PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Survei pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012)
Dilla Jelita (103403151) E-mail:
[email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Modal Intelektual, Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Perusahaan, (2) Pengaruh Modal Intelektual dan Corporate Social Responsibility baik secara parsial atau simultan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari subjek penelitian yaitu diperoleh dari situs resmi IDX. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Modal Intelektual berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI (2) Corporate Social Responsibility berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI (3) Modal Intelektual dan Corporate Social Responsibility secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.
Kata kunci : Modal Intelektual, Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
ABSTRACT
The purpose of this research is to identify (1) Intellectual Capital, Corporate Social Responsibility and Company’s Financial Performance, (2) Effect of Intellectual Capital and Corporate Social Responsibility both partially or simultaneously to Company Manufacturing Financial Performance. The methods used in this research is descriptive method using a survey approach. The technique of data collection was done through the secondary data is data that is not derived directly from research subjects is obtained from the official website of IDX. The research results showed that: (1) Intellectual Capital negative and significant effect on the Company Manufacturing Financial Performance which Enlist Indonesia Stock Exchange (2) Corporate Social Responsibility negative and significant effect on the Company Manufacturing Financial Performance which Enlist Indonesia Stock Exchange (3) Intellectual Capital and Corporate Social Responsibility simultaneously positive and significantly affect the Company Manufacturing Financial Performance which Enlist Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Intellectual Capital, Corporate Social Responsibility and Company’s Financial Performance
PENDAHULUAN Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pimpinan atau pemilik perusahaan adalah penyediaan modal yang diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan perusahaan.
Modal
merupakan
faktor
penting
dalam
rangka
membangun,
mengembangkan dan mempertahankan berdirinya sebuah perusahaan. Modal pun dijadikan instrumen untuk mengantisipasi risiko kerugian perusahaan dan alat untuk melakukan ekspansi usaha. Persaingan bisnis yang ketat, inovasi teknologi yang semakin maju dan era globalisasi pada abad ini, memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara
mereka menjalankan bisnisnya. Kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aset berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimiliki. Perubahan strategi bisnis diperlukan agar perusahaan-perusahaan dapat terus bertahan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management), kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono, 2003). Bidang modal intelektual (Intellectual Capital/IC) awalnya mulai muncul dalam pers populer pada awal 1990-an (Stewart, 1991; 1994). Modal intelektual telah mendapat perhatian lebih, bagi para akademisi, perusahaan maupun para investor. Modal intelektual dapat
dipandang sebagai pengetahuan,
dalam pembentukan,
kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pengungkapan intellectual capital sebagai penggerak nilai perusahaan sedangkan adanya kesulitan dalam mengukur intellectual capital secara langsung mengakibatkan Pulic (1998) memperkenalkan pengukuran intellectual capital secara tidak langsung dengan menggunakan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™), yaitu suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan. Sumber daya perusahaan yang juga merupakan komponen utama dari VAIC™ adalah physical capital (VACA - Value Added Capital Employed), human capital (VAHU - Value Added Human Capital), structural capital (STVA - Structural Capital Value Added). Pulic (dalam Solikhah, 2010) menyatakan VAIC™ dianggap memenuhi kebutuhan dasar ekonomi kontemporer dari “sistem pengukuran” yang menunjukkan nilai sebenarnya dan kinerja suatu perusahaan, karena tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential (direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemapuan yang melekat pada mereka). Selanjutnya (Pulic
dalam Ulum, 2008) menyatakan intellectual ability (yang kemudian disebut dengan VAIC™) menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara efisien dimanfaatkan oleh perusahaan. Aset tak berwujud yang beberapa tahun ini banyak diteliti adalah modal intelektual. Menurut Ze’ghal dan Maaloul (2010) sulit untuk mengukur modal intelektual karena modal intelektual bersifat tidak berwujud dan non-fisik. Modal intelektual kini dirujuk sebagai faktor penyebab sukses yang penting dan karenanya akan semakin menjadi suatu perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi pembangunan. Modal intelektual merupakan tempat strategis dalam konteks kinerja atau kemajuan suatu oraganisasi atau masyarakat. Hal ini dikarenakan pertama, fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan. Kedua, pada tataran mikro perusahaan, tampaknya agak sulit untuk tidak menyertakan atau mengaitkan perkembangan ini di dalam konteks persaingan dan pencarian basis keunggulan kompetitif (Rupidara, 2008). Namun, dalam praktik akuntansi tradisional tidak mengungkapkan identifikasi dan pengukuran aktiva tak berwujud ini pada organisasi, khususnya organisasi berbasis pengetahuan (International Federation of Accountants, 1998 dalam Hong, 2007). Intangibel baru seperti kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional dan pelaporan manajemen. Hal ini sangat menarik karena intangibel tradisional seperti modal merk, paten dan goodwill tetap jarang dilaporkan dalam laporan keuangan (Intenational Federation of Accountants, 1998 dalam Hong 2007). Menurut fakta yang diperoleh, IAS (Intenational Accounting Standard) 38 tentang Intangible Assets atau aktiva tak berwujud melarang pengakuan merk yang dibuat secara internal seperti publishing titles dan daftar pelanggan (International Accounting Standards Board, 2004). Oleh karena itu, laporan keuangan tradisional dirasakan gagal untuk dapat menyajikan informasi yang penting ini. Perusahaan yang sebagian besar asetnya dalam bentuk modal intelektual seperti Kantor Akuntan Publik, tidak mengungkapkan informasi ini dalam laporan keuangan akan menyesatkan karena dapat mempengaruhi
kebijakan perusahaan. Oleh k arena itu, laporan keuangan harus dapat mencerminkan adanya nilai aktiva tidak berwujud yang dapat diakui. Adanya perbedaan yang besar antara nilai pasar dan nilai yang dilaporkan akan membuat laporan keuangan menjadi tidak berguna untuk pengambilan keputusan bagi pemakai informasi akuntansi (Sawarjuwono, 2003) Dalam kenyataannya praktik tingkat pengungkapan modal intelektual masih rendah karena implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga di lingkungan bisnis global, hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skadinavia. Menurut Ulum (2009), penciptaan nilai yang tidak berwujud (intangible value creation) harus mendapatkan perhatian yang cukup karena hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap kinerja perusahaan. Lebih lanjut Ulum (2009) menyatakan dalam value creation, format yang terukur atau berwujud (tangible form) seperti pendapatan tergantung pada format yang tidak berwujud (intangible form). Hal ini dapat dicontohkan, apabila perusahaan bertujuan untuk meningkatkan penciptaan laba, maka diperlukan pelayanan dan hubungan yang baik dengan pelanggan. Pelayan yang baik akan memuaskan pelanggan sehingga terwujud pelanggan yang setia. Dalam era manajemen bedasarkan pengetahuan sekarang ini pihak manajemen tidak hanya melakukan usaha untuk memperoleh profit dalam meningkatkan nilai perusahaannya, tetapi sampai kepada tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan tersebut. Karena keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin, apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Hal ini dikenal dengan apa yang disebut tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines (finansial, lingkungan dan sosial). Informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (selanjutnya disingkat menjadi CSR – Corporate Social Responsibility) ini diperoleh dari laporan tahunan yang dihasilkan oleh perusahaan pada tingkat pengungkapan tertentu. Di Indonesia pengungkapan CSR masih bersifat sukarela, hal ini disebabkan karena belum adanya standar akuntansi keuangan yang mewajibkannya. Kesadaran akan perlunya menjaga
lingkungan hanya diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai atas tujuan perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola modal fisik dan modal intelektualnya diyakini mampu mencitakan value added serta mampu menciptakan keunggulan bersaing dengan melakukan inovasi, penelitian dan pengembangan yang akan bermuara terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dari sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Dan seberapa baik atau mampu perusahaan dalam mengoptimalkan modal untuk menghasilkan pendapatan. Kinerja pasar juga menggambarkan kinerja perusahaan yang menunjukan keefektifan, presentasi atau keatraktifan pasar suatu produk perusahaan. Pertumbuhan perusahaan yang terus meningkat pun diharapkan meningkat apabila kinerja perusahaan baik. Adanya fenomena ini, penelitian IC menjadi sebuah tantangan. Banyak peneliti yang meneliti bidang ini diantaranya Hidayat (2000) yang menyatakan orang di Indonesia hanya memberikan sedikit perhatian terhadap modal intelektual karena mereka tidak bisa melihat manfaat daya pikir dalam balas jasa investasi mereka. Sedangkan menurut Belkaoui (2003:3) penyatuan aset berwujud dan tidak berwujud merupakan strategi potensial untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian modal intelektual sangat bermanfaat terutama untuk pengungkapan dan implementasi modal intelektual yang mengalami perkembangan dalam perusahaan yang mengalami persaingan bisnis global. Menurut Abidin (2000), modal intelektual masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Sampai dengan saat ini, perusahaanperusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi.
Selanjutnya, Abidin (2000) menyatakan perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri manufaktur di BEI terdiri dari berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal keseluruhan. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, Moh, 2003:54). Operasionalisasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel independen (bebas) dan dependen (terikat). Variabel independennya adalah Modal Intelektual (X1) dan Corporate Social Responsibility (X2). Sedangkan untuk variabel dependennya adalah Kinerja Keuangan Perusahaan (Y). Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel No 1
Variabel Modal Intelektual (X₁)
Definisi Variabel Modal intelektual merupakan asset dan sumberdaya nontangible atau nonphysical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas inovasi, pola-pola, dan pengetahuan yang tidak kelihatan dari para anggotanya dan jaringan koloborasi
Dimensi Human Capital Efficiency
Indikator Value Added dibagi Human Capital
Ukuran Persen
Skala Rasio
Structural Capital Efficiency
Structural Capital dibagi Value Added
Persen
Rasio
serta hubungan organisasi. (Cut Zumali, 2008)
2
Corporate Social Responsbility (X₂)
3
Kinerja Keuangan (Y)
Capital Employed Efficiency
CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005 dalam Suharto, 2006) Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seara efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen (Artin Shitawati, 2006 :14).
Value Persen Added dibagi Capital Employed Berdasark Rupiah an standar GRI, yaitu: 1. Aspek Ekono mi 2. Aspek Sosial 3. Aspek Lingku ngan
Rasio
CR= Current Assets dibagi Current Liabilities
Rasio
Persen
Rasio
ROA = Net Income dibagi Assets ROE = Net Income dibagi Capital
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 132 perusahaan. Industri manufaktur sebagai populasi dikarenakan memiliki jumlah terbesar perusahaan dibandingkan dengan sektor lainnya.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012. 2. Perusahaan dalam penelitian ini tercantum dalam Indonesian Capital Market Directory pada tahun 2012. 3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember dan laporan tahunan atau laporan keberlanjutan selama periode pengamatan. 4. Perusahaan tidak mengalami kerugian dan neracanya tidak menunjukkan kekayaan negatif selama periode pengamatan, karena yang digunakan adalah laba operasi bersih setelah pajak (net operating profit after taxes). 5. Perusahaan mengungkapkan Corporate Social Responsibility selama tahun 2012.
Prosedur Pengumpulan Data Model/paradigma di dalam penelitian ini adalah paradigma sederhana yaitu, hubungan antara variabel X₁ (Modal Intelektual) X₂ (Corporate Social Responsibility) dan Y (Kinerja Keuangan Perusahaan).
(X1)
(Y) (X2)
ε Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis melakukan dua pengolahan data, pertama melakukan analisis komponen utama, kedua dengan analisis regresi berganda. Analisis komponen utama (principal component analysis / PCA) adalah teknik yang digunakan untuk menyederhanakan suatu data, dengan cara mentransformasi linier sehingga terbentuk sistem koordinat baru dengan varians maksimum. PCA dapat digunakan untuk mereduksi dimensi suatu data tanpa mengurangi karakteristik data tersebut secara signifikan. Menurut Johnson dan Dean (1988:340), Analisis Komponen Utama terkonsentrasi pada penjelasan struktur variansi dan kovariansi melalui suatu kombinasi linear variabel-variabel asal, dengan tujuan utama melakukan reduksi data dan membuat interpretasi. Analisis komponen utama lebih baik digunakan jika variabel-variabel asal saling berkorelasi. Alat bantu dalam analisis komponen utama menggunakan aplikasi minitab. Untuk analisis komponen utama ini peneliti hanya menganalisis satu variabel, yaitu variabel kinerja keuangan karena memiliki lebih dari satu indikator sehingga harus diolah terlebih dahulu untuk menghasilkan suatu angka. Analisis komponen utama dalam penelitian digunakan untuk mentransformasi atau menggabungkan beberapa dimensi dari variabel penelitian kedalam sekelompok variabel yang baru. Persamaan untuk membentuk ukuan baru adalah ξp = W1p X1 +………….+ Wip Xp (Sharma dalam Purnama, 2009:57) Dimana ξp adalah komponen utama dalam penelitian (ukuran baru), W1p adalah eigenvector dan CR, ROA, ROE adalah skor variabel indikator yang telah dikorelasi dengan nilai rata-ratanya. Komponen-komponen utama (PC1, PC2,….,PCn) merupakan variabel independen yang dibentuk dengan tehnik reduksi data principal component analysis dari rasio-rasio keuangan (CR, ROA, ROE) komponen utama yang terbentuk merupakan variabel independen yang membentuk modal intelektual dan corporate social responsibility. Meskipun mekanisme interaksi antar variabel independen masih bersifat “kotak hitam”, komposisi dan besaran variabel independen yang terbentuk
diharapkan dapat menjelaskan suatu kinerja keuangan seperti ditunjukan pada gambar 3.2
CR Kinerja Keuangan
PC₁
ROA ROE
Gambar 1.2 Hubungan indikator variabel Y dengan PCA
Hasil dari analisis ini terbentuknya indikator baru yang dinamakan komponen utama. Komponen utama pertama ini digunaka untuk pengujian hipotesis dengan analisis regresi ganda. Regresi berganda yaitu regresi yang menghubungkan dua variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini digunakan apabila ingin mengetahui bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen bila dua variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Dari seluruh variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dapat digambarkan struktur analisis regresi ganda sebagai berikut:
ε X1 ₁
Y ₂
X2
Gambar 1.3 Struktur Analisis Regresi Berganda
Analisis Linier Berganda Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda yaitu bertujuan untuk menguji dan menganalisis, baik secara parsial maupun secara simultan pengaruh Intellectual Capital dan Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek indonesia (BEI) yang diolah dengan program Statistical Package For Social Science (SPSS). Model regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = α+ β1X1 + β2X2+ e Dimana: Y
= Kinerja Perusahaan
α
= Konstanta
βi
= i = 1, 2 = Koefisien
X₁
= Intellectual Capital
X₂
= Corporate Social Responsibility
e
= Pengaruh Variabel lain (epsilon) atau residual (error term)
Nilai α dan β dalam persamaan diatas dapat ditemukan dengan rumus sebagi berikut: = =
(∑
)(∑ ) − (∑ (∑ )(∑ ) − (∑
)(∑ )
)
(∑
)(∑ ) − (∑ (∑ )(∑ ) − (∑
)(∑ )
)
=
∑
−
∑
−
∑
Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antar variable. Interprestasi dari nilai korelasi adalah sebagai berikut: 1. Jika r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variable kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan. 2. Jika r = +1 atau mendekati +1, maka terdapat hubungan antara variable kuat dan mempunyai hubungan searah.
Tabel 1.3 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan No
Nilai Korelasi (r)
Tingkat Hubungan
1
0,00 – 0,199
Sangat Lemah
2
0,20 – 0,399
Lemah
3
0,40 – 0,599
Cukup
4
0,60 – 0,799
Kuat
5
0,80 – 1,00
Sangat Kuat
Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi di hitung dengan rumus:
Koefisien korelasi parsial antar X₁ dengan Y, bila X₂ dianggap konstan ₁ =
₁ − 1−
₂ .
₁ ₂
₂ (1 − 1 −
₁ ₂)
(Sugiyono, 2013:248)
Koefisien korelasi parsial antar X₂ dengan Y, bila X₁ dianggap konstan ₂ =
₂ − 1−
₁ .
₁ ₂
₁ (1 − 1 −
₁ ₂)
(Sugiyono, 2013:256)
Koefisien korelasi simultan antar X₁ (Intellectual Capital) dan X₂ (Corporate Social Responsibility) terhadap Y (Kinerja keuangan perusahaan)
₁ ₂ =
² ₁ + ² ₂ −2 ₁ . (1 − ² ₁ ₂)
₂ .
₁ ₂
(Sugiyono, 2013:256) PEMBAHASAN Tempat penelitian penulis adalah Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, sebanyak 15 perusahaan. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu penulis melakukan uji validitas. Penelitian ini menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
Pengaruh Secara Simultan Modal Intelektual dan Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Untuk menentukan seberapa kuat pengaruh modal intelektual dan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, maka terlebih dahulu diketahui variable-variabel yang diperlukan untuk diolah dan dianalisis dimana variabel-variabel tersebut terdiri 2 variabel bebas (independent variabel) yaitu modal intelektual dan corporate social responsibility, sedangkan yang menjadi variabel terikat (dependent variabel) yaitu kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berikut ini rekapitulasi variabel-variabel yang akan diolah dan dianalisis: Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data yang diperlukan. Maka dilakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan. Hipotesis yang diajukan adalah “Modal intelektual dan corporate social responsibility secara simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”. Dalam pengujian hipotesis dilakukan serangkaian langkah-langkah uji statistik yaitu uji regresi berganda, uji determinasi dan analisis korelasi. Dari tabel uji regresi berganda (terlampir) maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 12,150 - 0,102 X1 - 51,287 X2 Dari persamaan regresi berganda diatas, diketahui apabila nilai modal intelektual (X1) dan corporate social responsibiity (X2) adalah 0 maka kinerja keuangan perusahaan yang diberikan adalah sebesar 12,150 (nilai konstan), dengan asumsi faktorfaktor yang mempengaruhinya tetap. Selain itu, modal intelektual dan corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan nilai koefisien regresi masing-masing sebesar -0,102 dan -51,287. Sedangkan berdasarkan hasil pengolahan tabel koefisien determinasi (terlampir), nilai koefisien determinasi (R square) menunjukan modal intelektual dan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diberikan, yaitu
sebesar 0,668 atau 66,8%. Artinya bahwa 66,8% kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh modal intelektual dan corporate social responsibility. Sedangkan sisanya sebesar 33,2% kinerja keuangan perusahaan yang diberikan dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel lain. Dengan cukup kecilnya faktor lain (faktor residu) yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang diberikan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dapat diartikan bahwa modal intelektual dan corporate social responsibility merupakan faktor yang kuat mempengaruhi peningkatan atau penurunan kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Untuk menguji hipotesis, maka dilakukan pengolahan atas data hasil penelitian. Dengan kriteria Ho diterima atau Ha ditolak jika Fhitung ≤ Ftabel dan jika Fhitung ≥ Ftabel berarti Ho ditolak atau Ha diterima. Berdasarkan perhitungan SPSS (terlampir) diperoleh nilai Fhitung sebesar 12,089 dengan tingkat signifikasi 0,001.
Dengan
mengambil taraf signifikasi α = 5% (0,05) maka Ftabel sebesar 3,89 sehingga Fhitung ≥ Ftabel (12,089 > 3,89) dengan tingkat signifikasi lebih kecil dari tingkat signifikasi (0,001 < 0,05). Oleh karena itu kaidah keputusan yang diambil adalah Ho ditolak atau Ha diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa modal intelektual dan corporate social responsibility secara simultan berpengaruh positif dan secara statistik pengaruh tersebut signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengaruh positif dari modal intelektual dan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan memiliki arti bahwa semakin tinggi modal intelektual dan corporate social responsibility yang dihasilkan oleh perusahaan maka kinerja keuangan perusahaan akan semakin tinggi. Pengaruh Secara Parsial Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antara modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan dilakukan perhitungan dengan menggunakan software SPSS for windows versi 16.0. Berdasarkan perhitungan SPSS (terlampir) nilai koefisien
korelasi diperoleh sebesar -0,601 yang berarti bahwa modal intelektual mempunyai hubungan yang kuat dan negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Angka koefisien korelasi bertanda negatif (-) bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan arah, artinya peningkatan satu variabel akan diikuti oleh penurunan variabel lain, maka semakin tinggi modal intelektual akan membuat kinerja keuangan perusahaan semakin turun. Selain itu diketahui nilai signifikasi modal intelektual sebesar 0,018 dimana 0,018 < 5% (0,05) artinya hubungan modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI signifikan. Dari hasil koefisien regresi modal intelektual (X1) sebesar -0,102 dalam hal ini berarti setiap penambahan 0,01 atau 1% dari modal intelektual dimana nilai koefisien variabel corporate social responsibility (X2) tetap, maka kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Y) akan berkurang sebesar 0,102 atau 10,2%. Namun sebaliknya, jika modal intelektual berkurang 0,01 atau 1% dimana nilai koefisien variabel corporate social responsibility (X2) tetap, maka kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI akan bertambah sebanding dengan penambahan modal intelektual yaitu sebesar sebesar 0,102 atau 10,2%. Untuk tingkat keyakinan 95% (α = 5%), maka df = n-2 = 15-2 = 13 maka diperoleh ttabel sebesar -2,160 dan berdasarkan perhitungan SPSS (terlampir) diperoleh t hitung
sebesar -2,710. Sehingga -t
hitung
< -t
tabel
signifikasi 0,018 < 0,05. Dari hasil tersebut yaitu -t
(-2,710 < -2,160) dengan tingkat hitung <
-t
tabel
dan tingkat signifikasi
modal intelektual lebih kecil dari 0,05 (5%), maka kaidah keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima dan signifikan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa modal intelektual secara parsial berpengaruh negatif dan secara statistik pengaruh tersebut signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengaruh negatif dari modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan memiliki arti bahwa semakin tinggi modal intelektual yang dihasilkan oleh perusahaan maka kinerja keuangan perusahaan akan semakin rendah, karena penggunaan aktiva fisik dan keuangan masih mendominasi dalam memberikan kontribusi pada kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kuryanto dan Syafruddin (2008) yang melakukan
penelitian empiris tentang pengaruh Intellectual capital terhadap kinerja perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang memperlihatkan bahwa tidak adanya pengaruh positif antara intellectual capital sebuah perusahaan dengan kinerjanya, semakin tinggi nilai intellectual capital sebuah perusahaan, kinerja masa depan perusahaan tidak semakin tinggi. Pengaruh Secara Parsial Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Berdasarkan perhitungan SPSS (terlampir) nilai koefisien korelasi diperoleh sebesar -0,561 yang berarti bahwa corporate social responsibility mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Angka koefisien korelasi bertanda negatif (-) bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan arah, artinya peningkatan satu variabel akan diikuti oleh penurunan variabel lain, maka semakin tinggi corporate social responsibility akan membuat kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mengalami penurunan. Selain itu diketahui nilai signifikasi corporate social responsibility sebesar 0,030 dimana 0,030 < 5% (0,05) artinya hubungan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI signifikan. Dari hasil koefisien regresi corporate social responsibility (X2) sebesar -51,287 dalam hal ini berarti setiap penambahan 0,01 atau 1% dari corporate social responsibility dimana nilai koefisien variabel modal intelektual (X1) tetap, maka kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Y) akan berkurang sebesar 51,287 atau sebesar 5.128,7%. Namun sebaliknya, jika corporate social responsibility berkurang 0,01 atau 1% dimana nilai koefisien variabel modal intelektual (X1) tetap, maka kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI akan bertambah sebanding dengan penambahan corporate social responsibility yaitu sebesar 51,287 atau sebesar 5.128,7%. Untuk tingkat keyakinan 95% (α = 5%), maka df = n-2 = 15-2 = 13 maka diperoleh ttabel sebesar -2,160 dan berdasarkan perhitungan SPSS (terlampir) diperoleh t hitung
sebesar -2,441 Sehingga -t
hitung
< -t
tabel
(-2,441 < -2,160). Maka kaidah
keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima dan signifikan.
Dengan
demikian
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
corporate
social
responsibility secara parsial berpengaruh negatif dan secara statistik pengaruh tersebut signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengaruh negatif dari corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan memiliki arti bahwa semakin tinggi corporate social responsibility yang dihasilkan oleh perusahaan maka kinerja keuangan perusahaan akan semakin rendah, karena dengan meningkatkan proporsi nilai CSR, maka akan meningkatkan atau menurunkan proporsi penjualan produk sehingga tidak menjamin kinerja perusahaan meningkat. Hal ini dikarenakan pelaksanaan CSR membutuhkan biaya sehingga banyak pelaksanaan CSR maka semakin besar biaya yang dikeluarkan sehingga dapat mengurangi laba perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Yosefa Sayekti (2007) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CSRD berpengaruh negatif terhadap Earning Respon Coefficient. Secara teoritis maupun secara praktis hasilnya berbanding terbalik, jika CSR meningkat maka kinerja keuangan menurun. Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya yang pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga mengurangi pendapatan investor. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh modal intelektual dan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan Tahun 2012 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki modal intelektual tinggi adalah PT. Astra Internasional Tbk (ASII), perusahaan dengan corporate social responsibility yang tinggi adalah PT. Gudang Garam Merah (GGRM), dan perusahaan dengan kinerja keuangan yang paling besar adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). 2. Berdasarkan hasil SPSS dapat ditarik kesimpulan bahwa pengujian secara simultan menunjukan bahwa hasil uji hipotesis modal intelektual dan corporate social responsibility secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta
miliki hubungan yang kuat artinya kenaikan atau penurunan modal intelektual dan corporate social responsibility akan diikuti oleh kinerja keuangan yang diberikan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Sedangkan pengujian secara parsial berdasarkan hasil SPSS dapat ditarik kesimpulan bahwa: a. Modal intelektual secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Corporate social responsibility secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukaan diatas, penulis memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi pihak investor sebelum mengambil keputusan diperlukannya penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan salah satunya dengan profitabilitas. 2. Bagi pihak manajemen diharapkan lebih lengkap lagi dalam mengungkapkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial dalam laporan tahunannya. 3. Bagi penelitian selanjutnya: a. Pada penelitian ini penilaian moda intelektual menggunakan metode VAIC yang berbasis moneter, diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penilaian modal intelektual dengan menggunakan yang berbasis non moneter. b. Bagi peneliti yang ingin mengkaji kembali modal intelektual, corporate social responsibility dan kinerja keuangan lebih mendalam, agar dapat menambah objek yang akan diteliti dan memperhatikan jenis perusahaan yang akan diteliti sehingga hasilnya akan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA Abidin. 2000. Upaya Mengembangkan Ukuran-Ukuran Baru. Media Akuntansi. Edisi.7 Thn.VIII.pp.46-47. Anggraini, Fr. Reni Retno (2006). “Pengungkapan Informasi Sosila dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang. Bollen, Laury; Vergauwen, Philip; Schnieders, Stephanie (2005). “Linking intellectual capital and intellectual property to company performance”. Journal Proquest 43. 1161-1185 Bontis, N., Dragonetti, N., Jacobsen, K. and Roos, G. (1998), “The knowledge toolbox: a review of the available to measure and manage intangible resources”, European Management Journal, Vol. 17 No. 4, pp. 391-402. Bontis et al. 2000. “Intellectual Capital and Busin ess Performance in Malaysian Industries,”. Journal of Intellectual Capital, 1(1): 85-100. Bontis, N. (2004), “National Intellectual Capital Index: a United Nations initiative for the Arab region”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 5 No. 1, pp. 332-346. Brigham, F Eugene dan Joel F Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Terjemahan Ali Akbar Yulianto, Buku Satu Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Brinker, Barry. 2000. Intellectual Capital: Tomorrows Asset, Today’s Challenge. http://www.cpavision.org/vision/wpaper05b.cfm. Diakses 8 November 2009 Ceicilia Bintang Hari Yudhanti1 dan Josepha C. Shanti2. 2011. Intellectual Capital dan Ukuran Fundamental Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 13, No. 2, 57-66. Choong, Kwee Keong. 2008. Intellectual capital: definitions, categorization and reporting models. Emerald Group Publishing: United Kingdom. Journal Proquest 9. 609-638. Darwin. (2006) “Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan, dan Pengungkapan CSR bagi Perusahaan di Indonesia”. Economics Business & Accounting Review. Edisi III/ September-Desember. Edvinsson, L. and M. Malone. 1997. Intellectual Capital: Realizing your Company’s True Value by Finding its Hidden Brainpower. Harper Collins, New York, NY. Ekowati Serra, Oman Rusmana dan Mafudi. 2010. Penagruh Modal Fisik, Modal Finansial dan Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Universitas Jenderal Soedirman. Fahmi, Irham. 2013. Etika Bisnis Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta. Finch, Nigel. 2005. “The Motivations for Adopting Sustainability Disclosure”, MGSM Working Papers in Management, Macquarie University, Australia. available online: www.papers.ssrn.com (accessed January 2009) Firer, S., and S.M. Williams. 2003. ”Intellectual Capital and Traditional Measures of corporate performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol.4 No.3.pp.348-360 Hidayat. 2000. Peranan Strategis Modal Intelektual dalam Persaingan Bisnis di Era Jasa. Ekuitas. Vol 5, No. 3, 293-312. Hong, Pew, Tan., David Plowman dan Phil Hancock. 2007. “Intellectual Capital and Financial Return of Companies”. Journal of Intellectual Capital. Vol 3, No.1, 51-61. Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan: Teori Penerapan (Kaputusan Jangka Panjang). Buku 1, Edisi Ketiga, BPFE Yogyakarta. Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : AMP YKPN Hartono, Budi. 2001. ”Intellectual Capital: Sebuah Tantangan Akuntansi Masa Depan”, Media Akuntansi, Edisi 2,Thn VIII, hal 65-75 International Accounting Standards Board. 2004. “Summary of IAS 38”. available online at: www.iasplus.com. (accessed November 2006). International Federation of Accountants. 1998. “The Measurement and Management of Intellectual Capital”. available online at: www.ifac.org. (accessed November 2006). Lukman Syamsudin. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility: Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi Di Indonesia. Bandung: Refika Aditama Kuryanto, Benny dan M. Syafruddin. 2008. “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. Proceeding SNA XI. Pontianak. Meek, G.K., and S.J. Gray. 1995. The Value Added Statement: an Innovation for the US Companies. Accounting Horizons. Vol. 12 No.2. pp. 73-81.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat Neil Rupidara. 2008. “Modal Intelektual dan Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia”. Paper disajikan pada Diskusi Modal Intelektual UKSW. Salatiga, 21 Februari 2008. Neni Fian. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap ROA pada perusahaan manufaktur sektor makanan yang terdaftar di BEI. Universitas Siliwangi Tasikmalaya Nugroho, Yanuar, 10 Nopember 2007, Dilema Tanggung Jawab Korporasi, Kumpulan Tulisan, www.unisosdem.org (dilihat pada tanggal 16 Nopember 2007). Pulic,A. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy. Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential. ______. 1999. Basic information on VAICTM. available at: www.vaic-on.net . Diakses pada 15 Nopember 2010 ______. 2000. VAICTM- an Accounting Tool for Intellectual Capital Management. available at: www.measuring-ip.at/papers/ham99txt.htm Diakses pada 15 Nopember 2010 Purnama Sofyan Fauzi. 2009. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Volume Penjualan Dan Dampaknya Pada Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada PT Dahana Pesero). Universitas Siliwangi Tasikmalaya Purnomosidhi, Bambang. 2006. “Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 9, No.1, 1-20. Riyanto Bambang. 2001. Dasar-dasar pembelajaran perusahaan. Edisi ke 4 cetak ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Sartono Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No. 1, 31-51. Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Shitawati, Artin. 2006. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Umum di Indonesia”. Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang.
Sihotang, Parulian & Sanjaya, Yulia (2008). “Reporting Intellectual Capital in Annual Reports: Evidence from Indonesia”. Indonesian Capital Market Review,page 125-152. Stewart, T A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organizations. New York: Doubleday. Sugeng, Imam. 2002. Mengukur dan Mengelola Intellectual Capital. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 15, No.2, 247-256. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia FE UII. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Syahriza, Muhammad (2006) “Tinjauan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Pada Perusahaan Perkebunan di Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang”. Skripsi Universitas Syiah Kuala. Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chairi. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli. Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital : Konsep dan Kajian Empiris. Malang: Graha Ilmu. Wahdikorin, Ayu. 2010. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2009. Universitas Diponegoro Semarang. Wen-Ying, Wang; Chang, Chingfu (2005). “Intellectual capital and performance in causal models: Evidence from the information technology industry in Taiwan”. Journal of Proquest 6. 222-236 Widaryanti. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Intellectual Capital pada Industri Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Fokus Ekonomi. Vol 6, No. 1, 49-67