn
df
JK
KT
F-Hitung
p
1
9,800
9,800
2,137 tn
0,148
tidak nyata pada p = 0,05
Hasil analisis ragam pada faktor model menunjukkan tidak adanya perbedaan skor peningkatan pengetahuan responden yang nyata akibat adanya perbedaan model pada tampilan visual video. Ini berarti bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan responden yang menyaksikan video dengan penjelasan model perempuan tidak berbeda nyata dengan responden yang menyaksikan video dengan penjelasan model laki-laki. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ”skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan model perempuan tentang air bersih berbeda nyata dengan kelompok yang menyaksikan model laki-laki” ditolak. Hasil dari pengujian tersebut membuktikan bahwa penyajian pesan video tentang air bersih yang disampaikan dengan menggunakan model laki-laki dan model perempuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan pengetahuan. Dugaan awal model perempuan lebih efektif dalam menyampaikan informasi yang berkaitan dengan air bersih ternyata tidak terbukti. Model perempuan dan model laki-laki yang digunakan pada tayangan pesan air bersih ini merupakan model yang belum dikenal oleh responden kelompok. Model perempuan dalam tayangan video ditampilkan lebih sederhana atau tidak menampilkan kesan sensual yang selama ini identik dengan daya tarik visual yang
51
melekat pada diri kaum perempuan. Gerakan-gerakan tubuh dan mimik wajah yang ditampilkan model, terbatas untuk mengikuti instruksi alur pesan yang disampaikan. Model perempuan pada penelitian ini sangatlah berbeda dengan model perempuan yang digunakan pada tayangan-tayangan iklan yang bersifat komersil atau menjual suatu produk, dimana model perempuan pada jenis pesan iklan lebih bersifat sebagai simbol yang mewakili produk yang ditawarkan. Sehingga model perempuan biasanya merupakan model yang sudah dikenal masyarakat dan dituntut untuk mengoptimalkan tampilan sensual yang ada pada dirinya seperti gerakan-gerakan tubuh dan mimik wajah yang dapat menarik perhatian khalayak.
Seperti yang
diungkapkan Arifin (2001), model perempuan pada media visual seringkali menjadi daya tarik bagi penontonnya, baik kaum laki-laki maupun perempuan yang akhirnya menjadi tindakan eksploitasi bagi para pelaku bisnis. Pendapat tersebut di atas sesuai pada kondisi penggunaan model perempuan untuk sebuah tayangan yang bersifat komersil. Akan tetapi pada pesan yang menjadi kebutuhan informasi masyarakat khususnya pesan instruksional, penelitian ini mengungkapkan model perempuan memiliki kekuatan yang sama dengan model lakilaki. Hal utama yang menyebabkan model perempuan tidak berbeda nyata dengan model laki-laki dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden pada hasil penelitian ini adalah materi pesan yang disampaikan. Materi pesan pada penelitian ini bersifat instruksional dan merupakan informasi baru yang belum pernah diperoleh responden kelompok yang erat kaitannya dengan kebutuhan hidup masyarakat. Sehingga pada saat perlakuan diberikan, responden kelompok lebih tertarik untuk mengetahui isi pesan yang disampaikan.
Kondisi ini terlihat saat penelitian
dilaksanakan, dimana responden kelompok sangat antusias ketika mengetahui informasi yang akan disampaikan mengenai air bersih dan saat perlakuan diberikan responden kelompok benar-benar berkonsentrasi menyimak alur pesan yang disampaikan. Dengan kata lain, pada penelitian ini kekuatan pesan terletak pada materi pesan yang disampaikan sehingga penggunaan model, baik model laki-laki maupun model perempuan pada medium video lebih berperan untuk mempermudah
52
responden kelompok mengikuti dan memahami
tahapan-tahapan pesan yang
disampaikan. Pesan tentang air bersih identik dengan kegiatan domestik yang biasa dilakukan kaum perempuan, sehingga dugaan awal model perempuan akan lebih mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden dibandingkan model laki-laki.
Akan tetapi, dugaan tersebut tidak terbukti. Hasil analisis ragam
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara model laki-laki dan model perempuan dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden tentang air bersih, bahkan rataan skor kelompok perlakuan model laki-laki lebih tinggi dibandingkan rataan skor kelompok perlakuan model perempuan. Pada penelitian ini ada kecenderungan terdapat daya tarik pada saat pesan disampaikan dengan menggunakan model laki-laki, yang akhirnya mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden kelompok. Hal ini ditunjukkan oleh pengamatan pada saat penelitian dilaksanakan pada dua kelompok yang menggunakan perlakuan model laki-laki, responden dalam kelompok tersebut membicarakan dan memberikan tanggapan positif terhadap kehadiran model laki-laki yang memperagakan pesan tentang air bersih. Sedangkan pada dua kelompok yang menggunakan perlakuan model perempuan, kondisi seperti yang terjadi pada kelompok perlakuan model lakilaki tidak terjadi.
Pembicaraan responden pada kelompok perlakuan model
perempuan hanya terbatas pada isi pesan yang disampaikan. Penelitian ini mengungkapkan tidak ada perbedaan yang nyata antara model laki-laki dan model perempuan dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden tentang air bersih. Hal ini berarti bahwa penggunaan model pada medium video, baik model laki-laki dan model perempuan mempunyai kekuatan yang sama dalam mempengaruhi keefektivan suatu pesan, khususnya pesan yang bersifat instruksional dan berkaitan dengan kebutuhan informasi masyarakat. Namun demikian, hasil evaluasi media menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menyatakan setuju model yang memperagakan pesan menarik perhatian dan sangat mendukung isi pesan yang ingin disampaikan, serta memudahkan pemahaman makna pesan. Hal ini sejalan dengan pendapat McQuail (1987) yang
53
mengemukakan bahwa model dalam tayangan komunikasi massa merupakan aspek penting dalam membantu khalayak untuk memahami ragam isi pesan yang disampaikan melalui peran yang diberikan, yang diarahkan untuk memperoleh perhatian dari penonton melalui penampilan dan unsur gerakan tubuh sehingga menciptakan perhatian dan persamaan persepsi penontonnya terhadap isi pesan yang disampaikan. Pengaruh Suara Narator Unsur audio sangat penting dalam penyajian pesan terutama dalam mendukung penjelasan pesan visual. Suara narator pada medium video merupakan unsur audio yang berfungsi merangsang indera pendengar, berisi tahapan pesan yang disesuaikan dengan tampilan visualnya. Dalam penelitian ini dibandingkan pengaruh penjelasan suara narator laki-laki dan suara narator perempuan untuk melengkapi tampilan visual video dalam menyampaikan pesan tentang air bersih. Tabel 15
Rataan skor peningkatan pengetahuan kelompok faktor perlakuan suara narator
Faktor Perlakuan
Rataan Skor
Suara Narator Laki – Laki (SL)
6,85
Suara Narator Perempuan (MP)
5,95
Data penelitian menunjukkan adanya pengaruh penyajian pesan terhadap peningkatan pengetahuan responden, baik dalam penjelasan yang menggunakan suara narator laki-laki maupun suara narator perempuan.
Kelompok responden yang
menyaksikan video dengan penjelasan suara narator laki-laki memperoleh rataan skor peningkatan pengetahuan lebih tinggi (6,85) dibandingkan penjelasan suara narator perempuan (5,95).
54
Tabel 16
SK Faktor Suara Narator Keterangan
:
tn
Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok faktor perlakuan suara narator df
JK
KT
F-Hitung
p
1
3,200
3,200
0,698 tn
0,406
tidak nyata pada p = 0,05
Hasil analisis ragam menunjukkan tidak adanya perbedaan skor peningkatan pengetahuan responden yang nyata akibat adanya perbedaan suara narator pada unsur audio video. Ini berarti bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan responden yang menyaksikan video dengan penjelasan suara narator perempuan tidak berbeda nyata dengan responden yang menyaksikan video dengan penjelasan suara narator laki-laki. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ”skor peningkatan pengetahuan kelompok yang menyaksikan video dengan menggunakan penjelasan suara narator laki-laki tentang air bersih
berbeda nyata dengan kelompok yang
menyaksikan dengan suara narator perempuan” ditolak. Seluruh responden kelompok pada hasil evaluasi media menyatakan sangat setuju bahwa suara narator cukup jelas terdengar, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Hal ini berarti bahwa persyaratan telah dipenuhi oleh dua suara narator yang diuji. Seperti diungkapkan Maloney (1979) yang menyatakan bahwa narator hendaknya mampu berbicara dalam keadaan normal atau biasa, serta dalam situasi alami. Artinya narator dapat menekankan sesuatu yang penting dalam pesannya dengan lebih mempertegas atau memperlembut ucapannya daripada tingkat suara yang wajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan pada penggunaan suara narator laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan suara narator perempuan, meskipun perbedaan tersebut secara statistik tidak berbeda nyata. Ada kecendrungan suara narator laki-laki lebih mempengaruhi pendengarnya dibandingkan suara narator perempuan, khususnya dalam pesan-pesan informatif pada konteks pesan audio. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arliss dalam Aryati (2007) bahwa suara narator laki-laki lebih tegas, jelas dan rasional sehingga
55
pendengarnya akan mudah menerima tahapan pesan informatif yang disampaikan, sedangkan suara narator perempuan lebih halus dan lebih emosional. Materi pesan yang disampaikan berkaitan dengan kebutuhan informasi yang benar-benar diperlukan masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi media dimana hampir seluruh responden menyatakan sangat setuju terhadap informasi yang disajikan karena merupakan sesuatu yang baru dan menarik, serta isi informasi yang diberikan sangat bermanfaat. Sehingga suara narator pada medium video dalam penelitian ini berfungsi untuk membantu reponden kelompok untuk lebih jelas memahami isi informasi yang disampaikan. Unsur visual juga turut mempengaruhi tidak adanya perbedaan nyata dari dua jenis suara narator ini, dimana responden menerima pesan dengan dua saluran komunikasi, yaitu melihat dan mendengar. Flemming dan Levie (1978) mengatakan lebih 80 persen dari seluruh informasi kita peroleh melalui mata, karena kita hidup dalam masyarakat yang visually oriented. Akan tetapi informasi yang diterima melalui lebih dari satu saluran akan lebih efektif daripada yang melalui satu saluran saja, dimana informasi akan lebih mudah disimpan dan dipanggil (retrieved) kembali. Dari pendapat tersebut dapat diasumsikan bahwa unsur audio seperti suara narator lebih berfungsi untuk mendukung penjelasan visual agar pesan yang disampaikan lebih efektif diterima khalayaknya. .
Penelitian ini mengungkapkan bahwa penggunaan suara narator laki-laki
cenderung lebih mempengaruhi peningkatan pengetahuan daripada suara narator perempuan dalam menyampaikan pesan, meskipun tidak terdapat perbedaan yang nyata. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Kemp (1988) yang mengatakan bahwa bila ingin menyampaikan pesan-pesan yang bersifat informatif ada baiknya menggunakan suara pria karena suara narator pria umumnya sangat jelas dan mudah diterima. Dengan demikian ada baiknya untuk menggunakan suara narator laki-laki untuk mendukung pesan visual pada medium video, khususnya pesan yang bersifat instruksional.
56
Pengaruh Interaksi Model dan Suara Narator Interaksi faktor model dengan suara narator telah dapat menghasilkan empat kelompok perlakuan yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas medium video dalam meningkatkan pengetahuan responden. Data penelitian menunjukkan adanya pengaruh penyajian pesan terhadap peningkatan pengetahuan pada masing-masing kelompok responden.
Gambaran
rataan skor empat kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17, dan hasil analisis sidik ragam dua arah untuk melihat signifikansi peningkatan pengetahuan pada interaksi faktor model dan suara narator dalam empat kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 17 Rataan skor peningkatan pengetahuan responden kelompok perlakuan Faktor Perlakuan
Rataan Skor
Model Perempuan Suara Narator Perempuan (MPSP)
2,75
Model Perempuan Suara Narator Laki-Laki
(MPSL)
3,00
Model Laki-Laki Suara Narator Perempuan
(MLSP)
3,20
Model Laki-Laki Suara Narator Laki-Laki
(MLSL)
3,85
Tabel 18 Hasil analisis ragam dua arah skor peningkatan pengetahuan kelompok perlakuan pada interaksi faktor model dan suara narator SK Faktor Interaksi Model + Suara Keterangan
:
tn
df
JK
KT
F-Hitung
p
1
0,450
0,450
0,098 tn
0,755
tidak nyata pada p = 0,05
Hasil analisis ragam mengungkapkan bahwa secara statistik interaksi model dan suara narator tidak berbeda nyata (p > 0,05). Hal ini berarti pengaruh jenis model pada peningkatan pengetahuan tidak berkaitan dengan pengaruh jenis suara narator. Sebaliknya, pengaruh jenis suara narator tidak berkaitan dengan pengaruh jenis model. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ” jenis model laki-laki dan model perempuan berinteraksi secara nyata dengan jenis suara
57
narator laki-laki dan suara narator perempuan dalam mempengaruhi skor peningkatan pengetahuan tentang air bersih” ditolak. Rataan skor tertinggi dicapai oleh kelompok responden yang menyaksikan video dengan menggunakan model laki-laki, baik yang dikombinasikan dengan suara narator perempuan maupun suara narator laki-laki.
Tetapi apakah nilai tersebut
berbeda nyata atau tidak dengan rataan skor kelompok responden yang lain, maka perlu diuji secara statistik dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil uji wilayah berganda Duncan skor peningkatan pengetahuan responden P E R L A K UA N Model Perempuan Suara Perempuan (MPSP)
Model Perempuan Suara Laki-Laki (MPSL)
2,75 3,00 _____________________ Keterangan
Model Laki-Laki Suara Perempuan (MLSP)
Model Laki-Laki Suara Laki-Laki (MLSL)
3,20 3,85 _____________________
: _________ tidak berbeda nyata pada p = 0,05
Hasil uji wilayah berganda Duncan menunjukkan bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan pada perlakuan model laki-laki dengan suara narator perempuan maupun suara narator laki-laki tidak berbeda nyata.
Demikian pula
dengan perlakuan pada model perempuan dengan suara narator perempuan, maupun suara narator laki-laki yang juga tidak berbeda nyata. Artinya perlakuan pada empat kombinasi memiliki kekuatan yang sama untuk meningkatkan pengetahuan responden, meskipun penggunaan model laki-laki yang dikombinasikan dengan suara narator perempuan maupun suara narator laki-laki memperoleh rataan skor yang lebih tinggi daripada menggunakan model perempuan dengan suara narator perempuan maupun suara narator laki-laki. Untuk melihat lebih jelas pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
58
4.5 Peningkatan Pengetahuan
4
3.85
3.5
3.3 (L)
3
3
2.75 (P)
2.5 2 1.5 1 0.5 0 SL
Suara Narator Voice
SP
Keterangan : ________________ = Perlakuan dengan model laki-laki (L) ------------------------ = Perlakuan dengan model perempuan (P) Gambar 5
Pengaruh interaksi suara narator dengan model pada peningkatan pengetahuan responden kelompok perlakuan
Gambar 5 menunjukkan bahwa rataan skor peningkatan pengetahuan yang diberikan perlakuan model laki-laki lebih tinggi, baik dikombinasikan dengan suara narator laki-laki maupun suara narator perempuan. Sebaliknya, rataan skor peningkatan pengetahuan lebih rendah pada perlakuan model perempuan, baik yang dikombinasikan dengan suara narator laki-laki maupun suara narator perempuan. Adanya garis yang ”hampir sejajar” menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis model dan jenis suara narator. Artinya hasil penelitian ini dapat dibuktikan, karena ditelusuri melalui landasan teori yang mendukung kelompok perlakuan dengan jenis model dan kelompok perlakuan dengan jenis suara narator yang tidak saling mempengaruhi tapi saling membantu untuk menjelaskan maksud pesan. Faktor yang menyebabkan masing-masing kelompok perlakuan memiliki kemampuan yang sama terhadap peningkatan pengetahuan adalah faktor narator. Penjelasan pesan oleh narator sangat mendukung presentasi pesan yang disampaikan oleh model laki-laki dan model perempuan, penuturan pesan oleh kedua narator
59
adalah sama terutama dari kecepatan, irama dan kejelasan bersuara narator, maupun waktu penjelasan materi. Penggunaan model dan suara narator melalui medium video dengan sajian materi pesan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada penelitian ini, saling menunjang untuk mengefektifkan pesan yang disampaikan. Medium video dengan perpaduan unsur audio dan visual membuat sajian pesan menjadi lebih dinamis dan menarik untuk disimak, dimana terdapat unsur gerakan yang diperagakan seorang model, sehingga mempermudah responden kelompok untuk mengikuti alur pesan yang disampaikan. Materi pesan mengenai pengolahan air bersih sederhana yang disampaikan merupakan suatu hal yang baru dan informasi yang sangat dibutuhkan masyarakat. Penggunaan suara narator untuk menunjang keefektifan pesan memberikan variasi stimuli bagi responden, karena responden menerima informasi dengan menggunakan dua saluran komunikasi yaitu melihat sekaligus mendengar. Selain itu pesan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi kepada penerimaan suatu pesan dan menentukan tingkat pemahaman responden. Penjelasan dari hasil penelitian tersebut, sejalan dengan pendapat Rakhmat (2007) yang mengatakan bahwa faktor yang menentukan minat dan perhatian seseorang terhadap stimuli yang diterimanya adalah unsur gerakan, kebaharuan, perulangan, variasi pada suatu stimuli serta sesuatu yang melibatkan dirinya sendiri karena dianggap penting.
DAFTAR PUSTAKA Alif M. 2007. ”Pengaruh Jenis Bahasa Narasi dan Bentuk Pesan Visual Video terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Chikungunya di Kalangan Siswa SMAN 1 Ciampea.” Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim. 2007. Target Pembangunan Millenium. http://pikiranrakyat.com.html [21 April 2007]. Anonim. 2007. Krisis html [16 Oktober 2007].
Air
Bersih.
http://tempointeraktif.com.
Arifin N. 2001. ”Wajah Perempuan dalam Media Massa.” MediaTor 2: 199-202. Aryati L. 2007. Panduan Untuk Menjadi MC Profesional. Gramedia. Jakarta. Astuti SI. 2004. ”Representasi Perempuan Indonesia dalam Komunikasi Visual : Wacana Yang Belum Berubah”. MediaTor 5: 311-319. Bajari A. 2001. Strategi Penggunaan Media Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. Bangun N. 1994. “Pengaruh Bentuk Imbauan dan Simpulan Pesan Folder tentang bahaya Limbah Rumahtangga pada Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap Menurut Jender.” Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Benunur MN. 2006. ”Efektivitas Video Instruksional dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapangan: Pengendalian Hama PBK pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah).” Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bertrand JT. 1978. Communication Pretesting. Communications Laboratory: Community and Family Study Centre, University of Chicago. Chicago. Besinger C. 1991. The Video Guide. Santa Barbara, California. Video Info Publications. Bormann, Ernest G, Nancy B. 1986. Retorika : Suatu Pendekatan Terpadu, Alih Bahasa Paulus Sulasdi. Erlangga . Jakarta. BPS Kota Banjarmasin. 2006. “Banjarmasin Dalam Angka”. Statistik Banjarmasin. Banjarmasin.
Badan Pusat
Brown JW et al. 1997. Instructional: Technology, Media And Methods 5th ed. New York Mc Graw Hill. Cangara. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo. Jakarta. DeFleur, Rokeach. Logman: New York.
1982.
Theories
of
Mass
Communication.
63
Depari A. 1978. Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Djuarsa SS. 1999. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. Effendy OU. 2004. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Fakih M. 1994. Analisis Gender. Jakarta. Faturochman. 2007. Pengantar Psikologi Sosial. Penerbit Pinus. Yogyakarta. Flemming M, H Levie. 1978. Instructional Message Design : Principle From The Behavioral Science. New Jersey: Englewood Cliffs. [FPA] Forum Peduli Air. 2002. Wanita dan Sanitasi. Jakarta. Gaerlach VS, DP Pretice Hall.
Ely. 1972. Teaching and Media. Englewood, New York:
Goldberg, D.A. 1985. “Instructional Video in a Psychiatric Training Center”. Int’l J. Instructional Media 9 : 109 – 119. Gozalli, T 1986 “Visual Primacy, Realty and the Implying Image in Motion Pictures and TV.” Instructional Media 12 :157-165. Hubeis AV. 1994. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia, Menyongsong Abad XXI. Gramedia. Jakarta. Iskandar. 2005. ”Pengaruh Desain Pesan Pupuk Agrodyke Melalui Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani”. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jahi A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. PT. Gramedia. Jakarta. ______. 2003. Desain Pesan. “Di dalam materi pelatihan penulisan naskah TV/Video Instruksional.” Kerjasama antara PKSDM. Dikti, SeomeoSeamolec, PPSDMAT Fakultas Kedokeran Hewan, IPB. Bogor. Karlinah S. 2000. Komunikasi Massa. Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta. Kartono. 1986. Psikologi Wanita, Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Alumni.. Bandung. [KPP] Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Permasalahannya. Kantor KPP. Jakarta.
2007.
Gender
dan
Kemp JE. 1988. Planning And Producing Audio Visual Material, 3rd ed. New York: Thomas Y. Crowell Company Inc. Kerlinger. 2004. Azas-Azas Penelitian Behavioral Edisi Ketiga Penerjemah Landung R Simatupang. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
64
Kountur R. 2003. Metode Penelitian : Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta Pusat.PPM. Jakarta. Kuswandi W. 1996. Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi, Penerbit Reneka Cipta. Jakarta. Lowery, DeFleur. 1988. Milestone in Mass Communication Research. New York: Longman, Inc. Lionberger HF, PH Gwin. 1982. Communication Strategies a Guide for Agriculture Change Agent. Danville Illionis: The Interstate Printers And Publishers, Inc. Maloney M. 1979. Voice for Radio Drama and Other Programming in The Use of Radio in Social Development. The Community and Family Study Centre. University of Chicago. Chicago. McQuail D, Windhal S. 1985. Model-Model Komunikasi. Uni Primas.Jakarta. McQuail D. 1987. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.
Penerbit
Nielsen. 1981. “A Comparison of the Relative Effectiveness of a Videotape and a Slide set for Ilustrating Natural Resource Technigues.” Int’l J. Instructional Media 9: 83-89. [PDAM] Perusahaan Daerah Air Minum Bandarmasih. 2007. Corporate Plan 2 : Rencana Pengembangan Usaha. PDAM Bandarmasih. Banjarmasin. Pearson. 1985. Gender and Communication. Brown Publisher : Iowa. Pribadi B. 2003, Teori Produksi Film dan Video. Di dalam Materi pelatihan penulisan naskah TV/Video Instruksional. Kerjasama antara PKSDM. Dikti, Seomeo-Seamolec, PPSDMAT Fakultas Kedokeran Hewan, IPB. Bogor. Rakhmat J. 2005. Metoda Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya Bandung. Rosdakarya Bandung. Rakhmat J. 2007. Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya Bandung. Ring A. 1984. Planning and Producing Handmade Slide and Film Strip for The Classroom. California: Fearon and Pitman Publisher. Robert L. 1979. Radio Broadcasting, An Introduction The Sound Medium. New York: Hasting House Inc. Rohadji F. 1991. ”Pengaruh Suara Narator dan Bentuk Gambar Film Slide Bersuara Pada Peningkatan Pengetahuan Murid-Murid SD Kelas V Tentang Penyakit Malaria di Kecamatan Panjang Bandar Lampung”. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
65
Schramm W. 1984. Media Besar dan Media Kecil. Alat dan Tekhnologi Untuk Pendidikan (Terjemahan Agafur) FKIS-IKIP Yogyakarta. Penerbitan IKIP Semarang. Semarang. Slamet JS. 2007. Yogyakarta.
Kesehatan Lingkungan.
Gadjah Mada University Press.
Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press : Bogor. Soekanto S. 1970. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press. Solomon G. 1974. What is Learned and How is Though Interaction Between Media, Message, Task and Learner in Media and Symbol: The Form of Expression, Communication and Education. Edited by De Olson. Chicago: University of Chicago Press. Sudjana P. 1979. Teori Musik dan Kumpulan Lagu. Tiga Serangkai. Solo. Sudrajat I. Teori Feminis. Disampaikan dalam Makalah Penataran Metodologi Penelitian Bidang Ilmu Sosial dengan Penekanan Kajian Wanita. Bogor. van Den Ban, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta Walpole R. 1997. Pengantar Statistik. Gramedia. Jakarta.
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1. Storyboard video pengolahan air bersih sederhana 1. Desain Pesan dalam Format Model Perempuan dan Suara Narator Perempuan No
Visual
MUSIK PEMBUKA F1 / F0 :
1.
2.
Audio
DISSOLVE TO
Musik F/O MUSIK LATAR PELAN : Air .............. Mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberlanjutan hidup manusia.
3.
CUT TO
Musik Latar Pelan Ketersediaan air bersih hingga saat ini, masih menjadi permasalahan di Indonesia. Banyak penduduk yang belum bisa menikmati air dengan layak, bahkan mereka terpaksa menempuh perjalanan jauh, dan menghabiskan waktu untuk mencari air bersih.
68
4.
CUT TO
Musik Latar Pelan Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, karena letak daerahnya yang dikelilingi oleh air sungai.
5.
CUT TO
Musik Latar Pelan Akan tetapi, air sungai ini tidak layak untuk di konsumsi langsung, karena beban pencemarannya yang tinggi, dan kurang baik untuk kesehatan.
6.
CUT TO
Musik Latar Pelan Mengkonsumsi air yang tercemar dapat menyebabkan penyakit muntaber, diare, kolera, dan tipus atau disentri.
69
7.
CUT TO
Musik Latar Pelan Dalam jangka panjang, juga dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, kerusakan gigi, anemia dan kerusakan ginjal.
8.
CUT TO
Musik Latar Pelan Sedangkan air yang digunakan untuk mandi atau mencuci, secara langsung dapat mengakibatkan penyakit kulit, dan mengganggu kesehatan mata.
9.
DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Air yang bersih atau layak untuk digunakan, dapat anda kenali langsung.
70
10. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berwarna, harus jernih sehingga dasar tempat air dapat terlihat.
11. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak keruh Bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
12. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berasa Bebas dari bahan kimia, rasa asin, rasa asam atau rasa basa.
71
13. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berbau Bebas dari bau busuk, bau belerang dan bau yang lainnya.
14. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Anda sendiri juga dapat mengenali air bersih dengan melakukan penilaian kualitas air secara sederhana.
15. CUT TO
Musik Latar Pelan Ambil setengah gelas air yang akan diperiksa, kemudian campurkan dengan setengah air teh.
72
16. CUT TO
Musik Latar Pelan Selanjutnya, diamkan dalam keadaan terbuka selama satu malam
17. CUT TO
Musik Latar Pelan Keesokan harinya, lihat perubahan warna yang terjadi. Apabila warna air menjadi biru, ungu atau terjadi gumpalan lendir dan lapisan seperti minyak dipermukaan air, ini berarti air tersebut tidak baik untuk dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga.
18. CUT TO
Musik Latar Pelan Jika air campuran tetap jernih, berarti air yang diuji baik digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
73
19. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Apabila pemukiman tempat tinggal anda kesulitan menerima pasokan air bersih dari PAM, atau anda ingin lebih berhemat, anda bisa mencoba mengolah air bersih sendiri, dari air sungai atau air sumur yang ada di lingkungan anda.
20. CUT TO
Musik Latar Pelan Anda hanya perlu menyiapkan air baku, bisa diambil dari air sungai atau air sumur.
21. CUT TO
Musik Latar Pelan 2 buah tempat air
74
22. CUT TO
Musik Latar Pelan Kerikil
23. CUT TO
Musik Latar Pelan Pasir halus
24. CUT TO
Musik Latar Pelan Potongan arang batok kelapa
75
25. CUT TO
Musik Latar Pelan Ambil 1 buah tempat air, kemudian bentuk lubang di bagian bawahnya.
26. CUT TO
Musik Latar Pelan Kemudian letakkan diatas tempat air lainnya sehingga air dapat menetes ke tempayan yang ada dibawahnya.
27. CUT TO
Musik Latar Pelan Masukkan arang batok kelapa yang kecil-kecil kedalam tempat air yang telah dilubangi hingga 5 cm dari dasarnya.
76
28. CUT TO
Musik Latar Pelan Setelah itu, masukkan pasir halus hingga mencapai ketinggian 30 cm.
29. CUT TO
Musik Latar Pelan Terakhir, masukkan kerikil diatas pasir hingga 5 cm.
30. CUT TO
Musik Latar Pelan Lapisan kerikil, pasir dan arang ini akan menyaring bahan endapan yang terkandung dalam air.
77
31. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Air yang sudah disaring untuk dapat di minum, harus direbus sampai mendidih.
32. CUT TO
Musik Latar Pelan Cara ini bisa menjadi alternatif anda untuk memenuhi kebutuhan air bersih keluarga anda.
33. DISSOLVE TO
MUSIK F1/FO
78
2. Desain Pesan dalam Format Model Laki-Laki dan Suara Narator Perempuan No
Visual
MUSIK PEMBUKA F1 / F0 :
1.
2.
Audio
DISSOLVE TO
Musik F/O MUSIK LATAR PELAN : Air .............. Mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberlanjutan hidup manusia.
3.
CUT TO
Musik Latar Pelan Ketersediaan air bersih hingga saat ini, masih menjadi permasalahan di Indonesia. Banyak penduduk yang belum bisa menikmati air dengan layak, bahkan mereka terpaksa menempuh perjalanan jauh, dan menghabiskan waktu untuk mencari air bersih.
79
4.
CUT TO
Musik Latar Pelan Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, karena letak daerahnya yang dikelilingi oleh air sungai.
5.
CUT TO
Musik Latar Pelan Akan tetapi, air sungai ini tidak layak untuk di konsumsi langsung, karena beban pencemarannya yang tinggi, dan kurang baik untuk kesehatan.
6.
CUT TO
Musik Latar Pelan Mengkonsumsi air yang tercemar dapat menyebabkan penyakit muntaber, diare, kolera, dan tipus atau disentri.
80
7.
CUT TO
Musik Latar Pelan Dalam jangka panjang, juga dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, kerusakan gigi, anemia dan kerusakan ginjal.
8.
CUT TO
Musik Latar Pelan Sedangkan air yang digunakan untuk mandi atau mencuci, secara langsung dapat mengakibatkan penyakit kulit, dan mengganggu kesehatan mata.
9.
DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Air yang bersih atau layak untuk digunakan, dapat anda kenali langsung.
81
10. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berwarna, harus jernih sehingga dasar tempat air dapat terlihat.
11. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak keruh Bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
12. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berasa Bebas dari bahan kimia, rasa asin, rasa asam atau rasa basa.
82
13. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berbau Bebas dari bau busuk, bau belerang dan bau yang lainnya.
14. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Anda sendiri juga dapat mengenali air bersih dengan melakukan penilaian kualitas air secara sederhana.
15. CUT TO
Musik Latar Pelan Ambil setengah gelas air yang akan diperiksa, kemudian campurkan dengan setengah air teh.
83
16. CUT TO
Musik Latar Pelan Selanjutnya, diamkan dalam keadaan terbuka selama satu malam
17. CUT TO
Musik Latar Pelan Keesokan harinya, lihat perubahan warna yang terjadi. Apabila warna air menjadi biru, ungu atau terjadi gumpalan lendir dan lapisan seperti minyak dipermukaan air, ini berarti air tersebut tidak baik untuk dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga.
18. CUT TO
Musik Latar Pelan Jika air campuran tetap jernih, berarti air yang diuji baik digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
84
19. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Apabila pemukiman tempat tinggal anda kesulitan menerima pasokan air bersih dari PAM, atau anda ingin lebih berhemat, anda bisa mencoba mengolah air bersih sendiri, dari air sungai atau air sumur yang ada di lingkungan anda.
20. CUT TO
Musik Latar Pelan Anda hanya perlu menyiapkan air baku, bisa diambil dari air sungai atau air sumur.
21. CUT TO
Musik Latar Pelan 2 buah tempat air
85
22. CUT TO
Musik Latar Pelan Kerikil
23. CUT TO
Musik Latar Pelan Pasir halus
24. CUT TO
Musik Latar Pelan Potongan arang batok kelapa
86
25. CUT TO
Musik Latar Pelan Ambil 1 buah tempat air, kemudian bentuk lubang di bagian bawahnya.
26. CUT TO
Musik Latar Pelan Kemudian letakkan diatas tempat air lainnya sehingga air dapat menetes ke tempayan yang ada dibawahnya.
27. CUT TO
Musik Latar Pelan Masukkan arang batok kelapa yang kecil-kecil kedalam tempat air yang telah dilubangi hingga 5 cm dari dasarnya.
87
28. CUT TO
Musik Latar Pelan Setelah itu, masukkan pasir halus hingga mencapai ketinggian 30 cm.
29. CUT TO
Musik Latar Pelan Terakhir, masukkan kerikil diatas pasir hingga 5 cm.
30. CUT TO
Musik Latar Pelan Lapisan kerikil, pasir dan arang ini akan menyaring bahan endapan yang terkandung dalam air.
88
31. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Air yang sudah disaring untuk dapat di minum, harus direbus sampai mendidih.
32. CUT TO
Musik Latar Pelan Cara ini bisa menjadi alternatif anda untuk memenuhi kebutuhan air bersih keluarga anda.
33. DISSOLVE TO
MUSIK F1/FO
89
3. Desain Pesan dalam Format Model Perempuan dan Suara Narator Laki - Laki No
Visual
MUSIK PEMBUKA F1 / F0 :
1.
2.
Audio
DISSOLVE TO
Musik F/O MUSIK LATAR PELAN : Air .............. Mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberlanjutan hidup manusia.
3.
CUT TO
Musik Latar Pelan Ketersediaan air bersih hingga saat ini, masih menjadi permasalahan di Indonesia. Banyak penduduk yang belum bisa menikmati air dengan layak, bahkan mereka terpaksa menempuh perjalanan jauh, dan menghabiskan waktu untuk mencari air bersih.
90
4.
CUT TO
Musik Latar Pelan Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, karena letak daerahnya yang dikelilingi oleh air sungai.
5.
CUT TO
Musik Latar Pelan Akan tetapi, air sungai ini tidak layak untuk di konsumsi langsung, karena beban pencemarannya yang tinggi, dan kurang baik untuk kesehatan.
6.
CUT TO
Musik Latar Pelan Mengkonsumsi air yang tercemar dapat menyebabkan penyakit muntaber, diare, kolera, dan tipus atau disentri.
91
7.
CUT TO
Musik Latar Pelan Dalam jangka panjang, juga dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, kerusakan gigi, anemia dan kerusakan ginjal.
8.
CUT TO
Musik Latar Pelan Sedangkan air yang digunakan untuk mandi atau mencuci, secara langsung dapat mengakibatkan penyakit kulit, dan mengganggu kesehatan mata.
9.
DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Air yang bersih atau layak untuk digunakan, dapat anda kenali langsung.
92
10. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berwarna, harus jernih sehingga dasar tempat air dapat terlihat.
11. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak keruh Bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
12. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berasa Bebas dari bahan kimia, rasa asin, rasa asam atau rasa basa.
93
13. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berbau Bebas dari bau busuk, bau belerang dan bau yang lainnya.
14. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Anda sendiri juga dapat mengenali air bersih dengan melakukan penilaian kualitas air secara sederhana.
15. CUT TO
Musik Latar Pelan Ambil setengah gelas air yang akan diperiksa, kemudian campurkan dengan setengah air teh.
94
16. CUT TO
Musik Latar Pelan Selanjutnya, diamkan dalam keadaan terbuka selama satu malam
17. CUT TO
Musik Latar Pelan Keesokan harinya, lihat perubahan warna yang terjadi. Apabila warna air menjadi biru, ungu atau terjadi gumpalan lendir dan lapisan seperti minyak dipermukaan air, ini berarti air tersebut tidak baik untuk dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga.
18. CUT TO
Musik Latar Pelan Jika air campuran tetap jernih, berarti air yang diuji baik digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
95
19. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Apabila pemukiman tempat tinggal anda kesulitan menerima pasokan air bersih dari PAM, atau anda ingin lebih berhemat, anda bisa mencoba mengolah air bersih sendiri, dari air sungai atau air sumur yang ada di lingkungan anda.
20. CUT TO
Musik Latar Pelan Anda hanya perlu menyiapkan air baku, bisa diambil dari air sungai atau air sumur.
21. CUT TO
Musik Latar Pelan 2 buah tempat air
96
22. CUT TO
Musik Latar Pelan Kerikil
23. CUT TO
Musik Latar Pelan Pasir halus
24. CUT TO
Musik Latar Pelan Potongan arang batok kelapa
97
25. CUT TO
Musik Latar Pelan Ambil 1 buah tempat air, kemudian bentuk lubang di bagian bawahnya.
26. CUT TO
Musik Latar Pelan Kemudian letakkan diatas tempat air lainnya sehingga air dapat menetes ke tempayan yang ada dibawahnya.
27. CUT TO
Musik Latar Pelan Masukkan arang batok kelapa yang kecil-kecil kedalam tempat air yang telah dilubangi hingga 5 cm dari dasarnya.
98
28. CUT TO
Musik Latar Pelan Setelah itu, masukkan pasir halus hingga mencapai ketinggian 30 cm.
29. CUT TO
Musik Latar Pelan Terakhir, masukkan kerikil diatas pasir hingga 5 cm.
30. CUT TO
Musik Latar Pelan Lapisan kerikil, pasir dan arang ini akan menyaring bahan endapan yang terkandung dalam air.
99
31. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Air yang sudah disaring untuk dapat di minum, harus direbus sampai mendidih.
32. CUT TO
Musik Latar Pelan Cara ini bisa menjadi alternatif anda untuk memenuhi kebutuhan air bersih keluarga anda.
33. DISSOLVE TO
MUSIK F1/FO
100
4. Desain Pesan dalam Format Model Laki-Laki dan Suara Narator Laki-Laki No
Visual
MUSIK PEMBUKA F1 / F0 :
1.
2.
Audio
DISSOLVE TO
Musik F/O MUSIK LATAR PELAN : Air .............. Mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberlanjutan hidup manusia.
3.
CUT TO
Musik Latar Pelan Ketersediaan air bersih hingga saat ini, masih menjadi permasalahan di Indonesia. Banyak penduduk yang belum bisa menikmati air dengan layak, bahkan mereka terpaksa menempuh perjalanan jauh, dan menghabiskan waktu untuk mencari air bersih.
101
4.
CUT TO
Musik Latar Pelan Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, karena letak daerahnya yang dikelilingi oleh air sungai.
5.
CUT TO
Musik Latar Pelan Akan tetapi, air sungai ini tidak layak untuk di konsumsi langsung, karena beban pencemarannya yang tinggi, dan kurang baik untuk kesehatan.
6.
CUT TO
Musik Latar Pelan Mengkonsumsi air yang tercemar dapat menyebabkan penyakit muntaber, diare, kolera, dan tipus atau disentri.
102
7.
CUT TO
Musik Latar Pelan Dalam jangka panjang, juga dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, kerusakan gigi, anemia dan kerusakan ginjal.
8.
CUT TO
Musik Latar Pelan Sedangkan air yang digunakan untuk mandi atau mencuci, secara langsung dapat mengakibatkan penyakit kulit, dan mengganggu kesehatan mata.
9.
DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Air yang bersih atau layak untuk digunakan, dapat anda kenali langsung.
103
10. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berwarna, harus jernih sehingga dasar tempat air dapat terlihat.
11. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak keruh Bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
12. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berasa Bebas dari bahan kimia, rasa asin, rasa asam atau rasa basa.
104
13. CUT TO
Musik Latar Pelan Air tidak berbau Bebas dari bau busuk, bau belerang dan bau yang lainnya.
14. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Anda sendiri juga dapat mengenali air bersih dengan melakukan penilaian kualitas air secara sederhana.
15. CUT TO
Musik Latar Pelan Ambil setengah gelas air yang akan diperiksa, kemudian campurkan dengan setengah air teh.
105
16. CUT TO
Musik Latar Pelan Selanjutnya, diamkan dalam keadaan terbuka selama satu malam
17. CUT TO
Musik Latar Pelan Keesokan harinya, lihat perubahan warna yang terjadi. Apabila warna air menjadi biru, ungu atau terjadi gumpalan lendir dan lapisan seperti minyak dipermukaan air, ini berarti air tersebut tidak baik untuk dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga.
18. CUT TO
Musik Latar Pelan Jika air campuran tetap jernih, berarti air yang diuji baik digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
106
19. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Apabila pemukiman tempat tinggal anda kesulitan menerima pasokan air bersih dari PAM, atau anda ingin lebih berhemat, anda bisa mencoba mengolah air bersih sendiri, dari air sungai atau air sumur yang ada di lingkungan anda.
20. CUT TO
Musik Latar Pelan Anda hanya perlu menyiapkan air baku, bisa diambil dari air sungai atau air sumur.
21. CUT TO
Musik Latar Pelan 2 buah tempat air
107
22. CUT TO
Musik Latar Pelan Kerikil
23. CUT TO
Musik Latar Pelan Pasir halus
24. CUT TO
Musik Latar Pelan Potongan arang batok kelapa
108
25. CUT TO
Musik Latar Pelan Ambil 1 buah tempat air, kemudian bentuk lubang di bagian bawahnya.
26. CUT TO
Musik Latar Pelan Kemudian letakkan diatas tempat air lainnya sehingga air dapat menetes ke tempayan yang ada dibawahnya.
27. CUT TO
Musik Latar Pelan Masukkan arang batok kelapa yang kecil-kecil kedalam tempat air yang telah dilubangi hingga 5 cm dari dasarnya.
109
28. CUT TO
Musik Latar Pelan Setelah itu, masukkan pasir halus hingga mencapai ketinggian 30 cm.
29. CUT TO
Musik Latar Pelan Terakhir, masukkan kerikil diatas pasir hingga 5 cm.
30. CUT TO
Musik Latar Pelan Lapisan kerikil, pasir dan arang ini akan menyaring bahan endapan yang terkandung dalam air.
110
31. DISSOLVE TO
Musik Latar Pelan Air yang sudah disaring untuk dapat di minum, harus direbus sampai mendidih.
32. CUT TO
Musik Latar Pelan Cara ini bisa menjadi alternatif anda untuk memenuhi kebutuhan air bersih keluarga anda.
33. DISSOLVE TO
MUSIK F1/FO
111
Lampiran 2. Kuesioner penelitian
PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER
KUESIONER PENELITIAN
NAMA RESPONDEN
: ………………………………………………………...
ALAMAT RESPONDEN
: RT / RW
: ………………………………....
KELURAHAN
: ....................................................
KECAMATAN
: ....................................................
ENUMERATOR
: ....................................................................................................
TANGGAL
: ....................................................................................................
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
112
BAGIAN I Karakteristik Responden Petunjuk : Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar atau berilah tanda silang pada setiap jawaban yang anda anggap paling tepat. 1. Nama
: ............................................................................................
2. Jenis Kelamin
: a. Laki – Laki
3. Umur
: .......................... Tahun
4. Pendidikan Terakhir : a. SD
b. Perempuan
b. SMP
c. SMA
d. Akademi / Diploma
e. Sarjana
5. Apakah anda menggunakan air sungai yang ada di lingkungan tempat tinggal anda ? a. Ya
b. Tidak
6. Jika anda menggunakan air sungai, apakah anda menggunakannya untuk memenuhi semua kegiatan rumah tangga anda (MCK, memasak, minum, dll? a. Ya b. Tidak 7. Apakah selama ini anda pernah mendapatkan informasi air bersih? a. Sudah pernah
b. Belum pernah
8. Menurut anda apakah informasi air bersih diperlukan? a. Sangat diperlukan b. Cukup diperlukan
c. Kurang diperlukan d. Tidak diperlukan
9. Menurut anda apakah penyampaian informasi air bersih perlu lebih ditingkatkan? a. Ya
b. Tidak
10. Media komunikasi apa saja yang anda miliki untuk mencari informasi yang anda butuhkan ? (Anda dapat memilih lebih dari 1 jawaban) a. Radio b. Televisi c. Surat Kabar d. Brosur e. Leaflet f. Video (VCD / DVD) g. Internet
113
BAGIAN II Persepsi Responden tentang Media Video Petunjuk : 1. Lingkari atau beri tanda “X” pada huruf a, b, atau c sesuai dengan pilihan jawaban anda. 2. Pertanyaan-pertanyaan berikut, berkaitan dengan video yang telah ditonton No Pertanyaan 1. Suara narator cukup jelas terdengar, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik. 2. Suara narator tidak terlalu cepat dalam menyampaikan uraian, sehingga makna pesan mudah dipahami. 3. Irama suara narator cukup menarik, sehingga tidak merasa bosan. 4. Penggunaan istilah atau kata-kata oleh narator video ini, memudahkan anda untuk memahami pesan. 5. Informasi yang disajikan, sesuatu yang baru sehingga sangat menarik. 6. Ditinjau dari isinya, informasi yang diberikan sangat bermanfaat. 7. Kualitas gambar yang disajikan cukup jelas dan menarik. 8. Model yang memperagakan pesan menarik perhatian dan sangat mendukung isi pesan yang ingin disampaikan serta memudahkan pemahaman makna pesan. 9. Penggunaan musik sebagai musik latar, sangat mendukung penyajian, sesuai dan menarik perhatian. 10. Waktu yang digunakan untuk penyajian materi tidak terlalu lama, sehingga mudah dipahami.
a
Sangat setuju
b.
Jawaban Setuju
c.
Tidak setuju
a .
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Tidak setuju
a
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Tidak setuju
a
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Tidak setuju
a
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Tidak setuju
a
Sangat setuju Sangat setuju Sangat setuju
b.
Setuju
c.
b.
Setuju
c.
b.
Setuju
c.
Tidak setuju Tidak setuju Tidak setuju
a
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Tidak setuju
a
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Tidak setuju
a a
114
Lampiran 3. Kuesioner Pre–Post Test tingkat pengetahuan Responden
PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER KUESIONER PRE – POST TEST RESPONDEN (TEST PENGETAHUAN) NAMA RESPONDEN
: ………………………………………………………...
ALAMAT RESPONDEN
: RT / RW
: ………………………………....
KELURAHAN
: ....................................................
KECAMATAN
: ....................................................
ENUMERATOR
: ....................................................................................................
TANGGAL
: ....................................................................................................
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
115
Petunjuk :
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan memberikan tanda 2 pada kolom BENAR, jika menurut anda pernyataan tersebut benar, dan tanda 2 pada kolom SALAH, jika menurut anda pernyataan tersebut salah.
NO
PERTANYAAN
1.
Penggunaan air yang tidak bersih dapat mengakibatkan penyakit anemia, kerusakan gigi dan kerusakan ginjal. Air untuk mandi dan mencuci yang tidak baik dapat berakibat langsung pada kesehatan mata dan kulit. Air yang bersih adalah air yang tidak berwarna, tidak keruh, tidak berbau, dan tidak berasa Penilaian kualitas air untuk mengenali air yang bersih hanya dapat dilakukan oleh petugas dinas kesehatan. Mengenali air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan air teh. Air yang akan diperiksa kebersihannya, didiamkan dalam keadaan tertutup selama satu malam Apabila ada perubahan warna menjadi biru atau ungu berarti air yang di uji baik untuk kebutuhan rumah tangga. Air yang kotor dapat di olah untuk mendapatkan air yang bersih dengan menggunakan saringan pasir. Pengolahan air sederhana memerlukan 2 buah tempat air, dan 1 tempat air diberi lubang dibagian bawahnya. Bahan yang dimasukkan pertama kali pada tempat air adalah arang batok kelapa yang kecil-kecil . Kerikil dimasukkan kedalam tempat air setelah arang batok kelapa. Air yang sudah disaring dapat langsung di minum tanpa harus di masak lagi.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
BENAR SALAH
116
Lampiran 4. Data Karakteristik Responden NO
Nama
Jenis Kelamin L L L L L L
Umur
Pendidikan
25 24 47 21 27 31
SMA SMA SMA SMA SMA SMA
Menerima Informasi Air Bersih Pernah Belum Pernah Belum Belum Pernah
1 2 3 4 5 6
M. Juanda Faisal Parana Mursih Mahlan Taufik Kurrahman Adi Rahman Fadlullah Hadi
7 8
Abdusalam Rusihan
L L
28 31
SMA Diploma
Belum Belum
9 10 11 12 13
Masruddin Hasan Effendi Rohani Rifiana Isna
L L P P P
39 48 35 36 40
SMA SMA SMA SMA Sarjana
Belum Belum Pernah Belum Belum
14 15 16 17 18 19
Hj.Syarifah.N Nurul Huda Noor Syaidah Astini Hayatun. N Artuniah
P P P P P P
54 27 31 38 23 48
SMP Diploma SMA Sarjana SMA SMP
Pernah Belum Belum Belum Pernah Pernah
20
Ida Laila
P
30
SMA
Belum
21 22
M. Luthfi Ujang Supriatna
L L
52 49
SMA Sarjana
Belum Pernah
23
Saprudin
L
50
SMA
Pernah
24 25 26
Hasbullah Baiquni Jainuddin
L L L
48 52 42
SMA SMA Sarjana
Pernah Pernah Pernah
27
Mukhlis
L
49
SMA
Pernah
28 29 30 31
Suriyadi Hairie Rakhman M. Saifuddin Hj. Rusmawardah
L L L P
49 44 45 48
SMA SMA SMA SMA
Pernah Belum Belum Pernah
32
Afifah Basran
P
55
SMA
Belum
33 34 35 36 37
Murhani Novi Rudiansyah Ernawati Marsudiyanti Hj. Nurjaidah
P P P P P
48 44 42 39 43
SMA SMA SMA Sarjana Sarjana
Pernah Belum Belum Pernah Pernah
Pemilikan Media Radio,TV,VCD/DVD TV, Surat Kabar TV,VCD/DVD,Surat Kabar Radio,TV,Surat Kabar,Brosur TV Radio,TV,Surat Kabar,Brosur, Leaflet,VCD/DVD,Internet Radio,TV,Surat Kabar,Brosur Radio,TV,Surat Kabar,Brosur, Leaflet,VCD/DVD,Internet Radio,TV,Surat Kabar,Brosur TV TV Radio,TV,Surat Kabar Radio,TV,Surat Kabar,Brosur, Leaflet, VCD/DVD TV, VCD/DVD TV,Surat Kabar,VCD/DVD TV, VCD/DVD Radio,TV,Surat Kabar Radio,TV,Surat Kabar,Leaflet Radio,TV,Surat Kabar Radio,TV,Surat Kabar, Brosur, Leaflet TV, Surat Kabar TV,Surat Kabar,Brosur TV,SuratKabar, Brosur, VCD/DVD TV,Surat Kabar TV,Surat Kabar, VCD/DVD TV TV,Surat Kabar, Brosur, VCD/DVD TV, VCD/DVD TV, Surat Kabar TV,Brosur,VCD/DVD TV, Surat Kabar TV,Surat Kabar, Brosur, VCD/DVD TV,VCD/DVD TV, Surat Kabar,Brosur TV, Surat Kabar TV TV,Surat Kabar,VCD,Internet
117
NO
Nama
Jenis Kelamin P P P L L L
Umur
Pendidikan
46 48 53 54 45 55
SMA SMA Sarjana SMA SMP SMA
Menerima Informasi Air Bersih Belum Belum Belum Belum Pernah Belum
38 39 40 41 42 43
Masriah Masniah Zulaidah Ideham Al Maidy Asran M. Sahwie
44
Muhammad
L
47
SMA
Belum
45
Rudy Aswan
L
27
Sarjana
Belum
46
Rahmatullah
L
42
SMA
Belum
47 48 49 50 51 52
Nambrie Ibrahim Syaripudin Roni Anwar Toto Suranto St. Syamsiah Maskiah
L L L L P P
52 45 35 41 38 41
Sarjana SMA SMA Sarjana Sarjana Sarjana
Pernah Pernah Pernah Belum Pernah Belum
53
Novi Setia Putri
P
23
SMA
Belum
54 55 56
Laila Norhayati Fahrina Indadi
P P P
40 33 48
SMA SMA SMA
Belum Belum Pernah
57
Hepny
P
33
SMA
Belum
58 59 60 61
Adisa Saufika Srie Israyani Hj. Maryunie Wahyu H.Cahyono
P P P L
20 35 52 39
SMA Sarjana SMA Sarjana
Belum Belum Pernah Belum
62 63 64 65
Ichrom Muftezar Malexsi Ambeng Bustami Yunior A. Faisal Anshory
L L L L
27 54 49 25
Magister SMA SD Diploma
Pernah Belum Belum Belum
66
Tadjinnoor
L
46
Sarjana
Pernah
67 68 69 70 71
Yusni Darham Mukhlis Adha.R H.Yusida Rahmat Rahmawati
L L L L P
45 39 48 46 36
Sarjana Sarjana SMA SMA SMA
Belum Pernah Pernah Belum Belum
Pemilikan Media Brosur, TV,VCD/DVD TV, Surat Kabar,VCD/DVD TV, Surat Kabar,VCD/DVD TV,Surat Kabar,VCD/DVD TV Radio,TV,VCD/DVD Radio,TV,Surat Kabar, VCD/DVD TV,Surat Kabar,Leaflet Radio,TV,Surat Kabar,Brosur, VCD/DVD TV Radio,TV TV,VCD/DVD TV, Surat Kabar TV,Brosur,Leaflet,VCD/DVD TV,Surat Kabar Radio,TV,Surat Kabar, VCD/DVD TV, Surat Kabar TV TV TV,Surat Kabar,Brosur, VCD/DVD TV,Surat Kabar,Brosur, VCD/DVD TV,VCD/DVD TV,Surat Kabar TV,Surat Kabar,Brosur,Leaflet Radio,TV,Surat Kabar, VCD/DVD, Internet TV,Surat Kabar,VCD/DVD TV,Surat Kabar,VCD/DVD Radio,TV,Surat Kabar,Brosur, Brosur,Leaflet,VCD/DVD, Internet Radio,TV,Surat Kabar,Brosur, VCD/DVD TV,Surat Kabar,Leaflet, VCD/DVD TV,Surat Kabar,VCD/DVD TV,VCD/DVD TV,Surat Kabar,VCD/DVD TV,Brosur,VCD/DVD
118
Umur
Pendidikan
Menerima Informasi Air Bersih
37
Diploma
Belum
P P P P P
52 46 40 48 52
Sarjana SMA SMA SMA Diploma
Belum Pernah Pernah Pernah Belum
Nadroh
P
29
Sarjana
Belum
Widyati H.P Ririen Dwi.F
P P
34 38
SMA Sarjana
Belum Belum
NO
Nama
72
Noor Jannah
73 74 75 76 77
Sri Yuliati Hj. Siti Marfuah Rusliana Ratmini Mahmudah N
78 79 80
Jenis Kelamin P
Pemilikan Media Radio, TV, Surat Kabar, Brosur, Leaflet TV,Surat Kabar,VCD/DVD Radio,TV,Surat Kabar,Brosur, Radio,TV,VCD/DVD TV, Surat Kabar,VCD/DVD TV,Surat Kabar TV,Surat Kabar,Internet, VCD/DVD Radio,TV,VCD/DVD Radio,TV,Surat Kabar
Lampiran 5. Skor Pre-Post Test per item soal Responden Kelompok Perlakuan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
NAMA M. Juanda Faisal Parana Mursih Mahlan Taufik Kurrahman Adi Rahman Fadlullah Hadi Abdusalam Rusihan Masruddin Hasan Effendi Rohani Rifiana Isna Hj.Syarifah Noordiani Nurul Huda Noor Syaidah Astini Hayatun. N Artuniah Ida Laila M. Luthfi Ujang Supriatna Saprudin Hasbullah Baiquni Jainuddin Mukhlis
TREAT MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP
1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
4 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
ITEM SOAL PRE -TEST 5 6 7 8 9 10 11 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0
TOTAL 6 4 5 7 4 7 6 7 8 9 5 8 7 6 6 0 6 6 7 2 6 7 7 6 6 4 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
ITEM SOAL POST - TEST 5 6 7 8 9 10 11 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
TOTAL 10 5 7 10 8 7 11 10 10 11 7 9 10 9 7 12 6 7 10 10 9 7 8 8 7 7 8
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Suriyadi Hairie Rakhman M. Saifuddin Hj. Rusmawardah Afifah Basran Murhani Novi Rudiansyah Ernawati Marsudiyanti Hj. Nurjaidah Masriah Masniah Zulaidah Ideham Al Maidy Asran M. Sahwie Muhammad Rudy Aswan Rahmatullah Nambrie Ibrahim Syaripudin Roni Anwar Toto Suranto St. Syamsiah Maskiah Novi Setia Putri Laila Norhayati Fahrina Indadi Hepny Adisa Saufika Srie Israyani
MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0
1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0
0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1
0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
7 6 6 6 7 7 7 6 6 4 7 4 3 5 5 9 6 7 3 5 9 7 5 7 6 6 5 7 6 5 7 5
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0
0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1
0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
9 8 8 10 11 7 9 10 8 8 11 9 8 10 9 10 8 10 9 11 9 8 10 8 11 8 9 12 12 8 9 6
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Hj. Maryunie Wahyu H.Cahyono Ichrom Muftezar Malexsi Ambeng Bustami Yunior Ahmad Faisal Anshory Tadjinnoor Yusni Darham Mukhlis Adha Rahmatullah H.Yusida Rahmat Rahmawati Noor Jannah Sri Yuliati Hj. Siti Marfuah Rusliana Ratmini Mahmudah N Nadroh Widyati H.Purwaningrum Ririen Dwi.F
MLSP MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL
0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
Keterangan: 1 = jawaban yang benar, 0 = jawaban yang salah
0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0
3 7 6 6 9 6 8 7 7 5 5 5 9 7 5 7 4 7 7 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
7 12 10 8 12 10 10 11 10 11 10 9 9 11 11 8 10 9 10 7 12
122
Lampiran 6. Data Persepsi Responden Kelompok tentang Medium Video NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
NAMA M. Juanda Faisal Parana Mursih Mahlan Taufik Kurrahman Adi Rahman Fadlullah Hadi Abdusalam Rusihan Masruddin Hasan Effendi Rohani Rifiana Isna Hj.Syarifah Noordiani Nurul Huda Noor Syaidah Astini Hayatun. N Artuniah Ida Laila M. Luthfi Ujang Supriatna Saprudin Hasbullah Baiquni Jainuddin Mukhlis Suriyadi Hairie Rakhman M. Saifuddin Hj. Rusmawardah Afifah Basran Murhani Novi Rudiansyah Ernawati Marsudiyanti Hj. Nurjaidah Masriah Masniah Zulaidah Ideham Al Maidy Asran
TREAT MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MLSP MLSP
1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 0 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2
NOMOR ITEM SOAL 3 4 5 6 7 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 0 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1
9 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1
10 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1
123
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
M. Sahwie Muhammad Rudy Aswan Rahmatullah Nambrie Ibrahim Syaripudin Roni Anwar Toto Suranto St. Syamsiah Maskiah Novi Setia Putri Laila Norhayati Fahrina Indadi Hepny Adisa Saufika Srie Israyani Hj. Maryunie Wahyu H.Cahyono Ichrom Muftezar Malexsi Ambeng Bustami Yunior Ahmad Faisal Anshory Tadjinnoor Yusni Darham Mukhlis Adha Rahmatullah H.Yusida Rahmat Rahmawati Noor Jannah Sri Yuliati Hj. Siti Marfuah Rusliana Ratmini Mahmudah N Nadroh Widyati H.Purwaningrum Ririen Dwi.F
MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL
1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2
2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2
Keterangan : 0 = tidak setuju, 1 = setuju, 2 = sangat setuju
2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2
2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2
2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2
2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2
1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 0 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 0 1 2
1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2
124
Lampiran 7. Data pre – post test dan skor peningkatan pengetahuan
NO.RESP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 TOTAL RATA-RATA 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 TOTAL RATA-RATA
SEX L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P
TREAT MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP MPSP
L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P
MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL MPSL
PRE 6 7 7 6 6 4 3 7 6 6 6 7 7 7 6 6 4 7 4 3 115 5,75 6 4 5 7 4 7 6 7 8 9 5 8 7 6 6 0 6 6 7 2 116 5,80
POST 9 7 8 8 7 7 8 9 8 8 10 11 7 9 10 8 8 11 9 8 170 8,50 10 5 7 10 8 7 11 10 10 11 7 9 10 9 7 12 6 7 10 10 176 8,80
PENINGKATAN PENGETAHUAN 3 0 1 2 1 3 5 2 2 2 4 4 0 2 4 2 4 4 5 5 55 2,75 4 1 2 3 4 0 5 3 2 2 2 1 3 3 1 12 0 1 3 8 60 3,00
125
NO.RESP 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 TOTAL RATA-RATA 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 TOTAL RATA-RATA
SEX L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P
TREAT MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL MLSL
L L L L L L L L L L P P P P P P P P P P
MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP MLSP
PRE 7 6 6 9 6 8 7 7 5 5 5 9 7 5 7 4 7 7 3 3 123 6,15 5 5 9 6 7 3 5 9 7 5 7 6 6 5 7 6 5 7 5 3 118 5,90
POST 12 10 8 12 10 10 11 10 11 10 9 9 11 11 8 10 9 10 7 12 200 10,00 10 9 10 8 10 9 11 9 8 10 8 11 8 9 12 12 8 9 6 7 184 9,20
PENINGKATAN PENGETAHUAN 5 4 2 3 4 2 4 3 6 5 4 0 4 6 1 6 2 3 4 9 77 3,85 5 4 1 2 3 6 6 0 1 5 1 5 2 4 5 6 3 2 1 4 66 3,30
126
Lampiran 8. Reliabilitas instrumen media Hasil Uji Reliabilitas Media Pada Perlakuan Model Perempuan Suara Perempuan (MPSP) Nomor Item Soal
Belahan
Subyek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1
Y1
3X
3X2
3X12
3Y12
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
6
6
12
144
36
36
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
1
7
7
14
196
49
49
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
8
7
15
225
64
49
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
10
10
20
400
100
100
5
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
9
9
18
324
81
81
6
1
1
1
1
1
2
1
0
0
1
4
5
9
81
16
25
7
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
7
7
14
196
49
49
8
1
2
1
1
2
2
1
1
1
1
6
7
13
169
36
49
57
58
115
1735
431
438
Jumlah Keterangan : X1 : Skor pada pertanyaan ganjil Y1 : Skor pada pertanyaan genap *X : Jumlah skor pada keseluruhan item
Perhitungan Uji Reliabilitas dengan koefisien alpha (.) 2
*X12 – (*X1)2 / n
S1 = ---------------------n–1 431 – (57)2 / 8 = -------------------8–1
=
431 – 406,125 --------------------7
= 3,554 *Y12 – (*Y1)2 / n
S22 = ---------------------n–1 438 – (58)2 / 8 = -------------------- = 8–1 = 2,50
438 – 420,5 ------------------7
127
*X2 – (*X)2 / n
SX2 = ---------------------n–1 1735 – (115)2 / 8 = -------------------- = 8–1
1735 – 1653,125 -----------------------7
= 11,696 Dengan demikian koefisien alpha (.) : S12 + S22 . = 2 (1 - ----------------- ) SX2 3,554 + 2,50 = 2 (1 - ---------------------) 11,696 =
2 (0,48)
=
0,96
128
Hasil Uji Reliabilitas Media Pada Perlakuan Model Perempuan Suara Laki-Laki (MPSL) Nomor Item Soal
Belahan
Subyek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1
Y1
3X
3X2
3X12
3Y12
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
7
7
14
196
49
49
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
10
10
20
400
100
100
3
1
1
1
1
1
2
1
0
0
1
4
5
9
81
16
25
4
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
7
9
16
256
49
81
5
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
5
6
11
121
25
36
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
5
10
100
25
25
7
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
10
10
20
400
100
100
8
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
9
9
18
324
81
81
57
61
118
1878
445
497
Jumlah
Koefisien alpha (.) : S12 + S22 . = 2 (1 - ----------------- ) SX2 5,554 + 4,554 = 2 (1 - ---------------------) 19,643 =
2 (0,485)
=
0,97
129
Hasil Uji Reliabilitas Media Pada Perlakuan Model Laki-Laki Suara Laki-Laki (MLSL) Nomor Item Soal
Belahan
Subyek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1
Y1
3X
3X2
3X12
3Y12
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
9
9
18
324
81
81
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
10
10
20
400
100
100
3
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
5
6
11
121
25
36
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
5
10
100
25
25
5
1
2
1
1
2
2
1
1
1
1
6
7
13
169
36
49
6
1
1
1
1
2
2
1
2
2
2
7
8
15
225
49
64
7
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
5
6
11
121
25
36
8
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
8
8
16
256
64
64
55
59
114
1716
405
455
Jumlah
Koefisien alpha (.) : S12 + S22 . = 2 (1 - ----------------- ) SX2 3,839 + 2,839 = 2 (1 - ---------------------) 13,071 =
2 (0,49)
=
0,98
130
Hasil Uji Reliabilitas Media Pada Perlakuan Model Laki-Laki Suara Perempuan (MLSP) Nomor Item Soal
Belahan
Subyek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1
Y1
3X
3X2
3X12
3Y12
1
1
1
0
2
1
1
1
1
1
1
4
6
10
100
16
36
2
1
2
1
1
2
1
2
2
2
2
8
8
16
256
64
64
3
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
9
10
19
361
81
100
4
1
1
1
1
2
2
1
2
2
2
7
8
15
225
49
64
5
1
2
1
1
2
2
1
1
1
1
6
7
13
169
36
49
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
5
10
100
25
25
7
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
7
9
16
256
49
81
8
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
9
9
18
324
81
81
55
62
117
1791
401
500
Jumlah
Koefisien alpha (.) : S12 + S22 . = 2 (1 - ----------------- ) SX2 3,268 + 2,786 = 2 (1 - ---------------------) 11,411 =
2 (0,47)
=
0,94
131
Lampiran 9. Reliabilitas instrumen peningkatan pengetahuan responden
NO RESP
1
2
3
BUTIR PERTANYAAN 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
Total Rata-Rata
Keterangan : X = Total skor 2 X = Total Skor kuadrat
1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1
1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
11
12
X
X2
1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
12 8 3 10 4 12 11 6 9 11 11 6 11 3 11 5 12 6 11 11 8 12 4 7 6 11 10 4 12 6 5 11
144 64 9 100 16 144 121 36 81 121 121 36 121 9 121 25 144 36 121 121 64 144 16 49 36 121 100 16 144 36 25 121
270 8.44
2576
132
Uji Reliabilitas Pada Instrumen Peningkatan Pengetahuan : Diketahui : *x
= 270
*x2 = 2576 X
= 8,44
N
= 32
2
( *x)2
*x 2
S
n = n - 1
S2
( 270) 2 2576 – ----------32 = -----------------------32 – 1
S2
2576 – 2278,125 = ---------------------------31
S2
= 9,61
r
K M (K – M) = {------}{ 1 - ---------------} K-1 K.S2
r
12 8,44 (12 – 8,44) = {--------}{ 1 - ---------------------} 12 - 1 12 x 9,61
r
= (1,09) ( 1 - 0,26 )
r
= (1,09) (0,74)
r
= 0,81
133
Lampiran 10. Hasil analisis ragam ,uji paired sample t-test dan korelasi Pearson ANOVA PRETEST ANOVA PRE Sum of Squares 1.900 221.300 223.200
Between Groups Within Groups Total
df 3 76 79
Mean Square .633 2.912
F .218
Sig. .884
F 3.540
Sig. .019
ANOVA POST TEST ANOVA POST Sum of Squares 25.350 181.400 206.750
Between Groups Within Groups Total
df 3 76 79
Mean Square 8.450 2.387
UJI LANJUT DUNCAN POST Duncan TREAT MPSP MPSL MLSP MLSL Sig.
a
N 20 20 20 20
Subset for alpha = .05 1 2 8.50 8.80 9.20 9.20 10.00 .181 .106
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20.000.
134
ANOVA PENINGKATAN PENGETAHUAN ANOVA PENINGKATAN PENGETAHUAN Sum of Squares 13.450 348.500 361.950
Between Groups Within Groups Total
df 3 76 79
Mean Square 4.483 4.586
F .978
Sig. .408
INTERAKSI
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: PENINGKATAN PENGETAHUAN Source Model Voice Model * Voice Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 9.800 3.200 .450 348.500 1194.000 361.950
df 1 1 1 76 80 79
Mean Square 9.800 3.200 .450 4.586
UJI LANJUT DUNCAN POST Duncan TREAT MPSP MPSL MLSP MLSL Sig.
a
N 20 20 20 20
Subset for alpha = .05 1 2 8.50 8.80 9.20 9.20 10.00 .181 .106
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20.000.
F 2.137 .698 .098
Sig. .148 .406 .755
135
UJI T ( PRE & POST) Paired Samples Statistics
Pair 1
PRE POST
Mean 5.90 9.13
N 80 80
Std. Deviation 1.681 1.618
Std. Error Mean .188 .181
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1
PRE - POST
Mean -3.225
Std. Deviation 2.140
Std. Error Mean .239
KORELASI PEARSON Correlations
JK
Umur
Pddk
Informasi
PP
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation N
PP -.129 .253 80 -.058 .610 80 .101 .372 80 -.190 .092 80 1 80
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -3.701 -2.749
t -13.476
df 79
Sig. (2-tailed) .000